3 METODOLOGI. 3.1 Deteksi Perubahan Fase

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI. 3.1 Deteksi Perubahan Fase"

Transkripsi

1 41 3 METODOLOGI 3.1 Deteksi Perubahan Fase Dalam penelitian ini deteksi perubahan fase dari gerakan suatu target atau gerakan kawanan ikan dilakukan dengan menggunakan perangkat dengan diagram blok seperti pada Gambar 25. TX AMPLIFIER PEMANCAR OSILATOR RX AMPLIFIER PENERIMA PHASE SHIFTED DETECTOR LPF Gambar 25. Diagram blok perangkat pendeteksi fase gerakan kawanan jenis ikan. TX adalah transducer pemancar dan RX adalah transducer penerima. Pemancar mengirim gelombang akustik kontinyu (continues wave) ke arah horisontal (lateral aspect) gerakan kawanan ikan atau target yang bergerak dalam air melalui transducer pemancar. Daya pancar yang digunakan besarnya 10 Watt yaitu daya minimum dari transducer yang digunakan. Berbeda dengan perangkat echo sounder atau fish finder umumnya yang memancar gelombang akustik dengan teknik gelombang pulsa (pulse wave) atau single released wave (SRW). Dengan menggunakan gelombang kontinyu tidak diperlukan rangkaian pembangkit pulsa sehingga rangkaian lebih sederhana. Transducer diarahkan horisontal ke bagian samping ikan (lateral aspect) hal ini disebabkan bentuk ikan di bagian samping atau pandangan vertikal (lateral) dapat jelas dibedakan dibandingkan ke arah atas atau pandangan horisontal (dorsal). Disamping itu bentuk strukturnya selalu berubah-ubah. Hal ini dapat dilihat pada Subbab 2.1.

2 Frekuensi yang digunakan Frekuensi yang digunakan tergantung dari 3 (tiga) faktor yaitu : 1. Perangkat transducer yang ada dipasaran 2. Panjang ikan minimum yang dapat dideteksi 3. Jarak jangkau untuk daya pemancar sekecil mungkin 1) Transducer yang terdapat dipasar Frekuensi transducer yang ada di pasaran adalah 38 khz, 70 khz, 120 khz, 50 khz dan 200 khz. Jadi untuk perangkat pendeteksi perubahan fase menggunakan transducer dengan frekuensi di atas agar mudah diperoleh dengan harga pasar.. 2) Hubungan frekuensi dengan panjang ikan Hubungan antara frekuensi dengan panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 26. Panjang ikan L terhadap panjang gelombang besarnya adalah L = nλ 1 dimana λ = 1500/φ dan n =1, 2, 3,.dan seterusnya. Agar seluruh badan ikan terdeteksi nilai n minimum adalah n = 1, meskipun demikian idealnya n = 2. Untuk frekuensi f = 50 khz, λ = 1500/50000 = 3 cm, dengan ukuran ikan l = 2 x 3 cm = 6 cm. Untuk frekuensi f = 200 khz, λ = 1500/ = 0.75 cm untuk n = 2 dapat digunakan untuk mendeteksi ikan berukuran l = 1.5 cm. Jadi makin tinggi frekuensi yang digunakan makin kecil ukuran ikan yang dapat dideteksi, sehingga dengan menggunakan frekuensi 200 khz dapat digunakan untuk melakukan pengamatan ikan berukuran sampai 5 cm dengan sempurna ( n = 4).. 3) Daya pancar yang digunakan Daya yang digunakan minimal 10 Watt sesuai dengan daya minimal yang dapat mengaktifkan transducer. Pada penelitian ini jarak jangkau tidak lebih dari 10 m, maka dengan menggunakan frekuensi 200 khz daya 10 Watt lebih dari cukup karena berdasarkan persamaan (32) daya 10 Watt dapat mencapai jarak 50 m. Pada kondisi real, frekuensi yang digunakan diusahakan sekecil mungkin untuk mengatasi redaman yang besarnya

3 43 tergantung frekuensi. Makin kecil frekuensi yang digunakan makin kecil redamannya dalam air. Gelombang akustik kontinyu L t T 1 λ 1 L = 2 λ 1, idealnya diambil L = 4 λ 1, Gambar 26. Hubungan panjang ikan dengan frekuensi. Proses penerimaan gelombang perubahan fase Gelombang perubahan fase yang keluar dari rangkaian LPF di kirim ke komputer laptop yang selanjutnya direkam dengan menggunakan perangkat lunak Cool Edit Pro dalam file dengan nama *.wav. 3.2 Kegiatan Penelitian yang Dilakukan Penelitian ini dilakukan dengan 4 (empat) kegiatan yaitu : (1) Simulasi pendeteksian perubahan fase digunakan untuk memperoleh gelombang perubahan fase untuk berbagai gerakan obyek dengan bermacam-macam ukuran, dimensi, jenis dan bentuk permukaan, kecepatan serta formasi dalam struktur kawanan atau kelompok dari obyek yang bergerak tersebut. Dalam penelitian ini akan dibuktikan adanya perbedaan perubahan fase untuk setiap parameter di atas. (2) Simulasi pengaruh gangguan. Tujuannya adalah untuk membuktikan pengaruh adanya macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada proses pendeteksian perubahan fase

4 44 (3) Penelitian di lapangan (di kolam dan di laut) yang dilakukan untuk memperoleh data perubahan fase secara langsung dari gerakan beberapa jenis kawanan ikan. (4) Penelitian menggunakan metode Hidden Markov Model untuk proses pengenalan jenis ikan yang dideteksi agar dapat ditampilkan jenisnya. Untuk penelitian (1) dan (3) data yang diperoleh adalah bentuk gelombang perubahan fase dari gelombang yang dipantulkan setiap sekelompok target yang bergerak atau gerakan berbagai jenis kawanan ikan yang dideteksi Simulasi pendeteksian perubahan fase Metodologi simulasi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 27. Pada gambar, ikan-ikanan ditarik oleh motor listrik dengan kecepatan yang dapat diatur. Ikan-ikanan tersebut dapat diganti untuk berbagai ukuran bentuk, jenis permukaan dan lain-lain. Transducer dipasang horisontal dengan arah tegak lurus atau membentuk sudut tertentu terhadap gerakan ikan-ikanan. Agar ikan-ikanan dapat mudah diganti-ganti, digunakan carrier atau pembawa ikanikanan yang dihubungkan dengan tali penarik dan dapat di selipkan ikan-ikanan secara bergantian. Pada Gambar 27 (b) ditunjukkan beberapa ukuran dan struktur atau susunan ikan-ikanan secara vertikal. Ikan-ikanan yang ditarik oleh motor listrik akan melewati gelombang akustik yang dipancarkan dari transducer pemancar pada frekuensi 200 khz. Gelombang pantul akibat gerakan sekawanan ikan-ikanan tersebut diterima oleh transducer penerima. Setelah dikuatkan oleh rangkaian penguat, gelombang yang mengalami perubahan fase tersebut akan dideteksi oleh rangkaian pendeteksi fase (phase detector). Setelah melewati rangkaian LPF, output LPF akan menghasilkan gelombang perubahan fase. Bentuk gelombang fase yang dideteksi tergantung dari ukuran, bentuk, jenis permukaan, susunan serta kecepatan ikan-ikanan yang ditarik (digerakkan). Gelombang perubahan fase tersebut diterima dengan menggunakan komputer, dari hasil ujicoba tersebut, gelombang perubahan fase dari setiap percobaan di analisis dengan memperhatikan spektrum frekuensinya dengan menggunakan perangkat lunak wavelab.

5 45 MOTOR LISTRIK ikanikanan PEMBAWA IKAN-IKANAN Posisi Posisi TRANSDUCER (a) PENDETEKSI PERUBAHAN FASE Tali monofilament (b) Ikan-ikanan Gambar 27. Konfigurasi pelaksanaan simulasi pendeteksian perubahan fase dari gelombang pantul gerakan kawanan ikan-ikanan (a) konstruksi kolam percobaan (b) Struktur unit ikan-ikanan.

6 46 Spektrum frekuensi yang dihasilkan dari setiap percobaan, nilai amplitude setiap komponen spektral dari setiap spektrum diubah kedalam bentuk tabel melalui MS Excel. Dari nilai amplitude setiap spektral dibuat grafik sehingga perbedaan bentuk spektrum dari setiap percobaan dilihat dari sudut kemiringan garis puncak dari spektrum yang akan dibandingkan. Dalam simulasi tersebut kawanan jenis ikan diwakili dengan ikanikanan untuk berbagai ukuran, dimensi, jenis permukaan, kecepatan dan kondisi lainnya, yaitu : 1) Ikan-kanan berbadan/berukuran lebar 20 x 25 cm 2) Ikan-ikanan berbadan/ berukuran panjang 30 cm 3) Ikan-ikanan berukuran kecil 10 cm 4) Ikan-ikanan dengan permukaan keras dari teripleks 5) Ikan-ikanan dengan permukaan lembut dari karet 6) Ikan-ikanan dengan permukaan cembung 7) Berbagai struktur kawanan pada bidang vertikal (lateral aspect) 8) Jumlah lapisan kawanan dengan berbagai jarak (misalnya 5 dan 10 cm) 9) Posisi transducer terhadap arah gerakan sekelompok ikan-ikanan yang diamati. (90 o, 45 o, dan ) 10) Berbagai kecepatan (1 m/detik dan 1.5 m/detik) Agar ikan-ikanan dapat mudah diganti-ganti, digunakan carrier atau pembawa ikan-ikanan yang dihubungkan dengan tali penarik (belt) dan dapat di selipkan ikan-ikanan secara bergantian Simulasi pengaruh gangguan. Tujuan simulasi ini adalah untuk mensimulasikan pengaruh gangguan terhadap deteksi perubahan fase gelombang pantul dari gerakan sekelompok ikan yang diterima oleh perangkat penerima. Gangguan tersebut meliputi gangguan : 1) Gangguan dari pantulan gelombang yang dipancarkan dari obyek di sekitarnya. 2) Gangguan dari gelombang dengan frekuensi di bawah frekuensi kerja alat.

7 47 3) Gangguan dari gelombang dengan frekuensi dan fase sama dengan frekuensi alat. 4) Gangguan dari suara mesin 5) Gangguan dari pantulan gelombang pantul dari gerakan kawanan ikan yang diterima bersamaan dengan gelombang pantul gerakan kawanan ikan itu sendiri. Simulasi ini dilakukan secara elektronik. Diagram blok simulasi pengaruh gangguan dapat dilihat pada Gambar 28. Rangkaian phase modulator digunakan sebagai pembangkit gelombang 200 khz yang fasenya berubah-ubah akibat pantulan gerakan ikan, dimana carrier generator sebagai pembangkit gelombang akustik dengan frekuensi 200 khz dan signal generator sebagai pembangkit gerakan kawanan ikan yang diwakili oleh gelombang sinusoida. Pembangkit gelombang pantul diwakili rangkaian penggeser fase (phase shifter) yang dapat diatur fasenya melalui tahanan putar (variable resistor). Hubungan antara fase dengan gelombang pantul dapat dijelaskan melalui Gambar 29 Beda fase gelombang pantul dengan gelombang langsung besarnya adalah : ϕ = τ/t x (55) dimana τ adalah waktu tunda yang besarnya adalah : ( l1 + l L τ = 2) (56) c dimana l 1 + l 2 jarak tempuh gelombang pantul, L adalah jarak tempuh gelombang langsung dan c adalah kecepatan rambat suara di air 1500 m/det.

8 48 # 1 CARRIER GENERA TOR # 2 # 3 PHASE MODU- LATOR PENDETEKSI FASE # 4 PHASE MODU- LATOR ADDER / MIXER PHASE DETEC- TOR LPF OSILATOR 200 KhZ # 5 SIGNAL GENE- RATOR PHASE MODU- LATOR MEWAKILI GERAKAN IKAN Keterangan : #1 : Mewakili gangguan gelombang dengan frekuensi tertentu #2 : Mewakili gangguan suara mesin #3 : Mewakili gelombang pantul dari pantulan gerakan kawanan ikan dengan gelombang pembawa diperoleh dari keluaran rangkaian #5 yaitu rangkaian yang mewakili gelombang pantul gerakan kawanan ikan #4 : Mewakili gelombang pantul dari gelombang pembawa 200 khz #5 : Mewakili pantulan gerakan kawanan ikan Gambar 28. Diagram blok simulasi pengaruh gangguan.

9 49 Kawanan ikan L l 1 l 2 TX/RX Dinding dasar perairan Gambar 29. Lintasan gelombang pantul dan gelombang langsung. Bising yang ditimbulkan suara mesin dibangkitkan dari dalam cassette recorder dan pembangkit gelombang untuk frekuensi yang sama atau berbeda di wakili oleh carrier generator yang dapat diatur frekuensinya sebesar 200 khz, 50 khz dan 210 khz. Untuk menggabungkan gelombang pantul kawanan ikan dengan gelombang gangguan dilakukan melalui rangkaian penggabung atau mixer. Gelombang pantulan kawanan ikan dan gelombang gangguan dideteksi oleh rangkaian phase detector serta rangkaian low pass filter (LPF) yang keluarannya dihubungkan ke osiloskop pada kanal 1, sedangkan kanal 2 dihubungkan ke signal generator sehingga pada monitor dapat dilihat perbandingan gelombang gerakan ikan yang diperoleh dari signal generator dengan gelombang yang keluar dari low pass filter (LPF) Uji coba di kolam Uji coba dilakukan di kolam untuk mengamati pengaruh pantulan terhadap perubahan fase gelombang pantul yang diterima berbagai jenis ikan dengan konfigurasi, bentuk dan ukuran berbeda.. Gambar 30 memperlihatkan diagram blok uji coba di kolam. Kolam yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Bentuk lingkaran 2) Diameter minimum 4 m 3) Kedalaman kolam minimum 1.1/2 m dan kedalaman air 1 m

10 50 4) Dilengkapi dengan airgenerator agar udara (0 2 ) tersirkulasi serta air kolam tersaring. TX Bentuk gelombang RX Perangkat pendeteksi perubahan fase Jaring penggiring Cool Edit Pro Gambar 30. Uji coba di kolam. Proses uji coba mengikuti prosedur sebagai berikut : 1) Jarak transducer dengan obyek minimum 2 m maksimum 10 m 2) Setiap jenis ikan dilakukan percobaan 5 kali 3) Sebelum uji coba di lakukan terlebih dahulu di uji dalam kondisi tanpa ikan untuk melihat pengaruh pantulan 4) Uji coba dilakukan untuk 3 posisi transducer terhadap arah gerakan kawanan ikan yaitu 30 0, dan tegak lurus tetapi jarak 1 m terhadap gerakan kawanan ikan. 5) Uji coba dilakukan dengan adanya suara bising dari motor. Hasil uji coba ditampilkan di monitor komputer dengan bantuan perangkat lunak Cool Edit Pro yang selanjutnya disimpan dalam file dengan nama *. wav contoh bandeng 2.wav Uji coba di laut Uji coba di laut dilakukan dengan menggunakan keramba jaring berukuran 4 x 4 m yang ditengahnya terdapat jaring penggiring berukuran 2 x

11 51 2 cm dimaksud untuk menggiring kawanan ikan mengelilingi keramba. Konstruksi uji coba di laut dapat dilihat pada Gambar 31. Jaring penggiring Pelampung keramba utama 2 5 m transducer Perangkat pendeteksi perubahan fase Jaring dengan jenis bahan dengan efek pantul yang rendah seperti dari katun Pantai Gambar 31. Uji coba dengan keramba di laut Metode untuk Memperlihatkan Perbedaan Karakteristik Sekelompok Obyek Bergerak atau Gerakan Jenis Kawanan ikan. Cara untuk melihat perbedaan karakteristik gerakan sekelompok obyek bergerak atau jenis kawanan ikan yang diamati dilakukan dengan membandingkan garis puncak kemiringan spektrum frekuensi yang dihasilkan dari gelombang perubahan fase hasil uji coba beberapa jenis sekelompok obyek yang bergerak atau dari beberapa jenis gerakan kawanan ikan yang dideteksi. Hal ini dilakukan karena bentuk gelombang yang dihasilkan sulit diidentifikasi dengan mata (visual) Dari hasil uji coba di atas diperoleh bentuk gelombang dalam domain waktu.. Untuk mengetahui perbedaan secara visual dapat dilakukan dengan mengamati kemiringan puncak permukaan (envelope) dari spektrum frekuensinya. Untuk memperoleh kemiringan puncak permukaan dari spektrum frekuensi tersebut dilakukan dengan metode pada Gambar 32.

12 52 Bila dua gelombang mempunyai garis kemiringan saling sejajar berarti kedua gelombang tersebut dapat dikatakan mempunyai bentuk yang sama, tetapi bila garis kemiringannya membentuk suatu sudut kedua gelombang tersebut dapat dikatakan mempunyai bentuk yang tidak sama. Untuk beberapa uji coba dari satu jenis ikan yang sama, seyogianya garis kemiringan puncaknya saling sejajar dan sebaliknya untuk dua jenis kawanan ikan yang berbeda garis kemiringan puncaknya saling membentuk sudut tertentu, makin besar sudutnya makin besar perbedaannya. Gelombang perubahan fase hasil deteksi FFT dengan Wavelab Spektrum frekuensi (gambar) Dibaca dari gambar spektrum Tabel spektrum dalam db Besaran ASCII dengan MS EXCEL Amplituda (mv) Spektrum ikan ikanan berbadan lebar 4.50E E E E E E E E E E+00 perc 1 perc 2 perc 3 perc 4 perc 5 0,00 21,53 43,07 64,60 86,13 107,67 Frekuensi (Hz) 129,20 150,73 Tabel spektrum dalam skala mv MS EXCEL Grafik Gambar kurva envelope spektrum Gambar 32. Metode untuk memperoleh kurva kemiringan puncak (envelope) spektrum frekuensi.

13 Proses Pengenalan dengan Metode HMM Untuk menampilkan nama jenis ikan yang akan didentifikasikan atau dikenal (recognized) dilakukan dengan menggunakan metode Hidden Markov Model (HMM) yang diproses dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB ver 7. Diagram blok proses pengenalan dapat dilihat pada tinjauan pustaka pada Gambar 18. Selama ini untuk membandingkan perbedaan gelombang perubahan fase dari setiap jenis kawanan ikan dilakukan dengan menampilkan spektrum frekuensi dari masing-masing jenis ikan. Metode ini tidak dapat menampilkan nama jenis ikan yang dikenal secara langsung. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode Hidden Markov Model, salah satu metode Kecerdasan Tiruan (Artificial Intellegent). Sebelum proses pengenalan dilakukan, terlebih dahulu dibangun basis data untuk menyimpan data codeword dan parameter HMM dari beberapa jenis kawanan ikan untuk 20 (dua puluh) bentuk gelombang. Parameterparameter di dalam basis data selanjutnya digunakan sebagai pembanding dalam proses pengenalan. Proses ekstraksi adalah proses pemenggalan gelombang sedemikian rupa agar diperoleh pengenalan yang akurat. Dalam penelitian ini uji coba dilakukan untuk memperoleh parameter ekstraksi dan parameter HMM yang optimum (hasil pengenalan yang paling akurat dengan waktu proses yang paling cepat). Dalam penelitian ini proses pembelajaran untuk setiap jenis kawanan ikan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada beberapa nilai atau ukuran parameter HMM yang diterapkan yaitu : 1. Waktu durasi pencuplikan dari gelombang yang diamati yaitu untuk 2 (dua) proses waktu periode yaitu proses dengan waktu periode pendek (short periode of time) dan proses dengan waktu periode panjang (long periode of time) 2. Penerapan waktu periode : aplikasi hanya dengan waktu periode pendek, aplikasi hanya dengan waktu periode panjang dan gabungan kedua waktu periode 3. Jumlah repetisi (proses pengulangan) pada proses pembelajaran.

14 54 4. Ukuran Codebook misalnya 32 bit, 64 bit, 128 bit dan seterusnya Pembentukan basis data Gambar 33 memperlihatkan diagram alir pembentukan basis data. MULAI Menangkap gelombang perubahan fase Sampling Ekstraksi (matriks sample point) Vector quantization (Codebook) Trainning HMM Pembentukan HMM Data Base SELESAI Gambar 33. Diagram alir proses pembentukan basis data.

15 55 Dari Gambar 33 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Tahap pertama gelombang perubahan fase setiap gerakan jenis kawanan ikan yang diperoleh dari keluaran perangkat pendeteksi gerakan jenis kawanan ikan di rekam di komputer dengan menggunakan perangkat lunak Cool Edit Pro ke file dengan nama *.wav, contoh : bandeng1.wav. Setiap jenis kawanan ikan trainning dilakukan sebanyak 5 kali percobaan. (2) Selanjutnya gelombang yang direkam tersebut dipenggal dengan panjang waktu 0.1 ms yang dilakukan dengan bantuan Cool Edit Pro. (3) Kemudian penggalan gelombang perubahan fase tersebut di sampling sebanyak 800 samples. (8000 Hz * 0.1 detik). (4) Selanjutnya sample penggalan gelombang perubahan fase tersebut di blocking atau di dibagi-bagi dalam beberapa frame di mana satu frame terdiri dari N frame yang dalam penelitian ini terdiri dari 256 sample. (5) Proses windowing dilakukan dengan menggunakan Hamming windowing (6) Selanjutnya setelah dilakukan windowing, sample tersebut dikonversi ke domain frekuensi dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) sehingga diperoleh spektrum frekuensinya. Dalam proses FFT hasilnya dibagi 1000 agar spektrum yang dihasilkan tidak terlalu besar dan dibatasi pada spektrum dari frekuensi 20 Hz sampai 500 Hz. (7) Komponen spektrum yang diperoleh merupakan nilai vector real dan imaginer dari semua jenis ikan. (8) Selanjutnya nilai vektor tersebut diplot dalam suatu bidang datar yang disebut dengan nama titik sample. atau codeword (9) Selanjutnya beberapa titik-titik sample yang terdekat dikuantisasikan ke satu titik vektor yang dinamakan centroid sehingga diperoleh beberapa titik centroid. Proses tersebut dinamakan vector quantization (VQ). (10) Pada penelitian ini algoritma VQ yang digunakan adalah algoritma LBG. (11) Nilai titik sample setiap jenis kawanan ikan untuk 5 (lima) kali pembelajaran direkam menjadi sebuah codebook dalam suatu basis

16 56 data dengan nama label tertentu, misalnya bandeng1, bandeng2, kerong1 dan seterusnya. (12) Berdasarkan nilai centroid dari setiap label dihitung jumlahnya untuk menentukan jumlah state dari HMM chain (13) Berdasarkan jumlah state tersebut dan urutan penggalan sampling yang diwakili oleh masing-masing centroid, dari gelombang perubahan fase untuk semua jenis ikan berikut beberapa hasil percobaan diperoleh nilai-nilai. parameter HMM yang kemudian direkam dalan sebuah basis data Proses pengenalan Diagram alir proses pengenalan dapat dilihat pada Gambar 34. Pada gambar dapat dilihat prosesnya mirip dengan proses pembentukan basis data hanya pada proses pengenalan tidak dilakukan proses pembelajaran. Pada proses pengenalan gelombang jenis ikan yang diamati (yang akan dikenal) dipenggal menjadi sample-sample yang selanjutnya di blok menjadi 256 samples. Kemudian sample-sample tersebut diubah ke domain frekuensi dengan FFT. Hasilnya membentuk titik-titik sample dan dicari nilai centroidnya dalam basis data. Berdasarkan nilai centroid tersebut dihitung besar log of probability (LoP) untuk semua nilai parameter HMM yang diperoleh. Demikian pula dengan nilai parameter HMM dari semua jenis ikan yang terdapat dalam basis data dihitung LoP-nya. Dari nilai LoP untuk semua ikan dalam basis data dan LoP jenis ikan yang diamati dicari nilai yang terbesar. Bila nama ikan dalam basis data mempunyai nilai LoP nya yang sama dengan nama ikan yang diamati maka nilai untuk jenis ikan yang diamati mempunyai nilai LoP terbesar. Bila ternyata nilai LoP nya yang paling besar adalah untuk jenis ikan lainnya berarti proses pengenalan mengalami galat (error).

17 57 MULAI Inisialisasi Menentukan urutan observasi Menangkap gelombang perubahan fase Sampling Tentukan nilai parameter dari HMM Hitung Log of Probability (LoP) Data Base (HMM) Data base (code book) Ekstraksi Hitung distorsi berdasarkan data base Cari nilai LoP yang terbesar Tentukan nama jenis ikannya D = min SELESAI Dapatkan nilai centroidnya Gambar 34. Diagram alir proses pengenalan Proses ekstraksi Proses ekstraksi adalah proses dimana gelombang yang diterima dipenggal dengan waktu durasi tertentu yang besarnya perlu dilakukan uji coba.yang selanjutnya ditentukan codebooknya dari nilai sample point yang diperoleh. Gambar 35 memperlihatkan contoh proses pemenggalan gelombang. Panjang waktu penggalan (duration time) ditentukan untuk beberapa durasi yang setiap durasi dilakukan uji coba pengenalan (recognition) dengan HMM

18 58 sehingga akan diperoleh durasi yang optimum atau tingkat akurasi pengenalan yang paling tinggi Pembentukan state dari Markov chain Setiap penggalan gelombang dari satu jenis kawanan ikan pada contoh Gambar 35, dikonversi ke domain frekuensi dengan menggunakan metode FFT yang selanjutnya besaran vektor spektrum yang dihasilkan dari masing-masing penggalan gelombang dikuantisasi untuk memperoleh nilai centroid-nya. dalam hal ini kemungkinan beberapa bentuk penggalan gelombang yang mirip mempunyai nilai centroid yang sama. Hal ini disebabkan sample point yang diperoleh dari beberapa penggalan gelombang yamg mirip berada dalam satu cluster. amplitude W1 W2 W3 W4 W5 Waktu pengamatan Gambar 35. Penggalan gelombang dari gelombang satu jenis kawanan ikan. Contoh dari Gambar 35 di atas diperoleh nilai centroid sebagai berikut : Penggalan gelombang W1 centroid 1 Penggalan gelombang W2 centroid 2 Penggalan gelombang W3 centroid 3 Penggalan gelombang W4 centroid 4 Penggalan gelombang W5 centroid 5

19 59 Demikian pula untuk bentuk gelombang jenis kawanan ikan lainnya akan diperoleh penggalan-penggalan gelombang lainnya atau sama dengan salah satu penggalan gelombang jenis kawanan ikan sebelumnya. Secara langsung penggalan-penggalan gelombang tersebut menyatakan state dari Markov chain, tetapi secara perhitungan tidak dapat dilakukan sehingga penggalan gelombang tersebut diwakili dari nilai centroid nya dalam menentukan state dari Markov chain Log of probability (LoP) Pada proses pengenalan titik sample dari kawanan ikan yang akan dikenal dicari nilai codeword nya pada basis data yang kemudian diperoleh jenis kawanan ikannya sesuai yang terdapat dalam basis data. Dari data jenis kawanan ikan tersebut ditentukan parameter HMM nya dan selanjutnya dihitung nilai LoP seperti contoh di bawah ini ikan 1 (w1, w2, w2, w1, w1) = a 12 * b 1 * a 22 *b 2 * a 21 *b 2 * a 11 *b 1 ikan 2 (w1, w2, w1, w3, w1) = a 12 * b 1 * a 21 *b 2 * a 13 *b 1 * a 31 *b 3 ikan x (w4, w5, w4, w5, w4) = a 45 * b 4 * a 54 *b 5 * a 45 *b 4 * a 54 *b 5 dimana w1, w2, w2 dan seterusnya yang diwakili oleh nilai centroidnya menyatakan keadaan (state) dari Markov chain yang diambil berdasarkan jumlah centroid yang ada dalam basis data atau perpindahan suatu penggalan gelombang yang satu ke penggalan gelombang kedua dan selanjutnya perpindahan penggalan gelombang kedua ke penggalan gelombang yang sama. Adapun nilai a ij pada contoh a 12 adalah peluang transaksi (probability of transaction) yang dapat dijelaskan pada contoh di atas. Nilai b i adalah peluang munculnya state ke i. Proses ini diulang untuk semua jenis ikan dan selanjutnya dicari nilai LoP yang paling besar. Bila nama jenis kawanan ikan untuk nilai LoP yang besar namanya sama dengan jenis kawanan ikan yang akan dikenal berarti pengenalannya tepat dan sebaliknya bila tidak sama berarti proses pengenalannya salah

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 155 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Simulasi Perubahan Fase 6.1.1 Spektrum gerakan ikan-ikanan berukuran 20 x 25 cm Untuk memperoleh spektrum frekuensi dari gelombang ikan-ikanan berukuran 20 x

Lebih terperinci

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 98 5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 5.1 Simulasi Perubahan Fase 5.1.1 Konfigurasi uji coba Simulasi dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan fase yang diterima dari gelombang pantul berbagai kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO

ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi hidroakustik atau perangkat lunak pengolah sinyal akustik masih sulit untuk dapat mengetahui jenis dan panjang ikan secara langsung dan akurat. Selama

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 21 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sebelum citra tanda tangan dikenali dengan menggunakan Hidden Markov Model (HMM) citra tanda tangan tersebut ditransmisikan dengan dikompresi menggunakan Run Length Encoding

Lebih terperinci

4 HASIL RANCANG BANGUN SISTIM DETEKSI KAWANAN IKAN

4 HASIL RANCANG BANGUN SISTIM DETEKSI KAWANAN IKAN 60 4 HASIL RANCANG BANGUN SISTIM DETEKSI KAWANAN IKAN 4.1 Rancang Bangun Perangkat Pendeteksi Kawanan Ikan 4.1.1 Diagram blok Diagram blok dari perangkat pendeteksi jenis kawanan ikan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENENTUKAN JENIS IKAN SECARA REAL-TIME DENGAN MENGGUNAKAN METODA HIDDEN MARKOV

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENENTUKAN JENIS IKAN SECARA REAL-TIME DENGAN MENGGUNAKAN METODA HIDDEN MARKOV UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENENTUKAN JENIS IKAN SECARA REAL-TIME DENGAN MENGGUNAKAN METODA HIDDEN MARKOV SKRIPSI YUNANTO WIDYATMAJI 0404030881 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO

ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO ANALISIS PENENTUAN JENIS KAWANAN IKAN BERDASARKAN DETEKSI FASA PANTULAN GELOMBANG AKUSTIK DAN PENERAPAN HIDDEN MARKOV MODEL ARMAN DJOHAN DIPONEGORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISA

BAB IV UJI COBA DAN ANALISA xlix BAB IV UJI COBA DAN ANALISA 4.1. PENGENALAN JENIS IKAN Uji coba pengenalan (Recognition) dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: secara langsung dan secara tidak langsung. Secara tidak langsung, uji

Lebih terperinci

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI.

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS IKAN DENGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713 SKRIPSI

PENGENALAN JENIS IKAN DENGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713 SKRIPSI PENGENALAN JENIS IKAN DENGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713 SKRIPSI Oleh ARIO MUHAMAD FANIE 0403030195 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GANJIL 2007/2008

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Manusia dianugrahi oleh Tuhan dua telinga yang memiliki fungsi untuk menangkap sinyal-sinyal suara. Namun untuk mengoptimalkan dari fungsi telinga tersebut manusia harus belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : Waktu : Juni 2014 Maret 2015 Tempat : Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL xxxi BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL Perangkat lunak pengenal gelombang perubahan fasa ini dilakukan dengan menggunakan komputer

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV Marianus Hendra Wijaya 1), Linggo Sumarno 2) 1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universtas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI COBA DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL UJI COBA DAN ANALISIS 38 BAB 4 HASIL UJI COBA DAN ANALISIS Uji coba dilakukan terhadap 5 buah citra tanda tangan. Dari tiap citra kemudian diujicobakan dengan ditransmisikan sebanyak 1 kali yang akan menghasilkan 1 variasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK Ade Fruandta dan Agus Buono Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T 22 11 106 032 ADITYA SUKMANA Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Ir. Suwadi, M.T : Ir. Titiek Suryani, M.T Latar Belakang 1 2 1 1 Mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sepeda motor sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kemajuan teknologi di bidang otomotif merupakan faktor pendorong bagi masyarakat untuk menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapang dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2008 di perairan gugusan pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 11). Lokasi ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari voice recognition. Voice recognition dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Fandhi Nugraha K D411 13 313 Teknik Elektro Makalah Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Universitas Hasanuddin Makassar 2015/2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi saat ini sangat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan 23 BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini ingin membangun sistem yang dapat melakukan langkah dasar identifikasi, yaitu melakukan ektraksi suara Gamelan Bonang, dengan ekstrasi ini,

Lebih terperinci

BAB. Kinerja Pengujian

BAB. Kinerja Pengujian BAB IV PENGUJIAN PENGUAT KELAS D TANPA TAPIS LC Bab ini akan menjelaskan pengujian dari penguat kelas D tanpa tapis LC yang dibuat.pengujian ini terdiri dari dua utama yaitupengujian untuk mengetahui kinerja

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T 2210106006 ANGGA YUDA PRASETYA Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Ir. Suwadi, MT : Ir. Titik Suryani, MT Latar Belakang 1 2 Perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK ABSTRAK PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem pengenalan suara manusia dengan

Lebih terperinci

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK 4.1 Simulasi Simulasi merupakan penggambaran suatu sistem atau proses dengan memperagakan atau menirukan (menyerupai) sesuatu yg besar dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan 34 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan April 2015. Perancangan sistem, identifikasi kadar air pada kayu jati dan akasia daun

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu set komputer dengan prosesor berkecepatan 1,18 GHz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi tentang pemasangan iklan di suatu radio (antara lain mengenai, jam berapa suatu iklan ditayangkan, dalam sehari berapa kali suatu iklan ditayangkan dan berapa

Lebih terperinci

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition...

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang Konfigurasi Survei Hidrografi 1. Penentuan posisi (1) dan penggunaan sistem referensi (7) 2. Pengukuran kedalaman (pemeruman)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG TUGAS AKHIR MUHAMMAD AGUNG NURSYEHA 2211100164 Pembimbing: Dr. Muhammad

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA

BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA Pembahasan pada bab ini berisi perancangan sistem medan jauh penyuara dalam bentuk program pada perangkat lunak Python yang akan dijalankan oleh Rasberry Pi B. Pada subbab

Lebih terperinci

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Alat Uji Kerusakan Bantalan Pada penelitian tugas akhir ini, alat uji yang digunakan adalah alat uji test rig yang digerakkan menggunakan sebuah motor dan

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN SISTEM BAB III PEMODELAN SISTEM Untuk mengetahui unjuk kerja sistem MIMO MC-CDMA, dilakukan perbandingan dengan sistem MC-CDMA. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem MIMO MC-CDMA merupakan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Modulasi Modulasi (mapping) adalah proses perubahan karakteristik dari sebuah gelombang carrier atau pembawa aliran bit informasi menjadi simbol-simbol. Proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE BAND PASS FILTER UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SINYAL FREKUENSI RENDAH; STUDI KASUS : SINYAL EEG LISA SAKINAH (07 00 70) Dosen Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter) BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulator 8-QAM Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM Dari blok diagram diatas dapat diuraikan bahwa pada modulator 8-QAM sinyal data yang dibangkitkan oleh rangkaian pembangkit

Lebih terperinci

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 TEE 843 Sistem Telekomunikasi 7. Modulasi Muhammad Daud Nurdin syechdaud@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 Modulasi Prinsip Dasar Modulasi Modulasi Gelombang Kontinu Modulasi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Pemodelan Fisika untuk perancangan perangkat lunak (software) program analisis

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBAHASAN dan Pengujian

BAB IV. PEMBAHASAN dan Pengujian BAB IV PEMBAHASAN dan Pengujian Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembahasan dan pengujian dari alat yang dibuat secara keseluruhan. Seperti halnya perancangan maka pada tahapan pengujian dilakukan

Lebih terperinci

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com SINYAL Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitude dari tegangan atau arus terhadap waktu (time). Data yang dikirimkan dalam bentuk analog ataupun digital. Sinyal

Lebih terperinci

Bab 3. Perancangan Sistem

Bab 3. Perancangan Sistem 34 Bab 3 Perancangan Sistem 3.1 Gambaran Umum Sistem Aplikasi yang kami namakan Voice Protect ini, mempunyai alur program sebagai berikut: Start Enkripsi Dekripsi Pilih File Buka file enkripsi Rekam Suara

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Voice Command pada demonstrasinya merupakan aplikasi pengenalan suara yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk menampung

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode penelitian tersebut meliputi akuisisi data, memproses. data, dan interpretasi data seismik.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode penelitian tersebut meliputi akuisisi data, memproses. data, dan interpretasi data seismik. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisitik dari data hasil rekaman seismik refleksi saluran tunggal. Adapun metode penelitian

Lebih terperinci

Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang

Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang http://scholarworks.uno.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1012&context=oceanwaves UNIVERSITAS GADJAH MADA Pengukuran Gelombang Metode Pengukuran 1. alat-alat ukur berada

Lebih terperinci

STUDI KARAKTER SUARA BEBERAPA SPESIES ODONTOCETI DI PERAIRAN LAUT SAWU, NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI KARAKTER SUARA BEBERAPA SPESIES ODONTOCETI DI PERAIRAN LAUT SAWU, NUSA TENGGARA TIMUR STUDI KARAKTER SUARA BEBERAPA SPESIES ODONTOCETI DI PERAIRAN LAUT SAWU, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh: Ayu Destari C64102022 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernapasan selama proses pernapasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari

Lebih terperinci

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 2 Nomor 1 halaman 29-37 ISSN: 2089-6026 Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

BAB IV PEMODELAN SIMULASI BAB IV PEMODELAN SIMULASI Pada tugas akhir ini akan dilakukan beberapa jenis simulasi yang bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sebagian sistem Mobile WiMAX dengan menggunakan model kanal SUI. Parameter-parameter

Lebih terperinci

OSILOSKOP (CRO : CATHODE-RAY OSCILLOSCOPES)

OSILOSKOP (CRO : CATHODE-RAY OSCILLOSCOPES) Pengukuran Besaran Listrik (TC22082) Pertemuan 12 OSILOSKOP (CRO : CATHODE-RAY OSCILLOSCOPES) Osiloskop mrpk instrumen dasar utk mempelajari semua tipe bentuk gelombang (waveform). Osiloskop dapat digunakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), Hotel Lombok Raya Mataram, Oktober 2016

Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), Hotel Lombok Raya Mataram, Oktober 2016 IMPLEMENTASI ALGORITMA FAST FOURIER TRANSFORM DAN MEAN SQUARE PERCENTAGE ERROR UNTUK MENGHITUNG PERUBAHAN SPEKTRUM SUARA SETELAH MENGGUNAKAN FILTER PRE-EMPHASIS Fitri Mintarsih 1, Rizal Bahaweres 2, Ricky

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4

KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4 KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4 Disusun Oleh : Nama : Michael Darmawan Nrp : 0322130 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri,

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

Welcome to Marine Acoustic Virtual Lab!

Welcome to Marine Acoustic Virtual Lab! Welcome to Marine Acoustic Virtual Lab! Halaman ini akan memperlihatkan setup peralatan (termasuk instruments dan peralatan lain) dan memberikan ide kepada mahasiswa bagaimana melakukan eksperimen. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui apakah alat yang telah dirancang berfungsi dan mengahasilkan keluaran

Lebih terperinci

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi Rijal Fadilah Transmisi & Modulasi Pendahuluan Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya tempat A yang terletak ditempat yang

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 1 Alur metode penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 1 Alur metode penelitian. akan menggunakan bantuan aplikasi pemrosesan audio (Rochesso 2007). Penambahan Derau Derau merupakan suara-suara yang tidak diinginkan. Munculnya derau dapat menurunkan kualitas suatu berkas audio. Penambahan

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Ukuran Tubuh Ikan Acoustical length adalah panjang target dalam akustik pada sebuah target, dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau panjang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

Makalah Peserta Pemakalah

Makalah Peserta Pemakalah Makalah Peserta Pemakalah ISBN : 978-979-17763-3-2 PERANCANGAN ANTENNA YAGI FREKUENSI 400-405 MHZDIGUNAKAN PADA TRACKING OBSERVASI METEO VERTIKAL DARI PAYLOAD RADIOSONDE RS II-80 VAISALA Lalu Husnan Wijaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive). BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengerian Smart Antenna Istilah smart antenna umumnya mengacu kepada antena array yang dikombinasikan dengan pengolahan sinyal yang canggih, yang mana desain fisiknya dapat dimodifikasi

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci