PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Utaja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Utaja"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI Utaja ABSTRAK PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Penyelesaian masalah fisika dan teknik dengan metoda elemen hingga dilakukan dengan membagi bentuk yang dianalisis menjadi sejumlah elemen. Untuk suatu ketelitian diperlukan ukuran elemen yang tidak sama pada suatu arah. Makalah ini menguraikan pembentukan elemen serta topologi (topological element generation), dimana banyaknya elemen pada suatu arah akan bertambah banyak atau berkurang. Pembentukan elemen dan simpul secara topologi dilakukan dengan menyediakan bidang perantara di mana jumlah elemen yang berbeda dapat diakomodasikan. Pada bidang perantara ini dibentuk elemen yang menjangkau simpul pada daerah dengan pembagian yang berbeda. Dengan cara topologi ini dapat dilakukan pembagian bentuk menjadi elemen dengan jumlah elemen yang berbeda pada suatu arah sehingga ketelitian suatu analisis dapat dikendalikan. Kata-kata kunci: topologi, elemen hingga, elemen, simpul ABSTRACT TOPOLOGICAL ELEMENT AND NODE GENERATION. The physical and engineering problem solution by finite element method is done through shape discretisation into a number of elements. For an accuracy, the element size on one direction is various. This paper describes the topological elements generating, where the number of element in one direction will increase or decrease. The topological element and node generation was done by interface area preparation where the two different number of element can be acommodated. The elements created in the interface area can reach the node in the area with the different descretisation. With the topological element generating the shape descretisation into different number of elements on one direction can be done, so that the analysis accuracy can be controled. Keywords: topological, finite element, element, node PENDAHULUAN Metoda elemen hingga memiliki keunggulan dibanding metoda lain dalam penyelesaian persoalan fisika dan teknik karena dapat menjangkau persoalan dengan bentuk dan syarat batas yang rumit. Tetapi metoda elemen hingga memiliki Pusat Rekayasa dan Perangkat Nuklir - BATAN 387

2 kelemahan yaitu perlu tersedianya data dalam jumlah banyak terutama data elemen bila diinginkan hasil analisis dengan ketelitian tinggi. Bila suatu analisis di daerah tertentu perlu ketelitian tinggi, sedangkan di daerah lain tidak, maka ini akan menimbulkan masalah. Analisis dengan ketelitian tinggi memerlukan jumlah elemen yang banyak, sehingga diperlukan waktu untuk analisis. Sedangkan bila dipakai jumlah elemen yang sedikit ketelitian akan berkurang. Untuk mengatasi ini maka pembagian elemen harus dapat dikendalikan, dimana pada daerah dengan ketelitian tinggi pembagian elemen diperbesar (ukuran elemen kecil), se-dangkan pada daerah yang tidak memerlukan ketelitian tinggi pembagian elemen dapat diperkecil (ukuran elemen besar). Pembagian ini dikenal sebagai pembagian secara topologi (topological element generation) [ 1, 2 ]. Berbagai program komputer aplikasi (NISA, ANSYS, FLOWTRANS) melakukan proses topologi tersebut, tetapi metoda pelaksanaannya tidak dapat diikuti karena berupa program exe. Sedangkan sampai saat ini penulis belum pernah menjumpai uraian tentang proses topologi pada berbagai kepustakaan. Untuk itu telah dikembangkan metoda atau algoritma pembentukan elemen dan simpul secara topologi yang kemudian dipakai pada program ASE 2.1 dan ATE 2.1. Metoda atau algoritma tersebut diuraikan pada makalah ini. Pembentukan elemen dan simpul secara topologi didasarkan pada prinsip pembentukan elemen dan simpul di daerah perantara, dimana elemen pada daerah ini berfungsi menjangkau simpul di dua daerah yang diskretisasinya berbeda. Di luar daerah perantara ini pembentukan elemen dan simpul dilakukan seperti pembentukan elemen dan simpul pada bidang segi empat.[ 3 ] Dengan descretisasi secara topologi, kesulitan untuk mendapatkan ketelitian tinggi disuatu tempat dapat diatasi tanpa menimbulkan masalah perlunya waktu eksekusi yang lama. Pembentukan elemen dan simpul secara topologi akan mendukung metoda elemen hingga dalam penyelesaian persoalan fisika dan teknik. DASAR PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI Pembagian suatu bidang menjadi sejumlah elemen dan simpul dengan descretisasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat sisi nomer 1 dibagi menjadi delapan elemen sedangkan sisi nomer 2 dibagi menjadi empat elemen. Pada daerah perantara terdapat enam buah elemen. 388

3 sisi nomer 2 (terdapat 4 elemen) daerah daerahperantara daerah Sisi nomer 1 (terdapat 8 elemen) Keterangan: 1 sampai dengan 16 adalah nomer node (simpul) = simpul Gambar 1. Pembagian bidang menjadi elemen dan simpul secara topologi Posisi elemen di sisi 1 dan di sisi 2 sama, sedangkan posisi elemen di daerah perantara berbeda. Disini tampak elemen di daerah perantara akan menjangkau simpul di dua daerah yang berbeda descretisasinya. Penomeran simpul secara umum di daerah 1 dilakukan dengan persamaan berikut: N i = N awal + I (untuk deret pertama) (1) N i = N awal + N x I (untuk deretan ke dua) (2) Untuk I mulai dari 1 sampai dengan N x dengan: N i = nomer simpul; N awal = nomer simpul mula-mula (bila ada) N x = pembagian ke arah X-X untuk descretisasi tertinggi (elemen kecil) Penomeran simpul di daerah 3 dilakukan dengan persamaan berikut: N i = N awal + 2N x I (3) Untuk I mulai dari 1 sampai dengan 0,5 N x Nomer simpul di daerah perantara sebagian mengikuti persamaan 2) dan sebagian lain mengikuti persamaan 3) karena elemen di daerah perantara ini harus mencakup simpul di daerah 1 dan daerah

4 Penomeran elemen ke arah X-X dapat dilihat pada Gambar 2. Setiap elemen memiliki tiga buah simpul (untuk elemen berbentuk segitiga) Daerah 2 (terdapat 4 elemen) daerah daerah perantara daerah 1 Daerah 1 (terdapat 8 elemen) Keterangan: 1 sampai dengan 18 adalah nomer elemen = simpul Gambar 2. Penomeran elemen secara topologi Di daerah 1 nomer simpul pada setiap elemen secara umum mengikuti persamaan berikut: 1. Untuk elemen dengan nomer ganjil Node1 = N awal + I + 1 (4) Node2 = Node1 + N x + 1) Node3 = Node Untuk elemen dengan nomer genap Node1 = N awal + N x I (5) Node2 = Node1-1 Node3 = N awal + I Untuk I mulai dari 1 sampai dengan N x Di daerah perantara nomer simpul pada setiap elemen secara umum mengikuti persamaan berikut: 1. Elemen posisi 1 (elemen nomer 9 dan 12) Node1 = N awal + N x I (6) Node2 = N awal + 2N x I Node3 = Node

5 2. Elemen posisi 2 ( elemen nomer 10 dan 13) Node1 = N awal + 2N x I (7) Node2 = N awal + 2N x I Node3 = N awal + N x I 3. Elemen posisi 3 (elemen nomer 11 dan 14) Node1 = N awal + N x I (8) Node2 = N awal + 2N x I Node3 = N awal + N x I Untuk I mulai dari 1 sampai dengan 0,5N x Di daerah 3 nomer node pada setiap elemen secara umum mengikuti persamaan berikut: 1. Untuk elemen dengan posisi 4 ( elemen nomer 15 dan 17) Node1 = N awal + 2N x I (10) Node2 = Node Nx Node3 = Node Untuk elemen dengan posisi 5 ( elemen nomer 16 dan 18) Node1 = N awal + 2,5N x I (11) Node2 = Node Nx Node3 = N awal + 2N x I Untuk I mulai dari 1 sampai dengan 0,5N x Pembentukan simpul secara topologi dapat dilakukan dengan menyertakan metoda zoom, dimana jarak antara simpul yang berturutan ke arah X-X berubah menurut deret hitung. Dalam makalah ini metoda zoom tidak diuraikan. PROGRAM KOMPUTER Pembentukan elemen dan simpul secara topologi yang diuraikan di atas, dipakai oleh program PRE PROCESSOR baik di ASE 2.1 maupun di ATE 2.1. Mula-mula program membaca masukan yang meliputi nomer bidang yang di proses, banyaknya pembagian (Nx), harga zoom, jenis topologi (ukuran elemen makin kecil atau makin besar), dan jenis material dari bidang yang diproses. Selanjutnya program diarahkan untuk membentuk node beserta nomer dan kordinatnya, sesuai dengan persamaan (1) sampai dengan persamaan (3). Nomer simpul beserta kordinatnya disimpan dalam sebuah Listbox, dengan maksud untuk disimpan dalam suatu file. Kemudian dilakukan pembentukan elemen beserta nomer simpul yang menyertai (setiap elemen memiliki tiga buah simpul) sesuai dengan persamaan (4) sampai dengan persamaan 391

6 (11). Nomer elemen beserta ketiga buah simpul dan nomer material disimpan dalam sebuah Listbox lain yang akan disimpan dalam suatu file yang merupakan gabungan dengan file simpul. Seluruh proses pembentukan simpul dan elemen dapat dilihat di layar monitor. Program ASE 2.1 dan ATE 2.1 disusun dengan bahasa pemrograman BASIC dan dikompilasi dengan Visual Basic 5.0 [ 4 ]. Pemakaian Visual Basic mempermudah penampilan gambar dilayar monitor. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat hasil pembentukan elemen dan simpul dengan cara topologi, dipakai program PRE PROCESSOR pada program ASE 2.1. Proses diawali dengan pembentukan bidang yang akan dibagi ke dalam sejumlah elemen dan simpul, seperti Gambar Gambar 3. Bidang 1 dan bidang 2 Gambar 4. Pembentukan elemen secara topologi 392

7 Bidang 1 dan 2 akan dibagi ke dalam sejumlah elemen dan simpul, dimana pada bidang 1 dibangkitkan elemen dan simpul secara topologi, sedangkan pada bidang 2 akan dibangkitkan elemen dan simpul secara normal. Pada sisi luar bidang 1 dibangkitkan 16 elemen sedang di sisi dalam 8 elemen seperti tampak pada Gambar 5. Gambar 5. Pemberian nomer elemen dan simpul Keterangan: a. Nomer yang berada di dekat simpul adalah nomer simpul b. Nomer yang berada di tengah elemen adalah nomer elemen Pada Gambar 4 dapat dilihat penomeran simpul sesuai dengan persamaan (1) sampai dengan persamaan (3), sedangkan penomeran elemen sesuai dengan persamaan (4) sampai dengan persamaan (11). Pada Gambar 3 dan Gambar 4, daerah perantara terletak pada bidang 1, sedang bidang 2 adalah bidang dengan ukuran elemen yang lebih besar. Pembagian bidang menjadi sejumlah elemen dan simpul seperti Gambar 4 dan Gambar 5 dimaksudkan agar didapat hasil analisis dengan ketelitian yang cukup di bidang 1. Proses pembentukan elemen dan simpul secara topologi dapat dilakukan berulang sehingga didapat descretisasi yang bervariasi, seperti Gambar 6. Pada Gambar 6 dilakukan perulangan dua kali, dari pembentukan 32 elemen menjadi 8 elemen pada arah tegak. Hal yang sama dapat dilakukan pada arah mendatar seperti terlihat di Gambar

8 Gambar 6. Pembentukan elemen secara topologi secara berulang pada arah tegak Gambar 7. Pembentukan elemen topologi berulang pada arah datar Proses pembentukan elemen dan simpul secara topologi dapat dilakukan dengan berbagai variasi, diantaranya dengan menyertakan teknik lain yaitu teknik zoom baik kearah tegak maupun mendatar, seperti tampak pada Gambar

9 Gambar 8. Pembentukan elemen dan simpul secara topologi dan zoom Pada Gambar 8 tampak ukuran elemen ke arah mendatar dan tegak berubah, karena pengaruh topologi dan zoom. Ukuran elemen pada sudut kiri bawah jauh lebih kecil dari ukuran elemen pada sudut kanan atas. Perbandingan hasil analisis Untuk mengetahui pengaruh hasil analisis dari elemen dan simpul yang dibentuk secara topologi terhadap hasil analisis dari elemen dan simpul yang dibentuk tanpa topologi, kedua hasil akan diperbandingkan. Untuk itu diperbandingkan antara hasil analisis pada tegangan plat berdasar kedua macam cara pembentukan elemen seperti Gambar 9 dan 10. Sendi Roll Gambar 9. Secara topologi 395

10 Sendi Roll Gambar 10. Secara Normal Kedua model mempunyai ukuran dan sifat sama dan dibebani gaya terpusat di tempat yang sama, seperti tampak pada Gambar 9 dan Gambar 10. Pada Gambar 9, dimana pem-bentukan elemen dan simpul dilakukan secara topologi, di sisi bawah terdapat tiga puluh dua ( 32 ) pembagian dan di bagian atas sebanyak delapan ( 8 ) pembagian. Pada Gambar 10, di sisi bawah dan atas terdapat delapan ( 8 ) pembagian. Ini dimaksudkan agar hasil analisis pada Gambar 9 lebih baik dibandingkan hasil analisis pada Gambar 10. Pada Tabel 1 diperlihathan kedua hasil analisis dari Gambar 9 dan Gambar 10, dan diperlihatkan juga hasil perhitungan secara analitik. Kedua model ditumpu dengan sendi pada sudut di bagian kiri bawah dan dengan roll pada sudut di bagian kanan bawah Dari Tabel 1, dapat ditujukkan bahwa hasil analisis pada pembentukan elemen secara topologi baik pada defleksi maupun pada tegangan tarik X-X lebih mendekati hasil secara analitik dibandingkan dengan hasil dari pembentukan elemen dan simpul secara normal. Ini berarti hasil analisis pada pembentukan elemen dan simpul secara topologi akan lebih teliti dibandingkan dengan pembentukan elemen dan simpul secara normal. Walupun demikian hasil analisis pada Gambar 9 masih terpaut jauh dengan hasil analitik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih mendekati perlu diskretisasi lebih halus. 396

11 Tabel 1. Perbandingan hasil analisis Gambar 9, Gambar 10 dan secara Analititk. Besaran yang ditinjau Secara topologi Secara normal Analitik (Gambar 9) (Gambar 10) Defleksi vertikal - 4,7 E(-4) meter -3,7 E(-4) meter -15,1 E(-4) meter Tegangan tarik X-X 11,17 E6 kg/m2 7,67 E6 kg/m2 37,5 E6 kg/m2 Hasil pada Tabel 1 tidak hanya dipengaruhi oleh model pembentukan elemen dan simpul saja, tetapi juga akibat perbedaan jumlah elemen yang timbul. Pada Gambar 9 terdapat 232 elemen sedangkan pada Gambar 10 hanya 128 elemen. Dari keadaan ini secara logika dapat dinyatakan bahwa semakin halus (semakin banyak jumlah elemen) akan semakin teliti hasilnya. Perbandingan lain untuk melihat pengaruh pembentukan elemen dan simpul secara topologi adalah dengan melihat hasil analisis pembentukan elemen dan simpul seperti pada Gambar 10, tetapi dengan jumlah elemen sebanyak 232 elemen. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 2. dan Gambar 11 Tabel 2. Perbandingan hasil analisis Gambar 9, Gambar 10 dengan jumlah elemen yang hampir sama ( 232 elemen ) Besaran yang ditinjau Secara topologi Secara normal Analitik (Gambar 9) (Gambar 10) Defleksi vertikal - 4,7 E(-4) meter -6,4 E(-4) meter -15,1 E(-4) meter Tegangan tarik X-X 11,17 E6 kg/m2 12,12 E6 kg/m2 37,5 E6 kg/m2 Dari Tabel 2 dapat dilihat pembentukan elemen dan simpul secara normal dengan jumlah elemen sebanyak 232 elemen memberikan hasil yang lebih baik dari pembentukan elemen dan simpul dengan cara topologi. Hal ini disebabkan terbentuknya elemen yang lebih kasar di sisi atas pada Gambar 9 dibanding bila menggunakan Gambar 11 dengan 232 elemen. 397

12 Gambar 11. Pembentukan elemen secara normal dengan 232 elemen Dari perbandingan tadi ternyata keuntungan pemakaian cara topologi memiliki keterbatasan, yaitu bahwa elemen yang terlalu kasar ditempat lain akan mengurangi ketelitian hasil analisis. IMPLIKASI LITBANG Proses pembentukan elemen dan simpul secara topologi yang telah dikembangkan dan dipakai pada program ASE 2.1 dan ATE 2.1, akan meningkatkan kemampuan analisis berbasis elemen hingga. Hal ini disebabkan ketelitian analisis dapat diatur sesuai kebutuhan tanpa mengakibatkan penambahan waktu eksekusi. KESIMPULAN Proses pembentukan elemen dan simpul dengan cara topologi pada batas tertentu akan meningkatkan kemampuan analisis berbasis elemen hingga. Hal ini disebabkan ukuran elemen dapat lebih mudah diatur sesuai kebutuhan. Pemakaian bersama cara topologi dan teknik zoom merupakan pilihan untuk mengatur ukuran elemen secara lebih mudah. 398

13 UCAPAN TERIMA KASIH Kami sampaikan terimakasih kepada KPTF PRPN yang telah membantu menyempurnakan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. EMRC, Display II, User Manual, EMRC, Michigan, USA, EMRC, Nisa II, User Manual, EMRC, Michigan, USA, ANONIM, Pembentukan Elemen pada Bidang Segi empat, PROSIDING TKPFN XVI Jakarta, Indonesia, EVANGELOS PETROUTSOS, Mastering Visual Basic 5, Sybec, San Fransisco, USA, DISKUSI WINTER DEWAYATNA Kapan kita percaya hasil finite elemen? Seberapa jauh meshing harus dibuat agar hasilnya sesuai? UTAJA Untuk menentukan hasil akhir diperlukan 2 macam meshing yang berbeda. Dari 2 hasil yang didapat, dibuat ekstrapolasi untuk mendapatkan perkiraan hasil akhir. Seberapa jauh perkiraan hasil akhir dapat dipertanggungjawablan, diserahkan kepada perekayasa yang bersangkutan. 399

14 SUHARJITO 1. Apakah penentuan suatu elemen itu berjumlah banyak atau sedikit itu dengan asumsi atau analitik? 2. Bisakah penentuan banyak elemen suatu bahan dilakukan secara adaptif? UTAJA 1. Penentuan jumlah elemen dilakukan dengan perkiraan, paling tidak harus ada 2 macam meshing dengan jumlah elemen yang berbeda. 2. Penentuan banyaknya elemen dapat dilakukan secara adaptif. Meshing secara topologi dan secara zoom memang ditujukan untuk maksud tersebut. DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Ir Utaja 2. Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 3 Juli Instansi : PRPN-BATAN 4. Pekerjaan / Jabatan : Ahli Peneliti Muda 5. Riwayat Pendidikan : S1 Teknik Mesin UGM (1983) 6. Pengalaman Kerja : Ka. Sub bidang disain, Ka. Sub bidang komponen Nuklir, Ahli Peneliti Muda, 2003 sekarang 7. Makalah yang pernah disajikan : Distribusi suhu sirip pendingin dengan FEM Pemakaian koordinat luasan pada FEM Analisis lintasan elektron dalam medan elektrostatik 400

PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Utaja *

PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Utaja * PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA Utaja * ABSTRAK PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Salah satu kesulitan pemakaian meto-de

Lebih terperinci

METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Utaja *

METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Utaja * METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH Utaja * ABSTRAK METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Penyelesaian masalah

Lebih terperinci

METODA ELEMEN HINGGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA GRUP

METODA ELEMEN HINGGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA GRUP METODA ELEMEN HINA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA RUP Utaja *, Topan Setiadipura **, Khairina Ns ABSTRAK METODA ELEMEN HINA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU

Lebih terperinci

METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Utaja *

METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Utaja * METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN Utaja * ABSTRAK METODA ELEMEN HNGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Poros turbin merupakan bagian

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja **

MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja ** MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI Elfrida Saragi *, Utaja ** ABSTRAK MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Salah satu faktor penting dalam keselamatan operasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF Kevin Tjoanda 1, Wong Foek Tjong 2, Pamuda Pudjisuryadi 3 ABSTRAK : Penelitian ini menghasilkan program matlab yang mampu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA

PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA Elfrida Saragi *, Nursinta A.W. * ABSTRAK PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS SIMULASI STRUKTUR CHASSIS MOBIL MESIN USU BERBAHAN BESI STRUKTUR TERHADAP BEBAN STATIK DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ANSYS 14.5 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. perancangan sistem kedalam bentuk coding bahasa pemrograman selain implementasi

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM. perancangan sistem kedalam bentuk coding bahasa pemrograman selain implementasi BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA ANALISA PENGARUH GESEKAN PADA KONTAK SLIDING ANTAR SILINDER MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

TUGAS SARJANA ANALISA PENGARUH GESEKAN PADA KONTAK SLIDING ANTAR SILINDER MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS SARJANA ANALISA PENGARUH GESEKAN PADA KONTAK SLIDING ANTAR SILINDER MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display

10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display 1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LASER TRAJECTORY PROSES RAPID PROTOTYPING UNTUK PRODUK BERKONTUR DAN PRISMATIK

PENGEMBANGAN LASER TRAJECTORY PROSES RAPID PROTOTYPING UNTUK PRODUK BERKONTUR DAN PRISMATIK PENGEMBANGAN LASER TRAJECTORY PROSES RAPID PROTOTYPING UNTUK PRODUK BERKONTUR DAN PRISMATIK TESIS Oleh AHMAD KHOLIL 06 06 00 2843 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN PROGRAM PASCASARJANA BIDANG ILMU TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK

APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK Dimensi Teknik Sipil, Vol., No., September, 77-8 ISSN -9 APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK Benjamin Lumantarna Dosen Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK

ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK Haryo Koco Buwono 1 *, Silva Octaviani Saputra 2 1,2 Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem operasi merupakan suatu program yang bertindak sebagai interface antara user

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem operasi merupakan suatu program yang bertindak sebagai interface antara user BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem operasi merupakan suatu program yang bertindak sebagai interface antara user dan sistem komputer. Sistem operasi ini harus mampu melakukan pengontrolan

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000 APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000 Sanci Barus 1, Syahrizal 2 dan Martinus 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KOMPLEKSITAS FUNCTION POINT UNTUK SUATU WEB

PERHITUNGAN KOMPLEKSITAS FUNCTION POINT UNTUK SUATU WEB D-7-1 PERHITUNGAN KOMPLEKSITAS FUNCTION POINT UNTUK SUATU WEB Silvia Rostianingsih e-mail : silvia@peter.petra.ac.id Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra, Surabaya Siwalankerto 121-131

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference

Lebih terperinci

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Tesis PEMODELAN TEMPERATUR PAHAT POTONG HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Mochamad Mas ud 2107 201 007 Pembimbing Ir. Bambang Pramujati, MSc Eng., Ph.D Dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak perusahaan milik negara dan instansi-instansi milik swasta.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak perusahaan milik negara dan instansi-instansi milik swasta. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini, komputer merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh banyak perusahaan milik negara dan instansi-instansi milik swasta. Pemakaian

Lebih terperinci

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@dsn.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@dsn.dinus.ac.id CG -

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK Edwin Tanjung 1, Hadi Rusjanto 2, Grace Kurniawati 3 1 Alumni Mahaiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai

Lebih terperinci

PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN DATA TELEMETRI TEMPERATUR/KELEMBABAN MENGGUNAKAN BAHASA BASCOM-AVR. Alvano Yulian *

PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN DATA TELEMETRI TEMPERATUR/KELEMBABAN MENGGUNAKAN BAHASA BASCOM-AVR. Alvano Yulian * PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN DATA TELEMETRI TEMPERATUR/KELEMBABAN MENGGUNAKAN BAHASA BASCOM-AVR Alvano Yulian * ABSTRAK PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN DATA TEMPERATUR/KELEMBABAN MENGGUNAKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK TUGAS AKHIR ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK Disusun: FATHAN ROSIDI NIM : D 200 030 126 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis sistem Analisis sistem merupakan tahap yang paling penting dalam suatu pengembangan sebuah aplikasi, karena kesalahan pada tahap analisis sistem akan menyebabkan

Lebih terperinci

GERAKAN BERJALAN OMNIDIRECTIONAL UNTUK ROBOT HUMANOID PEMAIN BOLA

GERAKAN BERJALAN OMNIDIRECTIONAL UNTUK ROBOT HUMANOID PEMAIN BOLA GERAKAN BERJALAN OMNIDIRECTIONAL UNTUK ROBOT HUMANOID PEMAIN BOLA Disusun oleh : Nama : Christian Hadinata NRP : 0822017 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH No. 65,

Lebih terperinci

METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Mike Susmikanti., Utaja.., Arya'

METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Mike Susmikanti., Utaja.., Arya' METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA Mike Susmikanti., Utaja.., Arya' ABSTRAK METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN PADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Penyelesaian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON Denny Pratama, Viska Noviantri, Alexander Agung S.G. Matematika dan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini BAB I PENDAHULUAN I. Umum Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan sudah sangat pesat, begitu juga dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini didukung oleh kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVI, Agustus 2005 (87-95) FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVI, Agustus 2005 (87-95) FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ Alvano Yulian * ABSTRAK FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++. Sistem Windows merupakan suatu perangkat lunak komputer yang mampu menayangkan

Lebih terperinci

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat.

Computer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@research.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@research.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini sangat berkembang pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini sangat berkembang pesat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini sangat berkembang pesat sehingga memberikan kemudahan bagi semua kalangan. Dengan adanya kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan, maka secara umum penyelesaian pekerjaan dilaksanakan kedalam 5 tahapan berikut: Tahap 1 : Pengumpulan data. Pengumpulan

Lebih terperinci

SAP Pemodelan Struktur Balok Lengkung menggunakan CAD

SAP Pemodelan Struktur Balok Lengkung menggunakan CAD SAP2000 - Pemodelan Struktur Balok Lengkung menggunakan CAD Pemodelan struktur untuk jenis yang agak rumit seperti balok lengkung dengan cara langsung pada SAP2000 mungkin sulit karena perlu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu produk dan memiliki kualitas yang baik. Pada industri manufacturing hal ini menjadi masalah

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN TANGKI TRUCK BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT APPLICATION

OPTIMASI DESAIN TANGKI TRUCK BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT APPLICATION OPTIMASI DESAIN TANGKI TRUCK BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT APPLICATION Willyanto Anggono 1), Felix Budimihardjo 2), Tubagus Putra Wijaya 3) Mechanical Engineering Department, Petra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan

BAB I PENDAHULUAN. Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan umum digunakan oleh manusia. Manusia dapat memproduksi suaranya dengan mudah tanpa memerlukan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolom Secara garis besar komponen struktur dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, diantaranya balok, kolom, slab atau plat, dinding dan pondasi. Komponen yang diangkat sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 IMPLEMENTASI. 5.1 Jadwal Implementasi Sistem. Untuk membantu pengguna dalam pemakaian basis data diberikan panduan

BAB 5 IMPLEMENTASI. 5.1 Jadwal Implementasi Sistem. Untuk membantu pengguna dalam pemakaian basis data diberikan panduan BAB 5 IMPLEMENTASI 5.1 Jadwal Implementasi Sistem Untuk membantu pengguna dalam pemakaian basis data diberikan panduan pengoperasiannya. Jadwal dari rencana implementasi adalah sebagai berikut : Tabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD. Jl. Grafika No.2, Yogyakarta

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD. Jl. Grafika No.2, Yogyakarta PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD Fitroh Anugrah Kusuma Yudha 1*, Suyitno 2 1 Program Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Bener Tr IV No79 Rt/Rw 06/02,

Lebih terperinci

Modul SAP2000 Ver.7.42

Modul SAP2000 Ver.7.42 Modul SAP2000 Ver.7.42 Praktikum Komputer SAP2000 Sesi Kedua BANGUNAN RANGKA Disusun oleh : Ir. Thamrin Nasution Staf Pengajar KOPERTIS WIL-I dpk. ITM Departemen Teknik Sipil FTSP. ITM thamrin_nst@hotmail.co.id

Lebih terperinci

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *) SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI Dian Savitri *) Abstrak Gerakan air di daerah pesisir pantai merupakan kombinasi dari gelombang

Lebih terperinci

Pengantar Algoritma & Flow Chart

Pengantar Algoritma & Flow Chart PRAKTIKUM 1 Pengantar Algoritma & Flow Chart A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mampu memahami suatu masalah dan mampu mencari solusi pemecahannya dan mampu menuangkan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan komputer pada masa sekarang ini sangat pesat dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan komputer pada masa sekarang ini sangat pesat dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer pada masa sekarang ini sangat pesat dalam kehidupan manusia terutama pada dunia pendidikan dan bisnis. Komputer sangat membantu untuk proses administrasi

Lebih terperinci

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 18 BAB III PENJELASAN SIMULATOR Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 3.1 Antar Muka Gambar 0.1 GUI Simulator Error! Reference source

Lebih terperinci

BAB III. Sub Kompetensi :

BAB III. Sub Kompetensi : BAB III CONTOH APLIKASI LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB Kompetensi : 1. Mahasiswa memecahkan masalah rekayasa melalui pendekatan logika fuzzy. Sub Kompetensi : 1. Dapat menggunakan tahapan pemecahan masalah

Lebih terperinci

SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA ABSTRACT

SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA ABSTRACT SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA Deni Ahmad Jakaria Prodi Teknik Informatika STMIK DCI Jl. Komalasari II No. 28 Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat, menjadikan komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat, menjadikan komputer 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat, menjadikan komputer sebagai alat yang dapat meringankan kerja manusia dalam memecahkan masalah atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berdasarkan hasil analsis dan perancangan serta pengujian sistem aplikasi yang akan ditawarkan kepada instansi, maka dapat ditampilkan beberapan screen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. skala menengah yang bergerak di bidang penjualan spare part mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. skala menengah yang bergerak di bidang penjualan spare part mesin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Perusahaan 2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Gunung Mas Parahyangan merupakan perusahaan dengan skala menengah yang bergerak di bidang penjualan spare part mesin tekstil.

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK PENGUBAHAN CITRA DUA DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK MORPHING SKRIPSI TETTY VERA NOVIANTI SIMANJUNTAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK PENGUBAHAN CITRA DUA DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK MORPHING SKRIPSI TETTY VERA NOVIANTI SIMANJUNTAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK PENGUBAHAN CITRA DUA DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK MORPHING SKRIPSI TETTY VERA NOVIANTI SIMANJUNTAK 051401094 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kompresi data merupakan proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan space data dan waktu untuk melakukan transmisi data. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan khususnya bidang pendidikan seperti sekolah dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan khususnya bidang pendidikan seperti sekolah dasar. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah menjangkau berbagai bidang. Yang mana pengaruhnya juga sampai kepada instansi pemerintahan khususnya bidang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen hingga atau Finite Element Method (FEM) dengan software ANSYS 10. Tabung 3 kg yang dimodelkan

Lebih terperinci

METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER. Oleh Fachri Panusunan Nasution

METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER. Oleh Fachri Panusunan Nasution METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER Oleh Fachri Panusunan Nasution 25099 033 BIDANG KHUSUS REKAYASA STRUKTUR PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTTTUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS STRUKTUR BERBASIS INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN METODE ELEMEN HINGGA

PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS STRUKTUR BERBASIS INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN METODE ELEMEN HINGGA PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS STRUKTUR BERBASIS INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN METODE ELEMEN HINGGA Welly Pontjoharyo 1, Danny Wijaya 2, Wong Foek Tjong 3, Liliana 4 ABSTRAK : Seiring dengan

Lebih terperinci

PROGRAM Program dapat dibuat dengan pilihan menu. Urutan menu dan isinya dipersilakan ditrancang masing-masing.

PROGRAM Program dapat dibuat dengan pilihan menu. Urutan menu dan isinya dipersilakan ditrancang masing-masing. Institut Teknologi Bandung Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Program Studi Teknik Informatika DESKRIPSI dan SPESIFIKASI Tugas Besar IF Aljabar Geometri Aplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013 JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 0 VOL. NO. Maret 0 PERBANDINGAN METODE BUBBLE SORT DAN INSERTION SORT TERHADAP EFISIENSI MEMORI Des Suryani ABSTRACT Sorting of data is one of the important

Lebih terperinci

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk

Lebih terperinci

MODIFIKASI DESAIN RANGKA SANDARAN KURSI PADA PERANGKAT RENOGRAF TERPADU

MODIFIKASI DESAIN RANGKA SANDARAN KURSI PADA PERANGKAT RENOGRAF TERPADU MODIFIKASI DESAIN RANGKA SANDARAN KURSI PADA PERANGKAT RENOGRAF TERPADU Muhammad Awwaluddin, Tri Hardjanto, Sanda, Joko Sumanto, Benar Bukit PRFN BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 71, Tangerang Selatan - 15310

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE Etika Cahyaning Utami 1), Niken Silmi Surjandari 2), dan R. Harya Dananjaya H.I. 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam banyak hal surat menjadi suatu alat komunikasi yang sangat penting, khususnya dalam suatu perusahaan ataupun instansi pemerintahan yang sebagian dari arus informasi

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( ) SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto (2107 100 161) Abstrak Kekuatan rangka merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

2.5 Sekilas tentang Visual Basic Keistimewaan Visual Baic 6.0

2.5 Sekilas tentang Visual Basic Keistimewaan Visual Baic 6.0 15 2.5 Sekilas tentang Visual Basic 6.0 Visual Basic pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

Pengembangan laser..., Ahmad Kholil, FT UI, 2008

Pengembangan laser..., Ahmad Kholil, FT UI, 2008 i. Membuat lintasan untuk setiap layer. Lintasan dibuat dengan terlebih dahulu menentukan titik x sesuai dengan hatch space yang telah ditentukan sebelumnya. j. Mengurutkan titik potong berdasarkan arah

Lebih terperinci

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga Ully Muzakir 1 ABSTRAK Penggunaan baja sebagai bahan konstruksi sangat banyak ditemukan terutama untuk konstruksi yang

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SLOPE SAFETY FACTOR (SF) ANALYSIS IN CIGEMBOL RIVER KARAWANG WITH PILE AND SHEET PILE REINFORCEMENT SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem ada dua pendekatan yaitu menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau elemen. Untuk pendekatan yang menekankan pada prosedur,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Dalam mengimplementasikan program sistem ANPR ini terdapat 2 (dua) buah komponen yang sangat berperan penting, yaitu perangkat keras atau hardware

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat ajar tentang Sistem Organ Tubuh Manusia ini dirancang untuk

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat ajar tentang Sistem Organ Tubuh Manusia ini dirancang untuk BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Perangkat Ajar Perangkat ajar tentang Sistem Organ Tubuh Manusia ini dirancang untuk para siswa SMU kelas 2 Jurusan IPA dalam membantu pengajaran pelajaran

Lebih terperinci

d x Gambar 2.1. Balok sederhana yang mengalami lentur

d x Gambar 2.1. Balok sederhana yang mengalami lentur II DEFEKSI DN ROTSI OK TERENTUR. Defleksi Semua balok yang terbebani akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) dan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya. Dalam struktur bangunan, seperti : balok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan buatan merupakan sub-bidang ilmu komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi

Lebih terperinci

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi Sistem

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi Sistem 74 BAB 4 Implementasi dan Evaluasi Sistem 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem yang dibutuhkan untuk aplikasi ini terbagi menjadi dua yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA Vira Marselly, Defrianto, Rahmi Dewi Mahasiswa Program S1 Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan sistem pemugaran citra digital dengan algoritma exemplar-based

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan sistem pemugaran citra digital dengan algoritma exemplar-based BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang digunakan penulisan dalam pengembangan sistem pemugaran citra digital dengan algoritma exemplar-based image inpainting dan metode

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Oleh Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd email:nuryadin_er@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2009 BAB PERLENGKAPAN GAMBAR 5 Dalam autocad tersedia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini, komputer merupakan salah satu alat yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini, komputer merupakan salah satu alat yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, komputer merupakan salah satu alat yang sangat dibutuhkan oleh instansi dan perusahaan-perusahaan milik negara maupun swasta. Pemakaian

Lebih terperinci

METODA ELEMEN BATAS UNTUK ANALISIS PROBLEM MEDIUM INFINITE DAN SEMI-INFINITE ELASTIS DUA DIMENSI. Thesis

METODA ELEMEN BATAS UNTUK ANALISIS PROBLEM MEDIUM INFINITE DAN SEMI-INFINITE ELASTIS DUA DIMENSI. Thesis METODA ELEMEN BATAS UNTUK ANALISIS PROBLEM MEDIUM INFINITE DAN SEMI-INFINITE ELASTIS DUA DIMENSI Thesis Sebagai Syarat untuk Menempuh Ujian Pasca Sarjana Strata Dua Geoteknik Jurusan Teknik Sipil Institut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Hasil Uji Kuesioner Kuisioner terdiri dari 12 pertanyaan dan terdapat 56 responden yang menjawab kuesioner secara online. Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat

Lebih terperinci

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN #2

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN #2 ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN #2 DEFINISI FLOWCHART Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan symbol. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Microsoft Visual Basic Versi 6 Microsoft Visual Basic adalah sebuah bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah perintah atau instruksi yang

Lebih terperinci

PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER. Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM :

PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER. Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM : PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM : 25095041 PROGRAM STUDI REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung Oleh : NOVRI TRI

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI KUBUS DAN SILINDER UNTUK MENETUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI KUBUS DAN SILINDER UNTUK MENETUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI KUBUS DAN SILINDER UNTUK MENETUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER HEBER SEMBIRING NRP. 0221023 Pembimbing : Anang Kristanto, ST., MT. UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan beberapa komputer yang terhubung dalam Local Area Network

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan beberapa komputer yang terhubung dalam Local Area Network BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah permainan (game) komputer sering menggunakan sistem jaringan sehingga permainan (game) dapat dimainkan oleh beberapa orang dengan menggunakan beberapa

Lebih terperinci