Diterima editor 29 Februari 2012 Disetujui untuk publikasi 03 April 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diterima editor 29 Februari 2012 Disetujui untuk publikasi 03 April 2012"

Transkripsi

1 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) NLISIS PENGENDLIN DY REKOR PMSR DENGN PENGURN LJU LIR PENDINGIN Iqbal Syafin Noha ndan Widiharto Sihana Jurusan eknik isika akultas eknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika no. Yoyakarta andanftn@yahoo.om Diterima editor 9 ebruari 0 Disetujui untuk publikasi 0 pril 0 BSRK NLISIS PENGENDLIN DY REKOR PMSR DENGN LJU LIR PENDINGIN. Passive ompat Molten Salt Reator (PMSR) merupakan penembanan dari Molten Salt Reator (MSR) yan memiliki karakter berbeda denan lima reaktor enerasi IV lainnya yaitu menunakan bahan bakar leburan aram. Pada reaktor MSR aram lebur tidak diunakan sebaai pendinin tetapi diunakan sebaai medium pembawa bahan bakar. Denan fase bahan bakar yan berupa aram lebur Li-Be -h 4 -U 4 maka dapat dilakukan penendalian daya denan menatur laju aliran bahan bakar dan pendinin. ujuan penelitian ini adalah untuk menetahui penaruh perubahan laju alir pendinin terhadap daya reaktor PMSR. nalisis dilakukan denan empat jenis masukan untuk perubahan laju alir pendinin yaitu masukan step ramp eksponensial dan sinusoidal. Untuk masukan step laju alir pendinin dibuat berubah seara mendadak. Selanjutnya untuk masukan ramp dan eksponensal perubahan laju alir masin-masin dibuat perlahan seara linear dan menikuti funsi eksponensial. Kemudian untuk masukan sinusoidal laju alir berubah naik turun seara periodik denan memvariasikan frekuensi dari perubahan laju alir tersebut. asil penelitian menunjukkan bahwa penurunan laju alir pendinin sebesar 50% dari laju pendinin sebelumnya menyebabkan daya pada reaktor PMSR turun sebesar 6% dari daya sebelumnya. Jika terjadi fluktuasi laju aliran pendinin maka semakin epat perubahan tersebut maka respon daya yan diberikan semakin keil. Pada frekuensi yan sanat epat daya reaktor menjadi konstan dan enderun tidak memiliki respon terhadap laju aliran. al ini merupakan salah satu aspek keselamatan reaktor karena reaktor tidak merespon perubahan yan terlalu epat. Kemampuan reaktor menatur daya menyesuaikan laju aliran pendinin merupakan aspek keselamatan lainnya. Kata kuni : PMSR penendalian daya laju alir pendinin uji respon BSR NLYSIS O POWER ONROL O PMSR USING OOLN LOW. Passive ompat Molten Salt Reator (PMSR) is the development of Molten Salt Reator (MSR) whih has different harater from other five eneration IV reators it uses molten salt as fuel. In MSR the molten salt is not used as oolant but it is used as fuel medium arrier. Due to fuel phase in the form of molten salt of Li-Be-h4-U4 then the power ontrol an be done by ontrollin fuel and oolant flow rate. he oal of this study is to know the effet oolant flow rate hane toward PMSR power. he analysis examined four kinds of oolant flow rate hane input those are step ramp exponential and sinusoidal input. or the step input the oolant flow rate was haned suddenly. or the ramp input the flow rate was haned linearly. In the exponential input the flow rate is inreased and deayed followin exponential funtion. In the sinusoidal input the flow rate experiened flutuate hane periodially by frequeny variation of the flow rate. he result of the study showed that 50% of oolant flow rate dereasin auses 6% of PMSR power dereasin from the previous power. If a flutuate hane our in the oolant flow rate the hiher flutuate hane (frequeny) of the oolant flow rate the less power response iven. t a very fast frequeny the reator power beomes onstant and tends not to respond the flow rate. he the one of the reator safety aspet due to the reator will not response very fast hanes. he ability of the reator to ajust its power follow the oolant flow rate is the other safety aspet Keywords : PMSR power ontrol oolant flow rate test response 9

2 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 PENDULUN Pada tahun 00 Generation International orum (GI) telah menetapkan enam reaktor nuklir enerasi ke-4 yan diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan pada reaktor nuklir enerasi sekaran []. Dari enam reaktor yan telah ditetapkan Molten Salt Reator (MSR) terlihat berbeda denan 5 (lima) reaktor enerasi ke-4 lainnya karena menunakan bahan bakar berupa leburan aram yan mana tidak diunakan sebaai pendinin tetapi diunakan sebaai medium pembawa bahan bakar. Denan fase bahan bakar yan berupa aram lebur maka pada reaktor MSR dapat dilakukan penendalian daya denan menatur laju alir bahan bakar dan pendinin. Untuk menaikkan daya terlebih dahulu laju aliran pendinin ditinkatkan. kibat pertama adalah temperatur reaktor akan turun. Karena reaktor MSR memiliki koefisiem umpan balik temperatur yan neatif maka penurunan temperatur akan memberikan efek reaktivitas positif yan akan meninkatkan daya reaktor. Peninkatan daya akan menaikkan temperatur dan menurani efek reaktivitas positif. Demikian seterusnya sehina diapai kesetimbanan baru pada tinkat daya yan lebih tini. al sebaliknya dilakukan untuk menurunkan daya reaktor. Selain itu dimunkinkan jua dilakukan ekstraksi produk fisi untuk memperbaiki reaktivitas reaktor sekalius peambahan material fisil seara on line jika dibutuhkan. Pada penelitian ini dilakukan analisis transisen reaktor PMSR (Passive ompat Molten Salt Reator) yan merupakan penembanan dari reaktor MSR. Skenario kondisi transien yan dipilih dalam penelitian adalah pada kondisi perubahan daya akibat perubahan laju alir bahan bakar serta perubahan daya akibat laju alir pendinin. Pada penelitian ini dimodelkan hubunan perubahan laju alir pendinin terhadap daya berdasarkan 4 (empat) jenis masukan yaitu step ramp eksponensial dan sinusoidal. Untuk data-data awal kondisi reaktor dimodelkan seara matematis denan menunakan tia kelompok eneri netron yan dikopel denan persamaan termohidrolik. ujuan penelitian ini adalah untuk menetahui penaruh perubahan laju alir pendinin terhadap daya reaktor PMSR. REKOR PMSR Passive ompat Molten Salt Reator (PMSR) merupakan penembanan dari reaktor MSR. Salah satu penembanan yan dilakukan pada reaktor PMSR adalah penunaan alat penukar kalor antara yan terinterasi denan teras (ompat heat exhaner) yan terbuat dari bahan rafit. ujuan penunaan ompat heat exhaner untuk mereduksi inventori bahan bakar sekalius menoptimalkan pembiakan []. 9

3 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) KEERNGN ZON : = Zona teras B = Zona blanket = Zona alat penukar kalor antara = Zona kendali (shutdown) = Zona reflektor PENMPNG LONGIUDINL PENMPNG MELINNG DN PENMPNG MELINNG B Gambar. Diaram skematik zonasi pada desain reaktor PMSR [] Desain reaktor PMSR memiliki beberapa keunulan sehina sanat sesuai untuk dikembankan menjadi reaktor nuklir komersial pada masa depan []. Keunulan-keunulan tersebut di antaranya: ) Penunaan aram lebur memunkinkan reaktor dioperasikan pada suhu tini denan tekanan rendah. ) Penoperasian pada tekanan rendah meneliminasikan kemunkinan keelakaan pelepasan material radioaktif dari teras. ) Perubahan bahan bakar leburan aram menjadi padat pada suhu rendah dapat berfunsi sebaai penunkun material radioaktif pada saat tidak diunakan di reaktor. 4) Penunaan bahan bakar leburan aram memunkinkan dilakukan proses ulan (reproessin) bahan bakar saat reaktor beroperasi (online reproessin) sehina mereduksi keperluan untuk memindahkan bahan bakar dari reaktor. 5) Penunaan bahan bakar leburan aram memunkinkan penaturan komposisi bahan bakar fisil dan fertil seara optimum untuk pembiakan. Saluran yan terdapat di elemen bahan bakar teras dan blanket diisi oleh aram bahan bakar sedankan saluran di elemen kendali dibiarkan koson untuk melewatkan batan kendali pada saat padam (shutdown). Bahan bakar leburan aram masuk melalui baian bawah teras melewati zona blanket bawah kemudian melewati zona teras aktif dan menalami reaksi fisi sehina bahan bakar menerima kalor. Selanjutnya bahan bakar melewati zona blanket atas kemudian keluar melalui pipa yan disalurkan ke alat penukar kalor. Dari arah yan berlawanan denan bahah bakar pendinin menalir pada saluran pendinin dari arah bawah yan kemudian menambil sebaian kalor dari bahan bakar sehina suhu pendinin naik. Kemudian pendinin menuju alat penukar kalor untuk melepaskan kalor pada as helium[]. 9

4 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 94 MODEL PERIUNGN analisis kondisi transien reaktor MSR terhadap distribusi suhu fluks dan prekusor neutron kasip telah dilakukan oleh Zhan dkk. [4]. Kondisi transien meliputi injeksi batan kendali penurunan laju alir bahan bakar dan peurunan suhu masuk bahan bakar. Beberapa kesimpulan yan diperoleh dari penelitian tersebut adalah:. Injeksi batan kendali menyebabkan penurunan yan ukup besar terhadap daya dan fluks neutron namun keil terhadap konsentrasi prekusor neutron.. Sirkulasi bahan bakar menimbulkan penaruh yan ukup besar terhadap distribusi prekusor neutron kasip khususnya yan memiliki konstanta peluruhan keil namun memiliki penaruh terhadap distribusi fluks neutron. Penurunan laju alir bahan bakar seara eksponensial menyebabkan penurunan daya yan eksponensial dan memberikan penaruh besar terhadap konsentrasi dan distribusi prekusor. Neutron khususnya yan memiliki konstanta peluruhan besar.. Penurunan suhu masuk bahan bakar memberikan reaktivitas umpan balik neatif kepada reaktor. Seara umum penelitian tersebut menunjukkan bahwa reaktor MSR memiliki karakteristik yan ukup baik pada kondisi transien seperti umpan balik suhu neatif yan bernilai besar dan memunkinkan daya dikendalikan denan menatur laju alir bahan bakar atau pendinin bukan denan batan kendali []. Berdasarkan riset tersebut investiasi transien untuk berbaai moda laju alir pendinin perlu dilakukan untuk menetahu karakteristik transien reaktor PMSR. Model Neutronik pada Kondisi ransien eori difusi neutron menasumsikan perilaku neutron seperti as yaitu berdifusi dari daerah yan memiliki densitas tini menuju ke daerah yan memiliki densitas rendah. Pemodelan kondisi transien reaktor PMSR pada penelitian ini menunakan pendekatan kinetika reaktor titik denan semua parameter seperti fluks neutron densitas prekusor neutron kasip dan paramater yan lain dianap tidak ayut terhadap ruan. Sehina persamaan difusi pada reaktor PMSR dapat dtuliskan pada persamaan () [4]. Denan menabaikan difusi pada prekusor neutron kasip persamaan neutron kasip dapat dituliskan menjadi persamaan () [5]. I i D i D i D G J j j f j j P G a N D t v () G f i D i D i eff D i dt d () L B L B a f f a I i D i D i f () L B a (4) L B L B dt d l a a P (5)

5 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) Reaktor PMSR beroperasi pada spektrum neutron termal dimana neutron dilahirkan pada spektrum eneri epat selanjutnya dimoderasi dalam waktu yan sanat sinkat menjadi netron termal yan selanjutnya diserap bahan bakar. al ini menyebabkan fluks netron pada spektrum netron epat mendekati kondisi tunak (steady state). Pendekatan seperti ini dikenal denan flux linkae [5] sehina netron pada kelompok dan tidak lai ayut terhadap waktu. Sehina besarnya fluks netron untuk masin-masin kelompok ditunjukkankan oleh persamaan () (4) dan (5). Model Perpindahan Kalor Perpindahan kalor ke pendinin dapat melalui konduksi konveksi dan radiasi. Namun pada penelitian ini perpindahan kalor melalui konduksi dan radiasi diabaikan karena memiliki penaruh sanat keil. Reaksi pembelahan yan dialami nuklida bahan bakar akan menhasilkan eneri berupa kalor yan selanjutnya dipindahkan ke pendinin pada ompat heat exhaner. Pemodelan perpindahan kalor dilakukan pada dua daerah yaitu daerah teras dan blanket serta daerah alat penukar kalor [6]. Persamaan eneri di bahan bakar pada zona teras dan blanket dapat dituliskan seperti pada persamaan (6). Sedankan persamaan eneri di moderator pada zona teras dan blanket dapat diekpresikan denan persamaan (7). Selanjutnya persamaan (6) dan (7) diinterasikan ke arah aksial sepanjan saluran L kemudian dijumlahkan. Karena reaksi pembelahan jua terjadi pada alat penukar kalor maka selain terjadi perpindahan kalor dari bahan bakar ke pendinin pada alat penukar kalor jua terjadi pembankitan kalor. Pada alat penukar kalor bahan bakar menalir pada arah aksial dari atas ke bawah sedan pendinin menalir pada arah aksial dari bawah ke atas. Persamaan eneri di bahan bakar pada zona alat penukar kalor dapat dituliskan pada persamaan (8). Persamaan eneri di pendinin pada zona alat penukar kalor dapat dituliskan pada persamaan (9). p t k z z 0 m N z p U N M S q ( z) M (6) U M pm M M q ( z) M M t N p t p t 0 m N 0 m N z S p z U N p G S U G N q S G q ( z) G (7) (8) (9) Jika diasumsikan temperatur rerata bahan bakar pada teras dan blanket sama denan temperatur rerata bahan bakar pada alat penukar kalor maka diperoleh persamaan diferensial untuk menentukan suhu bahan bakar dan pendinin pada persamaan (0) dan (). L N U d dt S Q 0 m N N U S L O N p in in p G N L p QN G denan: d p 0 p dt m p in in p (0) () 95

6 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 N N N N Q O N N p pm M M pm M pm p q q N q q M G p L () () Pendekatan dapat dilakukan denan menunakan nilai konstan dari kedua parameter ( dan Q O-N ) dalam persamaan () dan (). Koefisien Perpindahan Kalor Perhitunan koefisien perpindahan kalor di reaktor PMSR menunakan korelasi khusus untuk leburan aram yan diperoleh dari penelitian yan dialakukan oleh Raula Sarlatt dan Per. Peterson yan didasarkan pada data eksperimen yan dihasilkan ORNL [7]. = 0.05(. + 8). (4) Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi kemudian ditentukan dari bilanan Nusselt tersebut dan nilai konduktivitas termalnya. Persamaan Reaktivitas Selama kondisi transien parameter pada reaktor akan banyak menalami perubahan salah satunya adalah perubahan temperatur material reaktor. Perubahan temperatur di reaktor PMSR memberikan penaruh yan besar terhadap perubahan tampan lintan maksroskopis material sebaai akibat adanya efek Doppler. Perubahan tampan lintan makroskopis dapat memberikan efek reaktivitas positif atau neatif pada reaktor. Persamaan dinamik dari perubahan reaktivitas dapat dijelaskan denan persamaan (5). Karena bahan bakar pada zona teras dan bahan bakar pada zona alat penukar kalor diasumsikan pada nilai suhu rerata yan sama demikian jua moderator rafit pada zona teras dan blanket serta struktur rafit diasumsikan pada nilai suhu rerata yan sama. d dt d N N N N N N N dt M M d M dt d dt (5) MEODOLOGI Penaruh perubahan laju alir masa pendinin terhadap temperatur dan daya reaktor dilakukan untuk empat jenis masukan (input) perubahan laju alir yaitu step ramp eksponensial dan sinusoidal. Dari masukan tersebut akan didapat hubunan antara perubahan laju alir masa pendinin dan daya reaktor yan lebih akurat. Perhitunan dilakukan denan :. Perhitunan fluks neutron. Perhitunan fluks neutron dibai ke dalam tia kelompok eneri. erdapat dua persamaan aljabar dan satu persamaan differensial. Persamaan aljabar (persamaan (5) dan (4)) diunakan untuk menhitun fluks neuton kelompok ke- dan kelompok ke- 96

7 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) sedankan persamaan () yaitu persamaan differensial diunakan untuk menhitun fluks neutron kelompok ke-.. Perhitunan prekursor neutron kasip. Persamaan netron kasip untuk enam kelompok netron kasip terdiri dari enam persamaan diferensial. Nilai awal dihitun denan menhilankan Di 0 suku transien pada Persamaan (5). Selanjutnya penyelesaian dilakukan denan menunakan metode daptive Rune-Kutta [8].. Perhitunan temperatur rerata bahan bakar dan pendinin.suhu rata-rata bahan bakar dan pendinin dihitun menunakan persamaan () dan (5) denan syarat awal yaitu suhu pada masukan SR. Persamaan-persamaan differensial tersebut diselesaikan menunakan metode daptive Rune-Kutta. Pada perhitunan suhu pendinin suku Q N pada persamaan (5) diabaikan denan asumsi fraksi eneri termal yan dihasilkan pada pendinin sanat keil. 4. Perhitunan daya reaktor. Perhitunan daya reaktor PMSR (Q O - N ) dilakukan denan menambil data besarnya densitas daya untuk masin-masin zona dibai besarnya fluks pada zona tersebut dari keluaran SR tidak denan menunakan persamaan (4). Selanjutnya daya pada kondisi transien dihitun denan menalikan data tersebut denan besarnya fluks pada kondisi transien. al ini dilakukan karena dipandan lebih akurat untuk mendapatkan besarnya daya reaktor PMSR. 5. Perhitunan reaktivitas temperatur. Syarat awal untuk perhitunan reaktivitas adalah sama denan nol karena pada kondisi steady hampir tidak ada reaktivitas yan diberikan pada reaktor. Pada perhitunan reaktivitas suhu diunakan persamaan (5). 6. Penujian denan variasi laju alir pendinin. Masukan pada laju alir pendinin dibuat dalam tia jenis masukan. Masukan yan diberikan berupa masukan step ramp eksponensial dan sinusoidal. Pada masukan step laju alir pendinin diturunkan seara mendadak sebesar 50% dari nilai semula kemudian dibuat tetap pada rentan waktu tertentu dan laju alir pendinin dikembalikan lai pada laju awalnya. al yan sama jua dilakukan pada masukanan ramp dan eksponensial. Pada masukan sinusoidal laju alir pendinin dibuat naik turun seara periodik denan memvariasikan frekuensi perubahan laju alir pada rentan waktu tertentu. Dalam penelitian ini karena masukkan yan divariasikan adalah perubahan laju alir pendinin maka laju alir bahan bakar dibuat tetap. Daya reaktor PMSR ditetapkan 000 MWth denan laju alir bahan bakar 7000 k/s dan laju alir pendinin sebesar 7700 k/s. SIL DN PEMBSN Respon Uji Undak Pada masukan (input) undak (step) laju alir pendinin mula-mula dibuat tetap pada laju alir normal kemudian pada detik ke-00 laju alir diturunkan sebesar 50% dari laju alir sebelumnya yaitu 850 k/s. Nilai laju alir tersebut konstan sampai detik ke-800. Setelah detik ke-800 laju alir dikembalikan lai pada laju alir normal. Gambar menunjukkan hasil perhitunan temperatur rerata untuk bahan bakar pendinin dan daya reaktor PMSR akibat pemberian masukan step berupa perubahan laju alir pendinin. 97

8 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 (a) Masukan undak laju alir pendinin (b) emperatur rerata bahan bakar () emperatur rerata pendinin 98

9 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) (d) Daya reaktor Gambar. Pola respon undak laju alir pendinin terhadap suhu dan daya Pemberian masukan step pada laju alir pendinin menyebabkan respon temperatur bahan bakar dan pendinin naik menikuti respon paksaannya (fore response). Dapat dilihat denan adanya masukan berupa perubahan mendadak pada laju alir respon alami (natural response) dari temperatur bahan bakar dan pendinin perlahan menuju suatu nilai konstan. Pada sekitar detik ke-580 temperatur bahan bakar mulai menunjukan nilai yan konstan yan berada di sekitar 50 K. Sementara temperatur pendinin menunjukan nilai yan konstan yan berada sekitar 47 K pada sekitar detik ke-60. Ketika laju alir pendinin dikembalikan pada laju normal pada detik ke-800 terlihat bahan bakar dan pendinin menalami penurunan temperatur seara perlahan akibat fore response dari perubahan laju alir pendinin. Pada sekitar detik ke-80 temperatur bahan bakar mulai menunjukan nilai yan konstan yan berada di sekitar 44 K. Sementara temperatur pendinin menunjukan nilai yan konstan di sekitar 45 K pada detik ke-40. Ketika temperatur rerata bahan bakar menalami kenaikan daya reaktor memberikan respon penurunan nilai daya. al ini karena adanya umpan balik reaktivitas neatif yan menakibatkan daya reaktor turun. Daya konstan mulai ditunjukkan saat sekitar detik ke-590 pada nilai sekitar 609 MWth. Kemudian ketika temperatur rerata bahan bakar menalami penurunan daya reaktor memberikan respon kenaikan nilai daya. Nilai daya kembali pada nilai awalnya yaitu sekitar 966 MWth pada detik ke-0. Respon Uji Ramp Pada masukan ramp laju alir pendinin mula-mula dibuat tetap pada laju alir normal kemudian pada detik ke-00 laju alir diturunkan seara linier menikuti funsi: () = + ( )( ) (6) denan: () = perubahan laju alir masa funsi waktu = laju alir masa awal = laju alir masa akhir = waktu alir = waktu awal (referensi) = rentan waktu perubahan (waktu akhir waktu awal) 99

10 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 Laju alir tersebut terus diturunkan seara linier hina detik ke-400. Pada saat tersebut laju alir dibuat menjadi 50% dari laju alir sebelumnya. Denan demikian nilai t 0 adalah 00 dan ditetapkan sebesar 00. Kemudian laju alir dibuat konstan sampai detik ke-00 lalu dinaikkan kembali menikuti funsi: () = + ( )( (7) ) Kemudian pada saat detik ke-600 laju kembali dibuat tetap pada laju normal 7700 k/s. Gambar menunjukkan temperatur rerata bahan bakar pendinin dan daya pada reaktor PMSR akibat pemberian masukan ramp berupa perubahan laju alir pendinin. (a) Masukan laju alir pendinin (b) emperatur rerata bahan bakar () emperatur rerata pendinin 00

11 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) (d) Daya reaktor Gambar. Pola respon ramp laju alir pendinin terhadap temperatur dan daya Dapat dilihat denan adanya masukan berupa perubahan pada laju alir seara linier respon alami (natural response) dari temperatur bahan bakar dan pendinin perlahan menuju suatu nilai konstan denan waktu respon lebih lama dari masukan step. Pada sekitar detik ke-040 temperatur bahan bakar mulai menunjukan nilai yan konstan yan berada di sekitar nilai 50 K. Sementara temperatur pendinin menunjukkan nilai yan konstan yan berada sekitar nilai 47 K pada sekitar detik ke-0. Ketika laju alir pendinin dinaikkan kembali sampai detik ke-600 terlihat temperatur bahan bakar dan pendinin menalami penurunan. Pada detik ke-600 sampai 000 laju alir pendinin kembali dibuat konstan pada laju alir awal dan sekitar detik ke-980 dan 990 temperatur rerata bahan bakar dan pendinin mulai kembali ke temperatur awal. Kenaikan temperatur bahan bakar dapat memberikan umpan balik reaktivitas neatif karena PMSR memiliki koefisien reaktivitas temperatur bernilai neatif sehina menakibatkan daya reaktor turun. Daya kembali konstan mulai terjadi pada detik ke-00. Kemudian ketika temperatur rerata bahan bakar menalami penurunan daya reaktor memberikan respon kenaikan nilai daya dan kembali lai pada nilai awal. Respon Uji Eksponensial Pada masukan eksponensial laju alir pendinin mula-mula dibuat tetap pada laju alir normal kemudian pada detik ke-00 laju alir diturunkan seara eksponensial menikuti funsi: () = + ( )exp ( ) Laju alir tersebut terus diturunkan seara eksponensial hina detik ke-00. Pada saat tersebut laju alir sudah memiliki nilai konstan yaitu 50% dari laju alir sebelumnya. Denan demikian nilai t 0 adalah 00. Nilai ditetapkan sebesar 50 karena jika nilai terlalu besar maka kurva eksponensial akan semakin landai dan akan memberikan respon yan sanat lama terhadap perubahan temperatur dan daya beitu pula jika terlalu keil maka kurva akan mendekati funsi step. Kemudian pada detik ke-00 sampai detik ke-00 laju alir pendinin dinaikkan menikuti funsi: () = ( )exp ( (9) ) Kemudian pada saat detik ke-00 laju kembali dibuat tetap pada laju normal 7700 k/s. Gambar 4 menunjukkan temperatur rerata bahan bakar pendinin dan daya pada PMSR akibat pemberian masukan eksponensialberupa perubahan laju alir pendinin. (8) 0

12 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 (4a) Masukan laju alir pendinin (4b) emperatur rerata bahan bakar (4) emperatur rerata pendinin (4d) Daya reaktor Gambar 4. Pola respon eksponesial laju alir pendinin terhadap temperatur dan daya 0

13 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) Pemberian masukan eksponensial menyebabkan respon temperatur bahan bakar dan pendinin naik menikuti respon paksaannya (fore response). Pada sekitar detik ke-0 temperatur bahan bakar mulai menunjukan nilai yan konstan berada di sekitar nilai 50 K. Sementara temperatur pendinin pada detik ke-90 mulai menunjukan nilai yan konstan pada temperatur 47 K setelah detik ke-90. Ketika laju alir pendinin dinaikkan kembali sampai detik ke-00 terlihat temperatur bahan bakar dan pendinin menalami penurunan. Pada detik ke-00 sampai 500 laju alir pendinin kembali dibuat konstan pada laju alir awal yaitu 7700 k/s. Pada detik ke-70 dan 0 temperatur rerata bahan bakar dan pendinin mulai kembali ke ke temperatur awal. Ketika temperatur rerata bahan bakar menalami kenaikan daya reaktor memberikan respon penurunan nilai daya. al ini karena adanya umpan balik reaktivitas neatif yan menakibatkan daya reaktor turun. Daya konstan mulai ditunjukkan sekitar detik ke-50 sekitar 609 MWth. Kemudian ketika temperatur rerata bahan bakar menalami penurunan daya reaktor memberikan respon kenaikan nilai daya. Nilai daya kembali pada nilai awalnya yaitu sekitar MWth pada sekitar detik ke-500. Respon Uji Sinusoidal Pada masukan sinusoidal laju alir pendinin mula-mula dibuat tetap pada laju alir normal kemudian mulai detik ke-50 laju alir diturunkan seara periodik menikuti funsi: () = 0.5 os( ) (0) di mana n adalah frekuensi dari perubahan laju alir pendinin semakin besar nilai n maka perubahan naik turun dari laju alir pendinin semakin epat. unsi tersebut dibuat sedemikian sehina penurunan laju alir pendinin sebesar 50% dari laju alir sebelumnya. Gambar 5 menunjukkan temperatur rerata bahan bakar temperatur rerata pendinin dan daya pada PMSR akibat pemberian masukan sinusoidal perubahan laju alir pendinin. (5a) Masukan laju alir pendinin 0

14 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 (5b) emperatur rerata bahan bakar (5) emperatur rerata pendinin 04 (5d) Daya reaktor Gambar 5. Pola respon sinusoidal dari laju alir pendinin terhadap temperatur dan daya Semula reaktor dibuat pada laju alir normal sampai detik ke-50. Pada detik ke-50 sampai detik ke-50 laju alir dibuat berubah naik turun sesuai funsi pada Persamaan (5) denan menambil nilai n= lalu pada detik ke-50 sampai detik ke-450 nilai n=4. Pada detik ke-450 sampai detik ke-650 nilai n=8 dan pada detik ke-650 sampai detik ke-850 nilai n=6. Kemudian dari detik ke-850 sampai 00 laju alir dikembalikan ke laju normal yaitu 7700 k/s. Pada Gambar 5 dapat dilihat ketika laju alir pendinin diturunkan terjadi kenaikan temperatur rerata bahan bakar dan pendinin. Namun temperatur bahan bakar dan pendinin tidak menapai nilai

15 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) yan ditunjukkan seperti pada masukan step ramp dan eksponensial (50 K dan 47 K). al ini dikarenakan sebelum menapai nilai temperatur tersebut laju alir pendinin sudah dinaikkan kembali sehina kenaikan temperatur melambat dan akhirnya turun. Beitu pula ketika frekuensi perubahan laju alir (nilai n) ditambah nilai temperatur maksimum pada rentan waktu tersebut semakin menurun dan semakin besar nilai frekuensi perubahan laju alir atau makin epat perubahan naik turun laju alir pendinin maka temperatur maksimum semakin menurun dan semakin lama temperatur bahan bakar dan pendinin untuk kembali ke nilai konstan. Respon nilai daya reaktor yan ditunjukkan memiliki fenomena yan hampir sama seperti yan ditunjukkan pada temperatur bahan bakar dan pendinin. Ketika temperatur rerata bahan bakar menalami kenaikan daya reaktor memberikan respon penurunan nilai daya. al ini karena adanya umpan balik reaktivitas neatif yan menakibatkan daya reaktor turun. Semakin besar epat perubahan naik turun laju alir pendinin daya reaktor semakin memberikan respon yan mendekati nilai konstan. al ini menunjukkan ketika terjadi perubahan naik turun yan sanat epat dari laju alir maka daya reaktor hampir tidak memberikan respon dan tetap pada nilai stabil tertentu. al ini merupakan salah satu karakteristik inherent safety yan dimiliki reaktor PMSR. Dari keempat respon yan diberikan dapat dilihat bahwa penurunan laju alir pendinin sebesar 50% dari laju alir pendinin sebelumnya menyebabkan daya pada PMSR turun menjadi sekitar 6% dari daya sebelumnya. Selanjunya ketika laju alir bahan bakar kembali normal maka daya pada PMSR jua kembali pada daya semula. al tersebut menunjukkan bahwa penendalian daya pada PMSR dapat dilakukan denan menendalikan laju alir pendinin. Dapat dilihat jua pada rafik bahwa kenaikan temperatur bahan bakar dapat memberikan umpan balik reaktivitas neatif karena PMSR memiliki koefisien reaktivitas temperatur yan bernilai neatif. Umpan balik reaktivitas neatif tersebut akan menakibatkan daya reaktor turun. Prinsip inilah yan mendasari penendalian daya reaktor PMSR dan menunjukkan bahwa reaktor ini memiliki karakteristik sistem keselamatan melekat (inherent safety). Pada masukan sinusoidal perubahan naik turun yan sanat epat dari laju alir pendinin hampir tidak memberikan respon pada perubahan daya reaktor dan nilai daya reaktor berada pada nilai stabil tertentu. KESIMPULN Reaktor PMSR memiliki karakteristik sistem keselamatan melekat (inherent safety) karena penendalian daya dapat dilakukan denan menendalikan laju alir bahan pendinin. Penurunan laju alir pendinin menyebabkan kenaikan temperatur rerata bahan bakar dan pendinin dan selanjutnya memberikan umpan balik reaktivitas neatif yan menakibatkan daya reaktor turun. emperatur bahan bakar lebih epat menapai nilai konstan karena pada bahan bakar terjadi proses pembankitan kalor sehina ketika laju alir pendinin berkuran ataupun bertambah akan terjadi akumulasi panas ataupun heat removal pada bahan bakar. DR PUSK. Department of Enery (DOE) United States of meria ehnoloy Roadmap for Generation IV Nulear Enery System. U.S. DOE Nulear Enery dvisory ommittee; Deember

16 J. ek. Reaktor. Nukl. Vol. 4 No. Juni 0 al ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0. Widiharto. Desain reaktor maju bersuhu tini tipe PMSR denan sifat keselamatan melekat (Inherent Safe). Prosidin Seminar eknoloi dan Keselamatan PLN dan asilitas Nuklir. Jakarta; 6 November Widiharto. he use of Plutonium from LWR spent fuel as initial fissile fuel for sustainable thorium fuel yle of Passive ompat Molten Salt Reator(PMSR). International onferene on dvanes in Nulear Siene and Enineerin Bandun -4 November Zhan DL Qiu SZ Su G Liu L Lian LB. nalysis on the neutron kinetis for a molten salt reator. Proress in Nulear Enery. 009; 5: Duderstadt JJ amilton LJ. Nulear Reator nalysis. John Wiley & Sons. United States of meria Krepel J Grundman U Rohde U Weiss P. DYND-MSR dynamis ode for molten salt reators. nnals of Nulear Enery. 005; : Sarlat R Peterson P. he pebble bed advaned hih temperature reator (PB-R) a flouride salt ooled hih temperature reator hih temperature reator (R). E onferene. Washinton D. May Kiusalaas J. Numerial method in enineerin with Python. ambride University Press. NewYork; Okumura K Kuo Kaneko K suhihashi K. SR : (Ver.006): he omprehensive neutronis alulation ode system. Department of Nulear Enery Systems. Japan tomi Enery Researh Institute. Japan; 006. NOMENLURE Simbol Nama besaran a = Indeks menyatakan interaksi serapan neutron D = Konsentrasi prekursor neutron tertunda pada bahan bakar (nuklida/m ) D = Koefisien difusi neutron (m) f = Indeks menyatakan interaksi fissi = Indeks nomor roup neutron berdasarkan eneri G = Jumlah kelompok eneri neutron i = Indeks menyatakan kelompok preursor neutron tunda I = Jumlah kelompok preursor neutron tertunda j = Indeks menyatakan nuklida aktinida dalam bahan bakar J = Jumlah nuklida aktinida dalam bahan bakar N j = Densitas nuklida aktinida ke j v = Kelajuan neutron pada roup (m/s) t = Waktu (s) = raksi neutron tertunda total D = etapan peluruhan preursor neutron tertunda (/s) = luks neutron (n/m.s) = ampan lintan interaksi makroskopis (/m) D = raksi neutron fissi tertunda yan memiliki eneri sesuai eneri roup P = raksi neutron fissi serempak yan memiliki eneri sesuai eneri roup h = Neutron yan dihasilkan tiap reaksi fissi D D = Difusifitas prekursor neutron tertunda pada bahan bakar (m /s) = luks neutron rerata (n/m s) 06

17 ISSN 4 40X Nomor : 40/U/PMI-LIPI/04/0 nalisis Penendalian Daya Reaktor PMSR denan... (Ibal Syafin Noha) B = Buklin eometri (/m) = Perbandinan fluks neutron bahan bakar terhadap fluks neutron rerata = Penampan lintan interaksi neutron mikroskopis (m ) i = raksi neutron tertunda kelompok i akibat fisi oleh neutron roup p = Kalor jenis medium bahan bakar (J/(k.K)) k = Konduktifitas termal bahan bakar (W/(m.K)) = Suhu bahan bakar (K) = Densitas massa bahan bakar (k/m ) E = Eneri yan diasilkan tiap satu reaksi fisi (MeV/fisi) E = raksi deposit eneri fisi ke bahan bakar K = aktor konversi eneri (60x0 - J/MeV) = Vektor keepatan aliran bahan bakar bahan bakar (m/s) v pm = Kalor jenis medium moderator (J/(k.K)) k M = Konduktivitas termal moderator (W/(m.K)) M = Suhu moderator (K) M = Densitas massa moderator (k/m ) EM = raksi deposit eneri fisi ke moderator = Suhu bahan bakar rerata (K) = Suhu pendinin rerata (K) = Suhu bahan bakar masuk (K) in = Suhu bahan bakar keluar (K) out = Suhu pendinin masuk (K) in = Suhu pendinin keluar (K) out = Penampan melintan aliran bahan bakar total (m ) = Penampan melintan aliran pendinin total (m ) S = Perimeter aliran bahan bakar total (m) S = Perimeter aliran pendinin total (m) 07

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE Prosidin Semirata2015 bidan MIP BKS-PTN Barat PERHITUNGN BURN UP PD REKTOR SUB KRITIS BERDY SEDNG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CLCULTION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICL CORE Nur ida* UIN Syarif

Lebih terperinci

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendinin Gas denan Uranium Alam sebaai Bahan Bakar Dora Andris*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *doraandris18.93@mail.com

Lebih terperinci

Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas 600 MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar

Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas 600 MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar Jurnal ILMU DSR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 11-15 11 Desain Reaktor epat Berpendinin Gas 600 MWth denan Uranium lam sebaai Input Siklus Bahan Bakar Desin of Gas-ooled Fast Reactor 600MWth with Natural

Lebih terperinci

Diterima editor 12 September 2011 Disetujui untuk publikasi 10 Oktober 2011

Diterima editor 12 September 2011 Disetujui untuk publikasi 10 Oktober 2011 J Vol. 13 No.2 Juni 2011, Hal. 194-205 ISSN 1411 240X Nomor : 266/AU1/P2MBI/05/2010 STUDI DESAIN DOWN SCALE TERAS REAKTOR DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS PEBBLE BED MODULAR REACTOR HTR 100 MWe S *), Andan Widi

Lebih terperinci

SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR

SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR SIMULASI KECELAKAAN REAKTOR NUKLIR JENIS GAS COOLED FAST REACTOR Ade Gafar Abdullah 1) Zaki Su ud 2) Yanti Yulianti 3) 1 Proram Studi Teknik Tenaa Elektrik, FPTK UPI, Jl Dr Setiabudi,207 Bandun,email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM Proceedin Seminar dan Workshop Nasional Pendidikan Teknik Elektro (SWNE) FPTK Universitas Pendidikan Indonesia 11 Desember 2010 STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR)

STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR) Alexander Aun, dkk. ISSN 0216-3128 143 STUDI AWAL NEUTRONIK FIXED BED NUCLEAR REACTOR (FBNR) Alexander Aun, Andan Widi Harto, Wahyuni Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2, Yoyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laju konsumsi energi dunia terus mengalami kenaikan. Laju konsumsi energi primer (pemanfaatan sumber daya energi) total dunia pada tahun 2004 kurang lebih 15 TW sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR DI LOKASI Ferhat Aziz *, Suharno * dan Zaki Su ud ** ABSTRAK KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR DIDIH TANPA PENGISIAN BAHAN BAKAR

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010 Vol. No. Oktober 00, Hal. - ISSN 0X Nomor : /AU/PMI/0/00 ANALISIS PARAMETER KINETIK DAN TRANSIEN TERAS KOMPAK REAKTOR G-GAS Iman Kuntoro ), Surian Pinem ), Tagor Malem Sembiring. Pusat Teknologi ahan Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH

Lebih terperinci

Diterima editor 22 Maret 2010 Disetujui untuk dipublikasi 27 Mei 2010

Diterima editor 22 Maret 2010 Disetujui untuk dipublikasi 27 Mei 2010 ISS 4 40X omor : 66/UI/PMBI/05/00 nalisis ransien Pada Passive omact... M. Makrus Imron LISIS RSIE PD PSSIVE OMP MOLE SL REOR PMSR M. Makrus Imron ndang Widi arto dan Sihana Jurusan eknik isika akultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR). ISSN 1411 240X Optimasi Geometri Teras Reaktor... (Mega Agustina) OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR) Mega Agustina,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFUSI MULTIGRUP 1-DIMENSI MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS KECELAKAAN REAKTOR CEPAT JENIS UTOP Yanti Yulianti *, Zaki Su ud **, Abdul Waris ** ABSTRAK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225 REV 4/99 TERKAIT PENENTUAN TINGKAT KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225 REV 4/99 TERKAIT PENENTUAN TINGKAT KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF Prosidin Seminar Nasional Teknoloi Penelolaan Limbah IX Pusat Teknoloi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 14-6086 Fakultas Teknik Universitas Sultan Aen Tirtayasa ABSTRAK. KAJIAN TENTANG NSS 9/08 DAN INFCIRC/225

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference

Lebih terperinci

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT Sri Oktamuliani dan Dian itriyani Jurusan isika Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR Investigasi wal Performa Neutronik... (ndi Purnama) INVESTIGSI WL PERFORM NEUTRONIK ONLINE REFUELING PSSIVE COMPCT MOLTEN SLT RECTOR ndi Purnama Jati, ndang Widi Harto, lexander gung Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS

PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS PEHITUNGAN REAKTIVITAS (ρ) TARGET PIN PRTF (POWER RAMP TEST FACILITY) DI REAKTOR RSG-GAS Sutrisno dan Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN, kaw. Puspiptek Gd 31 Serpon E-mail: soe-tris@batan.o.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008( )

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008( ) Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknoloi Nuklir: 6-7 Austus 2008(253-265) PROSEDUR NUMERIK UNTUK PERHITUNAN REAKTIVITAS AYUN REAKTOR CEPAT DENAN BAHAN BAKAR CAMPURAN (U Pu MA Zr) MENUNAKAN

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT Meiby Astri Lestari, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang e-mail : meibyasri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik * ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA Mohammad Taufik * ABSTRAK ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Telah dilakukan simulasi untuk melakukan analisa keselamatan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR

ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR Oleh Muh. Darwis Isnaini Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK ANALISIS

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri

Lebih terperinci

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,

Lebih terperinci

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal. J. Tek. Reaktor. Nukl. Vol. 10 No. 3, Oktober 2008, Hal. 126-135 ISSN 1411 240X ANALISIS TRANSIEN ALIRAN PENDINGIN SMALL SIMPLE AND SAFE REACTOR TANPA POSTULASI KECELAKAAN Enjang Ruhiat, Andang Widi Harto,

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2 1,2 Proram Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Diterima editor 15 November 2010 Disetujui untuk publikasi 27 Januari 2011

Diterima editor 15 November 2010 Disetujui untuk publikasi 27 Januari 2011 J REAKTOR INNOVATIVE MOLTEN SALT (IMSR) DENGAN SISTEM KESELAMATAN PASIF MENYELURUH Andang Widi Harto Fakultas Teknik Fisika, UGM, Yogjakarta Email: andangftn@yahoo.com Diterima editor 15 November 2010

Lebih terperinci

DESAIN KONSEP TANGKI PENAMPUNG BAHAN BAKAR PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

DESAIN KONSEP TANGKI PENAMPUNG BAHAN BAKAR PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR ISSN 1411 40X DESAIN KONSEP TANGKI PENAMPUNG BAHAN BAKAR PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR A.Hadiwinata, A.Widiharto, Sihana Program Studi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS Disusun oleh : TEGUH RAHAYU M0209052 SKRIPSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ada beberapa kategori power/daya yang digunakan, antara lain backbone power, green power dan mobile power. Backbone power adalah sumber energi primer yang selalu tersedia

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS ISSN 0 - Setiyanto, dkk. EF PENGGUNAAN ELEMEN AKAR SILISIDA KE- RAPATAN, gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR G-GAS Setiyanto, Tagor M. Sembiring, Surian Pinem Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR) ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR) Disusun oleh: KHODIJAH AMINI M0211043 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR) Andang Widi Harto 1), Arnoldus Lambertus Dipu 2), Alexander Agung 3) 1)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan

Lebih terperinci

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR (SMR) Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN. EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN Rizki Budi Rahayu 1, Riyatun 1, Azizul Khakim 2 1 Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola TINJAUAN PUSTAKA Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah salah satu metode analisis multivariat yan bertujuan untuk memisahkan beberapa kelompok data yan sudah terkelompokkan

Lebih terperinci

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh)

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh) DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh) ABSTRACT Process dynamics is variation of process performance along time after any disturbances are given into the process. Temperature measurement

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT Nevi Haryani, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: neviharya31@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)

Lebih terperinci

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control

Desain Pengaturan Level pada Coupled Tank Process dengan Menggunakan Metode Model Predictive Control JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) F 4 Desain Penaturan Level pada Coupled Tank Process denan Menunakan Metode Model Predictive Control Evira Dyah Puspitarini, Rushdianto

Lebih terperinci

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR R. Sigit E.B. Prasetyo, Andang Widi Harto, Alexander Agung Program Studi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM ABSTRAK DESAIN

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka.

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca modul dan menelesaikan

Lebih terperinci

Diterima editor 10 Agustus 2011 Disetujuai untuk publikasi 26 September 2011

Diterima editor 10 Agustus 2011 Disetujuai untuk publikasi 26 September 2011 I Nomor : 266/AU1/P2MBI/05/2010 Analisis Transien Pada Fixed... (M. Rizaal) ANALISIS TRANSIEN PADA FIXED BED NUCLEAR REACTOR M. Rizaal, A.W. Harto, Sihana Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5

ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5 Sukmanto Dibyo ISSN 0216-3128 197 ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5 Sukmanto Dibyo PTRKN- BATAN, E-mail : sukdibyo@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS KARAKTERISTIKA

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE)

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Elsa Melfiana *, Andang Widi Harto,, Alexander Agung, * Program

Lebih terperinci

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR Lily Suparlina, Tukiran Surbakti Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir, PTKRN-BATAN Kawasan PUSPIPTEK Gd. No. 80 Serpong Tangerang

Lebih terperinci

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1.

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1. GERAK PADA BIDANG DATAR 1. Gerak denan Percepatan Tetap C Gb. 1 Grafik kecepatan-waktu untuk erak lurus denan percepatan tetap Pada ambar 1, kemirinan tali busur antara titik A dan B sama denan kemirinan

Lebih terperinci

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF 1. PELURUHAN EKSPONENSIAL Proses peluruhan merupakan statistik untuk nuklida yang cukup banyak, maka banyaknya peluruhan per satuan waktu (dn/dt)

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW

PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW Agus Cahyono 1, Demon Handoyo, 2 dan Khairul Handono 3 1, 2, 3 P Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang

Lebih terperinci