4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Ukuran Tubuh Ikan Acoustical length adalah panjang target dalam akustik pada sebuah target, dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau panjang organ yang secara akustik sangat dominan misalnya gelembung renang. Pada ikan bergelembung renang, panjang akustiknya dipengaruhi oleh dimensi, komposisi dan orientasi gelembung renang. Hal lain yang mempengaruhi adalah struktur belulang, tekstur jaringan tubuh, kondisi fisiologis lainnya seperti tinggi punggung serta kandungan sperma dan telur atau TKG. Ukuran tubuh ikan. Ukuran standar yang dipakai dapat dilihat pada Table 3 dan Table 4. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Panjang total, total length (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor. Pada penelitian kali ini terlihat bahwa ukuran tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) yang ada tersebut merupakan ikan yang sering dikonsumsi masyarakat. Pada Table 3 terlihat secara jelas ukuran tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dan di Tabel 4 ukuran tubuh ikan lele (Clarias Sp) dari berat, panjang total, panjang standar, dan panjang kepala. Tabel. 3 Ukuran Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ukuran Ikan mas I Ikan Mas II Berat (gram) Panjang total (cm)

2 33 Tabel. 4 Ukuran Tubuh Ikan Lele (Clarias Sp) Ukuran Ikan Lele I Ikan Lele II Berat (gram) Panjang total (cm) Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa ukuran tubuh ikan mas I (Cyprinus carpio) bisa di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 240 gram, panjang total sebesar 20 cm, kemudian panjang standar 17 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 5.5 cm. Beda halnya dengan Ikan Mas II (Cyprinus carpio) di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 290 gram, panjang total sebesar 23 cm, kemudian panjang standar 18.5 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 4.5 cm. Ikan mas II (Cyprinus carpio) lebih besar dari pada ikan mas I (Cyprinus carpio) dari segi ukurannya. Dari Tabel tersebut dapat dilihat perbedaannya dari kedua ikan tersebut. Beda halnya pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa ukuran tubuh ikan Lele I (Clarias Sp) bisa di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 110 gram, panjang total sebesar 24 cm, kemudian panjang standar 20 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 3.5 cm. Beda halnya dengan Ikan Lele II di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 140 gram, panjang total sebesar 27 cm, kemudian panjang standar 22.5 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 3.5 cm. Ikan lele II lebih besar dari pada ikan lele I dari segi ukurannya. Dari Tabel tersebut dapat dilihat perbedaannya dari kedua ikan tersebut. Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir,

3 34 panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan mengenai pengukuran pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar. Ikan yang digunakan adalah ikan yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering muncul pada ikan. Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan. Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. 4.2 Grafik Amplitudo Spectrum, Amplitudo Relatif, dan Echo strength Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Nilai amplitudo spectrum ikan mas berkisar antara selang Pada detik diantara selang terjadi kenaikan amplitude spectrum hingga hampir mencapai 50 ini menunjukan adanya aktifitas fisik dari sinyal noise yang disebabkan oleh gerakan air pada water tank yang terjadi pada detik ke 4000, 5000 dan 6000 dan juga di sebabkan oleh aktifitas ikan mas yang turun naik mendekari transducer tersebut. Seperti dapat dilihat amplitudo spectrum rata-rata stabil pergerakannya dengan nilai antar

4 35 Time (s) Gambar 12. Grafik (a) Amplitudo Relatif (b) dan Echo Strength dalam Time (s) Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) Sedangkan untuk nilai amplitude relatif berada pada selang 0.1 sampai 0.15 dan juga terlihat aktifitas stabil dalam grafik tersebut hanya pada detik ke terlihat peningkatan yang cukup tinggi hingga sampai 0.2 untuk amplitude relatif. Nilai yang ada di dalam ini sebagai pancaran transmite yang bisa menghasilkan hambur balik. Dan untuk nilai echo strength (db) bekisar antara -25 db sampai -20 db. Dugaan target pada grafik menunjukan pola yang berbeda pada umumnya yaitu berupa adanya gundukan, dalam hal ini terjadi pada detik antara ke dengan nilai Echo Strength -17 db. (Lampiran 2)

5 Time (s) Gambar 13. (a) Amplitudo Relatif, dan (b) Echo strength dalam Time(s) Pada Ikan Lele (Clarias Sp) Nilai amplitudo spectrum pada ikan lele berkisar antara Terlihat pada detik ke ada peningkatan nilai menjadi tetapi pada tetap stabil di sekitar nilai Dan rata-rata nilai amplitudo spectrum ikan lele lebih stabil. Berbeda hal itu nilai amplitudo relatif ikan lele berkisar antara dan pada detik antar terjadi penurunan nilai dengan drastis sebesar Sedangkan untuk nilai echo strength berkisar antara -22 db sampai db. Dugaan target terdeteksi pada detik 2000 dan dengan nilai echo strength db dan -21 db. Data-data yang ada bukan hanya menuntukan dalam nilai Echo Strength, karena alat fish finder bisa menghitung bukan hanya ikan yang ada bisa saja benda

6 37 yang terlintas dalam pancaran signal transducer. Echo Strength bisa untuk menghitung nilai tunggal atau bergerombol yang dipengaruhi oleh ukuran,jenis dan posisi. Echo Strength juga adalah gabungan dari strength-strength yang lainnya baik dari TS, SS atau lainnya. (Lampiran 2) 4.3 Grafik Amplitudo Tunggal Ikan mas dan Ikan Lele Pada Gambar 15 di bawah ini terlihat grafik amplitudo tunggal pada ikan mas dengan sudut orientasi (a) 0 o ;(b) -10 o ; (c) -20 o ;(d) -30 o ; (e) -40 o ; (f) -50 o dengan nilainya masing-masing dan perbedaannya dalam hasil outputnya. (Lampiran 3) Gambar 14. Grafik Amplitudo Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal kanan dengan sudut orientasi (a) 0 o ;(b) -10 o ;(c) -20 o ;(d) -30 o ;(e) -40 o ;(f) -50 o Pada ikan mas (Gambar 14) posisi semula (0 o ) nilai amplitudo berkisar antara (b), posisi -10 o nilai amplitudo berkisar antara (c), posisi -20 o

7 38 nilai amplitudo berkisar antara (d), pada posisi -30 o nilai amplitudo berkisar antara (e) pada posisi -40 o nilai amplitudo berkisar antara (f)sedangkan pada posisi -50 o nilai amplitudo berkisar antara Dengan ratarata kisaran ping antara dari grafik tersebut. Rata-rata grafik tersebut stabil dari a-f untuk terlihat pada gambar lurus. Gambar 15. Grafik Amplitudo Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal Kiri dengan sudut orientasi (a) 5 o ;(b) 15 o ; (c) 25 o; (d) 35 o Pada ikan mas (Gambar 15) posisi semula (5 o ) nilai amplitudo berkisar antara (b), pada posisi ikan digantung dengan orientasi 15 o nilai amplitudo berkisar antara (c),pada posisi 25 o berkisar antara (d), pada posisi 35 o nilai amplitudonya berkisar antara Dan ke empat grafik tersebut sama semuanya diawali dari ping ping, dan grafik yang terjadi semuanya ada nilainnya dan teratur dalam nilai yang diurutkan.

8 39 Pada Gambar 17 dibawah ini terlihat amplitudo dengan orientasi sudut (a)0 o ;(b)-10 o (c)-15 o (d) 20 o ; (e)-5 o Gambar 16. Grafik Amplitudo Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal Kanan dengan sudut orientasi (a) 0 o (b) -10 o (c) -15 o (d) -20 o (e) -5 o Pada ikan lele (Gambar 16) posisi semula (0 o ) nilai amplitudo berkisar antara (b), posisi -10 o nilai amplitudo berkisar antara (c), posisi -15 o nilai amplitudo berkisar antara (d), pada posisi -20 o nilai amplitudo berkisar antara (e) pada posisi -5 o nilai amplitudo berkisar antara Dengan ratarata kisaran ping antara dama grafik tersebut. Rata-rata grafik tersebut stabil dari a-f untuk terlihat pada gambar lurus linear.

9 40 Pada Gambar 17 dibawah ini terlihat amplitudo dengan orientasi sudut (a),5 o (b), 10 o (c), 15 o (d), 20 o (e) 25 o Gambar 17. Grafik Amplitudo Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal Kiri dengan sudut orientasi (a),10 o (b), 15 o (c), 20 o (d), 25 o (e) 5 o Ikan Lele pada posisi semula (0 o ) amplitudo berkisar antara (b), posisi -10 o amplitudo berkisar antara (c), posisi -20 o berkisar antara (d), posisi -30 o berkisar antara (e) pada posisi -45 o berkisar antara (f). pada posisi -50 o berkisar antara (g) pada posisi 10 o berkisar antara (h) pada posisi 20 o berkisar antara (i) pada posisi 30 o berkisar antara (j) pada posisi 40 o berkisar antara Pada ikan dengan sudut tunggal teknik deteksi ikan dengan manual menggunakan busur sudut. Pada ikan mas sudut yang ditampilkan hasilnya adalah sudut-55 o sampai 40 o. Sedangkan pada ikan Lele sudut yang ditampilkan

10 41 adalah -25 o sampai 25 o pada posisi 25 o, -40 o, kondisi ikan mas sudah lurus sehingga tidak diperlukan lagi dalam penambahan perubahan sudutnya sedangkan untuk ikan lele pada posisi 20 o dan -15 o. 4.4 Sebaran Volume Backscattering Strength (Sv) pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Pada sebaran SV ikan mas terlihat pada Gambar 18 dengan nilainya masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil. Volume Backscattering Strength (Sv) Gambar 18. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan mas schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 5 di bawah ini untuk nilai SV yang ada dalam data tersebut. Tabel 5. Urutan Nilai SV Ikan Mas Shooling dan Jumlahnya SV jumlah

11 42 Sebaran nilai SV pada ikan mas berkisar antara db sampai dengan db, dengan nilai SV pada db sebanyak 134, -16 db berjumlah 204, db berjumlah 75, -15 db berjumlah 250, db berjumlah 8531, -14 db berjumlah 4944, dan -13,5 db berjumlah 24. Dari Gambar diatas diduga ikan mas berada pada rentang nilai SV db sampai 14 db dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah. Pada sebaran Targeth Strength (TS) ikan mas terlihat pada Gambar 19 dengan nilainya masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil. Targeth Strength (Sv) Gambar 19. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan mas schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 6 di bawah ini untuk nilai Targeth Strength (TS) yang ada dalam data tersebut. Jarak Nilai TS (-37)- (-40) (-41)- (-44) (-45)- (-48) (-49)- (-52) (-53)- (56) (-57)- (-60) (-61)- (-64) (-65)- (-70) Jumlah

12 43 Sebaran nilai TS pada ikan mas berkisar antara (-45) db sampai dengan -48 db dengan jumlah data 8531, sedangkan dengan nilai TS pada (-37)-(-40) db sebanyak 65, kemudian (-41)-(-44) db berjumlah 4903, untuk (-49)-(-52) db berjumlah 183, kemudian (-53)-(-56) db berjumlah 180, kemudian (-57)-(-60) db berjumlah 171, kemudian (-61)-(-64) db berjumlah 154, Dari Gambar diatas diduga ikan mas berada pada rentang nilai SV db sampai 14 db dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah. Pada sebaran SV ikan lele terlihat pada Gambar 20 dengan nilainya masingmasing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil. Volume Backscattering Strength (Sv) Gambar 20. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan Lele schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Table 6 di bawah ini untuk nilai Volume Backscattering Strength (SV) yang ada dalam data tersebut. Tabel 7. Urutan Nilai Volume Backscattering Strength (SV) Ikan Lele Shooling dan Jumlahnya SV jumlah

13 44 Sebaran nilai SV pada ikan lele berkisar antara -15 db sampai -14 db dengan nilai SV -15 db sebanyak 336, -14,5 db berjumlah dan -14 db berjumlah 3. Dari Gambar diatas diduga ikan lele memiliki rentang nilai SV -15 db sampai db, sedangkan bisa dikatakan bahwa ikan lele pada schooling 10 ekor SV nilai tersebut adalah db. Pada sebaran Targeth Strength (TS) ikan lele terlihat pada Gambar 21 dengan nilainya masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil. Targeth Strength (TS) Gambar 21. Sebaran nilai Targeth Strength (TS) pada ikan lele schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 8 di bawah ini untuk nilai Targeth Strength (TS) yang ada dalam data tersebut. Sebaran nilai TS pada ikan lele berkisar antara (-45) db sampai dengan -48 db dengan jumlah data 8769, sedangkan dengan nilai TS pada (-42)-(-45) db sebanyak 2, kemudian (-48)-(-51) db berjumlah 6289, untuk (-51) db berjumlah 10. Gambar 22 diatas diduga ikan lele berada pada rentang nilai TS -45 db dengan jumlah 8769 dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah.

14 Nilai Target Strength pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) tunggal dengan sudut orientasi yang berbeda Pada Table 8 di bawah ini akan dapat dilihat posisi sudut orientasi dengan nilai Target Strength (TS) dari ikan mas dengan masing-masing besaran nilainnya dari data. Tabel 8. Urutan Nilai Target Strength Ikan Mas dan Jumlahnya Sudut SV Sudut SV Sudut SV Pada sebaran Target Strength (TS) ikan mas pada sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik terlihat pada Gambar 22.

15 46 Gambar 22. Grafik nilai Target Strength pada Ikan mas dengan sudut orientasi Nilai Target Strength pada ikan mas tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 40 o (positif) serta 0 o ke 55 o (negatif). Perubahan sudut positif ini berupa perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke atas dan perubahan sudut negatif merupakan perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke bawah. Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -40 o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -20,79 db dan pada sudut 25 o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar db, sedangkan pada posisi horizontal (0 o ) memiliki nilai TS sebesar db. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -25 o dan 0 o masing-masing sebesar db dan dB.

16 47 Pada sebaran Target Strength (TS) ikan lele pada sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik terlihat pada gambar 23 dengan nilainya masing-masing dan nilai sudut tersebut dalam data hasil. Gambar 23. Grafik nilai Target Strength pada ikan lele dengan sudut orientasi Pada table 8 di bawah ini akan dapat dilihat posisi sudut orientasi dengan nilai Target Strength (TS) dari ikan lele dengan masing-masing besaran nilainnya dari data. Nilai Target Strength pada ikan lele tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 25 o (positif) serta 0 o ke 25 o (negatif). Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -25 o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -33,45 db dan pada sudut 25 o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar db, sedangkan pada posisi horizontal (0 o )

17 48 memiliki nilai TS sebesar db. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -15 o dan 5 o masing-masing sebesar -33,4 db dan db. Tabel 9. Urutan Nilai Target Strength Ikan Lele Tunggal Sudut Ts Sudut Ts Nilai Target Strength pada ikan lele tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0 o ke 25 o (positif) serta 0 o ke 25 o (negatif). Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -15 o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar db dan pada sudut 20 o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar db, sedangkan pada posisi horizontal (0 o ) memiliki nilai TS sebesar db. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -15 o dan 0 o masing-masing sebesar -20,23 db dan db. Perbedaan nilai amplitudo ini disebabkan karena pantulan suara yang mengenai target ikan pada posisi yang berbeda akan menghasilkan nilai target yang berbeda juga. Menurut Simmonds dan Mclennan (2005) Target Strength dari suatu objek sangat dipengaruhi dari posisi sudut ikan. Pada perubahan sudut positip, ikan berorientasi ke arah atas dimana ketika posisi ikan tegak lurus kepala ikan berada diatas. Sedangkan pada perubahan sudut negatip, ikan berorientasi kearah bawah dimana ketika tegak lurus posisi kepala ikan berada di bawah.

18 49 Gambar 24. Definisi sudut kemiringan ikan, positip ketika kepala diatas dan negatif ketika kepala dibawah (Simmonds dan MacLennan, 2005) 4.6 Grafik FFT dan Wavelet Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Pada Gambar 25 dengan nilai Fast Fourier Transform (FFT) yang ada pada ikan mas terlihat bahwa terjadi nilai tinggi memuncak. Pada FFT (Fast Fourier Transform) ikan mas antara frequency dengan amplitudo tersebut. Gambar 25. Grafik nilai FFT (Fast Fourier Transform) Ikan Mas ( Cyprinus carpio) squling dengan Matlab Nilai urutan data ikan mas dan grafik nilai dari FFT (Fast Fourier Transform) memuncak pada selang titik 0. Dari gambar 25 terlihat frequency/fs dari -0.5 sampai -0.1 hingga menuju 0 memiliki nilai amplitudo 0 dan berada dalam garis horizontal sedangkan pada titik kenaikan bernilai 30 amplitudo tersebut.

19 50 Kemudian dari titik puncak 0 turun hingga ke 0.1 sampai dengan berkisar 0.5 yang bernilai stabil dalam nilai horizontal 0 ampitudo tersebut. Nilai-nilai amplitudo tersebut. (Lampiran 1) Tingkat frekuensi yang digunakan untuk kegiatan hidroakustik harus didasarkan pada sasaran yang akan dideteksi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, dimana hubungan antara sinyal echo dengan karakter target dapat dianalisis secara linear, maka sinyal echo harus dalam keadaan stabil atau berada dalam kondisi geometris. Pada Gambar 26 di bawah ini hasil yang didapat oleh wavelet dengan menghubungkan antara waktu dengan amplitudo yang ada. (lampiran 4) Gambar 26. Grafik nilai Data Ikan Mas (Cyprinus carpio) squling dengan Wavelet Pada Gambar 26 merupakan urutan data dari penelitian schooling ikan mas, rentang nilai amptitudo tersebut berkisar antara 1-31 dengan waktu yang signifikan 0-4x10⁴ dari Gambar 26. Ada beberapa noise yang terjadi akibat gerakan air water

20 51 tank, ataupun sifat biologis yang terjadi pada media hidup tersebut dalam hal ini ikan. Data yang ada dalam gambar tersebut rapat dan membentu kerapatan yang stabil diantara nilai amplitudonya. Terlihat warna yang ada di Gambar 26 menunjukan nilainnya dan lebih terang warnanya di bandingkan Gambar 28, menunjukan perbedaan ikan mas dan ikan lele untuk identifikasi nilainnya. Pada ikan Schooling perbedaan nilai amplitudo pada kedua ikan ini disebabkan karena ada tidaknya gelembung renang pada ikan (swimbladder), perbedaan tingkah laku ikan tersebut dan ukuran dari ikan itu sendiri. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) memiliki gelembung renang, ukuran ikan besar dan tingkah lakunya aktif. Sedangkan ikan lele (Clarias sp) tidak memiliki gelembung renang, ukuran ramping dan tingkah lakunya pasif bisa dikatakan bahwa pada siang hari terjadi perlakuan tersebut namun aktifnya pada malam hari. Karena pengambilan data ini dilakukan pada siang hari, ikan lele tersebut cenderung pasif di dasar fish cage. Grafik yang dihasilkan pada CWT menunjukan menggambarkan besarnya transformasi wavelet, nilai amplitudo ditujukan dengan adanya gradasi warna yang dihasilkan. Grafik analisis sinyal ditunjukan nilai amplitudo yang tinggi dengan CWT yang memiliki warna yang lebih terang atau lebih putih dibandingkan dengan nilai amplitudo yang kecil.

21 52 Pada Gambar 27 di bawah ini nilai FFT (Fast Fourier Transform) ikan mas yang ada terlihat berbeda dengan ikan lele. Dalam hal nilai frequency yang ada. Gambar 27. Grafik nilai FFT (Fast Fourier Transform) Ikan Lele (Clarias Sp) dengan Matlab Nilai urutan data ikan lele dan grafik nilai dari FFT (Fast Fourier Transform) memuncak pada selang titik 0. Dari gambar 27 terlihat frequency/fs dari -0.5 sampai -0.1 hingga menuju 0 memiliki nilai amplitudo 0 dan berada dalam garis horizontal sedangkan pada titik kenaikan bernilai 30 amplitudo tersebut. Pada titik 0 terjadi nilai ganda pada 15 dan 30 untuk nilai amplitudonya tersebut. Kemudian dari titik puncak 0 turun hingga ke 0.1 sampai dengan berkisar 0.5 yang bernilai stabil dalam nilai horizontal 0 ampitudo tersebut. Nilai-nilai amplitudo tersebut. (lampiran 1) Getaran yang dihasilkan oleh ikan dibangkitkan oleh gerakan dan dari organ ikan itu sendiri seperti gelembung renang atau standulatory organ. Spektrum frekuensi suara yang dibangkitkan oleh gerakan tergantung dari

22 53 bentuk, ukuran dan pergerakan dari masing-masing ikan. Semakin pipih bentuk ikan maka semakin cepat penyimpangan gerakan badannya, artinya semakin tinggi frekuensi yang ditimbulkannya. Semakin panjang badan ikan maka semakin tinggi penyimpangan gerakan badannya yang berarti semakin besar amplitudo getaran yang ditimbulkannya. Amplitudo tersebut akan makin besar bila jumlah individu yang terdapat dalam sekawanan jumlahnya semakin banyak. Frekuensi getaran yang ditimbulkan dari gerakan sekelompok ikan tersebut berkisar dari 7 sampai dengan 10 Hertz. Untuk berkomunikasi, ikan membangkitkan getaran suara dengan menggosok-gosokan bagian badan-tulang, gigi secara bersamaan. Untuk kebanyakan ikan suara yang dibangkitkan akibat gelembung renang yaitu gas berisi gelembung yang menyerupai organ. Dinding elastik gelembung renang dihubungkan ke otot yang dapat memanjang dan berkontraksi untuk meningkatkan dan menurunkan volume gelombang renang. Getaran ini menggantikan air di sekitar ikan, merambat keluar sebagai gelombang suara yang dapat didengar sebagai dengkuran, siulan atau suara drum, tergantung pada penggunaan otot (Spotte,1985). Frekuensi Spektrum getaran yang dibangkitkan tergantung dari tingkah laku ikan dan struktur gelembung renang setiap ikan, sehingga getaran yang dihasilkan akan berbeda pula untuk setiap jenis ikan bahkan untuk jenis kelamin yang berbeda yang bagian tubuhnya mempunyai perbedaan meskipun sangat kecil. Dengan adanya indera pendengar maupun pembangkit sumber getaran, ikan dalam melakukan proses perkawinan akan membangkitkan getaran-getaran tertentu yang dimengerti oleh ikan lawan jensinya. Pada saat ikan jantan

23 54 mendekati, ikan jantan akan membangkitkan getaran halus. Demikian seterusnya sampai pasangan ikan melakukan hubungan frekuensi yang dibangkitkan si jantan makin tinggi. (Pitcher,1986) Tingkat frekuensi yang digunakan untuk kegiatan hidroakustik harus didasarkan pada sasaran yang akan dideteksi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, dimana hubungan antara sinyal echo dengan karakter target dapat dianalisis secara linear, maka sinyal echo harus dalam keadaan stabil atau berada dalam kondisi geometris. Ketika suara dari transducer ini mengenai target pada posisi yang berbeda maka energi pantulan yang dihasilkan dari target bernilai kecil ketika pada posisi sudut dimana pantulan energi saling melemahkan (superposisi destruktif) dan bernilai besar ketika pantulan energy saling menguatkan (superposisi konstruktif). Pada Gambar 28 di bawah ini hasil yang didapat oleh wavelet dengan menghubungkan antara waktu dengan amplitude yang ada. Gambar 28. Grafik nilai Data Ikan Lele (Clarias Sp) squling dengan Wavelet

24 55 Pada Gambar 28 merupakan urutan data dari penelitian schooling ikan lele, rentang nilai amptitudo tersebut berkisar antara dengan waktu yang signifikan 1.4x10⁴ dari Gambar 28 ada beberapa noise yang terjadi akibat gerakan air water tank, ataupun sifat biologis yang terjadi pada media hidup tersebut dalam hal ini ikan. Data yang ada dalam Gambar tersebut rapat dan tebal berdempet membentuk rapatan yang stabil diantaranya nilai amplitudonya. Mother wavelet yang digunakan pada penelitian ini adalah Morlet karena paling sesuai dengan metode CWT dan juga menurut Vetterli dan Kovacevic (1995), wavelet morlet merupakan wavelet yang cocok dengan pengolahan sinyal pada metode CWT karena bisa terkoreksi walaupun dengan jarak yang kecil. Scale yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:1:100, artinya setiap wavelet morlet memulai scale 1 sampai 100 dengan perubahan 1. Nilai dari data tersebut menunjukan seberapa dekat atau similar antara data ikan dengan wavelet tersebut, semakin tinggi nilainya maka semakin mirip. (Mathworks, 2010). Nilai ini lah yang dijadikan adanya fenomena atau keanehan dari data bisa juga di indikasikan adanya target Pada data ikan Lele, grafik CWT menunjukan adanya banyak dugaan target yang terihat pada tiap detik dengan nilai yang cukup besar. Hal ini dikarenakan karena ikan tersebut memiliki gelembung renang dan aktif bergerak tiap detiknya. Berbeda pada ikan lele, grafik CWT menunjukan hanya beberapa saja indikasi dugaan target dari lele pada detik-detik tertentu yaitu detik 4000, 6000 dan yang jelas serta memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini karena ikan lele tidak memiliki gelembung renang dan juga bersifat pasif pada siang hari (dimana waktu melakukan pengambilan data).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Jarak Near Field (R nf ) yang diperoleh pada penelitian ini dengan menggunakan formula (1) adalah 0.2691 m dengan lebar transducer 4.5 cm, kecepatan suara 1505.06

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode hidroakustik Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic instrumen), antara lain: echosounder,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Nilai Target Strength (TS) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nilai target strength (TS) merupakan parameter utama pada aplikasi metode akustik dalam menduga kelimpahan

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER Muhammad Hamim DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 155 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Simulasi Perubahan Fase 6.1.1 Spektrum gerakan ikan-ikanan berukuran 20 x 25 cm Untuk memperoleh spektrum frekuensi dari gelombang ikan-ikanan berukuran 20 x

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Lifeform Karang Secara Visual Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan hasil identifikasi

Lebih terperinci

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH P. Ika Wahyuningrum AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH Suatu teknologi pendeteksian obyek dibawah air dengan menggunakan instrumen akustik yang memanfaatkan suara dengan gelombang tertentu Secara

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, diperoleh data yang diuraikan pada Tabel 4. Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER Septian Nanda - 3311401055 dan Aprillina Idha - 3311401056 Geomatics Engineering Marine Acoustic, Batam State Politechnic Email : prillyaprillina@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkah Laku ikan Dalam Karamba Perekaman suara dilakukan dengan meletakkan hidrofon dekat dengan permukaan air. Hal ini karena gerakan ikan secara dominan berada di permukaan

Lebih terperinci

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sedimen Dasar Perairan Berdasarkan pengamatan langsung terhadap sampling sedimen dasar perairan di tiap-tiap stasiun pengamatan tipe substrat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN

DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN *Achmad Widodo, Djoeli Satrijo, Toni Prahasto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK 5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK Pendahuluan Sumberdaya perikanan LCS merupakan kontribusi utama yang sangat penting di tingkat lokal, regional dan internasional untuk makanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi hidroakustik atau perangkat lunak pengolah sinyal akustik masih sulit untuk dapat mengetahui jenis dan panjang ikan secara langsung dan akurat. Selama

Lebih terperinci

Gambar 8. Lokasi penelitian

Gambar 8. Lokasi penelitian 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari-3 Februari 2011 yang di perairan Pulau Gosong, Pulau Semak Daun dan Pulau Panggang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2010 dan bulan Juli sampai bulan Agustus 2010 bertempat di Water Tank Labotarium

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER C

PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER C PENGUKURAN TARGET STRENGTH BEBERAPA SPESIES IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI LABOTARIUM AKUSTIK KELAUTAN MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER FAISAL AHMAD C540524908 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

COBA PERHATIKAN GAMBAR GRAFIK BERIKUT

COBA PERHATIKAN GAMBAR GRAFIK BERIKUT GELOMBANG STASIONER COBA PERHATIKAN GAMBAR GRAFIK BERIKUT POLA GELOMBANG APAKAH YANG DIHASILKAN APABILA PERTEMUAN GELOMBANG DATANG DARI TITIK A DAN YANG SATUNYA LAGI DIPANTULKAN DARI TITIK B SEPERTI YANG

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan 2.1.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Ikan lele Dumbo merupakan hibrida dari jenis Clarias fuscus untuk induk betina yang merupakan lele asal Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º - 138 º BT (Gambar 2), pada bulan November 2006 di Perairan Laut Arafura, dengan kedalaman

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Peta Batimetri Laut Arafura Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori perairan dangkal dimana kedalaman mencapai 100 meter. Berdasarkan data

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda dan Laboratorium Akustik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Kegiatan penelitian ini terbagi

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim

PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER. Muhammad Hamim PENGUKURAN TARGET STRENGTH IKAN MAS DAN IKAN LELE PADA KONDISI TERKONTROL MENGGUNAKAN QUANTIFIED FISH FINDER Muhammad Hamim DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam

2. TINJAUAN PUSTAKA. Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroakustik Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam suatu medium (dalam hal ini air). Untuk memperoleh informasi tentang obyek bawah air digunakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen Dasar Laut Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal maupun secara

Lebih terperinci

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan 4. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, ditemukan 3 jenis spesies lamun yakni Enhalus acoroides, Cymodocea

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapang dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2008 di perairan gugusan pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 11). Lokasi ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG 1 BAB GEJALA GELOMBANG Contoh 1.1 Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal 1. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG Contoh. Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat 7 m/s. Jarak antara dua dasar

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Pada tahapan ini dilakukan plot persen transmitan (%T) dan bilangan gelombang untuk masing-masing spektrum dari 18 sampel temulawak dengan tujuan untuk mengetahui pola data.

Lebih terperinci

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING SISTEM SONAR KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA 2012-64-0 MILYAN U. LATUE 2013-64-0 DICKY 2013-64-0 STELLA L. TOBING 2013-64-047 KARAKTERISASI PANTULAN AKUSTIK KARANG MENGGUNAKAN ECHOSOUNDER SINGLE BEAM Baigo Hamuna,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang 1 BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Persamaan antara getaran dan gelombang adalah (1) keduanya memiliki frekuensi (2) keduanya memiliki amplitude (3) keduanya memiliki panjang gelombang A.

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Side Scan Sonar merupakan peralatan observasi dasar laut yang dapat

2. TINJAUAN PUSTAKA. Side Scan Sonar merupakan peralatan observasi dasar laut yang dapat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Side Scan Sonar Side Scan Sonar merupakan peralatan observasi dasar laut yang dapat memancarkan beam pada kedua sisi bagiannya secara horizontal. Side scan sonar memancarkan pulsa

Lebih terperinci

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1 3 METODOLOGI Secara garis besar metode penelitian dalam disertasi ini berkaitan dengan permasalahan identifikasi kawanan ikan secara hidroakustik yang berkaitan dengan pengukuran dan pemrosesan data hidroakustik,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil kekayaan hutan adalah kayu. Kayu banyak dimanfaatkan di bidang properti, seperti rumah dan meubel. Disamping komoditi dalam negeri, kayu juga merupakan

Lebih terperinci

Satuan Pendidikan. : XI (sebelas) Program Keahlian

Satuan Pendidikan. : XI (sebelas) Program Keahlian Satuan Pendidikan Kelas Semester Program Keahlian Mata Pelajaran : SMA : XI (sebelas) : 1 (satu) : IPA : Fisika 1. Bacalah do a sebelum mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini. 2. Pelajari materi secara

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI

5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 98 5 SIMULASI DAN UJI COBA SISTIM DETEKSI 5.1 Simulasi Perubahan Fase 5.1.1 Konfigurasi uji coba Simulasi dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan fase yang diterima dari gelombang pantul berbagai kondisi

Lebih terperinci

ANALISA AKUSTIK UJI STATIS MOTOR ROKET MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT

ANALISA AKUSTIK UJI STATIS MOTOR ROKET MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT ANALISA AKUSTIK UJI STATIS MOTOR ROKET MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT Sri Kliwati Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Pusat Teknologi Roket Jalan Raya LAPAN Rumpin Bogor Indonesia email: sri_kliwatii@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi

Lebih terperinci

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG Pendugaan Kelimpahan dan Sebaran Ikan... Metode Akustik di Perairan Belitung (Fahmi, Z.) PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG ABSTRAK Zulkarnaen

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Data Pengambilan data dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut: Pengujian : Sembilan kecepatan motor (1000 RPM, 1200 RPM, 1400 RPM,

Lebih terperinci

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, dan Sumarna Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN 3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN Pendahuluan Keberadaan sumberdaya ikan, baik ikan pelagis maupun demersal dapat diduga dengan menggunakan metode hidroakustik (Mitson 1983). Beberapa keuntungan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester II Nama : Kelas : Gelombang Berjalan dan Gelombang Stationer Page 1 Satuan Pendidikan : SMA N 9 PADANG Kelas : XI MIA

Lebih terperinci

2. TINJUAUAN PUSTAKA

2. TINJUAUAN PUSTAKA 2. TINJUAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Metode Hidroakustik Hidroakustik merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya adalah air. Data hidroakustik

Lebih terperinci

Bab III Elastisitas. Sumber : Fisika SMA/MA XI

Bab III Elastisitas. Sumber :  Fisika SMA/MA XI Bab III Elastisitas Sumber : www.lib.ui.ac Baja yang digunakan dalam jembatan mempunyai elastisitas agar tidak patah apabila dilewati kendaraan. Agar tidak melebihi kemampuan elastisitas, harus ada pembatasan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS Getaran dan Gelombang ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS BANDUL Amplitudo Amplitudo (A) Amplitudo adalah posisi maksimum benda relatif terhadap posisi kesetimbangan Ketika tidak ada gaya gesekan, sebuah

Lebih terperinci

SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara)

SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) Reflection and Refraction Ketika gelombang suara merambat dalam medium, terjadi sebuah pertemuan antara kedua medium dengan kepadatan

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG

KARAKTERISTIK GELOMBANG KARAKTERISTIK GELOMBANG Pemahaman tentang Gelombang 4/17/2017 SMA NEGERI 1 PANGKAJENE AHSAN WAHYUDIN Pada subbab ini Anda harus mampu: Memformulasikan masalah perambatan gelombang melalui suatu medium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan

Lebih terperinci

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi bentuk, juntaian, jenis, syarat bahan baku, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan yang dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Agustus menggunakan data hasil olahan dalam bentuk format *raw.dg yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal yang bisa didengar manusia melalui sensor bunyi berupa gendang telinga. Manusia dapat mendengarkan bunyi disebabkan sumber

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, terutama bidang elektronika dan komputer yang diterapkan pada bidang medis. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length dilakukan penggandaan jarak antara pendengar dengan sumber bunyi [4]. Dalam kehidupan sehari-hari sumber bunyi garis menjadi tidak menguntungkan karena hanya mengalami penurunan sebesar 3 db saat penggandaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Landasan teori dasar / umum yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. 2.1.1 Speaker Recognition Pada

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Fandhi Nugraha K D411 13 313 Teknik Elektro Makalah Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Universitas Hasanuddin Makassar 2015/2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan

Lebih terperinci