Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua"

Transkripsi

1 Bab Sembilan Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua Pengantar Untuk menepis sinyalemen dan pernyataan banyak kalangan tentang hubungan pela dan gandong sekedar sebagai simbol permukaan, yang dinilai tidak mampu mencegah konflik yang terjadi antar komunitas sejak tahun Pernyataan PM Laksono yang melakukan penelitian di Maluku untuk disertasi doktornya mengatakan bahwa, hubungan pela di Maluku hanya bersifat bilateral dan tidak menyeluruh. Belum lagi bila dihubungkan dengan masyarakat asal luar daerah yang tidak terikat secara kultural dengan hubungan semacam itu [Kompas, Minggu 31 Januari 1999]. Pernyataan seperti ini tentu ada benarnya, tetapi juga ada tidak benarnya. Untuk memberikan kesimpulan seperti itu peneliti tentu harus melakukan penelitian secara mendalam untuk memahami sejarah dan proses terbentuknya pranata sosial pela dan gandong yang mengikat warga kedua komunitas. Bagi seorang peneliti dari luar Ambon, jika melihat penampakan-penampakan yang hanya muncul di permukaan saja, tentu ia akan terjebak untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulan yang keliru tentang realitas kehidupan masyarakat. 151

2 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Diakui sungguh bahwa, kedua pranata sosial tersebut mengalami pelemahan akibat intervensi berbagai kebijakan publik selama Orde Baru, dan di masa Orde Reformasi, simbol itu digunakan oleh para elit politik mengelola kepentingan pemerintahan [Kompas, Minggu 31 Januari 1999]. Untuk memperoleh pengetahuan secara utuh dan menyeluruh tentang proses reintegrasi sosial pasca konflik, berikut ini akan diberikan gambaran tentang struktur dan sistem sosial yang sedang muncul di pulau Saparua. Interaksi sosial antar indivud, intra komunitas dan antar komunitas yang terjadi dalam ruang-ruang sosial, merupakan temuan menarik untuk menggambarkan realitas tersebut. Di samping itu, kesadaran sebagai satu gandong dan praktek untuk mempertegaskan kembali hubungan gandong antar kedua komunitas, juga akan diberikan gambaran. Kehidupan Sehari-hari Pasar Seluruh upaya warga masyarakat untuk memperoleh barangbarang kebutuhan pokok demi menunjang kelangsungan hidup mereka, pasar yang ada di ibukota Kecamatan [Saparua] merupakan tempat transaksi [antara penjual dan pembeli] yang ramai dikunjungi orang baik dari pulau Saparua, maupun yang datang dari pulau Nusalaut serta sebagian warga masyarakat dari pulau Haruku dan dari pulau Seram [Seram Bagian Barat]. Ada tradisi yang sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat untuk menentukan seluruh aktivitas pasar tersebut selama seminggu, yakni pada hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat aktivitas di pasar berlangsung biasa-biasa saja dan relatif hanya dikunjungi oleh warga masyarakat di pulau Saparua. Sedangkan pada hari Rabu dan Sabtu, adalah hari-hari yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat baik dari pulau Saparua sendiri maupun yang datang dari pulau Nusalaut dan sebagian warga masyarakat yang datang dari pulau Haruku. 152

3 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Mereka datang 1 tidak semata-mata bertujuan untuk membelanjakan barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari [seperti misalnya sabun cuci, gula pasir, minyak tanah, teh, kopi, dan sebagainya], tetapi juga membawakan hasil kebun mereka untuk dijual di pasar. Pasar yang berlangsung pada hari Rabu dan Sabtu disebut pasar pulu [pasar pulau]. Tidak itu saja, namun pada tanggal 24 dan tanggal 31 desember setiap tahun berjalan, juga merupakan hari-hari yang sangat ramai dikunjungi masyarakat dari ketiga pulau tersebut. Aktivitas pasar yang terjadi pada tanggal 24 desember disebut pasar kajadiang, sedangkan yang berlangsung pada tanggal 31 desember disebut pasar kunci taong. Aktivitas pasar pulu, pasar kajadiang dan pasar kunci taong merupakan tradisi yang sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat di ketiga pulau tersebut karena sudah berlangsung kurang lebih enam puluh tahun lalu. Masyarakat yang datang dari pulau Nusalaut, sebagian dari pulau Haruku, dan bahkan juga ada yang datang dari Negeri Tihulale dan negeri Latu Hualoi di pulau Seram. Selesai menjual hasil kebun, mereka membelanjakan berbagai barang kebutuhan pokok, dan dengan menggunakan kapal-motor yang ditumpangi kemudian kembali ke kampung halaman mereka. Adakalanya kesempatan datang ke pasar juga dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dengan saudara mereka yang tinggal di pulau Saparua. 2 Dibandingkan dengan hari-hari biasanya, jenis barang yang dijual pada saat pasar pulu, pasar kajadiang dan pasar kunci taong relatif sangat bervariasi. Aktivitas di pasar pada hari-hari biasa, hanya berlangsung beberapa jam saja [pukul pagi hingga pukul 11 siang WIT] sedangkan pada pasar pulu, pasar kajadiang dan pada pasar kunci taong, aktivitas berlangsung lebih lama [dari pukul pagi hingga pukul siang WIT]. Sebelum tahun 1999, warga masyarakat Salam dan Sarane baik dari ketiga pulau tersebut maupun sebagian kecil dari pulau Seram biasanya datang dengan berbagai kepentingan dan bertemu di pasar 1 Masyarakat dari pulau Nusalaut dan sebagian dari pulau Haruku, mereka datang dengan menggunakan perahu-motor. 2 Wawancara dengan Jantje Hursepunny, Nelayan, dari negeri Ameth [pulau Nusalaut] dan Jois Siahaya, Ibu Rumah Tangga, dari negeri Hulaliu [pulau Haruku] serta Eli Pattiwael, pegawai kantor Klasis Saparua [pulau Saparua) yang dijumpai di pasar pulu, pada hari Rabu, tanggal 22 September

4 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku sehingga interaksi yang tercipta tampak sangat harmonis tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada di antara mereka. Namun pada saat terjadi konflik Maluku dan melanda pulau Saparua tahun 1999, aktivitas di pasar tampak hanya dipadati oleh masyarakat Sarane yang datang dari ketiga pulau tersebut. Sekalipun tidak ada larangan untuk berbelanja di pasar, basudara Salam tidak memberanikan diri datang ke pasar. Pada saat eskalasi konflik di pulau Saparua mulai menurun [tahun 2002], dengan menggunakan jasa pengawalan aparat TNI (AD) sejumlah Ibu Rumah Tangga dari negeri Sirisori Salam datang berbelanja ke pasar yang letaknya di pusat kota kecamatan Saparua. Dalam perjalanan yang harus meliwati pemukiman penduduk Sarane, mereka tidak pernah diganggu. Pada saat berjumpa di pasar dengan salah seorang warga komunitas Islam dari negeri Sirisori Salam ketika sedang berbelanja, menuturkan bahwa:...jasa pengawalan aparat TNI yang biasa digunakan relatif mahal sehingga cukup memberatkan mereka dari segi keuangan. Kami percaya bahwa basudara Sarane [Kristen] sangat mengetahui secara pasti situasi yang pernah kita alami secara bersamasama, karena itu kami sangat yakin basudara Sarane tidak akan mengganggu kami. Sejak akhir tahun 2003, kami tidak lagi menggunakan jasa pengawalan aparat TNI, namun dengan penuh rasa percaya diri kami memberanikan diri untuk sendiri pergi berbelanja ke pasar 3. Setelah kondisi keamanan di pulau Saparua mulai kondusif [tahun 2004] dan hingga kini, aktivitas jual-beli di pasar berlangsung sangat intensif. Warga masyarakat kedua komunitas terlibat dalam proses interaksi yang tampak sangat harmonis sehingga sulit bagi kita4 untuk dapat membedakan secara tepat mana yang Salam dan mana yang Sarane. Dalam percakapan di pasar misalnya, mereka menggunakan bahasa melayu Ambon yang sangat lancar. Jika dicermati secara saksama, perbedaan itu hanya dapat diketahui dari dialek pada saat warga kedua komunitas terlibat dalam berbagai percakapan. 3 Hasil wawancara dengan Jen Holle [salah seorang Ibu Rumahtangga] dari negeri Sirisasi Salam yang dijumpai di pasar Saparua, pada tanggal 24 September Terutama bagi orang luar yang baru pertama kali datang ke pasar. 154

5 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Ativitas Jual-Beli yang berlangsung di Pasar Saparua Bagi orang luar yang baru pertama kali datang ke Saparua dan mengunjungi pasar, tentu sangat sulit untuk membayangkan bagaimana dinamika interaksi yang terjadi antar warga kedua komunitas. Yang dapat dikatakan adalah bahwa interaksi timbal-balik yang terjalin saat itu merupakan suatu konstruksi sosial, dengan asumsi bahwa kejadian itu benar-benar merupakan suatu realitas sosial. Beberapa pertanyaan penting yang perlu dikemukakan dalam kaitan dengan realitas sosial yang muncul tersebut adalah, apa yang melatarbelakangi pemikiran sehingga mereka dapat berbaur antara satu dengan yang lainnya?; apakah masih ada perasaan saling curiga yang munmcul ketika mereka terlibat dalam proses-proses sosial di pasar saat itu? Pertanyaan seperti ini tentu sangat sulit untuk dijawab secara tepat jika tidak didukung dengan data lapang yang akurat. Berikut ini akan diberikan catatan lapangan yang menyangkut dengan hal tersebut. Dari hasil penelusuran sejarah, diketahui bahwa antara komunitas Kristen dan Islam [khususnya masyarakat dari beberapa negeri] di Saparua memiliki hubungan kekerabatan yang terwujud dalam bentuk ikatan pela. Dapat diketahui secara pasti bahwa orang Ouw [Kristen] dan orang Sirisori [Islam-Kristen] memiliki hubungan pela. Kemudian, antara orang Sirisori [Islam] dengan orang Haria [Kristen], ternyata memiliki hubungan pela keras atau pela dara, yang sudah terjalin sejak para leluhur. Karena itu, interaksi yang terjadi dalam 155

6 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku berbagai konteks hubungan sosial antar warga kedua komunitas yang memiliki hubungan pela seperti ini tentu memperlihatkan suatu hubungan yang sangat akrab, karena pada saat terlibat dalam berbagai percakapan secara timbal-balik, mereka saling menyapa dengan menyebut ela secara bergantian antara satu dengan yang lain. Bagi mereka, sebutan seperti itu memiliki makna yang sangat dalam yang menggambarkan adanya kedekatan hubungan antara mereka satu dengan yang lainnya. Karena itu, pada saat berbicara, mereka tidak boleh parlente [berbohong], harus saling terbuka untuk menerima satu dengan yang lain, sebab jika tidak, mereka akan mendapat sanksi berupa kutukan dari arwah para leluhur. Kutukan tersebut biasanya terwujud dalam bentuk musibah yang menimpa mereka yang dengan sengaja melakukan pelanggaran. 5 Terlepas dari apakah musibah yang menimpa seseorang tersebut benar-benar merupakan sanksi dari para leluhur atau tidak, yang menarik perhatian di sini adalah mereka percaya bahwa musibah yang dialaminya merupakan sanksi yang telah diberikan oleh arwah leluhur kepadanya. Cara warga kedua komunitas memahami sanksi tersebut, ditentukan oleh suatu pengalaman yang pernah dialami mereka, yang selalu diperhatikan pada saat berinteraksi dengan sesama saudara pela dalam berbagai konteks hubungan sosial. Sebagaimana dinyatakan oleh MS, 57 tahun, Islam, bahwa, kami hanya bisa menyerahkan kepada hukum adat saja apabila pela tidak jujur terhadap saudara pelanya. Sarana Angkutan Umum Sarana angkutan umum merupakan salah satu fasilitas penting yang biasanya dimanfaatkan oleh anggota masyarakat dalam membuat perjalanan baik dalam suatu pulau tertentu, maupun antar pulau untuk berbagai kepentingan. Sebelum konflik Maluku malanda masyarakat di pulau Saparua, mobil angkutan umum dan motor laut merupakan sarana transportasi penting yang dimanfaatkan oleh anggota masyarakat 5 Hasil wawancara dipasar dengan Mr.S [39 thn, Kristen] Ibu Rumahtangga dari negeri Ouw, Ad.S [42 thn, Islam] Ibu Rumahtangga dari negeri Sirisori Salam, dan Ok.M [49 thn, Kristen] seorang penjual ikan dari negeri Haria. 156

7 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong dari berbagai komunitas untuk bepergian baik di dalam pulau Saparua, maupun dari Saparua ke pulau Ambon. Namun pada saat konflik melanda Saparua, fasilitas angkutan umum tersebut hanya dimanfaatkan oleh komunitas sarane sedangkan komunitas salam lebih memilih untuk memanfaatkan speed boat yang didatangkan dari negeri Tulehu [di pulau Ambon] untuk melayani mereka bepergian baik ke kota Masohi [di pulau Seram] maupun ke pulau Ambon untuk berbagai keperluan. Setelah kondisi keamanan di pulau Saparua mulai kondusif, yang ditandai dengan mulai lancarnya mobil angkutan umum untuk melayani penumpang pulang pergi [PP] dari negeri Ullath dan Ouw ke kota kecamatan Saparua, tanpa ada keragu-raguan sedikitpun warga komunitas salam [khususnya dari Sirisori Salam] memberanikan diri memanfaatkan fasilitas tersebut untuk pergi berbelanja ke pasar. Pada saat itu, sama sekali mereka tidak ragu memilih mobil 6 untuk ditumpangi. Hingga bulan September tahun 2010, tidak ada rasa saling curiga antara satu dengan yang lainnya, karena itu jika ada keperluan mendesak di kota Saparua atau di Ambon, tanpa ragu-ragu mereka dapat tumpangi setiap mobil angkutan umum yang melintasi negeri Sirisori Salam untuk pergi ke Saparua kemudian melanjutkan perjalanan dengan menunpang mobil angkutan umum lainnya menuju pelabuhan motor laut di negeri Haria, kemudian dapat melanjutkan perjalanan mereka dengan kapal cepat ke pelabuhan Tulehu di pulau Ambon. Pada saat naik ke dalam mobil, mereka duduk membaur dan tidak ada yang duduk memisahkan diri dari yang lainnya, mereka [warga masyarakat kedua komunitas] saling menyapa dan saling merangkul antara satu dengan yang lain. Mereka mulai berceritera tentang berbagai kesulitan untuk memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagainya7. Tidak ada lagi perasaan dendam antara 6 Ada mobil angkutan umum milik warga Sirisori Salam yang biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di kota Kecamatan Saparua, namun jika ada keperluan mendesak mereka dapat memanfaatkan mobil angkutan umum lain yang melayani penumpang Ullath dan Ouw. 7 Hasil wawancara dengan Bapak Jan Pical [Sopir Angkot], September

8 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku mereka satu dengan yang lain, karena itu percakapan-percakapan yang terjadi di dalam mobil seolah-olah memperlihatkan tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Realitas ini tentu saja dapat terjadi karena mereka sudah sangat saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Sudah berpuluhpuluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun para leluhur mereka hidup berdampingan karena letak negeri mereka saling berdekatan [bertetangga], serta mereka pernah miliki pengalaman yang sama dalam berbagai konteks hubungan sosial. Konflik Maluku yang melanda pulau Saparua tahun 1999 saja yang memisahkan mereka satu dengan yang lainnya. Informan yang dijumpai menuturkan bahwa: Sekarang ini sudah tidak ada batas[jarak] lagi di antara katong 8 [salam dan sarane]. Pengalaman konflik yang sama-sama katong hadapi merupakan pelajaran berharga par [untuk] katong samua. Katong hidop [hidup] sudah susah, jang biking akang lebih susah lai. Sampe jua, katong pung anak-anak mau sekolah dengan baik 9. Katong bakalai jua seng ada untung, biking katong hidop [hidup] lebih sengsara. Orang luar tertawa katong, karena abis bakalai dorang [mereka] pulang, tetapi katong kalau bakudapa [bertemu] laeng putar muka dari laeng. 10 Hal ini tidak berbeda dengan realitas yang terjadi pada saat warga kedua komunitas sama-sama menggunakan kapal-motor laut dari pelabuhan Haria menuju ke pelabuhan Tulehu di pulau Ambon 11. Pada saat naik ke atas kapal, mereka [para penumpang dari kedua komunitas] tidak memilih tempat duduk secara terpisah. Mereka duduk membaur sehingga agak sulit untuk membedakan mereka satu dengan yang lainnya. Selama dalam perjalanan, mereka terlibat dalam percakapan-percakapan yang sangat intensif. Tema-tema percakapan cenderung lebih banyak menyangkut dengan berbagai kesulitan yang mereka 8 Dialek melayu Ambon yang menunjukkan kita 9 Hasil wawancara dengan A P [Ibu rumahtangga dari negeri Sirisori Salam], tanggal 27 September Hasil wawancara dengan Merry Sahetapy (Ibu rumahtangga dari negeri Ouw], tanggal 27 September Waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan dari pelabuhan Haria ke pelabuhan Tulehu dengan menggunakan kapal Cepat, kurang lebih menit. 158

9 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong hadapi dalam realitas kehidupan sehari-hari. Menurut beberapa orang informan, kondisi ini umumnya dilatarbelakangi oleh keinginan masing-masing orang [penumpang] untuk mendapatkan kebebasan dalam mendiskusikan berbagai persoalan hidup yang dihadapi. Saling bertegur sapa dan kadang-kadang mengobrol di tempat duduk [di atas kapal-motor], mewarnai pola interaksi warga kedua komunitas selama dalam perjalanan. Meskipun saat ini tersedia sarana transportasi laut yang lain [KM Ferry] milik PT ASDP cabang Ambon yang menyinggahi dermaga Ferry di bagian selatan pulau Saparua [tepatnya di negeri Kulur, pemukiman Salam], di mana dua hingga tiga kali dalam seminggu biasanya mengangkut penumpang dari Saparua ke Tulehu, namun warga masyarakat Sirisori Salam cenderung lebih suka memilih untuk bepergian ke Ambon melalui pelabuhan Haria. Pada saat pergi dengan menggunakan kenderaan sendiri, mereka baru menggunakan sarana transportasi tersebut. Jika mereka memerlukan waktu lebih cepat untuk tiba di Ambon, maka speed boad atau kapal cepat 12 yang mengangkut penumpang di pelabuhan Haria biasanya digunakan tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada di antara mereka. Dalam situasi seperti ini, maka sebagai konsekuensi logis dari keberadaan dermaga kapal-motor penumpang di negeri Haria, negeri ini kemudian menjadi tempat pertemuan warga dari kedua komunitas. Intensitas pertemuan warga kedua komunitas semakin tinggi, sejak situasi keamanan mulai kondusif hingga saat ini. Sekarang ini kalau mau datang ke Haria siang atau malam beta [saya] datang saja, beta tidak takut, beta percaya basudara Sarane seng akan biking susah beta. Samua [seluruh] warga masyarakat negeri Haria ini beta pung pela, lihat beta dari jauh lagi dong [mereka] sudah sapa beta ela. Kalau mau ke Ambon, beta mau naik speed boad atau kapal-motor tergantung beta punya suka, tapi kalau beta perlu [butuh] cepat, biasanya beta naik speed boad Waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan dari pelabuhan Haria ke pelabuhan Tulehu dengan menggunakan speed boad, kurang lebih 45 menit. 13 Hasil wawancara dengan Jenna [salah satu Ibu Rumahtangga dari Sirisori Salam] penumpang Speed Boad dari Haria ke Tulehu, tanggal 2 Oktober

10 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Pengamatan langsung pada saat penulis menggunakan jasa angkutan penyeberangan KM Ferry untuk kembali ke Ambon [pertengahan Oktober 2010] menunjukkan bahwa, jadwal tetap keberangkatan sarana angkutan tersebut dari dermaga penyeberangan di negeri Kulur biasanya pada sore hari [jam WIT] dan diperlukan waktu 3 jam perjalanan baru tiba di dermaga penyeberangan Tulehu. Selain dimanfaatkan oleh warga masyarakat kedua komunitas {yang beraktivitas sebagai pedagang antar pulau biasanya setiap saat memanfaatkan jasa angkutan ini untuk membawakan barang-barang dagangan mereka [seperti, umbi-umbian, pisang, kelapa, dll] untuk kemudian dijual di pasar Passo atau pasar di kota Ambon}, juga para pedagang cina di kota Saparua biasanya memanfaatkan sarana angkutan ini mengangkut kenderaan [mobil truk] mereka untuk mengambil barang-barang dagangan di kota Ambon. Kenyataan seperti ini tentu sangat sulit dibayangkan, jika ada keperluan mendesak dari warga masyarakat kedua komunitas yang dapat diselesaikan di Ambon, kemudian harus kembali pada hari itu juga. Karena itu, tidak ada pilihan bagi mereka untuk menggunakan sarana angkutan lain yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam perjalanan. Lagi pula, jadwal tetap dari jasa angkutan Kapal Cepat dalam sehari biasanya jam WIT, berangkat dari pelabuhan Haria menuju pelabuhan Tulehu, kemudian pada jam WIT berangkat dari pelabuhan Tulehu kembali ke pelabuhan Haria. 160

11 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong KM Ferry milik PT ASDP cabang Ambon, yang melayari rute Tulehu, Kailolo, Kulur dan Latu, p.p., tiga kali dalam seminggu Sedangkan sarana angkutan Speed Boad, setiap jam melayani penumpang dari pelabuhan Haria ke pelabuhan Tulehu pulang-pergi, dan mereka baru berhenti pada pukul WIT. Tidak tertutup kemungkinan, apabila sudah meliwati batas waktu tersebut namun jika ada warga masyarakat kedua komunitas yang membutuhkan sarana angkutan tersebut untuk dicarter, dengan senang hati akan dilayani tergantung pada kesepakatan dari mereka tentang uang sewa atau bayaran. 161

12 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Menurut informan 14, kepercayaan warga komunitas Islam untuk menggunakan speed-boad maupun kapal motor dari pelabuhan Haria ke pelabuhan Tulehu, dilihat sebagai tanggung jawab kemanusiaan yang harus dilaksanakan secara baik. Dalam hal ini, tidak ada perlakuan yang berbeda, tetapi seluruh penumpang diperlakukan sama. Praktik Memperkuat Hubungan Gandong Bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan, perayaan hari-hari besar keagamaan yang dirayakan merupakan salah satu moment penting bagi mereka untuk mempertegaskan kembali sturktur kekerabatan yang terjalin di antara mereka. Apalagi, bagi masyarakat yang sudah berpuluh bahkan beratus tahun menempati pemukiman secara berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Bagi warga masyarakat kedua komunitas yang diteliti, aktivitas saling mengunjungi untuk bersilahturahmi pada saat hari-hari besar keagamaan [Natal dan Lebaran] dirayakan sudah berlangsung sejak lama [dari para pendahulu mereka], hanya terhenti ketika konflik sosial melanda mereka pada tahun Namun, ketika situasi keamanan di pulau Saparua mulai kondusif, aktivitas tersebut kembali berlangsung. Ketika konflik Maluku mulai terjadi di kota Ambon tanggal 19 Januari tahun 1999, saat itu bertepatan dengan perayaan Idul Fitri yang dilaksanakan oleh komunitas Islam di negeri Siri Sori Salam. Pada saat itu, sejumlah warga dari komunitas Kristen di Sirisori Sarane sementara berada di dalam pemukiman komunitas Islam untuk bersilahturahmi dengan sesama saudara yang sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Sekalipun demikian, aktivitas saling mengunjungi untuk memberikan ucapan selamat tetap berlangsung hingga sore hari dalam situasi yang aman dan terkendali. Menjelang malam, warga masyarakat dari komunitas Kristen diantar ke wilayah perbatasan oleh sejumlah warga dari komunitas Islam dari negeri Sirisori Salam. Menurut salah satu informan MS [57 tahun, Islam] bahwa, saat itu mereka tidak dikunjungi oleh saudara gandong dari Sirisori Sarane 14 J. Manuhutu [Pengemudi Speed Boad] dan V. Hattu [salah satu ABK Kapal Cepat]. 162

13 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong saja, tetapi beberapa orang saudara pela dari negeri Ouw [Kristen] dan dari negeri Haria [Kristen] juga datang memberikan ucapan selamat kepada kami. Kemudian pada saat basudara kami yang sarane [Kristen] merayakan Hari Natal, giliran kami yang pergi mengunjungi untuk memberikan ucapan selamat kepada mereka. Aktivitas saling mengunjungi seperti ini sudah berlangsung sejak lama, tanpa ada gangguan sedikit-pun. Pengakuan MS tersebut di atas senada dengan pernyataan dari dua orang informan lainnya, yakni AP [47 tahun, Kristen] dari negeri Ouw dan SM [55 tahun, Kristen] dari negeri Sirisori Sarani ketika ditemui di tempat terpisah. Menurut mereka, bukan kali ini saja mereka baru saling mengunjungi untuk memberikan ucapan selamat, tetapi kegiatan ini sudah berlangsung dari orang tua-tua mereka sejak dahulu. Mereka mengisahkan bahwa satu atau dua hari menjelang dirayakan hari-hari raya besar keagamaan pada masa lalu, orang tua-tua mereka [khususnya yang memiliki marga yang sama, sekalipun berbeda agama yang dianut] sudah mengantarkan bahan makanan berupa hasil kebun kepada saudara mereka yang akan merayakan Natal atau Lebaran. Kegiatan saling mengunjungi untuk bersilaturahmi antar kedua komunitas pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan dirayakan baru saja berhenti, ketika konflik sosial melanda pulau Saparua. Diakui secara polos oleh para informan bahwa sebenarnya ada kerinduan untuk saling mengunjungi, namun situasi keamanan pada saat itu [saat konflik] tidak memungkinkan, serta kehadiran orang luar [dalam jumlah relatif banyak] yang tidak mengetahui relasi-relasi sosial yang telah terbangun sejak lama di antara warga kedua komunitas di pulau Saparua. Setelah kondisi keamanan benar-benar telah pulih, tradisi saling mengunjungi untuk bersilaturahmi antar warga kedua komunitas pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan dirayakan mulai terjalin kembali. Tanpa diundang sekalipun namun pada saat Hari Natal dan Idul Fitri dirayakan, mereka masing-masing mengetahui dengan pasti, siapa yang harus mereka kunjungi. Perjumpaan timbal-balik yang terjadi pada saat Hari Natal dan Idul Fitri dirayakan, merupakan perjumpaan 163

14 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku untuk saling melepas kerinduan karena mereka dipisahkan beberapa tahun selama konflik berlangsung. Sambil berjabat tangan dan saling merangkul antara satu dengan yang lain dan memberikan ucapan selamat, merupakan ungkapan yang sangat dalam dari warga kedua komunitas. Mereka mulai saling berceritera tentang pengalaman yang dialami selama konflik berlangsung, serta tema-tema ceritera lain yang berhubungan dengan berbagai kesulitan yang mereka hadapi dalam realitas kehidupan sehari-hari. Memaknai realitas sosial yang berkembang saat ini, MS, 57 tahun, Islam menyatakan bahwa, hubungan sosial antar kedua komunitas yang terjalin saat ini jauh lebih baik dibanding dengan beberapa tahun sebelum konflik melanda mereka. Dikatakan selanjutnya bahwa, hidup kami [warga kedua komunitas] terasa tidak lengkap apabila kami tidak saling mengunjungi untuk bersilaturahmi ketika hari-hari besar keagamaan dirayakan. Hal tersebut disebabkan karena, tradisi untuk saling mengunjungi antara satu dengan yang lain sudah berlangsung sejak lama, dari para leluhur mereka. Relasi sosial antar warga kedua komunitas di pulau Saparua, semata-mata tidak hanya terjalin ketika hari-hari besar keagamaan di rayakan saja, tetapi terwujud pula dalam berbagai aktivitas kesaharian yang dilaksanakan oleh mereka. Beberapa kasus yang dijumpai dalam daur kehidupan mereka dapat dikemukakan pada bagian ini untuk bisa digunakan dalam rangka memahami seberapa jauh dinamika interaksi yang terjadi dalam kehidupan warga kedua komunitas. Pertama. Pada acara baptisan yang akan dilakukan terhadap salah seorang anak dari keluarga Saimima [Kristen] di Negeri Sirisori Sarani, seminggu sebelumnya orang tua dari anak tersebut telah pergi memberitahukan sekaligus mengundang keluarga besar Saimima [Islam] di negeri Sirisori Salam untuk menghadiri sekaligus merayakan acara tersebut. Informasi yang diperoleh dari informan Tj. S 49 tahun [orang tua dari anak yang dibaptis] bahwa, keluarga besar Saimima yang diundang, mereka datang dan secara bersama-sama merayakan acara tersebut. Demikian pula sebaliknya, pada acara sunatan yang pernah dilakukan terhadap salah seorang anak dari keluarga 164

15 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Sopamena [Islam] di Sirisori Salam, orang yang pertama kali diberitahu sekaligus diundang untuk ikut bersama-sama merayakan acara tersebut adalah keluarga besar Sopamena [Kristen] dari Sirisori Sarani, kemudian baru mereka mengundang para tetangga yang tinggal secara berdekatan untuk menghadiri acara tersebut dengan mereka. Kedua. Ketika salah seorang anggota keluarga dari marga Sopaheluwakan 15 [Islam] meninggal dunia di Sirisori Salam, anaknya 16 pertama-tama pergi menghubungi salah satu dari keluarga besar Sopaheluwakan [Kristen] di Sirisori Sarani untuk memberitahukan mereka tentang kejadian tersebut. Beberapa saat ketika berita duka tersebut didengar oleh semua keluarga besar Sopaheluwakan di negeri Sirisori Sarani, mereka mengumpulkan hasil kebun berupa pisang, dan umbi-umbian yang masih ada di rumah mereka saat itu, kemudian pergi menuju ke rumah duka sekaligus membawa hasil kebun tersebut dan menyerahkannya kepada keluarga yang sedang berduka. Pada saat jenazah almarhumah dibawa ke mesjid sebelum disemayamkan, keluarga Sopaheluwakan, khususnya laki-laki [Kristen] ikut serta mengantar jenazah tersebut hingga selesai dilakukan pemakaman di lokasi pekuburan. Sekembalinya dari lokasi pemakaman, mereka juga mengikuti acara tahlilan yang dilakukan pada malam hari, sekalipun mereka tidak bertahan hingga selesai. Ketika dilakukan konfirmasi dengan YS 54 tahun [Kristen] salah seorang dari keluarga Sopaheluwakan di Sirisori Sarani yang mengikuti proses pemakaman hingga selesai saat itu, mengatakan bahwa yang meninggal itu adalah salah satu orang tua kita. Dari silsilah keluarga, kami [keluarga Sopaheluwakan di Sirisori Salam maupun di Sirisori Sarani] berasal dari satu moyang, hanya yang satu menganut agama Islam dan yang lain menganut agama 15 Yang meninggal dunia tersebut adalah seorang Ibu, yang sudah berusia 80 tahun lebih. 16 Hasil wawancara, September 2010 dengan S 57 tahun [Islam] utusan dari keluarga Sopaheluwakan yang pergi memberitahu berita kedukaan tersebut kepada keluarga besar Sopaheluwakan [Kristen] di negeri Sirisori Sarani. 165

16 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Kristen. Kami memang berbeda agama, tetapi kami berasal dari satu keturunan 17. Ketiga. Pada saat salah satu keluarga Pelupessy [Islam] dari Sirisori Salam akan menikahkan anak laki-laki-nya, tiga hari sebelumnya keluarga Pelupessy [Islam] membuat acara kumpul basudara yang satu marga baik Islam maupun Kristen [dari negeri Sirisori Salam, Sarani, maupun dari negeri Ouw] diundang untuk menghadiri acara tersebut. Acara ini dilaksanakan semata-mata hanya bermaksud untuk memberitahukan secara resmi tentang persiapan untuk menikahkan anak mereka, sekaligus meminta dukungan moral dan material dari semua keluarga besar Pelupessy. Tepat pada tanggal 18 Oktober tahun 2007, acara kumpul basudara dapat dilaksanakan dan perwakilan dari seluruh keluarga Pelupessy dari ketiga negeri menghadirinya. Kesepakatan yang dicapai saat itu adalah mereka semua sepakat untuk mengumpulkan bantuan [badati] bahan makanan dalam rangka mensukseskan acara pernikahan tersebut. Ketika acara pernikahan dilangsungkan pada tanggal 21 Oktober [tepat pada saat merayakan hari Lebaran tahun 2007], group band dari negeri Ulath [Kristen] diundang dan mereka datang untuk memeriahkan pesta pernikahan tersebut hingga selesai. Ketika dilakukan wawancara dengan salah satu informan kunci [Ai. P, 33 tahun, Kristen] dari negeri Sirisori Sarani, dengan maksud untuk mengetahui secara jelas tentang acara pernikahan itu, informan tersebut secara tegas mengatakan peristiwa itu memang benar-benar terjadi karena ia sendiri juga hadir baik pada saat acara pertemuan keluarga besar Pelupessy [Islam dan Kristen], maupun ketika pesta pernikahan dilangsungkan. Keempat. Ketika acara pelantikan raja negeri Sirisori Salam [Islam] akan dilaksanakan, sekalipun tanpa diundang, warga masyarakat dari negeri Sirisori Sarani [Kristen] serta dari negeri Ouw [Kristen] datang untuk mengerjakan sabuah [rumah tenda] yang akan dipergu- 17 Lihat pula hasil temuan Eklevina Pattinama, Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor pada program Studi Antropologi, Universitas Indonesia, tahun

17 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong nakan untuk melangsungkan pesta pelantikan raja. Kedatangan warga dari komunitas Kristen tersebut disebabkan karena antara masyarakat negeri Sirisori Salam dengan masyarakat negeri Sirisori Sarani terikat dalam satu ikatan gandong, sedangkan dengan masyarakat dari negeri Ouw, mereka terikat dalam satu ikatan pela. Sebaliknya, ketika acara pelantikan raja negeri Sirisori Sarani akan dilaksanakan, hal yang sama juga terjadi. Pada pertengahan bulan Desember 2010 yang lalu ketika acara pelantikan raja negeri Ouw dilaksanakan, sebagian warga kedua komunitas dari negeri Sirisori Sarani dan dari negeri Sirisori Salam, juga hadir dan mengikuti secara saksama seluruh rangkaian acara tersebut, hingga selesai. Pertanyaan penting yang perlu dikemukakan di sini adalah, apa yang melatarbelakangi pemikiran warga kedua komunitas sehingga kebekuan interaksi yang terjadi pada saat konflik melanda mereka, ternyata dalam waktu yang begitu singkat dapat mencair kembali? Realitas sosial sebagaimana digambarkan di atas, tentu mesti dilihat sebagai upaya dari warga masyarakat kedua komunitas untuk memelihara dan merawat serta tetap mempertahankan hubungan sosial yang terjalin melalui ikatan pela dan ikatan gandong. Karena itu, sekalipun konflik melanda mereka namun realitas hubungan warisan para leluhur, tetap tidak dapat dibiarkan begitu saja. Salah seorang informan kunci MS, 57 tahun, Islam 18 menyatakan bahwa, pada saat konflik sedang berlangsung dan kami [komunitas Islam] mengalami kesulitan bahan makanan, namun ketika saudara pela kami dari Ouw [Kristen] dengan menggunakan speed boad hendak pergi ke Saparua dan pada saat akan meliwati depan negeri kami, mereka melepaskan bahan makanan berupa pisang 19 ke laut [air laut] kemudian kami menggunakan sampan [perahu] untuk pergi mengambilnya. Hanya dengan cara ini saja yang dapat dilakukan, karena saat itu putusnya jalur transportasi darat yang menghubungkan 18 Hasil wawancara mendalam dengan Bapak MS [Islam] tanggal 27 September, tahun Pisang diambil dari hasil kebun, dan bila dilepaskan ke laut, pisang tetap terapung, tidak tenggelam ke dasar laut seperti hasilkebun lain, misalnya umbi-umbian. 167

18 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku kami satu dengan yang lain, di samping pada saat itu masih banyaknya orang luar yang berada di negeri kami mengakibatkan kami tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti. Sekalipun tidak diberitahukan bahwa kami sedang mengalami kesulitan bahan makanan, namun saudara pela kami merasakan hal tersebut. Oleh sebab itu, mereka tergerak untuk membantu kami, walaupun dengan berbagai cara yang harus dilakukan. Lebih jauh ditambahkan bahwa, pada saat saudara gandong kami dari Sirisori Sarani [Kristen] mengungsi ke hutan ketika negeri mereka suda terbakar habis, kami warga Sirisori Salam [Islam] merasakan bahwa mereka sedang mengalami kesulitan bahan makanan, namun kami tidak dapat membantu mereka karena kami sendiri juga mengalami kesulitan bahan makanan. Yang dapat dilakukan oleh saya saat itu adalah, saya sangat merasa sedih ketika mengingat saudara gandong saya yang sementara berada [mengungsi] di hutan pada saat itu. Reintegrasi Berbasis Gandong Hubungan antar Komunitas: Gandong sebagai Kekuatan Perekat [Bridging] Ikatan Gandong [budaya lokal] merupakan variabel yang teridentifikasi pada penelitian lapangan September 2010 lalu. Budaya lokal adalah berfungsinya nilai, norma dan kebiasaan (tradisi) lokal berkaitan dengan perilaku kolektif komunitas yang secara khusus berkenan dengan perilaku reintegrasi sosial. Hasil wawancara mendalam yang dilakukan pertama kali dengan sejumlah informan kunci, variabel ini belum dapat terungkap secara jelas. Namun pada saat dilakukan wawancara kembali, hal ini justeru menjadi temuan serta masukan menarik dan penting baik terhadap perilaku individu maupun pada perilaku kolektif. Pada tingkat individu, hubungan gandong menjadi acuan moral dan pengorganisasian bagaimana kehidupan bersama dan emosi warga diwujudkan dalam tindakan yang tercermin dalam realitas kehidupan sehari-hari. Pada tingkat kolektif, hubungan gandong menjadi kerang- 168

19 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong ka norma dan tindakan kolektif bagaimana merajut kembali ikatan yang terlanjur hancur akibat konflik untuk mencapai sebuah tujuan yang didambakan yakni kehidupan berdampingan secara harmonis. Dambaan tersebut secara umum tampak dari warga kedua komunitas memiliki acuan normatif dalam aktivitas pembangunan kembali gedung Gereja [yang hancur pada saat konflik] dilakukan secara bersama sehingga intensitas hubungan semakin dipertegaskan kembali. Di samping itu, kuatnya dorongan dari komunitas Islam di negeri Sirisori Salam untuk secepatnya memulihkan hubungan dengan saudara gandong, sehingga tidak lagi ada jarak diantara mereka satu dengan yang lainnya. Pengakuan sejumlah informan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena masih berfungsinya budaya lokal yang merupakan warisan para leluhur karena adanya pertalian darah di antara mereka 20 yang menganjurkan saling menyayangi, saling melindungi, dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya; serta nilai-nilai moral yang bersumber dari ajaran agama [Islam dan Kristen] yang mengajarkan pengendalian diri, kesabaran dan cinta kasih dalam membangun kehidupan dengan sesama. Wawancara lepas dengan beberapa orang anggota masyarakat [yang masih berusia muda] dari kedua komunitas pada saat bertemu di jalan terungkap bahwa memang tidak terlalu mendalam untuk mencari akar budaya lokal ini, akan tetapi dari beberapa ucapan lisan yang dituturkan oleh tokoh adat dan salah satu staf pemerintah negeri mengungkapkan kultur tersebut, antara lain kami21 sebenarnya satu, kami makan dusun masuk-keluar, kami miliki marga yang sama 22, dan kami memiliki banyak kesamaan dalam praktik kehidupan seharihari 23. Lebih jauh dituturkan bahwa secara fisik kami memang dua negeri, tetapi kami hanya miliki satu kepala adat. Karena itu, seluruh 20 Munculnya kesadaran dari warga kedua komunitas karena mereka lahir dari rahim yang sama, sekalipun berbeda dari segi agama yang dianut. 21 Warga kedua komunitas 22 Marga Patty, Pelupessy, Saimima, Sanaki dan beberapa marga lainnya selain ada [Kristen] di negeri Sirisori Sarani, ada juga [Islam] di negeri Sirisori Salam. 23 Hasil wawancara dengan Bapak MS, 57 tahun [Islam] di negeri Sirisori Salam dan Bapak Ai.P, 33 tahun [Kristen], tanggal 23 dan 24 September

20 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku ritual-ritual adat yang hendak dilaksanakan misalnya upacara adat yang dilaksanakan pada saat pelantikan raja di negeri Sirisori Sarane maupun di Sirisori Salam, kepala adat berfungsi untuk memimpinnya sekaligus melantik calon raja [Kepala Desa] tersebut secara adat. Realitas ini secara tidak langsung menunjukkan kedudukan sebagai kepala adat ternyata memiliki peran yang signifikan karena mendapat legitimasi sosial dari masyarakat atau para pendukung adat. Legitimasi sosial tersebut terbangun dari warisan para leluhur, diawetkan, diwariskan serta dipraktekkan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Ada kecenderungan bahwa proses pewarisan sejarah [hubungan Gandong] dari generasi tua kepada generasi muda dewasa ini tampaknya mengalami hambatan yang cukup berarti. Generasi muda sekarang hanya mengetahui bahwa mereka memiliki hubungan Gandong antar kedua komunitas, namun proses terbentuk hubungan tersebut tidak diketahui secara pasti. Kesadaran sebagai Satu Gandong Ketika kedua komunitas diperhadapkan dengan konflik sosial yang melanda Maluku tahun 1999, realitas ini dihadapi dengan menggunakan mekanisme tradisional 24 yang telah terpola dalam kehidupan masyarakat yang terikat dalam satu hubungan gandong, yakni masyarakat negeri Tamilou 25 di pulau Seram, masyarakat negeri Hutumuri di pulau Ambon dan masyarakat negeri Sirisori Amalatu [Sirisori Salam dan Sarane] di pulau Saparua. Pada saat itu, mekanisme tradisional tersebut kurang memperoleh dukungan yang berarti karena banyaknya orang luar yang terlibat dan memberikan pengaruh secara signifikan yang tercermin dari isyu-isyu yang dikembangkan untuk memprovokasi warga kedua komunitas. Karena itu, sekalipun adanya kesepakatan untuk saling 24 Rapat [pertemuan] Adat. 25 Dalam sejarah hubungan Gandong antara ketiga negeri tersebut, negeri Tamilou merupakan kakak yang tertua kemudian Hutumuri, dan Sirisori Amalatu adalah adik bungsu. Di samping itu, mereka bertiga memiliki dua saudara perempuan lagi, yang satu kawin di negeri Haria [pulau Saparua] dan yang lainnya kawin di negeri Waai [pulau Ambon]. 170

21 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong melindungi antar kedua komunitas yang dicapai dalam pertemuan bersama 26 yang diprakarsai oleh utusan dari negeri Tamilou, namun kedua komunitas tidak dapat menghindar dari realitas konflik sosial yang berkembang pada saat itu. Akibatnya, warga kedua komunitas terlibat dalam konflik terbuka sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kegagalan untuk merawat solidaritas sosial warisan para leluhur sehingga berdampak pada jatuhnya korban jiwa dan harta benda, merupakan permasalahan yang baru pernah terjadi 27. Ia menuturkan bahwa, kehadiran utusan dari negeri Tamilou untuk melakukan pertemuan dengan para tokoh dari kedua komunitas tersebut merupakan cara untuk mengingatkan kembali sekaligus mempertegaskan kembali solidaritas yang tercipta karena hubungan gandong di antara mereka. Keeratan hubungan Gandong di antara mereka akan tetap terpelihara dengan baik apabila mereka yang terikat dalam hubungan tersebut memiliki kesadaran moral untuk merawat ikatan tersebut. Kesepakatan yang dicapai dari pertemuan tersebut sebenarnya mendapat dukungan sepenuhnya dari seluruh warga kedua komunitas, namun mendapat penolakan sepenuhnya dari orang luar 28. Untuk menggantikan kesepakatan tersebut, orang luar berupaya untuk membangun solidaritas atas dasar kesamaan agama yang dianut, sekalipun menimbulkan resistensi dari warga masyarakat di negeri Sirisori Salam. Upaya ini selain terwujud dalam bentuk melakukan daqwah [khotbah] keagamaan yang menekankan pentingnya ukuah islamiah, juga dilakukan dengan cara menyebarkan buku-buku tentang jihad. Buku-buku tersebut selain diberikan untuk anggota masyarakat, juga dibagikan 26 Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan Bapak Made [tokoh Adat] di negeri Sirisori Salam, tanggal 27 September Informan menuturkan bahwa pertemuan tersebut dilaksanakan di negeri Sirisori Salam dan dihadiri oleh tokoh adat dan tokoh masyarakat dari kedua komunitas. 27 Pengakuan Informan kunci Bapak Ai Pelupessy [salah satu Staf Pemerintah negeri Sirisori Sarane] yang diwawancarai di Sirisori Sarane tanggal 22 September Anggota Lasykar Jihad yang datang, tinggal dan membantu komunitas Sirisori Salam untuk menyerang komunitas Sirisori Sarane. 171

22 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku kepada siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Sirisori Salam, sekalipun selang beberapa bulan kemudian ditarik kembali 29. Pertanyaan penting yang perlu dikemukakan di sini yakni, apakah ada keinginan dari masyarakat kedua komunitas untuk merajut kembali solidaritas yang terabaikan pada saat mereka terlibat dalam konflik sosial beberapa waktu lalu? Pertanyaan seperti ini tentu sangat sulit untuk dijawab secara tepat jika tidak didukung dengan data lapang yang akurat. Berikut ini akan diberikan catatan lapangan yang menyangkut dengan hal tersebut. Praktik Mempertahankan Hubungan Gandong [Pembangunan kembali Gedung Gereja] Salah satu peristiwa penting yang dilaksanakan untuk merajut kembali solidaritas yang terabaikan dan sekaligus untuk mempertegas kembali rasa kebersamaan antar warga kedua komunitas adalah dimulainya pembangunan kembali gedung Gereja komunitas Kristen di negeri Sirisori Sarane. Gedung Gereja yang hancur akibat konflik sosial yang melanda masyarakat kedua komunitas pada bulan September tahun 2002, dibangun kembali pada tahun Inisiatif pembangunan kembali gedung Gereja tersebut awalnya muncul dari komunitas Sirisori Salam. Kesadaran yang muncul baik secara individu maupun kolektif dari komunitas Islam di negeri Siri Sori Salam sangatlah beralasan. Dari catatan sejarah para leluhur mereka diketahui bahwa Gedung Gereja pertama [Gereja Tua] komunitas Kristen di negeri Siri Sori Sarane dibangun dan dikerjakan oleh warga komunitas Islam dari negeri Siri Sori Salam. Diceriterakan oleh salah seorang informan kunci bahwa, di masa lalu, kehidupan berdampingan para leluhur dari masyarakat kedua komunitas dibangun atas dasar ikatan darah tanpa membedabedakan mereka satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah sematamata hanya untuk memelihara dan merawat ikatan tersebut yang 29 Hasil wawancara mendalam dengan Bapak x di negeri Sirisori Salam, pada tanggal 27 September Informan menuturkan bahwa, distribusi buku-buku tersebut dilakukan dibawa ancaman. 172

23 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong senantiasa terwujud dalam berbagai konteks hubungan sosial. Di saat itu, hubungan-hubungan sosial antar warga kedua komunitas dipelihara secara baik, sekalipun mereka berbeda agama yang dianut. Karena itu, pembangunan kembali gedung Gereja yang dilaksanakan secara bersama-sama tersebut merupakan ungkapan perasaan senasibsepenanggungan yang tidak dapat dihindari. Cikal bakal dari dimulainya pembangunan kembali gedung Gereja tersebut berawal dari munculnya keinginan serta dorongan yang kuat dari seluruh warga komunitas Sirisori Salam. Keinginan dan dorongan tersebut ketika diketahui oleh pemerintah negeri Sirisori Salam, selang beberapa hari kemudian pemerintah negeri mengambil inisiatif untuk melaksanakan rapat [pertemuan] adat dalam rangka merespons keinginan warga tersebut. Tanpa sepengetahuan warga komunitas Sirisori Sarane [saudara Gandong], pertemuan adat tersebut dilaksanakan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Raja negeri Sirisori Salam dan dihadiri oleh seluruh warga, tokoh adat, tokoh agama dan staf pemerintah negeri. Substansi dari pertemuan tersebut semata-mata hanya membicarakan berbagai hal yang menyangkut dengan persiapan pembangunan kembali gedung Gereja milik saudara gandong. Usai pertemuan tersebut, Raja dan beberapa orang staf pemerintah negeri Sirisori Salam mendatangi dan bertemu dengan pemerintah negeri Sisisori Sarane beserta tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan hasil kesepakatn yang telah dicapai dalam pertemuan adat yang telah mereka laksanakan. Setelah selesai menyampaikan hasil kesepakatan tersebut, pemerintah negeri Sirisori Sarane dan seluruh warga masyarakat memberikan respons positif terhadap hasil kesepakatan tersebut. Pada saat dimulai pembangunan kembali gedung Gereja tersebut, organisasi pemerintah negeri Sirisori Salam turut berperan sebagai pendorong sehingga terjadi kesepakatan untuk mempercepat proses pembangunan. Namun pada saat hendak diimplementasikan kesepakatan tersebut, organisasi pemerintah negeri jugalah yang dominan menjadi motor penggerak bukan saja untuk mengorganisir tenaga kerja semata tetapi juga berupaya membangun jaringan ke kota Ambon 173

24 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku untuk mengumpulkan dana [biaya] sehingga kesepakatan tersebut dapat diwujudkan dan tidak menimbulkan kekecewaan warga. Dalam situasi seperti ini, organisasi pemerintah negeri sangat berfungsi sebagai pengatur perilaku kolektif, menstruktur pola tindakan kolektif menjadi sebuah tindakan yang bertujuan namun terkendali secara sosial. 30 Mengawali aktivitas pembangunan kembali gedung Gereja, dibentuk panitia untuk mempersiapkan berbagai hal sehubungan dengan kegiatan tersebut. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa cikal bakal pembentukan panitia tersebut berawal dari adanya rapat [pertemuan] adat yang dilakukan warga masyarakat negeri Sirisori Salam. Pada akhir tahun 2006 yang lalu, panitia pembangunan dibentuk dan mengakomodir warga masyarakat kedua komunitas tanpa mempersoalkan status mereka. Dalam komposisi panitia inti, Raja Sirisori Salam dipercayakan sebagai Ketua Umum dan Bapak Made Sanaki [tokoh masyarakat dari negeri Sirisori Salam] sebagai Sekretaris umum panitia, sedangkan wakil ketua, wakil sekretaris dan bendahara dipercayakan kepada Raja negeri Sirisori Sarane dan dua orang stafnya. Di samping itu, beberapa orang warga masyarakat dari kedua komunitas juga diakomodir untuk mengatur pekerjaan fisik pembangunan. Bagi orang dari luar yang kurang atau tidak mengetahui dengan benar tentang pertalian ikatan gandong antar kedua komunitas tersebut, tentu sangat sulit untuk membayangkan bagaimana mungkin seorang Raja dan tokoh masyarakat dari komunitas yang berbeda dapat dipercayakan oleh satu komunitas yang lain untuk memimpin suatu panitia pembangunan gedung Gereja?. Ketika panitia telah terbentuk, suasana yang dapat direkam saat itu adalah seluruh warga kedua komunitas menerima kenyataan tersebut sebagai upaya untuk mencairkan kembali kebekuan interaksi 30 Pada saat konflik, gedung Gereja di negeri Sirisori Sarane dihancurkan oleh para perusuh, namun setelah kondisi keamanan telah kondusif warga Sirisori Salam-lah yang pertama-tama berinisiatif untuk membangun kembali gedung Gereja tersebut, dan keseluruhan proses tersebut sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah negeri. 174

25 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong yang pernah terjadi akibat konflik yang melanda mereka. Yang dapat dikatakan adalah bahwa sikap positif yang ditunjukkan oleh seluruh warga kedua komunitas untuk menerima panitia saat itu merupakan suatu konstruksi sosial, dengan asumsi bahwa kejadian itu benar-benar merupakan suatu fakta sosial. Komposisi panitia pembangunan sebagaimana tersebut di atas tidak semata-mata hanya mendapat dukungan dari seluh warga masyarakat kedua komunitas di Sirisori Amalatu saja, tetapi warga kedua komunitas yang berdomisili saat ini di Ambon, Masohi dan kota-kota lainnya di Indonesia, maupun warga Sirisori Amalatu yang berdomisili di negeri Belanda 31 memberikan dukungan sepenuhnya. Karena itu, mereka mulai mempersiapkan diri untuk terlibat dalam seluruh proses pembangunan 32. Mengawali dilakukan pekerjaan fisik pembangunan, seluruh warga komunitas Islam dari negeri Siri Sori Salam melaksanakan ritual adat yang dipimpin oleh Raja dan staf pemerintah negeri beserta tokoh adat dan tokoh masyarakat. Ritual adat tersebut dilakukan dengan cara berjalan mengelilingi negeri Sirisori Salam sambil memukul tifa dan mendendangkan lagu gandong 33. Usai berjalan mengelilingi negeri, lantunan lagu gandong terus dinyanyikan mengiringi mereka dalam perjalanan menuju ke negeri Siri Sori Serani untuk bergabung dengan saudara gandong yang sudah menunggu kehadiran mereka. Pada saat tiba, mereka [saudara gandong dari Siri Sori Salam] disambut oleh seluruh warga komunitas Kristen di negeri Siri Sori Sarane dengan penuh haru bercampur dengan isak tangis sebagai ungkapan rasa syukur karena mereka [kedua bersaudara] sudah dapat dipersatukan kembali. Rasa haru yang muncul saat itu karena syair lagu tersebut dimaknai oleh mereka sangat menyentuh sanubari seluruh warga 31 Hasil wawancara dengan Bapak A Pelupessy [salah satu staf pemerintah negeri Sirisori Serani], pada tanggal 23 September Hasil wawancara dengan Sekretaris Umum Panitia, tanggal 24 September Hasil wawancara dengan Sekretaris Umum Panitia, tanggal 24 September

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Bab Tiga Belas Kesimpulan Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari

Lebih terperinci

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua Bab Enam Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua Pengantar Untuk memperoleh pengetahuan secara utuh dan menyeluruh tentang konflik yang terjadi antar warga

Lebih terperinci

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku Bab Sepuluh Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku Sebuah Catatan Perjalanan Ketika situasi keamanan di pulau Ambon sudah pulih [tahun 2004], masyarakat

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN. Bab Satu Pendahuluan Hela Rotan 1 Hela hela rotan e rotan e tifa jawa, jawa e babunyi Reff, rotan, rotan sudah putus sudah putus ujung dua, dua bakudapa e. Ciptaan: NN. Syair lagu di atas mengingatkan

Lebih terperinci

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon Bab Tujuh Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon Pengantar Negeri Tulehu [Islam] dan negeri Waai [Kristen] di pulau Ambon adalah dua negeri adat di antara sejumlah

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi setiap manusia yang merupakan makhluk sosial. Dimana, manusia

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku

Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku Bab Lima Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku Pengantar Pada bagian ini, penulis akan menguraikan dinamika ruangruang sosial pra konflik [hingga tahun 1998] antara dua komunitas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA 4.1. Pengantar Masyarakat Yalahatan secara administratif merupakan masyarakat dusun di bawah pemerintahan Negeri Tamilouw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Laut Banda,

Lebih terperinci

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet. LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR KEPRESIDENAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Dasar Pemikiran : Hipotesis Pengarah Konflik menyebabkan keterpurukan dan cenderung mengarahkan masyarakat korban konflik kembali ke negeri asal sebagai bentuk jaminan keamanan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN EMPIRIK. 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian. Sejarah Kamarian bermula dari peristiwa perang Hoamoal yang terjadi kira-kira

BAB III PENDEKATAN EMPIRIK. 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian. Sejarah Kamarian bermula dari peristiwa perang Hoamoal yang terjadi kira-kira BAB III PENDEKATAN EMPIRIK 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian Negeri Kamarian adalah salah satu negeri adat tertua yang ada di pulau Seram. Nama asli negeri Kamarian adalah Kamaria yang berarti kemuliaan.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian BAB V PENUTUP Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian khusus dari semua aspek yang ada, baik itu masyarakat maupun pemerintahan, walaupun pada saat ini telah tercipta

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV SOSIAL NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU. Louleha adalah sebuah hubungan kekerabatan. Louleha merupakan sebuah

BAB IV SOSIAL NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU. Louleha adalah sebuah hubungan kekerabatan. Louleha merupakan sebuah BAB IV REVITALISASI PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU Louleha adalah sebuah hubungan kekerabatan. Louleha merupakan sebuah produk budaya.

Lebih terperinci

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau Nusantarapos,- Kebakaran hutan di Propinsi Riau yang terjadi beberapa waktu yang lalu ternyata menjadikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum BAB II Gambaran Umum A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca 1998 Menurut buku Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan penelitian meliputi sumber konflik serta keterkaitan jejaring sosial dan konflik di pedesaan Saparua, diikuti dengan kesimpulan teoritik. Kesimpulan kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 769/XV Sebentar lagi Idul Fitri tiba. Bagi sebagian dari Anda, hari raya ini menjadi saat yang tepat untuk berkumpul bersama

Lebih terperinci

BAB II RINGKSAN CERITA. timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik

BAB II RINGKSAN CERITA. timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik BAB II RINGKSAN CERITA Ketika Ikal kelas tiga SD, pada saat itu keluarga mereka menerima surat dari mandor timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik pangkat

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA PADI Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon Bab Sebelas Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon Pengantar Realitas sosial yang digambarkan pada bagian ini terutama dibuat dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkawinan akan mengungkapkan bahwa banyak keputusan menyeluruh, pilihan-pilihan, atau alternatif sedang dipertimbangkan, dan bahwa semua itu membentuk atau menentukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan fenomena yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh kecenderungan para pengemudi angkutan umum maupun kendaraan pribadi untuk mengambil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN 1 BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu 441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu hubungan persaudaraan salam-sarane di Maluku. Tak pelak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Konflik Maluku merupakan rangkaian peristiwa kelam yang telah menjadi catatan tragis dan memilukan sepanjang sejarah anak negeri Seribu Pulau. Konflik dan kerusuhan

Lebih terperinci

V. SUMBER DAN AKAR KONFLIK DI PEDESAAN SAPARUA

V. SUMBER DAN AKAR KONFLIK DI PEDESAAN SAPARUA V. SUMBER DAN AKAR KONFLIK DI PEDESAAN SAPARUA Konflik di pedesaan Saparua sejak awal kemerdekaan bersumber pada sengketa batas tanah antar warga satu negeri dan batas tanah antar negeri. Konflik batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus pada Kegiatan Sambatan di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan lain: Berdasarkan analisis pada Bab IV maka yang dapat disimpulkan oleh Penulis, antara 1. Harta buang merupakan salah satu dari sekian banyak adat istiadat di Selaru yang

Lebih terperinci

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar Nasional Adapun bentuk kerukunan umat beragama Islam dan umat beragama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS. Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW

PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS. Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW PERAN LOULEHA DALAM PROSES REINTEGRASI ANTARA NEGERI HARIA DAN SIRI SORI ISLAM PASCA KONFLIK DI MALUKU TESIS Diajukan kepada Fakultas Teologi UKSW Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA) 4.1 Pola Komunikasi Etnis Tionghoa dengan Etnis

Lebih terperinci

Amatilah gambar berikut dengan cermat! Perhatikan penjelasan guru! Ayo membersihkan kelas! Siapkan alat dan bahan! Bagaimana cara melakukannya?

Amatilah gambar berikut dengan cermat! Perhatikan penjelasan guru! Ayo membersihkan kelas! Siapkan alat dan bahan! Bagaimana cara melakukannya? Amatilah gambar berikut dengan cermat! Perhatikan penjelasan guru! Ayo membersihkan kelas! Siapkan alat dan bahan! Bagaimana cara melakukannya? Coba kamu praktikkan gerakan membersihkan papan tulis, membersihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan. Hai nak-anak Anak, Taatilah Orang Tuamu T di Dalam Tuhan, Karen arena Haruslah Demikian. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu ini Adalah Suatu Perintah yang Penting, Seperti yang Nyata dari Janji ini: Supaya Kamu

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan efisiensi

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing HW Prakoso Yang Terabaikan ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing DK (Demi Keutuhan d Kerabat) Goresan pena : HW Prakoso Kesetiaan Keutuhan tiada batas Tanpa memandang waktu dan kapanpun kami ada Akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa badan permusyawaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

Pelajaran 2 CERITAKAN CERITAMU. Kasih Karunia Yang Menakjubkan. 12 Januari 2013

Pelajaran 2 CERITAKAN CERITAMU. Kasih Karunia Yang Menakjubkan. 12 Januari 2013 Pelajaran 2 CERITAKAN CERITAMU Kasih Karunia Yang Menakjubkan 12 Januari 2013 Kasih Karunia Allah Yang Menakjubkan (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki

Lebih terperinci

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7? 7 Sekolahku Tahukah kamu profesi juru bicara presiden? Mereka dipilih karena keahliannya berbicara di depan umum. Agar kamu bisa seperti mereka, biasakanlah berlatih berbicara di depan umum dengan berpidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHAULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci