Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik"

Transkripsi

1 1 A. JUDUL PENELITIAN Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik B. LATAR BELAKANG MASALAH Aktivitas-aktivitas kehidupan manusia termanifestasi dalam sebuah kebudayaan. Di antara sekian banyak peninggalan kebudayaan manusia, naskah merupakan dokumen bangsa yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama. Hal ini disebabkan naskah memiliki kelebihan yaitu dapat memberi informasi yang luas dibandingkan peninggalan yang berbentuk puing bangunan yang tidak dapat berbicara dengan sendirinya, tetapi harus ditafsirkan (Haryati Soebadio dalam Siti Baroroh Baried, et. al., 1985: 86). Keberadaan naskah pun semakin tenggelam dan terancam punah. Selain itu, naskah-naskah tersebut sudah berumur ratusan tahun sehingga tidak akan mampu bertahan lama. Jika tidak segera diselamatkan, dokumen budaya yang sangat berharga tersebut akan segera musnah. Kemusnahan naskah di daerah tropika seperti Indonesia dikarenakan kerusakan alas naskah (seperti kertas, lontar, dan nipah) karena tidak dapat bertahan terhadap iklim (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994: 79). Oleh karena itu, perlu diadakan penyelamatan terhadap naskah-naskah klasik ini. Naskah-naskah klasik ini merupakan obyek kajian utama pada ilmu filologi. Filologi merupakan satu disiplin ilmu yang diperlukan untuk satu upaya yang dilakukan terhadap peninggalan tulisan masa lampau dalam rangka kerja menggali nilai-nilai masa lampau (Siti Baroroh Baried, et. al, 1994: 2). Namun sekarang ini, sudah semakin jarang orang yang tertarik meneliti naskah. Faktor mahalnya biaya, sulitnya akses, perlunya ketelitian

2 2 dan kecermatan, serta lamanya waktu penelitian menyebabkan naskah jarang dilirik peneliti. Akan tetapi, usaha yang sulit tersebut tidak akan sia-sia untuk jangka waktu yang panjang karena naskah merupakan dokumen budaya yang harus segera diselamatkan. Naskah yang dijadikan obyek pada penelitian ini adalah Hikayat Qamaruzzaman (selanjutnya disebut HQ). Kitab ini ditulis dengan huruf Arab Melayu, pada tahun 1324 H atau 1905 M. Naskah ini tersimpan di Pusat Dokumentasi Melayu, Koleksi Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur yang terdapat dalam Digital Library of Malay Manuscripts (Pustaka Digital Manuskrip Melayu). Perpustakaan digital ini dapat diakses pada Sumber data diperoleh dengan cara mengunduh file yang tersedia dalam web tersebut. Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog dapat diketahui bahwa naskah HQ merupakan naskah salinan dari Malaysia. Hal ini berarti bahwa naskah ini bukan naskah tunggal. Pada katalog online Pustaka Digital Manuskrip Melayu terdapat bagian berupa foto dan penyebutan judul naskah serta kode yaitu Hikayat Qamaruzzaman MS 34. Selain katalog online, dalam inventarisasi naskah juga digunakan katalog terbitan. Katalog terbitan yang diteliti yaitu Indonesian Manuscripts in Great Britain: A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public Collections; Katalog Naskah Ali Hasjmy Aceh, Catalogue of Aceh Manuscripts: Ali Hasjmy Collection; Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari; Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts: in the Library of Leiden University and Other Collections in the Netherlands

3 3 (volume one); Malay Manuscripts a Bibliographical Guide; Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpusnas RI; Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen P dan K; dan Panduan Koleksi Naskah- Naskah Indonesia Sedunia. Sisi menarik dari karya HQ ini di antaranya ada beberapa hal. Pertama, naskah HQ merupakan naskah klasik yang berbahasa Melayu dengan huruf Arab yang sudah tidak dipahami lagi oleh kebanyakan orang. Agar keberadaannya dapat diketahui dan isinya dapat dipahami, maka perlu dilakukan suntingan terhadapnya. Kedua, saat ini naskah HQ yang memiliki tebal 67 halaman masih dalam keadaan baik dan utuh sehingga masih layak untuk dikaji. Baik dalam arti, kondisi naskah (bahan naskah dan tulisan) masih memungkinkan untuk diteliti. Utuh dalam arti, lengkap halamannya sehingga memungkinkan untuk dikaji secara komprehensif. Ketiga, naskah HQ memiliki teks yang utuh yang diawali dengan basmalah dan diakhiri dengan kata wa l-allaahu a lam. Teks HQ memiliki struktur hikayat yang lengkap. Keempat, naskah HQ berisi kisah percintaan kaum bangsawan atau anak raja pada masa lampau. Disadur dari kisah cerita Islam, nama tokoh-tokoh dalam naskah ini pun memiliki makna tersendiri untuk dikaji. Kisah percintaan dalam naskah ini pun melibatkan kekuatan jin dan alam bawah sadar tokoh dalam menyatukan keduanya untuk saling bercinta (HQ, 1905: 5 10). Pengisahan tentang unsur kekuatan supranatural yang dihadapkan pada realitas dan logika, membuat peneliti tergugah untuk mengkaji naskah

4 4 ini dengan kajian sastra Fantastik. Selain itu, kajian dengan tinjauan sastra Fantastik menjadi pembahasan yang menarik apabila dihadapkan pada konteks kekinian seputar hipnotis seperti yang dikisahkan dalam naskah HQ. Kelima, penyajian teks ini sangat khas. Hikayat memang banyak berisi cerita berbentuk prosa, namun di sela-sela pengisahan terdapat pengungkapan syair yang sesuai dengan cerita yang dikisahkan. Syair-syair tersebut juga dilengkapi dengan iluminasi bunga-bunga yang menarik. Keenam, sampai saat ini, naskah HQ belum pernah dikaji dari aspek suntingan dan analisis Sastra Fantastik sebelumnya. Hal ini didasarkan atas pembacaan Direktori Edisi Naskah Nusantara, tidak ditemukan penelitian naskah yang berjudul Hikayat Qamaruzzaman ataupun yang sejenisnya. Selain itu, pembacaan juga dilakukan pada perpustakaan-perpustakaan yang dimungkinkan adanya penelitian naskah maupun filologi, baik secara manual maupun online. Pencarian pada jurnal serta katalog perpustakaan digital ditemukan bahwa penelitian serupa pada naskah Hikayat Qamaruzzaman dilakukan di Singapura dan Malaysia. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan hanya berupa transliterasi atau alih bahasa. Hal inilah yang menjadi pembeda penelitian naskah HQ ini yaitu ditinjau dari aspek suntingan dan analisis sastra Fantastik. Usaha kelanjutan penyelamatan dan pelestarian naskah merupakan alasan utama pengkajian naskah ini dengan menyajikannya dalam bentuk suntingan yang baik dan benar. Namun, menyediakan suntingan saja tentunya masih belum cukup. Setelah tulisan dan bahasa dalam naskah dapat dipahami, langkah selanjutnya adalah mengkaji dengan tinjauan sastra fantastik dan

5 5 mengungkapkan kandungan teks. Hal ini penting karena tidak semua orang bisa meluangkan waktunya untuk membaca teks berbahasa Melayu. Dengan demikian, diharapkan naskah ini akan lebih mudah dipahami sehingga nilainilai yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan pada masyarakat pada masa kini. C. PEMBATASAN MASALAH Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak menyimpang dari pokok permasalahannya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah menyediakan suntingan teks HQ, analisis sastra fantastik, dan relevansi isi naskah HQ dengan masa kini apabila dikaji melalui unsur fantastik berupa konsep hipnotis. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana suntingan teks naskah HQ? 2. Bagaimana kajian teks naskah HQ dengan menggunakan tinjauan sastra Fantastik? 3. Bagaimana relevansi isi naskah dengan masa kini apabila dikaji melalui unsur fantastik berupa konsep hipnotis yang terdapat dalam naskah HQ? E. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Menyediakan suntingan teks naskah HQ yang baik dan benar. 2. Mengungkapkan analisis teks naskah HQ dengan tinjauan sastra Fantastik.

6 6 3. Mengungkapkan relevansi isi naskah dengan masa kini apabila dikaji melalui unsur fantastik berupa hipnotis yang terdapat dalam naskah HQ. F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis. a. Menyediakan suntingan teks naskah HQ. b. Memperkaya khazanah penelitian dalam bidang filologi. c. Memaparkan kehidupan sosial berupa hikayat kaum bangsawan Islam dari kerajaan di masa Melayu Klasik. d. Menyediakan sumber referensi dari karya Sastra Melayu Klasik yang berkaitan dengan ilmu supranatural maupun metafisika tentang hipnotis. 2. Manfaat praktis. a. Memberikan kemudahan dalam pembacaan naskah lama yang memiliki aksara yang sukar dipahami masyarakat saat ini. b. Menyelamatkan intangible asset dari kepunahan berupa ide, gagasan, dan buah pikiran nenek moyang yang terkandung dalam naskah. c. Memaparkan fenomena sihir, tukang ramal, paranormal, hipnotis panggung yang merebak di kehidupan bangsa Indonesia baik di bidang sosial, ekonomi, politik, dan seni-budaya. d. Menjadi bahan masukan bagi pembaca sebagai alternatif model pengobatan dengan cara hypnotherapy, hypnoparenting, hipnotis pada janin, serta self-hypnosis, melalui pembacaan konteks kekinian kandungan isi naskah.

7 7 e. Menjadi sumber wacana bagi pembaca untuk lebih waspada terhadap penyalahgunaan ilmu supranatural ataupun metafisika seperti hypnocrime dan hypno-selling yang mengarah pada kriminal. G. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka pikir, metode penelitian, suntingan teks, analisis, dan penutup. Masing-masing bab diuraikan yaitu sebagai berikut. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ini berisi kajian pustaka, teori penyuntingan teks, teori pengkajian teks, dan kerangka pikir. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisi penjelasan mengenai sumber data penelitian; metode penelitian; teknik pengumpulan data; teknik analisis data; serta teknik penarikan simpulan. Bab keempat adalah suntingan teks. Bab ini menguraikan tentang inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata-kata sukar. Bab kelima adalah analisis. Bab ini menguraikan struktur teks yang dalam hal ini adalah struktur sastra Fantastik. Analisis isi yang ditinjau dari segi unsur fantastik berupa hipnotis digunakan untuk mengungkapkan kandungan teks dan keterkaitannya dengan masa kini. Bab keenam adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian.

8 8 H. KAJIAN PUSTAKA Pengkajian pustaka mengenai penelitian yang terdahulu telah dilakukan sebagai bahan pembanding. Di antara hasil kajian pustaka yang dilakukan penulis yaitu sebagai berikut. Mohd Idris melakukan transliterasi karya Haji Abdul Rahman bin Jabugis berupa penerjemahan dalam bahasa Melayu. Penelitian dilakukan tahun Buku yang berjudul Hikāyat Qamar al-zamān, diterbitkan di Singapura terdiri atas 144 halaman dan tebal 20 cm. Buku ini disebutkan dalam katalog online Hathi Trust Library, serta dapat dilihat secara terbatas di University of Michigan, namun tidak ada pratinjau yang disediakan dari web tersebut. Perbedaannya dengan penelitian yang saat ini penulis lakukan terlihat pada kutipan naskah pada Hathi Trust Digital Library sebagai berikut. Inilah yang bernama Hīkāyat Qamar al-zamān bin Malek Saharman yang amat indah ceritanya yang diterjemahkan akan dia daripada bahasa Arab kepada bahasa Melayu oleh hamba yang faqir lagi miskin kepada tuhan yang kaya nama alhaj Abdul Rahman bin Jabugis diperanakkan di negeri Asahan. ( Ibn Alawī ibn Uthmān ibn Yahyā tersebut sebagai pengarang Ini Hikayat bernama Qamar al-zamān dalam katalog online Hathi Trust Library pada tahun Diketahui bahwa penelitian ini berbentuk buku dan puisi terdiri atas 35 halaman, tebal 24 cm serta berbahasa Melayu. Buku ini dapat dilihat secara terbatas di University of Michigan, namun tidak ada pratinjau yang disediakan dari web tersebut. Berbeda halnya dengan yang dilakukan penulis terhadap naskah HQ yang terdiri atas 67 halaman, disertai suntingan serta tinjauan sastra fantastik.

9 9 Siti Fathilah Nur Hidayati pada tahun 2006 menulis penelitian berupa skripsi dengan judul Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā l-lāhi Ta ālā Karya Ali al-muttaqi: Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf. Penelitian ini menghadirkan suntingan teks, kajian struktur penyajian teks dan gaya pengisahan, serta tinjauan tasawuf tentang konsep dzikir Lā ilāha illa l-lāh. Metode yang digunakan yaitu pendekatan filologis, struktural dan tasawuf. Penelitian ini dilakukan di Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Risnawati melakukan penelitian berupa skripsi berjudul Representasi Fantasi Enam Cerpen Dalam Kumpulan Cerpen "Dunia di Kepala Alice" Karya Ucu Agustin Analisis Struktur Fantastik Dan Semiotika pada tahun Skripsi ini menggunakan kajian struktur Fantastik Tzvetan Todorov dan Semiotika. Obyek kajian skripsi ini yaitu Kumpulan Cerpen Dunia di Kepala Alice karya Ucu Agustin. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya. Farida Hidayati Asni melakukan penelitian berupa skripsi berjudul Manhaju l-atami fī Tabwībi l-chikam: Suntingan Teks, Analisis Strktur dan Tinjauan Tasawuf. Skripsi ini menghadirkan suntingan teks, analisis struktur narasi sastra kitab, dan tinjauan tasawuf. Suci Antari melakukan penelitian berupa skripsi berjudul Tanbīhu l- Ikhwān fi sy-syurūthi wa l-arkān: Suntingan Teks dan Pendekatan Resepsi. Skripsi ini menghadirkan suntingan teks Tanbīhu l-ikhwān fi sy-syurūthi wa l-arkān disertai analisis dengan pendekatan resepsi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10 10 Berdasarkan kajian dari penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap teks HQ dengan disertai suntingan teks HQ serta analisis struktur sastra fantastik belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terhadap teks HQ memang pernah tercatat dilakukan di Malaysia dan Singapura. Akan tetapi, penulis mengalami kesulitan dalam pelacakan lebih lanjut terhadap penelitian teks HQ tersebut. Akses pratinjau online yang terbatas terhadap penelitian tersebut menyatakan bahwa penelitian pada teks HQ hanya berupa transliterasi. Pada dasarnya, penelitian pada teks HQ yang dilakukan penulis saat ini belum pernah dilakukan sebelumnya dikarenakan dari segi analisis merupakan kajian yang baru dalam penelitian filologi, yaitu menghadirkan suntingan teks HQ dan analisis sastra fantastik. Teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah HQ. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan penyuntingan teks, yaitu terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan teks. Penyuntingan teks dilakukan dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah suntingan teks yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah ditransliterasikan. Benar dalam pengertian kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibersihkan dari kesalahan-kesalahan kecil. Langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis sastra fantastik. Kajian teks dilakukan dengan memerikan aspek semantik yaitu wacana dan kronologi cerita, dekor realis, narator, tokoh dan penokohan serta kejadian-kejadian aneh. Kemudian cerita dalam naskah dikelompokkan ke dalam genre serta subgenre sesuai dengan ciri instrinsik cerita tersebut. Analisis tahap kedua,

11 11 yaitu menjelaskan tentang relevansi isi naskah terhadap kehidupan masa kini. Pengkajian relevansi isi naskah ini dititikberatkan pada kajian aspek fantastik berupa hipnotis. I. LANDASAN TEORI 1. Teori Penyuntingan Teks Menyunting dalam KBBI (2002: 1106) berarti menyiapkan naskah siap cetak atau terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Menyunting dalam filologi adalah menyediakan naskah yang mendekati aslinya, yaitu naskah yang baik dan benar. Baik, berarti mudah dibaca dan dipahami karena sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan bahasa sasaran. Benar, berarti bahwa kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena sudah dibersihkan dari kesalahan (Sholeh Dasuki, 1996: 60). Beberapa langkah yang dilakukan dalam penyuntingan pada naskah tunggal adalah sebagai berikut. a. Inventarisasi Naskah Inventarisasi naskah merupakan usaha untuk mengumpulkan semua naskah yang akan diteliti atau yang masih dalam koleksi pribadi atau koleksi lembaga yang nantinya digunakan sebagai bahan penelitian. Langkah ini berguna untuk mengetahui jumlah naskah dan tempat naskah itu disimpan, serta penjelasan tentang keadaan naskah tersebut. Ada dua teknik dalam menginventarisasikan naskah, yaitu: studi katalog dan studi lapangan.

12 12 1) Studi Katalog Pencarian naskah-naskah melalui daftar yang ada di katalog online maupun terbitan. Naskah yang terdaftar di katalog adalah naskah-naskah yang dimiliki oleh suatu museum atau lembaga lain. Pencarian naskah dengan katalog dilakukan dengan cara melihat judul dan keterangan-keterangan yang ada di dalam katalog. 2) Studi Lapangan Pencarian naskah dilakukan langsung di masyarakat dengan cara mendatangi orang-orang yang diduga menyimpan naskahnaskah yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain kedua cara di atas, pencarian juga perlu dilakukan dengan membaca sejumlah artikel yang berisi tentang penemuan dan informasi lainnya mengenai naskah. Hal ini dilakukan karena beberapa katalog kadang belum lengkap dengan adanya penemuan naskah-naskah baru (Bani Sudardi, 2003: 47). b. Deskripsi Naskah Deskripsi naskah dilakukan dengan memerikan data-data mengenai gambaran naskah secara detail. Untuk mengetahui karakteristik naskah yang akan diteliti perlu dilakukan deskripsi terhadap seluk beluk naskah. c. Suntingan Teks Untuk menyediakan suntingan teks, diperlukan metode penyuntingan teks. Seorang penyunting harus memilih metode penyuntingan dengan tepat. Penentuan metode harus dilakukan dengan

13 13 hati-hati serta dengan perbandingan yang cermat sehingga menghasilkan teks yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini harus disesuaikan dengan karakter naskah yang akan diteliti. Metode yang digunakan untuk menyunting naskah tunggal adalah metode edisi naskah tunggal. Salah satunya adalah dengan edisi standar, yaitu penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahankesalahan kecil dan ketidakkonsistenan. Ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku (standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani Sudardi, 2003: 59 61). Suntingan teks berkaitan dengan transliterasi dan transkripsi. Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Siti Baroroh Baried, et. al., 1985: 65). Sedangkan transkripsi adalah penggantian huruf demi huruf dengan memperhatikan ejaan bahasa sasaran. d. Kritik Teks Tugas utama para filolog adalah mendapatkan naskah yang mendekati aslinya dengan melakukan kritik teks. Kritik teks berusaha mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana yang diciptakan oleh pengarangnya (Siti Baroroh Baried, et. al., 1985: 62). Kritik teks adalah penilaian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (Bani Sudardi, 2003: 55). 2. Teori Pengkajian Teks a. Sastra Fantastik

14 14 Todorov menulis sebuah buku berjudul Introduction a la Litterature Fantastique, yang pada tahun 1973 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Richard Howard dengan judul The Fantastic a Structural Approach to a Literary Genre. Dalam buku tersebut Todorov mengemukakan bahwa fantasi adalah sastra yang menyajikan peristiwa-peristiwa yang berada di antara dua kutub: natural dan supranatural. Sebab kalau akhirnya dapat dijelaskan secara natural, ia termasuk sub-genre fantastic-uncanny, sedang kalau akhirnya dapat dijelaskan secara supranatural, ia termasuk sub-genre fantasticmarvelous. Diagram Todorov dapat digambarkan sebagai berikut (Th. Sri Rahayu Prihatmi, 1999: 6) terlampir dalam lampiran. Dalam bukunya (1975), The Fantastic a Structural Approach to a Literary Genre Tzvetan Todorov menawarkan definisi berikut fiksi fantastis: In a world which is indeed our world, the one we know...there occurs an event which cannot be explained by the laws of this same familiar world. The person who experiences the event must opt for one of two possible solutions: either he is the victim of an illusion of the senses, of a product of the imagination-- and the laws of the world then remain what they are; or else the event has indeed taken place, it is an integral part of reality--but then this reality is controlled by laws unknown to us (hal. 25). Berikut ini merupakan uraian aspek-aspek semantik yang merupakan bagian dalam kajian fantastik. 1) Motif, tema fantastik, dan dekor realis. Motif atau tema, agar menimbulkan kesan fantastik membutuhkan sejumlah atribut atau detil, seperti deskripsi khusus. Dekor realis dibangun dari tema-tema realis dan unsur-unsur cerita

15 15 lain seperti tokoh, peristiwa, ruang dan waktu yang ditata dan disajikan dengan uraian atau detil yang memadai untuk memberikan kesan riil (Apsanti Djokosujatno, 2005: 52 57). 2) Tokoh, ruang dan waktu dalam cerita fantastik Tokoh dalam cerita fantastik biasanya mengisi peran-peran tertentu, sebagai korban peristiwa fantastik tokoh yang mendengar cerita tentang suatu peristiwa yang dialami tokoh lain, atau yang menyaksikan dan mengalami peristiwa supranatural (tetapi tidak percaya meskipun merasa ketakutan), sebagai penutur (Apsanti Djokosujatno, 2005: 59). Ruang selain membangun dunia riil, juga berfungsi untuk menciptakaan kesan seram. Cerita fantastik memerlukan dekor realis untuk menguatkan kesan fantastik pada peristiwa yang tibatiba muncul dan menghentikan alur yang jernih (id, 2005: 60). 3) Narator dalam cerita fantastik Tokoh utama dalam cerita fantastik, umumnya erat berkaitan dengan masalah penuturan cerita, dan biasanya dialah yang memegang peran sebagai penutur (pencerita atau narator). (id: 63). J. METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, baik dalam ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya (Poerwadarminta, 1976: 649). Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang data-datanya berupa kata-kata atau konsep dan bukan berupa angka. Deskriptif yaitu berisi penggambaran hasil

16 16 penelitian dengan cara pendeskripsian. Adapun pada penelitian ini, metode dibedakan menjadi dua, yaitu. 1. Metode Penyuntingan Teks Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog dapat diketahui bahwa naskah HQ merupakan naskah salinan dari Malaysia. Hal ini berarti bahwa naskah ini bukan naskah tunggal. Pada katalog online Pustaka Digital Manuskrip Melayu terdapat bagian berupa foto dan penyebutan judul naskah serta kode yaitu Hikayat Qamaruzzaman MS 34. Mengingat jarak, tenaga, waktu yang terbatas serta keterjangkauan naskah HQ, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dalam penelitian ini. Keterbatasan yang dimiliki penulis menjadi kendala pelacakan lebih lanjut pada naskah HQ yang terlacak telah diteliti di Malaysia dan Singapura. Pratinjau yang terbatas pada media online dalam pelacakan naskah HQ yang berada di luar Indonesia juga menimbulkan kendala. Naskah yang terjangkau oleh penulis hanya terdapat satu edisi naskah dari Pustaka Digital Manuskrip Melayu, sehingga perbandingan naskah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena teks dianggap sebagai naskah tunggal, maka penelitian ini menggunakan penyuntingan naskah tunggal. Metode edisi teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode edisi standar. Edisi standar ialah penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan. Ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku

17 17 (standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani Sudardi, 2003: 59-61). Setiap perbaikan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan, misalnya dengan memberikan penjelasan di dalam pengantar suntingan, memakai catatan kaki (footnote) dan sebagainya agar dapat memberikan kesempatan pada pembaca atau peneliti lain untuk memberikan penilaian dan alternatif terhadap setiap perbaikan sehingga pertanggungjawaban atau setiap perbaikan yang dilakukan oleh penyunting akan memberikan tambahan bobot atau kualitas keilmiahan yang menurut pertimbangan keilmiahan dirasa lebih tepat (Sholeh Dasuki, 1996: 61). 2. Metode Pengkajian Teks Pengkajian teks HQ menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikan. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang datanya berupa data tertulis atau lisan. Untuk mendukung metode ini, digunakan beberapa metode, sebagai berikut ini. a. Metode analisis struktural sastra Fantastik Pendeskripsian struktur (sastra fantastik) menggunakan pendekatan intrinsik, yaitu pendekatan yang berusaha menafsirkan dan menganalisis karya itu sendiri sebagai sesuatu yang mandiri secara totalitas. Pertama, analisis struktur fantastik terhadap objek material yang menggunakan metode struktural (content analysis/ analisis isi). Kajian dilakukan pada identifikasi story discourse (meliputi aspek

18 18 wacana dan kronologis), dekor realis, tokoh, penokohan, narator, dan kejadian-kejadian aneh (Risnawati, 2010: 29) yang terdapat pada naskah HQ. Kemudian dilanjutkan dengan pengelompokan ke dalam genre dan subgenre. Hal ini berdasarkan teori sastra Fantastik yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov dalam buku Apsanti Djokosujatno (2005: 51 70). b. Metode analisis relevansi isi naskah Pengkajian teks pada penelitian ini melalui dua tahap analisis. Analisis pertama yaitu analisis struktur fantastik. Setelah itu dilakukan analisis relevansi isi naskah, dalam hal ini ditinjau dari segi konteks kekinian unsur fantastik berupa hipnotis. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Edi Subroto, 2007: 47). Penelitian ini melibatkan data primer dan sekunder. Data primer berupa naskah HQ dikumpulkan dengan inventarisasi naskah melalui studi katalog. Sedangkan, pengumpulan data sekunder berupa buku dan artikel pendukung penelitian. 4. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.

19 19 a. Tahap Deskripsi Setelah naskah didapat dengan melakukan inventarisasi naskah dengan studi katalog, langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan naskah. Deskripsi naskah ini sangat diperlukan untuk menjelaskan atau memberi gambaran tentang seluk-beluk naskah. Selain itu, deskripsi sangat berperan untuk mengetahui karakter naskah. b. Tahap Analisis Setelah naskah dideskripsikan, langkah selanjutnya adalah melakukan suntingan teks berdasarkan karakter naskah. Metode suntingan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode edisi standar. Metode ini yaitu penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan. Ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku (standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani Sudardi, 2003: 59 61). Untuk mengungkap isi naskah, penelitian ini menggunakan analisis isi atau content. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif naskah. Analisis data menggunakan struktur sastra fantastik. Selain itu, dilakukan kajian relevansi naskah mengenai unsur fantastik berupa hipnotis pada naskah dengan masa kini. Dengan demikian, hasil suntingan teks yang baik dan benar inilah yang nantinya akan dijadikan bahan analisis karya sastra yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

20 20 c. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi ini dilakukan dengan memeriksa kembali secara cermat keseluruhan hasil penelitian. Tahap akhir penelitian ini dilakukan agar diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Teknik Penarikan Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi, analisis dan evaluasi, langkah terakhir adalah penarikan simpulan. Dalam penelitian ini, penarikan simpulan dilakukan secara induktif, yaitu penarikan simpulan dengan berpikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum. K. JADWAL KEGIATAN Kegiatan Usulan Penelitian dan Penggarapan, serta Konsultasi Bab I (Pendahuluan) Penggarapan dan Konsultasi Bab II (Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori) Penggarapan dan Konsultasi Bab III (Metode Penelitian) Penggarapan dan Konsultasi Bab IV (Suntingan Teks) Penggarapan dan Konsultasi Bab V (Analisis) Penggarapan dan Konsultasi Bab VI (Penutup) Juli Waktu Pengerjaan Agustus September Oktober November Desember

21 21 L. DAFTAR PUSTAKA Achadiati Ikram, et.al., Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Manassa - Yayasan Obor Indonesia. Amir Sutaarga, et.al Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P dan K. Jakarta: Departemen P & K. Apsanti Djokosujatno Cerita Fantastik dalam Perspektif Genetik dan Struktural. Jakarta: Djambatan Bani Sudardi Penggarapan Naskah. Surakarta: BPSI. Behrend, T. E. (Ed.) Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-Ecole Francaise D Extreme orient. Edi Subroto Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Edi S. Ekadjati (Ed.) Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Manassa dan Yayasan Obor Indonesia. Farida Hidayati Asni Manhaju l-atami fī Tabwībi l-chikam: Suntingan Teks, Analisis Strktur dan Tinjauan Tasawuf (Skripsi). Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Howard, Joseph H Malay Manuscripts a Bibliographical Guide. Kuala Lumpur: University of Malaya Library. Ibn Alawī ibn Uthmān ibn Yahyā Ini Hikayat bernama Qamar alzamān. Batavia: Weltevreden. Katalog Online Hathi Trust Library ( diakses peneliti pada 3 Januari Loir, Henri Chambert dan Oman Fathurahman Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia: World Guide to Indonesian Manuscript Collections. Jakarta: Ecole Francaise D Extreme Orient dan Yayasan Obor Indonesia. Mohd. Idris Hikāyat Qamar al-zamān/ diterjemahkan oleh Haji Abdul Rahman bin Jabugis. Singapura. Oman Fathurahman dan Munawar Holil Katalog Naskah Ali Hasjmy Aceh, Catalog of Aceh Manuscripts: Ali Hasjmy Collection. Tokyo: Tokyo Universities of Foreign Studies. Panuti Sudjiman Filologi Melayu: Kumpulan Karangan. Jakarta: Pustaka Jaya.

22 22 Poerwadarminta, W. J. S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ricklefs, M.C & P. Voorhoeve Indonesian Manuscripts in Great Britain: A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public Collections. London: Oxford University Press. Risnawati Representasi Fantasi Enam Cerpen Dalam Kumpulan Cerpen "Dunia di Kepala Alice" Karya Ucu Agustin Analisis Struktur Fantastik Dan Semiotika.( Skripsi). Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. Sholeh Dasuki Metode Penyuntingan Teks dalam Filologi dalam Haluan Sastra Budaya No. 27 Th. XV Maret Surakarta: Fakultas Sastra UNS. Siti Baroroh Baried, et. al Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Siti Fathilah Nur Hidayati Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā l-lāhi Ta ālā Karya Ali al-muttaqi: Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf. (Skripsi) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Suci Antari Tanbīhu l-ikhwān fī sy-syurūthi wa l-arkān: Suntingan Teks dan Pendekatan Resepsi (Skripsi). Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Th. Sri Rahayu Prihatmi Cerkan yang Merongrong Tradisi Realisme: Makna dan Fungsinya. Semarang: Pidato Pengukuhan Guru Besar Penerimaan Jabatan Guru Besar Madya dalam Ilmu Kesusasteraan Modern, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. Website Pustaka Digital Manuskrip Melayu. Hikayat Qamaruzzaman MS 34. ( diakses peneliti pada 28 November Wieringa, E. P. (Ed) Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts: in the Library of Leiden University and Other Collections in the Netherlands (volume one). Leiden: Legatum Warnerianum in Leiden University Library.

Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik. Oleh: Farhana Aulia C

Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik. Oleh: Farhana Aulia C Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik Oleh: Farhana Aulia C0208022 Abstrak Penelitian naskah lama dalam dunia sastra selalu menarik untuk dikaji, terlebih dalam rangka upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian

Lebih terperinci

HIKAYAT QAMARUZZAMAN: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik

HIKAYAT QAMARUZZAMAN: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik HIKAYAT QAMARUZZAMAN: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka. Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

TINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah

TINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah TINJAUAN BUKU Fathurahman, Oman (Penyusun Utama), Aoyama, Toru (Penyunting Utama) (2010). Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar. Komunitas Bambu, TUFS Tokyo, PPIM UIN Jakarta, Manassa, PKPM Aceh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah naskah Masaaila Aqiidatu `l-islam ( MAI ) hasil pemikiran Abu Laits As-Samarqandi. Data atau objek penelitian ini adalah teks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang

Lebih terperinci

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi 1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, baik dalam ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya (Poerwadarminta, 1976:649). Bisa

Lebih terperinci

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Samarinda Teori Filologi iii TEORI FILOLOGI oleh Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Hak cipta dilindungi undang-undang 2017 Penyunting Azizatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip

Lebih terperinci

SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik

SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti

Lebih terperinci

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu (1) keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan (2) keduanya mudah merasa terancam setiap kali ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Teks Risalah Ilmu Hakikat dan Zikir merupakan naskah yang di dalamnya mengandung banyak ajaran tasawuf, yaitu akidah, ibadah, akhlaki. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang 373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu 1. Fakultas/ Program Studi 2. Mata Kuliah dan Kode : Fakultas Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jawa : FILOLOGI JAWA I 3. Jumlah SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi : Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi

SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan. PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

MANFAAT STUDI FILOLOGI

MANFAAT STUDI FILOLOGI MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra

Lebih terperinci

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis

Lebih terperinci

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan kertas atau buku tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi

Lebih terperinci

MANHAJU L-ATAMMI FĪ TABWĪBI L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN TINJAUAN TASAWUF

MANHAJU L-ATAMMI FĪ TABWĪBI L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN TINJAUAN TASAWUF MANHAJU L-ATAMMI FĪ TABWĪBI L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN TINJAUAN TASAWUF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian terdahulu pernah meneliti tentang Fitoterapi yang sedang dibahas melalui skripsi ini. Penelitian yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan sebuah penelitian, metode sangat dibutuhkan dalam proses sebuah penelitian. Metode yang digunakan oleh seorang peneliti harus sesuai dengan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah merupakan rekaman kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya

Lebih terperinci

THARĪQATU S-SHĀLICHĪN FĪ BAYĀNI AURĀDI S-SĀLIKĪN: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR DAN ISI

THARĪQATU S-SHĀLICHĪN FĪ BAYĀNI AURĀDI S-SĀLIKĪN: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR DAN ISI THARĪQATU S-SHĀLICHĪN FĪ BAYĀNI AURĀDI S-SĀLIKĪN: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR DAN ISI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Melayu Klasik merupakan bukti konkret kebudayaan berupa hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan bahasa. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2 Standar : Mendengarkan 9. Memahami informasi melalui tuturan. SILABUS PEMBELAJARAN 9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah SDR, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sebuah manuskrip dalam aksara Latin yang berjudul Tjajar Sapi berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN Sebuah manuskrip dalam aksara Latin yang berjudul Tjajar Sapi berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya aksara Latin pada awal abad ke-20 secara perlahan-lahan menggeser penggunaan aksara Arab-Melayu di Nusantara. Campur tangan bangsa Eropa (Belanda) dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan memiliki nilai-nilai luhur yang terdiri atas nilai filosofis dan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan memiliki nilai-nilai luhur yang terdiri atas nilai filosofis dan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keberagaman budaya yang sudah dikenal oleh dunia dari zaman kependudukan kolonial. Ini merupakan hal yang sepatutnya dimanfaatkan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

ASRĀRU `SH-SHALĀT: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN RESEPSI

ASRĀRU `SH-SHALĀT: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN RESEPSI ASRĀRU `SH-SHALĀT: SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN RESEPSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami perkembangan. Karena itu, agar keberadaan karya sastra dan pengajarannya tetap tegak,

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA I. UMUM Dalam

Lebih terperinci