Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku"

Transkripsi

1 Bab Sepuluh Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon Pasca Konflik Maluku Sebuah Catatan Perjalanan Ketika situasi keamanan di pulau Ambon sudah pulih [tahun 2004], masyarakat negeri Waai di tempat pengungsian mengkonsolidasikan diri kemudian membentuk sebuah tim dan diberi nama Tim Pemulangan. Setelah terbentuk, tim tersebut mulai berproses menyiapkan masyarakat untuk kembali ke negeri Waai, yang artinya bahwa sekalipun tim tersebut hanya beberapa orang dari negeri Waai saja, karena itu persiapannya harus dilakukan dengan sebaik dan secepat mungkin. Setelah melakukan persiapan yang cukup menguras energi, maka persiapan difokuskan pada penyiapan peninjauan dan pembersihan negeri. Pada bulan Agustus tahun 2004, Tim pemulangan yang terdiri dari tokoh masyarakat, satu orang utusan masyarakat negeri Waai dari Belanda, beberapa orang anggota TNI, POLRI, dan satu orang dari Pemda Provinsi [PU] pergi melakukan peninjauan lokasi untuk persiapan pemulangan. Pada saat pergi sampai ke negeri Waai, dilakukan peninjauan secara saksama oleh petugas dari PU tersebut. Namun setelah selesai kemudian Tim dalam perjalanan untuk kembali ke Ambon, namun ketika sampai di jembatan wairutung mereka dihadang oleh 183

2 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku sekelompok masyarakat Liang yang bergabung dengan kelompok Lasykar Jihad [LJ]. Hadangan tersebut dilakukan dengan maksud untuk menghabisi seluruh anggota Tim 1, namun dapat dicegat oleh anak-cucu Marlou 2 serta masyarakat Tulehu pada umumnya. Saat itu, anak cucu Marlou dan masyarakat Tulehu menyatakan [untuk masyarakat negeri Liang dan LJ] bahwa, apabila terjadi sesuatu terhadap Tim, maka kita [sesama Islam] akan saling berhadapan satu dengan lain. Mengingat siatuasi saat itu sudah sangat tegang, tiba-tiba salah saorang anggota Tim [dari PU] melarikan diri keluar dari Tim inti, dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya. Pada bulan Maret tahun 2005, para pemuda3 dari negeri Tulehu [Islam] mengambil prakarsa untuk datang bertemu dengan para pemuda negeri Waai [Kristen] di Passo [tempat pengungsian], dan kedatangan mereka mendapat sambutan positif dari para pemuda negeri Waai. Ketika bertemu, para pemuda Tulehu menyampaikan maksud kedatangan mereka, yakni mengajak pemuda negeri Waai untuk bertemu dengan para pemuda Liang di negeri Liang, dalam rangka membicarakan berbagai hal sehubungan dengan persiapan pemulangan masyarakat negeri Waai. Ajakan tersebut ternyata diterima. Saat itu para pemuda Tulehu mengatakan bahwa, mereka berjanji untuk menjadi jaminan keselamatan bagi para pemuda Waai 4. Setelah itu, pemuda kedua negeri [Tulehu dan Waai] menyepakati tentang waktu untuk bertemu dengan pemuda Liang [Islam] di negeri Liang. Satu minggu kemudian, para pemuda Tulehu menjemput pemuda Waai di negeri Passo kemudian secara bersama-sama mereka pergi ke negeri Liang. Ketika tiba, mereka diterima dengan positif, 1 Hasil wawancara mendalam, tanggal 21 Januari 2011 dengan DB, 47 tahun [Kristen] dari negeri Waai, salah seorang anggota Tim. 2 Hasil wawancara mendalam, tanggal 21 Januari 2011 dengan Im.T, 35 tahun [Islam] dari negeri Tulehu, salah seorang [Pemuda] Anak-Cucu Marlou yang ada pada saat itu di tempat kejadian. 3 Hasil wawancara mendalam, tanggal 21 Januari 2011 dengan Im.T, 35 tahun [Islam] dari negeri Tulehu, salah seorang [Pemuda] Anak-Cucu Marlou yang ikut dalam proses tersebut. 4 Hasil wawancara mendalam, tanggal 23 Januari 2011 dengan IR, 45 tahun [Kristen], salah seorang Pemuda dari negeri Waai. 184

3 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. kemudian pemuda Tulehu dan Waai menyampaikan maksud kedatangan mereka, yakni untuk membicarakan persiapan pemulangan masyarakat negeri Waai. Pada saat itu pula, para pemuda Liang menyetujuinya, kemudian pemuda ketiga negeri tersebut bersepakat untuk bersama-sama pergi bertemu dengan Pemerintah Daerah [PEMDA] Maluku 5. Mendengar kesepakatan yang telah dicapai oleh para pemuda dari ke tiga negeri tersebut, tokoh masyarakat dan beberapa orang pemuda dari negeri Morela6 [Islam] secara spontan menyatakan keinginan mereka untuk bergabung, dan keinginan itu dikabulkan oleh para pemuda dari ke tiga negeri tersebut. Setelah ada kesepakatan antara pemuda dan tokoh masyarakat dari negeri Morela tersebut, pada awal bulan April [2004], mereka secara bersama-sama mendatangi PEMDA [Kepolisian Daerah Maluku, Kodam XVI Pattimura, Gubernur Provinsi Maluku, dan Wali kota Ambon] untuk menyampaikan maksud kedatangan mereka dalam rangka membicarakan persiapan pemulangan masyarakat negeri Waai. Saat itu, PEMDA memberikan apresiasi positif atas prakarsa para pemuda dan tokoh masyarakat yang secara sadar telah datang menyampaikan keinginan mereka. Tiga hari kemudian PEMDA menyampai surat undangan rapat kepada Raja Tulehu, Raja Liang, Raja Morela, dan Pejabat negeri Waai 7, untuk membicarakan hasil kesepakatan dari tokoh masyarakat dari negeri Morela beserta para pemuda dari keempat negeri yang telah disampaikan kepada PEMDA. Sejak saat itu, para pimpinan dari ketiga negeri [Tulehu, Waai, dan Morela] memberikan sambutan positif terhadap inisiatif PEMDA untuk mengundang mereka dalam rangka membicarakan persiapan pemulangan masyarakat Waai ke negeri mereka. Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh pimpinan [Raja] negeri Liang. Argumentasi yang dikemukakan oleh Raja Liang adalah, ia tidak 5 Hasil wawancara mendalam, tanggal 23 Januari 2011 dengan ML, 33 tahun [Islam] dari negeri Liang, adalah salah seorang Pemuda yang terlibat dalam proses tersebut 6 Hasil wawancara mendalam, tanggal 27 Januari 2011 dengan AT, 35 tahun [Islam] dari negeri Morela, adalah salah seorang Tokoh Masyarakat yang ikut dan berproses secara bersama 7 Pengakuan dari ER, 63 tahun, Kristen [mantan Pejabat Negeri Waai] pada saat diwawancarai secara langsung tanggal 25 Januari

4 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku menyetujui masyarakat Waai pulang ke negeri mereka. Alasan yang dikemukakan oleh Raja negeri Liang tersebut, ternyata mendapat reaksi sangat keras dari warga masyarakatnya [khususnya para pemuda] sendiri. Beberapa saat kemudian, ia merubah keputusan tersebut dan menyetujui pemulangan masyarakat Waai ke negeri mereka 8. Pada bulan Mei tahun 2005, seluruh masyarakat negeri Morela dan Tulehu bersam-sama dengan masyarakat negeri Waai melakukan pembersihan negeri Waai untuk persiapan pemulangan. Tepatnya tanggal 25 Oktober tahun 2005, masyarakat negeri Tulehu, Morela dan para pemuda Liang menjemput masyarakat Waai di Passo, kemudian mereka berjalan kaki [15 km] secara bersama-sama menuju ke negeri Waai didampingi oleh PEMDA Provinsi Maluku dan dikawal oleh sejumlah anggota TNI dan POLRI. Dalam perjalanan, mereka secara bersama-sama melantunkan lagu Gandong diiringi dengan tifa dan totobuang [gendang] sampai tiba di negeri Waai. Ketika tiba, mereka semua berkumpul di lokasi Gereja Waai [yang sudah hancur] dan bersama-sama berdoa mensyukuri perjalanan mereka. Usai berdoa, para ibu-ibu melebur dan meangkul satu dengan yang lain, sedangkan laki-laki menyebar kemudian saling membantu untuk mendirikan sabua9 yang akan dipergunakan oleh masyarakat negeri Waai sebagai tempat tinggal [hunian] sementara. Menjelang malam hari, masyarakat negeri Tulehu, Morela dan para pemuda Liang kembali ke negeri mereka masing-masing. Sementara anggota POLRI dan PEMDA kembali ke kota Ambon, sedangkan anggota TNI tinggal, kemudian mendirikan dua pos penjagaan [keamanan] di negeri Waai, dan mereka masih bertugas untuk menjaga keamanan di negeri Waai hingga saat ini Hasil wawancara mendalam, tanggal 23 Januari 2011 dengan ML, 33 tahun [Islam] dari negeri Liang. 9 Sabua [Ind: tenda] yang dibangun sementara dihalaman depan atau samping rumah dengan menggunakan material bangunan dari bambu sebagai penyangga dan trapal [yang terbuat dari plastik dan banyak di jual di toko] untuk menutupi atasnya. 10 Hasil wawancara tanggal 21 Januari 2011 dengan DB, 47 tahun [Kristen] dari negeri Waai, [salah seorang anggota Tim Pemulangan]. 186

5 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Meskipun sangat sulit untuk dibayangkan, realitas tersebut di atas dapat terjadi. Paling tidak, hal itu menunjukkan bahwa ada kesadaran yang muncul dari masyarakat kedua komunitas untuk segera membangun kembali kehidupan yang berdampingan secara serasi. Karena itu, dengan berbagai resiko yang mesti dihadapi, namun tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk terus berjuang, sehingga akhir dari seluruh perjuangan yang dilakukan adalah, masyarakat Waai dapat pulang kembali ke negeri mereka. Kehidupan Sehari-hari Jasa Angkutan Umum Sebelum konflik Maluku terjadi pada tanggal 19 Januari tahun 1999 di kota Ambon, dermaga pelabuhan di negeri Tulehu merupakan salah satu dermaga di pulau Ambon yang sangat ramai disingahi oleh kapal-motor dan speed boad yang mengangkut penumpang dari pulau Seram, Haruku, Saparua dan dari pulau Nusalaut ke kota Ambon. Para penumpang sebelum melanjutkan perjalanan ke kota Ambon, biasanya mereka berhenti sejenak untuk makan atau minum pada sejumlah warung makan yang disediakan oleh beberapa anggota masyarakat dari negeri Tulehu [Islam], kemudian dapat menggunakan jasa angkutan umum [angkot] dari Tulehu, maupun dari Waai [Kristen] yang biasanya parkir di pelabuhan Tulehu untuk melayani penumpang ke kota Ambon. Satu minggu setelah konflik terjadi di kota Ambon, dermaga pelabuhan Tulehu mulai tampak sepi dan tidak terlihat seperti sebelumnya. Para pengemudi mobil angkot dari negeri Waai yang biasanya parkir dan mengangkut penumpang di terminal ke kota Ambon, suda tidak tampak lagi karena mereka menghindar dari berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi saat itu. Satu minggu kemudian, ketika eskalasi konflik di kota Ambon semakin tinggi yang ditandai dengan terjadinya kekerasan, pembakaran terhadap rumah-rumah penduduk dan sarana-sarana peribadatan sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, serentak dengan itu 187

6 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku pula dermaga tersebut tampak sangat sepi. Sejak saat itu, dermaga pelabuhan tersebut hanya disinggahi oleh speed boad yang mengangkut penumpang dari pulau Haruku, khususnya dari beberapa negeri yang penduduknya beragama Islam saja, seperti dari negeri Kailolo, Pelau, dan beberapa negeri lainnya. Sedangkan kapal-motor dan speed boad yang mengangkut penumpang yang beragama Kristen dari pulau Seram, Haruku, Saparua, dan dari pulau Nusalaut dengan tujuan ke kota Ambon, mereka cenderung memilih untuk menurunkan penumpangnya di pesisir pantai negeri Passo 11, sekalipun harus menempuh perjalanan yang memakan waktu lebih lama. Realitas ini ternyata berdampak sangat buruk terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat di negeri Tulehu. Sudah tidak ada lagi aktivitas bongkar-muat di pelabuhan, warung-warung makan sudah tampak sepih karena tidak ada pengunjung, putusnya jalur transportasi yang menghubungkan negeri Tulehu dengan kota Ambon mengakibatkan jasa angutan umum yang ada tidak lagi beroperasi optimal seperti sebelumnya. Semua ini ternyata berakibat pada menurunnya pendapatan masyarakat. Pada hal, dermaga pelabuhan tersebut sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat potensial bagi mereka. Ketika kondisi keamanan di Maluku umumnya dan di pulau Ambon khususnya telah benar-benar pulih, maka pada bulan Oktober tahun 2005 masyarakat negeri Waai kembali dari lokasi pengungsian [di negeri Passo-kota Ambon] ke negeri asal mereka. Serentak dengan itu, Dinas Perhubungan Provinsi Maluku mulai mengaktifkan kembali dermaga pelabuhan Tulehu. Seluruh kapal-motor dan speed boad yang mengangkut penumpang dari dan ke kota Ambon tidak lagi menyinggahi Passo, tetapi harus menyinggahi pelabuhan Tulehu. Sejak saat itu pula, seluruh kapal-motor dan speed boad dari pulau Seram, Haruku, Saparua dan dari pulau Nusalaut dengan tujuan ke kota Ambon mulai menyinggahi pelabuhan Tulehu untuk menurunkan penumpang, 11 Di negeri Passo, tidak tersedia dermaga yang dapat disinggahi oleh Kapal-Motor maupun speed boad. 188

7 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. mengakibatkan situasi di pelabuhan saat itu mulai kembali tampak ramai. Setelah masyarakat Waai [Kristen] sudah berada kembali di negeri mereka, satu bulan kemudian sejumlah kerabat dari negeri Tulehu, Morela dan dari negeri Liang [Islam] sering kali datang mengunjungi mereka. Para kerabat tersebut, ada yang datang secara perseorangan, tetapi ada pula yang datang secara kelompok. Perjumpaan yang terjadi saat itu dilukiskan oleh beberapa orang informan 12 sebagai suatu peristiwa yang luar biasa karena baru pertama kali terjadi selama mereka [kedua komunitas] hidup. Karena sejak tinggal berdampingan antara satu dengan yang lain selama ini, baru pernah mereka berpisah selama empat tahun lebih. Pertanyaan yang perlu dikemukakan di sini adalah, motivasi apa yang mendorong warga komunitas Islam [baik dari negeri Tulehu Morela maupun dari negeri Liang] sehingga mereka mengunjungi komunitas Kristen di negeri Waai, pada hal kedua komunitas tersebut beberapa tahun sebelumnya terlibat dalam konflik sosial secara berhadap-hadapan? serta bagaimana respons warga komunitas Kristen di negeri Waai terhadap kehadiran mereka [warga komunitas Islam dari ketiga negeri tersebut]? Untuk menjawab pertanyaan seperti ini tentu membutuhkan data lapangan yang akurat, sebab jika tidak, sulit untuk memperoleh jawaban secara utuh dan menyeluruh. Berikut ini, akan dicoba untuk menjawabnya. Berdasarkan catatan sejarah yang diperoleh, diketahui bahwa pada masa lalu ketika para leluhur mereka belum mengenal agama [resmi] dan masih tinggal di pemukiman pertama [negeri lama] di hutan secara bersama-sama sebagai suatu persekutuan masyarakat, kehidupan mereka sangat rukun antara satu dengan yang lainnya. Namun ketika mereka mulai diperkenalkan dengan agama Islam [yang dibawakan oleh para pedagang dari bangsa Arab] dan agama Kristen 12 Hasil Wawancara mendalam tanggal 4 dan 5 Oktober tahun 2010, dengan Ac.L 49 tahun [Islam] dari negeri Liang; Nr.T 52 tahun [Islam] dari negeri Tulehu, dan WT 69 tahun [Kristen] dari negeri Waai. 189

8 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Protestan [yang dibawakan oleh missionaris dari bangsa Belanda] 13, ada sebagian dari mereka yang menerima kemudian mengikuti agama Kristen Protestan dan tetap tinggal di negeri Waai, tetapi ada pula sebagian yang menolak, kemudian melarikan diri dan tersebar pada beberapa tempat [negeri tetangga] kemudian merubah nama marga 14 mereka. Pada hal, marga-marga yang sama tersebut berasal dari satu keturunan dan nenek moyang yang sama, hanya saja mereka terpisah karena perbedaan agama yang dianut. Sekalipun agama yang dianut oleh mereka berbeda satu dengan yang lainnya, namun selama ini ikatan kerabat yang terjalin di antara mereka senantiasa dipelihara dan diwujudkan dalam berbagai konteks hubungan sosial. Menurut beberapa orang informan kunci15 bahwa, pertalian hubungan kerabat ini-lah yang senantiasa mendorong kami untuk datang menjumpai para kerabat di negeri Waai. Pada saat kerabat datang [baik dari negeri Tulehu, Morela maupun dari Liang] mengunjungi kami, tidak ada alasan yang kuat untuk kami menolak mereka 16. Dikatakan bahwa, pada saat mereka datang. kami senantiasa menerima dan menyambut mereka dengan penuh kasih-sayang, karena kami sadar kami ini sebenarnya hanya satu, kami memiliki banyak kesamaan dalam hidup, dan kami memiliki nenek moyang yang sama. Nampaknya realitas ini merupakan cikal-bakal bagi para pengemudi angkot dari negeri Waai sehingga pada awal tahun 2006, mereka 13 Lihat Sejarah Negeri Waai, pada Bab. IV. 14 Ada tiga marga yang melarikan diri ke sebelah Utara, yakni ke negeri Liang dan merubah nama marganya dari marga Kayadoe dirubah menjadi marga Lessi, Talaperu menjadi Oper, dan Matakupan menjadi marga Rehalat. Sedangkan yang melarikan diri ke sebelah Barat yakni ke negeri Wakal, dan Morela [saat itu negeri Mamala dan Morela masih merupakan satu negeri] yakni, yang ke negeri Morela adalah marga Salamoni menjadi Sasole, Renalaiselan menjadi Lauselan, marga Reawaruw menjadi Sialara ; dan ke negeri Wakal adalah marga Reawaruw kemudian berubah menjadi Lemaru. Sedangkan yang melarikan diri ke Selatan yakni ke negeri Tulehu adalah marga Salamoni kemudian berubah menjadi Tuasalamoni, Tuanahu menjadi Nahumarury, dan marga Bakarbessy menjadi Tawainella ; sementara yang melarikan diri ke Timur tepatnya di negeri Kailolo [di pulau Haruku] adalah marga Marasabessy yang tidak pernah berubah hingga saat ini. 15 Hasil Wawancara mendalam tanggal 4 dan 5 Oktober tahun 2010, dengan Ac.L 49 tahun [Islam] dari negeri Liang dan Nr.T 52 tahun [Islam] dari negeri Tulehu. 16 Hasil Wawancara mendalam, tanggal 5 Oktober 2010, dengan WT, 69 tahun [Kristen] dari negeri Waai. 190

9 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. masuk dan melayani penumpang dari dermaga pelabuhan Tulehu menuju ke kota Ambon. Menurut informan kunci [AM,42 tahun, Kristen], salah seorang sopir angkot Jurusan Waai-Ambon mengatakan bahwa, pada saat ia menaikkan penumpang ke dalam mobil yang dibawanya, tidak sedikitpun muncul sikap apriori yang ditunjukkan oleh para pengemudi angkot dari negeri Tulehu terhadap kehadirannya. Yang terjadi justeru sebaliknya, mereka disambut secara positif oleh warga masyarakat dari negeri Tulehu yang pada saat itu sementara melaksanakan berbagai aktivitas di pelabuhan. Hal ini tentu saja bisa terjadi karena, sebelumnya mereka [para pengemudi angkot] sudah sangat saling mengenal antara satu dengan yang lain. Bahkan beberapa orang di antara mereka terikat dalam hubungan kekerabatan atas dasar kesamaan asal-usul [memiliki marga yang sama karena berasal dari satu ketururan yang sama] sekalipun mereka berbeda agama yang dianut. Di samping itu, mereka juga pernah memiliki pengalaman yang sama dalam berbagai konteks hubungan sosial, hanya konflik saja yang memisahkan mereka satu dengan yang lainnya. Hingga saat penelitian ini dilaksanakan, pengamatan langsung yang dilakukan menunjukkan bahwa dinamika interaksi antar warga kedua komunitas yang tercipta di atas dermaga pelabuhan Tulehu memperlihatkan adanya kerelaan dari mereka untuk saling menerima dengan tidak mempersoalkan perbedaan yang ada di antara mereka. Hal ini terlihat secara jelas dari percakapan dan senda gurau yang terjadi di antara mereka, ketika mereka secara bersama-sama sedang menunggu para penumpang yang belum tiba di dermaga pelabuhan. Demikian pula sebaliknya, para penumpang pada saat naik ke mobil untuk membuat perjalanan ke kota Ambon, mereka tidak membedabedakan siapa dan mobil dari mana yang akan ditumpanginya. Salah seorang informan 17 yang dijumpai ketika sementara menunggu jasa angkot, mengatakan bahwa: 17 Hasil wawancara tanggal 21 Oktober 2010 dengan AM, 35 tahun [Kristen], salah seorang Ibu dari negeri Waai yang akan pergi menjual ikan di pasar Passo 191

10 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku sekarang ini sudah aman, katong [warga kedua komunitas] sudah kembali seperti dulu. Beta [saya] naik mobil angkot duduk bakudekat [bererdekatan] dengan basudara dari Tuluhu [Islam] lalu [kemudian] katong [kita] berceritera antara satu dengan yang lain sampe [hingga] beta [saya] turun di pasar Passo. Ia menceriterakan pengalamannya selama konflik bahwa, sekalipun rumah dan seluruh hartanya hangus dibakar saat itu, tetapi katong tidak mau memikirkannya lagi. Kejadian tersebut jadi pengalaman pahit par katong jua, sekarang ini katong harus bekerja saja par [buat] penuhi anak-anak punya tuntutan [kebutuhan] sekolah. Terminal Penumpang di dermaga pelabuhan Tulehu, yang biasanya dimanfaatkan oleh para penumpang kedua komunitas Senada dengan itu, informan Ibu Nr.T, 51 tahun [Islam] 18, dengan menggunakan bahasa melayu Ambon dan dialek Tulehu, ia mengatakan: Sampe jua basudara e, mau biking apa lai. Katong seng lia waktu konflik tu, tarada untung, katong basudara bakubakalai laeng deng laeng biking katong hidop labe sangsara. Kalu inga beta pung basudara Waai waktu itu, beta cuma duduk lalu manangis saja. Beta seng bisa biking apa-apa par dong. Sakarang ni, katong hidup bae-bae jua jang biking katong sangsara lai. 18 Ibu Nr.T, adalah salah seorang pemilik salah satu warung makan di terminal penumpang Tulehu. 192

11 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. berhenti sudah saudara, mau buat apa lagi. Kita tidak melihat pada saat konflik berlangsung itu, tidak ada yang untung, kita bersaudara berkelahi satu dengan yang lain mengakibatkan hidup kita lebih sengsara. Apabila mengingat saya punya saudara masyarakat negeri Waai saat itu, saya hanya duduk sambil menangisi mereka saja. Saya tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka. Sekarang ini, kita hidup baik-baik saja, jangan buat kita sengsara kembali. Jasa angkutan umum Ojek. Para pengemudi ojek dari kedua komunitas yang sementara menunggu penumpang, di samping Dermaga Pelabuhan Tulehu Tentu sangat sulit untuk membayangkan makna yang terkandung dibalik ungkapan para informan tersebut di atas. Yang dapat dikatakan di sini adalah, ungkapan tersebut merupakan suatu ekspresi yang menggambarkan adanya keinginan yang sungguh untuk kembali membangun kehidupan berdampingan secara harmonis. Perbedaan agama yang dianut, jangan dijadikan sebagai penghalang untuk mewujudkan kehidupan bersama yang serasi dan seimbang dalam berbagai konteks hubungan sosial. Hari-hari Besar Keagamaan dan Daur Hidup Untuk mempertegaskan kembali hubungan kekerabatan yang terjalin antar para kerabat kedua komunitas, biasanya diwujudkan 193

12 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku dalam berbagai konteks hubungan sosial. Bagi mereka, hal tersebut terwujud dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terjalin pada saat hari-hari besar keagamaan dirayakan, serta berbagai daur kehidupan yang berlangsung dalam realitas kehidupan sehari-hari. Hari-hari Besar Keagamaan Interaksi timbal-balik warga kedua komunitas pada saat hari-hari besar keagamaan dirayakan, sudah berlangsung jauh sebelum konflik melanda kehidupan mereka tahun Hanya saja, hal tersebut terputus pada saat warga masyarakat Waai [Kristen] berada di lokasi pengungsian di desa Passo [kota Ambon] kurang lebih lima tahun [tepatnya empat tahun tiga bulan] lamanya. Namun sejak mereka kembali, pada tahun pertama dan kedua aktivitas tersebut belum berlangsung sebagaimana mestinya. Diakui oleh salah seorang informan kunci [Wm.T, 69 tahun, Kristen] dari negeri Waai bahwa: Tahun pertama dan kedua sejak mereka kembali ke negeri Waai, aktivitas saling mengunjungi belum berlangsung secara lancar ketika hari-hari besar keagamaan dirayakan oleh warga kedua komunitas. Ini disebabkan karena kami [masyarakat negeri Waai] sedang sibuk untuk melakukan berbagai pekerjaan untuk membangun kembali rumah-rumah penduduk yang hancur pada saat konflik terjadi. Sebab, pada saat mereka kembali, pemerintah Provinsi [Dinas Sosial] memberikan bantuan Bahan Bangunan Rumah [BBR] berupa Semen, Tripleks dan lainnya bagi masing-masing Kepala Keluarga [KK] untuk kembali membangun rumah-nya. Hal ini yang mendorong kami untuk secepatnya dapat memanfaatkan bantuan BBR tersebut, agar dapat menghindar dari terjadinya kerusakan. Ini tidak berarti bahwa kami tidak mau menerima para kerabat [saudara] Islam yang datang mengunjungi kami pada saat kami merayakan hari Natal. Bagi kami, sekalipun ada dengan kesibukan apapun, namun jika saudara kami datang, maka kami akan tinggalkan semua kesibukan tersebut, kemudian menerima mereka. Senada dengan itu, Mc.T, 61 tahun [Islam] dari negeri Tulehu mengatakan bahwa: Memang benar tahun pertama-kedua sejak basudara [masyarakat] dari negeri Waai pulang mereka disibukkan dengan pekerjaan untuk membangun rumah-rumah mereka yang hancur. 194

13 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Namun, pada saat mereka merayakan hari Natal, kami [kerabat] dari negeri Tulehu pergi mengunjungi mereka, dan saat berada di Waai kami bertemu juga dengan saudara dari Liang, Morela yang sama-sama datang memberikan ucapan selamat Natal. Pada saat kami tiba, basudara di Waai menyambut dan menerima kami dengan baik, walaupun saat itu mereka sementara tinggal di rumah-rumah darurat 19. Karena itu, kami sangat merasa puas dan terharu terhadap sambutan yang diberikan kepada kami. Diakui oleh informan tersebut bahwa ketika kami merayakan Lebaran tahun 2006 dan tahun 2007, hanya beberapa orang saudara dari negeri Waai saja yang datang bersilaturahmi dengan kami, tetapi itu tidak menjadi masalah karena kami sangat mengerti kesibukan basudara [kerabat] yang sedang dilaksanakan saat itu. Dinamika interaksi timbal-balik pada saat hari-hari besar keagamaan dirayakan oleh warga kedua komunitas, baru saja mulai intensif sejak tahun 2008, 2009, dan tahun 2010 yang lalu. Pada saat hari Natal dirayakan oleh warga masyarakat dari komunitas Kristen di negeri Waai, para kerabat dari negeri Tulehu, Liang [Islam] serta saudara gandong mereka dari negeri Morela [Islam] biasanya datang memberikan ucapan selamat hari Natal bagi para kerabat [Kristen] yang sementara merayakannya. Demikian pula sebaliknya ketika hari Lebaran [Idul Fitri] dirayakan, warga masyarakat dari komunitas Kristen di negeri Waai melakukan kunjungan ke negeri Tulehu, Liang, serta ke negeri Morela [Islam] untuk bersilaturahmi dengan para kerabat mereka yang sementara merayakannya. Daur Hidup Aktivitas saling mengunjungi tersebut tidak semata-mata hanya terjadi ketika hari-hari besar keagamaan dirayakan saja, tetapi tampak pula dalam berbagai daur kegidupan yang dilaksanakan oleh warga kedua komunitas. Pada acara Baptisan atau acara Sidi salah seorang anak dari salah satu keluarga Kristen di negeri Waai dilaksanakan, para kerabat Islam yang dekat di negeri Tulehu biasanya senantiasa 19 Rumah darurat, biasanya dibangun sementara di samping atau bagian belakang rumah yang sementara dibangun, dengan material bangunan dari bambu atau batang kayu sebagai penyanggah, dan beratapkan daun rumbia. 195

14 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku diundang [sering tidak diundang, tetapi mereka mendengar dari orang lain, pasti mereka akan datang] untuk hadir bersama-sama merayakan acara tersebut. Sebaliknya, jika salah seorang anak dari salah satu kerabat Islam melaksanakan Sunatan, biasanya para kerabat dari negeri Waai [Kristen] diundang untuk hadir bersama-sama merayakannya. Demikian pula hal nya, ketika salah satu kerabat hendak menikahkan salah seorang anaknya, tradisi saling mengundang senantiasa dilakukan, baik pada saat peminangan anak gadis maupun ketika resepsi pernikahan dilaksanakan. Setelah selesai dilakukan peminangan, biasanya kerabat datang membawakan sejumlah bahan makanan [hasil kebun], kemudian kerabat dari calon pengantin laki-laki mempersiapkan sabua 20 sehari [ada kalanya dua hari] sebelumnya, yang nantinya akan dipergunakan sebagai tempat untuk acara resepsi pernikahan tersebut. Tanpa diberitahu sekalipun, para kerabat dari kedua komunitas biasanya mempunyai tanggung jawab sosial bersama untuk mempersiapkan sabua tersebut. Pada saat salah seorang anggota kerabat meninggal dunia, kewajiban sosial para kerabat biasanya dilakukan. Ketika mendengar berita duka tersebut, serentak dengan itu pula para kerabat akan datang melayat, ada kalanya mereka datang sekaligus membawa berbagai jenis bahan makanan yang nantinya akan dipergunakan usai acara pemakaman. Bagi ibu-ibu [perempuan], setelah selesai melayat, mereka suda mengetahui dengan pasti apa yang harus mereka lakukan. Mereka ke dapur kemudian membantu keluarga yang sedang berduka mempersiapkan jaminan alakadar untuk ibadah syukur [Kristen] usai acara pemakaman, atau tahlilan [Islam] yang dilaksanakan pada malam hari. Sedangkan laki-laki, empat hingga lima orang pergi ke lokasi pekuburan untuk mempersiapkan tempat pemakaman, sedangkan yang lain tetap tingga;l untuk mempersiapkan sabua di depan atau di samping rumah untuk menampung warga masyarakat yang datang melayat maupun untuk menghadiri acara [ibadah] pemakaman. 20 Sabua [Ind: tenda] yang dibangun sementara dihalaman depan atau samping rumah dengan menggunakan material bangunan dari bambu sebagai penyangga dan trapal [yang terbuat dari plastik dan banyak di jual di toko] untuk menutupi atasnya. 196

15 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Terhadap berbagai realitas sosial sebagaimana digambarkan di atas, para informan kunci ZB, 48 tahun [Kristen] dari negeri Waai dan Mh.N, 57 tahun [Islam] dari negeri Tulehu yang diwawancarai mengatakan bahwa, sekalipun para kerabat tidak diundang, namun apabila mereka mendengar dan atau mengetahuinya dari orang lain, maka pasti mereka akan menghadiri sekaligus merayakan acara tersebut secara bersama-sama. Namun, jika mereka tidak diundang dan acara yang dilaksanakan suda selesai kemudian baru mereka mengetahuinya, maka kerabat yang melaksanakan acara atau yang mengalami kedukaan tersebut akan mendapat protes dari mereka 21. Dalam pergaulan para pemuda yang terjadi antar kedua komunitas saat ini, mereka terlibat dalam proses interaksi timbal-balik yang sangat intensif tanpa mempersoalkan perbedaan [agama] yang ada di antara mereka. Pada siang hari, biasanya para pemuda tersebut bekerja sebagai penjual jasa [tukang ojek motor ] untuk mengantar warga masyarakat kedua komunitas, baik ke Tulehu maupun ke Waai dengan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Namun pada malam hari [pukul atau WIT] biasanya beberapa orang pemuda [Islam] dari negeri Tulehu datang dan bertemu dengan teman [Kristen] mereka di negeri Waai. Pada saat bertemu, biasanya mereka mencari tempat di tepi jalan raya22 atau di atas talud di tepi pantai, kemudian mereka duduk dan berceritera selama berjam-jam sambil minum minuman keras Sopi 23. Setelah selesai, para pemuda Islam kembali ke negeri Tulehu. Ketika berjumpa dengan salah seorang informan kunci penelitian [negeri Tulehu] diketahui bahwa: 24 di lokasi 21 Ini merupakan kelaziman bagi masyarakat yang terikat dalam satu hubungan kekerabatan di Maluku umumnya, dan di Maluku Tengah khususnya. 22 Pada malam hari, tepi jalan raya di negeri Waai sudah sepi dari kenderaan yang melintasinya. 23 Sopi adalah minuman keras buatan lokal, yang terbuat dari buah pohon aren [pohon mayang]. 24 Wawancara mendalam tanggal 11 Nopember 2010 dengan Is.T, 31 tahun, salah seorang pemuda dari kebanyakan pemuda [Islam] dari negeri Tulehu, yang hampir setiap malam hari selalu pergi mencari teman-teman pemuda [Kristen] di negeri Waai untuk minum sopi. 197

16 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Ia sering datang untuk mencari teman di negeri Waai dengan alasan bahwa, di sini [negeri Tulehu] ia dan kebanyakan pemuda lainnya tidak diperbolehkan untuk minum Sopi. Kalaupun mereka minum harus dilakukan secara sembunyi, sebab jika diketahui, pasti akan mendapat reaksi keras dari orang tua mereka. Menurutnya, untuk aman, mereka lebih suka datang ke negeri Waai, mencari teman kemudian sama-sama minum Sopi. Di sini [Waai], memang tidak ada larangan, hanya sering kali diingatkan oleh para orang tua bahwa boleh saja minum, tetapi secukupnya saja, jangan sampai mabuk. Senada dengan itu, informan kunci 25 lainnya mengatakan bahwa: Para pemuda kedua komunitas [Tulehu dan Waai] setiap hari masuk-keluar kedua negeri tersebut. Pada malam hari, biasanya mereka berkumpul di negeri Waai kemudian berceritera sambil minum sopi, sering kali mereka minum hingga larut malam. Pada saat mendapat laporan dari masyarakat bahwa, biasanya mereka minum sampai mabuk. Ketika para pemuda akan kembali ke Tulehu, bunyi motor mereka sangat mengganggu di malam hari. Karena itu, satu minggu sebelumnya, ia pernah menegur beberapa orang pemuda [Islam] dari negeri Tulehu ketika datang untuk menemui teman mereka di negeri Waai untuk minum sopi secara bersama-sama. Dari dinamika interaksi yang terjalin antar warga kedua komunitas sebagaimana tersebut di atas, tergambar sangat jelas kuatnya keinginan mereka untuk senantiasa merawat dan memperkuat hubungan kekerabatan yang ada di antara mereka. Lebih jauh dari itu adalah kewajiban-kewajiban sosial yang pantas dipikul oleh anggota kerabat, dan ini merupakan salah satu cara untuk memelihara hubungan kerabat yang mengikat mereka satu dengan yang lainnya. 25 Hasil wawancara mendalam, tanggal 27 Januari 2011 dengan Bapak ZB. 48 tahun, Kristen [Raja Nnegeri Waai]. 198

17 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Reintegrasi Basis Kerabat Hubungan antar Komunitas: Kerabat sebagai Kekuatan Perekat (bridging) Dari aspek sejarah 26 diketahui bahwa, hubungan kerabat yang ada di antara mereka ada yang bersifat teritorial geneologis, dan ada pula yang bersifat afinitas [kerabat yang terjadi atas dasar hubungan perkawinan]. Antara masyarakat negeri Waai [Kristen] dengan masyarakat negeri Morela dan negeri Liang [Islam], mereka terikat dalam hubungan kerabat yang bersifat teritorial geneologis. Sedangkan antara masyarakat negeri Waai dengan negeri Tulehu, mereka terikat dalam hubungan kerabat yang bersifat afinitas. Masih segar dalam ingatan para tua-tua adat, pada masa lalu betapa sangat akrab mereka dengan relasi timbal-balik yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama untuk saling tolong-menolong. Ada potensi yang sangat besar, dan mereka mensyukurinya karena setiap saat dipahaminya sebagai modal yang kemudian senantiasa dipraktikkan untuk memelihara sekaligus merawat hubungan tersebut. Sudah pasti banyak yang menjadi pertimbangan mereka untuk menjadikan hubungan tersebut sebagai perekat guna senantiasa mendekatkan mereka satu denganyang lainnya. Namun pada tahun 1999, warga masyarakat kedua komunitas diperhadapkan dengan ujian dalam kehidupan sebagai suatu keseluruhan yang utuh dengan semua pertalian ikatan kekerabatan warisan masa lalu. Konflik antar kedua komunitas yang dialami, menciderai rasa kebersamaan yang sudah tertanam sejak para leluhur. Kekerasan fisik yang terjadi kala itu akibat hasutan dari luar, sempat menggoyahkan ikatan kerabat tersebut. Setelah situasi keamanan benar-benar telah pulih dan komunitas Kristen di negeri Waai telah kembali dari tempat pengungsian, warga kedua komunitas mencoba menggelorakan kembali ikatan kerabat yang ada di antara mereka. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mempertegaskan kembali ikatan tersebut sekaligus membangkitkan semangat kebersamaan di antara mereka satu dengan yang lainnya. 26 Lihat data Sejarah negeri Waai [Bab IV] 199

18 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Menjaga dan merawat ikatan tersebut yang mengikat warga kedua komunitas, senantiasa diwujudkan dengan sikap untuk saling menerima perbedaan yang ada. Salah seorang informan kunci 27 menuturkan bahwa, sudah menjadi kehendak sejarah bahwa kerabat yang berada di negeri Tulehu [Islam], negeri Waai [Kristen], negeri Liang [Islam] dan Morela [Islam], kami memiliki marga dan sejarah yang sama, meskipun berbeda agama yang dianut. Perbedaan ini merupakan kenyataan yang senantiasa diakui, diterima, dan dihormati oleh kami. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, warga masyarakat kedua komunitas [kami] menikmati, tidak ada yang lebih indah selain perbedaan itu dalam warisan sejarah para leluhur. Meski diakui sebagai kerabat yang plural [berbeda agama], mereka senantiasa diperhadapkan dengan berbagai persoalan pelik, yakni memper-tahankan eksistensi ikatan tersebut. Sementara, di sisi lain, kami28 harus mampu untuk menjaga, merawat dan mewariskan ikatan tersebut kepada generasi muda saat ini. Pewarisan ini penting dilakukan untuk membangun pemahaman yang sama tentang eksistensi ikatan tersebut yang ada di antara kedua komunitas, dan cara ini dapat menjadi solusi. Lebih lanjut dikatakan bahwa, bila hal ini tidak dilakukan, yang terjadi dimasa datang adalah munculnya generasi muda dengan pemahaman yang dangkal karena pada dasarnya mereka tidak mengetahui relevansi pengetahuan tentang ikatan kerabat yang ada di antara warga kedua komunitas. Senada dengan itu, salah seorang tokoh masyarakat29 juga mengajak agar warga masyarakat kedua komunitas [di negeri Tulehu dan negeri Waai] bersama-sama menatap masa depan dengan penuh harapan dan terus berjuang untuk mempertahankan warisan para leluhur, dengan tetap bersandar pada semangat [spirit] ikatan tersebut. 27 Hasil wawancara mendalam, tanggal 27 Januari 2011 dengan ZB, 48 tahun, Kristen [Raja, Negeri Waai]. 28 Hasil wawancara mendalam, tanggal 27 Januari 2011 dengan DB, 47 tahun, Kristen [Tokoh Masyarakat, Negeri Waai]. 29 Hasil wawancara mendalam, tanggal 29 Oktober 2010 dengan Ib.T, 56 tahun, Islam [Tokoh Masyarakat] dari Negeri Tulehu. 200

19 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Ia menghimbau agar hilangkan mata rantai dendam yang selama ini menjerat kita akibat konflik, sehingga kita [warga kedua komunitas] bisa bahu-membahu dengan leluasa, memberi makna kepada ikatan tersebut sebagaimana yang dilakukan para leluhur kita. Upaya untuk menjaga dan merawat ikatan tersebut tidak hanya nampak dari pembicaraan mereka saja, tetapi senantiasa tercermin dalam berbagai antivitas nyata dengan melibatkan warga kedua komunitas. Pembangunan Sarana Peribadatan Gedung Gereja Ketika kembali pada tahun 2005, maka untuk menunaikan ibadah, masyarakat negeri Waai membangun sebuah gedung Gereja darurat yang digunakan hingga saat ini. Pada tahun 2007 lalu, mereka mulai membangun gedung Gereja baru yang permanent, namun hingga kini bangunan tersebut belum selesai dikerjakan. Mengawali dilakukan pekerjaan pondasi bangunan gedung Gereja, ada tradisi yang hidup dan berkembang serta dipraktikkan dalam realitas kehidupan kedua komunitas. Ketika hendak mengerjakan pondasi gedung Gereja di negeri Waai [tahun 2007], batu pertama yang akan diletakkan sebagai batu alasan diambil dari hutan di negeri Morela 30 [Islam]. Proses pengambilan batu tersebut digambarkan oleh salah seorang informan kunci 31 sebagai berikut: Setelah mendapat informasi dari basudara gandong di negeri Waai tentang waktu peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja, kemudian Raja memberitahukan masyarakat tentang hal tersebut, sekaligus menentukan waktu pengambilannya. Batu yang akan diambil sebanyak tiga buah32, namun 30 Ketiga buah batu yang diambil dari negeri Morela, karena masyarakat di negeri Morela dengan masyarakat di negeri Waai terikat dalam satu ikatan kerabat yang bersifat geneologis. 31 Hasil wawancara mendalam, tanggal 23 Januari 2011 dengan MS, 71 tahun, Islam [salah seorang tua adat] dari negeri Morela. Tradisi ini sudah berlangsung sejak didirikan gedung Gereja Pertama [Gereja Tua] di negeri Waai, demikian pula sebaliknya pada saat pembangunan Mesjid Pertama [Mesjid Tua] di negeri Morela. 32 Informan sudah tidak mengingat secara pasti, makna dari angka tiga tersebut. 201

20 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku mengawali pengambilannya dilakukan upacara adat yang dipimpin oleh Raja selaku Kepala Adat. Usai acara adat, para tua-tua adat kemudian menuju ke hutan untuk mengambilnya. Pada saat naik ke hutan, Raja dan seluruh komponen masyarakat negeri Morela sudah menunggu di depan rumah Raja, dan setelah turun dari hutan, tua-tua adat menyerahkan ketiga buah batu tersebut kepada Raja dan Imam Mesjid, kemudian secara bersama-sama mereka mengantarkan [batu tersebut] ke negeri Waai. Dalam perjalanan, ibu-ibu membawa serta berbagai jenis bahan makanan 33 [hasil kebun] yang akan dipergunakan oleh masyarakat negeri Waai pada saat mereka bekerja. Ketika tiba, mereka disambut oleh Raja, Pendeta, tua-tua adat serta seluruh masyarakat dalam satu upacara adat, kemudian ketiga buah batu tersebut diserahkan kepada Raja, dan Raja menyerahkannya kepada Pendeta. Pada saat Pendeta menerimanya, dilakukan ibadah pendek, dan setelah selesai ibadah, ketiga batu tersebut diambil oleh Pendeta dan Raja [Waai] kemudian meletakkannya di dalam kolam yang sudah disiapkan sebelumnya, diikuti dengan membubuhkan semen34 oleh Raja Waai dan Raja Morela 35, dan bubuhan semen ke-dua dilakukan oleh Pendeta. Usai peletakan batu pertama, dilanjutkan dengan acara makan patita [makan bersama], sebagai lambang persekutuan kerabat. Setelah selesai acara makan bersama, sore harinya masyarakat Morela kembali ke negeri mereka. Acara makan patita 33 Pada saat tiba, bahan-bahan makanan tersebut diserahkan kepada ibu-ibu di negeri Waai. 34 Membubuhkan semen di atas batu pertama tersebut menandakan pekerjaan pembangunan segera dilaksanakan. 35 Keterlibatan Raja Morela untuk membubuhkan semen di atas batu pertama menandakan keikutsertaan masyarakat negeri Morela dalam pembangunan Gereja tersebut. 202

21 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Pada saat pekerjaan hendak dilanjutkan keesokan hari, warga masyarakat Morela datang membantu, namun jika ada halangan, biasanya mereka memberikan bantuan [menurut kemampuan masingmasing orang] material berupa besi cor: Semen, atau kayu, sebagai pengganti ketidakhadiran mereka. Ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab sosial warga, yang harus dipukul secara bersama-sama. Lebih lanjut, informan tersebut mengatakan bahwa, apabila gedung Gereja tersebut sudah selesai dibangun dan akan diresmikan, masyarakat negeri Morela diundang untuk ikut bersama dalam acara tersebut dan pada saat datang biasanya mereka membawakan bahan makanan [hasil kebun] untuk acara peresmian. Selesai dilakukan acara ibadah peresmian, dilanjutkan dengan acara makan patita hingga selesai kemudian pada sore hari mereka pulang kembali ke negeri Morela. Gedung Gereja Baru Negeri Waai yang sementara dibangun [kondisi sampai Nopember tahun 2010] Cuci Keramat Dalam realitas kehidupan warga kedua komunitas, marga Bakarbessy [Kristen] di negeri Waai dan marga Tawainella, Ohorella dan marga Umarella [Islam] di negeri Tulehu memiliki pertalian darah [famili] yang terbentuk atas dasar hubungan perkawinan [afinitas]. 203

22 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari warga dari masing-masing marga mengetahui benar dengan siapa mereka memiliki hubungan kerabat dekat. Persekutuan kerabat antara keempat marga tersebut dikenal dengan nama anak cucu marlou, dan marga Tawainella ditunjuk sebagai ketua persekutuan kerabat, dan jabatan tersebut dari dahulu hingga kini tidak pernah dipindah-alihkan kepada marga lainnya. Menurut para informan 36 bahwa, hubungan tersebut terjadi karena moyang laki-laki [Islam] dari marga Tawainella di negeri Tulehu menikah dengan moyang perempuan [Kristen] dari marga Bakarbessy di negeri Waai, dan setelah menikah mereka tinggal sampai meninggal di negeri Tulehu. Ketika meninggal [tidak diketahui secara pasti oleh para informan, pada usia berapa mereka meninggal], mereka dimakamkan di tempat pemakaman [kuburan] yang sama, dan kuburan tersebut oleh seluruh anak cucu Marlou memaknainya sebagai keramat. Keramat Anak Cucu Marlou Yang terletak di Negeri Tulehu 36 Hasil wawancara mendalam tanggal 26 Januari 2011 dengan AT, 69 tahun [Islam] dari negeri Tulehu, dan PB, 74 tahun [Kristen] salah seorang tua adat dari negeri Waai. Menurut mereka, kegiatan cuci keramat tidak dapat dilakukan oleh salah satu marga tertentu saja, tetapi harus dilakukan oleh keempat marga tersebut. Ini sudah merupakan tradisi dari para orang tua-tua mereka sejak dahulu, diwariskan dan dipraktikkan hingga saat ini. 204

23 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Ketika salah seorang dari anak cucu Marlou melihat keramat tersebut sudah kotor atau pagarnya sudah rusak sehingga dipikir untuk segera dilakukan perbaikan, biasanya langsung diberitahukan kepada ketua persekutuan. Ketua persekutuan kemudian mengundang wakil [biasanya yang dituakan] dari keempat marga tersebut berkumpul [rapat] untuk membicarakannya. Jika ada kesepakatan tentang waktu untuk melakukan perbaikan [cuci keramat], maka ada kewajibankewajiban sosial yang harus ditanggung oleh masing-masing marga. Kewajiban tersebut berupa bahan-bahan [cat, besi, atau semen] yang diperlukan, dan membawa serta berbagai jenis makanan [yang sudah dimasak] pada saat melakukan pekerjaan cuci keramat. Ketika tiba waktunya untuk melakukan acara cuci keramat, marga Bakarbessy datang dari negeri Waai dan pada saat tiba di halaman bagian luar keramat [di negeri Tulehu], mereka disambut oleh ketiga marga tersebut dengan menggunakan kain salele [kain gandong], kemudian salah seorang yang dituakan dari marga Tawainella mengucapkan mari datang anak cucu marlou kemudian dibalas oleh salah seorang yang dituakan dari marga Bakarbessy dengan mengucapkan kami sudah datang kemudian mereka dikurung dalam kain gandong dan diantar masuk ke halaman bagian dalam dari keramat tersebut. Kain salele [kain gandong] 37 yang digunakan ketika menyambut anak cucu Marlou dari negeri Waai 37 Kain gandong (sumber: diunggah, 5 Feb 2011.) 205

24 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku Setelah itu, seluruh anak cucu marlou yang hadir [laki-laki, perempuan, tua, muda] secara bersama-sama mulai melakukan cuci keramat hingga selesai. Setelah itu, dilakukan acara makan patita [makan bersama] di halaman keramat tersebut yang menandakan acara cuci keramat sudah selesai. Usai acara makan bersama, marga Bakarbessy diantar oleh ketiga marga lainnya untuk pulang ke negeri Waai, dan setelah tiba, ketiga marga tersebut kemudian kembali ke negeri Tulehu. Kegiatan cuci keramat sebagaiaman digambarkan di atas, secara intrinsik memperlihatkan suatu fungsi yang sangat laten untuk memperkuat sekaligus mempertegaskan kembali struktur kekerabatan yang ada di antara warga dari keempat marga tersebut. Peran Pemerintah Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka pada awal tahun 2006 lalu, Pemerintah Daerah mempercayakan para kontraktor untuk membangun sejumlah sarana dan prasarana publik di negeri Waai. Sarana dan prasarana pendidikan yang dibangun tersebut meliputi, lima buah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SD N], dan satu buah bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri [SMP N], disertai dengan pengadaan kursi-meja untuk menunjang kelancaran proses belajarmengajar para siswa di sekolah. Tidak ada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum [SMU] atau Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] di negeri Waai. Karena itu, setelah menamatkan SMP, anak-anak dari Waai dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di kota Ambon. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintah mempercayakan kontraktor juga untuk membangun satu buah gedung Puskesmas, dan hingga saat ini, bangunan gedung Puskesmas tersebut sudah dimanfaatkan Untuk menunjang tugas-tugas pemerintahan di negeri Waai, maka Pemerintah Daerah mempercayakan salah satu kontraktor untuk membangun satu buah bangunan Balai Desa. Sedangkan Kantor Desa, 206

25 Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Berbeda Gandong di Pulau Ambon. Pemerintah Daerah memberikan bantuan dana kepada pemerintah Negeri Waai sebesar Rp , dan Gedung PKK sebesar Rp , kemudian pemerintah negeri memobilisir masyarakat untuk membangunnya. Untuk sarana peribadatan, ada tiga buah bangunan gedung Gereja di negeri Waai yang hancur akibat konflik. Setelah masyarakat kembali, pemerintah memberikan bantuan dana sebesar Rp untuk membangun kembali masing-masing gedung Gereja tersebut. Menurut DB 47 tahun [Tokoh Masyarakat negeri Waai], jumlah bantuan untuk membangun tiga buah bangunan gedung Gereja di negeri Waai relatif sangat kecil, karena harga material bangunan yang dibeli ternyata relatif sangat mahal. Sekalipun demikian, sisa kebutuhan material yang tidak dapat dibeli [dengan bantuan dana tersebut] harus diupayakan oleh panitia pembangunan dengan jalan mendatangi para donatur, serta bantuan murni yang diperoleh dari masyarakat negeri Waai. Sedangkan untuk masyarakat, pemerintah tidak menyediakan bangunan rumah kepada mereka tetapi diberikan dalam bentuk bantuan Bahan Bangunan Rumah [BBR]. Bantuan BBR diberikan kepada 1855 Kepala Keluarga [KK] di negeri Waai, berupa 40 sak semen, 60 lembar sink, 1 buah closed [biasa], 15 lembar triplex, dan upah kerja sebesar Rp Salah seorang informan kunci [AT, 49 tahun, Kristen], yang diwawancarai tanggal 29 Oktober 2010 mengatakan bahwa, sekalipun material bangunan yang diberikan pemerintah sangat terbatas untuk bisa membangun sebuah bangunan rumah yang layak huni, namun ia senantiasa mensyukurinya. Oleh karena itu, ia bertekad bekerja keras mencari uang, dan atas bantuan dua orang saudaranya [Adik dan Kaka], rumah yang dibangun tersebut telah selesai dikerjakan pada tahun 2008, dan sudah ditempati oleh keluarganya Kesimpulan Berdasarkan realitas sebagaimana telah digambarkan di atas maka dapat dikatakan bahwa budaya lokal yang mengikat kedua komunitas di wilayah pedesaan, ternyata berperan sangat signifikan 207

26 Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku untuk mempercepat proses pemulihan sosial antar komunitas di wilayah riset. Oleh karena itu, kesadaran yang muncul dari komunitas Islam di negeri Tulehu untuk mengambil prakarsa dan kemudian terlibat dalam berbagai proses untuk mengembalikan komunitas Kristen ke negeri Waai, merupakan suatu hal yang terjadi diluar dugaan banyak orang. Untuk memelihara serta mempertahankan relasi yang sudah terjalin kembali antar dua komunitas, senantiasa diwujudkan bentuk kerja sama secara timbal-balik tanpa mempertimbangkan perbedaan yang ada di antara mereka. Karena itu, interaksi yang terjalin dalam realitas kehidupan sehari-hari, tidak nampak terpolarisasi. Sikap terbuka yang diwujudkan untuk saling menerima antara satu dengan yang lain, menjelaskan bahwa sejarah masa lalu masih segar dalam ingatan [memori kolektif] mereka. Karena itu, proses pemulihan sosial dapat berlangsung dengan cepat pada dua komunitas di wilayah riset. 208

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Bab Tiga Belas Kesimpulan Bab Tiga Belas Kesimpulan Kehidupan manusia senantiasa terus diperhadapkan dengan integrasi, konflik dan reintegrasi. Kita tidak dapat menghindar dari hubungan dialektika tersebut. Inilah realitas dari

Lebih terperinci

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua Bab Sembilan Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Pulau Saparua Pengantar Untuk menepis sinyalemen dan pernyataan banyak kalangan tentang hubungan pela dan

Lebih terperinci

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon Bab Tujuh Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon Pengantar Negeri Tulehu [Islam] dan negeri Waai [Kristen] di pulau Ambon adalah dua negeri adat di antara sejumlah

Lebih terperinci

Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku

Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku Bab Lima Dinamika Ruang-ruang Sosial Dua Komunitas Pra Konflik Maluku Pengantar Pada bagian ini, penulis akan menguraikan dinamika ruangruang sosial pra konflik [hingga tahun 1998] antara dua komunitas

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua Bab Enam Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Memiliki Hubungan Gandong di Pulau Saparua Pengantar Untuk memperoleh pengetahuan secara utuh dan menyeluruh tentang konflik yang terjadi antar warga

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA 4.1. Pengantar Masyarakat Yalahatan secara administratif merupakan masyarakat dusun di bawah pemerintahan Negeri Tamilouw

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet. LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum BAB II Gambaran Umum A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca 1998 Menurut buku Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN. Bab Satu Pendahuluan Hela Rotan 1 Hela hela rotan e rotan e tifa jawa, jawa e babunyi Reff, rotan, rotan sudah putus sudah putus ujung dua, dua bakudapa e. Ciptaan: NN. Syair lagu di atas mengingatkan

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR KEPRESIDENAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Laut Banda,

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) X : Selamat siang pak N : Iya, siang X : Saya ingin bertanya-tanya tentang perkawinan semarga pak, kenapa perkawinan semarga itu

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Desa Cuhai Cuhai adalah desa yang ada di Kabupaten Lamandau. Tepatnya ada di Kecamatan Lamandau. Desa Cuhai terletak di sebelah selatan kota Nanga

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY 70 BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY 4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data 4.1.1 Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat, tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu: PROSESI PERKAWINAN ADAT SASAK 1 Oleh : I Gusti Ngurah Jayanti 2. PENDAHULUAN Perkawinan merupakan sebuah fenomena budaya yang hampir terdapat di semua komunitas budaya, khususnya di Indonesia. Perkawinan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK RGS Mitra 1 of 7 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Agama Kristen merupakan salah satu agama yang berkembang di Indonesia. Perkembangan agama Kristen dapat kita lihat dari pertumbuhan gereja-gereja yang semakin banyak

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pencarian Jodoh Muli Mekhanai Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Pemilihan mempunyai arti proses atau cara perbuatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Desa Tajau Pecah Desa Tajau Pecah adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Desa yang berpenduduk laki-laki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Karya Kreatif Tanah Air Beta Mulyanissa 1 Hapsari Athaya Mulyanissa Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Tanah Air Beta adalah novel yang dibuat berdasarkan film

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN EMPIRIK. 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian. Sejarah Kamarian bermula dari peristiwa perang Hoamoal yang terjadi kira-kira

BAB III PENDEKATAN EMPIRIK. 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian. Sejarah Kamarian bermula dari peristiwa perang Hoamoal yang terjadi kira-kira BAB III PENDEKATAN EMPIRIK 1. Sekilas Sejarah Negeri Kamarian Negeri Kamarian adalah salah satu negeri adat tertua yang ada di pulau Seram. Nama asli negeri Kamarian adalah Kamaria yang berarti kemuliaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon

Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon Bab Sebelas Dinamika Sosial Dua Komunitas yang Tidak Memiliki Hubungan Gandong Pasca Konflik Maluku di Kota Ambon Pengantar Realitas sosial yang digambarkan pada bagian ini terutama dibuat dalam rangka

Lebih terperinci

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015: pada 23 Mei 2015: Pada hari Sabtu, 23 Mei 2015, perwakilan APP dan WKS berpartisipasi dalam doa bersama dan upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat di desa Lubuk Mandarsah di Jambi.

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

Hubungann Kita Dengan Orang Lain

Hubungann Kita Dengan Orang Lain Hubungann Dengan Orang Lain Kita Pada hari Senin pagi dalam ibadah pagi di Sekolah Alkitab ada bagian kesaksian. Seorang gadis bernama Olga berdiri untuk bersaksi. Sehari sebelumnya ia bersama seorang

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:00 - Last Updated Wednesday, 26 March 2014 12:12

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:00 - Last Updated Wednesday, 26 March 2014 12:12 Alkisah, di Kampung Benua, Majene, Sulawesi Barat, hiduplah tiga orang pemuda yang hendak memperluas lahan perladangan dan permukiman penduduk, serta membangun pelabuhan di pantai. Ketiga pemuda tersebut

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Negeri Liang Negeri Liang adalah salah satu negeri yang terletak di Pulau Ambon dan secara administratif masuk dalam Wilayah Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keadaan

Lebih terperinci

Laporan Berkala April-Mei 2014

Laporan Berkala April-Mei 2014 Laporan Berkala April-Mei 2014 Satu bulan cepat berlalu Herlina, Huei Ming dan Joshina mengunjungi Kalimantan untuk Yayasan Kota Palem dalam bulan april yang lalu. Tepat satu bulan lamanya perjalanan mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB II RINGKSAN CERITA. timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik

BAB II RINGKSAN CERITA. timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik BAB II RINGKSAN CERITA Ketika Ikal kelas tiga SD, pada saat itu keluarga mereka menerima surat dari mandor timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik pangkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2014 KEMENRISTEK. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk melaksanakan Undang-undang No. 19 tahun 1956.

Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk melaksanakan Undang-undang No. 19 tahun 1956. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1956 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN DAERAH (UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 1956, LEMBARAN-NEGARA NO. 44 TAHUN 1956) Presiden Republik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah

BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah BAB IV ANALISA Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah dideskripdikan di dalam Bab III. Sedangkan upaya pendekatan yang dipakai untuk menganalisis pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci