NOTA KEBIJAKAN # Pertimbangan-pertimbangan untuk Menetapkan Proses atau Program Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) Definisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NOTA KEBIJAKAN # Pertimbangan-pertimbangan untuk Menetapkan Proses atau Program Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) Definisi"

Transkripsi

1 # NOTA KEBIJAKAN Pertimbangan-pertimbangan untuk Menetapkan Proses atau Program Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) Diskusi singkat ini menetapkan beberapa isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan proses Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA Health Technology Assessment) di Indonesia. 100 Definisi Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mendefinisikan penapisan teknologi kesehatan (HTA) sebagai evaluasi properti, efek dan/ dampak teknologi serta intervensi kesehatan yang dilakukan secara sistematis. Pendekatan ini digunakan untuk memberikan informasi terhadap pembuatan kebijakan dan keputusan dalam pelayanan kesehatan, terutama mengenai cara terbaik untuk mengalokasikan dana yang terbatas untuk intervensi dan teknologi kesehatan. 101 Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) didasarkan pada pendekatan multidisiplin, termasuk epidemiologi klinis, ekonomi kesehatan, biostatistik dan metode penelitian kualitatif yang sesuai. Tergantung pada kerangka kebijakan untuk HTA di negara tertentu, output dari penilaian dapat berupa laporan yang kompleks, saran untuk memandu keputusan investasi kesehatan atau karya akademis, atau gabungan dari kesemuanya ini. HTA adalah pekerjaan yang memerlukan beragam sumber daya, keterampilan dan kapasitas untuk melaksanakan analisis. Meskipun demikian, hasil dari HTA tidak boleh dilihat secara terpisah dari kebijakan lain untuk mengelola keputusan investasi 100 Policy Note # 22 ditulis oleh Suzanne Hill dan Profesor Budiono Santoso dengan dukungan Pemerintah Australia (DFAT) melalui Program Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS). Dokumen ini dibuat permintaan Bappenas pada Februari 2014 untuk memberikan panduan yg relatif cepat mengenai langkah-langkah yang mungkin dapat ditempuh Indonesia untuk isu ini di masa depan, berdasarkan bukti-bukti global evidence. Untuk mendapatkan salinan Policy Notes lainnya, silakan mengunjungi WHO Executive Board Paper, EB134/30, Jan

2 dan cakupan pelayanan kesehatan. Jenis lain dari evaluasi ekonomi kesehatan termasuk evaluasi pharmacoeconomic, secara umum kini seharusnya dianggap sebagai bagian dalam HTA karena teknik dasar yang digunakan adalah sama. Keluaran-keluaran (outputs) dari HTA adalah laporan penilaian, tinjauan cepat, pedoman klinis atau konsolidasi dari tinjauan-tinjauan (review) yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga lain. Pendekatan ini dapat dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Kerangka Kebijakan Kerangka kebijakan untuk menetapkan dan menggunakan HTA perlu diputuskan terlebih dahulu, karena akan menentukan struktur dan ruang lingkup dari proses HTA tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: Dengan memperhatikan struktur sistem kesehatan (sentralisasi/ desentralisasi/campuran) dimana HTA akan diterapkan; Apakah laporan HTA akan digunakan sebagai informasi dan saran, tetapi tidak sebagai alat pengambilan keputusan penting; Apakah HTA akan digunakan sebagai bagian dari kriteria keputusan untuk semua keputusan penggantian biaya kembali (reimbursement) bagi semua teknologi yang disediakan melalui skema asuransi, atau teknologi yang dipilih; Bagaimana HTA akan digunakan dalam kaitannya dengan kebijakan pengendalian pengeluaran lain, misalnya, harga referensi untuk obat-obatan; Apakah proses HTA harus independen dari keterlibatan pemerintah, misalnya, berbasis di unit akademis, dengan agenda tersendiri untuk laporan, atau apakah harus dikaitkan dengan agenda kebijakan pemerintah; Apakah laporan HTA akan digunakan sebagai dasar keputusan yang mengikat secara hukum atau sebagai pemberi saran saja. Secara historis, HTA di negara-negara berpendapatan tinggi paling sering dimulai dengan basis di unit akademik independen, dengan penyusunan laporan penilaian mengenai topik yang menarik bagi para penulis. Contohnya, struktur asli dari kelompok HTA Catalonia di Spanyol atau Program Penapisan Teknologi Kesehatan NHS di Inggris yang mendahului terbentuknya National Institute for Health and Care Excellence (NICE). Pada awal 1990-an, Australia dan Kanada mulai menggunakan evaluasi efektivitas biaya untuk menentukan keputusan pendanaan, awalnya adalah untuk obatobatan, tetapi kemudian juga digunakan untuk teknologi dan peralatan medis. Sistem ini berkembang menghasilkan struktur untuk mendukung Kementerian Kesehatan secara khusus dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan serta menghubungkan dengan pusat-pusat akademik. Keputusan-keputusan di Australia berkaitan dengan cakupan asuransi kesehatan nasional sedangkan di Kanada keputusan akhir mengenai cakupan dibuat di tingkat provinsi. Banyak sistem sekarang menggunakan campuran dari berbagai pendekatan. 2

3 Perundang-undangan Peran HTA perlu didukung oleh peraturan perundang-undangan tergantung pada kerangka kebijakan yang digunakan. Sebagai contoh, awalnya rekomendasi yang dibuat oleh NICE tidak mengikat otoritas pelaksana di tingkat lokal; ini kemudian diubah sehingga Komisi Otoritas (Commissioning Authorities) sekarang diharuskan untuk memastikan ada anggaran yang tersedia untuk teknologi kesehatan yang direkomendasikan NICE dimana teknologi kesehatan tersebut harus digunakan. Di Australia, UU Kesehatan Nasional telah diubah pada tahun 1989 untuk mengharuskan pertimbangan biaya dan efektivitas oleh Komite Penasihat Manfaat Farmasi, yang merupakan komite penasihat independen yang memberikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan tentang obat-obat apa saja yang harus diganti melalui skema asuransi kesehatan nasional. Undang-undang memperbolehkan menteri untuk mengatakan tidak atas rekomendasi positif dari panitia, tetapi tidak memperbolehkan menteri untuk mendaftar produk jika komite telah merekomendasikan tidak menggunakannya. Struktur Struktur unit HTA harus mengikuti kerangka kebijakan dan perundang-undangan, tetapi juga akan tergantung pada sumber daya manusia yang tersedia. Berbagai pilihan termasuk: Memiliki sebuah unit independen dengan fokus akademis, di perguruan tinggi, yang mempersiapkan laporan HTA untuk menginformasikan para pembuat kebijakan, tetapi bukan merupakan dasar untuk keputusan mengenai cakupan atau subsidi; Memiliki tim HTA atau unit di Kementerian Kesehatan, untuk melaksanakan HTA pada topik yang dipilih atau menilai laporan HTA yang disampaikan oleh para produsen. Mengembangkan otoritas atau struktur terpisah untuk melaksanakan HTA, seperti Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health (CADTH) atau Health Intervention and Technology Assessment Program, (HITAP) di Thailand. Struktur campuran juga digunakan. Sebagai contoh, di Australia, Kementerian Kesehatan memiliki dua tim teknis yang mengkoordinasikan proses HTA - satu untuk obat-obatan dan satu lagi untuk teknologi medis, peralatan dan uji diagnostik. Laporan disiapkan oleh produsen (dalam hal obatobatan) dan dinilai oleh kelompok akademis yang dikontrak, yang menyediakan laporan tambahan ke Departemen dan komite penasehat untuk pengambilan keputusan. Struktur cenderung berkembang dari waktu ke waktu karena sistem dan kebijakan juga berubah tergantung pada ketersediaan keterampilan dan staf. The International Network of Agencies for Health Technology Assessment (INAHTA) atau Jaringan Internasional Lembaga-lembaga untuk Penilaian Teknologi Kesehatan and Health Technology Assessment International (HTAi) atau Penilaian Teknologi Kesehatan Internasional adalah dua jaringan global lembaga-lembaga HTA yang dapat memberikan contoh-contoh tambahan. 3

4 Ruang lingkup Penapisan Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment - HTA) dapat mencakup semua teknologi kesehatan. Akan tetapi, obat-obatan biasanya merupakan kelompok yang paling mudah untuk dimulai mengingat sumber datanya mahal dan biasanya tersedia bukti-bukti yang berkualitas bagus. Tes diagnostik, perangkat, layanan medis (seperti konsultasi atau prosedur) dan teknologi yang rumit sifatnya lebih kompleks dan memerlukan keterampilan lebih dalam menemukan dan menginterpretasikan bukti-bukti, yang biasanya kualitasnya rendah. Kebanyakan lembaga sudah memulai dengan salah satu komponen HTA dan kemudian perlahan-lahan meningkat. Sumber daya, kapasitas dan lingkungan Seperti disebutkan di atas, pelaksanaan HTA yang efektif untuk pengambilan keputusan membutuhkan sumber daya yang banyak. Sebelum memulai proses HTA perlu dilakukan inventarisasi kapasitas yang ada dan sumber daya manusia. Skala lembaga-lembaga HTA berkisar mulai dari lembaga sebesar NICE yang terdiri dari beberapa ratus staf dan pusat kerjasama akademik hingga ke pusat-pusat baru yang kecil-kecil di calon negara-negara Uni Eropa, yang mungkin hanya memiliki 1 atau 2 staf di bagian kesehatannya. Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) adalah kegiatan multidisiplin dan memerlukan keterampilanketerampilan berikut: spesialis kedokteran klinis, epidemiologi klinis, ekonomi kesehatan, biostatistik, farmasi, informasi. Banyak kelompok/otoritas HTA berjuang untuk mempertahankan jumlah staf yang memadai, khususnya di bidang ekonomi kesehatan. Sementara jumlah staf yang diperlukan akan tergantung pada ruang lingkup pekerjaan. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk memiliki tim yang efektif, setidaknya diperlukan 10 profesional FTE. Jika output HTA adalah untuk memberikan dasar pengambilan keputusan, sumber daya tambahan mungkin diperlukan untuk mendukung apa pun proses pengambilan keputusan yang ditetapkan. Di Australia, PBAC memiliki anggota sebanyak 19 orang (17 orang paruh waktu dan 1 orang purna waktu) yang sebagian besar spesialis klinis, tetapi juga mencakup seorang perwakilan konsumen, seorang ekonom kesehatan dan seorang apoteker masyarakat. Keanggotaan ditentukan dalam Undang-Undang Kesehatan Nasional, dan anggotanya diangkat oleh Menteri untuk masa jabatan 4 tahun. Komite tersebut didukung oleh sekretariat di Kementerian yang terdiri dari kurang lebih 15 staf purna waktu, dengan latar belakang berbeda seperti farmasi, ekonomi, kebijakan dan administrasi. Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) berfungsi dengan sangat efektif dalam lingkungan di mana obat-obatan berbasis bukti diterima dan digunakan. HTA juga dapat menjadi alat untuk mempromosikan penggunaan obat-obatan berbasis bukti. Perubahan budaya semcam itu biasanya memerlukan waktu dan kepemimpinan - yang mana dapat diberikan oleh HTA yang efektif. Jaringan Eropa untuk Penilaian Teknologi Kesehatan (EuNetHTA) telah mengembangkan buku pegangan peningkatan kapasitas HTA yang memberikan gambaran yang berguna berdasarkan pengalaman dari beberapa negara di Uni Eropa At diakses 21 Januari

5 Proses HTA Proses yang sebenarnya digunakan untuk HTA berbeda dari satu negara ke negara lain dan dari satu lembaga ke lembaga lain, tergantung undang-undang, ruang lingkup dan sumber daya yang tersedia. NICE, sebagai lembaga besar dengan sumber daya yang baik, melakukan analisis sendiri dan mempersiapkan laporan sendiri, dengan masukan dari sponsor komersial dan para pemangku kepentingan. NICE memilih topik dan teknologi yang akan mereka nilai berdasarkan pada proses politik dan konsultasi formal. Semua aspek ini kemudian dipertimbangkan ketika komite penasihat (sekarang ada beberapa) memutuskan rekomendasi. Waktu dari permintaan penyusunan laporan ke rekomendasi bervariasi berkisar 6 bulan sampai 2 tahun, dan laporan serta rekomendasi ditinjau setiap 4-5 tahun. Estonia, di sisi lain, negara bependuduk 1,4 juta orang dengan satu pusat akademik, menilai laporan HTA yang merupakan aplikasi dari perusahaan-perusahaan komersial untuk penggantian teknologi melalui dana Asuransi Kesehatan Estonia. Hal ini diperlukan untuk memenuhi persyaratan Uni Eropa untuk jangka waktu keputusan penggantian, sekitar 4 bulan. Estonia menilai semua aplikasi yang diajukan oleh sponsor komersial, dan dapat berbagi beberapa pekerjaan penilaiannya, jika memungkinkan, dengan negara-negara tetangga Baltik lainnya, Latvia dan Lithuania. Australia, dengan penduduk 23 juta dan pengalaman dalam HTA selama 20 tahun, menggunakan sebagian besar laporan dari sponsor komersial, namun memiliki beberapa kapasitas untuk meminta diadakan laporan independen dari pusat-pusat akademik dalam pengambilan keputusannya. PBAC dan Medicare Services Advisory Committee (MSAC) atau komite penasihat layanan medis menilai semua aplikasi yang disampaikan oleh sponsor farmasi atau sponsor teknologi masing-masing. Waktu penyerahan aplikasi untuk rekomendasi komite sekitar 4 bulan untuk hal-hal menyangkut PBAC dan 6 sampai 12 bulan untuk hal-hal berkenaan dengan MSAC, tergantung tingkat kerumitannya. Satu kesamaan yang dimilliki semua lembaga adalah seperangkat persyaratan lokal yang harus dicantumkan dalam laporan HTA. Meskipun ada standar internasional untuk HTA, aplikasi perlu dilokalisasi untuk mempertimbangkan sumber data, nilai-nilai dan preferensi serta informasi biaya lokal. Pilihan untuk Indonesia Dalam konteks pelaksanaan cakupan kesehatan semesta (UHC), berikut ini ada satu pendekatan yang dapat dipertimbangkan oleh Indonesia jika ingin berinvestasi dalam pengembangan HTA untuk mendukung program asuransi kesehatan. Perundang-undangan dan Kerangka kebijakan Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) tercantum dalam Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 ten tang jaminan kesehatan. Misalnya, dalam pasal 43 disebutkan Dalam rangka menjamin kendali dan biaya, Menteri bertanggung jawab untuk melakukan ( i ) penapisan teknologi kesehatan, ( ii ) pertimbangan klinis, ( iii )... Pasal lainnya juga menyebutkan bahwa pengobatan 5

6 komplementer, alternatif dan tradisional termasuk akupunktur, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan Penapisan Teknologi Kesehatan tidak akan ditanggung. Jika tidak ditentukan dalam undang-undang, maka harus dipertimbangkan apakah undang-undang tersebut perlu diperbaiki atau diperluas untuk menentukan dengan tepat bagaimana HTA akan memberikan kontribusi pada proses penentuan paket manfaat bagi JKN. Sebagai contoh, apakah semua barang dan jasa yang saat ini ditanggung akan tunduk pada penilaian baru atau apakah akan diterima pada awalnya dan kemudian ditinjau ulang secara bertahap selama beberapa tahun ke depan? Kriteria apa yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu barang atau jasa dapat diterima menurut HTA tersebut ambang batas efektivitas biaya seperti yang digunakan NICE atau beberapa faktor? Apakah dampak anggaran juga dinilai sebagai kriteria? Siapa yang akan memiliki kewenangan hukum untuk mencantumkan atau menghapuskan dari daftar jenis barang dan jasa? Langsung oleh Menteri, lembaga di Kemenkes atau HTA? 103 Struktur Jika Kemenkes sedang mempertimbangkan sebuah Komite Nasional HTA, maka keanggotaannya perlu ditentukan. Komite penasihat HTA perlu melibatkan ahli klinis independen, ekonom kesehatan dan perwakilan konsumen. Biasanya komite HTA beranggotakan 15 dan 20 orang, yang mencakup disiplin ilmu klinis utama, juga termasuk setidaknya 2 atau 3 anggota yang memiliki keahlian dalam epidemiologi klinis dan metode HTA. Anggota harus independen dan tidak memiliki keterkaitan keuangan dengan produsen farmasi atau peralatan. (Idealnya, anggota keluarga langsung dari anggota HTA juga sebaiknya tidak memiliki keterkaitan keuangan tersebut). Peran dan fungsi komite HTA akan tergantung pada apa yang diputuskan mengenai kewenangan untuk menambah atau menghapus item dari paket Manfaat. Jika Menteri tetap merupakan pemegang otoritas terakhir, maka Komite dapat memberikan saran kepada Menteri, baik secara langsung, atau melalui Kementerian Kesehatan. Cukup besar nilai yang dapat diperoleh jika memiliki Komite yang independen dari Kementerian. Prinsip-prinsip lain yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat transparansi operasinal dari komite HTA, peran sponsor komersial, bagaimana kebijakan lain untuk mengelola biaya dan pengeluaran akan dilaksanakan oleh panitia (misalnya harga referensi untuk obat-obatan), serta hubungan antara komite HTA dan pihak-pihak yang membuat keputusan pengadaan. Di Australia, komite HTA menetapkan harga produk untuk 103 Contohnya, Australian National Health Act 1953 memberikan kewenangan berikut kepada PBAC, jadi jika PBAC tidak merekomendasikan daftar suatu produk, maka Menteri juga tidak dapat melakukannya: (3A) Untuk memutuskan apakah memberikan rekomendasi kepada Menteri bahwa suatu obat atau persiapan obat, atau kelompok obat dan persiapan kelompok obat tersedia sebagai manfaat farmasi pada Bagian ini, maka Komite akan memberikan pertimbangan efektivitas dan biaya perawatan yang meliputi penggunaan obat, persiapan atau kelompok obat, dengan membandingkan efektivitas dan biaya perawatan tersebut dengan perawatan alternatif, apakah yang menggunakan obat-obatan, persiapan lain atau tidak. (3B) Tanpa membatasi keumuman sub bagian (3A), di mana perawatan yang melibatkan penggunaan obat tertentu atau persiapan obat, atau kelas obat dan persiapan obat, secara substansial lebih mahal daripada perawatan alternatif, apakah yang melibatkan penggunaan obat-obatan, persiapan lainnya atau tidak, maka Komite: (a) tidak akan merekomendasikan kepada Menteri bahwa obat, persiapan atau kelas obat tersebut tersedia sebagai manfaat farmasi pada Bagian ini kecuali jika Komite puas bahwa perawatan yang disebut pertama, untuk beberapa pasien, memberikan peningkatan yang signifikan dalam keberhasilan atau penurunan toksisitas selama perawatan alternatif, dan (b) jika Komite tidak merekomendasikan kepada Menteri bahwa obat, persiapan atau kelas obat tersedia sebagai manfaat farmasi pada Bagian ini, maka Komite harus mencantumkan pernyataan dalam rekomendasinya bahwa Komite puas sebagaimana dimaksud dalam ayat (a) 6

7 dimasuk kan pada daftar barang yang dapat diganti; NICE akan mulai menetapkan harga obatobatan tahun ini. Dalam konteks pendekatan Indonesia terhadap asuransi kesehatan, perlu dibuat keputusan tentang aspek apa saja dari sistem yang dapat dicakup komite HTA. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dasar mungkin memerlukan kelompok yang sedikit berbeda dari anggota komite dan keahlian untuk teknologi yang digunakan hanya di rumah sakit. Namun, dalam contoh pertama dianjurkan ada komite HTA tunggal untuk menetapkan proses dan standar untuk pengambilan keputusan. Kebanyakan komite HTA yang memberikan saran terkait asuransi melakukan pertemuan selama beberapa kali dalam setahun. NICE kini memiliki 4 komite penilaian, yang setiap bulannya mengadakan pertemuan. Di Australia, PBAC dan MSAC masing-masing mengadakan pertemuan minimal 3 kali setahun. Akan tetapi, pertemuan-pertemuan tersebut perlu didukung oleh struktur yang memadai seperti unit atau sekretariat dalam Kemenkes. Keputusan tentang peran setiap unit pendukung di Kementerian Kesehatan perlu dibuat. Walaupun staf di unit tersebut dituntut mempunyai keterampilan dan keahlian yang relevan dalam HTA, akan tetapi tidak biasa bagi Kementerian untuk benar-benar melaksanakan semua penilaian, terutama dikarenakan beban kerja mereka. (sebagai contoh, agenda PBAC untuk Maret 2104 mencakup 52 aplikasi untuk produk atau variasi farmasi baru pada daftar yang ada. 104 ) Kemitraan dan hubungan dengan pusat-pusat akademik diperlukan untuk mendukung pekerjaan teknis. Lingkup kerja dan proses Otoritas HTA yang mapan di seluruh dunia semua telah mengalami pekembangan dari waktu ke waktu, hal ini sangat menantang untuk melaksanakan proses HTA yang mencakup semua teknologi dan semua produk HTA yang mungkin sejak awal. Kami sangat menyarankan menerapkan HTA secara bertahap. Farmasi adalah tempat yang paling mudah untuk memulai, ada data, banyak penilaian yang diterbitkan yang dapat digunakan dan disesuaikan untuk kebutuhan lokal, dan karena obat-obatan berkontribusi paling sedikit 30% terhadap pengeluaran kesehatan, maka manajemen biaya obat-obatan akan membuat perbedaan besar untuk keberlanjutan dan keterjangkauan dari skema asuransi. Proses HTA yang dipilih akan tergantung pada ketersediaan keterampilan dan kapasitas, dan oleh karena itu perlu ada inventarisasi: Pusat-pusat akademik mana yang saat ini memililki kapasitas dan keterampilan yang relevan? Apakah ada hubungan antara Kemenkes dengan pusat-pusat ini? Kebijakan untuk mengurangi dan mengelola konflik kepentingan, keuangan dan akademik. Pada awalnya, Komite HTA perlu menetapkan pedoman untuk informasi yang perlu mereka tinjau. Ada banyak model internasional yang dapat disesuaikan, tetapi versi pertama haruslah sederhana dan tidak menerapkan pemodelan ekonomi yang rumit karena hal ini membutuhkan kapasitas tingkat tinggi untuk melakukan evaluasi dan penilaian secara kritis. Pemerintah Indonesia mungkin perlu mengupayakan nasihat atau saran dari sejumlah lembaga HTA yang telah ada untuk memperoleh pendekatan terbaik dalam menetapkan pedoman sendiri. 104 See: 7

8 Komite HTA juga dapat: Mengevaluasi data pemanfaatan untuk konsumsi dan pengeluaran, tinjauan pemanfaatan, analisis Pareto, pemilihan, umpan balik terhadap keputusan pemilihan dan penetapan harga. Mengembangkan kapasitas EBM untuk menilai pedoman klinis melalui hubungan dengan Cochrane Collaboration, Guidelines International Network dan lain-lain. Prasyarat keberhasilan adalah: kemauan dan dukungan politik teknologi informasi inventarisasi kapasitas akademik nasional, identifikasi ahli hubungan dengan organisasi yang relevan (Cochrane, GIN, HTAi, dll.) hubungan dengan lembaga-lembaga lain secara regional misalnya di Thailand, Filipina, Australia, Singapura, Korea Selatan. Pendanaan dan sumber daya Pendanaan dan sumber daya yang dibutuhkan akan tergantung pada banyak keputusan yang disebutkan di atas. Namun, sebagai panduan, perkiraan minimum mungkin meliputi: pendanaan untuk 20 staf profesional kesehatan purna waktu di Kementerian dukungan untuk pengembangan kapasitas dan pelatihan dukungan untuk akses ke sumber daya elektronik (seperti Cochrane Library dan database lainnya) serta jaringan internasional, seperti HTAi dukungan untuk keterlibatan kelompok-kelompok akademik, misalnya melalui pengaturan kontrak untuk mempersiapkan laporan Penapisan Teknologi Kesehatan (HTA) pendanaan yang memadai untuk melibatkan para ahli di Komite (hal ini akan tergantung pada apa yang saat ini diterima secara lokal; misalnya, NICE membayar pengeluaran tetapi tidak ada upah; Australia membayar sebagian gaji- untuk para anggota komitenya.) Salah satu komponen penting adalah pelatihan untuk anggota komite. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk komite baru, perlu waktu dalam menetapkan metode kerja secara efisien dan konsisten. Ada model-model pendekatan pelatihan yang dapat digunakan, dari WHO bekerja sama dengan kelompok akademisi dari Australia dan Inggris (yang terakhir diterapkan di Filipina dan Brunei) atau NICE International (misalnya Cina dan Kolombia), tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan oleh Komite. 8

Sekilas Tentang Penilaian Teknologi Kesehatan

Sekilas Tentang Penilaian Teknologi Kesehatan Sekilas Tentang Penilaian Teknologi Kesehatan Penilaian Teknologi Kesehatan/HTA adalah suatu analisis yang terstruktur dari teknologi kesehatan, dan hal yang berhubungan teknologi kesehatan yang dgunakan

Lebih terperinci

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indo

2017, No Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indo No.1880, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Jaminan Kesehatan Nasional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HEALTH

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers atau pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan itu dapat berhasil dalam implementasinya.

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut World Health Organization (WHO, 2005). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Depkes,

Lebih terperinci

Pasien dan Masyarakat sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar Internasional

Pasien dan Masyarakat sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar Internasional Pasien dan Masyarakat sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar Internasional Bagian Terakhir dari IV Artikel: Melibatkan Pasien Masyarakat di Tingkat Organisasi dan Lingkungan Prof. dr. Adi Utarini,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII. KEBERLAKUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN AUDIT KEPERAWATAN A. Pengertian Definisi standar audit klinik menurut National Institute for Clinical Excellence (NICE) yakni merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan

Lebih terperinci

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin Lola Amelia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara resmi diimplementasikan pada 1 Januari 2014 silam. Untuk kepesertaan per September 2015, total ada 146,

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA PADA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dari sisi pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dari sisi pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakangan ini dunia medis mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik dari sisi pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam bidang obat-obatan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

Intervensi Kebijakan Yang Memiliki Dampak Jangka Panjang Terhadap Retensi Tenaga Kesehatan Di Daerah Terpencil: Sebuah Tinjauan Sistematis

Intervensi Kebijakan Yang Memiliki Dampak Jangka Panjang Terhadap Retensi Tenaga Kesehatan Di Daerah Terpencil: Sebuah Tinjauan Sistematis Intervensi Kebijakan Yang Memiliki Dampak Jangka Panjang Terhadap Retensi Tenaga Kesehatan Di Daerah Terpencil: Sebuah Tinjauan Sistematis Ferry Efendi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga fefendi@indonesiannursing.com

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DOSEN PEMBIMBING: Dr. DARMAWANSYAH, SE, MS. HEALTH CARE PROFESSIONALS (TENAGA PROFESI PELAYANAN KESEHATAN) KENNETH R. PUTIH, PH.D., FACHE, DAN DOLORES G. CLEMENT, DR.PH Presented

Lebih terperinci

BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP)

BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP) BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP) GAMBARAN UMUM Memberikan pelayanan prima kepada pasien menuntut adanya kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan ini dalam sebuah rumah sakit dapat

Lebih terperinci

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek 2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Cilacap. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Focus Group Discusion

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ABSTRAK TUJUAN METODE

ABSTRAK TUJUAN METODE Mengevaluasi Profesionalisme dan Keterampilan Interpersonal dan Komunikasi: Menerapkan Instrumen Evaluasi 360-Derajat pada Program Dokter Magang Anestesiologi. ABSTRAK TUJUAN Untuk menerapkan instrumen

Lebih terperinci

PESAN POKOK BAGAIMANA MENINGKATKAN PENDANAAN DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS?

PESAN POKOK BAGAIMANA MENINGKATKAN PENDANAAN DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS? POLICY BRIEF 01 PESAN POKOK BAGAIMANA MENINGKATKAN PENDANAAN DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS? Peningkatan pendanaan daerah untuk penanggulangan HIV dan AIDS menjadi sangat pen ng dengan berkurangnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterapkannya aturan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tanggal 1 Januari 2014 menuntut agar rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya.

Lebih terperinci

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat Praktisi status akreditasi sebagai mengunjungi petugas medis (apapun namanya) pada setiap lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat praktek mereka. Praktisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan telah menghantarkan tantangan persaingan dan lingkungan yang kompetitif bagi industri rumah sakit di

Lebih terperinci

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA Semua pasien mengaku untuk perawatan di Rumah Sakit oleh seorang ahli penyakit kaki akan menerima penilaian medis dasar yang sama seperti pasien yang dirawat di layanan lain, dan anggota dokter, pada pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi

Lebih terperinci

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) Dosen : Christian Ramos Kurniawan C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) 1-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield,

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi aktif pasien dalam pelayanan kesehatan telah diakui secara internasional sebagai kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMENT) DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/133/2016 TENTANG PENGELOLA HIBAH GLOBAL ALLIANCE FOR VACCINE AND IMMUNIZATION (GAVI) KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit di Indonesia dari sisi pertumbuhan jumlahnya terus meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Industri rumah sakit mengalami

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akreditasi internasional merupakan konsep keselamatan pasien menjadi salah satu penilaian standar sebuah rumah sakit. Keselamatan pasien (patient safety) telah menjadi

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV & AIDS

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV & AIDS MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV & AIDS JUM AT, 8 APRIL 2016 DI JAVA TEA HOUSE, YOGYAKARTA KEBIJAKAN TERKAIT MONEV PROGRAM PENANGGULANGAN HIV&AIDS SECARA NASIONAL, MONEV PLAN PROGRAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada era globalisasi berkembang sebagai industri padat karya, padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan Sumber Daya

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor RI N G K ASA N KEG IATA N MARET 20 22, 2017, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota I.PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/184/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/184/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/184/2015 TENTANG PENGELOLA HIBAH GLOBAL ALLIANCE FOR VACCINE AND IMMUNIZATION (GAVI) KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma

Lebih terperinci

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL MISI APACMED: Misi kami adalah meningkatkan standar perawatan melalui kolaborasi inovatif di kalangan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA Menimbang : Bahwa

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh pasien, serta kondisi ekonomi dan finansial dari pasien, yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh pasien, serta kondisi ekonomi dan finansial dari pasien, yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Faktor primer yang harus dipikirkan adalah kondisi pasien ketika masuk ke ICU, harapan hidup pasien setelah dirawat di ICU, teknologi dan fasilitas apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes MANAGED CARE (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 3 Januari 2014 1 tujuan 1. Memahami konsep managed care 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN Pasal 106 NO. 36 TAHUN 2009 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat

Lebih terperinci

Pedoman AHS / AAN adalah hasil dari pencarian sistematis, review ahli, dan sintesis rel- Evant bukti untuk perawatan pencegahan episodik migrain.

Pedoman AHS / AAN adalah hasil dari pencarian sistematis, review ahli, dan sintesis rel- Evant bukti untuk perawatan pencegahan episodik migrain. Pedoman AHS / AAN adalah hasil dari pencarian sistematis, review ahli, dan sintesis rel- Evant bukti untuk perawatan pencegahan episodik migrain. Bukti diidentifikasi dalam merumuskan pedoman sebelumnya

Lebih terperinci

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS) TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS) STANDAR EP DOKUMEN KETERANGAN Pemilik menetapkan regulasi yang mengatur a) sampai dengan g) yang ada di dalam maksud dan tujuan yang dapat berbentuk corporate by-laws, peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 43

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 43 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 43 ayat 1 menjelaskan bahwa Rumah Sakit wajib melaksanakan standar keselamatan pasien. Standar

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

MATA KULIAH: Manajemen Obat

MATA KULIAH: Manajemen Obat MATA KULIAH: Manajemen Obat Kode : KUI 658 Kredit : 2 SKS Satus mata kuliah : Wajib Semester : 2 Jumlah jam dan pembagian: 24 jam kuliah untuk 12 topik, 2 jam mid-term dan 2 jam ujian ( 2 SKS) Pengampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat yang rasional didefinisikan sebagai suatu kondisi jika pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, baik dilihat dari regimen

Lebih terperinci

PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION

PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION Dr.dr.Sutoto,M.Kes KARS CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap)

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) LAMPIRAN 5 PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) 125 Pendahuluan Ulasan berikut ini menjelaskan secara ringkas cara menggunakan

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Agnes Murniati, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Agnes Murniati, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri rumah sakit saat ini mengalami persaingan yang ketat dengan semakin mudahnya perizinan pendirian rumah sakit swasta. Lokasinya pun saat ini sudah tidak lagi

Lebih terperinci

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, JANUARI FEBRUARI 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah

Lebih terperinci

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership Risalah Kebijakan Mei 2017 PRAKTIK-PRAKTIK EFEKTIF REFORMASI KURIKULUM DI ASIA Pengantar Keadilan sosial dan Kesetaraan Pendahuluan Mekanisme Transisi untuk Reformasi Kurikulum Pendorong Perubahan Kesimpulan

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP

BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP 15 BAB 2 DESKRPSI SEWELLS GROUP 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sewells group memiliki suatu rangkaian sejarah yang mengalami perkembangan secara signifikan dari tahun ke tahunnya. Perkembangan yang terjadi

Lebih terperinci

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN Bab 7 EKONOMI KESEHATAN EKONOMI Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan,

Lebih terperinci

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Form. 04 FISPH /FISCM PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Pengantar Tujuan dari penilaian mandiri ini adalah untuk membantu Anda menemukan tingkat kompetensi Anda terhadap dimensi kunci pengajaran

Lebih terperinci

Apakah Australia Awards Scholarships? Australia Awards di Indonesia. Australia Awards Indonesia

Apakah Australia Awards Scholarships? Australia Awards di Indonesia. Australia Awards Indonesia Apakah kamu ingin menjadi generasi pemimpin global berikutnya dan menciptakan perubahan di lingkungan profesional dan masyarakat? Australia Awards Scholarships menawarkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

GLOBAL ADVOCACY PLATFORM

GLOBAL ADVOCACY PLATFORM GLOBAL ADVOCACY PLATFORM 2 PENDAHULUAN Platform advokasi global (The Global Advocacy Platform) dibentuk untuk mendukung upaya advokasi yang dilakukan oleh IIA, chapter, sukarelawan, anggota, pemangku kepentingan

Lebih terperinci