PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI Oktavia Nurma Sari 1, Hadi Soekamto, dan I Komang Astina 2 Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang menuntun siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui lima tahap kegiatan pembelajaran yaitu Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, dan Evaluation. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan daya nalar atau kemampuan berpikir mereka. Salah satu kemampuan berpikir yang dapat dikembangkan dengan model pembelajaran ini adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan aktifitas mental yang perlu dikembangkan pada siswa melalui proses belajar. Geografi merupakan salah satu matapelajaran yang mebutuhkan kemampuan berpikir kritis untuk mepelajarinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Learning cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Kata Kunci: Learning Cycle 5E, kemampuan berpikir kritis. Pendidikan memegang peran penting dalam penigkatan kualitas sumber daya manusia agar mempunyai daya saing tinggi dan mampu menghadapi tantangan global. Kegiatan yang pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah belajar. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Pencapaian tujuan pendidikan telah dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP diakui sebagai salah satu sarana bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas untuk memberikan dan memperluas wawasan siswa tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat direferensikan dalam kebiasan berpikir (Simatupang, 2008:62). Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 1 Oktavia Nurma Sari adalah Mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang 2 Hadi Soekamto dan I Komang Astina adalah Doesen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

2 Kemampuan berpikir yang dapat dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dikembangkan pada diri siswa sehingga lebih disiplin, konsisten, dan koheren (Lipman, dalam Kuswana 2012: 203). Siswa yang mampu berpikir kritis tentunya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, tidak mudah puas dengan informasi yang diterima. Siswa mencari tahu kebenaran informasi tersebut berdasarkan fakta dan pengetahuan yang logis. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk membuat sebuah kesimpulan dan memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Ennis, dalam Fisher 2009: 4). Pemikir kritis ideal memiliki kemampuan untuk: 1) Menjelaskan, yang dapat dilakukan melalui mengidentifikasi masalah, atau pertanyaan, menganalisis argumen, mengklarifikasi pertanyaan atau argumen yang bertentangan, dan mendefinisikan istilah. 2) Menilai dasar keputusan, dapat dilakakukan melalui menilai kredibilitas sumber dan menilai laporan observasi. 3) Menduga, dapat dilkukan melalu kegitan mengidentifikasi asumsi tak tertulis, menyimpulkan dan menilai keputusan, membuat deduksi atau induksi. 4) Membuat pegandaian dan mengintegrasikan kemampuan. 5) peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan derajat kelebihan orang lain (Ennis, dalam Kuswana 2012: 198). Kemampuan berpikir penting dikembangkan pada setiap mata pelajaran. Geografi merupakan salah satu pelajaran yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajarannya. Hal ini, sesuai dengan objek material yang menjadi kajian geografi yang sangat luas yaitu meliputi geosfer terdiri dari aspek manusia dan aspek fisik. Aspek yang dikaji tidak saja pada case (kasus) tetapi sudah meningkat sampai pada cause (hubungan sebab akibat) (Astina 2004: 82). Dalam proses penyampaian materi tidak hanya menekankan kepada pengusaan konsep saja, tetapi juga dapat menganalisis permasalahan geosfer. Menganalisi permaslahan geosfer dilakukan mulai dari mengidentifikasi masalah, hingga menetapkan solusi untuk memecahkan permasalahan. Proses tersebut membutuhkan kemampuan bepikir siswa yang lebih kompleks yaitu kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis penting untuk dikembangkan maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat membantu dan memfasilitasi siswa melatihkan aspek-

3 aspek kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpkir kritis akan berkembang dengan baik apabila ada faktor yang dapat mendorong seseorang untuk berpikir kritis. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif terutama dalam aktifitas mental merupakan salah satu faktor yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar adalah konstruktivistik. Konstruktivistik merupakan salah satu teori pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa dalam prosesnya. Peran aktif siswa meliputi pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran. Mengajar menurut kaum konstruktivistik bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan sesuatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuanya (Yamin, 2008: 3). Belajar menurut teori konstruktivistik bertujuan untuk membentuk pola pikir yang baik, dalam arti cara berpikir siswa dapat digunakan untuk menganalisis suatu permasalahan, serta menemukan solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut (Yamin, 2008: 4). Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivistik adalah Learning cycle 5E. Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajarannya siswa dituntun untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan daya nalar atau kemampuan berpikir mereka melalui tahap-tahap kegiatan yang terdiri dari: 1) Engagement, membangkitkan minat siswa pada mata pelajaran, 2) Eksploration, memberikan kesempatan pada siswa untuk memanfaatkan panca indra mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan, 3) Eksplanation, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi, 4) Elaboration, mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapat untuk memacahkan suatu permasalahan, dan 5) Evaluation, mengevaluasi pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa (Yuliati, 2008). Tahapan kegiatan Learning Cycle 5E diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

4 Penerapan model Learning Cycle 5E memiliki beberapa kelebihan yaitu sangat efektif untuk meningkatkan sikap, prestasi, dan kemampuan berpikir kritis siswa (Lawson dalam Ratnani, 2011). Setiap tahapan model Learning Cycle 5E siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan. Model Learning Cycle 5E memiliki beberapa kelemahan diantaranya efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai setiap tahap Learning Cycle 5E. Model ini memerlukan waktu yang lebih banyak dalam proses pelaksanaan pembelajarannya (Dasna, 2007). Kelemahan model Learning Cycle 5E dapat daiatasi apabila guru menguasai materi pembelajaran dengan baik. Memberikan inovasi pada setiap tahapan model juga merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan model Learning Cycle 5E, sehingga dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, dan bermakna. Berdasarkan pentingnya berpikir kritis undtuk dikembangkan dan beberapa kelebihan yang dimiliki model Learning Cycle 5E, maka peneliti mengambil eksperimen model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk diteliti pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran geografi. Penelitian yang ini dilaksanakan di SMA Daru Ulum 1 Peterongan Jombang dan Kelas XI IPS. Peneliti memilih SMA Darul Ulum 1 Petrongan Jombang sebagai tempat penelitian karena latar belakang sekolah merupakan lingkungan pondok pesantren sehingga sebagian besar siswa merupakan santri pondok pesantren yang memiliki kegiatan padatdai siang hingga malam hari. Jadwal kegiatan siswa yang padat tersebut sebagian besar akan berpegaruh pada efektifitas pembelajaran di sekolah, sisiwa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan guru merasa kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikir khususunya bepikir kritis siswa. Model pembelajaran Learning Cycle 5E diharapkan dapat menjadi alternaitif dalam memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan alasan tersebut penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Darul Ulum 1. Sesuai dengan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul "Pengaruh Pembelajaran Model Learning

5 Cycle 5E terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang". METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Berdasarkan tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi eksperimental). Desain penelitian ini adalah menggunakan jenis Pre-test dan Post-test Control Group. Subjek dalam penelitian ini adalah siwa kelas XI tahun ajaran Kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data menggunakan tes esai yang terdiri dari Pre-test dan Post-test untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang dikembangkan berdasarkan ranah kognitif C4. Instrumen penelitian telah diuji validitas dan relibilitas sebelum dilakukan penelitian. Analisis data kuantitaif menggunakan data selisih nilai pretest dan postest (gain score). Sebelum di analisis dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis menggunakan statistik parametrik uji-t. Apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan statistik nonparametrik Man-Whitney U Test HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret hingga 4 April Data ini diperoleh dari siswa yang berjumlah 66 yang terdiri dari 33 siswa kelas kontrol dan 33 siswa kelas eksperimen. Data yang diperoleh merupakan nilai kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Data ini meliputi: (1) kemampuan awal siswa (pre test) berpikir kritiis kelas

6 kontrol dan kelas eksperimen, (2) kemampuan akhir (post test) berpikir kritis kelas kontrol dan kelas eksperimen. 1. Data Kemampuan Awal (Pre Test) Berpikir Kritis Distribusi frekuensi data hasil kemampuan awal (pre test) kelas kontrol disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal (Pre Test) Berpikir Kritis Kelas Kontrol Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%) Mean A Sangat Baik 0 0 B Baik 0 0 Modus=38 C Cukup 0 0 Mean=41 D Kurang 17 51,5 E < 40 Sangat Kurang 16 48,5 J U M L A H Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kemampuan beprikir kritis siswa kelas kontrol masih tergolong rendah dengan rata-ratanilai 41 dan modus 38. Sebanyak 51,5% memiliki kualifikasi kurang, sedangkan selebihnya 48,5% siswa memiliki kualifikasi sangat kurang. Tidak ada satupun siswa yang memiliki kualifikasi cukup, baik, dan sangat baik. Distribusi frekuensi data hasil kemampuan awal (pre test) kelas eksperimen disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal (Pre Test) Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%) Mean A Sangat Baik 0 0 B Baik 0 0 Modus=38 C Cukup 0 0 Mean=39 D Kurang 12 36,4 E < 40 Sangat Kurang 21 63,6 J U M L A H Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kemampuan awal beprikir kritis siswa kelas ekspeimen masih tergolong rendah dengan rata-rata nilai 39 dan modus 38. Lebih dari separuh (63,5%) memiliki kualifikasi sangat kurang. Sebanyak 36,4% siswa memiliki kualifikasi kuarang. Tidak ada seorangpun siswa yang memiliki kualifikasi cukup, baik, dan sangat baik. 2. Data Kemampuan Akhir (Post Test) Berpikir Kritis

7 Distribusi frekuensi data hasil kemampuan akhir (post test) kelas kontrol disajikan pada Tabel 3 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Akhir (Post Test) Berpikir Kritis Kelas Kontrol Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%) Mean A Sangat Baik 0 0 B Baik 4 12,1 Modus= 57, 60 C Cukup 16 48,5 Mean=63 D Kurang 13 39,4 E < 40 Sangat Kurang 0 0 J U M L A H Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa kemampuan akhir (post test) berpikir kritis kelas kontrol mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 63 dan modus 57, 60. Sebanyak 48,5% memiliki kualifikasi cukup. Sebanyak 39.4% siswa memiliki kualifikasi kurang, sedangkan sisanya sebanyak 12,1% siswa memiliki kualifikasi baik. Tidak ada seorangpun siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik, dan sangat kurang. Distribusi frekuensi data hasil kemampuan akhir (post test) kelas eksperimen disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Akhir (Post Test) Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%) Mean A Sangat Baik 0 0 B Baik 16 48,5 Modus= 68, 73 C Cukup 16 48,5 Mean=75 D Kurang 1 3,0 E < 40 Sangat Kurang 0 0 J U M L A H Berdasarkan Tabel.4 dapat diketahui bahwa kemampuan akhir (post test) berpikir kritis kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 75 dan modus 68, 73. Sebanyak 48,5% siswa memiliki kualifikasi baik. Sebanyak 48,5% siswa memiliki kualifikasi cukup, sedangkan selebihnya sebanyak 3% siswa memiliki kualifikasi kurang. Tidak ada seorangpun siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik dan sangat kurang.

8 Analisis Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis postest dengan pretest atau disebut dengan gain score. Berdasarkan perhitungan uji prasyarat data dinyatakan normal dan homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis uji-t data dinyatakan signifikan hal tersebut berarti model pembelajaran Learning cycle 5E berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Pembahasan Berdasarkan temuan penelitian bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol karena pada kelas eksperimen siswa diberi pembelajaran Learning cycle 5E. Model pembelajaran Learning cycle 5E merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivistik sehingga dalam proses pembelajarannya siswa berperan aktif. Pembelajaran menurut teori konstruktivistik merupakan suatu kegiatan dimana siswa membangun sendiri pengetahuanya. Peran aktif yang dimaksud lebih ditekankan kepada peran aktivitas mental siswa yaitu siswa dituntun untuk berperan aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Tahapan model pembelajaran Learning cycle 5E menuntun siswa untuk berpikir secara aktif dalam proses pembelajaranya. Siswa dituntun dalam mencari konsep, memahami, hingga mengaplikasikan konsep tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Proses keterlibatan siswa berpikir secara aktif dalam pembelajaran akan merangsang kemampuan berpikir kritisnya. Kemampuan berpiki kritis siswa dapat dimunculkan di setiap tahapan model pebelajaran Learning cycle 5E. Tahap pertama yaitu Pengenalan (Engagement), dalam tahap ini bertujuan untuk mengenalkan konsep materi yang akan dipelajari. Selai itu, pada tahap ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi

9 konsep dalam pemahaman siswa. Guru memunculkan pertanyaan kemudian memperoleh respon dari siswa. Memberikan pertanyaan kepada siswa maka akan melatih kemampuan berpikir sisiwa, karena siswa akan memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Proses pembalajaran dalam Engagement merupakan pengenalan kepada siswa terhadap materi yang diajarkan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Dalam menjawab pertanyaan siswa telah dilatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Memberikan pertanyaan kepada siswa merupakan kegiatan untuk merangsang kemampuan berpikirnya. Hal ini telah sesuai dengan kriteria sesorang berpikir kritis yang disebutkan oleh Ennis yaitu salah satunya seseorang yang berpikir kirtis dapat mengidentifikasi sebuah pertanyaan (Ennis, dalam Kuswana 2012: 198). Dalam tahap awal ini telah memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Tahap kedua eksplorasi dalam tahap ini betujuan untuk membuktikan pemahaman awal mereka pada lagkah Engagement dengan mencari referensi terkait materi yang dipelajari dari berbagai sumber. Proses pembelajaran dalam eksplorasi siswa harus aktif menggali pengetahuannya sendiri karena guru hanya sebagai fasilitator dan menumbuhkan motivasi siswa saja. Tahap ini melatih kemampuan berpikir mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan dalam tahap ini yaitu siswa diajarkan untuk berpikir kritis dalam menentukan sumber yang tepat untuk menguatkan pehaman awal mereka. Salah satu kriteria kemamupuan berpikir kritis yaitu siswa dapat memberikan penguatan berupa fakta dan data yang relevan terhadap pendapat atau hipotesis yang telah mereka buat (Ennis, dalam Kuswana 2012: 198). Tahap ketiga penjelasan (Explanation) dalam tahap ini bertujuan untuk mendorong siswa menjelaskan konsep yang dibahas dengan kata-kata dan pemikiran siswa sendiri dan mengklarifikasi penjelasannya. Tahap ini memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menjelaskan mengenai topik yang telah mereka pahami dengan memberikan klarifikasi berupa fakta dan data yang relevan. Dalam proses menjelaskan siswa akan kritis memberikan penguatan pengutan untuk mepertahankan apa yang telah mereka diskusikan dan meberikan

10 sebuah kesimpulan terhadap apa yang telah mereka jelaskan. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Ennis mengenai kriteria seseorang berpkiri kritis yaitu selain mampu menjelaskan dan memberikan beberapa klarifikasi dengan sumber yang relevan, sesorang berpikir kritis juga mampu membuat sebuah kesimpulan (Ennis, dalam Kuswana 2012: 198). Tahap keempat elaborasi dalam tahap ini siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi baru. Kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan dalam tahap elaborasi adalah melatih siswa untuk menerapkan konsep yang dipahami terhadap sebuah situasi nyata. Tahap kelima evaluasi dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengevaluasi pada seluruh pengalaman dari setiap tahapan model pembelajaran Learning cycle 5E. Kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan dalam tahap ini yaitu kemampuan berpikir dalam mebuat kesimpulan. Pemikir kritis yang ideal salah satunya memeiliki kemampuan untuk menyimpulkan dari penjelasan yang telah meraka buat (Ennis, dalam Kuswana 2012: 198). Keberhasilan model pembelajaran Learning cycle 5E tidak terlepas dari kelebihan Learning cycle 5E ini sendiri yaitu, 1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibitkan secara aktif dalam proses pembelajaran. 2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, dalam model Learning cycle 5E. 3) Membantu pembelajaran lebih bermakna (Dasna, 2007). 4) Learning cycle 5E sangat efektif untuk meningkatkan sikap, prestasi, dan kemampuan berpikir kritis siswa (Lawson dalam Ratnani, 2011). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Learning cycle 5E terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS SMA Darul Ulum 1 Peterongan Jombang.

11 Saran Berdasarkan kesimpulan, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu, bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Learning cycle 5E sebagai alternatif pembelajaran untuk menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan kualitas pelajaran Geografi. Bagi Sekolah disarankan menerapkan model pembelajaran Learning cycle 5E sebagai alternatif pembelajaran karena dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran disekolah. Model ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu dengan melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Bagi peneliti yang akan mengkaji mengenai model pembelajaran Learning cycle 5E diharapkan agar lebih teliti dan memiliki perencanaan yang baik dalam menerapkan model pembelajaran Learning cycle 5E sehingga dapat mencapai tujuan secara maksimal. DAFTAR RUJUKAN Astina, I Komang Pengantar Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang. Dasna, I Wayan Pembelajaran dengan Model pembelajaran Learning Cycle, (online), ( lubisgrafura.wordpress.com), diakses 29 November Fisher, Alec Berpikir Kritis Sebuah Pengeantar. Jakarta: Erlangga. Kuswana, Wowo Sunaryo Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ratnani, Feny Aplikasi Model Pembelajaran Learning Cycle untuk menigkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritispada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMAN Kauman Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Simatupang, Dorlince Pembelajaran Model Siklus Belajar (Leraning Cycle). Jurnal Kewarganegaraan, (online), 10 (1): ( diakses tanggal 29 November Yamin, Martinis Prdigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Perss.

12 Yuliati, Lia Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang: FMIPA UM.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN Wahyu Wijayanti 1, Sudarno Herlambang, dan Marhadi Slamet K 2

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM Nur Lutfia Afifah, Drs. Asim, M.Pd, Dr. Muhardjito, M.S Jurusan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Suryantari 1, Marhadi S. K. 2, I Nyoman R. 3 ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Penelitian eksperimen semu merupakan desain pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi

Lebih terperinci

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Siklus Belajar 5E berbasis Lesson Study pada Mahasiswa IKIP Budi Utomo

Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Siklus Belajar 5E berbasis Lesson Study pada Mahasiswa IKIP Budi Utomo Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Siklus Belajar 5E berbasis Lesson Study pada Mahasiswa IKIP Budi Utomo Empowerment Through Application of Critical Thinking Skills Learning

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIA SMAN 2 JOMBANG Endyana Gandari Putri, Sumarjono, Dwi Haryoto

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan pendidikan di Indonesia diharapkan mengusahakan pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya, dan mampu mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut. 1 Manusia pada dasarnya orang yang mempunyai

Lebih terperinci

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 TUREN Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2),

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG 1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG Boby Setyawan 1), Marhadi Slamet Kistiyanto 2), Budijanto 3) bobyseyawan_geografium@yahoo.com

Lebih terperinci

Rika Hajizah Purba 1, Ach. Fatchan 2, Singgih Susilo

Rika Hajizah Purba 1, Ach. Fatchan 2, Singgih Susilo PENGARUH KOMBINASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN TEAM GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL DAN MINAT BELAJAR GEOGRAFI SISWA MAN REJOTANGAN KABU- PATEN TULUNGAGUNG Rika Hajizah Purba 1, Ach. Fatchan 2,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KEDIRI Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG

PENGARUH COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG PENGARUH COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG Yessy Perdanasari Suwardi 1, Marhadi Slamet Kistiyanto 2, Satti Wagistina 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Cijati beralamat di Kecamatan Majalengka Kulon Kabupaten Majalengka. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMA PRAYATNA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 OLEH Vera Puspita Liangsari NIM 209311084 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer sebagai alat bantu yang menggantikan peran alat-alat dan bahan praktikum tatap

Lebih terperinci

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep diperlukan bagi peserta didik karena merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide kunci yang menyajikan

Lebih terperinci

Widiya Sholichah 1 Sudarno Herlambang 2 Purwanto 3 Universitas Negeri Malang

Widiya Sholichah 1 Sudarno Herlambang 2 Purwanto 3 Universitas Negeri Malang Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang Widiya Sholichah 1 Sudarno

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN 5E DAN GENERATIVE LEARNING DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN 5E DAN GENERATIVE LEARNING DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 7 BANJARMASIN PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN 5E DAN GENERATIVE LEARNING DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 7 BANJARMASIN Bastomi Saputra, Syubhan Annur dan Mastuang Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2012 / 2013 PADA MATERI STOIKIOMETRI Shabrina Eronika, Aman Santoso, dan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU Ilse Astiraji, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu), dimana sampel penelitian diambil secara cluster random sampling (Fraenkel & Wallen, 2009). Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 7 BAB III METODE PENELITIAN A. POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan subyek dalam suatu penelitian. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 3 Garut. Sedangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN 15-21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN M. Taufiq 1, Zahara 2 1 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 KAUMAN

PEERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 KAUMAN PEERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 KAUMAN 1) Heviana Putri N, 2) Drs. Dwiyono Hari Utomo M, Pd. M, Si 3) Drs. Sudarno Herlambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA SEMESTER 6 MATERI UNSUR GOLONGAN 11 DAN 12

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA SEMESTER 6 MATERI UNSUR GOLONGAN 11 DAN 12 MAKALAH PARALEL PARALEL B ISBN :978-602-73159-8 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA SEMESTER 6 MATERI UNSUR GOLONGAN 11 DAN 12 Yessita Puspaningrum 1*, I Wayan Dasna 1, dan Surjani

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Fathoni Candra Kurniawan Sulastri Universitas Negeri Malang fathonicandrak@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BIREUEN. Muthmainna 1, Juliana 2

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BIREUEN. Muthmainna 1, Juliana 2 22-26 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BIREUEN Muthmainna 1, Juliana 2 1 Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Pada penjelasan pada bab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu Dedi Prasojo, Amiruddin Kade dan Yusuf Kendek Dedyprasodjo_alqasim@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP N 2 Kalasan merupakan sekolah yang beralamat di Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Visi SMP

Lebih terperinci

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI 6 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Sayid Ali Rahmat, Marungkil Pasaribu dan I Wayan Darmadi e-mail: sayidalirahmat@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih 1 ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih baik, menghadapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN Arin Wildani Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Islam Madura arinwildani@fkip.uim.ac.id ABSTRAK:

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GETASAN SEMESTER I TAHUN AJARAN 2014/2015 Ika Thakarina, Kriswandani S.Si, M.Pd.,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Mikro Ekonomi Kompetensi Dasar Teori dan Biaya Produksi Mahasiswa Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL. Oleh. Silvana Suai Fatmah AR.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL. Oleh. Silvana Suai Fatmah AR. PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL Oleh Silvana Suai Fatmah AR.Umar Muslimin UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Cianjur yang beralamat di Jl. Adi Sucipta No. 2 Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Populasi

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di indonesia senantiasa tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini

Lebih terperinci

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada 1 PENDAHULUAN Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing kelas

BAB III METODE PENELITIAN. kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, memiliki keahlian, menerapkan teknologi tepat guna dan menguasai ilmu kimia dalam dunia

Lebih terperinci

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL DAUR BELAJAR 6 FASE (LC-6P) PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAI ALMAARIF SINGOSARI Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, semua infomasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara

Lebih terperinci

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2. IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA DI SMP NEGERI I JETIS MOJOKERTO Harun

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Hesti Fitriani 1), Nurul Afifah 2) dan Eti Meirina Brahmana 3) 1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 23), aktivitas

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D. ARTIKEL PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE (BERPIKIR, BERPASANGAN DAN BERBAGI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBEDAKAN FAKTA DAN OPINI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SORKAM BARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah proses pembelajaran fisika adalah: Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam melakukan penelitian, hal ini diperukan oleh peneliti agar dapat menjelaskan maksud dari penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

Sujono, Yezinta Dewimaharani. Kata-kata Kunci: open ended, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar.

Sujono, Yezinta Dewimaharani. Kata-kata Kunci: open ended, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar. Sujono, Dewimaharani; Pengaruh Penerapan Pembelajaran Open Ended Terhadap Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kompetensi Kejuruan Basis Data di Kelas XII TKJ PENGARUH PENERAPAN

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-Huda Jati

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-Huda Jati III. METDE PENELITIAN A. Populasi Peneletian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-uda Jati Agung pada semester genap Tahun Pelajaran 0/0. B. Sampel Peneltian Pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini penulis memaparkan hasil penelitian yang mencakup deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan, pengujian hipotesis, pembahasan dan keterbatasan

Lebih terperinci

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 Pengaruh Learning Cycle... (Zuli Utami) 265 PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 THE EFFECT OF LEARNING CYCLE 5E TO SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT IN 4 TH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Matematika OLEH :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Matematika OLEH : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF CONFIDENT SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG Enjang Mei Nandari 1, Agus Suyudi 2, Parno 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung yang terletak di jalan Lengkong Kecil nomor 53. Populasi adalah keseluruhan subjek

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd ARTIKEL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X SMK NEGERI 13 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Disusun dan Diajukan oleh Monalisa

Lebih terperinci