AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 01 Januari 2010, ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 01 Januari 2010, ISSN"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa) DIBUDIDAYAKAN SECARA HIDROPONIK PADA MUSIM KEMARAU DAN PENGHUJAN Oleh: Candra Ginting 1) ABSTRACT Growth mean an increase in dry mass or dry mass of plant as a measure of its growth. The relationship between dry mass gains and time used as basic parameters in growth analysis concept. Relative growth, the increase in weight per unit of original weight over a time interval. Leaf area ratio, ratio of leaf area to plant dry weight. Net assimilation rate, the rate of increase in dry weight per unit leaf area. Temperature and light affected the dynamic of growth. The experiment was conducted using hydroponic system to growth analysis of lettuce in dry and rainy planting seasons. More chlorophyll content and magnesium up taken were found in rainy than dry season. Light intensity influence growth analysis. More grade of relative growth rate, leaf area ratio and net assimilation rate were found in rainy than dry season. Dry mass productivity of lettuce leaf in rainy more effective and efficient than dry season. Key words: growth, lettuce, seasons PENDAHULUAN Pertumbuhan tanaman merupakan peristiwa berlangsungnya pertambahan jumlah sel atau peningkatan berat kering tanaman. Secara fisik pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun atau diameter batang. Suatu proses pertumbuhan tanaman dapat diamati mulai dari biji, lalu biji berkecambah, selanjutnya tumbuh menjadi bibit atau tanaman muda, kemudian tanaman menjadi dewasa. Berbagai definisi mengenai pertumbuhan telah dikemukakan, diantaranya oleh Gardner dkk. (1991) mendefinisikan pertumbuhan sebagai proses pembelahan sel atau meningkatnya jumlah sel yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Definisi pertumbuhan lain yang dikemukakan oleh Salisbury dan Ross (1992) adalah proses bertambahnya biomassa. Oleh karena pertumbuhan berkaitan dengan peningkatan jumlah sel, maka prosesnya mulai dari terjadinya pembelahan sel yang senantiasa memerlukan adanya sintesis protein. Protein merupakan komponen penyususun sel yang baru dan selanjutnya sekelompok sel membentuk jaringan tanaman kemudian menjadikan satu organ yang melaksanakan peran tertentu dalam suatu tanaman. Proses pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar tanaman, daun merupakan faktor dalam yang berperan sebagai organ fotosintesis. Bentuk dan ukuran daun suatu tanaman sangat menentukan dalam hal efisiensi penangkapan sinar matahari sebagai sumber energi utama bagi tanaman. Di dalam daun, tepatnya pada suatu organella yang disebut sebagai kloroplas merupakan tempat berlangsungnya penangkapan energi sinar matahari dan fiksasi CO 2 dan membentuk karbohidrat serta membebaskan O 2 ke lingkungan. Secara kimia reaksi fotosintesis dapat digambarkan sebagai berikut: CO 2 + H 2 O Karbohidrat + O 2 (Sinar matahari/kloroplas) Kloroplas terdiri atas klorofil dan sistem enzim yang berperan dalam seluruh reaksi kimia yang berlangsung di organella tersebut. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam proses fotosintesis adalah sinar matahari dan suhu. Kondisi sinar matahari berpengaruh langsung terhadap kinerja klorofil, sedangkan keadaan 1 ) Staf Pengajar Pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. 1

2 2 suhu mempengaruhi kinerja sistem enzim. Fiksasi CO 2 dikendalikan sepenuhnya oleh sistem enzim, kinerja enzim meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu dan pada batas tertentu enzim tersebut akan mengalami denaturasi. Berat kering merupakan hasil pertumbuhan secara keseluruhan, namun dalam proses pencapaiannya berlangsung melalui suatu dinamika pertumbuhan dari waktu ke waktu. Penimbunan hasil bersih atau berat kering fotosintesis secara terintegrasi dengan waktu disebut sebagai analisis pertumbuhan (Gardner dkk., 1991). Untuk melakukan analisis pertumbuhan tanaman dibutuhkan dua pengukuran dalam interval waktu, yaitu luas daun dan berat kering total tanaman. Berdasarkan dua data tersebut kuantitas lain dalam analisis dapat dilakukan melalui perhitungan, seperti nisbah luas daun, laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Yogyakarta pada ketinggian sekitar 1 m dari permukaan laut. Kegiatan berlangsung di dalam rumah kaca dengan kondisi suhu udara ruangan berkisar antara 28 sampai 36 o C dan kelembaban udara relatif berkisar antara 45 sampai 85% berlangsung pada musim kemarau dan penghujan. Intensitas sinar matahari rata-rata 45. lux (42 footcandle) pada musim kemarau, 1.4 lux (97 footcandle) pada musim penghujan. Bahan yang digunakan adalah benih selada dan formula racikan dengan komposisi N = 53; P = 8; K = 3; Ca = 16; Mg = 8; Fe = 1,; Mn =,51 = Cu =,51; B =,26; Zn =,18 dan Mo =,1, masing-masing dalam satuan part per million (ppm). Alat yang digunakan adalah ember 4 liter digunakan untuk tangki nutrisi, styrofoam dan talang pvc digunakan untuk tempat penanaman, pipa pvc dan pompa akuarium untuk sirkulasi larutan nutrisi dari dan kembali ke ember. Lux meter digital DX 1 untuk mengukur intensitas sinar matahari, termohigrometer digital untuk mengukur suhu dan kelembaban udara. Penelitian berlangsung selama 28 hari untuk masing-masing musim, pengukuran luas daun dan berat kering dilakukan setiap interval waktu satu minggu. Analisis klorofil menggunakan metode spektrofotometri dilaksanakan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam. Analisis kandungan Mg menggunakan metode spektrometer dilakukan pada umur 4 minggu setelah tanam. Analisis pertumbuhan tanaman menggunakan data luas dan berat kering tanaman mengikuti metode yang terdapat dalam Gardner dkk. (1991). Nisbah luas daun merupakan perbandingan antara luas daun dengan berat kering total tanaman, satuan dm 2.g -1. Laju pertumbuhan relatif merupakan peningkatan berat kering dalam interval waktu yang berhubungan dengan berat asal yang dihitung dengan rumus (lnw 2 -lnw 1 )/(t 2 -t 1 ), satuan g.g - 1.minggu -1. Laju asimilasi bersih merupakan hasil bersih dari asimilasi per satuan luas daun dan waktu dihitung dengan rumus (W 2 -W 1 )/(t 2 -t 1 ) x (lnl 2 -lnl 1 )/L 2 -L 1 ), satuan g.(dm 2 ) -1.minggu -1. W 1 adalah berat kering pada waktu t 1 dan W 2 adalah berat kering pada waktu t 2, L 1 adalah luas daun pada waktu t 1 dan L 2 adalah luas daun pada waktu t 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan lingkungan Secara umum keadaan suhu, kelembaban udara relatif dan intensitas sinar matahari mempengaruhi proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh tanaman. Keadaan lingkungan tanaman di dalam rumah kaca yang diamati meliputi ketiga unsur tersebut diamati baik pada musim kemarau maupun penghujan yang disajikan dalam Gambar 1, 2 dan 3.

3 3 Suhu udara ( o C) Suhu Kelembaban Hari pengamatan Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya x 1 (lux) kemarau penghujan Hari pengamatan Suhu udara ( o C) Gambar 1. Suhu dan kelembaban udara di dalam rumah kaca pada musim kemarau Keadaan lingkungan menunjukkan bahwa selama pertumbuhan tanaman berlangsung pada musim kemarau dan penghujan suhu berkisar antara 28 sampai 36 o C. Kelembaban udara relatif berkisar antara 45 sampai 7% pada musim kemarau, 45 sampai 85% pada musim penghujan. Intensitas sinar matahari berkisar antara 2. sampai 9. lux pada musim kemarau, 2 sampai 3. lux pada musim penghujan. Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa keadaan suhu dan kelembaban udara relatif mengikuti pola saling berlawanan, yaitu ketika suhu tinggi diikuti dengan kelembaban rendah dan sebaliknya. Namun demikian dari waktu ke waktu terjadi pola fluktuasi yang berbeda antara musim kemarau dan penghujan Hari pengamatan Suhu Kelembaban Gambar 2. Suhu dan kelembaban udara di dalam rumah kaca pada musim penghujan Kelembaban udara (%) Gambar 3. Intensitas cahaya di dalam rumah kaca pada musim kemarau dan penghujan Nampak pada Gambar 2 terjadi dinamika goyangan suhu dengan frekwensi yang lebih sering khususnya pada kurun waktu minggu ke empat. Kondisi tersebut tentu saja mempengaruhi proses metabolisme terutama fotosintesis yang berlangsung dalam tubuh tanaman karena berhubungan dengan kinerja sistem enzim yang terlibat dalam proses tersebut. Suhu udara lingkungan tentu saja mempengaruhi suhu larutan nutrisi dalam hal ini sebagai media tanaman sehingga menentukan kinerja akar yang selanjutnya menentukan hasil selada (Ginting, 26 a ). Jika kisaran suhu dan kelembaban udara antara musim kemarau dan penghujan hampir sama (Gambar 1 dan 2), lain halnya dengan intensitas cahaya matahari (Gambar 3). Intensitas cahaya matahari pada musim kemarau rata-rata sekitar 45. lux, sedangkan pada musim penghujan hanya sekitar 1.5 lux. Dalam hal ini intensitas cahaya pada musim penghujan hanya ¼ kali intensitas cahaya pada musim kemarau. Kondisi ini tenu saja mempengaruhi perilaku klorofil yang terdapat pada organella kloroplas dan pada gilirannya akan menentukan produk akhir fotosintesis. Luas daun Daun merupakan organ yang paling penting dalam proses fotosintesis karena di dalamnya terdapat kloroplas tempat berlangsungnya proses tersebut. Keadaan luas daun selada pada musim kemarau dan penghujan dari waktu ke waktu disajikan dalam Gambar 4.

4 4 Luas daun menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara musim kemarau dan penghujan, artinya perbedaan intensitas cahaya matahari yang cukup besar tidak mengakibatkan ukuran luas daun secara keseluruhan dalam individu tanaman selada. Luas (dm2) Gambar 4. Luas daun selada pada musim kemarau dan penghujan Serapan Mg dan kandungan klorofil Magnesium merupakan konstituen klorofil atau berperan sebagai inti klorofil. Kandungan klorofil dan serapan magnesium selada pada musim kemarau dan penghujan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kandungan klorofil daun dan serapan Mg selada pada musim kemarau dan penghujan Uraian Satuan Musim Kemarahujan Peng- Kandungan klorofil, μg/berat 1,17 a 7,48 b (2 minggu setelah tanam) kering daun Kandungan klorofil, μg/berat 7,64 a 8,55 b (4 minggu setelah tanam) kering daun Serapan Mg (4 minggu setelah tanam) mg 1,8 a 14,4 b Keterangan: Dalam satu baris, angka diikuti huruf sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji t pada tingkat kepercayaan 95%, n = 3. berbeda antara musim kemarau dan penghujan, namun untuk memanfaatkan keadaan intensitas sinar matahari yang berbeda cukup besar kloroplas memiliki pola adaptasi yang khas. Leopold dan Kriededemann (1975) menyatakan bahwa kloroplas mengatur dirinya terhadap kondisi intensitas sinar matahari, yaitu ketika intensitas tinggi kloroplas menghindar dari sinar sebaliknya ketika intensitas rendah kloroplas mengatur diri untuk dapat menangkap sinar secara optimal untuk mendukung pertumbuhannya. Dengan demikian untuk meproduksi berat kering dalam jumlah yang cukup, tanaman mensintesis klorofil dalam jumlah lebih banyak ketika intensitas sinar matahari jauh lebih rendah pada musim penghujan. Untuk mendukung pembentukan klorofil tentu saja harus sejalan dengan peningkatan serapan unsur magnesium yang sangat berhubungan dengan ketersediaan hara tersebut di lingkungan akar tanaman. Serapan hara dan kandungan klorofil dalam berbagai suhu daerah perakaran selada telah dilaporkan oleh Ginting (26 b ) dan Ginting (28). Berat kering Berat kering merupakan produk akhir dalam bentuk biomassa dari proses fotosintesis dalam tanaman, hasil ini bersifat tetap atau tidak dapat balik. Berat kering selada pada musim kearau dan penghujan dari waktu ke waktu disajikan dalam Gambar 5. Berat kering yang ditunjukkan dalam Gambar 5. tidak berbeda antara masa pertumbuhan pada musim kemarau dan penghujan ketika umur tanaman 3 minggu setelah tanam, yakni sekitar 13 mg. Berat kering ketika umur 2 minggu setelah tanam adalah 12 mg pada musim kemarau, 44 mg pada musim penghujan, ketika umur 4 minggu setelah tanam sekitar 33 mg pada musim kemarau, 39 mg pada musim penghujan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan klorofil dan serapan magnesium pada musim penghujan lebih tinggi dibanding musim kemarau. Hubungan antara keduanya sangat berkaitan karena unsur magnesium merupakan konstituen klorofil yaitu sebagai inti klorofil (Marschner, 1986). Sekalipun luas daun tidak

5 5 Berat kering (mg) Gambar 5. Berat kering selada pada musim kemarau dan musim penghujan Rendahnya berat kering selada ketika umur 3 minggu setelah tanam pada musim penghujan dapat disebabkan oleh pola dinamika suhu udara yang ditunjukkan dalam Gambar 2. Keadaan suhu antara umur 14 hingga 21 hari menghambat aktivitas sistem enzim dalam kloroplas sehingga produksi berat kering hampir sama dengan yang terjadi pada musim kemarau. Nisbah akar/tajuk Akar merupakan bagian penting untuk pengambilan air dan mineral dari dalam tanah, sedangkan tajuk bagian penting untuk menangkap sinar matahari dan fiksasi CO 2 keduanya berperan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Perbandingan atau nisbah antar keduanya dapat menunjukkan efektifitas masing-masing dalam melakukan fungsinya, keadaan lingkungan sangat mempengaruhi kinerja setiap bagian tersebut. Nisbah akar tajuk selada pada musim kemarau dan penghujan disajikan dalam Gambar 6. Nisbah akar tajuk antar musim menunjukkan pola yang berbeda selama pertumbuhan selada. Pada musim kemarau, nisbah akar relatif tinggi ketika selada berumur 2 minggu setelah tanam selanjutnya nisbah menurun ketika berumur 3 sampai 4 minggu setelah tanam nilainya hampir sama dengan pada musim penghujan. Lain halnya penanaman pada musim penghujan, nisbah akar tajuk memiliki pola yang hampir sama waktu atau lama pertumbuhan yang sama. Jika luas daun selada diasumsikan mewakili keadaan tajuk maka sebenarnya keadaan tajuk antara musim kemarau dengan penghujan hampir sama (Gambar 4). Dengan demikian hal yang membuat nilai nisbah akar tajuk berbeda adalah proporsi akar selada yang tidak sama antara musim kemarau dengan penghujan. Proporsi akar selada 2 minggu setelah tanam meningkat secara tajam pada musim kemarau, hal ini diduga akar mengalami pertumbuahan lebih dominan dibanding tajuk atau daun pada kondisi intensitas sinar matahari yang tinggi (Gambar 3). Dengan kata lain pertumbuhan tajuk mengalami tekanan akibat intensitas sinar tinggi pada musim kemarau. Nisbah akar tajuk (g/g) Gambar 6. Nisbah akar/tajuk pada musim kemarau dan musim penghujan Nisbah luas daun Nisbah luas daun dapat diartikan sebagai kemampuan daun dalam luasan tertentu untuk memproduksi biomassa atau bahan kering atau efektifitas daun dalam menghasilkan bahan kering. Nisbah luas daun selada pada musim kemarau dan penghujan disajikan dalam Gambar 7. Kemampuan daun dalam memproduksi bahan kering melalui proses fotosintesis berbeda antara musim kemarau dengan penghujan terutama ketika selada berumur 2 minggu setelah tanam. Dalam hal ini, daun dibutuhkan seluas sekitar 8 dm 2 untuk menghasilkan 1 g berat kering. Pada hal ketika selada berumur 1, 3 dan 4 minggu setelah tanam, untuk memproduksi 1 g bahan kering hanya dibutuhkan daun rata-rata seluas 4 dm 2. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan klorofil daun selada umur 2 minggu setelah tanam pada musim penghujan jauh lebih tinggi dibanding musim kemarau. Kenyataan ini

6 6 semakin memperkuat pemahaman bahwa kualitas kloroplas atau jumlah klorofil sangat menentukan jumlah bahan kering yang dihasilkan tanaman melalui proses fotosintesis. Secara umum Gambar 7. menunjukkan bahwa efektifitas daun dalam memproduksi bahan kering pada musim penghujan lebih tinggi dibanding kemarau karena kandungan klorofil lebih tinggi pada musim penghujan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1. Nisbah luas daun (dm2/g) Laju pertumbuhan relatif (g/g/minggu) Gambar 7. Nisbah luas daun pada musim kemarau dan musim penghujan Laju pertumbuhan relatif Perbandingan berat kering tanaman secara individual terhadap berat sebelumnya dalam interval waktu tertentu disebut sebagai laju pertumbuhan relatif. Keadaan laju pertumbuhan relatif selada pada musim kemarau dan penghujan disajikan dalam Gambar Gambar 8. Laju pertumbuhan relatif pada musim kemarau dan penghujan Secara keseluruhan pola laju pertumbuhan relatif berbeda antara yang terjadi pada musim kemarau dan penghujan. Umur 1 sampai 2 minggu setelah tanam, laju pertumbuhan relatif memiliki pola yang hampir sama. Selanjutnya umur 3 sampai 4 minggu setelah tanam, laju pertumbuhan relatif berbeda antara musim kemarau dengan penghujan. Pada musim kemarau, laju pertumbuhan relatif selada cukup stabil. Lain halnya pada musim penghujan, laju pertumbuhan relatif menurun ketika umur selada 3 minggu setelah tanam selanjutnya kembali meningkat ketika umur selada 4 minggu setelah tanam. Fluktuasi suhu lingkungan sebagaimana yang ditampilkan dalam Gambar 1 dan 2 nampaknya turut mempengaruhi laju pertumbuhan relatif. Suhu lingkungan yang berubah-ubah dalam waktu relatif singkat dapat memacu peningkatan laju pertumbuhan relatif ketika selada berumur 4 minggu setelah tanam pada musim penghujan. Selada yang ditanam pada musim penghujan nampaknya masih dapat meningkatkan berat kering apabila tanaman tersebut dipelihara lebih dari 4 minggu. Hal ini beralasan karena laju pertumbuhan relatif justru terus meningkat ketika umur selada 4 minggu setelah tanam, sedangkan pada musim kemarau laju pertumbuhan relatif mengalami penurunan. Laju asimilasi bersih Kemampuan tiap unit luas daun dalam menghasilkan bahan kering dalam kurun waktu tertentu suatu tanaman disebut sebagai laju asimilasi bersih. Dengan perkataan lain, laju asimilasi bersih merupakan tingkat efisiensi daun memproduksi bahan kering melalui proses fotosintesis dalam periode waktu tertentu (Gardner dkk., 1991). Laju asimilasi bersih selada pada musim kemarau dan musim penghujan disajikan dalam Gambar 9. Ketika masih muda, tanaman mempunyai nilai laju asimilasi bersih tertinggi karena daun berusaha memanfaatkan sinar matahari secara maksimal. Keadaan tersebut nampak dalam Gambar 9 bahwa ketika tanaman berumur 1 minggu setelah tanam laju asimilasi bersih rata-rata relatif lebih tinggi selanjutnya mengalami penurunan baik pada musim kemarau maupun penghujan. Laju asimilasi bersih selada pada musim kemarau memiliki pola yang berbeda dengan yang terjadi pada musim penghujan.

7 7 Ketika berumur 1 minggu setelah tanam, daun selada yang ditanam pada musim kemarau lebih efisien meproduksi bahan kering dibanding pada musim penghujan, yaitu bahan kering dihasilkan lebih dari,5 g pada musim kemarau sedangkan pada musim penghujan kurang dari,4 g masing-masing per dm 2 luas daun. Dua minggu setelah tanam, hasil bahan kering pada musim kemarau turun menjadi kurang dari,2 g, sedangkan pada musim penghujan produksi bahan kering naik mendekati angka,5 g per dm 2 luas daun. Jika dihubungkan dengan kandungan klorofil daun yang terdapat dalam Tabel 1 maka perbedaan tersebut terjadi disebabkan karena perbedaan kandungan klorofil yang terdapat dalam masing-masing daun. Pada musim penghujan, kandungan klorofil daun selada jauh lebih tinggi dibanding pada musim kemarau sekalipun intensitas sinar matahari pada musim penghujan hanya ¼ dari intensitas sinar pada musim kemarau seperti yang disajikan dalam Gambar 3. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa efisiensi daun dalam memproduksi bahan kering melalui proses fotosintesis lebih ditentukan oleh kandungan klorofil per unit luas daun bukan luas daun atau intensitas sinar matahari. Ketika selada berumur 3 minggu setelah tanam, daun pada musim kemarau lebih efisien memproduksi bahan kering dibanding musim penghujan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena adanya perbedaan goyangan atau fluktuasi suhu di atara dua musim sehingga proses fiksasi CO 2 berbeda karena suhu mempengaruhi kinerja sistem enzim yang terdapat dalam kloroplas. Laju asimilasi bersih (g/dm2/minggu) Gambar 9. Laju asimilasi bersih pada musim kemarau dan penghujan Berdasarkan uraian beberapa unsur yang menggunakan data luas daun dan berat kering dalam analisis pertumbuhan selada dapat dikemukakan suatu hubungan antara unsurunsur, yaitu nisbah luas daun, laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih. Nilai laju pertumbuhan relatif, (g.g -1.minggu -1 ) adalah laju asimilasi bersih {g.(dm 2 ) -1. minggu -1 } dibagi dengan nisbah luas daun (dm 2.g -1 ). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai rata-rata suhu dan kelembaban udara di dalam rumah kaca tidak jauh berbeda antara musim kemarau dan penghujan, namun intensitas sinar matahari pada musim kemarau 4 kali dibanding musim penghujan. Kandungan klorofil daun dan serapan hara magnesium pada musim penghujan lebih tinggi dibanding musim kemarau. Daun selada pada musim penghujan lebih efektif dan efisien dibanding pada musim kemarau yang ditandai dengan nilai nisbah luas daun lebih kecil dan nilai laju asimilasi bersih lebih besar. Laju pertumbuhan relatif pada musim penghujan lebih besar dibanding pada musim kemarau. Saran Untuk mendapatkan kandungan klorofil daun selada yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan penanaman pada musim penghujan atau melakukan modifikasi intensitas sinar matahari rendah dan mendorong serapan hara magnesium yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta. Ginting, C., Tohari, Shiddieq, D. dan Indradewa, D., 26 a. Pengaruh Suhu Medium terhadap Hasil Selada yang Ditanam Secara Hidroponik, Agrosain. volume 8 no 2 :

8 8 Ginting, C., Tohari, Shiddieq, D. dan Indradewa, D., 26 b. Pengaruh Suhu Medium terhadap Serapan Hara Makro pada Pertanaman Selada Secara Hidroponik, Prosiding. Seminar Nasional Peragi, Ginting, C. 27. Pengendalian Suhu Zona Perakaran pada Pertanaman Selada (Lactuca sativa, L.) Sistem Hidroponik, Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ginting, C. 28. Pengaruh Suhu Zona Perakaran Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman Selada Sistem Hidroponik, Agriplus. volume 18 nomor 3 September 28 :

AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 02 Mei 2010, ISSN KAJIAN BIOLOGIS TANAMAN SELADA DALAM BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN PADA SISTEM HIDOPONIK

AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 02 Mei 2010, ISSN KAJIAN BIOLOGIS TANAMAN SELADA DALAM BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN PADA SISTEM HIDOPONIK 17 KAJIAN BIOLOGIS TANAMAN SELADA DALAM BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN PADA SISTEM HIDOPONIK Oleh : Candra Ginting 1) ABSTRACT Greenhouse experiment of lettuce was conducted using hydroponic system with average

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Electrical Conductivity (EC) Nilai EC pada berbagai perlakuan mengalami perubahan dari awal pemberian dan setelah aplikasi. Nilai EC menunjukkan konsentrasi ion didalam air,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN : PERHITUNGAN, PENGERTIAN VARIABEL PENGAMATAN, HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PEGAMATAN

ANALISIS PERTUMBUHAN : PERHITUNGAN, PENGERTIAN VARIABEL PENGAMATAN, HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PEGAMATAN ANALISIS PERTUMBUHAN : PERHITUNGAN, PENGERTIAN VARIABEL PENGAMATAN, HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PEGAMATAN Perbedaan Fisiologi Tanaman dengan Fisiologi Tumbuhan Fisiologi tanaman : mempelajari proses di dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

JURNAL SAINS AGRO

JURNAL SAINS AGRO JURNAL SAINS AGRO http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index e-issn 2580-0744 KOMPONEN HASIL DAN HASIL KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN DOLOMIT DI TANAH MASAM JENIS ULTISOL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMOTONGAN AKAR DAN LAMA AERASI MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa L.) NUTRIENT FILM TECHNIQUE

PENGARUH PEMOTONGAN AKAR DAN LAMA AERASI MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa L.) NUTRIENT FILM TECHNIQUE PENGARUH PEMOTONGAN AKAR DAN LAMA AERASI MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa L.) NUTRIENT FILM TECHNIQUE THE EFFECT OF ROOT CUTTING AND AERATION PERIOD ON GROWTH OF LETTUCE (Lactuca sativa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin

PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin Fakultas Pertanian UNS. Jl. Ir Sutami No. 36A, Surakarta Abstrak Bibit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c PEMBAHASAN UMUM Aqroklimat Tatas Hasil identifikasi dan interpretasi agroklimat ber- dasarkan pengamatan unsur-unsur iklim mulai tahun 1981 sampai dengan tahun 1990 menunjukkan bahwa Kebun Percobaan Unit

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan penting dan berpengaruh besar dalam kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya usaha budidaya perikanan. Pakan

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Pertumbuhan Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, dan bobot

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Tanaman Sayuran Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

Pengaruh Pengayaan Oksigen dan Kalsium terhadap Pertumbuhan Akar dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Rakit Apung

Pengaruh Pengayaan Oksigen dan Kalsium terhadap Pertumbuhan Akar dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Rakit Apung 14 Vegetalika. 2017. 6(4): 14-27 Pengaruh Pengayaan Oksigen dan Kalsium terhadap Pertumbuhan Akar dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Rakit Apung The Effects of Oxygen and Calcium

Lebih terperinci

Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya. Benyamin Lakitan

Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya. Benyamin Lakitan Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya Benyamin Lakitan Re: Karakteristik baru Agronomi SUSTAINABILITY Aplikasi ilmu (dan teknologi) untuk memajukan sistem produksi tanaman dengan tetap menjaga kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. Kandungan gizi sayuran

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara 4 TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara Serapan hara adalah jumlah hara yang masuk ke dalam jaringan tanaman yang diperoleh berdasarkan hasil analisis jaringan tanaman (Turner dan Hummel, 1992). Manfaat dari angka

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS & LINGKUNGAN

FOTOSINTESIS & LINGKUNGAN FOTOSINTESIS & LINGKUNGAN 6CO 2 + 12H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 6H 2 O Sumber Carbon Dioxide: CO 2 masuk ke dalam daun lewat stomata melalui proses diffusi (Passive Process) Larut dalam air tanaman menjadi

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN Desti Diana Putri/1214121050 I.PENDAHULUAN Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhan. Tumbuhan membutuhkan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat dan bersifat herbacious (Ashari, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR SELADA (Lactuca sativa, L.) DALAM AKUAPONIKA PADA KOLAM GURAMI DAN KOLAM NILA

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR SELADA (Lactuca sativa, L.) DALAM AKUAPONIKA PADA KOLAM GURAMI DAN KOLAM NILA PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR SELADA (Lactuca sativa, L.) DALAM AKUAPONIKA PADA KOLAM GURAMI DAN KOLAM NILA GROWTH AND YIELD OF TWO CULTIVARS OF LETTUCE (Lactuca sativa, L.) IN AQUAPONIC IN GOURAMI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada tanaman sawi. 4.1 Tinggi Tanaman Hasil pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis FOTOSINTESIS Pengertian Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan oleh organisme autotrof, dengan menggunakan energi dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil untuk membuat bahan

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

L101. UJI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L) DENGAN MEDIA HIDROPONIK

L101. UJI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L) DENGAN MEDIA HIDROPONIK L101 UJI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L) DENGAN MEDIA HIDROPONIK Fitriyatno 1, Suparti 2, Sofyan Anif 3 1 Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH UDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH UDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH UDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI Nurhasanah 1, Hedi Heryadi 2 Universitas Terbuka nenganah@ut.ac.id Abstrak Penelitian pembuatan pupuk cair dari limbah udang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci