STUDI VALIDITAS KONSTRUK TES INTELIGENSI MULTIDIMENSIONAL (TIM) SESI PERFORMANCE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI VALIDITAS KONSTRUK TES INTELIGENSI MULTIDIMENSIONAL (TIM) SESI PERFORMANCE"

Transkripsi

1 STUDI VALIDITAS KONSTRUK TES INTELIGENSI MULTIDIMENSIONAL (TIM) SESI PERFORMANCE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh: REZA INSPIRAWAN NIM: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H /

2 2 STUDI VALIDITAS KONSTRUK TES INTELIGENSI MULTI DIMENSIONAL (TIM) SESI PERFORMANCE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: Reza Inspirawan NIM: Di bawah bimbingan: Pembimbing I Pembimbing II Jahja Umar, Ph.D NIP: Miftahuddin, M.Si NIP: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

3 3 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul STUDI VALIDITAS KONSTRUK TES INTELIGENSI MULTIDIMENSIONAL (TIM) SESI PERFORMANCE telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Oktober Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 7 Oktober 2011 Dekan/Ketua Sidang Munaqasyah Pembantu Dekan/ Sekertaris Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP: NIP: Anggota: Bambang Suryadi, Ph.D Miftahuddin, M.si NIP: NIP:

4 4 PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Reza Inspirawan NIM : Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Validitas Konstruk Tes Inteligensi Multidimensional (TIM) Sesi Performance adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 22 September Reza Inspirawan. NIM:

5 5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Kesuksesan Berasal dari Kerja Keras! -Vincent F. Orza, Jr "Akar dari Pendidikan Pahit, Tetapi Buahnya Manis" -Aristoteles.

6 6 PERSEMBAHAN: Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orangtua saya Bapak, Mama Terimakasih atas segala didikan dan teladannya.. Sangat beruntung memiliki orangtua seperti kalian

7 7 ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) September 2011 (C) Reza Inspirawan (D) xx halaman + lampiran (E) Studi Validitas Konstruk Tes Inteligensi Multidimensional (TIM) Sesi Performance (F) Salah satu bentuk tes psikologi yang sangat sering digunakan dalam industri adalah tes inteligensi atau sering disebut dengan tes IQ yang biasanya digunakan pada proses seleksi dan rekrutmen. Tes inteligensi seringkali digunakan pada tahap awal yaitu tahap penyaringan. Namun peningkatan penggunaannya tidak dibarengi dengan pengembangan alat tes inteligensi baru sehingga sering kali alat tes yang sama digunakan berulang kali. Akibatnya, beberapa peserta hafal dengan pertanyaan dalam tes tersebut. Apalagi kalau sampai terjadi pembocoran kunci jawaban. Pada tahun 1967, Douglas N. Jackson, Ph.D mengembangkan alat tes baru dengan mengadaptasi Weschler Adult Intelligence Scale (WAIS) dari tes berformat individual menjadi klasikal dengan nama Multidimensional Aptitude Battery (MAB). Selanjutnya, pada tahun 2005, Hendy Ginting, Ph.D dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha menerjemahkan tes tersebut kedalam Bahasa Indonesia dengan nama TIM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh item dalam setiap subtes TIM sesi performance mengukur konstruk yang dimaksud. Konstruk dianggap benar bila setiap item dalam masing-masing sub tes fit (sesuai) dengan model satu faktor yang berarti hanya mengukur konstruk dimaksud. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui apakah lima sub tes TIM sesi performance fit (sesuai) dengan model satu faktor, yaitu skor performance. Dengan begitu, hipotesis pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa seluruh item dalam setiap subtes TIM sesi performance mengukur konstruk yang dimaksud. Sedangkan hipotesis kedua adalah bahwa lima subtes TIM sesi performance fit (sesuai) dengan model satu faktor yaitu mengukur skor performance.

8 8 Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data hasil tes TIM yang disediakan oleh Divisi Asesmen SDM Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (PPM). Data yang digunakan adalah hasil rekrutmen dan seleksi PT. Indosat dan PT. Angkasapura II dari lima kota di Indonesia yaitu Denpasar, Jakarta, Makassar, Medan, dan Pekanbaru. Pelaksanaan tesnya pada tahun 2010 dengan total peserta sebanyak 2770 orang. Profil umum pesertanya adalah usia sekitar Adapun metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis faktor Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan software Lisrel 8.7. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik CFA dapat disimpulkan bahwa kedua hypothesis diterima namun perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran dimana korelasi error measurement antar item dibebaskan. Hal ini terjadi karena setiap item dalam subtes bersifat multidimensional karena error measurement banyak berkorelasi dengan item lain. Dengan hasil seperti ini, maka alat tes TIM sesi performance harus dilakukan perbaikan secara mendasar sebelum digunakan kembali. (G) Daftar Bacaan: 25; buku: 16 + jurnal: 3 +

9 9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul Studi Validitas Konstruk Tes Inteligensi Multidimensional (TIM) Sesi Performance. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut sahabat, dan segenap umat Islam sekalian. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat bertrimakasih dan merasa sangat beruntung dibimbing oleh beliau yang merupakan ahli di bidang psikometri yang terkemuka di Indonesia. Bimbingan beliau telah membuka pengetahuan penulis mengenai banyak hal. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksi selama pengerjaan skripsi ini. 2. Miftahuddin, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, arahan, koreksi yang mendetail, kritik yang membangun, dan waktu yang diberikan kepada Penulis. 3. Yufi Indriani, M.Psi, Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan masukannya selama Penulis menjalani perkuliahan. 4. Mulia Sari Dewi, M.Si., terima kasih atas, sumbangan pikiran dalam penulisan, serta saran demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Pihak PPM atas data yang telah disediakan, terima kasih telah memudahkan Penulis dalam mengambil data bagi penelitian ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan pelajaran kepada Penulis, baik itu dalam hal akademis maupun dalam menjalani kehidupan. 7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan

10 10 skripsi, terutama Mbak Rini yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan Bapak, sehingga Penulis dapat bertemu dengannya. 8. Keluargaku, Bapak Andi Ilham Said dan Ibu Rini Damar Sayekti yang tanpa henti-hentinya memberikan dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada mama yang setiap hari menyemangati penulis agar cepat lulus. Terima kasih kepada Ayah penulis yang mau membantu penulis siang malam untuk mengedit tulisan penulis. Penulis belajar banyak mengenai tata cara penulisan yang baik. Karya ini aku persembahkan untuk kalian. Kepada, Adam Raditya Marendra dan Sapari yang selama proses perkuliahan dan penulisan skripsi ini sering mengantar penulis untuk membeli peralatan-peralatan dalam penulisan skripsi. 9. Afifah, terimakasih untuk segala dukungan dan semangatnya. Terima kasih untuk segalanya. 10. Sahabat-sahabat Penulis semenjak kuliah, Ucup, Gilang, Fachri, Yudi, Milcham, Suceng, Qulub, Ibnul, Nobel, Suryadi, Iman dan untuk seluruh anggota genk C. Semoga genk C tetap Berjaya!. Juga kepada Reni, Vya, Chahyu, Imel, Zya, Tya, Ami. Terimakasih atas segala canda tawa dan terutama untuk info-infonya, baik yang legal maupun ILEGAL. Teman bimbingan skripsi, Risna, Nuran, Kak Sarah, dan Kak Aji. Terimkasih karena untuk semua canda, tawa, dan duka selama ini ketika menunggu untuk masuk ke ruangan ajaib itu. Kalian yang bikin waktu menunggu kita tidak terasa berat. Adiyo, S.Psi dan Nursakinah, S.Psi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan analisis data dan interpretasi hasil lisrel. Terima kasih atas ilmunya dan dukungannya. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, motivasi, dan bimbingan dari semua pihak dibalas dengan balasan yang berlipat. Amin.

11 11 Selain itu Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Mengingat kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan. Jakarta, 7 Oktober 2011 Penulis

12 12 DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Pembimbing i Lembar Pengesahan ii Lembar Orisinalitas iii Motto dan Persembahan iv Abstrak vi Kata Pengantar viii Daftar Isi xi Daftar Tabel xv Daftar Diagram xvi Daftar Lampiran xvii BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan 8 BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 Inteligensi Pengertian Inteligensi Teori-Teori Tentang Inteligensi Teori Berdasarkan Analisis Faktor Primary Mental Abilities dari Thurstone 14

13 Model Structure-of-lntellect dari Guilford Model Hirarkis Vernon Teori Fluid and Crystallized Inteligences dari Cattell Teori Perkembangan Kognitif Piaget Teori dan Model Pemrosesan Informasi Model PASS Teori Sternberg Teori Multiple Intelligences Gardner Macam-macam Tes Inteligensi Tes Binet-Simon Tes Weschsler Tes Army Alpha dan Betha Tes Progressive Matrices Konstruksi Tes Validitas Validitas Isi (Content-Related Validation) Validitas Kriterion (Criterion-Related Validation) Validitas Konstruk (Construct-corelated Validation) Analisis faktor Korelasi dengan tes lain Item Responses Theory Reliabilitas Pendekatan tes-ulang (Test-Retest) 36

14 Pendekatan bentuk parallel Metode Konsistensi Internal Gambaran umum TIM Sesi Verbal Sesi Performance Kerangka Berpikir Hipotesis 47 BAB 3 Metode penelitian 3.1 Data Penelitian Instrumen Penelitian Metode Analisis Data Prosedur Penelitian 58 BAB 4 Hasil Penelitian 4.1 Validitas Konstruk Tingkat Subtes Validitas Konstruk Tingkat Subtes Digit Symbol (DS) Validitas Konstruk Tingkat Subtes Picture Completion (PC) Validitas Konstruk Tingkat Subtes Spatial (SPA) Validitas Konstruk Tingkat Subtes Picture Arrangement (PA) Validitas Konstruk Tingkat Subtes Object Assembly (OA) Validitas Konstruk Tingkat Performance Score 99

15 15 BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Kesimpulan Diskusi Saran 111 Daftar Pustaka 114 Lampiran

16 16 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item DS 64 Tabel 4.2 Muatan Faktor Item TIM subtes DS 65 Tabel 4.3 Komponen Faktor Item TIM subtes DS 66 Tabel 4.4 Sebaran Item TIM Subtes DS 67 Tabel 4.5 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item PC 72 Tabel 4.6 Muatan Faktor Item TIM subtes PC 73 Tabel 4.7 Komponen Faktor Item TIM subtes PC 74 Tabel 4.8 Sebaran Item TIM Subtes PC 75 Tabel 4.9 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item SPA 79 Tabel 4.10 Muatan Faktor Item TIM subtes SPA 81 Tabel 4.11 Komponen Faktor Item TIM subtes SPA 83 Tabel 4.12 Sebaran Item TIM Subtes SPA 84 Tabel 4.13 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item PA 88 Tabel 4.14 Muatan Faktor Item TIM subtes PA 89 Tabel 4.15 Komponen Faktor Item TIM subtes PA 90 Tabel 4.16 Sebaran Item TIM Subtes PA 91 Tabel 4.17 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item OA 94 Tabel 4.18 Muatan Faktor Item TIM subtes OA 95 Tabel 4.19 Komponen Faktor Item TIM subtes OA 97 Tabel 4.20 Sebaran Item TIM Subtes OA 98 Tabel 4.21 Muatan Faktor Skor Performance TIM 101 Tabel 5.1 Perbandingan Model sebelum fit dan sesudah fit 103 Tabel 5.2 Hasil Pengujian Model Satu Faktor tiap Subtes TIM sesi Performance 108 Tabel 5.3 Matrix Interkorelasi 110 Tabel 5.4 Muatan Faktor 110 DAFTAR DIAGRAM Diagram 2.1 Structure of Intellect Guilford 17

17 17 Diagram 2.2 Model Hirarki Inteligensi Vernon 18 Diagram 2.3 Model Pass 26 Diagram 2.4 Kerangka Berpikir 46 Diagram 3.1 Jumlah Item Sesi Performance 50 Diagram 3.2 Prosedur Penelitian 59 Diagram 4.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Subtes DS 62 Diagram 4.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Subtes PC 70 Diagram 4.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Subtes SPA 77 Diagram 4.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Subtes PA 86 Diagram 4.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Subtes OA 93 Diagram 4.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Skor Performance 100

18 18 DAFTAR LAMPIRAN Surat Keterangan Analisis Faktor Konfirmatorik Digit Symbol Analisis Faktor Konfirmatorik Picture Completion Analisis Faktor Konfirmatorik Spatial Analisis Faktor Konfirmatorik Picture Arrangement Analisis Faktor Konfirmatorik Object Assembly Analisis Faktor Konfirmatorik 2 nd Order Skor Performance

19 19 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Secara tradisional, fungsi tes psikologis adalah untuk mengukur perbedaan antara individu atau perbedaan reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi berbeda. Tes psikologis diberikan dalam berbagai konteks organisasi, seperti: sekolah dan perguruan tinggi, bisnis dan industri, klinik dan pusat konseling, organisasi pemerintah dan militer, serta untuk kepentingan penelitian. Tujuan utama tes psikologis adalah untuk menilai perilaku, kemampuan mental, dan karakteristik pribadi lainnya dalam rangka membantu pembuatan penilaian, prediksi, dan keputusan tentang manusia (Anastasi, 1997). Menurut Murphy (1994), tes digunakan untuk membuat keputusan penting tentang individu. Sebagai contoh, bagian penerimaan di perguruan tinggi menggunakan hasil tes untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolak seorang pelamar. Psikolog klinis menggunakan berbagai tes obyektif dan projektif dalam proses memilih treatmen untuk masing-masing klien. Sedangkan militer menggunakan skor tes sebagai alat bantu dalam menentukan penempatan personel. Tes juga digunakan dalam dunia kerja seperti dalam pemilihan personil, sertifikasi professional, dan lisensi.

20 20 keperluan: Lebih khusus, menurut Aiken (1997) tes psikologi digunakan untuk 1. Seleksi calon karyawan dan calon peserta pendidikan pelatihan 2. Klasifikasi dan penempatan karyawan maupun untuk pendidikan 3. Konsultasi dan panduan pendidikan, penjurusan, serta penentuan tujuan pribadi lainnya 4. Mempertahankan, memberhentikan, promosi, dan rotasi karyawan atau peserta dalam program pendidikan dan pelatihan kelas maupun sambil bekerja 5. Diagnosa dan menulis resep perawatan psikologis maupun fisik di klinik dan rumah sakit 6. Evaluasi perubahan kognitif, intrapersonal, dan interpersonal sebagai hasil pendidikan, psikoterapi, atau program intervensi perilaku lainnya 7. Meneliti perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan evaluasi efektivitas program atau teknik baru Dari ketujuh fungsi tersebut, tulisan ini akan membahas seleksi dan klasifikasi calon karyawan. Seluruh bidang pekerjaan membutuhkan penggunaan tes psikologis, mulai dari operator, staf administrasi, manager, sampai direktur dan CEO. Tes psikologi, utamanya bila terkait dengan pekerjaan penting, biasanya dijadikan informasi awal pada proses wawancara psikologi. Dengan begitu, skor tes dapat diinterpretasikan secara tepat dikaitkan dengan latar belakang lain calon

21 21 karyawan. Itu sebabnya dapat disimpulkan bahwa tes psikologi merupakan bagian yang sangat penting dalam program manajemen sumber daya manusia di perusahaan. Menurut Davis (2009) keutamaan dari tes psikologi bila digunakan dalam bidang industri adalah: 1. Objektif dalam arti mengurangi sekecil mungkin efek bias atau prasangka berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, maupun politik 2. Konsisten karena semua calon mendapatkan pertanyaan atau latihan yang sama dengan urutan yang sama dengan durasi waktu yang sama untuk menjawabnya, dengan asumsi dilakukan dalam lingkungan terkendali sesuai petunjuk pembuatnya. Bahkan sekarang ada variasi di mana beberapa tes kemampuan verbal dan numerik secara online menciptakan sekumpulan pertanyaan khas dari bank soal yang besar, di mana tiap pertanyaan dianggap memiliki tingkat kesulitan yang sama, sehingga masih memungkinkan dilakukan penilaian komparatif 3. Dapat memprediksi kinerja efektif. Banyak studi menunjukkan bahwa penggunaan tes psikologi yang berkualitas dalam hubungannya dengan asesmen pengetahuan dan wawancara terstruktur ternyata dapat meningkatkan efektivitas rekrutmen 4. Dapat memberikan wawasan "kesadaran diri" kepada calon dan juga organisasi. Perasaan bahwa seorang individu akan belajar dan berkembang secara pribadi merupakan motivator yang penting. Oleh

22 22 karena itu keadaan ini bermanfaat untuk mempertahankan karyawan (retention agent) Salah satu bentuk tes psikologi yang sangat sering digunakan dalam industri adalah tes inteligensi atau sering disebut dengan tes IQ yang bisanya digunakan pada proses seleksi dan rekrutmen. Tes inteligensi seringkali digunakan pada tahap awal yaitu tahap penyaringan. Namun peningkatan penggunaannya tidak dibarengi dengan pengembangan alat tes inteligensi baru sehingga sering kali alat tes yang sama diggunakan berulang kali. Akibatnya, beberapa peserta hafal dengan pertanyaan dalam tes tersebut. Apalagi kalau sampai terjadi pembocoran kunci jawaban. Salah satu alat tes intelegensi yang dapat menangkap gambaran inteligensi seseorang dengan mendalam dan menyeluruh adalah alat tes Weschler Adult Intelligence Scale (WAIS) yang diciptakan oleh David Weschler pada tahun Namun karena WAIS berseting tes individual maka kurang cocok digunakan dalam setting industri. Tes individual memerlukan kehadiran tenaga professional ahli pada pelaksanaan tes dan juga untuk interpretasinya. Akibatnya, biaya tes menjadi mahal dan memakan waktu. Pada tahun 1967, Douglas N. Jackson, Ph.D mengadaptasi WAIS dari tes berformat individual menjadi menjadi klasikal yang cocok digunakan dalam setting industri dengan nama Multidimensional Aptittude Battery (MAB). Keuntungan dari metode klasikal adalah lebih mudah proses administrasinya. Selain itu juga memudahkan interpretasi karena skoring dapat dilakukan secara

23 23 manual dengan bantuan matematika sederhana yang hanya menjumlahkan jawaban benar. Bahkan dapat dipermudah dengan bantuan aplikasi software sederhana. Item-item yang terdapat dalam alat tes ini juga dapat digeneralisir dalam berbagai kelompok umur dan budaya. Keuntungan lain adalah tes ini lebih aman dari kebocoran kunci jawaban. Pada tahun 2005, Hendy Ginting, Ph.D dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha menterjemahkan tes MAB-II, yang merupakan edisi revisi dari MAB ke dalam Bahasa Indonesia dengan nama Tes Inteligensi Multidimensional (TIM). Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PPM Manajemen, TIM masih memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya, karena TIM merupakan adaptasi dari MAB II, padahal patokan norma MAB II dari populasi orang Amerika dan Kanada. TIM sendiri belum pernah membuat patokan norma berdasarkan populasi orang Indonesia. Bila norma orang Amerika dan Kanada rata-rata lebih tinggi dari Indonesia maka tingkat kelulusan peserta di Indonesia akan lebih rendah. Selain itu belum pernah dilakukan uji validitas (validity) dan keandalan (reliability). Padahal alat tes yang tidak valid dan tidak andal, akan berdampak sangat besar misalnya dalam hal menentukan nasib seseorang. Menggunakan alat tes yang kurang cermat dan teliti dapat menimbulkan berbagai kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlalu tinggi (overestimate) atau yang terlalu rendah (underestimate). Dalam istilah statistika, disebut variance error. Anastasi (1997) mengatakan bahwa tes psikologis yang baik seharusnya memenuhi persyaratan: reliabel, valid, memiliki item yang baik,

24 24 baku (memiliki norma) dan terstandarisasi. Alat ukur yang valid adalah memiliki hasil variance error yang kecil karena berarti hasilnya dapat dipercaya sebagai angka yang "sebenarnya" atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya. Hal ini didukung oleh Munandar (2001) yang menyatakan bahwa alat tes yang digunakan dalam seleksi dan assessmen serta berbagai tujuan lainnya haruslah menggunakan kaidah- kaidah ilmiah yang benar.kenyataan ini menunjukkan sangat perlu mengadakan berbagai penelitian yang berkaitan dengan 'keabsahan' (keabsahan ramalan, keabsahan konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik) dari perangkat tes psikologik. Kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian studi validitas konstruk alat tes TIM. Pada penelitian ini yang dianalisis hanya bagian sesi performance karena pada sesi performance ini terjadi perubahan bentuk soal. Sesi performance lebih menarik diteliti untuk mengetahui apakah perubahan bentuk soal ini akan merubah konstruk teori yang sebelumnya ada pada WAIS sebelum diadaptasi menjadi TIM yang berseting klasikal. Data penelitian diperoleh dari Asesmen SDM PPM Manajemen yang sejak tahun 2007 telah menggunakan TIM dalam proses rekrutmen dan seleksi di seluruh Indonesia. Bebrapa perusahaan yang telah menggunakan TIM melalui PPM Manajemen antara lain Altivis, Bank Syariah Mandiri, Bukit Asam, Danar Hadi, Garuda Indonesia, Hadji-Kalla, Indomobil Group, Jasa Marga, Kimia Farma, KPK, Medco, Pelindo, Sahid Jaya,Sinar Sosro, Yamaha, dan lain-lain.

25 Batasan Masalah TIM terdiri atas dua sesi yaitu verbal dan performance. Penelitian ini fokus pada sesi performance. Sesi performance sendiri terdiri dari 5 subtes yaitu: digit symbol, picture complection, spatial, picture arrangement, object assembly. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari PPM Manajemen, yang beralamatkan Jl. Menteng Raya No.9, Jakarta Pusat. 1.3 Rumusan masalah Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang: 1. Apakah seluruh item dalam setiap subtes TIM Sesi Performance mengukur konstruk yang dimaksud? Dimana setiap item dalam masing-masing subtes fit (sesuai) dengan model satu faktor dan apakah setiap item dalam masing-masing subtes memberikan sumbangan yang signifikan? 2. Apakah lima subtes TIM Sesi Performance fit (sesuai) dengan model satu faktor, yaitu mengukur skor performance? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas konstruk dari alat tes TIM Sesi Performance. Dengan begitu, lebih meyakinkan untuk digunakan sebagai alat tes yang valid.

26 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikometri. Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak PPM Manajemen dan pengguna tes TIM lainnya, karena dapat disempurnakan untuk penggunaan selanjutnya dengan tingkat validitas yang lebih tinggi. Manfaat praktis lainya adalah memberikan contoh penggunaan software Lisrel untuk menguji validitas konstruk tes psikologis. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penelitian ini menggunakan tahapan berikut ini : BAB I: Pendahuluan ini meliputi: latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: Kajian teori meliputi: sub bab deskriptif teoritis yang membahas mengenai hal-hal mengenai inteligensi serta teori inteligensi yang digunakan oleh alat tes TIM, definisi validitas dan reliabilitas, gambaran umum alat tes TIM, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. BAB III: Metode penelitian: Data penelitian, Instrumen Penelitian, Metode Analisis Data, dan Prosedur Penelitian.

27 27 BAB IV: Hasil Penelitian meliputi: validitas yang dihasilkan oleh analisis faktor, dengan masing-masing skalanya. BAB V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran.

28 28 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari penjelasan tentang teori inteligensi, teori dasar yang digunakan dalam TIM, gambaran umum TIM, definisi validitas dan reliabilitas, kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian. 2.1 Inteligensi Pengertian Inteligensi David Weschler (dalam Jackson, 2003) mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas keseluruhan atau global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menangani lingkungan secara efektif. Istilah keseluruhan atau global digunakan karena terdiri dari elemen-elemen atau kemampuan yang meskipun tidak sepenuhnya independen, namun secara kualitatif terdiferensialkan. Weschler (dalam Jackson, 2003) juga berpendapat bahwa perilaku cerdas adalah gabungan dari beberapa kemampuan terpisah karena (a) kombinasi kemampuan tertentu terbukti lebih baik dari yang lain, (b) kualitas lain, seperti motivasi, pengaruh perilaku, dan (c) tingkat kemampuan lainya yang dibutuhkan untuk tugas tertentu mungkin tidak akan mempengaruhi perilaku tertentu. Terdapat beberapa implikasi dalam tetntang sifat dasar/kodrat dari inteligensi, beberapa di antaranya adalah ide-ide bahwa (1) kecerdasan meliputi

29 29 kemampuan terpisah yang diorganisir secara bersamaan, (2) kecerdasan dan perilaku yang cerdas dapat dibedakan, (3) pengaruh selain kemampuan dapat berdampak pada perilaku yang cerdas, dan (4) kemampuan yang tinggi di daerah khusus tidak harus atau selalu menghasilkan perilaku cerdas di daerah lain. Berikut ini pemaparan dari bebrapa ahli mengenai definisi inteligensi dalam Satler (1992): 1. Binet & Simon "Penghakiman, atau dengan kata lain disebut akal sehat, akal praktis, inisiatif, kemampuan beradaptasi seseorang pada keadaan tertentu. Untuk memberi penilaian dengan baik, untuk memahami dengan baik, untuk berfikir dengan baik, ini adalah kegiatan penting dari kecerdasan" 2. Stodard " Kemampuan untuk melakukan kegiatan yang bercirikan (1) kesulita, (2) kompleksitas, (3) keabstrakan, (4) ekonomi, (5) beradaptasi pada suatu tujuan, (6) nilai sosial, dan (7 ) menunjukkan kemurnian (original), dan untuk mempertahankan kegiatan tersebut di bawah kondisi yang menuntut konsentrasi, energi dan ketahanan terhadap tekanan 3. Freeman "Penyesuaian atau. Adaptasi individu terhadap lingkungan totalnya, atau aspek-aspek tertentu dari lingkunganya. Kemampuan untuk

30 30 mereorganisasi pola perilaku seseorang sehingga dapat bertindak lebih efektif dan lebih tepat dalam situasi baru. Kemampuan untuk belajar. Kemampuan untuk berfikir abstrak 4. Das "Kemampuan untuk merencanakan dan menyusun perilaku seseorang dengan tujuan tertentu." 5. Humphreys "Hasil dari proses memperoleh, menyimpan dalam memori, mengambil, menggabungkan, membandingkan, dan menggunakan konteks informasi yang baru dan keterampilan konseptual ". 6. Gardner "Kompetensi intelektual manusia harus berhungungan dengan seperangka keterampilan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan individu untuk menyelesaikan masalah asli atau kesulitan yang ditemukanya, dan bila memungkinkan, untuk menciptakan produk yang efektif dan juga haru memerlukan potensi untuk menemukan atau menciptakan masalah dengan demikian meletakkan dasar untuk akuisisi pengetahuan baru ".

31 Teori-Teori Tentang Inteligensi Teori tentang inteligensi atau sering juga disebut teori perilaku inteligensi dikembangkan berdasarkan model psikometrik, perkembangan, dan pengolahan informasi (Pellegrino & Varhagen dalam Aiken, 1997). Pendekatan psikometrik menghasilkan banyak tes inteligensi dan metode statistik untuk menganalisis skor hasil tes. Pendekatan ini menggunakan metode analisis faktor sebagai terori dasar alat pengembangnya. Pendekatan berdasarkan perkembangan manusia berakar dari penelitian tentang perkembangan manusia. Pendekatan ini menggunakan terori perkembangan kognitif Piaget. Sedangkan pendekatan berdasarkan model pengolahan informasi mengaggap otak manusia sebagai sistem pengolahan informasi berbebtuk mesin yang berjalan lebih efisien pada beberapa orang Teori Berdasarkan Analisis Faktor Teknik statistik analisis faktor diperkenalkan pada awal abad 20 oleh psikolog dan ahli statistik Inggris, Charles Spearman. Spearman (dalam Aiken, 1997) mengusulkanr teori kecerdasan dua faktor, yang menurutnya dapat menjelaskan pola hubungan antara kelompok tes kognitif yang dianalisis. Teori ini menyatakan bahwa kinerja pada setiap tugas kognitif tergantung pada faktor umum (g) ditambah satu faktor lain yang lebih spesifik unik untuk tugas tertentu. Dua tes yang dipandang relatif murni mengukur faktor g adalah RPM (Raven Progressive Matrices) dan CFIT (Culture Fair Intelligence Test).

32 32 Kritikan terhadap teori dua-faktor Spearman masih berlanjut hingga saat ini. Untuk mendukung kritikan itu, banyak teori alternatif yang telah diajukan. Salah satu diantaranya adalah E. L. Thorndike, perintis American psychologist, merumuskan teori dan merancang tes CAVD sebagai ungkapan tentang pandangannya bahwa kecerdasan adalah gabungan dari berbagai kemampuan yang interkoneksi di otak. Salah satu proposal yang dibuat oleh Thorndike untuk tiga jenis kecerdasan (sosial, kongkrit, dan abstrak) mungkin merupakan teori multifaktor pertama dari kemampuan kognitif. Namun teori ini belum berdasarkan hasil faktor analisi dari tes kemampuan Primary Mental Abilities dari Thurstone Thurstone (dalam Gregory, 2007) mengembangkan prosedur analisis faktor yang mampu menemukan matriks korelasi untuk faktor kelompok. Metodenya membantu para peneliti menemukan jumlah faktor yang terdapat dalam matriks secara empiris dan untuk menjabarkan setiap muatan faktor. Thurstone mengekstraksi tujuh kelompok faktor penting yang disebut sebagai primary mental abilities, yaitu: 1. Verbal meaning (V): Memahami gagasan dan arti kata, yang diukur dengan tes kosa kata. 2. Number (N): Kecepatan dan akurasi melakukan perhitungan aritmatika.

33 33 3. Space (S): Kemampuan visualisasi hubungan yang berbentuk dalam tiga dimensi, seperti dalam mengenali gambar dalam orientasi berbeda. 4. Perceptual speed (P): Kemampuan untuk membedakan detail visual, serta menetapkan persamaan dan perbedaan antara obyek dalam gambar secara cepat. 5. Word fluency (W): Kecepatan dalam memikirkan kata-kata, seperti dalam membuat puisi atau dalam memecahkan anagram. 6. Memory (M): Kemampuan untuk menghafal kata-kata, angka, huruf, dan sejenisnya, dengan cara menulis. 7. Inductive reasoning (I): Kemampuan untuk menurunkan aturan dari informasi yang diberikan, seperti dalam menentukan aturan dari serangkaian angka dari hanya sebagian dari rangkaian angka tersebut. Konsep multidimensi Thurstone mengenai kemampuan kognitif menciptakan kerangka acuan untuk penelitian analisis faktor mengenai inteligensi di Amerika, dan daftar tentang tujuh kemampuan mental primer kemudian diperluas menjadi sekitar 25 kemampuan mental Model Structure-of-lntellect dari Guilford Dalam teori yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari teori Primary Mental Abilities Thurstone, Guilford mengusulkan bahwa kinerja pada setiap tugas kognitif terbaik dapat dipahami melalui analisis ke dalam jenis operasi mental atau proses mental yang dilakukan, jenis konten atau uji

34 34 materi di mana operasi mental dilakukan, dan produk yang dihasilkan dari operasi tertentu pada jenis uji konten tertentu. Model Structure-of-lntellect berisi 120 faktor yang berbeda, yang dianggap independen. Pengembangan dari teori ini mengungkapkan bahwa inteligensi asli terdiri dari lima macam jenis operasi (evaluasi, produksi konvergen, produksi divergen, pemahaman memori, perekaman memori, kognisi), enam jenis produk (unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi), dan lima jenis isi (visual, pendengaran, simbolik, semantik, perilaku). Hal ini menunjukkan adanya 150 (5 X 5 X 6) tugas intelektual yang terdiri dari struktur intelek seperti yang terlihat pada Diagram 2.1.

35 35 Diagram 2.1 Structure of Intellect Guilford Sumber : Anastasi (1997), Hlm. 347 Walaupun awalnya Guilford berasumsi bahwa 150 faktor tersebut independen satu sama lain, tetapi tidak ada penelitianya yang mendukung asumsi ini. Guilford kemudian mengganti model Structure of lntellect yang telah dimodifikasi dengan model kemampuan hirarkis yang terdiri dari 150 orde faktor pertama, 85 orde faktor kedua, dan 16 orde faktor ketiga. Model terakhir belum sepenuhnya dievaluasi oleh penelitian, tapi Brody (dalam Aiken, 1997) menyimpulkan bahwa itu bukan merupakan alternatif yang dapat diterima untuk model hirarkis yang mencakup faktor umum (g) di puncak.

36 Model Hirarkis Vernon Diagram 2.2 adalah diagram model hirarkis dari kemampuan mental yang diusulkan oleh Vernon (dalam Aiken, 1997). Faktor kognitif umum (g) ada di bagian atas hirarki, dengan dua faktor kelompok utama, verbal-educational (v:ed) dan practical-mechanical-spatial (k:m), ditingkat berikutnya. Faktor v:ed dan k:m dipecah lebih lanjut menjadi beberapa faktor kelompok minor. Sebagai contoh, v:ed terdiri dari kemampuan seperti kefasihan verbal, kemampuan numerik, dan mungkin kreativitas. Beberapa faktor kelompok kecil di bawah k:m adalah pemahaman mekanik, kemampuan psikomotorik, serta hubungan spasial dan di bagian bawah hirarki adalah faktor yang khusus untuk tes tertentu. Diagram 2.2 Model Hirarki Inteligensi Vernon Sumber : Aiken (1997), Hlm. 189 Dalam model hirarki kemampuan mental Vernon, semakin tinggi posisi faktor dalam diagram, semakin luas rentang perilakunya. Model hirarki Vernon mempertahankan faktor umum inteligensi Spearman dan meletakan primary mental abilities Thurstone dan structure-of-lntellect Guilford pada status bawah di

37 37 bawah faktor g. Model hirarki Vernon adalah cara yang baik dalam menggabungkan temuan dan interpretasi berbagai studi analisis faktor menjadi sebuah teori tunggal. Konsep yang dikemukakan Vernon serupa dengan Wechsler. Weschler merancang tes inteligensi yang terdiri dari dua bagian yaitu verbal dan performance yang pada akhirnya digabungkan menjadi skor IQ Teori Fluid and Crystallized Inteligences dari Cattell R.B Cattell (dalam Aiken, 1997) menyatakan bahwa Inteligensi umum terdiri dari dua kelompok faktor besar: fluid inteligence (gf) dan crystallized inteligence (gc). Cattell memandangnya sebagai dua jenis inteligensi yang berbeda tapi berhubungan. Keduanya memerlukan kemampuan untuk memahami hubungan, tapi fluid inteligence lebih ditentukan oleh faktor biologis atau genetik dan konsekuensinya lebih non verbal atau bebas budaya. Dibandingkan dengan crystallized inteligence, perubahan pada fluid inteligence lebih sedikit selama periode waktu yang singkat dan lebih besar terkena dampak bila terjadi cedera otak. Kecerdasan ini berpengaruh dalam berbagai bidang kerja, dan dapat diterapkan lebih luas pada tugas-tugas yang membutuhkan adaptasi untuk situasi baru. Di sisi lain, crystallized intelligence, yang berkembang dari aplikasi fluid inteligence ke konteks lingkungan atau budaya yang spesifik. Seperti model hirarki Vernon, teori fluid and crystallized inteligences Cattell adalah penggabungan antara teori Spearman dan Thurstone.

38 Teori Perkembangan Kognitif Piaget Penelitian dan perumusan pada sifat dan asal-usul kemampuan intelektual tidak terbatas pada analisis faktor dan metode psikometri lainnya. Psikolog eksperimental dan perkembangan, serta profesional di disiplin lain, telah merumuskan ide-ide tentang pengembangan pembelajaran, berpikir, pemecahan masalah, dan proses kognitif lainnya. Ilustrasi dari upaya ini adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Tulisan Jean Piaget, yang merupakan sumber dari banyak pengamatan dan spekulasi mengenai perkembangan anak, menggambarkan lebih dari sekedar pertumbuhan teori intelektual. Piaget adalah seorang epistemologist dan psikolog. Tulisannya tidak hanya berfokus pada Inteligensi, tetapi juga pada pertanyaan tentang bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan memahami dunia dimana tempat ia hidup. Menurut Piaget (dalam Aiken, 1997) seorang anak mengetahui dan memahami lingkungan dengan berinteraksi dengan suatu hal dan beradaptasi dengan hal tersebut, suatu proses yang disebut sebagai adaptasi atau equilibrasi. Equilibrasi melibatkan asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses penyesuaian pengalaman baru kedalam struktur mental yang sudah ada sebelumnya (schemata) dan akomodasi merupakan proses modifikasi dari schemata sebagai hasil dari pengalaman.

39 39 Anak-anak kecil berasimilasi setiap kali menerima atau berinteraksi dengan lingkungan (memegang, mengisap, mengeksplorasi, bergoyang, mendekati, dan seterusnya). Sebagai contoh, ketika bayi mencoba untuk menggunakan satu tangan untuk memahami sebuah wadah kaca setelah hanya mencabut mainan dengan tangan itu, ia mencoba untuk mengasimilasi kaca ke dalam skema yang sudah ada untuk menangkap. Jika bayi tidak berhasil dalam menangkap gelas dengan satu tangan, maka perilaku tersebut dimodifikasi dengan menggunakan kedua tangan. Proses akomodasi terjadi ketika lingkungan menolak, menyakiti, memberi penghargaan, menghukum, atau, dengan kata lain, bereaksi. Ketika anak tumbuh, skema menggenggam dan struktur mental lainnya dan pola perilaku yang terkait diuraikan dan disempurnakan untuk pengalaman untuk menanggapi. Jadi, manusia dewasa yang cerdas mungkin terpaksa untuk memodifikasi skema pasifismenya saat diserang secara fisik. Kecenderungan untuk menggabungkan schemata dasar ke tingkat yang lebih tinggi, schemata terintegrasi disebut sebagai organisasi. Piaget menyatakan bahwa pertumbuhan kognitif, yang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi di dunia luar, terjadi dalam empat urutan tahap atau periode.tahapan ini merupakan hirarki perkembangan di mana proses equilibrasi yang sukses dalam tahap sebelumnya diperlukan bagi seorang individu untuk maju menuju kesuksesan. Selama tahap pertama periode sensorimotori, yang terjadi antara masa kelahiran hingga 2 tahun, anak belajar untuk melatih refleks sederhana dan mengkoordinasikan berbagai persepsi. Pada

40 40 tahap kedua periode preoperational antara usia, 2 hingga 7 tahun, anak memperoleh kemampuan berbahasa dan representasi simbolis lainnya mengenai realitas; hal ini sangat penting, masa egosentris dari perkembangan. Selama tahap operasi konkrit, antara 7 hingga 11 tahun, anak mengembangkan sistem operasi yang terorganisir dengan proses interaksi sosial, dengan pengurangan pemusatan diri sendiri. Seorang anak telah mencapai tahap akhir perkembangan kognitif, pada tahap operasi formal (usia 11 sampai 15 tahun), ketika dia bisa menggunakan logika dan penalaran verbal yang lebih tinggi, operasi yang lebih abstrak Teori dan Model Pemrosesan Informasi Perkembangan teknologi komputer dan sistem komunikasi yang pesat selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan munculnya konsep yang menyamakan otak manusia dengan komputer. Penelitian di bidang neurofisiologi dan psikologi kognitif juga memberikan kontribusi terhadap model pengolahan informasi dalam proses pemecahan masalah dan berpikir manusia. Model ini menekankan pada proses atau operasi identifikasi dimana informasi dikodekan, disimpan, diambil, dan dimanfaatkan oleh otak dalam melaksanakan tugas-tugas kognitif seperti pada tes inteligensi. Teori pemrosesan informasi berusaha untuk memberikan penjelasan rinci dan lengkap mengenai langkah-langkah yang terlibat dalam memecahkan masalah. Selain menggunakan data yang diperoleh dari studi korelasional tradisional mengenai perbedaan individu, teori ini menerapkan temuan-temuan

41 41 dari penyelidikan laboratorium mengenai proses pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah untuk mengembangkan dan mengkonfirmasi proposisi teoritis. Menerapkan bahasa yang berorientasi fungsional, strategis (perencanaan, monitoring, menggeser, dan sejenisnya), dan proses-prosesnya, tujuan dari banyak teori pemrosesan informasi adalah untuk mensimulasikan kinerja kognitif manusia pada komputer dan menggambarkan proses kognitif dengan bahasa yang berorientasi komputer. Berpikir dan memecahkan masalah model komputer melihat otak manusia sebagai pengolah sistem informasi memiliki kapasitas penyimpanan yang besar. Penyimpanan berisi, antara lain, program kompleks atau strategi yang dapat ditimbulkan oleh input stimulus tertentu. Dalam model ini, inteligensi dianalisis sebagai variabel seperti kapasitas penyimpanan, kecepatan melakukan operasi dasar, dan kecepatan akses ke penyimpanan, selain berbagai, jumlah, dan kompleksitas program pada file penyimpanan. Dua proses mental yang telah menjadi subyek teori dan penelitian tentang pengolahan informasi manusia adalah atensi dan kecepatan pemrosesan. Penelitian tentang atensi member perhatian dengan pertanyaan seperti apakah orang-orang cerdas lebih mampu memobilisasi dan mendistribusikan atensi mereka lebih baik dari orang-orang yang kurang cerdas. Sebagai contoh, bisakah individu yang lebih cerdas mengalihkan perhatian mereka lebih baik dari yang kurang cerdas ketika dihadapkan dengan dua tugas pada waktu yang sama. Meskipun masih ada beberapa kontroversi mengenai

42 42 apakah atensi adalah motivasi bukan variabel kognitif, hasil dari sejumlah studi menunjukkan bahwa individu dengan inteligensi tinggi lebih fleksibel dalam perhatian mereka dan dapat memobilisasi sejumlah besar perhatian dalam melaksanakan tugas. Variabel lain yang telah dipelajari dari perspektif pemrosesan informasi adalah kecepatan pemrosesan. Pertanyaan mendasanya adalah apakah otak orang berinteligensi tinggi mampu memproses informasi lebih cepat daripada orang dengan inteligensi rendah. Penelitian telah menemukan korelasi positif kecil antara waktu respon dalam melaksanakan tugas mental dan tindakan intelgensi nonverbal Model PASS Teori model PASS (Planning - Attention - Simultaneous Processing - Successive Processing) menyatakan bahwa aktivitas kognitif otak manusia dibagi menjadi tiga unit fungsional. Unit fungsional pertama, yang dianggap berhubungan dengan batang otak bagian atas dan sistem limbik, berhubungan dengan gairah atau perhatian dan adalah pembeda antara rangsangan. Walaupun tidak bertanggung jawab untuk menerima dan menganalisis informasi, unit ini sangat penting untuk proses kognitif karena memberikan kesiapan kondisi umum dan fokus perhatian. Unit fungsional kedua, diduga terkait dengan daerah posterior dari belahan otak, termasuk daerah (oksipital), pendengaran (temporal), dan indra umum (parietal). Unit ini berkaitan dengan proses elaborasi, penerimaan, dan

43 43 penyimpanan informasi dengan cara pengolahan secara simultan dan berturutturut. Unit fungsional yang ketiga, terkait dengan bagian anterior dari belahan otak, khususnya daerah prefrontal, yang berperan dalam pemprograman, peraturan, dan verifikasi kegiatan kognitif. Unit ini mengatur kegiatan unit fungsional pertama sehingga perilaku akan konsisten dengan tujuan individu dan motif secara sadar. Secara ringkas, unit fungsional pertama dikatakan bertanggung jawab atas gairah dan perhatian, yang kedua untuk penerimaan, analisis, dan penyimpanan menggunakan proses penalaran secara berturut-turut dan simultan, dan ketiga untuk merencanakan, mengatur, dan memverifikasi aktivitas mental. Baik input dan output mungkin serial atau bersamaan.

44 44 Diagram 2.3 Model PASS Sumber : Aiken (1997), Hlm. 194 Diagram pengolahan model kognitif PASS dapat dilihat pada Diagram 2.3. Basis pengetahuan terdiri dari semua informasi, baik memori jangka pendek maupun jangka panjang, yang ada pada waktu pemrosesan individu. Agar pengolahan efektif, pengetahuan dasar harus diintegrasikan dengan perencanaan

45 45 (unit fungsional ketiga), gairah/perhatian (unit fungsional pertama), dan proses yang simultan (unit fungsional kedua) seperti yang dituntut oleh tugas tertentu. Hasil pengolahan atau output, melibatkan kegiatan seperti berbicara, menulis, atau kegiatan motorik lainnya Teori Sternberg Salah satu iliustrasi dari teori inteligensi yang berbasis pada teori pemrosesan informasi adalah teori triarchic yang dikemukakan oleh Sternberg (dalam Aiken, 1997). Terdapat tiga komponen proses berfikir manusia yaitu componential, experiential, dan contextual. Pada tahap componential terjadi proses perolehan pengetahuan dan pemecahan masalah. Bagian kedua dari teori triarchic adalah komponen experiential, yang menitikberatkan pada kemampuan untuk menciptakan ide baru dengan cara menggabungkan fakta-fakta yang cenderung tidak berhubungan. Bagian ketiga adalah komponen contextual menitikberatkan pada kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat dan membentuk lingkungan sedemikian rupa sehingga kemampuan seseorang dapat dimaksimalkan serta kelemahan seseorang dapat diminimalisir. Sternberg (dalam Aiken, 1997) kemudian memodifikasi teorinya dengan mengusulkan konsep mental self-government, yang merupakan upaya untuk menggabungkan konsep Inteligensi dengan kepribadian.cara di mana tiga jenis inteligensi digambarkan oleh teori komponen triarchic digunakan untuk

46 46 menghadapi penyelesaian masalah sehari-hari yang ditandai dalam teori ini sebagai gaya intelektual Teori Multiple Intelligences Gardner Howard Gardner (1983) mengusulkan teori multiple intelligences berdasarkan penelitianya mengenai hubungan antara otak dan perilaku. Gardner berpendapat bahwa kekhasan kognisi manusia dan pengolahan informasi melibatkan pengerahan berbagai sistem simbol, yang merupakan bentuk karakteristik persepsi, memori, dan pembelajaran. Dengan demikian, seseorang mungkin baik dalam bahasa, tapi tidak pada musik, manipulasi lingkungan spasial, atau interaksi interpersonal. Gardner menjabarkan sistem simbol yang bekerja pada manusia. Ia membuat contoh kasus untuk tujuh bentuk inteligensi yaitu linguistik, logikamatematika, spasial, musikal, kinestetik tubuh, dan dua bentuk inteligence personal (intrapersonal dan interpersonal). Tiga bentuk pertama pada daftar ini diukur dengan tes inteligensi konvensional, tapi empat terakhir tampak lebih seperti bakat istimewa daripada inteligensi. Inteligensi kinestetik tubuh terlihat lebih banyak pada atlet, pengrajin, penari, dan ahli bedah. Inteligensi spasial dibutuhkan oleh pematung, dan nteligensi musikal oleh komposer, musisi, dan penyanyi. Inteligensi personal yang kedua adalah inteligensi intrapersonal dimana seseorang dapat mendeteksi suasana hati orang lain dan untuk memimpin, memahami perasaan sendiri dan menggunakan pengetahuan diri secara produktif.

47 47 Gardner (dalam Gregory, 2007) menemukan dukungan bagi teori multiple intelligences dari berbagai sumber, termasuk penelitian dalam bidang biologi. Dia menunjukkan cedera di area tertentu dari otak tidak mempengaruhi semua kemampuan mental secara merata Kerusakan pada belahan otak kiri berdampak pada pengucapan dalam kecerdasan linguistik, tetapi hanya sedikit pengaruh terhadap kecerdasan musik, spasial, atau interpersonal. Kerusakan pada belahan otak kanan mempengaruhi kecerdasan musik, spasial, dan interpersonal, tetapi tidak pada kecerdasan linguistik. Seorang pasien yang benar-benar telah menjadi aphasic sebagai akibat dari kerusakan otak kiri, sehingga hampir tidak dapat berbicara atau mengerti, mungkin masih bisa menggambar, menyanyi, atau bahkan menulis musik dengan baik. Tampaknya otak memiliki jaringan yang berbeda untuk suara musik dan karena itu analisisnya memiliki cara yang berbeda dari suara linguistik. Penelitian ini akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Vernon karena sama seperti tes inteligensi yang dirancang oleh Weschler. Salah satunya adalah WAIS yang dirubah menjadi berseting klasikal yaitu MAB Macam-macam Tes Inteligensi Shaleh (2004) mengungkapkan beberapa jenis tes inteligensi yang telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan dan setting antara lain adalah: Tes Binet- Simon, Tes Weschsler, Tes Army Alfa dan Betha, dan Tes Progressive Matrices.

48 Tes Binet-Simon Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter dari Perancis, Alfred Binet dan pembantunya Theodore Simon sehingga tesnya terkenal dengan nama Binet-Simon. Tes dari Binet-Simon pertama kali diumumkan antara tahun dengan nama "chelle matrique del intelegece" atau skala pengukuran kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pernyataan-pernyataan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk anak-anak 3-15). Dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak harus bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Dengan demikian tes ini dapat melihat adanya perbedaan IQ (inteligentie quotient) pada setiap orang atau anak. Tes Binet-simon itu memperhitungkan dua hal, yaitu umur kronologis (chronological age - disingkat CA) yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya dan umur mental (mental age - disingkat MA) yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukkan oleh tes kemampuan akademik Tes Weschler Tes Weschler adalah tes inteligensi yang dibuat oleh David Weschler pada tahun Tes ini terdiri dari dua macam yaitu untuk umur 16 tahun ke atas (Wechsler Adult Inteligence Scale - WAIS) dan untuk anak-anak dibawah 16 tahun (Wechsler Inteligence Scale for Children - WISC). Tes Weschler meliputi dua sub yaitu verbal (lisan) dan performance (tes kinerja). Tes lisan meliputi

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20 TIU : Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi inteligensi dari berbagai pendekatan, serta terutama memahami konsep inteligensi dari pendekatan psikometri serta mampu melakukan asesmen parsial

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIKA 2 : TES INTELEGENSI KODE / SKS : KK / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIKA 2 : TES INTELEGENSI KODE / SKS : KK / 3 SKS 1 Sejarah Intelegensi 1. Permbangan pada abad -19 Mahasiswa dapat memahami dan 2. Permbangan pada abad -20 3. Batasan mengenai konsep intelegensi 1. Permbangan pada abad -19 di : Inggris Amerika Jerman

Lebih terperinci

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP TES INTELLIGENSI NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP INTELIGENSI, APAKAH ITU? Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Tes Inteligensi. Skala Inteligensi Wechsler. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Tes Inteligensi Skala Inteligensi Wechsler Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Asal Mula Tes Wechsler 1932 : merancang sebuah instrumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)

Lebih terperinci

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor Intelegensi Kemampuan kognitif yang dimiliki individu untuk Mempelajari pengalaman baru Menalar dengan baik Menyelesaikan masalah dengan efektif Seberapa baik seorang individu memanfaatkan kemampuan kognitif

Lebih terperinci

TEORI INTELEGENSI GUILFORD

TEORI INTELEGENSI GUILFORD TEORI INTELEGENSI GUILFORD SEJARAH Joy Paul Guilford adalah seorang psikologi berkebangsaan Amerika. Guilford lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807. Semasa masih kecil, Guilford memiliki

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) TES INTELIGENSI PBPP43204 (3 SKS) SEMESTER 4 Pengampu mata kuliah: NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG 2017 1 A.

Lebih terperinci

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : 06320004 Matkon IV A A. ARTIKEL MENGAJAR SISWA YANG BERAGAM DENGAN ANEKA CARA 19 September 2007 Dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai kebhinekaan. Sebab, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

Tes Inteligensi. Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi. Yenny, M.Psi. Psikolog.

Tes Inteligensi. Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Tes Inteligensi Teori Inteligensi, Beberapa Tes Inteligensi Populer, Keterbatasan Tes Inteligensi Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teori-teori

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207 DAFTAR ISI Abstrak i Lembar Pernyataan ii Kata Pengantar iii Ucapan Terima Kasih iv Daftar Isi v Daftar Tabel Vii Daftar Gambar Viii Daftar Grafik vix BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

INTELIGENSI. Pertemuan pertama

INTELIGENSI. Pertemuan pertama INTELIGENI Pertemuan pertama Materi Perbedaan Inteligensi dan IQ Pengertian Inteligensi Pendekatan Inteligensi Teori-teori Inteligensi Manfaat T I U etelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences BAKAT & INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI 2 Kemampuan Mental I. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi - Wundt (Jerman) - Galton (Inggris) - Cattel (AS) Melakukan tes thd anak, dgn soal yg mudah Individual Differences

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi.

Pengertian. 4 Tes Inteligensi Diah Widiawati, M.Psi. Pengertian www.mercubuana.ac.id Istilah inteligensi banyak sekali didengar dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Pada umumnya, masyarakat akan mendefinisikan inteligensi sebagai kecerdasan, kepintaran,

Lebih terperinci

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak PROBLEMA DALAM MENERAPKAN TES INTELIGENSI dan IQ MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa. untuk variabel intelgensi berpengaruh ke prestasi belajar sebasar 0.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa. untuk variabel intelgensi berpengaruh ke prestasi belajar sebasar 0. 118 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Intelegensi Terhadap Prestasi belajar Siswa Hasil analisa data menunjukkan intelgensi siswa mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara parsial 0.440 atau

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum Perkembangan Kecerdasan & Kreatifitas Kecerdasan diturunkan dari inteligensi Inteligensi: Seperangkat kemampuan untuk memproses operasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik MODUL PERKULIAHAN Pengantar Psikodiagnostik Sejarah, Pengertian, dan Kegunaan Psikodiagnostik Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616AA Mutiara Pertiwi, M.Psi

Lebih terperinci

BAB 5. SELEKSI & PENEMPATAN KARYAWAN

BAB 5. SELEKSI & PENEMPATAN KARYAWAN Pemahaman mengenai teknik penyeleksian karyawan Pemahaman mengenai kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam teknik penyeleksian karyawan Pemahaman mengenai jenis-jenis teknik penyeleksian karyawan 1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

CIRI & PENGGUNAAN TES. N o v i a S i n t a R, M. P s i.

CIRI & PENGGUNAAN TES. N o v i a S i n t a R, M. P s i. CIRI & PENGGUNAAN TES N o v i a S i n t a R, M. P s i. PENGGUNAAN TES Dari Bayi s/d Usia Lanjut Ketika bayi lahir akan segera dilakukan tes Apgar - asesmen : detak jantung, pernafasan, otot, refleks dan

Lebih terperinci

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 1-7 ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA JIPP Anggun Lestari a dan Fahrul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Adhyatman Prabowo, M.Psi Adhyatman Prabowo, M.Psi MATERI I: 1.Konsep Bakat 2.Teori Tes Bakat 3.Tes bakat & Intelegensi 4.Tes bakat & Kreativitas 5.Macam Tes Bakat: 6.Tes Bakat DAT 7.Tes Bakat GATB 8.Tes Bakat FACT 9.Keterbatasan

Lebih terperinci

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07 MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 07 A61616BB Riblita Damayanti S.Psi., M.Psi Abstract

Lebih terperinci

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Disusun Oleh: NOVITA BARSELIA P. (106070002277) Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut: Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh birobiro psikologi saat ini. Untuk mengetahuil

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 Metodologi Penelitian Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 PENDEKATAN SAINS MODERN PENDEKATAN SAINS Pendekatan terhadap fenomena dengan menyederhanakan kompleksitas fenomena dan mengisolasi fenomena

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil

Lebih terperinci

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi PENGUKURAN PSIKOLOGI Peristilahan Tes Penilaian Ujian Assesmen Pengukuran Evaluasi Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi Pengukuran psikologi mengandung makna diagnostik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode dan nama mata kuliah : PG434 Psikodiagnostik IV-Inteligensi (2 sks) Topik bahasan : Orientasi kuliah Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa mampu memahami silabus, pearturan

Lebih terperinci

S K R I P S I OLEH: EMANUEL TATI TAENA. No. Reg

S K R I P S I OLEH: EMANUEL TATI TAENA. No. Reg TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PRAOPERASI JEAN PIAGET DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI S K R I P S I Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Sebagai Syarat

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagai syarat-syarat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE OUTBOUND

PENGARUH METODE OUTBOUND PENGARUH METODE OUTBOUND TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK PADA KELOMPOK BERMAIN PAUD CAHAYA NURANI KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh Umi Faizah NIM 090210201024 PROGRAM

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

STUDI VALIDITAS KONSTRUK GENERAL APTITUDE TEST BATTERY (GATB) DENGAN METODE CFA

STUDI VALIDITAS KONSTRUK GENERAL APTITUDE TEST BATTERY (GATB) DENGAN METODE CFA STUDI VALIDITAS KONSTRUK GENERAL APTITUDE TEST BATTERY (GATB) DENGAN METODE CFA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh: AFIFAH NIM: 107070002378

Lebih terperinci

GEJALA-GEJALA JIWA 1. Pengamatan

GEJALA-GEJALA JIWA 1. Pengamatan GEJALA-GEJALA JIWA Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku pada manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PISA atau Program for International Student Assessment yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sebuah program internasional

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Fatimah

Skripsi. Oleh: Fatimah ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN METODE RESITASI PADA MATERI PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UIN ANTASARI BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Lebih terperinci

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus Bab 5 Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Edisi Ke-6 Perbedaan-perbedaan Individual Variabilitas dalam kemampuan dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligens ( 1983 ), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Beliau menamakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR Ninik Setiyowati Jurusan Psikologi Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Impian orang tua agar anak mereka dimasa depan dapat menjadi orang yang sukses dan unggul dalam persaingan, membuat orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak mereka

Lebih terperinci

Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis)

Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis) Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis) Desak Gede Wirayanti Estini Pasca Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) desak.ode123@gmail.com

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG

PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG TES BAKAT & MINAT DEFINISI BAKAT & TES BAKAT Suatu Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yg menunjukkan kapasitias seseorang untuk menguasai

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi

Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi Modul ke: Tes Inteligensi Wechsler Adult Intelligence Scale Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id WAIS-R Verbal Information Digit Span Vocabulary Arithmetic

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI Oleh : Muhammad Arief Budiman NIM : 109070000067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Dasar dasar Tes Psikologi Validitas dan Reliabilitas Tes Psikologis Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Jenis Tes Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNITIF Oleh Dr. Triana Noor Edwina, D. S., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercua Buana Yogyakarta Piaget

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan, yang terletak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM i KONTRIBUSI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP TERHADAP PENINGKATAN LIFESKILL PADA WARGA BELAJAR LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN SANDANG JAYA DI KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Oleh Joko Mardiyanto

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR.

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR. HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR Titis Indah Muharwati 1, Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si, Psi 2, 2014 1 Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang, NIM 10410056,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Seperti yang dikemukakan pada pendahuluan bahwa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk soal- soal ujian nasional mata pelajaran bahasa indonesia

Lebih terperinci

KECERDASAN. Azizi Yahaya PENGENALAN

KECERDASAN. Azizi Yahaya PENGENALAN 3 KECERDASAN Azizi Yahaya PENGENALAN Istilah kecerdasan mula diperkenalkan oleh Francis Galton pada akhir tahun 1800-an. Galton merupakan sepupu kepada tokoh teori evolusi yang terkenal, Charles Darwin.

Lebih terperinci

Feresi Daeli ( )

Feresi Daeli ( ) SISTEM PAKAR DALAM MENENTUKAN TINGKAT IQ ANAK YANG MENGALAMI RETERDASI MENTAL DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS: PENDIDIKAN SLB/B KARYA MURNI) Feresi Daeli (0911526) Mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PSI-KOMATH RAHASIA SUKSES PSIKOTES MATEMATIKA

PSI-KOMATH RAHASIA SUKSES PSIKOTES MATEMATIKA ii PSI-KOMATH RAHASIA SUKSES PSIKOTES MATEMATIKA Berisi Panduan Lengkap Cara Menyederhanakan Persoalan Matematika dengan Mudah & Menyenangkan iii KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirraahiiim,,, Puji syukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail :

DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail : ASESMEN DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail : dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN Evaluasi sistematis dan pengukuran faktor psikologis, biologis dan sosial dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK 1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan tekologi yang pesat turut menjadi suatu tren global, dimana hal tersebut dapat ditelaah dengan seringnya berbagai kegiatan yang terintegrasi menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir Intelegensi Intelegensi Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir 2. Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru 3. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri ada beberapa faktor pokok yang dapat membantu suatu industri menajadi lebih baik dan lebih maju, faktor-faktor tersebut ialah modal, tanaga

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI PENELITIAN KUANTITATIF dan PENELITIAN KUALITATIF

PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI PENELITIAN KUANTITATIF dan PENELITIAN KUALITATIF PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI PENELITIAN KUANTITATIF dan PENELITIAN KUALITATIF PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA BIRO SKRIPSI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian anak didik yang belum dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Soal Matematika Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan dengan matematika. Soal tersebut dapat berupa soal pilihan ganda ataupun soal uraian. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM PELATIHAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI DIREKTORAT PELAYANAN PADA PT JAMSOSTEK (PERSERO)

PENGARUH PROGRAM PELATIHAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI DIREKTORAT PELAYANAN PADA PT JAMSOSTEK (PERSERO) PENGARUH PROGRAM PELATIHAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI DIREKTORAT PELAYANAN PADA PT JAMSOSTEK (PERSERO) SKRIPSI Nama : Fitra Wulandari NIM : 43110120149 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci