6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA"

Transkripsi

1 Semua pasien mengaku untuk perawatan di Rumah Sakit oleh seorang ahli penyakit kaki akan menerima penilaian medis dasar yang sama seperti pasien yang dirawat di layanan lain, dan anggota dokter, pada pengaturan oleh ahli penyakit kaki, harus menentukan risiko dan efek dari semua pengobatan yang diusulkan atau prosedur bedah pada status kesehatan umum pasien. Di mana muncul perselisihan mengenai pengobatan yang diusulkan antara anggota dokter dan ahli penyakit kaki berdasarkan faktor medis atau bedah di luar lingkup lisensi dari ahli penyakit kaki, pengobatan akan dihentikan sejauh mungkin sementara perselisihan diselesaikan oleh layanan yang sesuai. 6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS PENDAFTARAN Psikolog yang merupakan Anggota Staf Medis mungkin tidak mengakui pasien ke Rumah Sakit. 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA KEADAAN (a) Keadaan Diperlukan: Mengikuti prosedur di bagian 6.6-2, hak istimewa sementara dapat diberikan kepada seorang praktisi ketika: i. Ada kebutuhan perawatan pasien mendesak yang didokumentasikan secara khusus yang mengamanatkan otorisasi langsung untuk praktek sebagaimana ditentukan oleh Kepala Pelayanan, Presiden Staf Medis dan Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit, atau yang ditunjuk olehnya. Hak istimewa tersebut dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, tidak lebih dari 120 hari, sedangkan informasi terpercaya penuh diverifikasi dan disetujui. Orang

2 tersebut dapat menyediakan cakupan, untuk jangka waktu yang tidak melebihi jangka waktu tertentu. ii. Pemohon untuk keanggotaan Staf Medis atau hak istimewa telah menyelesaikan aplikasi, sumber utama verifikasi/ pengolahan telah diselesaikan oleh Staf Pelayanan Medis, dan pemohon menunggu tinjauan, rekomendasi dan persetujuan oleh Staf Medis terorganisir dan badan pimpinan. Pemohon tidak dapat dipertimbangkan untuk disetujui sementara dalam situasi ini jika ada tantangan keberhasilan saat ini atau sebelumnya untuk lisensi atau pendaftaran, penghentian secara sengaja keanggotaan medis staf atau pembatasan, pengurangan, penolakan atau hilangnya hak istimewa klinis di lembaga lain, atau pola yang tidak biasa atau jumlah tindakan kewajiban profesional berlebihan yang menghasilkan keputusan final melawan pemohon. (b) Hak Istimewa Mengunjungi Sementara: Atas permintaan tertulis oleh Kepala Pelayanan, seorang praktisi tepat berlisensi yang bukan merupakan pemohon untuk keanggotaan dapat diberikan hak istimewa sementara untuk perawatan satu atau lebih pasien yang spesifik setelah memenuhi keadaan yang tercantum dalam bagian ini. Hak istimewa tersebut harus dibatasi agar tidak lebih dari tiga puluh (30) hari selama setahun kalender asalkan prosedur yang dijelaskan dalam Pasal telah diikuti APLIKASI DAN TINJAUAN (a) Setelah menerima pendaftaran lengkap dari praktisi berwenang untuk melakukan praktek di Maryland, Badan Pimpinan, bertindak melalui Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit atau

3 yang ditunjuk olehnya, dapat memberikan hak istimewa sementara khusus untuk periode waktu tertentu untuk seorang praktisi yang memiliki kualifikasi, kemampuan dan penilaian, konsisten dengan peraturan tersebut, dan sesuai dengan hukum negara, tetapi hanya ketika Presiden Staf Medis, setelah meninjau berkas pemohon dan berkonsultasi dengan Kepala Pelayanan yang tepat, membuat rekomendasi yang menguntungkan untuk memberikan hak istimewa tertentu untuk jangka waktu tertentu. (b) Jika praktisi meminta hak istimewa sementara di lebih dari satu layanan, persetujuan tertulis harus pertama diperoleh dari kepala pelayanan yang sesuai kepala dan diteruskan kepada Presiden Staf Medis dan Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit KEADAAN UMUM (a) Semua praktisi yang meminta atau menerima hak istimewa sementara harus terikat oleh Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Perundangan dan kebijakan Staf Medis. (b) Jika diberikan hak istimewa sementara, praktisi harus bertindak di bawah pengawasan kepala pelayanan yang telah ditetapkan praktisi, dan harus memastikan bahwa kepala, atau yang ditunjuk Chief, terus diinformasikan dengan erat untuk kegiatannya dalam Rumah Sakit. (c) Hak istimewa sementara secara otomatis akan berakhir pada akhir jangka waktu yang ditetapkan, kecuali dibatalkan sebelumnya oleh Komite Eksekutif Medis atas rekomendasi dari kepala pelayanan atau Komite Kredensial. (d) Persyaratan untuk monitoring dapat dikenakan pada istilah-istilah yang mungkin sesuai dalam situasi saat setiap praktisi diberikan

4 hak istimewa sementara oleh Badan Pimpinan, bertindak melalui Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit atau yang ditunjuknya, setelah berkonsultasi dengan kepala pelayanan atau yang ditunjuknya. (e) Hak istimewa sementara dapat segera diakhiri setiap saat oleh Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit atau Presiden Staf Medis. Dalam kasus tersebut, Kepala pelayanan yang sesuai menugaskan dirinya sendiri atau Anggota Staf medis untuk memikul tanggung jawab seperti untuk perawatan pasien praktisi. Keinginan pasien harus dipertimbangkan dalam pemilihan penggantian Anggota Staf Medis. (f) Seorang praktisi tidak berhak dalam hak prosedural yang diberikan oleh Pasal 12 karena permintaan untuk hak istimewa sementara ditolak atau karena seluruh atau sebagian dari hak istimewa sementara dihentikan atau ditangguhkan. 6.7 HAK ISTIMEWA BENCANA HAK ISTIMEWA BENCANA Praktisi yang bukan anggota staf medis dari Pusat Kesehatan Universitas Maryland bencana (didefinisikan sebagai semua bencana yang dinyatakan secara resmi, apakah itu lokal, negara bagian atau nasional), yang mana rencana pengelolaan darurat lembaga telah diaktifkan. (a) Dalam kasus bencana, Presiden/ Kepala Pegawai Eksekutif, atau yang ditunjuknya (termasuk Komandan Insiden), setelah konferensi dengan Presiden Staf Medis (atau yang ditunjuknya) memiliki wewenang untuk memberikan hak istimewa bencana yang berlaku dalam situasi untuk praktisi, terlepas dari apakah dia adalah anggota dari Staf medis atau

5 bukan atau telah digambarkan hak istimewa klinis. Setelah kepatuhan dengan perintah dari Dokter di Acara Kebijakan Bencana, pemberian hak istimewa tersebut didasarkan pada pendapat Presiden Staf Medis (atau yang ditunjuknya) untuk kualifikasi, kompetensi dan pendirian etika praktisi untuk pelaksanaan yang tepat hak istimewa bencana sementara. Hak istimewa bencana ini hanya akan untuk periode yang diperlukan untuk durasi bencana saja. 6.8 HAK ISTIMEWA DARURAT Dalam keadaan darurat, setiap praktisi akan diizinkan untuk melakukan apapun yang cukup mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien atau untuk menyelamatkan pasien dari bahaya serius. Orang-orang tersebut akan segera menghasilkan perawatan untuk anggota pelayanan yang sesuai dari staf medis ketika orang-orang tersebut menjadi cukup tersedia. 6.9 PROSEDUR BARU ATAU EKSPERIMEN Seorang praktisi mungkin tidak melakukan atau menggunakan prosedur baru, yang belum pernah dicoba atau belum terbukti, pengobatan, instrumen atau item peralatan ("Prosedur Baru") sampai diberikan hak istimewa sesuai klinis yang sama. Prosedur baru adalah mereka yang tidak dapat dengan mudah diturunkan atau diperluas dari prosedur atau keterampilan yang sudah diterima sebelumnya. Sebuah aktivitas eksperimental yang belum dicoba (obat eksperimen, prosedur diagnostik, tes, prosedur operasi, terapi atau sebagainya) dapat dilakukan di Rumah Sakit, disediakan protokol eksperimental spesifik dan komprehensif untuk kegiatan eksperimental yang telah disetujui oleh Badan Tinjauan institusi yang sesuai, atau badan yang setara dari Universitas Maryland di Baltimore. Semua kegiatan eksperimental merupakan tanggung jawab Kepala Pelayanan PROSES TANPA HAK

6 Dalam hal prosedur atau protokol eksperimental baru tidak disetujui atau semua hak istimewa klinis yang dibutuhkan keduanya tidak diberikan, hak-hak prosedural sesuai Pasal 12 tidak akan berlaku HAK ISTIMEWA PELATIHAN KHUSUS UMUM Hak istimewa pelatihan khusus adalah hak istimewa klinis diperpanjang untuk waktu yang singkat untuk praktisi yang bukan merupakan anggota Staf Medis atau bermaksud untuk mengajukan permohonan keanggotaan staf medis, tapi tertarik dalam pelatihan di bawah anggota fakultas Pusat Kesehatan Universitas Maryland untuk prosedur tertentu PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN Agar memenuhi syarat untuk hak istimewa pelatihan khusus, praktisi harus memegang surat izin untuk praktek disiplinnya di Negara Bagian Maryland, atau dalam kasus praktisi yang berada di wilayah hukum lain, dia harus dinyatakan memenuhi persyaratan hukum praktek kedokteran, kedokteran gigi, penyakit kaki atau psikologi dalam negara ini sebagai berikut: (a) Memegang lisensi saat ini untuk melakukan praktek kedokteran di wilayah hukum lain, dalam hal ini hak istimewa pelatihan khusus diberikan sesuai dengan bagian ini harus dibatasi oleh persyaratan bahwa praktek dokter di Pusat Medis dilakukan di bawah pengawasan seorang anggota Staf Medis aktif; atau (b) Menghasilkan sertifikat asuransi kewajiban profesional sesuai dengan batas-batas yang disepakati setiap tahun oleh Dewan;

7 (c) Memberikan nama-nama lembaga medis di mana dia memegang hak istimewa saat ini; (d) Setuju untuk mematuhi Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Perundangan Organisasi Staf Medis; dan (e) Sesuai dengan Badan Asuransi Kualitas Dokter Maryland untuk melakukan praktek seperti yang diminta PROSEDUR DAN PEMBATASAN Atas rekomendasi dari Kepala Pelayanan yang bersangkutan dan Presiden staf medis yang secara khusus digambarkan bahwa hak istimewa klinis akan diberikan, Kepala Pegawai Eksekutif, atau yang ditunjuknya mungkin dalam keadaan khusus memberikan hak istimewa pelatihan khusus yang disarankan pada kasus dasar tertentu atau pada waktu terbatas, seperti jangka waktu tidak melebihi tiga puluh (30) hari. Hak istimewa klinis yang kemudian diberikan tidak melebihi yang diberikan oleh lembaga medis di mana Praktisi memegang afiliasi utama HAK PROSEDURAL Penolakan hak istimewa pelatihan khusus yang diminta tidak memberi hak individu yang meminta hak istimewa tersebut kepada setiap hak-hak prosedural yang diberikan dalam Anggaran Rumah Tangga MODIFIKASI HAK ISTIMEWA KLINIS ATAU TUGAS PELAYANAN Pada rekomendasi sendiri atau atas Komite Kredensial, Kepala Pelayanan, Komite Eksekutif Medis mungkin merekomendasikan perubahan dalam hak istimewa klinis dari anggota. Komite eksekutif medis juga dapat merekomendasikan pemberian hak istimewa tambahan untuk anggota staf

8 medis saat ini, seperti yang diatur dalam Pasal (b), dibuat tunduk pada pemantauan. Aksi rekomendasi tersebut harus mengikuti prosedur substansial sebagaimana diatur dalam Pasal SELANG APLIKASI Jika anggota staf medis meminta modifikasi hak istimewa klinis atau pelayanan gagal disediakan, secara tepat waktu, informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi permintaan, aplikasi akan otomatis dilewati, dan pemohon tidak akan memiliki hak prosedural berdasarkan Pasal TELEMEDIKA Telemedika melibatkan penggunaan komunikasi elektronik atau teknologi komunikasi lainnya untuk memberikan atau mendukung perawatan klinis jarak jauh. Praktisi yang membuat sebuah diagnosis (tidak termasuk orangorang yang memberikan pembacaan resmi gambar, menjiplak, atau spesimen melalui pelayanan yang dikontrak) atau memberikan perawatan klinis untuk pasien di Pusat Kesehatan Universitas Maryland yang terpercaya dan istimewa melalui mekanisme staf medis diatur dalam Pasal 6 Anggaran Rumah Tangga. Lembaga ini dapat menggunakan informasi kredensial dari situs jauh (di mana praktisi berada) jika dikatakan bahwa situ merupakan fasilitas terakreditasi Komisi Bersama lainnya, yang memenuhi standar yang sama sebagaimana diatur dalam Pasal 6. Keputusan untuk menggambarkan hak istimewa akan dilakukan oleh lembaga ini. Pertimbangan pemanfaatan yang tepat dari peralatan telemedika oleh praktisi telemedika termasuk dalam keputusan keistimewaan klinis.

9 PASAL 7. PEGAWAI 7.1 PEGAWAI STAF MEDIS IDENTIFIKASI Para pegawai dari staf medis akan menjadi Presiden, Presiden terpilih, Mantan Presiden langsung dan Sekretaris Bendahara KUALIFIKASI Pegawai harus merupakan anggota aktif staf medis untuk minimal tiga (3) tahun berturut-turut pada saat pencalonan dan pemilihan mereka, dan harus meninggalkan anggota tersebut dalam performa yang baik selama masa jabatannya. Calon untuk kantor harus menunjukkan kemampuan eksekutif dan administrasi melalui pengalaman dan partisipasi yang konstruktif sebelum kegiatan staf medis dan diakui oleh rekan-rekan mereka untuk kompetensi dan keterampilan kepemimpinan klinis mereka. Anggota hanya dapat menangani satu kantor pada satu waktu NOMINASI Nominasi harus dilakukan oleh Komite Urusan Administrasi atau dari lantai pada saat Rapat Tahunan, memberikan persetujuan calon. Nominasi dari Komite Urusan Administrasi disampaikan atau

10 dikirimkan kepada anggota yang berhak untuk memilih setidaknya empat belas (14) hari sebelum pemilihan PEMILIHAN (a) Pegawai akan dipilih pada Rapat Staf Medis Tahunan (musim semi) (kecuali bahwa Presiden terpilih otomatis akan berhasil ke kantor Presiden pada akhir masa jabatannya sebagai Presiden terpilih atau lainnya seperti yang ada dalam dokumen). Hanya anggota aktif staf medis berhak untuk memilih. (b) Dalam hal tiga atau lebih calon, tanpa ada calon yang menerima suara mayoritas, calon dengan perolehan suara paling sedikit akan turun dari daftar. Pemungutan suara berturut-turut, menghilangkan nama kandidat dengan suara paling sedikit dari masing-masing daftar calon, akan berlanjut sampai suara mayoritas tercapai untuk satu kandidat MASA PEGAWAI TERPILIH Kecuali sebagaimana diatur dalam ayat di atas, masing-masing pegawai akan melayani dua (2) tahun masa jabatan, dimulai pada hari pertama bulan Juli setelah pemilihannya. Masing-masing pegawai akan melayani di setiap kantor sampai akhir masa jabatannya, atau sampai penerus terpilih, kecuali dia mengundurkan diri atau diberhentikan dari jabatannya PEMBERHENTIAN PEGAWAI Pemberhentian pegawai staf medis atas kegagalan melakukan tugasnya dalam cara yang tepat dapat dimulai oleh dua pertiga suara dari Komite Eksekutif Medis, dengan petisi yang ditandatangani oleh setidaknya sepertiga dari jumlah total anggota staf medis yang berhak untuk

11 memilih pegawai atau Badan Pemerintahan. Pemberhentian harus dipertimbangkan pada pertemuan khusus dari staf medis yang dipanggil untuk tujuan itu. Pemberhentian akan memerlukan dua pertiga suara dari anggota staf medis yang memenuhi syarat untuk memilih pegawai staf medis yang benar-benar memberikan suara di pertemuan khusus baik secara langsung atau melalui surat suara PEMBERHENTIAN OTOMATIS PEGAWAI Seorang pegawai yang diyakini melakukan kejahatan (bahkan jika dalam proses banding), atau suspensi, batasan, atau pemberhentian status staf aktif, otomatis menghasilkan penghapusan pegawai dari kantor LOWONGAN DI KANTOR TERPILIH Lowongan di kantor terjadi setelah kematian, kecacatan, pengunduran diri pegawai atau pemberhentian menurut atau Lowongan, selain itu dari Presiden staf medis, akan diisi dengan perjanjian oleh Komite Eksekutif Medis sampai pemilihan reguler berikutnya. Jika ada lowongan di kantor Presiden staf medis, maka Presiden terpilih akan melayani sisa jangka dan penggantian tersebut tidak akan menghalangi Presiden terpilih dari asumsi kantor Presiden dalam tujuan normal. 7.2 TUGAS PEGAWAI PRESIDEN STAF MEDIS Presiden staf medis harus melayani sebagai kepala pegawai staf medis. Tugas Presiden staf medis meliputi, tetapi tidak terbatas pada:

12 (a) menegakkan Anggaran Rumah Tangga staf medis dan peraturan dan perundangan, menerapkan sanksi di tempat yang ditentukan, dan mempromosikan kepatuhan dengan perlindungan prosedural di mana tindakan korektif telah diminta atau dimulai; (b) memanggil, memimpin, dan bertanggung jawab untuk semua agenda pertemuan staf medis; (c) melayani sebagai anggota dan ketua komite eksekutif medis; (d) melayani sebagai anggota karena jabatan semua komite staf medis lainnya. Sebagai anggota karena jabatan dari komite tersebut, Presiden staf medis tidak akan memiliki suara, kecuali dirinyanya memberikan suara di komite tertentu jika diperlukan oleh peraturan ini; (e) berinteraksi dengan Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit dan Badan Pemerintahan dalam segala hal dari kepedulian bersama dalam Rumah Sakit; (f) menunjuk dari staf medis, dalam konsultasi dengan komite eksekutif medis, anggota komite untuk semua staf medis yang berdiri dan khusus, penghubung, komite perluasan Rumah Sakit atau multi-disiplin, kecuali ditentukan lain oleh peraturan ini dan, kecuali dinyatakan, menunjuk ketua komite tersebut; (g) mewakili pandangan dan kebijakan dari staf medis untuk badan pemerintahan dan Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit; (h) menjadi juru bicara staf medis di situasi hubungan profesional dan publik; (i) melakukan fungsi-fungsi lain seperti dapat ditugaskan oleh peraturan ini, staf medis atau Komite Eksekutif Medis;

13 (j) melayani di komite hubungan dengan Badan Pemerintahan dan Manajemen, serta lembaga perizinan atau akreditasi luar; (k) pelaporan, melalui ketuanya, dengan staf medis pada setiap pertemuan staf medis biasa PRESIDEN TERPILIH Presiden terpilih akan menanggung semua tugas dan wewenang Presiden staf medis selama tidak adanya atau ketidakmampuan Presiden staf medis dan lainnya sebagai mana diebutkan dalam dokumen. Presiden terpilih harus menjadi anggota Komite Eksekutif Medis dan akan melakukan tugas lain sebagai Presiden staf medis yang dapat menetapkan atau dapat didelegasikan oleh Anggaran Rumah Tangga Staf Medis atau oleh Komite Eksekutif Medis SEKRETARIS-BENDAHARA Sekretaris Bendahara akan menjadi anggota Komite Eksekutif Medis. Tugas Sekretaris Bendahara meliputi, tetapi tidak terbatas pada: (a) memelihara daftar anggota; (b) menjaga, atau menyimpan, waktu yang akurat dan lengkap dari semua rapat Komite Eksekutif Medis dan staf medis; (c) menghubungi, atau menyebabkan untuk dipanggil, pertemuan di urutan Presiden staf medis atau Komite Eksekutif Medis; (d) menghadiri semua korespondensi yang tepat dan pemberitahuan atas nama staf medis; (e) menerima dan menjaga semua dana dari staf medis;

14 (f) melaksanakan tugas lain seperti biasanya berhubungan dengan kantor atau yang mungkin ditugaskan dari waktu ke waktu oleh Presiden Staf Medis atau Komite Eksekutif Medis MANTAN PRESIDEN LANGSUNG Mantan Presiden langsung harus menjadi anggota Komite Eksekutif Medis dan Komite Urusan Administrasi. Dia akan menganggap tugas tugas lain dan bertanggungjawab terhadap yang ditugaskan kepadanya oleh Presiden staf medis. PASAL 8. KOMITE 8.1 KOMITE STAF MEDIS Komite staf medis harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pertemuan staf medis sebagai komite keseluruhan, pertemuan layanan dan divisi, pertemuan komite ditetapkan berdasarkan Pasal 8, dan pertemuan khusus atau komite yang dibuat khusus oleh Komite Eksekutif Medis atau oleh pelayanan. Komite yang dijelaskan dalam Pasal ini akan menjadi komite berdiri dari staf medis. Komite khusus atau ad hoc mungkin dibuat oleh Komite Eksekutif Medis untuk melakukan tugas tertentu. Kecuali ditentukan, anggota ketua dan suara dari semua komite staf medis harus merupakan anggota staf medis dan hanya dapat ditunjuk oleh, dan hanya dapat dihapus oleh, Presiden staf medis,

15 setelah berkonsultasi dengan manajemen. Komite staf medis bertanggung jawab kepada Komite Eksekutif Medis. Kecuali ditentukan, Manajemen, setelah berkonsultasi dengan Presiden staf medis, akan menunjuk semua anggota komite yang bukan merupakan anggota staf medis. 8.2 KETENTUAN UMUM MASA ANGGOTA KOMITE Kecuali ditentukan lain, semua ketua komite dan anggota harus ditunjuk untuk masa dua tahun awal, tetapi dapat diangkat kembali untuk hal tambahan. Komite akan menamai wakil ketua, dan sejauh mungkin, persyaratan untuk Ketua dan Wakil Ketua harus mengagetkan untuk memungkinkan kontinuitas. Kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian atau oleh Komite Eksekutif Medis saat membuat komite khusus atau ad hoc, anggota komite yang bukan anggota staf medis, akan menjadi anggota komite karena jabatan tanpa suara PEMBERHENTIAN Jika anggota komite berhenti menjadi anggota dalam performa yang baik dari staf medis, menderita kerugian atau pembatasan yang signifikan dari hak istimewa klinis, atau jika ada tujuan baik lainnya yang muncul, anggota tersebut mungkin diberhentikan dari keanggotaan komite oleh Presiden Staf Medis LOWONGAN Kecuali jika diatur secara khusus, lowongan di setiap komite harus diisi dengan cara yang sama di mana perjanjian asli untuk komite tersebut dibuat; bagaimanapun juga disediakan jika seorang individu yang

16 memperoleh keanggotaan berdasarkan peraturan ini dihapus untuk penyebabnya, penggantinya dapat dipilih oleh Presiden staf medis. 8.3 KOMITE EKSEKUTIF MEDIS KOMPOSISI Komite Eksekutif medis terdiri dari orang-orang sebagai berikut: (a) pegawai yang kemudian melayani dari staf medis dan Mantan Presiden saat ini; (b) kepala pelayanan yang kemudian melayani; (c) kepala pegawai eksekutif Rumah Sakit sebagai anggota tanpa suara karena jabatan; (d) Kepala Pegawai Kesehatan dan Wakil Presiden Senior; (e) Kepala Pegawai Keperawatan dan Wakil Presiden Senior sebagai anggota tanpa suara karena jabatan; (f) Dekan Sekolah Kedokteran sebagai anggota tanpa suara karena jabatan; (g) anggota pengambilan suara tambahan yang dipilih dari keanggotaan staf medis aktif yang akan dicalonkan dan dipilih untuk masa satu (1) tahun dengan cara yang sama dan pada saat yang sama sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan 8 untuk pencalonan dan pemilihan pegawai dan yang bukan pegawai staf medis maupun Kepala Pelayanan yang ditetapkan dalam Pasal (b) sehingga jumlah anggota pengambilan suara terpilih ditambah jumlah pegawai yang bukan Kepala Pelayanan sejumlah lima (5);

17 8.3-2 TUGAS Tugas Komite Eksekutif Medis meliputi, tetapi tidak terbatas pada: (a) mewakili dan bertindak atas nama staf medis di jangka waktu antara pertemuan staf medis, tunduk terhadap keterbatasan yang mungkin dikenakan oleh peraturan ini; (b) mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan profesional dan organisasi dan kebijakan dari staf medis; (c) menerima dan bertindak atas laporan dan rekomendasi dari pelayanan staf medis, divisi, komite, dan kelompok-kelompok kegiatan yang ditugaskan; (d) merekomendasikan tindakan kepada Kepala Pegawai Eksekutif Rumah Sakit dan Badan Pemerintahan dalam hal staf medis; (e) merekomendasikan kepada Badan Pemerintahan struktur staf medis, mekanisme untuk meninjau mandat dan menggambarkan hak istimewa klinis individu, organisasi kegiatan peningkatan kinerja dan mekanisme staf medis, pemberhentian keanggotaan staf medis dan prosedur pemeriksaan yang adil, serta hal-hal lain yang relevan dengan operasi dari staf medis terorganisir; (f) mengevaluasi perawatan medis yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit; (g) berpartisipasi dalam pengembangan semua kebijakan staf medis dan semua kebijakan rumah sakit, praktek dan rencana yang secara langsung mempengaruhi staf medis; (h) meninjau kualifikasi, kredensial, kinerja dan kompetensi profesional dan karakter pemohon dan anggota staf medis dan

18 membuat rekomendasi kepada Badan Pemerintahan mengenai perjanjian staf medis dan perjanjian ulang, tugas pelayanan, divisi, hak istimewa klinis, dan tindakan korektif; (i) (j) mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mempromosikan dan meningkatkan perilaku profesional dan kinerja klinis yang kompeten pada bagian dari semua anggota termasuk inisiasi dan partisipasi dalam staf medis korektif atau langkah-langkah tinjauan ketika diperlukan; mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mengembangkan kegiatan pendidikan berkelanjutan dan program untuk staf medis; (k) membantu dalam memperoleh dan mempertahankan akreditasi Rumah Sakit; (l) menyediakan untuk pengembangan dan pemeliharaan metode untuk perlindungan dan perawatan pasien dan orang lain dalam hal bencana internal atau eksternal; (m) membentuk komite khusus atau ad hoc yang mungkin tampak perlu atau tepat untuk membantu Komite Eksekutif Medis dalam melaksanakan fungsinya dan tugas dari staf medis; (n) meninjau kualitas dan ketepatan pelayanan yang diberikan oleh praktisi yang dikontrak; (o) akuntansi untuk Badan Pemerintahan, dengan laporan tertulis, pada kualitas dan kesesuaian perawatan medis yang diberikan kepada pasien dari Rumah Sakit, termasuk ringkasan temuan tertentu, tindakan dan tindak lanjut;

19 (p) menyajikan kepada Badan Pemerintahan untuk persetujuan, rekomendasi staf medis dunia berkaitan dengan partisipasi staf medis di kegiatan perbaikan kinerja organisasi. (q) meninjau dan mengevaluasi pada laporan secara teratur dari Komite Pendidikan Kedokteran Kelulusan mengenai keselamatan dan kualitas perawatan pasien yang diberikan oleh peserta dalam pendidikan pascasarjana program profesional serta kepatuhan terhadap kebijakan pengawasan. 8.3 KOMITE EKSEKUTIF MEDIS (lanjutan) RAPAT Komite eksekutif medis harus mengadakan rapat setidaknya sepuluh (10) kali dalam setahun dan pada panggilan ketua dan harus memelihara catatan dari proses dan tindakan. Menit dari setiap pertemuan harus tersedia untuk anggota staf medis eksklusif meninjau ulasan jenis bahan manajemen/ kredensial/ kualitas PENYELESAIAN MASALAH Konflik antara staf medis dan Komite Eksekutif Medis (MEC) akan diselesaikan menggunakan mekanisme tertera di bawah ini: Setiap anggota staf dalam kategori aktif dapat menantang setiap kebijakan yang ditetapkan oleh MEC melalui proses berikut: (a) Penyampaian pemberitahuan tertulis kepada Presiden Staf Medis dari tantangan dan dasar untuk tantangan, termasuk perubahan yang direkomendasikan untuk kebijakan.

20 (b) MEC akan membahas tantangan pada pertemuan berikutnya berikut diterimanya pemberitahuan dan menentukan apakah perubahan akan dilakukan untuk kebijakan. (c) Jika perubahan diadopsi, mereka akan dikomunikasikan kepada staf medis, pada saat seperti ketika anggota staf medis dalam kategori aktif dapat mengajukan pemberitahuan tertulis dari setiap tantangan lebih lanjut untuk kebijakan kepada Presiden dari staf medis. Jika tidak ada tantangan lebih lanjut, perubahan yang diadopsi akan tetap. Perubahan tersebut kemudian berakhir. (d) Menanggapi tantangan tertulis, MEC mungkin, tetapi tidak diperlukan untuk, menunjuk sebuah tugas untuk meninjau tantangan dan merekomendasikan perubahan potensial untuk mengatasi masalah yang diangkat. (e) Jika satuan tugas yang ditunjuk, mengikuti rekomendasi dari tugas tersebut, MEC akan mengambil tindakan akhir pada kebijakan. (f) Setelah MEC mengambil tindakan akhir dalam menanggapi tantangan, dengan atau tanpa rekomendasi dari satuan tugas, setiap anggota staf medis dapat mengajukan petisi yang ditandatangani oleh dua puluh lima persen (25%) dari para anggota kategori aktif meminta peninjauan dan kemungkinan perubahan kebijakan. Setelah presentasi dari petisi tersebut, prosedur adopsi sebagaimana diuraikan dalam Pasal 15 akan diikuti. Jika staf medis memberikan suara untuk merekomendasikan langsung ke Badan Pemerintahan sebuah perubahan Anggaran Rumah Tangga atau kebijakan yang berbeda dari apa yang telah direkomendasikan oleh MEC, proses penyelesaian masalah berikut akan diikuti:

21 (a) MEC akan memiliki pilihan untuk menunjuk satuan tugas untuk meninjau rekomendasi berbeda dari MEC dan staf medis, dan merekomendasikan bahasa ke peraturan atau kebijakan yang dapat disepakati baik oleh staf medis dan MEC. (b) Apakah MEC mengadopsi bahasa yang dimodifikasi atau tidak, staf medis masih memiliki kesempatan untuk merekomendasikan secara langsung ke Badan Pemerintahan bahasa alternatif. Jika Badan Pemerintahan menerima perbedaan rekomendasi untuk peraturan atau kebijakan dari MEC dan staf medis, Badan Pemerintahan juga akan memiliki pilihan untuk menunjuk satuan tugas untuk mempelajari dasar dari rekomendasi yang berbeda dan untuk merekomendasikan tindakan yang sesuai dengan Badan Pemerintahan. Apakah Badan Pemerintahan menunjuk satuan tugas, Badan Pemerintahan harus memiliki otoritas akhir untuk menyelesaikan perbedaan antara staf medis dan MEC. Pada setiap titik dalam proses menangani perselisihan antara staf medis dan MEC mengenai peraturan atau kebijakan, staf medis, MEC, atau Dewan Pemerintahan akan masing-masing memiliki hak untuk merekomendasikan pemanfaatan sebuah sumber daya luar untuk membantu dalam mengatasi ketidaksepakatan. Keputusan akhir mengenai apakah memanfaatkan sumber daya luar atau tidak, dan proses yang akan diikuti, adalah tanggung jawab Badan Pemerintahan. Setiap anggota staf di kategori aktif memiliki hak untuk melakukan pemilihan ulang dari pegawai staf medis dengan mengikuti prosedur yang digariskan dalam Pasal dari peraturan ini tentang penghapusan dan pengunduran diri dari kantor KEWENANGAN KOMITE EKSEKUTIF MEDIS

22 MEC akan merekomendasikan peraturan amandemen staf medis untuk persetujuan. MEC akan menyetujui kebijakan dan meneruskannya, sebagai informasi saja, kepada Dewan. Jika staf medis tidak setuju dengan kebijakan yang disetujui oleh MEC, maka dapat memanfaatkan mekanisme penyelesaian masalah. 8.4 KOMITE KREDENSIAL KOMPOSISI Komite kredensial harus terdiri tidak kurang dari tujuh (7) anggota aktif staf medis yang dipilih secara yang akan memastikan, sejauh layak, representasi dari spesialisasi klinis utama dan dua perwakilan tanpa suara dari manajemen TUGAS Komite Kredensial harus: (a) meninjau dan mengevaluasi kualifikasi dari masing-masing praktisi yang melamar penunjukan awal, pengangkatan kembali atau modifikasi dan hak istimewa klinis dan, sehubungan dengan itu, mendapatkan dan mempertimbangkan rekomendasi dari layanan yang sesuai; (b) menyerahkan laporan dan informasi yang diperlukan pada kualifikasi dari masing-masing praktisi yang mengajukan keanggotaan atau hak istimewa klinis tertentu termasuk rekomendasi sehubungan dengan pengangkatan, kategori keanggotaan, pelayanan afiliasi, hak istimewa klinis dan kondisi khusus;

23 (c) menyelidiki, meninjau dan melaporkan hal-hal yang disebut oleh Presiden staf medis atau Komite Eksekutif Medis mengenai kualifikasi, perilaku, karakter profesional atau kompetensi dari setiap pemohon atau staf anggota medis; (d) menyampaikan laporan berkala kepada Komite Eksekutif Medis pada kegiatannya dan status aplikasi tertunda RAPAT Komite Kredensial harus mengadakan rapat setidaknya sepuluh (10) kali dalam setahun dan pada panggilan dari ketuanya. Komite harus memelihara catatan dari proses dan tindakan dan harus melaporkan kepada Komite Eksekutif Medis. 8.5 KOMITE PENGARAH PENINGKATAN KINERJA KOMPOSISI Komite Pengarah Peningkatan Kinerja harus terdiri tidak kurang dari tujuh (7) anggota aktif dari staf medis termasuk yang berikut; Presiden terpilih dari staf medis yang menjabat sebagai Ketua; Wakil Presiden Senior untuk Pelayanan Perawatan Pasien, Wakil Presiden Senior dan Kepala Pegawai Medis, dan Kepemimpinan Senior mewakili Mutu dan Keamanan, Manajemen Risiko, Operasi, Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi TUGAS Tugas dari Komite Pengarah Peningkatan Kinerja meliputi: (a) mengembangkan dan mengawasi pelaksanaan rencana untuk meningkatkan kinerja organisasi meliputi:

24 (i) mengkoordinasikan semua kegiatan perbaikan kinerja; (ii) memfasilitasi kegiatan multidisiplin departemen manajemen mutu; (iii) memprioritaskan upaya perbaikan; (iv) pembentukan tim peningkatan kualitas; (v) pemantauan kinerja organisasi. (b) menetapkan prioritas perbaikan organisasi tahunan; (c) mengkaji data kinerja; (d) mengembangkan dan menjamin pelaksanaan strategi pelatihan mutu organisasi; (e) memastikan kepatuhan dengan standar peraturan (JCAHO, Medicare, NCQA, Negara bagian Maryland); (f) meninjau efektivitas kegiatan peningkatan kinerja setiap tahunnya dan merekomendasikan perbaikan rencana untuk meningkatkan kinerja organisasi RAPAT Komite Pengarah Peningkatan Kinerja harus mengadakan rapat setidaknya sepuluh (10) kali setiap tahun dan pada panggilan ketua dan wajib melaporkan kepada Komite Eksekutif Medis. 8.6 KOMITE BANTUAN PROFESIONAL KOMPOSISI

25 Komite Bantuan Profesional seharusnya terdiri tidak kurang dari tiga (3) anggota aktif dari staf medis, mayoritas dari mereka, termasuk ketua, harus seorang dokter. Anggota tersebut tidak harus mencakup kepala pelayanan atau anggota Komite Kredensial atau Komite Pengarah Peningkatan Kinerja atau salah satu dari subkomite tersebut TUGAS Komite Bantuan Profesional mungkin menerima laporan terkait dengan kesehatan, kesejahteraan atau penurunan anggota dan, karena dianggap tepat, mungkin menyelidiki laporan tersebut. Sehubungan dengan halhal yang melibatkan individu anggota staf medis, komite mungkin, atas dasar sukarela, memberikan saran seperti itu, konseling atau rujukan ke penyedia perawatan yang disetujui, atau rujukan lain yang mungkin tampak tepat. Kegiatan-kegiatan tersebut bersifat rahasia. Dalam hal informasi yang diterima oleh komite, yang dalam penilaian mereka, menunjukkan bahwa penurunan kesehatan atau dikenal dari anggota staf medis menimbulkan risiko bahaya untuk pasien, dan anggota yang menolak untuk mematuhi rekomendasi dari Komite Bantuan Profesional, maka dikatakan bahwa Komite akan melaporkan anggota kepada kepala pelayanan mereka untuk tindakan yang tepat. Komite juga akan mempertimbangkan hal-hal umum yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan staf medis dan, dengan persetujuan dari Komite Eksekutif Medis, mengembangkan program pendidikan atau kegiatan yang berhubungan.

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN SERTIFIKASI KONSULTAN LAKTASI INTERNASIONAL (INTERNATIONAL BOARD OF LACTATION CONSULTANT EXAMINERS) Disetujui 15 September 2017 Nama Perusahaan ini adalah: PASAL I Nama dan

Lebih terperinci

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia,

Lebih terperinci

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab: PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk. (Perseroan) 1. PENGANTAR Dewan Komisaris membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi yang bertugas membantu Dewan Komisaris melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Page 1 of 11 Daftar Isi 1. Organisasi 2. Independensi 3. Tugas dan Tanggung Jawab 4. Pembentukan Komite-Komite 5. Fungsi

Lebih terperinci

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Page 1 of 12 Daftar Isi 1. Organisasi 2. Independensi 3. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 4. Fungsi Direktur Utama 5. Direktur Kepatuhan 6. Rapat 7. Benturan Kepentingan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan PIAGAM KOMISARIS A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan I. Struktur: 1. Dewan Komisaris paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang anggota. Salah satu anggota menjabat sebagai Komisaris Utama dan satu

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Dewan Komisaris... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Waktu

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Mandom Indonesia TBK 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014

Lebih terperinci

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat Praktisi status akreditasi sebagai mengunjungi petugas medis (apapun namanya) pada setiap lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat praktek mereka. Praktisi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I NAMA dan KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Organisasi ini bernama Asosiasi Dewan Editor Indonesia yang disingkat ADEI (2) ADEI adalah organisasi non-pemerintah, non-partisan dan non-profit,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS Pedoman dan Tata Kerja Dewan Komisaris PEDOMAN DAN TATA KERJA Hal 1/11 RINCIAN PEDOMAN DAN TATA KERJA DAFTAR ISI 1.0 Statement of Policy..... 3 2.0 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris.......... 3

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA w w w.bp kp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT UNILEVER INDONESIA TBK I. LATAR BELAKANG Komite Nominasi dan Remunerasi ( Komite ) PT Unilever Indonesia Tbk., ( Perseroan ) adalah komite yang dibentuk dan bertanggung

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi 1. Latar Belakang Sebagai perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia, PT Surya Artha Nusantara Finance ( Perseroan ) memiliki

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011

Lebih terperinci

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan ANGGARAN DASAR SAAT INI ANGGARAN DASAR PERUBAHAN PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan PASAL 3 MAKSUD DAN

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT INSTITUTE- INDONESIA CHAPTER ANGGARAN DASAR. Pasal 1 Nama dan Kantor Pusat.

PROJECT MANAGEMENT INSTITUTE- INDONESIA CHAPTER ANGGARAN DASAR. Pasal 1 Nama dan Kantor Pusat. PROJECT MANAGEMENT INSTITUTE- INDONESIA CHAPTER ANGGARAN DASAR Pasal 1 Nama dan Kantor Pusat. Bab 1. Nama/Perseroan Nirlaba. Organisasi ini dinamakan Project Management Institute - Indonesia Chapter (selanjutnya

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS I. Pengantar Pedoman ini membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Direksi dan Dewan Komisaris di Perseroan, seperti : tugas, wewenang, pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Komite Audit

Pedoman Kerja Komite Audit Pedoman Kerja Komite Audit PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PENDAHULUAN Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan terutama dalam:

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT JASUINDO TIGA PERKASA TBK 1. LANDASAN HUKUM 1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP)

BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP) BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP) GAMBARAN UMUM Memberikan pelayanan prima kepada pasien menuntut adanya kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan ini dalam sebuah rumah sakit dapat

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM Penyusunan Pedoman Dan Kode Etik merupakan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK PENDAHULUAN: Direksi merupakan Organ Perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam melakukan pengurusan dan mengelolan Perseroan untuk

Lebih terperinci

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk KETENTUAN UMUM Pedoman dan Tata Tertib Kerja untuk anggota Direksi PT. Bank Maspion Indonesia Tbk, yang selanjutnya disebut Bank dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT METROPOLITAN LAND TBK

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT METROPOLITAN LAND TBK PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT METROPOLITAN LAND TBK PENDAHULUAN: Dewan Komisaris merupakan Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-54/BL/2012 TENTANG DIREKTUR BURSA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS

PIAGAM DEWAN KOMISARIS I. DASAR HUKUM Penetapan, organisasi, mekanisme kerja, tugas dan tanggung jawab serta wewenang Dewan Komisaris PT Trias Sentosa Tbk ( Perseroan ) sebagaimana yang dinyatakan dalam Piagam ini merujuk ke

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1035, 2017 OMBUDSMAN. Laporan. Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN,

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Mandom Indonesia Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk I. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 35 Ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.617, 2015 KKI. Pelanggaran Disiplin. Dokter dan Dokter Gigi. Dugaan. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (PENYESUAIAN DENGAN POJK) ANGGARAN DASAR SEKARANG. Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10

USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (PENYESUAIAN DENGAN POJK) ANGGARAN DASAR SEKARANG. Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10 ANGGARAN DASAR SEKARANG Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10 6. Apabila Direksi atau Dewan Komisaris lalai untuk menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan, maka 1 (satu) pemegang saham

Lebih terperinci

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN Staf medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter dan dokter gigi memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis

Lebih terperinci

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Ikhtisar Layanan Keterangan Layanan ini ("Keterangan Layanan") ditujukan untuk Anda, yakni pelanggan ("Anda" atau "Pelanggan") dan pihak Dell yang

Lebih terperinci