KATA PENGANTAR. Tanjungpinang, Maret 2012 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANJUNGPINANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Tanjungpinang, Maret 2012 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANJUNGPINANG"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2011 ini berisi gambaran secara umum tentang kuantitas, kualitas, mobilitas penduduk dan kepemilikan dokumen kependudukan di Kota Tanjungpinang berdasarkan database yang ada di SIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang. Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat sebagai dasar penentu kebijakan-kebijakan yang akan diambil Pemerintah Kota Tanjungpinang. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya buku ini semakin mendekati kesempurnaan. Tanjungpinang, Maret 2012 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANJUNGPINANG PAMRI, S.Sos Pembina Tk. I NIP

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia, mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan, oleh karena itu penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan kependudukan memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kependudukan bertujuan untuk melakukan pengendalian kuantitas penduduk sebagai salah satu aspek penting yang harus dilakukan guna menjamin tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan cepat, kualitas rendah, persebaran tidak merata akan menghambat tercapainya kondisi ideal antara kualitas, kuantitas, mobilitas, dan daya dukung lingkungan (daduling). Pembangunan harus dilakukan oleh penduduk dan untuk penduduk, oleh karena itu perencanaan pembangunan harus didasarkan pada kondisi penduduk. Luasnya cakupan masalah kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilaksanakan secara lintas bidang dan lintas sektor, oleh karena itu dibutuhkan koordinasi dan pemahaman mengenai hubungan penduduk dan dinamikanya, termasuk pembangunan keluarga dengan perkembangan berkelanjutan. Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sejak tahun Sistem tersebut bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan dan menghasilkan database kependudukan yang terpusat. Database kependudukan yang dihasilkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk Kota Tanjungpinang dan kedepannya diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan di Kota Tanjungpinang.

3 Dalam rangka penyajian data dan pemberian informasi perkembangan kependudukan, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang perlu menyusun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang seperti yang telah ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan. Profil Perkembangan Kependudukan berisi gambaran kondisi, perkembangan dan prospek kependudukan suatu daerah yang diharapkan dapat memberikan informasi, pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pembangunan kependudukan. B. Tujuan Tujuan dari penyusunan profil perkembangan kependudukan ini adalah memberikan informasi tentang perkembangan kependudukan yang akan bermanfaat untuk merumuskan kebijakan kependudukan, perencanaan kependudukan, penentuan target sasaran program pembangunan, dan kebijakan lain di Kota Tanjungpinang. C. Ruang Lingkup Profil perkembangan kependudukan disusun dengan batasan penduduk Kota Tanjungpinang sampai bulan Desember 2011 sesuai dengan yang telah diamanatkan pada pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 65 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan. D. Pengertian Umum Terhadap Istilah yang Digunakan Dalam Profil Perkembangan Kependudukan - Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Wilayah Kota Tanjungpinang. - Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, kuantitas, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. - Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.

4 - Data Kependudukan adalah data perseorangan dan atau data agregat yang berstruktur sebagai hasil dari kegaitan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. - Profil Perkembangan Kependudukan adalah gambaran kondisi, perkembangan dan prospek kependudukan. - Angkatan Kerja adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja dan sedang mencari pekerja (menganggur) atau yang terlibat dan berusaha terlibat dalam kegiatan produktif.

5 BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis dan Topografis Daerah Gambar 1. Peta Kota Tanjungpinang Secara geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, dengan posisi koordinat berada pada 0 51' sampai dengan 0 59' Lintang Utara dan ' sampai dengan ' Bujur Timur, dan berada pada elevasi ± 70 m di atas permukaan air laut (mean sea level). Adapun batas-batas wilayah Kota Tanjungpinang sebagai berikut : Sebelah Utara : Teluk Bintan, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Sebelah Selatan : Selat Karas, Desa Mantang Baru, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kecamatan Galang Kota Batam. Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. Sebelah Barat : Selat Karas, Kecamatan Galang Kota Batam dan Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

6 Kota Tanjungpinang memiliki 4 (empat) Kecamatan dan 18 (delapan belas) Kelurahan diantaranya: 1. Kecamatan Tanjungpinang Barat yang terdiri dari 4 (empat) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Barat, Kelurahan Kemboja, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Bukit Cermin 2. Kecamatan Tanjungpinang Timur yang terdiri dari 5 (li ma) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Kampung Bulang, Kelurahan Air Raja, Kelurahan Batu IX, dan Kelurahan Pinang Kencana 3. Kecamatan Tanjungpinang Kota yang terdiri dari 4 (empat) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kelurahan Kampung Bugis, Kelurahan Senggarang, dan Kelurahan Penyengat 4. Kecamatan Bukit Bestari yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Dompak, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kelurahan Sei Jang, dan Kelurahan Tanjung Unggat. Dari keseluruhan Kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang terdapat 167 (Seratus Enam Puluh Tujuh) Rukun Warga (RW) dan 68 6 (Enam Ratus Delapan Puluh Enam) Rukun Tetangga (RT). Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari lautan dan daratan, dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai 239,5 km² dengan luas daratan 131,54 km² (55%) dan luas lautan 107,96 km² (45%). Kota Tanjungpinang secara topografis mempunyai tinggi tanah antara 0 70 m di atas permukaan laut. Bentuk lahan kota berbukit-bukit dengan kemiringan berkisar antara 0 40 o. Secara keseluruhan perbukitan ini membentuk punggung di bagian tengah kota dan menanjak ke arah timur atau ke luar kota. Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 630 mm sampai 3050 mm per tahun, sedangkan suhu udara rata-rata maksimum 21ºC dengan kelembaban udara rata-rata 61 91% dan tekanan udara minimum 1005 MBS dan maksimum 1013,7 MBS, selain itu juga terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. B. Kondisi Demografis Daerah Penduduk Kota Tanjungpinang cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Salah satu penyebab terjadinya peningkatan penduduk tersebut adalah adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk yang datang ke Kota Tanjungpinang. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama arus urbanisasi tersebut. Jika dilihat Tanjungpinang adalah sebuah kota yang sedang dan mulai berkembang baik dalam bidang pembangunan fisik maupun

7 pembangunan ekonominya dan dengan ditetapkannya Kota Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Dengan demikian banyak pendatang dari berbagai daerah mencoba untuk mengadu nasib di Kota Tanjungpinang. Penduduk pada tahun 2011 berjumlah jiwa dengan tingkat kepadatan 962 jiwa/km 2. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak Kepala Keluarga. Menurut jenis kelamin penduduk Kota Tanjungpinang berjumlah jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. C. Gambaran Ekonomi Daerah Kota Tanjungpinang yang dibentuk melalui UU no. 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 memiliki potensi perdagangan, industri dan jasa serta menjadi daerah tujuan wisata, juga merupakan salah satu basis kawasan pertumbuhan IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapore Growth Triangle) dan AFTA. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki Kota Tanjungpinang diharapkan akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Pembangunan ekonomi Tanjungpinang dititikberatkan pada tiga sektor unggulan yaitu perdagangan, industri dan transportasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan akan mampu dan dapat merangsang perkembangan serta pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang meningkat ini menjadi gairah dalam meningkatkan kegiatan pembangunan di Kota Tanjungpinang yang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang baru terbentuk tahun Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi berada pada level 7,07 persen. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sedikit mengalami perlambatan yaitu sebesar 6,97 persen. Namun di tahun 2010 laju pertumbuhan Kota Tanjungpinang kembali mengalami peningkatan yaitu berada pada level 7,08 persen. D. Potensi Daerah 1. Wisata Sejarah Kota Tanjungpinang yang berada di wilayah pulau Bintan berdampingan dengan Kabupaten Bintan memiliki tempat wisata sejarah yang bisa dinikmati diantaranya adalah:

8 - Pulau Penyengat Pulau Penyengat merupakan pulau yang berjarak 6 km di seberang kota Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau. Pulau ini penuh makna bagi sejarah Kesultanan Riau-Lingga. Pada masa keemasannya, Kesultanan Riau- Lingga menjadikan Pulau Penyengat tidak hanya sebagai pusat pemerintahan. Tetapi juga pusat kebudayaan dan keagamaan. Maka tak heran jika hingga saat ini, peninggalan dari masa keemasan Kesultanan Riau masih dapat ditemui di pulau ini antara lain Masjid Raya Sultan Riau, kompleks makam Raja Haji Fisabilillah, kompleks Istana Kantor, Kompleks Makam Raja Abdul Rahman, Perigi Putri, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, dan banyak lainnya. Dalam kisah yang diceritakan secara turun temurun dalam Masyarakat Melayu, Pulau Penyengat digambarkan sebagai mas kawin yang diberikan oleh Sultan Mahmud Marhum Besar, Sultan Riau periode Masehi, kepada Engku Putri Raja Hamidah, putri dari Raja Haji Fisabillah. Pulau ini merupakan pulau museum karena banyak peninggalan sejarah dan budaya melayu, Di Pulau Penyengat tersebut terdapat - Masjid Sultan Riau Penyengat Masjid yang berdiri kokoh ini di bangun pada 1 Syawal 1245 H atau tahun 1832 M terletak di Pulau Penyengat dibangun atas inisiatif dari Yang Dipertuan Muda ke 7 Raja Abdurrahman. Masjid ini memiliki panjang 19,8 m dan lebar 18 m. Masjid ini memiliki arsitektur yang khas, diantaranya terdapat 4 buah tiang penyangga di dalamnya, juga terdapat 4 buah menara di setiap sisinya dan 13 buah kubah, sehingga jika di jumlahkan menara dan kubahnya berjumlah 17, sesuai dengan jumlah rakaat sholat sehari semalam bagi umat islam. Keunikan lain dari masjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran bahan bangunannya. Di dalam masjid ini terdapat sebuah kitab suci Al-Quran yang di tulis tangan. 2. Wisata Budaya Beberapa wisata budaya yang bisa dinikmati di Kota Tanjungpinang diantaranya adalah: - Tari Zapin Kesenian ini merupakan bentuk kesenian tari, identitas yang paling asas dalam kesenian ini adalah nuansa keislaman yang begitu kental dalam sebuah pertunjukan tari. Kesenian ini melambangkan karakter bangsa

9 melayu yang ramah, dan santun dalam kesehariannya serta gigih dalam memgamalkan nilai-nilai agama yang menjadi kepercayaan irang melayu. - Batik Gonggong Gonggong dikenal dan ada hampir di seluruh daerah Kepulauan Riau. Gonggong adalah biota laut yang menjadi santapan dan cukup dikenal baik warga lokal maupun pendatang. Selama ini selain isinya yang lezat, kulit gonggong sudah dijadikan cenderamata seperti gantungan kunci dan bunga. Tanjungpinang pun mengabadikan gonggong sebagai batik khas kota Tanjungpinang. - Melayu Square Melayu Square berada di sepanjang tepi laut Kota Tanjungpinang yang merupakan pusat jajanan yang menyajikan berbagai makanan, mulai dari makanan laut sampai ke makanan khas melayu. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Melayu Square selalu dipadati pengunjung pada sore hingga malam hari. Keindahan sunset juga bisa dilihat jelas di sepanjang Melayu Square. - Dragon Boat Race Lomba Perahu Naga atau yang lebih dikenal dengan nama Dragon Boat Race, adalah olah raga bernuansa budaya yang dimulai sejak tahun Lomba Perahu Naga ini diangkat dari sebuah tradisi ritual keagamaan masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang, yang sudah berlangsung sejak tahun 1950-an, yang disebut Sembahyang Keselamatan Laut. Ritual ini selalu dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 menurut kalender Cina atau pada bulan Juni apabila dihitung dengan kalender Masehi, namun tanggal pelaksanaannya selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Hingga kini Lomba Perahu Naga sebagai bagian dari upacara keagamaan (Kong Hu Chu) tersebut masih tetap dilakukan oleh warga masyarakat Tionghoa Kota Tanjungpinang. Sejalan dengan program pemerintah untuk menggembangkan sektor industri pariwisata di Kepulauan Riau, maka Lomba Perahu Naga yang awalnya bersifat lokal itu, dipilih untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kota Tanjungpinang, dengan nama Dragon Boat Race sebagai even wisata tahunan. - Mak Yong Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukan sebagai dramataridalam forum internasional. Pertunjukan Mak Yong dibawakan

10 kelompok penari dan pemusik profesional yang menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumental dan naskah yang sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana dan binatang. Pertunjukan Mak Yong diiringi alat musik seperti rebab, gendang dan tetawak.

11 A. Sumber Data BAB III SUMBER DATA DAN KOMPONEN KEPENDUDUKAN Sumber data yang digunakan dalam menyusun Profil Perkembangan Kependudukan Kota Tanjungpinang adalah : 1. Data registrasi yang dihasilkan melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mulai akhir bulan Januari sampai dengan akhir bulan Desember 2011 pukul WIB (sesuai dengan Pasal 12 Permendagri No. 65 Tahun 2010). 2. Data dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun Data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Tanjungpinang Tahun 2011 B. Komponen Kependudukan 1. Kuantitas Penduduk Komposisi dan Persebaran Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi Karakteristik penduduk sangat berpengaruh terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin. Distribusi penduduk menurut umur dikelompokkan menurut umur satu tahunan atau umur tunggal (single age) dan lima tahunan, namun dapat juga dikelompokkan menurut distribusi umur tertentu sesuai dengan kebutuhan, seperti pengelompokkan penduduk menurut usia sekolah (SD = 7-12 tahun; SLTP = tahun; SLTA = tahun; dan Perguruan Tinggi = tahun). Selain pengelompokkan berdasarkan distribusi umur penduduk, terdapat juga pengelompokkan penduduk berdasarkan struktur umur penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu : Penduduk usia muda, yaitu penduduk usia di bawah 15 tahun atau kelompok umur 0-14 tahun. Penduduk usia produktif, yaitu penduduk umur tahun. Penduduk usia lanjut, yaitu penduduk umur 60 tahun ke atas (mengikuti ketetapan WHO)

12 1) Jumlah Penduduk Pada tahun 2011, Kota Tanjungpinang mempunyai jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Penduduk Kota Tanjungpinang tersebar di 4 (empat) Kecamatan. Distribusi penduduk di tiap kelurahan dan kecamatan dapat di lihat pada tabel 1. NO Tabel 1. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011 KECAMATAN / KELURAHAN P E N D U D U K LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur mempunyai jumlah penduduk paling banyak yaitu atau sekitar 35,36%. Hal ini disebabkan karena wilayah kecamatan Tanjungpinang Timur adalah wilayah yang sedang berkembang. Pembangunan perumahan baru, perkantoran, perdagangan dan transportasi berada di wilayah

13 kecamatan ini. Faktor tersebut menyebabkan penduduk kota Tanjungpinang terutama pendatang lebih memilih untuk bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur. Sebaliknya wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota mempunyai jumlah penduduk paling sedikit yaitu jiwa atau 10,26%. Wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota sebagian besar adalah wilayah pesisir pantai. Penduduk cenderung menghindari wilayah tersebut sebagai tempat untuk menetap. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin tiap Kecamatan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 52,00% 51,00% 50,58% 51,17% 51,97% 50,44% 50,00% 49,00% 48,00% 49,42% 48,83% 48,03% 49,56% 47,00% 46,00% TANJUNGPINANG BARAT TANJUNGPINANG TIMUR TANJUNGPINANG KOTA BUKIT BESTARI LAKI-LAKI PEREMPUAN Gambar 2. Grafik Distribusi Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 Menurut grafik diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk laki- yang ada di Kota Tanjungpinang lebih laki untuk tiap kecamatan banyak dari pada jumlah penduduk perempuan. Fakta ini berkebalikan dengan kondisi yang ada di Indonesia secara keseluruhan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki.

14 2) Jumlah dan Proposi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk tabel menurut umur tunggal, kelompok umur lima tahunan atau kelompok umur yang sesuai dengan kebutuhan seperti pengelompokan umur usia sekolah. a) Umur Median (Median Age) Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, yaitu bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari umur median. Kegunaan dari umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu. Berdasarkan umur median, penduduk di suatu daerah dikategorikan : - Penduduk muda, jika umur median kurang dari 20 tahun - Penduduk intermediate, jika umur median antara tahun - Penduduk tua, jika umur median lebih dari 30 tahun. Untuk Kota Tanjungpinang, berdasarkan data yang ada pada SIAK, umur median penduduk kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah 30 tahun, yang berarti bahwa setengah dari penduduk kota Tanjungpinang pada tahun 2011 berusia di bawah 30 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 30 tahun. Umur median ini terletak diantara tahun, sehingga penduduk kota Tanjungpinang dikategorikan sebagai penduduk intermediate. Umur median tersebut sesuai dengan gambaran penduduk yang ada pada piramida penduduk yaitu sebesar 50,02% penduduk berada pada usia di bawah 30 tahun. b) Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai Rasio Jenis Kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, rasio jenis kelamin juga berguna bagi para politisi terutama untuk mengetahui seberapa besar keterwakilan kaum perempuan di parlemen.

15 Untuk kota Tanjungpinang, berikut ditampilkan hasil perhitungan rasio jenis kelamin untuk masing-masing kecamatan/kelurahan. Tabel 2. Rasio Jenis Kelamin (RJK) Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjungpinang Tahun 2011 NO KELOMPOK P E N D U D U K UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH RJK , , , , , , , , , , , , , , ,94 16 > ,50 TOTAL ,62 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa penduduk kota Tanjungpinang mempunyai rasio jenis kelamin 103,62 artinya untuk tiap 100 penduduk perempuan terdapat penduduk lakilaki yang berarti juga di kotatanjungpinang terdapat penduduk lakilaki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Pada hampir setiap kelompok umur, ternyata RJK lebih dari 100, kecuali kelompok umur tahun, dan umur 75 tahun ke atas. c) Piramida Penduduk Piramida penduduk menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang disajikan secara grafik. Sumbu horizontal (dasar piramida penduduk) menunjukkan jumlah penduduk dapat berupa jumlah absolut ataupun persentase, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan umur, baik menurut kelompok umur satu tahunan maupun lima tahunan. Dasar piramida dimulai dengan kelompok umur termuda dan dilanjutkan ke atas

16 untuk kelompok umur yang lebih tua dan biasanya puncak piramida untuk kelompok umur yang lebih tua sering dibuat dengan sistem umur terbuka (75+); dan bagian kiri piramida digunakan untuk mewakili penduduk laki-laki sedangkan bagian kanan untuk penduduk perempuan. Piramida penduduk juga dapat digunakan untuk membuat perencanaan pembangunan dengan memperhatikan umur dan jenis kelamin secara cepat dan juga berguna untuk evaluasi data kependudukan yang dikumpulkan. Piramida yang disajikan dari periode-periode yang lain dapat menunjukkan perkembangan dan kecenderungan penduduk di masa lalu, saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan melihat gambar piramida penduduk, kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan penyediaan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki - laki, perempuan dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Berikut disajikan piramida penduduk Kota Tanjungpinang tahun PEREMPUAN LAKI-LAKI Gambar 3. Grafik Piramida Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Grafik piramida penduduk menunjukkan bahwa penduduk kota Tanjungpinang terbanyak adalah pada kelompok usia tahun. Persentase penduduk yang berada pada kelompok usia

17 dibawah 34 tahun adalah sebesar 61,58%, sedangkan yang berusia diatas 34 tahun hanya sebesar 38,42%. Penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 5 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran. Penurunan jumlah kelahiran dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya suksesnya program pemerintah (KB) yaitu menekan jumlah kelahiran. Selain itu ada kemungkinan juga naiknya angka kematian bayi. Akan tetapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut tentang data jumlah kelahiran yang bersumber dari Dinas Kesehatan. Untuk penduduk usia di atas 24 sampai 44 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan piramida penduduk, ini menunjukkan besarnya penduduk yang berada pada usia produktif. Demikian juga untuk kelompok umur antara 5 14 tahun masih cukup tinggi yang pada 5-10 tahun yang akan datang akan berpengaruh pada kelompok usia kerja, sehingga pemerintah kota Tanjungpinang harus mempersiapkan tambahan penciptaan lapangan pekerjaan untuk menghindari bertambahnya pengangguran khususnya pada 5 10 tahun yang akan datang. Jika dilihat dari sektor pendidikan, piramida penduduk menunjukkan kelompok usia 0 9 tahun akan berpengaruh pada penyediaan sarana pendidikan yang ada di Kota Tanjungpinang dalam jangka 5 10 tahun yang akan datang. Jika jumlah sarana pendidikan mencukupi maka tidak akan ada masalah. Akan tetapi jika jumlah sarana pendidikan yang ada tidak sesuai dengan banyaknya anak usia sekolah, maka tentunya akan menjadi masalah untuk generasi yang akan datang. Jumlah sarana pendidikan yang kurang tentunya akan berpengaruh pada kualitas pendidikan dikarenakan kapasitas yang melebihi standar. Sebaliknya jika jumlah sarana pendidikan berlebih, maka akan banyak ditemui sekolah yang jumlah siswanya sangat minim. Jadi keseimbangan penyediaan sarana pendidikan dengan jumlah pelajar harus diperhatikan. d) Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio). Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia non produktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia tahun). Rasio ketergantungan menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif. Semakin tinggi persentase rasio

18 ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Menurut usia, rasio ketergantungan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua. Dari perhitungan rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua dapat diketahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan total. Berikut adalah data penduduk kota Tanjungpinang yang sudah dikelompokkan menjadi 3 kelompok umur, yaitu kelompok umur muda (0 14 tahun), kelompok umur produktif (15 64 tahun), dan kelompok umur tua (65 tahun keatas). NO Tabel 3. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Kelompok Umur Produktif Tahun 2011 KELOMPOK UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL > TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Rasio Ketergantungan Muda untuk kota Tanjungpinang adalah sebesar 25,15 persen. Sedangkan Rasio Ketergantungan Tua sebesar 3,97 persen. Hasilnya, untuk kota Tanjungpinang Rasio Ketergantungan Total adalah 29,12 persen, artinya bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Tanjungpinang mempunyai tanggungan sekitar penduduk usia nonproduktif, diantaranya dari kelompok usia muda dan 3 4 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. 3) Rasio Kepadatan Penduduk (Population Density Ratio). Seperti diketahui bahwa Kota Tanjungpinang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan lautan. Kepadatan penduduk yang ditentukan disini tanpa memilah terlebih dahulu menurut daerah

19 yang tidak memungkinkan untuk di huni. Hal ini dilakukan karena belum diketahui secara pasti berapa wilayah daratan dan lautan untuk setiap kecamatan dan kelurahan. Meskipun secara keseluruhan diketahui bahwa 131,54 km² ( 55%) wilayah Kota Tanjungpinang adalah daratan, dan 107,96 km² (45%) adalah lautan. Dengan luas wilayah 239,5 km 2 dan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak jiwa, maka kepadatan penduduk kota Tanjungpinang secara keseluruhan adalah 962 jiwa/km 2, artinya pada setiap kilometer persegi wilayah Kota Tanjungpinang dihuni oleh 962 orang penduduk (Tabel 4). Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel kepadatan penduduk di setiap wilayah Kecamatan/Kelurahan. NO Tabel 4. Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang Tiap Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011 KECAMATAN / KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK (jiwa) LUAS / AREA (Km 2 ) KEPADATAN / DENSITY per Km 2 TANJUNGPINANG BARAT , TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU , BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR , MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG , AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA , TANJUNG PINANG KOTA , KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK , TANJUNG AYUN SAKTI , SEI JANG , TANJUNG UNGGAT , TOTAL ,5 962 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah

20 Dari hasil tersebut terlihat bahwa wilayah Kecamatan Tanjungpinang Barat merupakan wilayah yang paling padat penduduknya yaitu jiwa/km 2. Dan di Kecamatan tersebut, Kelurahan Kemboja adalah yang paling padat penduduknya yaitu jiwa/km 2. Kecamatan Tanjungpinang Barat pada awalnya merupakan wilayah pusat perkantoran dan perdagangan yang pertama di Kota Tanjungpinang sebelum Kota Tanjungpinang menjadi Kota Otonom. Setelah menjadi Kota otonom pada tahun 2002, maka pembangunan perkantoran, perdagangan dan transportasi dialihkan ke Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kelurahan yang paling padat penduduknya di Kota Tanjungpinang adalah kelurahan Tanjungpinang Kota dengan kepadatan jiwa/km 2. Dan sebaliknya kepadatan terendah ada di wilayah kelurahan Dompak dengan kepadatan 90 jiwa/km 2. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur diarahkan ke wilayah Dompak dan Senggarang yang kepadatan penduduknya masih sedikit, dengan tujuan pemerataan pembangunan. Sebagai contoh Kantor Walikota Tanjungpinang sejak Oktober 2007 dialihkan ke Senggarang dan merupakan pusat perkantoran dan ibukota provinsi yang masih dalam tahap perkantoran Pemerintah Kota Tanjungpinang. Sedangkan pusat perkantoran dan ibukota provinsi yang masih dalam tahap pembangunan akan dialihkan ke Dompak. Kedua contoh tersebut tentunya akan memicu pemerataan kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang menuju pemerataan kesejahteraan penduduk. Kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar berikut.

21 KEC. TANJUNGPINANG KOTA KEC. TANJUNGPINANG BARAT KEC. TANJUNGPINANG TIMUR KEC. BUKIT BESTARI Keterangan : Terpadat Penduduk Terjarang Penduduk Gambar 4. Peta Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun sebelumnya, yaitu 2010 adalah 922 jiwa/km 2. Dari data tersebut dapat ditentukan bahwa kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang naik 40 jiwa/km 2 selama tahun Jika kenaikan tersebut merata di setiap kecamatan, maka kepadatan dalam satu kecamatan selama satu tahun akan naik 10 jiwa/km 2. 4) Angka Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah besaran persentase perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk pada waktu sebelumnya. Angka pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Indikator laju pertumbuhan penduduk berguna untuk melihat kecenderungan dan memproyeksikan jumlah penduduk di masa depan.

22 Angka pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Angka Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2010 dan 2011 TAHUN JUMLAH PENDUDUK Pt/Po (x) ANGKA PERTUMBUHAN PENDUDUK (ln x) ,0014 0,14% ,0439 4,39% Sumber : Data SIAK Kota Tanjungpinang Tahun 2009, 2010, dan 2011 Angka pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2010 adalah 0,14%. Angka tersebut sangat berbeda dengan angka pertumbuhan pada tahun 2011 yaitu sebesar 4,39%. Angka pertumbuhan penduduk yang pada tahun 2011 masih berada di bawah angka pertumbuhan penduduk nasional 2010 yaitu sebesar 1,49 persen dan angka pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 4,99 persen ( Data Sensus Penduduk 2010). Meskipun demikian hal ini harus menjadi perhatian pemerintah Kota Tanjungpinang, mengingat bahwa Kota Tanjungpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2011 pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut salah satunya disebabkan masih terdapat data ganda pada database kependudukan. Data ganda tersebut terjadi karena adanya penduduk pindah dalam kota yang masih tetap terdaftar pada daerah asalnya, akan tetapi penduduk tersebut didaftar kembali di daerah tujuan pindah, sehingga muncul data ganda. Seharusnya data penduduk dari daerah asal dipindahkan ke daerah tujuan, bukan didaftarkan lagi dalam database. Demikian juga untuk data penduduk yang sudah meninggal dunia tidak dilakukan penghapusan data karena tidak ada laporan dari keluarga yang bersangkutan melalui kelurahan. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk dalam database kependudukan mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan sebelumnya. Pada akhir tahun 2010 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan pemutakhiran data penduduk sebagai salah satu persiapan pelaksanaan penerapan e-ktp (KTP Elektronik) yang berbasis NIK Nasional dimana Kota Tanjungpinang termasuk dalam 197 Kabupaten/Kota yang wajib menerapkan e-ktp

23 pada Pada proses pemutakhiran data tersebut dilakukan penghapusan data ganda dan data penduduk yang sudah pindah atau meninggal dunia. Selanjutnya secara berkala, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap database kependudukan SIAK, sehingga meminimalisir adanya data ganda. Dan pada tahun-tahun berikutnya diharapkan pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang akan stabil. b. Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Sosial NO 1) Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Berikut adalah tabel distribusi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin kota Tanjungpinang tahun 2011 : Tabel 6. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Tahun 2011 KECAMATAN / KELURAHAN TIDAK/BELUM SEKOLAH TDK. TMT SD / SDRJT TAMAT SD / SDRJT PENDIDIKAN TERAKHIR SLTP / SDRJT SLTA / SDRJT DIPL. I / II AKADE MI / DIPL. III / S.MUDA TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah DIPL. IV / S- I S-II S- III

24 Data tersebut bisa disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: TIDAK/BELUM SEKOLAH TDK.TMT SD / SEDERAJAT TAMAT SD / SEDERAJAT SLTP / SEDERAJAT SLTA / SEDERAJAT DIPL. I / II AKADEMI / DIPL. III / S.MUDA DIPL. IV / STRATA I STRATA II STRATA III Gambar 5. Diagram Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk kota Tanjungpinang mayoritas adalah SLTA/Sederajat yaitu sebanyak jiwa. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Strata III, penduduk kota Tanjungpinang masih sangat sedikit yaitu 36 orang. Jika dikelompokkan menurut jenis kelamin, dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 7. Proporsi Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 NO TINGKAT PENDIDIKAN JENIS KELAMIN LAKI-LAKI % PEREMPUAN % JUMLAH 1 Tidak/Belum Sekolah , , Belum Tamat SD/Sederajat , , Tamat SD/Sederajat , , SLTP/Sederajat , , SLTA/Sederajat , , Diploma I/II , , Akademi/Diploma III/S. Muda , , Diploma IV/Strata I , , Strata II , , Strata III TOTAL ,89 50, ,11 49, Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah

25 Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada Tingkat Pendidikan tertentu penduduk laki-laki di Kota Tanjungpinang mendominasi tingkat pendidikan penduduk perempuan, demikian juga sebaliknya. Pada tingkat pendidikan SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Diploma IV/Strata I, Strata II dan Strata III didominasi oleh penduduk Lakilaki. Sedangkan Tamat SD/Sederajat, Diploma I/II, dan Akademi/Diploma III/Sarjana Muda didominasi oleh penduduk perempuan. 2) Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Dari tabel dan gambar ini akan diketahui karakteristik penduduk berdasarkan pemeluk agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan lainnya) untuk Kota Tanjungpinang. Tabel 8. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2011 NO KECAMATAN / KELURAHAN A G A M A ISLAM KRISTEN KHATOLIK HINDU BUDHA KONGHUCU LAINNYA TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Data tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah. Dari kedua penyajian tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kota Tanjungpinang beragama Islam yaitu sebanyak jiwa, dan paling sedikit adalah agama Hindu sebanyak 52 jiwa.

26 KRISTEN; ISLAM; BUDHA; KHATOLIK ; KONGHUCU; 638 HINDU; 52 OTHER; LAINNYA; 25 Gambar 6. Diagram Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2011 Pada tabel dan gambar terdapat agama Lainnya sebanyak 25 orang. Agama yang dimaksud di sini adalah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau agama yang belum diakui di Indonesia. 3) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kecacatan Data ini sangat diperlukan dalam melakukan perencanaan pelayanan yang akan diberikan kepada penduduk dengan kategori khusus. Tabel 9. Penduduk Penyandang Cacat Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Penyandang Laki-Laki Perempuan Jenis Kecacatan Cacat Jml % Jml % Jml % Cacat Fisik 61 30, , ,72 Cacat Fisik dan Mental 23 11,68 8 6, ,48 Cacat Lainnya 25 12, , ,98 Cacat Mental/Jiwa 51 25, , ,32 Cacat Netra/Buta 9 4, , ,81 Cacat Rungu/Wicara 28 14, , ,68 Jumlah Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk penyandang cacat di Kota Tanjungpinang adalah sebanyak 327 jiwa. Penyandang cacat terbanyak adalah cacat fisik yaitu sebanyak 107 jiwa. Sedangkan penyandang ndang cacat paling sedikit adalah cacat tunanetra yaitu sebanyak 19 jiwa. Data tersebut dapat disajikan juga dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.

27 CACAT FISIK TUNA NETRA TUNA RUNGU CACAT CACAT MENTAL/JIWA FISIK/MENTAL 49 CACAT LAINNYA Gambar 7. Diagram Penduduk Penyandang Cacat Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Berdasarkan data SIAK, dapat diketahui juga bahwa jumlah penduduk penyandang cacat yang masih berada pada usia sekolah adalah sebanyak 85 jiwa (25,99%). Informasi tentang jumlah penyandang cacat dapat digunakan pemerintah Kota Tanjungpinang untuk memberikan fasilitas kepada para penyandang cacat agar bisa melakukan aktifitas yang sama dengan penduduk lainnya. Contohnya adalah pendirian Sekolah Luar Biasa jika masih berada pada usia sekolah dan penyediaan lapangann pekerjaan yang sesuai bagi penyandang cacat usia produktif. Data ini sangat diperlukan dalam melakukan perencanaan pelayanan yang akan diberikan kepada penduduk dengan kategori khusus. 4) Penduduk Menurut Status Kawin Indikator perkawinan berguna bagi penentu kebijakan dalam mengembangkan program-program pembangunan keluarga dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan Keluarga Berencana/pembangunan keluarga.

28 Tabel 10. Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Status Perkawinan Tahun 2011 PENDUDUK KECAMATAN / KELURAHAN BELUM KAWIN KAWIN CERAI HIDUP CERAI MATI L P JML L P JML L P JML L P JML TANJUNGPINANG BARAT TANJUNG PINANG BARAT KEMBOJA KAMPUNG BARU BUKIT CERMIN TANJUNGPINANG TIMUR MELAYU KOTA PIRING KAMPUNG BULANG AIR RAJA BATU IX PINANG KENCANA TANJUNGPINANG KOTA TANJUNG PINANG KOTA KAMPUNG BUGIS SENGGARANG PENYENGAT BUKIT BESTARI TANJUNG PINANG TIMUR DOMPAK TANJUNG AYUN SAKTI SEI JANG TANJUNG UNGGAT TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa banyaknya penduduk belum kawin adalah jiwa dengan rincian jumlah laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Ini berarti bahwa lebih dari setengah jumlah penduduk Kota Tanjungpinang masih belum kawin. Jika dilihat juga pada grafik piramida penduduk Kota Tanjungpinang sebelumnya, maka penduduk usia di bawah 40 tahun mencapai 72,27%. Jadi untuk 5 10 tahun kedepan Kota Tanjungpinang diperkirakan akan mempunyai angka pertumbuhan penduduk yang tinggi. Rata-Rata Umur Kawin Pertama (SMAM) Definisi dari Singulate Mean Age at Marriage = SMAM adalah perkiraan (estimasi) rata -rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin). Rata-rata usia kawin pertama dari penduduk suatu daerah mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari daerah tersebut. Perempuan dan laki-laki yang kawin muda biasanya tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga mereka menikah pada usia muda meninggalkan bangku sekolah.

29 Kegunaan tersedianya indikator rata-rata umur kawin pertama dengan metode SMAM akan memudahkan para penentu kebijakan dan perencanaan pembangunan untuk mengembangkan program pemberdayaan orang muda agar melanjutkan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan pendidikan keterampilan agar tidak segera memasuki jenjang perkawinan. Program untuk pendewasaan usia perkawinan bagi perempuan juga dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah masing-masing. Berikut disajikan tabel yang dapat digunakan untuk menentukan rata-rata usia kawin pertama (SMAM). Tabel 11. Persentase Penduduk Lajang Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Kelompok Umur Penduduk Perempuan Belum Kawin Penduduk Perempuan % Lajang c. Keluarga , , , , , , ,02 Jumlah persentase single umur , ,13 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang 2011, Diolah Angka SMAM 26,52 dapat diinterpretasikan sebagai rata-rata umur pertama kali kawin penduduk perempuan Kota Tanjungpinang pada tahun Artinya, bahwa rata-rata umur kawin pertama penduduk perempuan Kota Tanjungpinang pada tahun 2011 adalah umur tahun, dan ini merupakan usia kawin pertama yang cukup tinggi. Hal ini juga mencerminkan bahwa perempuan di Kota Tanjungpinang cenderung menikah setelah menyelesaikan pendidikan minimal SLTA/Sederajat. Informasi tentang jumlah keluarga dan komposisi anggota keluarga, diperlukan dalam perencanaan maupun implementasi

30 kebijakan pemenuhan pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, kebutuhan pangan, pengentasan kemiskinan, dan sebagainya. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu: Keluarga Inti (Nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin atau ibu dengan anak-anak yang belum kawin. Keluarga luas ( extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak baik yang sudah kawin atau belum, cucu, orang tua, mertua maupun kerabat-kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga. 1) Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga Banyaknya jumlah anggota keluarga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan kesejahteraan dalam satu keluarga, dimana diasumsikan semakin kecil jumlah anggota keluarga, akan semakin baik tingkat kesejahteraannya. Rata-rata jumlah angota keluarga biasanya digunakan untuk melihat perubahan paradigma dari keluarga luas menjadi keluarga kecil. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui banyaknya Kepala Keluarga yang ada di Kota Tanjungpinang adalah kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka rata-rata jumlah anggota keluarga di Kota Tanjungpinang tahun 2011 berkisar antara 3 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ratarata anggota keluarga pada setiap Kepala Keluarga merupakan keluarga inti.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara 110 0 9 48.02 sampai 110 0 58 37.40 Bujur Timur dan 5 0 43 20.67 sampai 6 0 74 25.83 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang B A B I P E N D A H U L U A N Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik serta sejalan dengan rekomendasi PBB mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, maka BPS menyelengarakan Sensus Penduduk 2010.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Bupati Sekadau Simon Petrus, S.Sos, M.Si, Wakil Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si, Kepala Biro Dukcapil Drs. Sopiandi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG 2015 No Publikasi : 2171.15.22 Katalog BPS : 1102001.2171.030 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 12 hal. Naskah :

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan, namun sebaliknya penduduk yang besar tapi rendah kualitasnya

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.30 Katalog BPS : 1102001.2171.080 Ukuran Buku: 25 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.21 Katalog BPS : 1102001.2171.020 Ukuran Buku: 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 20 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD

KATA PENGANTAR. Serang, Maret 2016 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SERANG TTD KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Data Kependudukan Tahun 2015. Buku

Lebih terperinci

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si saat pembukaan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Penuntasan Perekaman Biometrik KTP-EL, Akta Kelahiran 0-18 Tahun dan Pemberian Kartu Identitas Anak (KIA) Bupati Sekadau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2015 Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013 PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 32 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Identitas Desa Pajarisuk Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi : Pajarisuk : Pringsewu :Pringsewu : Lampung B. Kondisi Geografis 1. Batas Wilayah Desa Pajarisuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

Statistik Daerah. Kecamatan Barus Utara. Katalog BPS :

Statistik Daerah. Kecamatan Barus Utara. Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.1204.073 Statistik Daerah Kecamatan Barus Utara Makam Tuan Ambar Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Jalan N. Daulay No. Pandan, Telp. 371082 Email : bps1204@bps.go.id

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 18 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUTAKHIRAN DATA KEPENDUDUKAN UNTUK PEMBANGUNAN DATABASE KEPENDUDUKAN BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari 15 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN CIBIRU 2015 ISSN / ISBN : - No. Publikasi : 3273.1545 Katalog BPS : 9213.3273.110 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 12 halaman Naskah: Priatna Nugraha Badan

Lebih terperinci

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang semakin tinggi memberikan tekanan yang cukup

Lebih terperinci

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai persoalan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER Antroposfer A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Tinjauan Kota Pekanbaru 1. Letak dan Luas Kota Pekanbaru terletak antara 101 14-101 34 Bujur Timur dan 0 25-0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015

K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015 K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015 R E N C A N A S T R A T E G I S K O N D I S I T E R K I N I U S U L A N 2 0 1 6 R E N C A N A S T R A T E G I S

Lebih terperinci

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Bojongloa Kaler Katalog BPS nomor : 9213.3273.030 Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH Kecamatan Bojongloa Kaler 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1536 Katalog BPS : 9213.3273.030

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini akan membahas Kelurahan Setiamanah secara umum sebagai wilayah studi. Kelurahan Setiamanah merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Cimahi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang. Pembangunan Nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia, mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LUBUK BAJA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LUBUK BAJA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LUBUK BAJA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LUBUK BAJA 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.29 Katalog BPS :1102001.2171.070 Ukuran Buku: 24,5 cm x 17,5 cm Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTAMOBAGU UTARA 216 ISBN : 62-17-361-2 No. Publikasi : 71746.1619 Katalog : 1112.71744

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan Data dan Informasi dalam Perencanaan http://en.wikipedia.org/wiki/data Data adalah sekumpulan fakta Data adalah suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya, hasil pengukuran atau pengamatan suatu

Lebih terperinci