BAB 4. METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Cholid Narbuko (1997) jenis penelitian deskriptif
|
|
- Yanti Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 153 BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Pendekatan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Cholid Narbuko (1997) jenis penelitian deskriptif adalah "Penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisa dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif dan korelatif. " Sedangkan tujuan dari penelitian yang bersifat deskriptif menurut Cholid Narbuko (1997)adalah untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Sesuai dengan tujuan dan sifat yang terkandung dalam pengertian jenis penelitian deskriptif maka Masri Singarimbun (1995) menggambarkan tentang penelitian deskriptif ini sebagai berikut:"pengukuran yang cermat terhadap fenornena sosial tertentu, dan peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta. " Selanjutnya Nasir (1988) mengatakan metode deskriptif adalah : suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, kondisi suatu sistem penelitian atau kelas peristiwa pada masa sekarang ".Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, aktual dan akurat menganai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenornena yang diselidiki. Analisa data yang digunakan adalah menggunakan analisa deskriptif (penjelasan secara terperinci). Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa sehingga relevansi sosiologis tercapai (Vreedenbergt, 1985). Analisa deskriptif dapat diandalkan untuk penarikan kesimpulan dan perumusan implikasi kebijakan.
2 Metode Pengambilan Sampel Sampel menurut Koentjaraningrat (1991), adalah merupakan bagian populasi yang menjadi obyek sesungguhnya dalam suatu penelitian, sedangkan populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-crinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 1987)dalam Sri Wahyuni et al(2009) Dalam penelitian ini populasi dilakukan pada sebagian nelayan khususnya nelayan dengan alat tangkap payang yang melakukan kegiatan penangkapan. Sesuai dengan permasalahan, tujuan dan fokus penelitian. Peneliti perlu mewawancarai beberapa orang informan (Key informan) yang dianggap benarbenar mengetahui ataupun terlibat langsung dalam kegiatan usaha penangkapanikan dengan alat tangkap payang, mengetahui permasalahan nelayan payang serta rumahtangga nelayan di Kabupaten Probolinggo. Dalam hal ini sampel yang diambil adalah terdiri dari kelompok nelayan,yaitu nelayan payang di Probolinggo, dimana menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), bahwa alat tangkap payang di desa Gili Ketapang berjumlah 167 nelayan, Karang anyar 9 nelayan, Randu Putih 19 nelayan dan di Randu Tatah 24 nelayan. Dari masing-masing desa tersebut terdiri dari beberapa sampel yang diambil. Dalam hal ini responden yang diambil, ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu sampling dimana dalam pengambilan elemen-elemen yang dimaksudkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja dengan catatan sampel yang diambil representative. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 100 keluarga nelayan payang secara purposive sampling dengan kriteria pengambilan sampel sebagai berikut: 1. Teknologi penangkapan yang digunakan bersifat sederhana dengan ukuran perahu yang kecil kurang dari 30 Grosston (GT) 2. menggunakan mesin yang kurang dari 12 PK 3. Besarnya modal usaha yang terbatas
3 Jumlah anggota organisasi penangkapan umumnya berbasis kerabat, tetangga dekat, dan atau teman dekat. 5. Orientasi ekonominya diarahkan untuk kebutuhan dasar sehari-hari. 6. Macam-macam pangan yang dijadikan pemenuhan kebutuhan nelayan payang. Penelitian dilakukan dengan metode survey yaitu menggambarkan secara sistematik dan faktual mengenai fenomena yang ada sekarang dan juga menerangkan sehubungan antar fenomena, menguji hipotesis serta membuat interpretasi danmendapatkanmakna darifenomena yang diteliti(nazir, 2003). Menurut Singarimbun dan Effendi(1989), maksud metode survei adalah mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dalam pengambilan data primer yang diambil dari responden,sedangkan data sekunder diambil dari instansi yang terkait dengan penelitian yang dimaksud. Data yang diperlukan adalah data primer maupun data sekunder.data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui hasil wawancara atau pengamatan.sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung/melalui pihak kedua (instansiterkait) dengan melakukan studi dokumentasi atau literatur. Jumlah sampel dari masing-masing desa terpilih di kabupaten terpilih diambil sejumlah100 unit usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap payang.pengambilan sampel sejumlah 100 responden atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal, batasan minimum sampel sebanyak 30 unit (Walpole, 1995). Pada umumnya nelayan payang memiliki satu unit usaha penangkapan. Oleh karena itu pengambilan unit usaha penangkapan sekaligus mewakili jumlah populasi dari besarnya rumahtangga nelayan payang.
4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penggunaan data kualitatif digunakan untuk memberikan tambahan penjelasan mengenai fenomena yang ada. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan: a. Wawancara Menurut Kartini (1990), yang dimaksud wawancara ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadaphadapan secara fisik. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wawancara bertujuan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi scop yang luas dan dapat dijadikan sumber bagi penemuan hipotesa, menanggapai macam-macam interaksi sosio personal, motivasi human dan data yang bisa memberikan insight terhadap kepribadian seseorang. Disamping itu juga dilakukan wawancara tidak terstruktur (bebas) terhadap nelayan dengan status sosial ekonomi kecil dan dengan para pedagang yang menggunakan pengaruh dan sumberdayanya baik berupa modal maupun jasa.dalam wawancara sering kali terjadi percakapan sekalipun percakapan tetap dalam pengendalian dan erstruktur.teknik ini lebih dikenal sebagai wawancara semi-terstruktur (semistructuredinterview) yakni wawancara yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbukayang diharapkan diikuti dengan pertanyaanl anjutan untuk lebih menggali informasi dan secara lebih mendalam, Mikkelsen,(2003). Untuk memperoleh data primer maka dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview),dan dilakukan secara purposive dengan para informan atau responden yang dianggap paling banyak mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat
5 157 pesisir dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu pejabat Dinas Perikanan, Bappeda,Camat dan Kepala Desa serta berbagai instansi terkait. b. Observasi Untuk teknik observasi menurut Kartini (1990), merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi meliputi keadaan umum daerah, kearifan lokal yang masih berlaku, serta aktifitas ekonomi rumahtangga nelayan payang. c. Dokumentasi Untuk teknik dokumentasi dimaksudkan sebagai teknik pengumpulan data melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak terkait dengan penelitian. Dalam penelitian dokumen nantinya dapat dipergunakan sebagai bukti untuk suatu penelitian atau pengujian (Khoiriyah, 2005). Dalam penelitian ini dokumentasi yang diperoleh berupa dokumen data sekunder dan beberapa foto gambar dilapangan. d) Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini membuat kuesioner secara terstruktur untuk memudahkan dalam pengumpulan data.
6 Fokus Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh, maka dalam matrik tabel dibawah ini akan diuraikan secara detail tentang fokus penelitian beserta beberapa faktor dan aspek yang terkait yang sesuai dengan tujuan dalam aktivitas penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Tabel 3. Fokus penelitian kuantitatif tentang usaha penangkapan FOKUS PENELITIAN 1.Perikanan tangkap 2. Agribisnis perikanan 3. Kegiatan non perikanan FAKTOR / ASPEK TERKAIT Frekuensi melaut Tingkat pendidikan Jumlah alat tangkap Total asset usaha keluarga. 1. Curahan kerja keluarga nelayan payang Jumlah alokasi waktu yang digunakan oleh anggota keluarga nelayan untuk memparoleh pendapatan di bidang: Penangkapan ikan Agribisnis (pengolahan dan perdagangan) perikanan, dan Bidang non perikanan 1. Tingkat pendapatan Total pendapatan keluarga Total asset usaha keluarga nelayan Penerimaan bersih perikanan tangkap Pendapatan agribisnis perikanan (non penangkapan ikan) Pendapatan dibidang non perikanan
7 Tingkat konsumsi Total pendapatan keluarga Konsumsi pangan ( beras, ikan, telur, sayur,dll) Konsumsi non pangan (rumah, sandang, kesehatan, pendidikan) Tingkat pendidikan istri Tabel 4. Fokus penelitian kualitatif tentang kearifan lokal FAKTOR / ASPEK TERKAIT FOKUS PENELITIAN 1.Eksistensi tata nilai ( hukum adat ) dan kearifan lokal Rasa malu/harga diri Adaptif terhadap inovasi Kompetitif/prestasi 2.Sikap warga masyarakat nelayan payang Apresiasi terhadap tata nilai Apresiasi terhadap IPTEK penangkapan ikan terhadap tata nilai dan kearifan lokal 3.Mekanisme pengelolaan sumberdaya perikanan (internal dan eksternal) Open acces dan property right system. Bentuk dan mekanisme sanksi atas pelanggran terhadap tata nilai (hokum adat) di Selat Madura
8 Definisi dan Pengukuran Peubah (Variabel) 1. Data produksi (catch) yang diperoleh dari laporan statistik tahun ialah dalam satuan berat (ton). 2. Upaya penangkapan yang diperoleh dari laporan statistik perikanan propinsi Jawa Timur, dalam hal ini ialah jumlah armada/alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan dengan alat tangkap payang ialah satuan unit. 3. Biaya/cost terbagi menjadi : Variabel Cost ( biaya tidak tetap), dalam hal ini ialah biaya operasional. Dimana biaya yang dikeluarkan setiap kali nelayan melakukan kegiatan operasi penangkapan dari alat tangkap payang. Biaya operasional ini terdiri dari : bahan bakar, bahan makanan, upah ABK, Retribusi dalam satuan (Rp) Fixed Cost (biaya tetap) yaitu : biaya yang selalu dikeluarkan oleh nelayan dengan menggunakan alat tangkap payang dalam jangka waktu tertentu (1 tahun), yang meliputi : penyusutan kapal, penyusutan alat tangkap, penyusutan mesin, perijinan, pemeliharaan kapal,mesin dan alat tangkap dalam satuan (Rp). 4. Rumahtangga nelayan adalah rumahtangga inti ditambah dengan orang lain, baik kerabat atau bukan yang tinggal bersama, paling sedikit seorang anggotanya memiliki status nelayan. 5. Nelayan kecil adalah nelayan yang memiliki asset usaha penangkapan ikan mulai dari yang tidak bermesin sampai yang bermesin kurang dari 12 PK dan maksimal 2 mesin per alat tangkap dalam kegiatan penangkapan tanpa menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. 6. Curahan kerja adalah jumlah hari yang digunakan oleh rumahtangga untuk mendapatkan penghasilan dari sektor perikanan (laut) dan diluar sektor perikanan dengan batasan sampai dengan 8 jam kerja di laut maupun di
9 161 darat adalah setara dengan 1 (satu) hari kerja, selebihnya merupakan kelipatan dari hari kerja untuk sampai dengan 8 jam. 7. Curahan kerja melaut adalah penggunaan waktu kerja oleh rumahtangga mulai dari penyiapan perbekalan operasi malaut, operasi melaut dan menjual hasil tangkapan dari melaut dengan batasan sampai dengan 8 jam kerja di laut maupun di darat adalah setara dengan 1 (satu) hari kerja, selebihnya merupakan kelipatan dari hari kerja untuk sampai dengan 8 jam. 8. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi. 9. Kegiatan dari dalam sektor agribisnis perikanan adalah, curahan waktu seseorang dalam; a) Kegiatan melaut mulai dari menyiapkan perbekalan, operasi penangkapan ikan dan menjual setelah hasil tangkapan didaratkan. b) Kegiatan yang masih merupakan rangkaian dari usaha perikanan, merupakan kegiatan usaha pasca panen seperti pengolahan hasil perikanan (agroindustri) dan perdagangan ikan yang bersekala ekonomi rumahtangga (bukan industri). 10. Kegiatan diluar sektor agribisnis perikanan yaitu curahan waktu kerja seorang nelayan diluar sektor parikanan dalam arti luas; seperti petani, tukang, kariawan industri, atau lainya. 11. Mata Pencaharian Alternatif (MPA) adalah suatu mata pencaharian atau suatu usaha yang dikembangkan dalam rangka mengurangi tekanan ekonomi masyarakat nelayan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. 12. Kearifan lokal adalah kondisi sosial budaya masyarakat nelayan yang berlaku pada masyarakat nelayan secara turun temurun, dan diakui serta disepakati secara bersama-sama, dimana hal tersebut melalui proses interaksi dan
10 162 adaptasi dengan lingkungan dan sumberdaya alam yang panjang. Masyarakat lokal mampu mengembangkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Kearifan lokal tersebut meliputi : eksistensi tata nilai, sikap masyarakat nelayan terhadap tata nilai dan mekanisme pengelolaan sumber daya perikanan, menurut informasi penelitian terdahulu ada beberapa bentuk kearifan lokal yang berlaku pada masyarakat nelayan di Selat Madura antara lain : pethik laut, nyabis, andun, pangambak,onjhem, telasan dan system kontrak kerja Metode Analisis Data Menganalisis Efektifitas Kearifan Lokal dan Kendala-kendala dalam Implementasinya A. Analisis Kualitatif Populasi dalam penelitian ini adalah stakeholders yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Probolinggo. Populasi dalam penelitian terdiri dari berbagai institusi baik pemerintah (tingkat kabupaten sampai tingkat desa) maupun swasta (LSM dan dunia usaha) serta masyarakat nelayan lokal. Teknik sampling yang digunakan terdapat beberapa yakni: 1. Desa dari wilayah Kecamatan yang menjadi wakil populasi yang terdiri dari Kecamatan sumber asih, randu putih, randu tatah dan karang anyar. Dimana pemilihan ini berdasarkan kepada adanya kearifan local yang berlaku, karakteristik tempat dan sumberdaya perikanan yang potensial (Arikunto, 1997). 2. Key informant yang dianggap sebagai sesepuh atau seorang yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti kyai atau ulama yang diminta
11 163 nasehat oleh masyarakat local. adimana merupakan kelembagaan informal didalam masyarakat local serta dipercaya mengetahui masalah keraifan local yang berlaku dan terkait dengan stake holder yang memanfaatkan dan mengelola sumberdaya perikanan. Pemilihan Key informan dengan cara purposive sampling berdasarkan tujuan spesifik (Arikunto, 1997). Perlu disadari bahwasanya dalam penarikan sample purposive tidak hanya mencakup masalah-masalah putusan tentang orang, yakni subyek atau pelaku sebagai nara sumber data yang akan diamati dan diwawancarai tetapi juga tentang latar-latar, peristiwa-peristiwa dan proses-proses sosio-kultural, karena itu sample-sampel kualitatif cenderung puporsive (Mbete, 2005). Oleh karena penelitian ingin mengetahui dan menganalisis nilai-nilai keraifan lokal maka penentuan key persons akan dipilih dengan cermat dan disesuaikan dengan target pencapaian informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dengan jumlah responden untuk masingmasing Kabupaten 5 orang. 3. LSM (Care International dan Yayasan Pengembangan Masyarakat Pesisir), yang memiliki kepedulian terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut, serta yang bergerak dalam bidang industri, jasa dan usaha-usaha perikanan baik penangkapan, budidaya maupun pengolahan. Pengambilan sampel pada intitusi ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang akan disesuaikan dengan kebutuhan informasi. 4. Pemerintah Desa adalah institusi formal yang tumbuh dan berkembang di sekitar kawasan pesisir yang dipandang memahami berbagai permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut serta nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam
12 164 masyarakat psisir yakni kepala, desa, sekretarias desa, kepala dusun, mantan kepala desa. Pengambilan sampel pada intitusi ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang akan disesuaikan dengan kebutuhan informasi. Pemerintah Kecamatan adalah institusi formalpada tingkat hirarki pemerintahan yang memiliki fungsi dan dianggap memahami beberapa hal mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya adalah pesisir dan laut yakni Camat, Kepala Urusan Pembangunan Desa, UPT Perikanan dan Kelautan. Penentuan sampel pada masing-masing intitusi ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang akan disesuaikan dengan kebutuhan informasi. Data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui hasil wawancara atau pengamatan. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung/melalui pihak kedua (instansi terkait) dengan melakukan studi dokumentasi atau literatur. Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dapat mungkin terdapat pula data kuantitatif sejauh masih relevan dan bermanfaat untuk menjelaskan permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan dan pemberdayaan kearifan lokal. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: 1. Teknik observasi; teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengamati potensi sumberdaya perikanan yang terdapat di Kabupaten Probolinggo terutama pada wilayah atau kecamatan dan desa sampel. Potensi yang diamati adalah kondisi umum perikanan,kondisi alam dan kependudukan.
13 Teknik wawancara; wawancara merupakan salah teknik penting dalam studi - studi pembangunan. Dalam wawancara sering kali terjadi percakapan sekalipun percakapan tetap dalam Pengendalian Dan terstruktur. Teknik ini lebih dikenall sebagai wawancara semi-terstruktur (semi structured interview) yaitu wawancara yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang diharapkan diikuti dengan pertanyaan lanjutan untuk lebih menggali informasi dan secara lebih mendalam, Mikkelsen, (2003). Untuk memperoleh data primer maka dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview), dan dilakukan secara purposive dengan para informan atau responden yang dianggap paling banyak mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu pejabat Dinas Perikanan, Bappeda, Camat dan Kepala Desa serta berbagai instansi terkait. Danim (2002), jika wawancara tidak dapat menjangkau responden yang jumlahnya relatif banyak, wawancara biasanya dilakukan kepada sejumlah responden yang jumlahnya relatif terbatas dan memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak langsung secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan. Wawancara mendalam juga ditujuhkan kepada para tokoh-tokoh kunci (key persons). Mikkelsen (2003), mengemukakan wawancara semi- terstruktur secara mendalam dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara yaitu : wawancara individual, wawancara dengan key informant, dan wawancara kelompok
14 166 a. Wawancara Individual: wawancara ini dilaksanakan dalam suatu kesempatan pengambilan sampel atas responden yang dipilih dengan sengaja untuk memperoleh informasi atau data yang representatif. b. Wawancara dengan informan kunci/tokoh-tokoh kunci (key informan/key persons); wawancara dengan key informan/key persons bertujuan untuk mendapatkan informasi khusus yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap kearifan lokal dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan. c. Wawancara Kelompok; dengan cara terstruktur dan tidak terstruktur. Teknik ini lebih memberikan akses pada sosok pengetahuan yang lebih besar dan secara mendalam tentang informasi dan data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Peneliti melakukan intepretasi terhadap persoalan yang diteliti karena karakteristik utama dari kualitatif adalah subyektif intepretatif (Litjohn, 1996). Teknik yang digunakan untuk mngempulkan data dalam penelitian ini terbagi atas 3 hal yaitu pengamatan berperan serta ( indepth interview), dan analisis dokumen. Sedangkan untuk aspek-aspek sosial budaya dilakukan analisis kualitatif komparatif yakni mendeskripsikan tentang nilai nilai dan cara pandang serta persepsi dan aspirasi masyarkat lokal terhadap nilai kearifan lokal dan makna dari peratuaran- peraturan adat dalm berbagai ritual yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di Selat Madura
15 167 Masyarakat Pesisir dan Kelompok Nelayan - Tangkap - Budidaya - Pengolahan Pasca Panen Faktor Eksternal : - Tuntutan Perubahan Kebijakan Pembangunan - Inovasi baru dalam adopsi teknologi - Huibungan antar etnis/kelompok asal Faktor Internal : Peranan Kelembagaan Adat, Tradisi, Hukum Adat dan Kearifan lokal SUMBERDAYA PERIKANAN SELAT MADURA Perubahan Perilaku Masyarakat Pesisir - Ekonomis - Ramah lingkungan - konservatif Pemanfaatan dan Pelestarian Sumberdaya Perikanan di Selat Madura Secara Bertanggung jawab dan Berkelanjutan Gambar 26. Manajemen pemanfaatan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (pesisir dan laut ) di Selat Madura secara berkelanjutan dan bertanggungjawab.
16 Menganalisis Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Melalui Pendekatan Sistem A. Model Ekonomi Rumahtangga Ekonomi rumahtangga nelayan biasanya masih bersifat semi komersial dengan ciri bahwa kegiatan antara produksi ikan dan rumahtangga pengolah ikan tidak terpisah, penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan, nelayan dan rumahtangga pengolah ikan masih lebih banyak berperilaku sebagai penerima harga, dan mengutamakan rasa aman. Namun, ketika skala usaha penagkapan ikan makin membesar, pada umumnya diikuti oleh pergeseran penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga yang proporsinya semakin besar, disamping jangkauan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang semakin meluas. Becker (1965) dalam Sahri Muhammad (2011) mengembangkan teori untuk mempelajari model ekonomi rumahtangga petani (Agricultural Household Models), dimana kegiatan produksi dan konsumsi tidak terpisah dan penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan. Fungsi kepuasan rumahtangga diasumsikan mengkombinasikan barang yang dibeli di pasar dengan waktu untuk memproduksi, sehingga dihasilkan barang yang siap dikonsumsi (Z). Bentuk fungsi kepuasan rumahtangga yang dikemukakan Becker adalah U = U(Z 1, Z 2,.. Z m )... (4.1) Zi = barang yang dikonsumsi ( i = 1, 2,., m). Dalam memaksimumkan kepuasan, rumahtangga dibatasi oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan. Setiap komoditi (Zi) tersebut dihasilkan menurut fungsi produksi yang dirumuskan sebagai berikut :
17 169 Zi = Z (x i, t i ) i = 1... m... (4.2) m Σ p i x i = I = W. T w + V... (4.3) i = 1 m Σ t i = T c = T - T w... (4.4) i = 1 x i t i p i. = barang dan jasa ke i yang dibeli di pasar = waktu yang digunakan untuk memproduksi barang Z ke i = harga barang dan jasa X ke i yang dibeli di pasar T w = waktu yang digunakan untuk bekerja W = upah per unit T w T c = jumlah waktu konsumtif T = jumlah waktu yang tersedia V = pendapatan selain upah, seperti warisan dan lain-lain I = pendapatan rumahtangga. Pendekatan ekonomi rumahtangga tersebut sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920 oleh Chayanov di Rusia, kemudian Becker (1965) menyusunnya dalam bentuk new home economics. Dalam ekonomi rumahtangga, alokasi waktu dan konsumsi barang dapat dibeli di pasar, atau dapat juga dihasilkan oleh rumahtangga. Ciri utama yang membedakan perilaku individu dan perilaku rumahtangga sebagai konsumen, adalah bahwa pada
18 170 perilaku ekonomi rumahtangga, pada saat yang sama anggota rumahtangga juga sebagai produsen sebagaimana suatu perusahaan (Evenson, 1976). Menurut Evenson (1976), formula yang disusun oleh Becker (1965) secara mendasar melihat perilaku konsumsi rumahtangga sebagai proses dalam dua tingkat, yaitu: (1) tingkat pertama, menjelaskan perilaku rumahtangga menghadapi fungsi produksi rumahtangga, dimana waktu dan modal yang tersedia dalam rumahtangga digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi rumahtangga, dan (2) tingkat kedua, menjelaskan proses keputusan pilihan konsumsi, anggota rumahtangga berperilaku sebagaimana perilaku individu konsumen, dimana aksioma perilaku konsumen konvensional dapat diaplikasikan. Dengan demikian, rumahtangga dalam memaksimumkan kepuasannya, dibatasi oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan. Pendapatan seluruhnya dibelanjakan untuk konsumsi (persyaratan adding up). Barnum dan Squire (1978) menyatakan bahwa model ekonomi rumahtangga adalah menjembatani ekonomi perusahaan pertanian yang seluruhnya mempekerjakan tenaga yang diupah dan menjual hasilnya ke pasar, dengan pertanian subsisten yang menggunakan hanya tenaga kerja keluarga dan tidak menghasilkan marketed surplus. Dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965), kemudian Barnum dan Square (1978) membuat model ekonomi rumahtangga yang lebih lengkap dan menyimpulkan bahwa dalam pembuatan kebijakan sangat penting untuk mengintegrasikan perilaku rumahtangga dalam keputusan produksi dan konsumsi. Mengingat pengaruh perubahan peubah eksogen, dimana sisi produksi mempengaruhi sisi konsumsi
19 171 rumahtangga, maka diperlukan teori yang terintegrasi, khususnya, jika elastisitas pengeluaran cukup besar atau jika pengaruh produksi dominan. Pengembangan teori adanya saling ketergantungan konsumsi dan produksi dalam model Ekonomi Rumahtangga Pertanian (ERP) melahirkan dua kelompok model, yaitu model rekursif dan model non-rekursif. Model rekursif dibangun berdasarkan asumsi bahwa antara keputusan konsumsi dan produksi terjadi saling ketergantungan yang sekuensial. Dalam hal ini diasumsikan bahwa keputusan konsumsi dipengaruhi oleh keputusan produksi, tetapi tidak berlaku sebaliknya Sedangkan model non-rekursif terjadi adanya saling ketergantungan antara produksi dan konsumsi. Keputusan produksi mempengaruhi pendapatan rumahtangga, demikian juga sebaliknya, keputusan konsumsi bisa mempengaruhi keputusan produksi (Strauss, 1986; Sadoulet, et al., 1995). Selanjutnya, Singh et al. (1986) menyusun Agricultural Household Models sebagai model dasar ekonomi rumahtangga. Dalam model tersebut, kepuasan rumahtangga (U) adalah fungsi dari konsumsi barang yang dihasilkan oleh rumahtangga (X a ), konsumsi barang yang dibeli di pasar (X m ) dan konsumsi waktu santai (X l ), sehingga diperoleh persamaan (4.5). U = U (X a, X m, X l )... (4.5) Rumahtangga petani diasumsikan sebagai konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan kendala produksi, waktu dan pendapatan, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut : Produksi Q = Q (L,A)..... (4.6)
20 172 Alokasi waktu T = X l + F... (4.7) Pendapatan P m. X m = P a. (Q - X a ) - w.(l F)... (4.8) X m X a X l P m P a = konsumsi barang yang dibeli di pasar = barang yang dihasilkan rumahtangga = konsumsi waktu santai = harga barang dan jasa yang dibeli di pasar = harga barang yang dihasilkan oleh rumahtangga (Q - X a ) = surplus produksi untuk dipasarkan Q A w L F w.(l F) = produksi rumahtangga = jumlah faktor produksi tetap (lahan) dalam rumahtangga = upah di pasar tenaga kerja = total tenaga kerja = penggunaan tenaga kerja rumahtangga = pengeluaran upah untuk tenaga kerja luar rumahtangga. Jika (L-F) positif berarti terdapat tenaga kerja luar rumahtangga yang diupah. Jika negatif, terdapat penawaran tenaga kerja keluarga untuk di luar pertanian. Semua kendala yang dihadapi rumahtangga tersebut dapat disatukan dengan melakukan substitusi kendala produksi dan waktu ke dalam kendala pendapatan, sehingga akan dihasilkan persamaan (4.9) sebagai berikut : P m. X m + P a. X a + w. X l = w. T +... (4.9)
21 173 = P a. Q(L,A) - w. L ( = keuntungan)... (4.10) Persamaan (4.10) menunjukkan bahwa pada sisi kiri merupakan pengeluaran total rumahtangga untuk barang yang dibeli di pasar (Xm) dan barang yang diproduksi rumahtangga (Xa), serta waktu (X l ) yang dikonsumsi rumahtangga. Sedangkan pada sisi kanan persamaan tersebut adalah merupakan pengembangan dari konsep pendapatan penuh, dimana nilai waktu yang tersedia dicatat secara eksplisit. Disamping itu, Singh et. al (1986) juga melakukan pengembangan dengan memasukkan pengukuran tingkat keuntungan usaha, yaitu : = P a.q(l,a) - w.l, dimana semua tenaga kerja dihitung berdasarkan upah pasar. Rumahtangga dalam memaksimumkan kepuasan memilih tingkat konsumsi dari barang yang dibeli di pasar (Xm) dan barang yang diproduksi rumahtangga (Xa), serta waktu yang dikonsumsi rumahtangga (X l ) dan tenaga kerja (L) yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kondisi turunan pertama (first order condition) untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja adalah : P a. Q/ L = w... (4.11) Rumahtangga akan menyamakan penerimaan produk marjinal dari tenaga kerja dengan upah pasar. Selanjutnya penggunaan tenaga kerja (L) sebagai fungsi dari p a, w, dan A, seperti ditunjukkan pada persamaan (4.12) sebagai berikut : L = L (w, P a, A)... (4.12) Dari persamaan (3.12) dapat ditunjukkan sisi kiri persamaan terdiri dari konsumsi komoditi pasar (P m.x m ), komoditi pertanian yang dihasilkan
22 174 rumahtangga (P a.x a ) dan konsumsi waktu santai dalam rumahtangga (w.x t ). Adapun sisi kanan, yaitu pendapatan dari waktu kerja dalam bentuk upah (w.t) dan keuntungan usaha tani ( ) adalah merupakan total pendapatan rumahtangga. Maka untuk selanjutnya akan diperoleh persamaan (4.13). P m. X m + P a. X a + w. X t = Y.... (4.13) dimana, Y* adalah pendapatan potensial (penuh). Maksimisasi kepuasan untuk memenuhi persamaan (4.13) dengan kendala yang ada diperoleh turunan pertama (first order condition) mengikuti prosedur perilaku konsumsi individu dalam memaksimumkan kepuasannya untuk sejumlah (n) komoditi sebagai berikut : U = U(x 1, x 2,...x n )... (4.14) Kendala anggaran : m Σ p i x i = Y... (4.15) i = 1 Maksimisasi tujuan (4.14) dengan memperhatikan kendala (4.15) menghasilkan kondisi prasyarat sebagai berikut : Φ/ x i = U/ x i - λ. p i = 0... (4.16) Φ/ λ. = - ( Σ p i x i - Y ) = 0...(4.17) Φ = U - λ. ( Σ p i x i - Y ), λ. = Lagrangian multiplier.
23 175 Kondisi keseimbangan dari fungsi kepuasan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut : U/ x i = MUi = λ. p i... i = 1,...n...(4.18) U/ x i = kepuasan margunal (MUi) dari barang dan jasa ke i pi = harga barang dan jasa ke i λ = kepuasan marjinal dari pendapatan Mengacu prosedur pada persamaan (4.14) (4.18), untuk konsumsi barang yang dibeli di pasar (X m ), barang yang diproduksi rumahtangga (X a ) dan waktu yang disediakan oleh rumahtangga (X t ) masing-masing diperoleh turunan pertama pada persamaan (4.19) (4.21) adalah merupakan kondisi yang umum kita kenal dalam teori permintaan konsumen (Singh, Squire and Strauss, 1986). U / X m =. p m... (4.19) U / X a =. P a... (4.20) U / X l =. w... (4.21) Dengan dasar persamaan (4.19) (4.21), dapat dinyatakan bahwa konsumsi barang yang dihasilkan oleh rumahtangga (Xa), konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm) dan konsumsi waktu santai (X l ) adalah dipengaruhi oleh harga, upah dan pendapatan, yang selanjutnya masing-masing dapat ditulis sebagaimana pada persamaan (4.22) (4.24). X a = X a (p m, p a, w, Y*)... (4.22) X m = X m (p m, p a, w, Y*)... (4.23)
24 176 X l = X l (p m, p a, w, Y*)... (4.24) Dalam persamaan (4.22), (4.23) dan (4.24), permintaan barang, jasa dan waktu santai tergantung pada harga, upah dan pendapatan rumhtangga. Untuk kasus rumahtangga nelayan, pendapatan ditentukan oleh aktifitas produksi dalam rumahtangga melaut maupun non-melaut. Selanjutnya, perubahan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi akan merubah tingkat pendapatan penuh (Y*), perilaku produksi dan konsumsi rumahtangga nelayan. Jika diasumsikan harga hasil pertanian yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka dampaknya terhadap keuntungan dapat kita perhatikan pada persamaan (4.25) berikut : dx a /dp a = X a / p a + X a / Y*. Y*/ p a... (4.25) Bagian pertama sebelah kanan persamaan (4.25) merupakan hasil yang umum kita kenal dalam teori permintaan konsumen, yaitu untuk barang normal memiliki slope negatif, yaitu jika harga meningkat permintaan barang dan jasa tersebut akan menurun. Sedangkan bagian kedua sebelah kanan persamaan (4.25) mencerminkan efek keuntungan. Perubahan dalam harga barang yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka keuntungan meningkat, demikian juga pendapatan penuh rumahtangga juga akan meningkat. Selanjutnya, menurut Sadoulet dan Janvry (1995) analisis model ekonomi rumahtangga perlu memperhatikan dua hal, yaitu : (1) apakah barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga sesuai dengan harga pasar, dan (2) perilaku produksi dan konsumsi apakah separable. Jika sistem persamaan produksi dan konsumsi pada model ekonomi rumahtangga separable, maka pendugaan sistem persamaan konsumsi dan produksi dapat dilakukan secara bebas dan terpisah mengacu pendekatan pendugaan sistem persamaan
25 177 konsumsi dan produksi yang baku, seperti penggunaan fungsi keuntungan yang umum digunakan. Pendekatan ekonomi rumahtangga adalah berguna sekiranya sisi konsumsi dikaitkan dengan sisi produksi melalui pengaruh pendapatan. B. Komponen Model Ekonomi Rumahtangga Pada Nelayan Payang Di Selat Madura Komponen model ekonomi rumahtangga nelayan dibagi menjadi empat blok, yaitu : (1) produksi ikan, (2) curahan kerja, (3) pendapatan, dan (4) pengeluaran rumahtangga nelayan yang disajikan pada Tabel 3. Dalam tulisan ini model tersebut terdapat berbagai peubah kebijakan maupun non-kebijakan. Komponen Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang di Selat Madura berjumlah 45 komponen yang sekaligus merupakan peubah endogen dalam model. Jumlah komponen model dapat diperluas lagi. Dalam penerapan model ekonomi rumahtangga nelayan, aspek kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan dampak terhadap keragaan ekonomi rumahtangga nelayan sangat ditonjolkan, sehingga penelusuran dan analisis peningkatan kesejahteraan nelayan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan dapat dijadikan tolok ukur dalam rangka tercapainya sasaran untuk meningkatkan produksi perikanan. Pada pendekatan lain, akibat terjadi suatu perubahan produksi perikanan dan curahan kerja nelayan mengakibatkan terjadi suatu perubahan pembiayaan dan keuntungan pada sisi nelayan yang bertindak sebagai juragan. Hal itu akan menimbulkan perubahan dalam pendapatan dan pengeluaran nelayan Juragan dan Pendega. Perubahanperubahan tadi akan berdampak pada perubahan jumlah investasi, jumlah saving juga kesejahteraan nelayan Juragan (Pemilik) maupun Pendega (ABK). Perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat produksi perikanan
26 178 sekaligus perubahan terhadap jumlah retribusi hasil penangkapan ikan, dimana hal itu terkait dengan PAD atau Pendapatan Asli Daerah Probolinggo. Sehingga policy terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan nelayan akan berpengaruh terhadap pembangunan perikanan secara keseluruhan, dimana hal tersebut merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi pada masyarakat nelayan di wilayah pesisir. Status pemanfaatan sumberdaya perikanan dan prasarana pelabuhan perikanan di Selat Madura didasarkan pada empat wilayah terpilih, yaitu : Gili Ketapang, Karanganyar, Randu Putih dan Randu Tatah. Sedangkan kearifan lokal (local wisdom) masyarakat nelayan Selat Madura didasarkan pada kearifan local yang berlaku disuatu tempat tertentu, dimana sebagai daerah terpilih yang mewakili masyarakat nelayan paying Selat Madura adalah di Kabupaten Probolinggo. Hal ini berdasarkan data pendahuluan bahwa di daerah tersebut memilki kearifan lokal seperti : Nyabis, Onjhem, Petik Laut, Pangambak, System Kontrak Kerja (bagen), Telasan, Andun, yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan model ekonomi rumah tangga nelayan payang. Disamping itu jumlah nelayan payang cukup besar yaitu : 219 orang yang tersebar di 4 Kecamatan, yaitu : di Gili Ketapang : 167 orang, Karanganyar : 9 orang, Randu Putih : 19 orang, dan Randu Tatah : 24 orang. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat perubahan kebijakan maupun non-kebijakan berdampak secara langsung maupun tidak langsung dan saling mempengaruhi diantara peubah dalam aspek produksi, curahan kerja, penerimaan dan pendapatan, dan pengeluaran pada rumahtangga nelayan Juragan maupun Pendega. Dampak kebijakan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan (sustainable) dimulai dengan terjadinya perubahan ukuran kapal, daerah penangkapan, produktivitas dan frekuensi melaut sehingga akan
27 179 menyebabkan perubahan produksi, biaya-biaya, pendapatan dan pengeluaran nelayan Juragan maupun Pendega. Perubahan pendapatan nelayan juragan dan pendega akan mengakibatkan perubahan tingkat investasi, jumlah tabungan dan tingkat kesejahteraan nelayan. Perubahan ini selanjutnya akan terkait dan mempengaruhi produksi maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui jumlah penarikan retribusi perikanan, yang selanjutnya diharapkan memacu pembangunan daerah secara berkelanjutan. Dengan demikian kebijakan publik dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan peningkatan kesejahteraan nelayan akan berdampak langsung dan tidak langsung berhubungan secara berkelanjutan dengan pembangungan perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di pedesaan pantai. Mengingat adanya keterkaitan diantara aspek produksi dan pengeluaran rumahtangga nelayan, maka model disusun dalam sistem persamaan simultan dengan asumsi hubungan linier. Keragaan ekonomi rumahtangga nelayan dalam tulisan ini diukur atas dasar perubahan produksi ikan, curahan kerja, penerimaan dan pendapatan, pengeluaran, tabungan, dan PAD. Adapun produksi ikan, curahan kerja, penerimaan dan pendapatan, dan pengeluaran pada rumahtangga nelayan dinyatakan dalam 45 buah persamaan sebagaimana dapat dilihat pada persamaan (4.26) sampai dengan (4.70). Blok I. Produksi Ikan Fungsi produksi dibuat berdasarkan penjabaran dari bentuk umum fungsi produksi Agricultural Household Models yang menetapkan bahwa produktivitas bergantung pada tingkat penggunaan tenaga kerja, faktor lain dan karakteristik proses produksi. Karakteristik proses produksi melaut adalah bersifat berburu ikan. Oleh karena itu produksi ikan tergantung pada ukuran kapal, daerah penangkapan ikan, kepadatan ikan di daerah penangkapan dan jumlah frekuensi
28 180 melaut. Dengan demikian, makaproduksi total dari melaut mengacu model ekonomi rumahtangga pertanian pada persamaan (4.26), dimana peubah areal melaut bergantung pada ukuran aset kapal (ASKJ), daerah penangkapan (DPI), produktivitas (PRM) dan frekuensi melaut (FQM). Dalam kegiatan melaut, nelayan menggunakan jenis alat tangkap ikan yang berbeda. Jenis alat tangkap tertentu memerlukan peralatan dan ukuran kapal tertentu pula. Besarnya ukuran kapal yang dimiliki meningkat sejalan dengan perluasan daerah penangkapan ikan dan peningkatan pendapatan nelayan Juragan melaut. Adapun kapal penangkapan ikan yang semakin membesar memerlukan pelayanan pelabuhan perikanan yang semakin memadai. Oleh karena itu, ukuran aset kapal (ASKJ) yang digunakan nelayan untuk melaut akan bergantung pada ada tidaknya dukungan modal, dalam hal ini kredit (KRKJ), nilai alat tangkap yang digunakan (ITMJ), tingkat pendapatan Juragan (YJSPK) dan kondisi desa dan prasarana pendaratan ikan atau pelabuhan perikanan (DESA). Adapun daerah penangkapan ikan (DPI) di laut bergantung pada ukuran besarnya kapal (aset kapal) yang digunakan (ASKJ), harga bahan bakar minyak (PBBM), tingkat pendidikan dan pengalaman Pendega (PDPP) dan tingkat pendidikan dan pengalaman Juragan (PDPJ). Mengingat penggunaan ukuran kapal (ASKJ) berhubungan dengan ada tidaknya kredit kredit (KRKJ), jenis alat tangkap (ITMJ), pendapatan Juragan (YJSPK) dan kondisi umum desa (DESA), maka faktor-faktor tersebut secara tidak langsung adalah berpengaruh terhadap luas daerah penangkapan ikan (DPI) yang dapat dijangkau nelayan. Produktivitas (PRM) penangkapan ikan di laut adalah bergantung pada teknologi yang digunakan (TEK) dan status sumberdaya perikanan (SSDA). Dalam kajian ini diasumsikan dengan kondisi umum desa yang kaya adalah tersedia prasarana pelabuhan dan pendaratan ikan, sehingga berkecenderungan
29 181 mendorong nelayan Juragan untuk memiliki ukuran kapal yang semakin membesar. Oleh karena itu, produktivitas ikan per trip juga diduga berhubungan dengan kondisi umum desa (DESA). Frekuensi melaut (FQM) dalam rumahtangga nelayan Juragan, juga merupakan frekuensi melaut para Pendega. Jumlah frekuensi melaut bergantung pada status sumberdaya (SSDA), daerah penangkapan ikan (DPI), curahan kerja rumahtangga Juragan untuk kegiatan produktif non-perikanan (CDJL) dan harapan pendapatan rumahtangga Juragan dari kegiatan pengolahan ikan (agroindustri, YPA). Mengingat DPI berhubungan dengan ukuran aset kapal (ASKJ), harga BBM (PBM), mutu pendidikan Pendega (PDPP) maupun Juragan (PDPJ), demikian juga aset kapal berhubungan dengan kredit (KRKJ), teknologi alat tangkap (ITMJ), tingkat pendapatan (YJSPK) dan kondisi umum desa (DESA), maka faktor-faktor tersebut secara tidak langsung juga mempengaruhi frekuensi melaut. Disamping itu, faktor kegiatan produktif dalam agroindustri, mengingat kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh rumahtangga Juragan maupun istri Juragan secara sinergi, maka hubungan frekuensi melaut dengan kegiatan agroindustri bersifat komplementer. Dengan demikian, produksi hasil tangkapan ikan dari melaut bergantung pada aset kapal (ASKJ), daerah penangkapan ikan (DPI), produktivitas (PRM) dan frekuensi melaut (FQM). Keterkaitan antara ASKJ, DPI, PRM, FQM dan QNM (produksi melaut) dinyatakan dalam persamaan (4.26) (4.30). 1. Aset Kapal Ukuran aset kapal (ASKJ) yang digunakan nelayan untuk melaut dinyatakan dalam persamaan (4.26). ASKJ = a 0 + a 1 KRKJ + a 2 ITMJ + a 3 YJSPK + a 4 DESA + U 1...(4.26)
30 182 ASKJ = aset kapal yang digunakan untuk melaut (GT, ton) KRKJ = dummy menerima atau tidak menerima kredit KRKJ = 1, menerima kredit KRKJ = 0, tidak menerima kredit ITMJ = nilai alat tangkap yang digunakan (Rp/unit) YJSPK = jumlah pendapatan rumahtangga Juragan yang dapat dibelanjakan (Rp/tahun) DESA = dummy prasarana desa DESA = 1, produksi ikan yang didaratkan tinggi, kaya, ada pelabuhan DESA = 0, produksi ikan yang didaratkan rendah, miskin, belum ada pelabuhan perikanan Hipotesis parameter estimasi : a 1, a 2, a 3, a Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan (DPI) bergantung pada aset kapal (ASKJ) yang digunakan, harga bahan bakar minyak (PBBM), tingkat pendidikan dan pengalaman Pendega (PDPP) dan tingkat pendidikan dan pengalaman Juragan (PDPJ). Mengingat ASKJ berhubungan dengan kredit, nilai alat tangkap, pendapatan Juragan dan prasarana desa, maka faktor-faktor tersebut secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap jangkauan daerah penangkapan ikan. Fungsi daerah penangkapan ikan sebagaimana persamaan (4.27). DPI = b 0 + b 1 ASKJ + b 2 PBM + b 3 PDPP + b 4 PDPJ + b 5 NY+ b 6 ONJ + U 2...(4.27)
31 183 DPI = daerah penangkapan ikan (km) ASKJ = aset kapal (GT, ton) PBM = harga BBM solar di lokasi pengambilan contoh (Rp/liter) PDPP = lama pendidikan dan pengalaman Pendega (tahun) PDPJ NY ONJ = lama pendidikan dan pengalaman Juragan (tahun) = Kearifan Lokal Nyabis = Kearifan Lokal Onjhem Hipotesis parameter estimasi : b 1, b 2, b 3, b 4, b 5,b Produktivitas Produktivitas (PRM) penangkapan ikan di laut dihitung dalam satuan Kg per trip (hari kerja) per hari. Produktivitas adalah bergantung pada teknologi yang digunakan (TEK) dan status sumberdaya perikanan (SSDA). Dalam penelitian ini diasumsikan dengan kondisi prasarana desa (DESA) yang kaya adalah tersedia prasarana pelabuhan dan pendaratan ikan, sehingga ketersediaan prasarana pelabuhan perikanan cenderung mendorong nelayan Juragan untuk memiliki ukuran kapal semakin membesar. Dengan dasar hubungan tersebut, fungsi produktivitas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan (4.28). PRM = c 0 + c 1 TEK + c 2 DESA + c 3 SSDA +c 4 PL + U 3... (4.28) PRM = produktivitas melaut per trip per hari (kg) TEK = klasifikasi teknologi yang digunakan nelayan melaut Didasarkan pada tingkat transformasi effort baku payang
32 184 DESA = peubah dummy prasarana desa DESA = 1, produksi ikan yang didaratkan tinggi, desa kaya, tersedia pelabuhan perikanan DESA = 0, produksi ikan yang didaratkan rendah, desa miskin, belum tersedia pelabuhan perikanan SSDA = dummy status sumberdaya perikanan di masing-masing wilayah penangkapan ikan nelayan melaut, yaitu : SSDA = 1, wilayah perikanan tingkat pemanfaatan di bawah MSY SSDA = 0, wilayah perikanan tingkat pemanfaatan di atas MSY PL = Kearifan Lokal Petik Laut Hipotesis parameter estimasi : c 1, c 2, c Frekuensi Melaut Frekuensi melaut (FQM) dalam rumahtangga nelayan Juragan, juga merupakan frekuensi melaut Pendega, adalah bergantung pada status sumberdaya (SSDA), daerah penangkapan ikan (DPI), curahan kerja rumahtangga Juragan untuk kegiatan produktif non-perikanan (CDJL) dan pendapatan rumahtangga Juragan dari kegiatan agroindustri (YJA). Mengingat DPI berhubungan dengan ukuran aset kapal, harga BBM, tingkat pendidikan dan pengalaman Pendega maupun Juragan, demikian juga aset kapal berhubungan dengan kredit, nilai alat tangkap, tingkat pendapatan dan prasarana desa, maka faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi frekuensi melaut. Mengingat, faktor kegiatan produktif dalam agroindustri dapat dilakukan oleh rumahtangga Juragan maupun istri Juragan secara terpadu, maka hubungan frekuensi melaut dengan kegiatan agroindustri bersifat komplementer.
33 185 Dengan dasar hubungan tersebut, maka fungsi frekuensi melaut dinyatakan dalam persamaan (4.29). FQM = d 0 + d 1 SSDA + d 2 DPI + d 3 CDJL + d 4 YJA + U 4... (4.29) FQM = frekuensi melaut (hari-trip/tahun) SSDA = dummy status sumberdaya perikanan DPI = daerah penangkapan ikan (km) CDJL = curahan kerja non-perikanan dalam rumahtangga Juragan, seperti pertanian dan tukang (hari/tahun) YJA = penerimaan rumahtangga Juragan dari kegiatan agroindustri perikanan (Rp/tahun) Hipotesis parameter estimasi : d 1, d 2, d 4 0; d Produksi Ikan Produksi ikan (QNM) merupakan perkalian antara produktivitas dengan frekuensi melaut yang dinyatakan pada persamaan identitas (4.30). QNM = PRM*FQM... (4.30) QNM = produksi ikan (ton/tahun/kapal) PRM FQM = produktivitas melaut per trip per hari (kg) = frekuensi melaut (hari/tahun) Blok II. Curahan Kerja Curahan kerja dalam rumahtangga Juragan dapat dikelompokkan menjadi curahan kerja melaut dari dalam rumahtangga Juragan (CDJM),
34 186 kegiatan agroindustri (CDJA) dan kegiatan non-perikanan (CDJL). Demikian juga curahan kerja dalam ruamhatangga Pendega dapat dikelompokkan menjadi curahan kerja melaut rumahtangga Pendega melaut (CDPM), kegiatan agroindustri (CDPA) dan kegiatan non-perikanan (CDPL). Berbeda dengan Pendega, curahan kerja untuk melaut dalam rumahtangga Juragan memerlukan tambahan curahan kerja melaut dari luar rumahtangga (CLJM). Dengan demikian untuk keberlangsungan usaha melaut, maka dalam rumahtangga Juragan dapat diidentifikasi curahan kerja untuk melaut total (CTJM). Sesuai dengan kondisi usaha perikanan di daerah penelitian, maka kebutuhan curahan kerja melaut dari luar rumahtangga Juragan (CLJM) dan juga curahan kerja melaut total (CTJM) berkecenderungan semakin meningkat sejalan dengan besarnya skala usaha atau ukuran kapal penangkapan ikan yang dioperasikan untuk melaut. Dalam penelitian ini, model dibangun dengan menetapkan CDJA, CDJL, CDPA dan CDPL sebagai peubah eksogen. Bentuk umum persamaan curahan kerja individu menurut teori ekonomi produksi dinyatakan sebagai fungsi turunan kepuasan maksimum, dengan kendala produksi, ketersediaan waktu rumahtangga dan pendapatan. Dalam model ekonomi rumahtangga, bentuk umum curahan kerja individu adalah tidak konsisten dengan curahan kerja rumahtangga (Slesnick, 1998). Disamping itu, produksi ikan berhubungan dengan produktivitas dan frekuensi melaut. Produktivitas berhubungan dengan ukuran asset kapal yang digunakan, sedangkan fungsi produksi ikan mengikuti kaidah pemanfaatan sumberdaya milik umum, yaitu berhubungan dengan fishing effort (Schaefer, 1954). Dalam penelitian ini, fungsi curahan kerja disusun mengacu pada bentuk umum, namun dengan modifikasi dalam bentuk ekonometrika dan disesuaikan
35 187 dengan karakteristik produksi yang berlaku dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan.. Curahan kerja untuk melaut dalam rumahtangga nelayan Juragan dan Pendega disusun mengacu pada bentuk umum model ekonomi rumahtangga, namun dimodifikasi dan disesuaikan dengan karakteristik kegiatan produksi yang berlaku dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Modifikasi yang dilakukan dari bentuk umum curahan kerja dalam bentuk model ekonometrika pada perilaku ekonomi rumahtangga nelayan adalah sebagai berikut. A. Rumahtangga Juragan 6. Curahan Kerja Dalam Rumahtangga Juragan Curahan kerja dalam rumahtangga Juragan untuk kegiatan agroindustri (CDJA) dan non-perikanan (CDJL) merupakan peubah eksogen. Curahan kerja dalam rumahtangga Juragan (CDJT) merupakan penjumlahan curahan kerja melaut dari dalam rumahtangga Juragan (CDJM), untuk agroindustri dan untuk kegiatan produktif non perikanan, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (4.31). CDJT = CDJM + CDJA + CDJL... (4.31) CDJT = curahan kerja dalam rumahtangga Juragan (hari/tahun) CDJM = curahan kerja melaut dari dalam rumahtangga Juragan (hari/tahun) CDJA = curahan kerja agroindustri dalam rumahtangga Juragan (hari/tahun) CDJL = curahan kerja non-perikanan dalam rumahtangga Juragan (hari/tahun)
36 Curahan Kerja Melaut dari Dalam Rumahtangga Juragan Curahan kerja melaut dari dalam rumahtangga Juragan (CDJM) berhubungan dengan alokasi waktu yang tersedia dalam rumahtangga Juragan untuk berbagai kegiatan produktif seperti pada agroindustri (CDJA) dan nonperikanan (CDJL). Kegiatan produktif melaut ditentukan oleh jumlah frekuensi melaut (FQM) sebagai proksi fishing effort. Dengan demikian, fungsi curahan kerja dalam rumahtangga Juragan melaut dinyatakan dalam persamaan (4.32). CDJM = e 0 + e 1 CDJA + e 2 CDJL + e 3 FQM + e 4 TEL +U 5...(4.32) CDJM = curahan kerja melaut dari dalam rumahtangga Juragan (hari/tahun) CDJA = curahan kerja agroindustri dalam rumahtangga Juragan (hari / tahun) CDJL = curahan kerja non-perikanan dalam rumahtangga Juragan, seperti pertanian, tukang dan lainnya (hari /tahun) FQM = frekuensi melaut (hari-trip/tahun) TEL = Kearifan Lokal Telasan Hipotesis parameter estimasi : e 1, e 3 0; e Curahan Kerja Melaut dari Luar Rumahtangga Juragan Ketika skala usaha meningkat, keberlangsungan usaha penangkapan melaut makin ditentukan oleh curahan kerja luar rumahtangga, baik jumlah maupun mutunya. Oleh karena itu, permintaan curahan kerja melaut dari luar rumahtangga (CLJM) berhubungan dengan besarnya jumlah ABK yang harus
BAB 4. METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini merupakan jenis
153 BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Pendekatan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini merupakan jenis penelitian MIXED METHODS. Menurut Creswell (2007) penelitian dengan menggunakan
Lebih terperinci6. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura adalah :
365 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura adalah : Onj (onjhem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak), SKK (
Lebih terperinciTabel 7 : Daftar Peubah Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang. A. Rumahtangga Nelayan Juragan
219 Tabel 7 : Daftar Peubah Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang No Daftar Peubah A. Rumahtangga Nelayan Juragan Keterangan 1 TEK jenis teknologi kapal dan alat tangkap yang digunakan RT Juragan Payang (hasil
Lebih terperinciBAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari :
394 BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. KESIMPULAN 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : Onj (onjem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak),
Lebih terperinciTabel 5 : Daftar Peubah Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang. A. Rumahtangga Nelayan Juragan
219 Tabel 5 : Daftar Peubah Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang A. Rumahtangga Nelayan Juragan TEK = jenis teknologi kapal dan alat tangkap yang digunakan RT Juragan baku purse siner (hasil analisis data
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Tinjauan Teoritis 3.1.1. Curahan Tenaga Kerja Secara sederhana, tenaga kerja diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha. Usaha tersebut dalam hubungannya dengan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan
III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
Lebih terperinciBAB 7. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
382 BAB 7. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 7.1. Implikasi Hasil Penelitian 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : Onj (onjhem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun),
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal
18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan April 2009 bertempat di PPI Kota Dumai, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai
Lebih terperinciVIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi
VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan
BAB 1 PENDAHULUAN Secara umum, analisis kebijakan menghasilkan pengetahuan mengenai dan dipahami sebagai proses untuk dalam proses kebijakan yang bertujuan untuk menyediakan para pengambil keputusan berupa
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Tempat penelitian berlokasi di Pelabuhan Perikanan Pantai
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi
93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian
35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut
Lebih terperinciIndonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN
Lebih terperinci3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan
13 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di PPN Palabuhanratu. Sebagai kasus dalam penelitian ini adalah kondisi perikanan yang berbasis di pelabuhan ini dengan
Lebih terperinci(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan alasan dan kriteria
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis pendapatan nelayan dan tingkat kesejahteraan ini bertempat di Pantai Santolo (Lampiran 2), Kecamatan Cikelet, Kabupaten
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.
24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman
Lebih terperinciBerikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :
13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi sumberdaya alam laut yang terdapat di Pulau Bali terdapat dua kegiatan yakni budidaya laut dan perikanan tangkap. Kedua potensi ini yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Lokasi penelitian adalah di Pantai Soge yang terletak di Dusun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Menurut Nazir (2008: 63) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah suatu
Lebih terperinciBAB 6. MODEL PEMBERDAYAAN NELAYAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (PNBKL) Model ini merupakan pengembangan dari model ekonomi rumahtangga
357 BAB 6. MODEL PEMBERDAYAAN NELAYAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (PNBKL) Model ini merupakan pengembangan dari model ekonomi rumahtangga Cahayanov, dimana berdasarkan konsep inti teori Chayanov dalam menganalisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada pengungkapan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965) yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu
Lebih terperinci5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang
5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari perlu dilakukan, guna sustainability spesies tertentu, stok yang ada harus lestari walaupun rekrutmen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pabundu Tika, 2005:12). Desain penelitian bertujuan untuk memberi
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
86 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah itu harus didasarkan pada sistem dan metode tertentu karena sistem dan metode tersebutlah yang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori 3.1.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Palabuhanratu, tepatnya di Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi (Lampiran 1). Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur
Lebih terperinciGambar 4 Peta Lokasi Penelitian.
BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Halmahera Utara sebagai salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Maluku Utara, memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang
VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan ikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer
METODE PENELITIAN 108 Kerangka Pemikiran Agar pengelolaan sumber daya udang jerbung bisa dikelola secara berkelanjutan, dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah perhitungan untuk mengetahui: 1.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan
Lebih terperinci3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI
3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga,
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.
31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinci2010; Hussey 2003; Leedy & Ormrod 2005). Penggolongan penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah (coghlan & Brannick 2010; Hussey 2003; Leedy & Ormrod
Lebih terperinciGambar 2 Metode Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penentuan lokasi sebagai objek penelitian dilakukan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........ iv DAFTAR GAMBAR........ vii DAFTAR LAMPIRAN........ viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....... 1.2. Perumusan Masalah.......... 1.3. Tujuan dan Kegunaan..... 1.4. Ruang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
21 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. M. Nazir (1986: 63) mengungkapkan bahwa: Metode deskriptif adalah suatu metode
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah pesisir Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3.1.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan
Lebih terperinciKETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG
KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pendekatan terhadap sumber daya alam yang dikandung dalam sistem budaya tradisional adalah bersifat holistik dan bottom up sejalan dengan nalar yang berwawasan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan
32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.
ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu pilihan yang strategis untuk dikembangkan, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) karena memiliki potensi yang sangat
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
6 0'0"S 6 0'0"S 6 0'0"S 5 55'0"S 5 50'0"S 28 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Maret 2011. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
Lebih terperinciVII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan
VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan, menganalisis masalahmasalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian dan Pendekatan Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data
21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kecamatan Juntinyuat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk
19 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunannya untuk Indonesia adalah sebagai devisa negara, sumber pendapatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian
Lebih terperinci