SINTESIS DAN SIMULASI ATOMIK OKSIDA AURIVILLIUS TESIS. Rolan Rusli NIM: Program Studi Kimia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN SIMULASI ATOMIK OKSIDA AURIVILLIUS TESIS. Rolan Rusli NIM: Program Studi Kimia"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN SIMULASI ATOMIK OKSIDA AURIVILLIUS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: Rolan Rusli NIM: Program Studi Kimia INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 i

2 ABSTRAK SINTESIS DAN SIMULASI ATOMIK OKSIDA AURIVILLIUS Oleh: Rolan Rusli NIM: Studi yang banyak dilakukan pada oksida Aurivillius adalah sintesis oksida Aurivillius dengan menggunakan kation d 0 pada posisi B. Saat ini dikembangkan usaha sintesis oksida Aurivillius dengan substitusi kation d n pada kation d 0. Penelitian ini untuk mensubstitusi kation d n (Fe 3+ ) pada posisi d 0 (Ti 4+ ). Oksida Aurivillius yang telah disintesis dengan menggunakan metode reaksi kimia padat adalah Sr2Bi4Ti5-xFexO18, Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18, Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24. Data difraksi sinar-x serbuk dianalisis menggunakan metode Le Bail pada program Rietica. Oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 memiliki grup ruang B2cb, Z = 4, sedangkan Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 memiliki grup ruang A21am, Z = 4 dan I4/mmm, Z = 2. Substitusi secara acak kation Fe 3+ pada posisi Ti 4+ pada oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 didukung dengan terjadinya peningkatan volume sel dan momen magnet oksida ini dengan meningkatnya substitusi kation Fe. Hasil simulasi pada beberapa oksida Aurivillius seperti: Bi2Mo0,25W0,75O6; Bi2+xLaxTiNbO9 (x = 0 1), ABi2Ta2O9 (A = Sr, Ba, Ca); Bi2-xSr2+xNb2TiO12 (x = 0; 0,2); AxSr2-xBi2Nb2TiO12 (A = Ba, Ca; dan x = 0; 0,5); dan Bi5Ti1,5W1,5O15 menunjukkan bahwa terdapat kecocokan antara simulasi dan data studi difraksi sinar-x dengan perbedaan sebesar 0,03%. Persamaan Yoder Flora dapat digunakan untuk menghitung energi kisi oksida Aurivillius. Kata kunci: Oksida Aurivillius; Reaksi kimia padat; Metode Le Bail; Momen magnet, Simulasi atomik. ii

3 ABSTRACT SYNTHESIS AND ATOMIC SIMULATION OF AURIVILLIUS OXIDES By: Rolan Rusli NIM: Most of studies in Aurivillius oxide have been synthesized of Aurivillius oxides with d 0 cation as B cation. Recently, attempts to substitute d 0 with d n cation at perovskite layered has been started. In this work attempt to substitute (Ti 4+ ) with (Fe 3+ ) has been carried out. Aurivillius oxides Sr2Bi4Ti5-xFexO18, Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18, Pb2Bi5Ti5FeO21 and Pb3Bi5Ti6FeO24 have been synthesized using the solid state reaction method. X-ray Diffraction powder data were refined using Le Bail method implemented in Rietica. Sr2Bi4Ti5-xFexO18, and Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 oxides have space group B2cb, Z = 4; whilst Pb2Bi5Ti5FeO21 and Pb3Bi5Ti6FeO24 oxides have space group A21am, Z = 4 and I4/mmm, Z = 2. The random substitution of cation Fe 3+ at Ti 4+ position in these Aurivillius oxides was showed by the increase of lattice volume and magnetic moment in these oxides with increasing Fe substitution. The results of atomic simulation indicate that there were goal agreements between the simulated and experimental structural parameter for several Aurivillius oxides like Bi2Mo0.25W0.75O6, Bi2+xLaxTiNbO9 (x = 0 1), ABi2Ta2O9 (A = Sr, Ba, Ca), AxSr2-xBi2Nb2TiO12 (A = Ba, Ca; and x = 0, 0.5), and Bi5Ti1.5W1.5O15, with the differences less than 0.03 %. Yoder Flora equation can be used to determine lattice energy of Aurivillius oxides. Keywords: Aurivillius oxides; Solid state reaction; Le Bail method; Magnetic moment, Atomic Simulation. iii

4 SINTESIS DAN SIMULASI ATOMIK OKSIDA AURIVILLIUS Oleh Rolan Rusli NIM: Program Studi Kimia Menyetujui Tanggal... Pembimbing, Dr. Ismunandar NIP iv

5 PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung v

6 Tesis ini kupersembahkan buat Ayahanda, Ibunda, Kakak, Adik, Ipar dan Kemenakan, Keluarga, Almamater, Nusa, dan Bangsa, serta Agamaku vi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat. Berbahagia sekali rasanya setelah tersusun sebuah Tesis sebagai syarat memperoleh gelar Magister, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak memotivasi penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga rampungnya penulisan tesis ini, khususnya kepada: 1. Dr. Ismunandar, selaku pembimbing yang selama ini telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tesis ini. 2. Dr. Muhammad A. Martoprawiro dan Dr. Bambang Prijamboedi atas arahannya. 3. Staf dosen program studi Kimia ITB pada umumnya dan Kimia Anorganik pada khususnya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 4. Staf administrasi dan Laboran di program studi kimia ITB atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis. 5. Drs. Haeruddin, M.Si., yang selama ini memberikan dorongan moril kepada penulis. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, serta Kakak, Adik, Ipar dan Kemenakan, serta Keluargaku yang senantiasa memberikan dorongan baik moril maupun materil selama ini kepada penulis. 7. Teman-teman di Laboratorium Kimia Anorganik seperti Dudi, Ida, Linda, Ellen, Ibu Fahimah, Ibu Iis, Pak Zul, Akram, Sundari, Emil, Fika, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 8. Teman-teman angkatan 2004 di program Magister program studi Kimia. vii

8 9. Teman-teman seperjuangan seperti Herman, Salam, Ahmad, Dahia, dan Edi, serta yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan berarti dalam khasanah ilmu pengetahuan. Amin. Bandung, Februari 2007 Penulis viii

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... LEMBAR PENGESAHAN... PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS... LEMBAR PERSEMBAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii Bab I Pendahuluan... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan Penelitian... 3 Bab II Tinjauan Pustaka... 4 II.1 Oksida-oksida Aurivillius... 4 II.1.1. Oksida Aurivillius A2Bi4Ti5O18 (A=Ca, Sr, Ba and Pb)... 6 II.1.2. Oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5; 0,75; dan 1).. 7 II.2 Reaksi Kimia Padat... 8 II.3 Difraksi Sinar-X... 9 II.3.1. Hukum Bragg II.3.2. Difraksi Sinar-X Serbuk II.3.3. Metode Le Bail II.4 Sifat Magnetik II.5 Simulasi Atomik dengan Software GULP II.5.1. Potensial Range Panjang II.5.2. Potensial Interatomik ix

10 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tempat Penelitian III.2 Alat dan Bahan III.2.1. Sintesis III.2.2. Perhitungan Energi Kisi III.3 Prosedur Kerja III.3.1. Sintesis Oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1, serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 melalui reaksi kimia padat III.3.2. Difraksi Sinar X serbuk III.3.3. Pengukuran Sifat Magnetik Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Sintesis IV.1.1 Penghalusan Struktur (Refinement) IV.1.2 Sifat Magnet IV.2 Simulasi Atomik IV.3 Penentuan Energi Kisi dengan Persamaan Yoder-Flora Bab V Kesimpulan Daftar Pustaka Lampiran x

11 DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI Gambar II.1 Representasi struktur oksida Aurivillius n = 2, 3, dan Gambar II.2 Skema reaksi kimia padatan antara senyawa A dan B menghasilkan senyawa baru C... 9 Gambar II.3 Pembentukan sinar-x Gambar II.4 Spektrum panjang gelombang sinar-x pada logam Gambar II.5 Pemantulan berkas sinar-x monokromatis oleh dua bidang kisi dalam kristal Gambar II.6 Skema difraktometer sinar-x serbuk Gambar II.7 Pembelahan orbital d pada kompleks oktahedaral Fe Gambar IV.1 Plot Le Bail oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) Gambar IV.2 Plot Le Bail oksida Sr2+0.5xBi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) Gambar IV.3 Plot Le Bail Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO Gambar IV.4 Hubungan antara nilai x kation Fe dengan volume sel satuan pada oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO Gambar IV.5 Hubungan antara x kation Fe dengan nilai pameter sel a, b dan c pada oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO xi

12 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Data Kristalografi Oksida Aurivillius CaBi4Ti4O15 dan BaBi4Ti4O Tabel II.2 Parameter sel oksida A2Bi4Ti5O18 (A = Ca, Sr, Ba dan Pb)... 7 Tabel II.3 Nilai momen magnet oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75; Tabel II.4 Bentuk fungsional potensial interatomik pada GULP Tabel III.1 Potensial interatomik untuk oksida Aurivillius Tabel III.2 Data jumlah pereaksi untuk sintesis Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6O Tabel IV.1 Parameter sel oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xFexO Tabel IV.2 Parameter sel oksida Aurivillius Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO Tabel IV.3 Parameter sel Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO Tabel IV.4 Momen magnet (μ) oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0.5xBi4Ti5-xFexO18 serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6O24 pada temperatur ruang Table IV.5 Parameter struktur hasil simulasi dan eksperimen untuk beberapa oksida Aurivillius Tabel IV.6 Perbandingan energi kisi hasil perhitungan energi kisi simulasi atomik dan persamaan sederhana Yoder Flora Tabel A.1 Data perhitungan momen magnet Tabel A.2 Koreksi diamagnetik (tetapan Pascal) yang digunakan pada perhitungan nilai momem magnet Tabel B.1 Parameter struktur hasil simulasi atomik dan eksperimen Tabel C.1 Energi kisi oksida biner xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Perhitungan Momen Magnet Lampiran B Parameter Sel Hasil Simulasi Atomik Lampiran C Energi Kisi Oksida Biner xiii

14 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Oksida Aurivillius merupakan suatu senyawa dengan struktur berlapis yang terdiri atas lapisan [Bi2O2] 2+ dan lapisan perovskit dengan rumusan umum lapisan [An-1BnO3n+1] 2-. Logam A pada lapisan perovskit merupakan kation yang berukuran besar, bermuatan +1, +2, atau +3, diantaranya adalah logam alkali, alkali tanah, unsur tanah jarang atau campurannya yang mempunyai koordinasi dodekahedral. Sedangkan logam B merupakan unsur transisi yang berukuran lebih kecil dari kation A dengan koordinasi oktahedral dan n adalah bilangan bulat yang menunjukkan jumlah oktahedral pada lapisan perovskit (1 < n < 5). Oksida ini telah banyak disintesis, karena memiliki banyak sifat yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut, antara lain sebagai material feroelektrik yang dapat diaplikasikan sebagai penyimpan memori Fe-RAM, kapasitor, piezoelektrik, konduktor, katalis, dan sebagai material magnetik. Studi yang dilakukan pada oksida Aurivillius selama ini adalah sintesis oksida Aurivillius dengan menggunakan kation d 0 pada posisi B di lapisan perovskitnya. Beberapa oksida tersebut antara lain adalah CaxBi4Ti3+xO12+3x (x = 1 dan 2) (Moure, et. al. 2005), BaBi4Ti4O15 (Kennedy, et. al., 2003), dan CaBi4Ti4O15 (Tellier, et. al. 2004), SrBi4Ti4O15 (Zhang, et. al., 2001 dan Ferrer, et. al., 2004), Bi4Srn-3TinO3n+3 (n = 4 dan 5) (Ferrer, et. al. 2005), CaBi4 -xndxti4o15 (x = 0; 0,25; 0,50; 0,75) (Zeng, et. al., 2005), Bi4-xBaxTi3-xNbxO12 (Jennet, et. al. 2005), dan A2Bi4Ti5O18 (A = Ca, Sr, Ba dan Pb) (Ismunandar, et. al., 2004). Saat ini upaya yang banyak dikembangkan adalah sintesis oksida Aurivillius dengan substitusi kation d n pada kation d 0 di lapisan perovskit oksida Aurivillius. Sintesis oksida Aurivillius yang telah dilakukan dengan mensubstitusi kation d n pada lapisan perovskit antara lain adalah Bi5Ti3FeO15 dan Bi6Ti3Fe2O18, Bi7Ti3Fe3O21, Bi8Ti3Fe4O21, Bi9Ti3FeO27 dan LaBi4Ti3FeO15 (Srinivas, et. al.

15 , Digamber, et. al, 2006, Fuentes, et. al., 2006, dan Hervoches, et. al., 2002), Bi2Sr2Nb2MnO12- (Yu, et. al. 1999), dan Bi2Sr1,4La0,6Nb2MnO12 (McGabe dan Greaves, 2005), serta Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5;,75 dan 1) (Aziz, 2006). Sintesis oksida Aurivillius dengan substitusi kation d n pada lapisan perovskit dilakukan mengingat penelitian ini masih kurang. Pada penelitian ini dilakukan subtitusi dengan adanya defek pada oksida Aurivillius. Beberapa peneliti mengatakan bahwa tidak dimungkinkan adanya defek pada oksida Aurivillius. Namun telah ada yang melakukan sintesis dengan adanya defek pada oksida Aurivillius, antara lain pada Bi2Sr2Nb2MnO12- (Yu, et. al. 1999). Oleh karena itu dilakukan sintesis dengan adanya defek pada oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5O18 dengan mensubstitusi kation d n pada kation d 0 di lapisan perovskit, dalam hal ini adalah substitusi kation Fe pada kation Ti dengan komposisi Sr2Bi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1). Dilakukan pula sintesis oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1), dengan menambahkan jumlah stronsiumnya, dimana akan dilihat apakah dihasilkan senyawa atau struktur yang berbeda dengan adanya defek. Selain itu dilakukan pula sintesis oksida Aurivillius Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24. Selain itu, untuk mendukung keberhasilan sintesis oksida Aurivillius perlu diketahui data termodinamikanya, dalam hal ini adalah energi kisi karena kestabilan termodinamika penting untuk meramalkan keberhasilan suatu sintesis. Energi kisi dapat ditentukan dengan eksperimen dan simulasi atomik. Penentuan energi kisi dapat dilakukan berdasarkan hasil eksperimen kalorimetri (termokimia) dan perhitungan menggunakan Hukum Coulomb. Berdasarkan hasil eksperimen kalorimetri, energi kisi dapat ditentukan melalui siklus Born-Haber, sedangkan berdasarkan penurunan Hukum Coulomb dapat dihitung melalui pendekatan tiga persamaan energi kisi yang berlaku untuk senyawa ionik, yakni persamaan Born-Lande, Born Mayer dan Kapustinskii.

16 3 Penentuan energi kisi oksida Aurivillius baik dengan eksperimen maupun dengan menggunakan persamaan sederhana atau dengan menggunakan simulasi atomik, belum banyak dikaji. Sebagai langkah awal dalam meramalkan kestabilan termodinamika oksida Aurivillius, maka perlu dilakukan simulasi atomik oksidaoksida Aurivillius yang telah dilaporkan. Hasil pekerjaan ini akan menjadi acuan untuk sintesis dan simulasi oksida Aurivillius di masa yang akan datang, terutama adalah untuk meramalkan adanya defek, dan substitusi d 0 dengan d n pada lapisan perovskit oksida Aurivillius. Persamaan Yoder Flora telah banyak dikembangkan untuk memprediksi kestabilan termodinamika dari oksida dalam hal ini energi kisinya. Beberapa peramalan energi kisi menggunakan persamaan Yoder Flora yang telah dilakukan antara lain oleh Dede (Suhendar, dan Ismunandar 2006), Helna (Tehubijuluw, 2006), dan Sundari (Wirasmi, dan Ismunandar 2006), sehingga dilakukan pula perhitungan energi kisi menggunakan persamaan sederhana Yoder-Flora, dan dibandingkan dengan hasil simulasi atomik untuk oksida Aurivillius. I.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mensitesis dan mengkarakterisasi sifat magnetik oksida Aurivillius lapis lima Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 serta lapis enam dan tujuh yaitu Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO Menghitung energi kisi oksida Aurivillius seperti Bi2Mo0,25W0,75O6, Bi2+xLaxTiNbO9 (x = 0 1), ABi2Ta2O9 (A = Sr, Ba, Ca), AxSr2-xBi2Nb2TiO12 (A = Ba, Ca; dan x = 0; 0,5), dan Bi5Ti1,5W1,5O15, dengan menggunakan simulasi atomik dan persamaan sederhana Yoder Flora.

17 4 Bab II Tinjauan Pustaka Pada bagian ini diuraikan mengenai oksida-oksida Aurivillius, terutama oksida Aurivillius yang akan menjadi acuan untuk sintesis dalam penelitian ini, yakni (A2Bi4Ti5O18, A = Ca, Sr, Ba dan Pb). Penjelasan mengenai metode sintensis kimia padatan yang digunakan dalam mensintesis oksida Aurivillius serta karakterisasinya dengan menggunakan difraksi sinar-x, juga akan diberikan. Selain itu diberikan pula penjelasan mengenai sifat magnetik material oksida dan teknik simulasi atomik. II.1. Oksida-oksida Aurivillius Oksida Aurivillius pertama kali disintesis oleh Aurivillius (1949), sehingga senyawa ini lebih dikenal dengan nama oksida Aurivillius. Oksida Aurivillius merupakan suatu senyawa dengan struktur berlapis yang terdiri atas lapisan [Bi2O2] 2+ dan lapisan perovskit dengan rumusan umum lapisan [An-1BnO3n+1] 2-. Logam A pada lapisan perovskit merupakan kation yang berukuran besar, bermuatan +1, +2 atau +3, seperti logam alkali, alkali tanah, unsur tanah jarang atau campurannya. Logam A dalam senyawa ini berkoordinasi dodekahedral. Sedangkan logam B merupakan unsur transisi yang berukuran lebih kecil dari kation A, berkoordinasi oktahedral, dan n adalah bilangan bulat yang menunjukkan jumlah oktahedral pada lapisan perovskit (1 < n < 5). Representasi dari struktur oksida Aurivillius ini dapat diberikan pada Gambar II.1. Oksida-oksida Aurivillius ini memiliki banyak sifat yang menarik seperti sifat feroelektrik, kapasitor, piezoelektrik, konduktor, katalis, dan lain-lain. Beberapa oksida Aurivillius yang telah disintesis dan ditunjukkan memiliki sifat feroelektrik antara lain oksida Aurivillius lapis empat CaBi4Ti4O15 dan BaBi4Ti4O15. Data struktural untuk kedua oksida ini diberikan di Tabel II.1.

18 5 a b Gambar II.1 Representasi Struktur Oksida Aurivillius n = 2, 3, dan 4. a = Lapisan [An-1BnO3n+1] 2- (lapisan Perovskit), kation A berada di tengah pada lapisan perovskit dan kation B berada di tengah oktahedral dan atom oksigen berada pada sudut-sudut oktahedral, b = Lapisan [Bi2O2] 2+. Tabel II.1 Data Kristalografi Oksida Aurivillius CaBi4Ti4O15 dan BaBi4Ti4O15. (diadopsi dari Tellier J., et. al., 2004) Senyawa CaBi4Ti4O15 BaBi4Ti4O15 Grup ruang A21am(No. 36) F2mm (No 42) a (Å) 5,423(2) 5,4433(4) b (Å) 5,4021(5) 5,4319(6) c (Å) 40,5935(3) 41,6941(6) Z, 4 4 Data refleksi Refleksi Unik R int 3,53% / 3,63% 3.57% / 3,71% Oksida Aurivillius SrBi4Ti4O15 yang dibuat dalam bentuk lapis tipis pun telah ditunjukkan dapat bersifat sebagai material feroelektrik. Oksida CaxBi4Ti3+xO12+3x (x = 1 dan 2) telah disintesis dengan teknik sintesis kimia padat, oksida ini dapat

19 6 bersifat sebagai material piezoelektrik pada temperatur tinggi (Moure, et. al. 2005). Sedangkan oksida CaBi4-xNdxTi4O15 (x = 0; 0,25; 0,50; 0,75) dilaporkan memiliki sifat elektrik (Zeng, et. al., 2005). Oksida Aurivillius Bi4-xBaxTi3-xNbxO12 juga dilaporkan memiliki sifat feroelektrik (Jennet, et. al. 2005). Xie dan Pan, (2003) melaporkan bahwa oksida Aurivillius BaBi4Ti4O15 yang dibuat melalui metode sol-gel dalam bentuk serbuk skala nano juga bersifat feroelektrik. Borg, dan Svensson, (2001), telah melaporkan oksida Aurivillius lapis dua Bi2,5Me0,5Nb2O9 (Me = Na dan K). Penghalusan strukturnya dilakukan dengan metode Rietveld dari data difraksi neutron serbuk dalam grup ruang A21am (ortorombik). Dilaporkan pula bahwa oksida Aurivillius lapis tiga Bi2ANaNb3O12 (A = Sr, Ca) dan Bi2CaNaTa3O12, memiliki aktivitas fotokatalisis (Kudo, et. al. 2004). Setelah pembahasan mengenai oksida Aurivillius tersebut di atas, maka akan dibahas mengenai oksida Aurivillius yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu oksida Aurivillius A2Bi4Ti5O18 (A = Ca, Sr, Ba dan Pb). Dibahas pula oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5;,75; 1), yang telah dilakukan dengan mensubstitusi kation d n pada kation d 0, dalam hal ini adalah substitusi kation Mn pada kation Ti di lapisan perovskit oksida Aurivillius. II.1.1 Oksida Aurivillius A2Bi4Ti5O18 (A = Ca, Sr, Ba dan Pb) Penelitian yang telah dilakukan pada oksida Aurivillius lapis lima, A2Bi4Ti5O18 (A= Ca, Sr, Ba and Pb), menunjukkan bahwa oksida ini memiliki sifat feroelektrik yang baik. Studi struktur telah dilakukan pada oksida Aurivillius lapis lima A2Bi4Ti5O18 (A= Ca, Sr, Ba and Pb) dengan menggunakan difraksi neutron yang dianalisis dengan menggunakan program Rietica. Dari studi ini diperoleh parameter sel seperti tertera dalam Tabel II.2 (Ismunandar, et. al., 2004). Data hasil difraksi oksida ini digunakan sebagai data acuan (input data) untuk proses penghalusan dengan menggunakan metode Le Bail pada program Rietica untuk oksida target hasil sintesis Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1.

20 7 Tabel II.2 Parameter sel Oksida A2Bi4Ti5O18 (A = Ca, Sr, Ba and Pb) (diadopsi dari Ismunandar, et. al., 2004) Parameter Ca Sr Ba Pb Grup Ruang B2cb B2cb B2cb B2cb Z a (Å) 5,4251(2) 5,44647(2) 5,4985(3) 5,4700(2) b (Å) 5,4034(1) 5,4625(2) 5,4980(4) 5,4575(2) c (Å) 48,486(1) 48,8515(7) 50,3524(8) 49,6434(7) Volume (Å 3 ) 1421,32(7) 1458,23(7) 1522,3(1) 1482,07(3) T 0,97 1,00 1,06 1,02 Rp 6,36 4,67 4,37 3,76 Rwp 7,98 6,06 5,51 4,80 RBragg 2,47 2,17 2,94 2,26 GOF 2,59 1,43 1,97 1,46 II.1.2 Oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5;,75; 1) Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Abdul Aziz (Aziz, 2006) pada oksida Aurivillius lapis lima Sr2Bi4Ti5O18 dengan mensubstitusikan kation Mn pada kation Ti diperoleh oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5;,75; 1). Oksida Aurivillius ini memiliki nilai kemagnetan yang semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah Mn, yang dapat dilihat dalam Tabel II.3. Tabel II.3 Momen Magnet Oksida Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 (x = 0,25; 0,5;,75; 1). (diambil dari Aziz, 2006) Oksida µ (BM) Sr2Bi4Ti4,75Mn0,25O18 2,41 Sr2Bi4Ti4,5Mn0,5O18 3,45 Sr2Bi4Ti4,25Mn0,75O18 4,38 Sr2Bi4Ti4MnO18 5,58 Hasil pengukuran kerentanan magnet menunjukkan bahwa semakin besar fraksi Mn dalam oksida Sr2Bi4Ti5-xMnxO18 akan meningkatkan nilai momen magnetnya. Pada substitusi atom Mn dengan jumlah fraksi satu, diperoleh nilai momen

21 8 magnetnya sebesar 5,58 BM, sehingga dapat dikatakan bahwa oksida ini berada pada keadaan spin tinggi. Namun nilai ini memiliki perbedaan dengan nilai secara teoritis, ini diduga karena adanya interaksi antar atom selain interaksi dari spin serta orientasi atom-atomnya dalam oksida Aurivillius tersebut. II.2. Reaksi Kimia Padat Reaksi kimia padat merupakan teknik yang secara luas digunakan dalam sintesis padatan-padatan polikristalin, yang secara langsung dari pereaksi-pereaksinya yang berwujud padat, umumnya menggunakan suhu yang relatif tinggi sampai 1500 o C. Pada suhu tinggi tersebut maka reaksi yang berlangsung akan memiliki laju yang cukup. Beberapa faktor yang menyebabkan reaksi kimia padat harus dilakukan pada suhu tinggi, yaitu: adanya perbedaan struktur kristal antara pereaksi-pereaksi dengan produk reaksi yang dihasilkan, ion-ion harus melakukan migrasi/difusi, ion-ion pereaksi yang akan bereaksi terjebak pada kisi kristalnya sehingga sukar untuk berdifusi ke antar muka kristal antara masing-masing pereaksi, terjadi penyusunan ulang struktur kristal pada proses pembentukan produk reaksi yang meliputi peristiwa pemutusan dan pembentukan ikatan-ikatan kimia, serta difusi ion-ion pada jarak yang signifikan bagi skala ionik/ atomik. Dalam reaksi kimia padat, peristiwa pelelehan pereaksi harus dihindari, karena sering diikuti oleh peristiwa penguapan yang dapat mengubah komposisi campuran pereaksi. Hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat reaksi adalah proses penggerusan, yang mengurangi rongga antar partikel pereaksi dan memperkecil ukuran partikel-partikel serbuknya, sehingga akan memperbesar luas total permukaan partikel yang bereaksi.

22 9 Pada Gambar II.2 diilustrasikan secara skematik pembentukan oksida C dari pereaksi A dan B, terjadi reaksi kimia keadaan padat antara tiga permukaan kristal pereaksi yang saling bersentuhan. Setelah ion-ion dapat melepaskan diri dari perangkap pada kisi kristal karena pemberian energi panas sampai suhu tertentu, maka ion-ion tersebut akan bergerak sepanjang kristalnya, membentuk produk C. awal proses akhir Gambar II.2 Skema reaksi kimia padat antara senyawa A dan B menghasilkan senyawa baru C. Senyawa A dan B = oksida awal/ reaktan, C = oksida target/ hasil. Selanjutnya akan dibahas mengenai difraksi sinar-x, hukum Bragg dan difraksi sinar-x serbuk yang akan dipakai dalam karakterisasi oksida target hasil sintesis. II.3. Difraksi Sinar-X Difraksi sinar-x merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis padatan kristalin. Sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 Å, berada di antara panjang gelombang sinar gama ( ) dan sinar ultraviolet. Sinar-X dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi menumbuk suatu logam target (Gambar II.3). Sinar-X yang diperoleh memberikan intensitas puncak tertentu yang bergantung pada kebolehjadian transisi elektron yang terjadi. Transisi K lebih mungkin terjadi dan memiliki intensitas yang lebih tinggi daripada transisi K, sehingga radiasi K yang digunakan untuk keperluan difraksi sinar-x. Sinar-X juga dapat dihasilkan oleh proses perlambatan elektron pada saat menembus logam sasaran. Proses perlambatan ini menghasilkan sinar-x yang biasa disebut sebagai radiasi

23 10 putih. Hasil dari semua proses tadi untuk logam tertentu adalah spektrum khas sinar-x, seperti yang ditunjukkan pada Gambar II.4. Terdapat bentuk dasar yang terbentuk oleh radiasi putih dan puncak khas tajam yang bergantung pada kuantisasi transisi elektron. Gambar II.3 Pembentukan sinar-x. Elektron berkecepatan tinggi yang mengenai elektron pada orbital 1s akan menyebabkan elektron tereksitasi menyebabkan kekosongan ( ) pada orbital 1s tersebut, dengan adanya pengisian elektron pada orbital kosong tersebut dari orbital yang lebih tinggi energinya akan memberikan pancaran sinar-x. Gambar II.4 Spektrum panjang gelombang sinar-x pada logam. Terdapat beberapa jenis pancaran panjang gelombang yang dihasilkan dengan intensitas yang berbeda, dimana panjang gelombang Kα1 memiliki intensitas yang lebih tinggi, sehingga digunakan dalam difraksi sinar-x. Sinar-X yang monokromatis sangat diperlukan dalam suatu eksperimen difraksi sinar-x. Untuk tujuan itu salah satunya dapat digunakan filter, yang secara selektif

24 11 meneruskan panjang gelombang yang ingin digunakan. Untuk sinar-x dari tabung tembaga, biasanya digunakan lembaran nikel sebagai filter. Nikel sangat efektif dalam meneruskan radiasi Cu K,, karena radiasi Cu K memiliki cukup energi untuk mengionisasi elektron 1s Nikel, sedangkan radiasi Cu K tidak cukup untuk mengionisasi. Dengan demikian, lembaran nikel tersebut akan mengabsorpsi semua panjang gelombang termasuk radiasi putih, kecuali radiasi Cu K. II.3.1 Hukum Bragg Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang, memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-x. Akibatnya, bila seberkas sinar-x ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai dengan susunan atom pada kristal tersebut. Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai cermin semi transparan. Jika sinar-x ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka beberapa akan dipantulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar II.5, sedangkan sisanya akan diteruskan menembus bidang. Perumusan secara matematik dapat dikemukakan dengan menghubungkan panjang gelombang sinar-x, jarak antar bidang dalam kristal, dan sudut difraksi: n = 2d sin (Persamaan Bragg) (II.1) adalah panjang gelombang sinar-x, d adalah jarak antar kisi kristal, adalah sudut datang sinar, dan n = 1, 2, 3, dan seterusnya adalah orde difraksi. Persamaan Bragg tersebut digunakan untuk menentukan parameter sel kristal. Sedangkan untuk menentukan struktur kristal, dengan menggunakan metoda komputasi kristalografik, data intensitas digunakan untuk menentukan posisi-posisi atomnya.

25 12 Gambar II.5 Pemantulan berkas sinar-x monokromatis oleh dua bidang kisi dalam kristal, dengan sudut sebesar θ dan jarak antara bidang kisi sebesar dhkl II.3.2 Difraksi Sinar-X Serbuk Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan struktur suatu padatan kristalin, adalah metoda difraksi sinar-x serbuk (X-ray powder diffraction). Sampel berupa serbuk padatan kristalin yang memiliki sejumlah besar kristal kecil dengan diameter butiran kristalnya sekitar m ditempatkan pada suatu plat kaca dalam difraktometer seperti terlihat pada Gambar II.6. Gambar II.6 Skema difraktometer sinar-x serbuk. Tabung sinar-x akan mengeluarkan sinar-x yang yang difokuskan sehingga mengenai sampel oleh pemfokus, detektor akan bergerak sepanjang lintasannya, untuk merekam pola difraksi sinar-x.

26 13 Pola difraksi yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan intensitas relatif yang bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu. Besarnya intensitas relatif puncak dari deretan puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter, dan panjang gelombang sinar-x yang digunakan. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu padatan kristalin yang berbeda. II.3.3 Metode Le Bail Pada pola difraksi sinar-x serbuk sering terjadi adanya overlap pada puncak difraksi terutama pada nilai 2 yang tinggi. Dengan adanya overlap tersebut menyebabkan sulitnya pemisahan intensitas dari tiap-tiap pemantulan sinar, sehingga penentuan struktur sukar dilakukan. Namun, dengan metoda Rietveld, kini dimungkinkan untuk menentukan struktur kristal, terutama untuk struktur yang relatif sederhana, dari data difraksi serbuk. Sebagai langkah awal penggunaan metoda Rietveld, sering digunakan metoda Le Bail. Pada metode Le Bail, intensitas dari berbagai puncak difraksi dihitung dengan hanya menggunakan parameter sel satuan dan parameter yang mendefinisikan puncak. Dari analisis Le Bail akan didapatkan parameter sel dan plot Le Bail mirip plot Rietveld. II.4. Sifat Magnetik Sifat magnet suatu senyawa timbul akibat adanya atom dengan elektron yang tidak berpasangan. Elektron merupakan suatu magnet elementer dengan muatan negatif yang bergerak mengelilingi inti pada lintasannya. Kontribusi sifat magnetik diberikan oleh kontribusi spin, S dan kontribusi orbital, L. Kombinasi kedua kontribusi ini menghasilkan momen magnet total:

27 14 = [4S (S + 1) + L (L + 1)] 1/2 BM (II.2) Dimana S = bilangan kuantum spin L = bilangan kuantum momen magnet orbital Untuk atom Fe 3+, momen orbitalnya bernilai nol, sehingga yang diperhitungkan adalah momen magnet spinnya saja: S = 2[S(S+1)] 1/2 BM (II.3) Karena S = 1/2, 1, 3/2, untuk 1, 2, 3, elektron tidak berpasangan, maka persamaan di atas menjadi : S = {n(n+2)} 1/2 (II.4) dimana n = jumlah elektron tak berpasangan Ukuran sifat kemagnetan disebut kerentanan magnet (magnetic susceptibility) atau, yaitu gaya yang dialami per unit berat sampel akibat adanya medan magnet terpasang. Hubungan antara kerentanan magnet dengan momen magnet dinyatakan dengan hukum Curie: = 2,828 ( M corr. T) 1/2 (II.5) M corr adalah kerentanan magnet molar yang telah dikoreksi terhadap sifat diamagnetik: M corr = M - D (II.6) dimana M = kerentanan magnet molar D = koreksi diamagnetik T = suhu (K) Berdasarkan teori medan kristal, jumlah elektron yang tidak berpasangan ditentukan oleh kekuatan medan ligan. Dalam medan oktahedral, orbital d akan mengalami pembelahan tingkat energi. Akibat dari pembelahan orbital d menjadi orbital t2g dan eg, maka ion-ion logam khususnya deret pertama logam transisi dengan konfigurasi d 4 sampai d 7 dapat berada dalam keadaan spin tinggi (HS) atau spin rendah (LS) tergantung pada kekuatan medan ligan. Pada konfigurasi spin rendah (LS), akan didapatkan jumlah elektron yang tidak berpasangan menjadi lebih sedikit, sehingga akan memiliki nilai kemagnetan yang kecil atau

28 15 bahkan sama dengan nol. Sedangkan untuk konfigurasi spin tinggi (HS), akan terdapat sejumlah elektron yang tidak berpasangan sehingga momen magnetnya akan menjadi lebih besar. Dalam medan oktahedral kation Fe 3+ dapat memiliki dua keadaan spin, yaitu pada keadaan spin tinggi dan spin rendah tergantung kekuatan ligannya. Pada keadaan spin rendah, kation Fe 3+ akan memiliki momen magnet sekitar 1,73 BM, karena semua elektron dari kation Fe 3+ akan berpasangan semua dan terdapat satu elektron tak berpasangan. Sedangkan pada keadaan spin tinggi, kation Fe 3+ akan memiliki nilai momen magnet yang lebih besar sekitar 5,92 BM karena memiliki lima elektron yang tidak berpasangan seperti terlihat pada gambar II.7. a). spin rendah b). spin tinggi eg eg t2g t2g Gambar II.7 Pembelahan Orbital d pada kompleks oktahedaral Fe 3+. a). Konfigurasi spin rendah pada koordinasi oktahedral dari Fe 3+, elektronnya semua berada pada orbital t2g. b). Konfigurasi spin tinggi, terjadi pemisahan elektron yaitu pada orbital t2g sebanyak 3 elektron dan orbital eg sebanyak 2 elektron. II.5. Simulasi Atomik dengan Software GULP Gale (1997) dari Royal Institute Inggris, mengembangkan software GULP, yang merupakan program simulasi mekanika klasik, salah satunya adalah untuk perhitungan energi kisi. Teknik simulasi ini dilakukan atas dasar model potensial interatomik, yang menyatakan total energi sistem merupakan fungsi koordinat

29 16 atom. Interaksi antar ion dibagi ke dalam dua bagian yaitu interaksi Coulomb long-range dengan short-range berupa tolakan Pauli. Perhitungan energetika secara teoritis melibatkan evaluasi dari interaksi antara semua spesies, baik inti, kulit atau satuan atom dalam sel satuan. III.5.1 Potensial Long Range Energi elektrostatik merupakan bentuk kontribusi energi yang paling dominan untuk beberapa material anorganik, terutama oksida, dan penting untuk mengevaluasi secara akurat. Untuk sistem yang kecil sampai sedang melibatkan jarak yang ditulis dalam bentuk transformasi Laplace terdiri dari dua kelompok yakni, reciprocal-space dan real-space yang dikontrol melalui parameter. Oleh karena itu dihasilkan energi: recip 2V G G4/ 2 xq i j ij 2 1 4exp E Gr exp(ii.7) G E 2/1 1 ij rij real 2i j qqerfc r ij ij (II.8) dimana G adalah vektor kisi reciprocal. Elektrostatik maksimum dibatasi oleh real dan reciprocal-space dapat ditulis dalam bentuk nilai dari optimum: R max f 1 2 opt (II.9) 1 2 max 2f opt G (II.10) 1 2 f lna (II.11) dimana, A adalah parameter ketelitian yang mengontrol besaran yang dapat diabaikan. Nilai A adalah 10-8 sebagai dasar untuk memberikan ketelitian hasil pada sistem, dengan sel satuan yang besar dan nilainya meningkat.

30 17 III.5.2 Potensial Interatomik Pada beberapa material ionik potensial short-range yang digunakan adalah potensial Buckingham terlihat pada Tabel II.4, yang berisi suatu eksponensial repulsive dan suatu bentuk penguraian antara spesies-spesies yang berhubungan. Tabel II.4 Bentuk fungsional potensial interatomik pada GULP (Gale, 1997) Nama Potensial Rumusan Satuan Input Buckingham A exp( r/ ) C r 6 A,eV;,Å; C,eV Å 6 Lennard-Jones A r -m B r -n atau A,eV Å m ; B,eV Å n c 1( /r) m c 2( /r) n, ev;, Å c 1 n/(m n) * (m/n) ** m/(m n) c 2 m/(m n) * (m/n) ** n/(m n) Harmonic (k 3/k 4) 1/2 k 2(r r o) 2 + k 2, ev Å -2 ; r o, Å 1/6 k 3(r r o) 3 + k 3, ev Å -3 1/12 k 4(r r o) 4 k 4, ev Å -4 Morse D( 1 exp a(r r o) D, ev; a, Å -2 Spring (core-shell) 1/2 k 2 r 2 + 1/24 k 4 r 4 k 2, ev Å -2 ; k 4, ev Å -4 General A exp( r/ ) r -m C r n A,eV Å m ;,Å ; C,eV Stillinger-Weber (2-body) Stillinger-Weber (3-body) Three-body harmonic A exp /( r r max) (B r 4 1) A,eV;,Å; B, Å 4 K exp /(r 1 2 r max) + /(r 13 r max) K,eV ;,Å cos( 2 1 3) cos( o) 2 1/2 k 2( o) 2 + k 2, ev rad -2 ; o, derajat 1/6 k 3( o) 3 + k 3, ev rad -3 1/12 k 4( o) 4 k 4, ev rad -4 Three-body harmonic + Exponential 1/2 k 2( o) 2 x exp( r 1 2 / ) exp( r 1 3 / ) k 2, ev rad -2 ; o, derajat,å Axilrod-Teller K( cos cos 123 K,eV Å 9 cos 1 3 2)/( r 1 2 r 1 3 r 2 3) 3 Three-body exponential A exp( r 1 2 / )exp /( r 1 3/ ) exp( r 2 3/ ) A,eV;,Å Urey-Bradley 1/2 k (r 2 3 r o) 2 k, ev Å -2 ; r o, Å k 1 + cos( n o ) k, ev ; o, derajat Four-body Ryckaert-Bellemans k n(cos ) n k n, ev r adalah jarak antara dua atom i dan j, ijk adalah sudut antara dua vektor interatomik i-j dan j-k dan ijkl sudut distorsi antara bidang ijk dan jkl Å n

31 18 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Anorganik, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Sintesis Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortar dan pestel agate, neraca analitis, krus alumina yang inert terhadap pereaksi dan tahan terhadap suhu yang tinggi, tungku (furnace) daerah kerja suhu sampai 1150ºC tipe buatan Barnstead Thermolyne, difraktometer sinar-x (XRD) dengan panjang gelombang CuKα tipe PW1710 (Philips Analytical X-Ray B.V.) atau tipe X'Pert High Score (PANalytical B.V., 2005), dan Magnetic Susceptibility Balance (MSB) (Sherwood Scientific, 1992). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stronsium karbonat (SrCO3) (Aldrich, 99,9%), bismut oksida (Bi2O3) (Aldrich, 99,999%), titanium oksida (TiO2) (BDH Chem. LTD, 99,9%), besi oksida (Fe2O3) (BDH Chem. LTD, 99,9%), dan timbal oksida (Pb2O3) (Aldrich, 99,9%), serta aseton p.a. III.2.2 Perhitungan Energi Kisi GULP merupakan suatu perangkat lunak yang menggunakan compiler Fortran 77 pada sistem operasi linux. Optimasi ditulis dalam bentuk kode untuk membuat lebih efisien dan memberikan tingkat kecepatan lebih dari 50% tergantung bagaimana kode optimasi diberikan.

32 19 Untuk melakukan simulasi dengan perangkat lunak GULP dilakukan pengumpulan data difraksi sinar-x, dan harga potensial energi dari masingmasing atom/unsur. Parameter potensial interatomik yang digunakan dalam simulasi terlihat dalam Tabel III.1. Tabel III.1 Potensial Interatomik untuk Oksida Aurivillius. a) Short-range A (ev) (Å) C (ev Å 6 ) Ba Ba ,7 0,3428 0,0 Ba O ,8 0,3522 0,0 Sr O 2-957,1 0,3721 0,0 Ca 2+ O ,6 0,2981 0,0 Bi Bi ,50 0,3284 0,0 Bi O ,35 0,2223 0,0 La 3+...O ,827 0,2939 0,0 Ti 4+ O 2-760,47 0,3789 0,0 Mo 4+...O ,97 0,3470 0,0 Nb O ,30 0, ,0 Ta O ,57 0, ,0 W O 2-767,43 0,4386 0,0 O 2- O ,96 0, ,0 b) Shell model Species K (ev Å 2 ) Shell (e) Ba 2+ 29,1 1,848 Sr 2+ 71,7 3,251 Ca 2+ 34,05 1,281 Bi ,55-5,51 La ,90-2,149 Ti 4+ 39,5 2,89 Mo ,00 Nb ,58-4,497 Ta ,77-4,596 W 5+ 7,69 5,89 O 2-6,3-2,04

33 20 III.3 Prosedur Kerja Penelitian ini terdiri dua tahapan kerja yang berbeda yaitu: (1) tahapan sintesis Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 serta sintesis Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 melalui reaksi kimia padat dan karakterisasinya, serta (2) simulasi atomik beberapa oksida Aurivillius seperti Bi2Mo0,25W0,75O6 (Castro, et. al., 2003), Bi2+xLaxTiNbO9 (x = 0 1) (Nalini, et. al., 2003), ABi2Ta2O9 (A = Sr, Ba, Ca) (Marquart, et. al., 2001), AxSr2-xBi2Nb2TiO12 (A = Ba, Ca; dan x = 0; 0,5) (Haluska dan Misture, 2004), Bi5Ti1,5W1,5O15 (Tellier, et. al., 2005), dan penentuan energi kisi dengan menggunakan persamaan Yoder Flora. Hasil dari simulasi ini kemudian dibandingkan dengan energi kisi persamaan sederhana Yoder Flora. Penentuan energi kisi dengan persamaan Yoder-Flora berdasarkan anggapan bahwa energi kisi adalah gabungan energi kisi komponen garam-garam tunggalnya (dapat dilihat pada Lampiran C), yaitu dengan menggunakan persamaan: Energi Kisi Garam Rangkap = Jumlah Energi Kisi Garam Sederhana Energi Kisi AxByOz = Energi Kisi AxOm + Energi Kisi ByOn (z = m + n) (III.1) Contoh: Energi Kisi BaBi2Ta2O9 = Energi Kisi (BaO + Ta2O5 +Bi2O3) = {(-3054) + (-40496,971) + (-14610,566)} kj/mol = ,537 kj/mol III.3.1 Sintesis Oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1, serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 melalui reaksi kimia padat Pereaksi ditimbang dengan jumlah tertentu (seperti yang dirangkum dalam Tabel III.2) sesuai dengan perbandingan stokiometri material yang akan disintesis. Campuran pereaksi ditambahkan aseton p.a., kemudian digerus dengan menggunakan mortar dan pestel untuk memperkecil ukuran partikel agar mudah berinteraksi. Campuran yang sudah homogen kemudian dimasukkan ke dalam krus alumina dan dibakar dalam tungku pada suhu 800, 950 dan 1100 o C untuk

34 21 Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18, sedangkan Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 dibakar dalam tungku pada suhu 800, 950 dan 1000 C secara bertahap selama masing-masing 24 jam. Penggerusan ulang dilakukan setelah sampel selesai didinginkan di akhir tiap tahap pembakaran. Tabel III.2 Data Jumlah Pereaksi untuk Sintesis Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6O24 Oksida Target SrCO3 (g) Bi2O3 (g) TiO2 (g) Fe2O3 (g) Sr2Bi4Ti4Fe1O18 0,1909 0,6026 0,2066 0,0516 Sr2Bi4Ti4,25Fe0,75O18 0,1912 0,6034 0,2198 0,0388 Sr2Bi4Ti4,5Fe0,5O18 0,1914 0,6042 0,2330 0,0259 Sr2Bi4Ti4,75Fe0,25O18 0,1917 0,6050 0,2463 0,0130 Sr2,5Bi4Ti4Fe1O18 0,2310 0,5870 0,2012 0,0503 Sr2,25Bi4Ti4,25Fe0,75O18 0,2221 0,5917 0,2156 0,0380 Sr2,125Bi4Ti4,5Fe0,5O18 0,2112 0,5965 0,2301 0,0256 Sr2,0625Bi4Ti4,75Fe0,25O18 0,2011 0,6015 0,2450 0,0129 Oksida Target PbO (g) Bi2O3 (g) TiO2 (g) Fe2O3 (g) Pb2Bi5Ti5FeO21 0,2135 1,1144 0,1911 0,0764 Pb3Bi5Ti6FeO24 0,2797 0,9733 0,2002 0,0667 III.3.2 Difraksi Sinar-X serbuk Produk hasil sintesis Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x serbuk, yang terdapat di Program Studi Teknik Pertambangan ITB Bandung, dengan sumber radiasi Cu Kα. Difraksi dilakukan pada sudut 2θ antara 10 o 90 o dengan interval kenaikan sudut sebesar 0,02 o. Produk hasil sintesis Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 dengan x = 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 dikarakterisasi dengan menggunakan difraksi sinar-x serbuk yang terdapat di Sydney University Australia, dengan sumber radiasi Cu Kα. Difraksi dilakukan pada sudut 2θ antara 10 o sampai 90 o dengan interval kenaikan sudut sebesar 0,06 o. Sedangkan Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x serbuk, yang terdapat di Laboratorium Geologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Bandung, dengan sumber

35 22 radiasi Cu Kα. Difraksi dilakukan pada sudut 2θ antara 10 o sampai 90 o dengan interval kenaikan sudut sebesar 0,017 o. Pola difraksi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Le Bail pada program komputer Rietica. III.3.3 Pengukuran Sifat Magnetik Sifat magnetik diukur dengan menggunakan alat Magnetic Susceptibility Balance (MSB) atau neraca kerentanan magnet menggunakan metode Gouy. Tabung MSB kosong ditimbang (data Mo dalam g), dimasukkan dalam medan magnet pada alat MSB, dibaca kerentanan magnetnya (data Ro). Tabung MSB kemudian dikeluarkan dan diisi sampel dengan ketinggian antara 1,5-3,0 cm (data L), kemudian ditimbang (data M dalam gram). Kerentanan magnet sampel diukur dan dicatat (data R). Dilakukan juga pengukuran suhu (data T dalam K). Momen magnet efektif oksida Aurivillius dapat dihitung dengan rumus: = 2,828 ( M corr. T) 1/2 (III.2) M corr adalah kerentanan magnet molar yang telah dikoreksi terhadap sifat diamagnetik: M corr = M - D (III.3) dimana M = kerentanan magnet molar D = koreksi diamagnetik T = suhu (K)

36 23 Bab IV Hasil Dan Pembahasan Pada bab ini diberikan penjelasan mengenai hasil sintesis oksida Aurivillius yang dikarakterisasi dengan difraksi sinar-x dan dianalisis dengan menggunakan metode Le Bail pada program komputer Rietica, serta sifat magnetnya yang diukur dengan menggunakan neraca kerentanan magnet. Hasil simulasi atomik menggunakan software GULP beserta penentuan energi kisi dengan persamaan sederhana dibahas di bagian akhir. IV.1 Sintesis Pada penelitian ini dicoba sintesis oksida Aurivillius dengan komposisi Sr2Bi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) yaitu Sr2Bi4Ti4,75Fe0,25O18, Sr2Bi4Ti4,5Fe0,5O18, Sr2Bi4Ti4,25Fe0,75O18, Sr2Bi4Ti4FeO18, dan Sr2+0.5xBi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) yaitu Sr2,125Bi4Ti4,75Fe0,25O18, Sr2,25Bi4Ti4,5Fe0,5O18, Sr2,375Bi4Ti4,25Fe0,75O18, Sr2,5Bi4Ti4FeO18, serta Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24. Oksida-oksida Aurivillius ini dikarakterisasi dengan menggunakan difraksi sinar-x serbuk, menggunakan radiasi CuK. Pola difraksi sinar-x oksida Aurivillius yang disintesis, menunjukkan pola difraksi khas oksida Aurivillius. IV.1.1 Penghalusan Struktur (Refinement) Refinement yang dilakukan untuk oksida lapis lima menggunakan data parameter sel dari oksida Aurivillius lapis lima A2Bi4Ti5Ol8 (A = Ca, Sr, Ba dan Pb) yang memiliki struktur ortorombik dan grup ruang B2cb (Ismunandar et. al., 2004). Sedangkan untuk lapis enam dan tujuh digunakan data struktur dari Pb4Bi4Ti7O27 (PDF Nomor ).

37 24 a b c d Gambar IV.1 Plot Le Bail oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) (a) Sr2Bi4Ti4,75Fe0,25O18, (b) Sr2Bi4Ti4,5Fe0,5O18, (c) Sr2Bi4Ti4,25Fe0,75O18, dan (d) Sr2Bi4Ti4FeO18. Tanda + yang berwarna hitam merupakan data pengamatan hasil difraksi sinar-x, garis merah adalah hasil kalkulasi, garis vertikal warna biru adalah posisi Bragg yang diharapkan, garis hijau adalah perbedaan antara hasil kalkulasi dan data pengamatan difraksi sinar-x (perbedaan antara tanda + berwarna hitam dan garis merah) Hasil refinement dengan metode Le Bail terhadap data difraksi sinar-x untuk oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 pada rentang 2θ antara dan untuk oksida Sr2+0.5xBi4Ti5-xFexO18 pada rentang 2θ antara dalam sistem kristal ortorombik grup ruang B2cb dan Z = 4, menunjukkan kecocokan antara data hasil difraksi sinar-x (titik hitam) dan kalkulasi (garis merah) dimana titik-titik difraksi terjangkau oleh garis kalkulasi dan perbedaan keduanya sangat kecil (garis hijau yang mendatar), yang ditunjukkan pada Gambar IV.1 dan Gambar IV.2. Hasil refinement diperoleh nilai Rp, Rwp dan χ yang berada pada rentang yang masih

38 25 dapat diterima untuk suatu proses refinement. Dengan demikian terdapat kesesuaian antara struktur oksida hasil sintesis ini dengan struktur oksida acuan. a b c d Gambar IV.2 Plot Le Bail oksida Sr2+0.5xBi4Ti5-xFexO18 (x = 0,25 1) (a) Sr2,125Bi4Ti4,75Fe0,25O18, (b) Sr2,35Bi4Ti4,5Fe0,5O18, (c) Sr2,35Bi4Ti4,25Fe0,75O18, dan (d) Sr2,5Bi4Ti4FeO18. Format yang sama seperti dalam gambar IV.1 digunakan di sini. Hasil refinement dengan metode Le Bail terhadap data difraksi sinar-x oksida Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24 pada rentang 2θ antara dalam sistem kristal ortorombik dan tetragonal dengan grup ruang A21am, Z = 4 dan I4/mmm, Z = 2 menunjukkan kecocokan antara data hasil difraksi sinar-x dan kalkulasi dimana titik-titik difraksi terjangkau oleh garis kalkulasi, yang ditunjukkan pada Gambar IV.3. Hasil refinement diperoleh nilai Rp, Rwp dan χ yang berada pada rentang yang masih dapat diterima untuk suatu refinement.

39 26 Dengan demikian terdapat kesesuaian antara struktur oksida hasil sintesis ini dengan struktur oksida acuan. a b Gambar IV.3 Plot Le Bail Oksida (a) Pb2Bi5Ti5FeO21 dan (b) Pb3Bi5Ti6FeO24. Format yang sama seperti dalam gambar IV.1 digunakan di sini. Parameter sel senyawa hasil refinement sesuai dengan data model acuan dapat dilihat pada Tabel IV.1, Tabel IV.2, dan Tabel IV.3. Tabel IV.1 Parameter sel Oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xFexO18. Parameter Sel SBT SBTF-1 SBTF-2 SBTF-3 SBTF-4 Sistem Kristal Ortorombik Ortorombik Ortorombik Ortorombik Ortorombik Grup ruang B2cb B2cb B2cb B2cb B2cb a (Å) 5,4647(2) 5,542(8) 5,565(5) 5,596(3) 5,623(6) b (Å) 5,4625(2) 5,474(9) 5,491(9) 5,518(5) 5,534(4) c (Å) 48,8515(7) 48,947(1) 49,097(1) 49,332(6) 49,510(30) V (Å 3 ) 1458,23(7) 1485,39(50) 1501,82(20) 1523,53(46) 1537,13(83) Rp (%) 4,67 5,48 5,86 5,710 6,063 Rwp (%) 6,06 7,18 7,69 7,633 8,718 χ2 1,43 0,245 0,348 0,343 0,348 Z Keterangan: SBT = Sr2Bi4Ti5O18, SBTF-1 = Sr2Bi4Ti4,75Fe0,25O18, SBTF-2 = Sr2Bi4Ti4,5Fe0,5O18, SBTF-3 = Sr2Bi4Ti4,25Fe0,75O18, dan SBTF-4 = Sr2Bi4Ti4FeO18.

40 27 Tabel IV.2 Parameter sel Oksida Aurivillius Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18. Parameter Sel SBT SBTF-5 SBTF-6 SBTF-7 SBTF-8 Sistem Kristal Ortorombik Ortorombik Ortorombik Ortorombik Ortorombik Grup ruang B2cb B2cb B2cb B2cb B2cb a (Å) 5,4647(2) 5,545(5) 5,563(7) 5,623(6) 5,644(2) b (Å) 5,4625(2) 5,479(1) 5,491(2) 5,527(1) 5,5469(8) c (Å) 48,8515(7) 48,908(4) 48,989(6) 49,343(6) 49,530(6) V (Å 3 ) 1458,23(7) 1486,04(99) 1496,70(61) 1533,69(10) 1550,40(99) Rp (%) 4,67 11,112 12,132 12,611 11,609 Rwp (%) 6,06 9,521 11,959 11,754 11,278 χ2 1,43 1,209 1, ,303 Z Keterangan: SBT = Sr2Bi4Ti5O18, SBTF-5 = Sr2,5Bi4Ti4FeO18, SBTF-6 = Sr2,35Bi4Ti4,25Fe0,75O18, SBTF-7 = Sr2,35Bi4Ti4,5Fe0,5O18, dan SBTF-8 = Sr2,125Bi4Ti4,75Fe0,25O18. Tabel IV.3 Parameter sel Pb2Bi5Ti5FeO21 dan Pb3Bi5Ti6FeO24. Parameter Sel Pb2Bi5Ti5FeO21 Pb3Bi5Ti6FeO24 Sistem Kristal Ortorombik Tetragonal Grup ruang A21am I4/mmm a (Å) 5,421(8) 3,882(1) b (Å) 5,561(3) 3,882(1) c (Å) 58,600(5) 65,879(4) V (Å 3 ) 1765,47(85) 992,84(87) Rp (%) 5,173 4,706 Rwp (%) 7,790 7,121 χ2 0,451 0,644 Z 4 2 Aluran parameter sel a, b, c dan volume sel satuan sebagai fungsi x diberikan di gambar IV.4 dan gambar IV.5. Terlihat bahwa meningkatnya jumlah kation Fe yang menggantikan kation Ti, diikuti dengan peningkatan volume sel satuan dari oksida tersebut, dengan peningkatan yang hampir linear. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, karena jari-jari ionik Ti 4+ lebih kecil daripada Fe 3+, dalam koordinasi oktahedral jari-jari ionik Ti 4+ (0,605 Å) sedang Fe 3+ (0,645 Å). Besar kemungkinan substitusi yang terjadi adalah random, seperti terlihat dari keseragaman peningkatan parameter a, b, c.

41 Volume Sel (Å 3 ) ,25 0,5 0,75 1 x (mol) Gambar IV.4 Hubungan antara nilai x kation Fe dengan volume sel satuan pada oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 oksida Aurivillius Sr2Bi4Ti5-xFexO18, oksida Aurivillius Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18 a (Å) 5,7 5,65 5,6 5,55 5,5 5,45 0 0,25 0,5 0,75 1 x (mol) b (Å) 5,55 5,53 5,51 5,49 5,47 5,45 0 0,25 0,5 0,75 1 x (mol) 49,6 49,4 c (Å) 49, ,8 0 0,25 0,5 0,75 1 x (mol) Gambar IV.5 Hubungan antara x kation Fe dengan nilai parameter sel a, b dan c pada oksida Sr2Bi4Ti5-xFexO18 dan Sr2+0,5xBi4Ti5-xFexO18.

SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1)

SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1) SINTESIS OKSIDA AURIVILLIUS Sr 2 Bi 4 Ti 5 - X Fe X O 18 (x = 0.25; 0,5; 0,75; dan 1) Rolan Rusli 1), Ismunandar 2) Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES

Lebih terperinci

Petunjuk Refinement. Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica

Petunjuk Refinement. Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica Petunjuk Refinement Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica Rolan Rusli 19 Januari 2011 Kata Pengantar Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF YUNI SUPRIYATI M 0204066 Jurusan Fisika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh. Sarsiyanti S. Sadapu NIM NIP NIP

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh. Sarsiyanti S. Sadapu NIM NIP NIP LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang berjudul : Pengaruh Substitusi Bi secara Parsial oleh Dopan (A = Ba, Ca, Sr dan Pb) dalam Lapisan [Bi 2 O 2 ] 2+ pada Oksida Aurivillius ABi 4 Ti 4 O 15 Oleh Sarsiyanti S.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA 27 SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Synthesis of Metal Oxide Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 Using Hydrothermal Method

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK 1. Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Tabel B.1 Data input (puncak difraksi) dan out put hasil dari program CELL-A Data

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA. Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si

SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA. Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si SINTESIS FASA AURIVILLIUS Ba 2 Bi 4 T1 5 O 18 DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENGGILINGAN SEDERHANA Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERS1TAS PADJADJARAN NOPEMEER

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL (Synthesis and Characterization Double Perovskit Compound Sr

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH Istianah () Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MATERIAL JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 56 SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 Synthesis and Structure Characterization of Metal Oxide Pyrochlore Type Sr 2 Nb 2 O 7 and Ba 2 Nb 2

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh

Lebih terperinci

Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam

Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Sintesis Senyawa Aurivillius SrBi Ti O 15 yang Didoping Kation La 3+ dengan Metode Lelehan Garam Zulhadjri, Sabri Ella Afni, dan Syukri Arief Prodi Kimia

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15

Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15 Sintesis dan Penentuan Sifat Feroelektrik Senyawa Oksida Logam Berstruktur Aurivillius Pb 2 Bi 3 Ti 3,5 W 0,5 O 15 Edi Mikrianto, Dwi Rasy Mujiyanti, dan Taufiqurohman Program Studi Kimia, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Zahratul Jannah AR Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9 SINTESIS, KARAKTERISASI DAN SIFAT FEROELEKTRIK AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 dan Bi 3 TiTaO 9 SYNTHESIS, CHARACTERIZATION AND FERROELECTRIC PROPERTIS OF AURIVILLIUS LaBi 2 TiNbO 9 AND Bi 3 TiTaO 9 Afifah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12

Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12 Sintesis dengan Metode Hidrotermal dan Karakterisasi Senyawa Berstruktur Aurivillius Bi 4 Ti 3 O 12 Muhammad Rizal dan Ismunandar Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Feroelektrik Pada tahun 1920 Valasek menemukan fenomena feroelektrik dengan meneliti sifat garam Rochelle (NaKC 4 H 4 O 6.4H 2 O) (Rizky, 2012). Feroelektrik adalah

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR Abad 18, baru 51 unsur diketahui (gas mulia belum ditemukan) John Newland (1864) : Penyusunan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom. Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Permodelan 4.1.1 Hasil Fungsi Distribusi Pasangan Total Simulasi Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh hasil fungsi distribusi pasangan total simulasi 1 jenis atom

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil Dan Pembahasan Pada bagian ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa-senyawa yang disintesis. Sampel dipreparasi dengan menggunakan proses sonikasi pada campuran material-material

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA 59 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA BERSTRUKTUR AURIVILLIUS LIMA LAPIS TIPE CuBi 5 Ti 5 O 18 DAN AgBi 5 Ti 5 O 18 DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Edi Mikrianto Ida Yanti; Dewi Wahyuni; Rahmawati;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

S. Misfadhila, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal

S. Misfadhila, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal SINTESIS DAN SIFAT DIELEKTRIK SENYAWA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT SrBi4Ti4O15 YANG DIDOPING DENGAN Nd 3+ DAN Mn 4+ (SYNTHESIS AND DIELECTRIC PROPERTIES OF FOUR-LAYERED AURIVILLIUS SrBi4Ti4O15 DOPED Nd 3+ AND

Lebih terperinci

larutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori

larutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kimia Dasar 1 yang diberi kode PEKI 4101 mempunyai bobot 3 SKS yang terdiri dari 9 modul. Dalam mata kuliah ini dibahas tentang dasar-dasar ilmu kimia, atom, molekul

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh M. ALAUHDIN NIM : 20506017

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB I STRUKTUR ATOM

BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB I STRUKTUR ATOM BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB I 1. Suatu partikel X memiliki 16 proton, 16 neutron, dan 18 elektron. Partikel tersebut dapat dikategorikan sebagai A. Anion X bermuatan -1

Lebih terperinci

SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI

SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata satu Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA FISIK TOM I. SOL PILIHN GND 0. Pernyataan berikut yang termasuk teori atom menurut Dalton adala... agian terkecil suatu atom adala elektron. lektron dari suatu unsur sama dengan elektron dari unsure lain.

Lebih terperinci

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2017 Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik 16 Mei 2017 Waktu : 120 menit Petunjuk Pengerjaan 1. Tes ini berlangsung

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci