PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Utaja *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Utaja *"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA Utaja * ABSTRAK PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE UNTUK MENDUKUNG PEMAKAIAN METODA ELEMEN HINGGA. Salah satu kesulitan pemakaian meto-de elemen hingga untuk menyelesaikan persoalan fisika atau teknik adalah pe-nyediaan data elemen. Bila penyediaan data dilakukan secara manual akan me-merlukan waktu lama dan membosankan, sehingga untuk itu diperlukan pro-gram komputer untuk memproses penyediaan data elemen. Makalah ini akan menguraikan metode pembentukan elemen dan penomeran node ( titik simpul) yang merupakan masalah utama pada penyediaan data elemen. Metode ini di-dasarkan pada pendekatan geometri yaitu bahwa suatu bentuk dapat didekati de- ngan sejumlah bidang berbentuk segi empat. Bidang segi empat dibentuk oleh dua potong garis yang tidak berimpit dan sepotong garis dibentuk oleh dua buah titik. Masing masing segi empat ini akan dibagi menjadi sejumlah elemen dan node yang mengisi seluruh bentuk. Berdasar metode ini pembentukan elemen dan node pada suatu bentuk dimulai dengan pembentukan titik, garis, segi empat dan pembentukan elemen pada segi empat. Dengan metode ini kesulitan pe-nyediaan data elemen pada pemakaian metode elemen hingga untuk penyelesai-an masalah teknik dan fisika dapat diatasi. ABSTRACT GENERATING OF ELEMENTS AND NODES TO SUPPORT THE FINITE ELEMENT METHOD APPLICATION. One of the difficulties in finite element method application for technical and physical problem solution is in element data preparation. If the data are prepared manualy, it will be time consuming and tediously. Thus a computer programme for such a data preparation is required. This paper will discribe the element and nodes generating method which is the main difficulties on the data preparation. The method is based on geometrical approach where a shape could be constructed from many segments of squares. A square is contructed by two non coincident lines and a line is constructed by two grids. Each square will be divided into several elements and nodes. With this method, the elements and nodes generated will be started by grids, lines, squares contruction and then followed by element generating. By implementation of this method the difficulties on finite element application for technical and physical problem solution could be solved. * Pusat Pengembangan Perangkat Nuklir - BATAN 153

2 PENDAHULUAN Metode elemen hingga memiliki keunggulan dibanding metode numerik lain dalam menyelesaikan persoalan teknik maupun fisika. Salah satu keunggulan adalah dapat dipakai untuk menyelesaikan persoalan pada bentuk yang komplek. Tetapi metode elemen hingga memiliki kelemahan yaitu harus tersedianya data dalam jumlah besar. Salah satu kesulitan pada proses penyediaan data adalah penyediaan data elemen dan penomeran node pada bentuk yang ditinjau. Node adalah titik sudut elemen yang membatasi atau mendefinisikan suatu elemen. Di beberapa pustaka 1,2) disampaikan sub rutin untuk membentuk elemen, tetapi terbatas pada bentuk segi empat, sedang pada program komputer yang ada mi-sal NISA II/90 proses pembentukan elemen tidak dapat dilacak karena program-nya dalam bentuk execute. Untuk itu dikembangkan sendiri suatu metoda pem-bentukan elemen dan penomeran node yang dipakai pada program komputer ber-basis elemen hingga secara lengkap. Metode yang dikembangkan didasarkan pada pembentukan elemen pada segi empat. Bila koordinat keempat titik sudut segi empat diketahui, maka dapat dikembangkan suatu formula untuk membagi segi empat menjadi sejumlah elemen, memberikan urutan penomeran node dan menyusun node pada setiap elemen. Agar metode yang dikembangkan cukup sederhana maka pembentukan elemen dimulai dengan pembentukan titik (grid) garis, segi empat baru kemudian pembentukan elemen pada seluruh segi empat. Pada makalah ini hanya diuraikan bentuk elemen segi tiga. Ukuran elemen pada suatu arah dapat diubah agar pembagian elemen pada segi empat dapat disesuaikan dengan gejala fisika pada bentuk yang diamati. Dengan metode ini pembentukan elemen dan penomeran node pada bentuk yang komplek dapat dilakukan sehingga mempermudah pemakaian metoda elemen hingga. METODE PEMBENTUKAN ELEMEN DAN NODE. Diperkenalkan dua langkah dasar agar pembentukan elemen dan penomeran node mudah dilakukan: 1. Pembagian bentuk menjadi sejumlah segi empat 2. Pembentukan elemen pada segi empat Pembagian bentuk menjadi sejumlah segi empat Suatu bentuk dapat didekati oleh sejumlah segi empat sesuai dengan tingkat pen-dekatan maupun urgensi bidang yang dibentuk. Maksud dari tingkat pendekatan 154

3 adalah seberapa jauh suatu bentuk akan didekati, misal garis lengkung akan didekati dengan sejumlah garis lurus. Ini dapat dilihat pada Gambar1 dan 2. C D B 3 A E Gambar 1. Bentuk asal Gambar 2. Bentuk pada Gambar 1 didekati dengan 4 segi empat Pada Gambar 2, tampak bahwa Gambar 1 dapat didekati dengan 4 buah segi empat. Bila diinginkan lebih teliti, jumlah segi empat dapat diperbanyak. Dalam hal ini garis lengkung AB didekati dengan 4 potong garis 1-2, 2-3, 3-4 dan 4-5. Sedangkan urgensi bidang menyangkut perbedaan identitas bidang tersebut dengan sekelilingnya, misal suatu bentuk yang terdiri dari beberapa jenis material seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan 4. A Gambar 3. Batang balok Gambar 4. Balok pada Gambar 3 dibagi menjadi 3 segi empat 155

4 Bentuk balok pada Gambar 3 terdiri dari 3 macam material, maka bentuk balok tersebut dibagi menjadi 3 bidang misal bidang 1,2 dan 3 seperti tampak pada Gambar 4. Bidang 1,2 dan 3 terdiri dari material yang sifat fisiknya berbeda. Selain perbedaan sifat material urgensi bidang dapat juga menyangkut kemudahan pembentukan elemen, seperti tampak pada Gambar 5, 6 dan 7 berikut Gambar 5. Bentuk siku Gambar 6. Bentuk siku dibagi menjadi 3 bidang yaitu bidang 1, 2 dan Gambar 7. Bentuk siku dibagi menjadi 2 bidang yaitu bidang 1 dan 2 Pada Gambar 6 bentuk siku dibagi menjadi 3 bidang sedang pada Gambar 7 dibagi menjadi 2 bidang. Gambar 6 mempunyai fleksibilitas pembagian yang lebih baik dibandingkan Gambar 7, tetapi Gambar 7 lebih sederhana. Dari dasar pemikiran bahwa suatu bentuk dapat didekati dengan sejumlah segi empat, kemudian dikembangkan suatu algoritma pembagian bentuk menjadi sejumlah segi empat. 1. Buatlah sejumlah titik (grid) beserta kordinat secukupnya yang mewakili bentuk yang dianalisis. Pada Gambar 2 grid ini ialah 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10. Yang perlu diingat adalah 4 grid akan membentuk satu segi empat. 156

5 2. Berdasar grid yang dibentuk, dibuatlah sejumlah potong garis yang nantinya akan membentuk sejumlah segi empat. Pada Gambar 2, garis tersebut adalah: 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 6-7, 7-8, 8-9 dan Dari garis yang dibentuk, dibuat sejumlah segi empat yang dibatasi oleh dua potong garis, yang pada Gambar 2 adalah 1,2,3 dan 4. Pembentukan elemen pada segi empat Segi empat dapat ditentukan dengan 4 buah grid atau ditentukan oleh 2 potong garis yang tidak berimpit. Untuk itu akan dipakai cara kedua, yaitu segi empat ditentukan oleh dua potong garis yang tidak berimpit dan sepotong garis ditentukan oleh dua grid pada ujungnya yang kordinatnya diketahui. Untuk itu dapat dilihat di Gambar 8 di mana arah primer dan sekunder juga diperlihatkan. Pembagian segi empat menjadi sejumlah elemen dan sejumlah node dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 3 L2 4 1 L1 2 Gambar 8. Segi empat ditentukan oleh 2 potong garis L1 dan L2 L1 dibatasi oleh grid 1 dan 2, L2 oleh grid 3 dan 4. Arah 1-2 arah primer, arah 1-3 arah sekunder a. Membangkitkan sejumlah node beserta nomer dan kordinatnya pada segi empat. b. Membangkitkan sejumlah elemen yaitu memberikan nomer elemen beserta node pada titik sudutnya ( untuk bentuk segi tiga ada 3 buah node). Sedangkan node yang mendefinisikan elemen adalah node yang dibentuk pada langkah a). 157

6 Masing masing langkah akan dijelaskan pada uraian berikut: a. Pembangkitan node pada segi empat Pembangkitan node dilakukan dalam dua tahap, yaitu : a1. pembangkitan node pokok pada garis L1 dan L2, lihat Gambar 9. a2. penomeran seluruh node dan penentuan kordinatnya. a1. Pembangkitan node pokok. Node pokok pada garis L1 dan L2 tidak perlu berjarak sama. Untuk itu di kenal istilah zoom, yaitu perbandingan jarak dua node terakhir dengan jarak dua node pertama. Zoom dinyatakan dengan : Z x = (X n X n-1 ) / (X 2 X 1 ) = (Y n Y n-1 ) / (Y 2 Y 1 ) (1) Di mana : Zx =Zoom arah primer ; X1, X2, Xn-1, Xn = absis node Y1, Y2, Yn-1, Yn = ordinat node Posisi node pada L1 atau L2 dapat dilihat pada Gambar 9 berikut. L1 atau L Gambar 9. Posisi node pokok pada garis L1 atau L2 bola zoom >1 Perbedaan jarak antara node yang berurutan mengikuti deret hitung. X n X n-1 = X n-1 X n-2 + b x Y n Y n-1 = Y n-1 Y n-2 + b y (2a) (2b) N = jumlah pembagian 158

7 Sedangkan jarak antara node 1 ke node 2 dinyatakan dengan persamaan : J x = 2(X n X 1 ) / {n( Z x + 1)} J y = 2(Y n Y 1 ) / {n( Z x + 1)} (3a) (3b) Di mana : J x = jarak absis node 1 dengan node 2 J y = jarak ordinat node 1 dengan node 2 Dari persamaan 1), 2a,b) dan 3a,b) beda jarak antara node dapat dinyatakan dengan: b x = (Z x 1) J x / (n x 1) b y = (Z x 1) J y / (n x 1) (4a) (4b) n = banyaknya pembagian Berdasar persamaan 1) sampai dengan 4), kordinat node pokok pada garis L1 dan L2 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut. Untuk node pokok di L1 : i = 2 sampai n X 1i = X 1(i-1) + J x1 + (i-2)b x Y 1i = Y 1(i-1) + J y1 + (i-2)b y (5a) (5b) Untuk node pokok di L2: i = 2 sampai n X 2i = X 2( i-1 ) + J x2 + (i-2) b x Y 2i = Y 2( i-1 ) + J y2 + (i-2) b y i = 2 sampai dengan N x ; di mana N x = pembagian arah primer + 1 Persamaan 5a) dan 5b) berlaku untuk node pokok di L1 dan L2. Berdasarkan node pokok di L1 dan L2, dibangkitkan node lain dalam segi empat. (5c) (5d) a2. Penomeran seluruh node dan penentuan kordinatnya Node lain dalam segi empat dibentuk dengan persamaan yang sama dengan node pokok, dengan mengganti harga Z x dengan Z y (zoom arah sekunder). Jarak antara node pokok yang berpasangan di L1 dan L2 dinyatakan dengan: 159

8 di mana: DXN i = X 2i X 1i (6) DYN i = Y 2i Y 1i DXN i = selisih absis node pokok pada garis L1 dan L2 DYN i = selisish ordinat node pokok pada garis L1 dan l2 Harga DXN i dan DYN i mengganti harga (X n X 1 ) dan (Y n Y 1 ) pada per-samaan 3a) dan 3b) untuk menentukan kordinat node di dalam segi empat. Bila penomeran node diambil pada arah primer, maka nomer node dinyatakan dengan: N i,j = (i-1) N primer + j (7) i = 1 sampai dengan N sekunder, j = 1 sampai dengan N primer Sedangkan kordinat node dinyatakan dengan persamaan: XN ij = X 1j + JX j + (j-1) B x (8) YN ij = Y 1j + JY j + (j-1) B y i = 2 sampai N primer di mana, JX j = 2DXNi / {nx(z y - 1)} JY j = 2DYNi /{ny(z y - 1)} Bx = (Z y 1) JX j / (ny 1) By = (Z y 1) JY j / (ny 1) N ij = nomer node pada baris i kolom j N primer = pembagian elemen arah primer + 1 N sekunder = pembagian elemen arah sekunder + 1 JX j = jarak absis awal kolom ke j JY j = jarak ordinat awal kolom ke j Persamaan 7) dan 8) untuk penomeran node dan pemberian kordinat pada masingmasing node. 160

9 b. Pembangkitan elemen dengan node pada titik sudutnya Node yang telah dibentuk pada uraian di atas akan dipakai untuk mendefenisikan suatu elemen. Untuk ini dapat dilihat pada Gambar 11 berikut Gambar 11. Pembagian segi empat ke dalam elemen, dengan penomeran node diambil arah primer Bila penomeran node diambil ke arah primer, maka nomer elemen dan node yang mendefinisikan mengikuti persamaan berikut. Untuk nomer elemen ganjil: E i, 2j-1 = ( i-1)2m x + 2j 1 (9) Node yang mendefenisikan: N1E i, 2j-1 = ( i-1)(m x +1) + j + 1 (10) N2E i, 2j-1 = N1E i, 2j-1 + M x + 1 N3E i, 2j-1 = N1E i,2j-1-1 untuk nomer elemen genap: E i,2j = ( i-1)2m x + 2j (11) 161

10 Node yang mendefinisikan: di mana, N1E i,2j = N2E i,2j-1 (12) N2E i,2j = N1E i,2j - 1 N3E i,2j = N3E i, 2j-1 E i,2j-1 = nomer ganjil elemen pada baris i kolom j E i,2j = nomer genap elemen pada baris i kolom j N1E i,2j-1 = nomer node 1 elemen E i,2j-1 N2E i,2j-1 = nomer node 2 elemen E i,2j-1 N3E i,2j-1 = nomer node 3 elemen E i2j-1 N1E i,2j = nomer node 1 elemen E i,2j N2E i,2j = nomer node 2 elemen E i,2j N3E i,2j = nomer node 3 elemen E i,2j M x = adalah pembagian arah primer i = 1 sampai dengan M x j = 1 sampai dengan pembagian arah sekunder HASIL DAN BAHASAN. Untuk ini akan ditinjau pembagian segi empat menjadi sejumlah elemen dengan node pada titik sudutnya seperti terlihat pada Gambar

11 L2 D C A L1 4 B Gambar 12. Pembagian segi empat menjadi 18 elemen dengan 16 node Node pokok di L1, 1,2,3,4 dan di L2 13,14,15,16 Segi empat pada Gambar 12 dibatasi oleh garis L1 dan L2, garis L1 dibatasi oleh grid A dan B sedangkan garis L2 dibatasi oleh grid C dan D. Ke arah primer (A-B) dibagi 3 bagian dengan zoom Zx = 2, sedang ke arah sekunder (A-C) dibagi 3 bagian dengan zoom Zy = 1. Pembangkitan node pokok pada garis L1 memberikan node 1, 2, 3 dan 4, sedangkan pada garis L2 memberikan node 13,14,15 dan 16 sesuai persamaan 7). Tabel 1 berikut memperlihatkan kordinat grid A,B,C, D dan grid pada garis L1 dan L2. Tabel 1. Koordinat grid A,B,C,D dan grid pembatas garis L1 dan L2 No. Grid X Y Garis G1 G2 1 A 1 1 L1 A B 2 B 9 1 L2 C D 3 C D 7 8 Sesuai persamaan 5a,b, c, d) dan persamaan 6), koordinat node di segi empat ditampilkan pada Tabel 2 berikut. 163

12 Tabel 2. Koordinat node pada Gambar 12 No. Node X Y c No. Node X Y No. Elemen Tabel 3. Nomer elemen dan node pada Gambar 12 Node1 Node2 Node3 No. Elemen Node1 Node2 Node Hasil yang ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 didasarkan pada arah primer. Untuk arah sekunder telah dikembangkan formulasi baru yang merupakan pasangan formulasi 7) sampai dengan 12), tetapi tidak ditampilkan pada makalah kali ini. 164

13 KESIMPULAN Dengan pendekatan geometri, pembangkitan elemen dan node dapat digeneralisir sehingga memberikan suatu formula yang mudah diimplementasikan dalam program komputer. Hal ini berarti kesulitan pembangkitan elemen dan node pada pemakaian metode elemen hingga dapat diatasi sehingga keunggulan metode elemen hingga dalam penyelesaian masalah teknik maupun fisika dapat dipertahankan. UCAPAN TERIMA KASIH Kami sampaikan terima kasih kepada KPTF-P2PN yang telah membantu penyempurnaan makalah kami. 165

14 DAFTAR PUSTAKA 1. FRANK L.STASA, Applied Finite Element Analysis for Engineers, CBS College Publishing, New York TIRUPATHI R. CHANDRAPATLA at all, Introduction to Finite Element in Engineering, Pristice Hall, Englewood Cliff, New Jersey,

15 DISKUSI ALVANO YULIAN 1. Apakah prinsip Ekemen Hingga di sini tujuannya membagi suatu bidang sebanyak yang kita inginkan? 2. Apakah prinsip tersebut mirip dengan interpolasi? UTAJA 1. Memang langkah pertama dalam pemakaian MEH adalah membagi bidang (bentuk) menjadi sejumlah elemen. 2. Pembentukan node di bagian tengah, memang menggunakan interpolasi. 167

16 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Ir Utaja 2. Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 3 Juli Instansi : P2PN-BATAN 4. Pekerjaan / Jabatan : Ahli Peneliti Muda 5. Riwayat Pendidikan : S1 Teknik Mesin UGM (1983) 6. Pengalaman Kerja : Ka. Sub bidang disain, Ka. Sub bidang komponen Nuklir, Ahli Peneliti Muda, 2003 sekarang 7. Makalah yang pernah disajikan : Distribusi suhu sirip pendingin dengan FEM Pemakaian koordinat luasan pada FEM Analisis lintasan elektron dalam medan elektrostatik 168

PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Utaja

PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Utaja PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI Utaja ABSTRAK PEMBENTUKAN ELEMEN DAN SIMPUL SECARA TOPOLOGI. Penyelesaian masalah fisika dan teknik dengan metoda elemen hingga dilakukan dengan membagi bentuk

Lebih terperinci

METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Utaja *

METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Utaja * METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH Utaja * ABSTRAK METODE RCM UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA MATRIKS DENGAN BANDED TIDAK BERATURAN PADA MEH. Penyelesaian masalah

Lebih terperinci

METODA ELEMEN HINGGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA GRUP

METODA ELEMEN HINGGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA GRUP METODA ELEMEN HINA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA RUP Utaja *, Topan Setiadipura **, Khairina Ns ABSTRAK METODA ELEMEN HINA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA

PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA KEADAAN TUNAK DUA DIMENSI BERBASIS METODA ELEMEN HINGGA Elfrida Saragi *, Nursinta A.W. * ABSTRAK PENGEMBANGAN PROGRAM POSTPROCESSOR

Lebih terperinci

METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Utaja *

METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Utaja * METODA ELEMEN HINGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN Utaja * ABSTRAK METODA ELEMEN HNGGA BERBASIS ELEMEN BEAM UNTUK ANALISIS DEFLEKSI POROS TURBIN. Poros turbin merupakan bagian

Lebih terperinci

GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK. Sangadji *

GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK. Sangadji * GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK Sangadji * ABSTRAK GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK. Pada makalah ini akan dibahas hubungan antara formula Pythagoras dan formula sinus dari segitiga pada geometri

Lebih terperinci

METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Mike Susmikanti., Utaja.., Arya'

METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Mike Susmikanti., Utaja.., Arya' METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN P ADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA Mike Susmikanti., Utaja.., Arya' ABSTRAK METODE SKYLINE UNTUK MENYIMPAN MATRIKS KEKAKUAN PADA PERSOALAN ELEMEN HINGGA. Penyelesaian

Lebih terperinci

PENERAPAN KEKANGAN MULTI TITIK DALAM ANALISA STRUKTUR

PENERAPAN KEKANGAN MULTI TITIK DALAM ANALISA STRUKTUR PENERAPAN KEKANGAN MULTI TITIK DALAM ANALISA STRUKTUR Zet Mallisa * * Abstract The paper presents the use of an algorithm to apply constraint to a governing system of simultaneous equations. The method

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9 ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT Arif Fatahillah 9 fatahillah767@gmail.com Abstrak. Pasir merupakan salah satu material yang sangat berguna

Lebih terperinci

GEOMETRI PROJEKTIF DAN APLIKASINYA. Sangadji dan Marsodi *

GEOMETRI PROJEKTIF DAN APLIKASINYA. Sangadji dan Marsodi * (43-52) GEOMETRI PROJEKTIF DAN APLIKASINYA Sangadji dan Marsodi * ABSTRAK GEOMETRI PROJEKTIF DAN APLIKASINYA. Geometri projektif adalah cabang geometri yang mempelajari sifat-sifat dan konfigurasi geometri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF Kevin Tjoanda 1, Wong Foek Tjong 2, Pamuda Pudjisuryadi 3 ABSTRAK : Penelitian ini menghasilkan program matlab yang mampu

Lebih terperinci

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si. VEKTOR 1 A. Definisi vektor Beberapa besaran Fisika dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan dan sebuah satuan untuk menyatakan nilai besaran tersebut. Misal, massa, waktu, suhu, dan lain lain. Namun, ada

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja **

MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja ** MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI Elfrida Saragi *, Utaja ** ABSTRAK MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Salah satu faktor penting dalam keselamatan operasi

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UAN BARIS DAN DERET

CONTOH SOAL UAN BARIS DAN DERET CONTOH SOAL UAN BARIS DAN DERET 1. Dari suatu barisan aritmetika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut adalah. a. 840 b. 660 c. 640

Lebih terperinci

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo USULAN TATA LETAK ULANG MENGGUNAKAN SOFTWARE QUANTITATIVE SYSTEMS UNTUK MEMINIMALKAN JARAK PERPINDAHAN BAHAN DI LANTAI PRODUKSI DEPARTEMEN MECHANIC PT JEFTA PRAKARSA PRATAMA Khristian Edi Nugroho; Dimas

Lebih terperinci

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVI, Agustus 2005 (87-95) FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVI, Agustus 2005 (87-95) FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ Alvano Yulian * ABSTRAK FUNGSI ONPAINT() DALAM BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++. Sistem Windows merupakan suatu perangkat lunak komputer yang mampu menayangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

ANALISA PERSOALAN PEMBEBANAN PADA BATANG DENGAN METODA ELEMEN HINGGA MENGGUNAKAN MS-EXCEL DAN ANSYS

ANALISA PERSOALAN PEMBEBANAN PADA BATANG DENGAN METODA ELEMEN HINGGA MENGGUNAKAN MS-EXCEL DAN ANSYS 266 WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 214 ISSN : 289-8592 ANALISA PERSOALAN PEMBEBANAN PADA BATANG DENGAN METODA ELEMEN HINGGA MENGGUNAKAN MS-EXCEL DAN ANSYS Abdul Haris Nasution Dosen Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

(Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro)

(Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro) PERHITUNGAN FREKUENSI NATURA TAPERED CANTIEVER DENGAN PENDEKATAN METODE EEMEN HINGGA (Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Olimpiade Matematika Vektor 2009 se-jawa-bali. SOAL PENYISIHAN SD/MI OLIMPIADE MATEMATIKA VEKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Tahun 2009

Olimpiade Matematika Vektor 2009 se-jawa-bali. SOAL PENYISIHAN SD/MI OLIMPIADE MATEMATIKA VEKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Tahun 2009 SOAL PENYISIHAN SD/MI OLIMPIADE MATEMATIKA VEKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG Tahun 009 Bagian A. PILIHLAH JAWABAN YANG TEPAT!. Bilangan pecahan berikut yang berada di antara A. 3 574 B. 574 4 3. Simplify

Lebih terperinci

Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas

Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas Tetti Novalina Manik dan Simon Sadok Siregar Abstrak: Penentuan medan suara yang terjadi akibat radiasi sumber atau akibat hamburan

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer

Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer Analisis Perpindahan (displacement) dan Kecepatan Sudut (angular velocity) Mekanisme Empat Batang Secara Analitik Dengan Bantuan Komputer Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Penerapan Metode Ensemble Kalman Filter untuk Estimasi Kecepatan dan Ketinggian Gelombang Non Linear pada Pantai

SEMINAR TUGAS AKHIR. Penerapan Metode Ensemble Kalman Filter untuk Estimasi Kecepatan dan Ketinggian Gelombang Non Linear pada Pantai SEMINAR TUGAS AKHIR Penerapan Metode Ensemble Kalman Filter untuk Estimasi Kecepatan dan Ketinggian Gelombang Non Linear pada Pantai Oleh: Fadila Rahmana 1208 100 044 Abstrak Gelombang laut telah menjadi

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA PATHFINDING GREEDY BEST-FIRST SEARCH DENGAN A*(STAR) DALAM MENENTUKAN LINTASAN PADA PETA Christophorus Yohannes Suhaili 1 ; Mendy Irawan 2 ; Raja Muhammad Fahrizal 3 ; Antonius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini BAB I PENDAHULUAN I. Umum Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan sudah sangat pesat, begitu juga dengan ilmu rekayasa struktur dalam bidang teknik sipil. Perkembangan ini didukung oleh kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON Denny Pratama, Viska Noviantri, Alexander Agung S.G. Matematika dan Teknik

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA 1 KEGIATAN BELAJAR 11 PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA Setelah mempelajari kegiatan belajar 11 ini, mahasiswa diharapkan mampu Menentukan Persamaan Garis Singgung Parabola, Titik dan Garis Polar Pada

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. Hal. 68 76 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR WIDIA ASTUTI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur Ma rifah Puji Hastuti, Kiki Ariyanti Sugeng, Denny Riama Silaban Departemen Matematika, FMIPA Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Pembentukan Segitiga Sierpinski Pada Masalah Chaos Game dengan Memanfaatkan Transformasi Affine

Kajian Pembentukan Segitiga Sierpinski Pada Masalah Chaos Game dengan Memanfaatkan Transformasi Affine Kajian Pembentukan Segitiga Sierpinski Pada Masalah Chaos Game dengan Memanfaatkan Transformasi Affine Kosala Dwidja Purnomo Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember e-mail: kosala.fmipa@unej.ac.id

Lebih terperinci

TEOREMA PYTHAGORAS PADA BIDANG TAXICAB

TEOREMA PYTHAGORAS PADA BIDANG TAXICAB TEOREMA PYTHAGORAS PADA BIDANG TAXICAB ZULVIATI PUTRI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia zulviatiputri@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: SURYADI

Lebih terperinci

VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA

VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA 6. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menuliskan bentuk umum fungsi eksponen; 2. menggambar grafik fungsi eksponen;

Lebih terperinci

METODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI

METODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 50 57 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND METODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI ILHAM FEBRI RAMADHAN Program Studi Matematika

Lebih terperinci

Matriks Sebagai Representasi Orientasi Objek 3D

Matriks Sebagai Representasi Orientasi Objek 3D Matriks Sebagai Representasi Orientasi Objek 3D Cendhika Imantoro - 13514037 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

METODE ITERASI OPTIMAL TANPA TURUNAN BERDASARKAN BEDA TERBAGI ABSTRACT

METODE ITERASI OPTIMAL TANPA TURUNAN BERDASARKAN BEDA TERBAGI ABSTRACT METODE ITERASI OPTIMAL TANPA TURUNAN BERDASARKAN BEDA TERBAGI Amelia Riski, Putra. Supriadi 2, Agusni 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Seminar Tugas Akhir PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Oleh : Mia Risti Fausi 2409 105 016 Pembimbing I: Ir. Yerri Susatio, MT Pembimbing II: Dr. Ridho

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

Penerapan Pewarnaan Titik pada Graf dalam Penyusunan Lokasi Duduk Menggunakan Algoritma Greedy Berbantuan Microsoft Visual Basic 6.

Penerapan Pewarnaan Titik pada Graf dalam Penyusunan Lokasi Duduk Menggunakan Algoritma Greedy Berbantuan Microsoft Visual Basic 6. Penerapan Pewarnaan Titik pada Graf dalam Penyusunan Lokasi Duduk Menggunakan Algoritma Greedy Berbantuan Microsoft Visual Basic.0 Halimah Turosdiah #1, Armiati #, Meira Parma Dewi # # Mathematic Department

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK PANDANGAN DI LENGKUNG HORISONTAL DAN LENGKUNG VERTIKAL TESIS MAGISTER. Oleh Theo Kurniawan Sendow

ANALISIS JARAK PANDANGAN DI LENGKUNG HORISONTAL DAN LENGKUNG VERTIKAL TESIS MAGISTER. Oleh Theo Kurniawan Sendow ANALISIS JARAK PANDANGAN DI LENGKUNG HORISONTAL DAN LENGKUNG VERTIKAL TESIS MAGISTER Oleh Theo Kurniawan Sendow 25001070 PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL BIDANG PENGUTAMAAN REKAYASA TRANSPORTASI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5

Uji Komptensi. 2. Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 100 dan 200 yang habis dibagi 5 Uji Komptensi Barisan dan Deret "Aljabar Linear Elementer". Diketahui barisan 84,80,77,... Suku ke-n akan menjadi 0 bila n =... Tentukan jumlah semua bilangan-bilangan bulat di antara 00 dan 00 yang habis

Lebih terperinci

1) Perhatikan bentuk di bawah: U 1 U 2 U 3 U 4 U n 2, 5, 8, 11, dengan: U 3 = suku

1) Perhatikan bentuk di bawah: U 1 U 2 U 3 U 4 U n 2, 5, 8, 11, dengan: U 3 = suku NAMA : KELAS : LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 1 A. PENGERTIAN BARISAN DAN DERET Barisan bilangan adalah kelompok bilangan yang tersusun menurut aturan (pola) tertentu. Deret bilangan adalah penjumlahan

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 1. Beda Barisan Aritmatika. b =.. RUMUS SUKU KE N: King s Learning Be Smart Without Limits

NAMA : KELAS : LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 1. Beda Barisan Aritmatika. b =.. RUMUS SUKU KE N: King s Learning Be Smart Without Limits NAMA : KELAS : LEMBAR AKTIVITAS SISWA BARISAN DAN DERET 1 A. PENGERTIAN BARISAN DAN DERET Barisan bilangan adalah kelompok bilangan yang tersusun menurut aturan (pola) tertentu. Deret bilangan adalah penjumlahan

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ISIAN SINGKAT

LEMBAR SOAL ISIAN SINGKAT 1. Sebuah benda dibuat dari tiga bahan berbeda yaitu P, Q, dan R. Jika perbandingan banyaknya bahan antara P terhadap Q adalah 6 : 8 dan perbandingan banyaknya bahan antara Q terhadap R adalah 7 : 3, tentukan

Lebih terperinci

SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 06 / 07 MATA PELAJARAN : Matematika KELOMPOK : TEKNIK (RPL, TKJ). Bentuk sederhana dari p q r 0 0 0 0 p q r 8 0 p q r 8 pqr 6 5 5 p q r p q r p q r 5 adalah....

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR SISWA

KEGIATAN BELAJAR SISWA KEGIATAN BELAJAR SISWA Bidang studi : Matematika Satuan Pendidikan: SLTP Kelas: 3 (tiga) Caturwulan: 1 (satu) Pokok Bahasan: Transformasi Subpokok Bahasan: Refleksi Waktu: 150 Menit Endang Mulyana 2003

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Oleh : Gede Edy Priyadnya 93 VII.C Jurusan S Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 9 PENGERTIAN

Lebih terperinci

SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA ABSTRACT

SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA ABSTRACT SUB SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATAPENJAJAGAN KENAIKAN GAJI BERKALA(KGB)PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA TASIKMALAYA Deni Ahmad Jakaria Prodi Teknik Informatika STMIK DCI Jl. Komalasari II No. 28 Kota

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN BENTUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKAN DERET TAYLOR

PEMBUKTIAN BENTUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKAN DERET TAYLOR Jurnal Matematika UAD Vol. 5 o. 4 Hal. 8 ISS : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UAD PEMBUKTIA BETUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKA DERET TAYLOR ADE PUTRI, RADHIATUL HUSA Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN FINITE ELEMEN METHOD 2.1 Mesin Press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK TUGAS AKHIR ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK Disusun: FATHAN ROSIDI NIM : D 200 030 126 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Aziskhan, Mardhika W.A, Syamsudhuha Jurusan MatematikaFMIPA Universitas Riau Abstract. The aim of this paper is to solve a heat equation

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan OMITS 2008

Soal Babak Penyisihan OMITS 2008 Soal Babak Penyisihan OMITS 008. Banyak pembagi positif dari.50.000 adalah..... a. 05 b. 0 c. 75 d. 0 e.5. Jari-jari masing-masing lingkaran adalah 5 cm. Tentukan panjang busur ketiga lingkaran tersebut.....

Lebih terperinci

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN METODE ELEMEN HINGGA 2.1 Mesin press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Tesis PEMODELAN TEMPERATUR PAHAT POTONG HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Mochamad Mas ud 2107 201 007 Pembimbing Ir. Bambang Pramujati, MSc Eng., Ph.D Dr.

Lebih terperinci

Pengertian Persamaan Garis Lurus 1. Koordinat Cartesius a. Menggambar Titik pada Koordinat Cartesius b. Menggambar Garis pada Koordinat Cartesius

Pengertian Persamaan Garis Lurus 1. Koordinat Cartesius a. Menggambar Titik pada Koordinat Cartesius b. Menggambar Garis pada Koordinat Cartesius Pengertian Persamaan Garis Lurus Sebelum memahami pengertian persamaan garis lurus, ada baiknya kamu mengingat kembali materi tentang koordinat Cartesius persamaan garis lurus selalu digambarkan dalam

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON

OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON 130803065 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

3 4y = a. 3x + 5y 1 5 x + 5y 5. c. 5x 6y 30 x + 2y 2. e. 4x + 3y 16 2x 3y 10 y = x x + 9y x + y 100

3 4y = a. 3x + 5y 1 5 x + 5y 5. c. 5x 6y 30 x + 2y 2. e. 4x + 3y 16 2x 3y 10 y = x x + 9y x + y 100 Kunci Jawaban Bab I Program Linear Kuis 40 Daerah penelesaian 20 3 4 = 8 6 0 2 8 3 + 4 = 24 1. berbentuk segiempat Tes Pemahaman 1.1 1. a. 20 40 e. 7 + 5 = 35 7 5 4 3 d. f. 2 0 6 6 + 3 = 6 5 3. a. 3 +

Lebih terperinci

SKRIPSI EVALUASI PENAMPANG WHITMORE PADA SAMBUNGAN BAUT DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN MENGGUNAKAN PROGRAM ADINA

SKRIPSI EVALUASI PENAMPANG WHITMORE PADA SAMBUNGAN BAUT DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN MENGGUNAKAN PROGRAM ADINA SKRIPSI EVALUASI PENAMPANG WHITMORE PADA SAMBUNGAN BAUT DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN MENGGUNAKAN PROGRAM ADINA ROBERT WIJAYA PHERI NPM : 2013410091 PEMBIMBING : Dr. Ir. Paulus Karta Widjaja, MT. UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: baja, elemen struktur, balok dan kolom baja, analisa, desain. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: baja, elemen struktur, balok dan kolom baja, analisa, desain. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Baja konstruksi adalah baja paduan yang pada umumnya mengandung 98% besi dan biasanya kurang dari 1% karbon. Bangunan baja memiliki metoda khusus dalam pelaksanaan di lapangan contohnya pada desain

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM BAB 5 PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM Setelah mempelajari bab 5 ini, diharapkan: 1. Pembaca dapat menggunakan Program Wingeom 3-dim untuk topik kubus dan balok. 2. Pembaca dapat menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL Swaditya Rizki Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

ESKALASI HARGA KONTRAK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN LEADING ECONOMIC INDICATORS STUDI KASUS PROYEK JALAN LAYANG DAN JEMBATAN PASTEUR-CIKAPAYANG-SURAPATI

ESKALASI HARGA KONTRAK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN LEADING ECONOMIC INDICATORS STUDI KASUS PROYEK JALAN LAYANG DAN JEMBATAN PASTEUR-CIKAPAYANG-SURAPATI ESKALASI HARGA KONTRAK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN LEADING ECONOMIC INDICATORS STUDI KASUS PROYEK JALAN LAYANG DAN JEMBATAN PASTEUR-CIKAPAYANG-SURAPATI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN

Lebih terperinci

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK oleh Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik Fakultas Teknik Universitas Indonesia Maret 2016 1 DAFTAR ISI hlm. PENGANTAR BAB 1 BAB 2 INFORMASI UMUM KOMPETENSI

Lebih terperinci

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3 MATRIKS a. Konsep Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegipanjang dan diletakkan di dalam kurung biasa ( ) atau

Lebih terperinci

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT Agusman Sahari. 1 1 Jurusan Matematika FMIPA UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Abstrak Dalam paper ini mendeskripsikan tentang solusi masalah transport polutan

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Romli Shodikin, M.Pd. Prepared By : LANJUT

BARISAN DAN DERET. Romli Shodikin, M.Pd.  Prepared By : LANJUT BARISAN DAN DERET Prepared By : Romli Shodikin, M.Pd www.fskromli.blogspot.com fskromli@yahoo.com LANJUT Standar Kompetensi : Menggunakan konsep notasi sigma, barisan dan deret dalam pemecahan masalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan

Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan Pemanfaatan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kenaikan Jabatan Karyawan Hartono STMIK IBBI Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail: hartonoibbi@gmail.com

Lebih terperinci

19. VEKTOR. 2. Sudut antara dua vektor adalah θ. = a 1 i + a 2 j + a 3 k; a. a =

19. VEKTOR. 2. Sudut antara dua vektor adalah θ. = a 1 i + a 2 j + a 3 k; a. a = 19. VEKTOR A. Vektor Secara Geometri 1. Ruas garis berarah AB = b a. Sudut antara dua vektor adalah θ 3. Bila AP : PB = m : n, maka: B. Vektor Secara Aljabar a1 1. Komponen dan panjang vektor: a = a =

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. digunakan adalah High-Tech Expression yaitu hith tech yang tidak hanya

BAB VI HASIL RANCANGAN. digunakan adalah High-Tech Expression yaitu hith tech yang tidak hanya BAB VI HASIL RANCANGAN Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, konsep dasar perancangan yang digunakan adalah High-Tech Expression yaitu hith tech yang tidak hanya terpaku pada satu unsur saja tetapi unsur

Lebih terperinci

MODEL DATA GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT DATA LAPANGAN

MODEL DATA GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT DATA LAPANGAN MODEL DATA GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT DATA LAPANGAN Juswoto Damtoro 1 Abstract : It has been made a computer program called Schlumberg Field Data Model for calculation

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT PENGEMBANGAN PERANGKAT UNAK MENGGUNAKAN METODE EEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN TORSI DAN GESER TERKOMBINASI PADA BAOK BETON BERTUANG Oleh: DIAR FAJAR GOSANA 317 1 17 Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Salah satu alasan pemilihan metoda FDTD ini adalah mudah untuk

ABSTRAK. Salah satu alasan pemilihan metoda FDTD ini adalah mudah untuk ABSTRAK Salah satu alasan pemilihan metoda FDTD ini adalah mudah untuk menganalisa permasalahan yang didasarkan pada persamaan integral yang sangat sulit dilakukan bila dipecahkan dengan metoda lainnya

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGEMBANGAN PEMODELAN 3D PRODUK BERBASIS FEATURE BERDASARKAN ALGORITMA FEATURE PENGURANGAN TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Faizal Wahyu Prabowo

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Lunak Pembangun G-Code dengan Masukan Data 3 Dimensi Benda

Pengembangan Perangkat Lunak Pembangun G-Code dengan Masukan Data 3 Dimensi Benda Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.2, No.1, April 2014, 75-84 75 Pengembangan Perangkat Lunak Pembangun G-Code dengan Masukan Data 3 Dimensi Benda Retno Tri Wahyuni 1, Yulian Zetta Maulana 2 1 Teknik

Lebih terperinci

SOAL EKSPLORASI 2010

SOAL EKSPLORASI 2010 SOAL EKSPLORASI 2010 1. A numberworm is made up of sixteen squares numbered consecutively from 1 to 16. It can be fit into a 4x4 grid so that two consecutive squares share a side, one possibility is given

Lebih terperinci

METODA NUMERIK (3 SKS)

METODA NUMERIK (3 SKS) METODA NUMERIK (3 SKS) Dosen Dr. Julan HERNADI Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Masa Perkuliahan Semester Ganjil 2013/2014 Deskripsi dan Tujuan Perkuliahan Mata kuliah ini berisi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penggunaan sistem Ultra Wide Band (UWB) 3,1 GHz 10,6 GHz memerlukan konfigurasi antena yang memenuhi persyaratan karakterisitik broadband. Salah satu antena yang memiliki konfigurasi tersebut adalah

Lebih terperinci

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi Artikel Aljabar Vektor dan Matriks Oleh : Zie_Zie Vektor Vektor 1. Pengertian Vektor a. Definisi Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah. Contohnya

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT PELABELAN GRACEFUL PADA GRAF SUPERSTAR 20 Ismail Kaloko 1, Faiz Ahyaningsih2 1 Mahasiswa Program Studi Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Medan E-mail: ismail.kaloko@yahoo.com 2 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK

APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK Dimensi Teknik Sipil, Vol., No., September, 77-8 ISSN -9 APLIKASI VISUAL UNTUK PROGRAM ELEMEN HINGGA DENGAN ELEMEN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SUBPARAMETRIK DAN ISOPARAMETRIK Benjamin Lumantarna Dosen Fakultas

Lebih terperinci

ALGORITMA DOUBLE SCALING UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW DAN IMPLEMENTASINYA PADA PROGRAM KOMPUTER

ALGORITMA DOUBLE SCALING UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW DAN IMPLEMENTASINYA PADA PROGRAM KOMPUTER ALGORITMA DOUBLE SCALING UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MINIMUM COST FLOW DAN IMPLEMENTASINYA PADA PROGRAM KOMPUTER Agustina Ardhini 1, Sapti Wahyuningsih 2, Darmawan Satyananda 3 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Diameter Nozzle Terhadap Besar Tegangan Maksimum Pada Air Receiver Tank Horisontal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisa Pengaruh Diameter Nozzle Terhadap Besar Tegangan Maksimum Pada Air Receiver Tank Horisontal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga DYN-01 Analisa Pengaruh Diameter Nozzle Terhadap Besar Tegangan Maksimum Pada Air Receiver Tank Horisontal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Willyanto Anggono (1, Ian Hardianto (2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 2014 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA

PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 2014 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA email: koniciwa7@yahoo.co.id PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 0 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA. Sepuluh orang guru akan ditugaskan mengajar di tiga sekolah,yakni sekolah A, B, dan C, berturut

Lebih terperinci

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili 4.5. RUMUS PERBANDINGAN VEKTOR DAN KOORDINAT A. Pengertian Vektor Posisi dari Suatu Titik Misalnya titik A, B, C Dan D. adalah titik sebarang di bidang atau di ruang. Jika titik O bertindak sebagai titik

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018 Tes Simulasi Ujian Nasional SMP Berbasis Komputer Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Nilai dari 16 + ( 21) : 7 {9 + [56 : ( 8)]}adalah.... (a) 5 14 (b) 10 (c) 2 (d) -10 2. Bentuk sederhana

Lebih terperinci

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan

Lebih terperinci

EKSPERIMEN FISIKA II PENGEREMAN MAGNETIK

EKSPERIMEN FISIKA II PENGEREMAN MAGNETIK EKSPERIMEN FISIKA II PENGEREMAN MAGNETIK Disusun Oleh: Sujiani 208700657 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2009/2010 ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

PAKET 4. Paket : 4. No Soal Jawaban 1 Luas Segiempat PQRS pada gambar di bawah ini adalah. A. 120 cm 2 B. 216 cm 2 C. 324 cm 2 D. 336 cm 2 E.

PAKET 4. Paket : 4. No Soal Jawaban 1 Luas Segiempat PQRS pada gambar di bawah ini adalah. A. 120 cm 2 B. 216 cm 2 C. 324 cm 2 D. 336 cm 2 E. PAKET 4 Jumlah Soal : 0 soal Kompetensi :. Bangun Datar. Trigonometri. Bangun Ruang 4. Barisan dan Deret Compile By : Syaiful Hamzah Nasution No Soal Jawaban Luas Segiempat PQRS pada gambar di bawah ini

Lebih terperinci

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 (90menit) 1. Semua tripel (x, y, z) yang memenuhi bahwa salah satu bilangan jika ditambahkan dengan hasil kali kedua bilangan

Lebih terperinci

Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta

Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta DESAIN OPTIMASI UNGSI TAK LINIER MENGGUNAKAN METODE PENYELIDIKAN IBONACCI Yemi Kuswardi Nurul Muhayat Abstract: optimum design is an action to design the best product based on the problem. Theoretically,

Lebih terperinci

SMA / MA Bahasa Mata Pelajaran : Matematika

SMA / MA Bahasa Mata Pelajaran : Matematika Latihan Soal UN 0 Paket Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah SMA / MA Bahasa Mata Pelajaran : Matematika Dalam UN berlaku Petunjuk Umum seperti ini :. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Ujian

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan BARISAN DAN DERET A. Pola Bilangan Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut: a. 1 2 3... b. 4 9 16... c. 31 40 21 30 16... Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan

Lebih terperinci