BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Secara umum, analisis kebijakan menghasilkan pengetahuan mengenai dan dipahami sebagai proses untuk dalam proses kebijakan yang bertujuan untuk menyediakan para pengambil keputusan berupa informasi yang dapat digunakan untuk menguji pertimbangan yang mendasatri setiap pemecahan masalah praktis yang dihadapi masyarakat luas. Kata kebijakan dalam tulisan ini merupakan terjemahan dari kata policy dalam bahasa Inggris Pengertian Kebijakan Menurut Dunn definisi yang lebih dalam tentang analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan penalaran dan fakta untuk memperjelas, menaksir dan menunjukkan pemecahan masalah yang diikuti prosedur tertentu agar dapat menghasilkan pandangan yang rasional mengenai kebijakan. Dunn menganjurkan menggunakan definisi analisis kebijakan yang ditulis oleh Quade sebagai berikut : Bahwa analisis kebijakan adalah setiap jenis analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi pengambil keputusan. Dalam hal ini, kata anaiisis secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan pertimbangan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan yang dirinci menurut komponen-komponennya, tapi juga merencanakan dan mencari sintesis untuk mengasilkan alternatif kebijakan yang baru. Aktifitas ini meliputi sejak tahapan penelitian untuk memberikan wawasan tentang masalah yang kita hadapi atau persoalan yang mendahului atau evaluasi program yang telah selesai. Beberapa analisis bersifat informal, namun dengan pemikiran yang keras dan teliti, sedang lainnya membutuhkan data yang mencukupi sehingga dapat dihitung dengan menggunakan matematika yang terkadang rumit. Dengan dasar uraian diatas, Dunn kebijakan sebagai : menyusun definisi analisis sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatakan pada tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

2 2 Dengan pengertian demikian, maka analisis kebijakan merupakan proses analisis yang menerobos pagar disiplin ilmu tertentu dengan tujuan tidak hanya menghasilkan fakta, tapi juga untuk menghasilkan nilai-nilai dan arah tindakan yang lebih baik. Analisis kebijakan menggunakan berbagai disiplin yang tujuannya bersifat : (1) penandaan (designative), (2) indikator performance, (3) penilaian (evaluative) atas keberhasilan/ kegagalan, dan (4) anjuran (advocative) dalam tindakan. Dengan demikian, sebuah kebijakan dapat dinyatakan sebagai suatu argumen yang masuk akal untuk mempengaruhi perilaku masyarakat terkait dengan kebijakan tertentu mengenai tiga hal, yaitu : (1) Nilai-nilai yang capaiannya menjadi tolok ukur (indicator performance) apakah suatu masalah telah dapat dipecahkan; (2) Fakta-fakta yang keberadaannya mempertinggi pencapaian nilai-nilai, dan (3) Tindakan-tindakan yang pelaksanaanya menghasilkan pencapaian nilainilai dan memecahkan permasalahan yang dihadapi.. Adapun prosedur dalam analisis kebijakan menurut Dunn ada empat cara. (1) Deskrepsi yang memungkinkan kita menghasilkan informasi mengenai sebab dan akibat kebijakan di masa lalu; (2) Peramalan (prediksi) yang memungkinkan kita menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan untuk waktu mendatang; (3) Evaluasi yang memungkinkan kita membuat informasi mengenai nilai dari kebijakan di masa lalu dan di masa mendatang; dan (4) Rekomendasi yang memungkinkan kita menghasilkan informasi mengenai arah tindakan yang akan datang yang diperkirakan akan menimbulkan akibat lebih punya nilai Sementara itu, menurut Dunn, pengetahuan mengenai fakta, nilai dan tindakan membutuhkan lima tipe informasi, yaitu : (1) Permasalahan kebijakan, yaitu : nilai, kebutuhan dan kesempatan yang belum terpuaskan, tapi dapat diidentifikasi dan dicapai melalui tindakan publik ;

3 3 (2) Alternatif kebijakan yang harus dipilih, yaitu : arah tindakan yang secara potensial tersedia dan memberikan sumbangan dalam pencapaian nilai, dan oleh karena iitu memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang dihadapi; (3) Tindakan kebijakan, yaitu : rangkaian langkah sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih dan dilakukan untuk mencapai tujuan; (4) Hasil kebijakan, yaitu : dampak yang terjadi dari rangkaian tindakan yang dilaksanakan, dan (5) Pencapaian kebijakan merupakan tingkatan seberapa jauh hasil kebijakan memberikan sumbangan pada pencapaian nilai yang kita tetapkan. Dengan dasar uraian diatas, dan dengan memasukkan peran metode kuantitatif dalam proses analisis kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan selanjutnya dapat disajikan pada Gambar 1.1. MASALAH KEBIJAKAN METODE KUANTITATIF (2) PERUMUSAN (1) (4) MASALAH PERAMALAN (3) (9) HASIL KEBIJAKAN EVALUASI (10) ALTERNATIF KEBIJAKAN (5) (8) MONITORING KEBIJAKAN HASIL GUNA (11) REKOMENDASI KEBIJAKAN (6) TINDAKAN KEBIJAKAN (7) Gambar 1.1. Proses analisis kebijakan Dengan dasar proses analisis kebijakan yang disajikan pada Gambar 1.1, maka kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan dapat dipandang sebagai tindakan pemerintah, baik langsung maupun tidak langsung yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan warga negara,

4 4 khususunya rumahtangga nelayan dan atau masyarakat pesisir, juga perbaikan kondisi sumberdaya perikanan dan kelautan, dalam hal ini kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir lainnya dan kondisi sumberdaya perikanan dan kelautan pada waktu sekarang dan akan datang. Tindakan pemerintah tersebut dapat berupa kebijkan kenaikan harga BBM, pemberian kredit, ijin penangkapan, pembatasan ukuran alat tangkap ikan, penetapan jalur penangkapan ikan, atau kebijakan pajak Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Indonesia Indonesia memiliki panjang pantai sekitar Km, terdiri dari sekitar 17,51 ribu pulau dengan potensi lahan tambak Ha. Disamping itu, wilayah ini memiliki wilayah laut yang luasnya sekitar 5,8 juta Km 2 dengan dugaan potensi perikanan sebesar 6,10 juta ton per tahun. Pemanfaatan potensi ini diduga telah mencapai 3,91 juta ton, atau % MSY (Nikijuluw, 2002). Berdasarkan komitmen internasional yang dibuat FAO yang dinyatakan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), potensi sumberdaya laut yang boleh dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari tingkat panen maksimum berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield, MSY). Dengan dasar pemanfaatan potensi yang boleh ditangkap (Total Allowable Catch, TAC) sebesar 80 % dari MSY, maka batas produksi maksimum berkelanjutan yang diperkenankan untuk dimanfaatkan adalah sekitar 4,88 juta ton per tahun. Itu berarti sisa penambahan produksi sekitar %. Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan laut tersebut secara optimal, selama empatpuluh tahun pembangunan perikanan Indonesia, tahun , pemerintah telah menempuh kebijakan modernisasi armada perikanan rakyat melalui pengembangan kapal motor dan perbaikan teknologi alat tangkap ikan. Direktorat Jenderal Perikanan (1998) melaporkan bahwa kebijakan pembangunan perikanan rakyat skala kecil selama empatpuluh tahun tersebut telah memacu perkembangan produksi perikanan laut sebesar 4,19 % per tahun.

5 5 Dengan meningkatnya produksi, maka satu sisi pasar ekspor ikan juga berkembang dan penerimaan devisa dari ekspor hasil perikanan juga meningkat. Jika pada tahun 1994 ekspor perikanan Indonesia sebesar 545,37 ribu ton, dengan nilai sebesar $ 1.68 milyar, pada tahun 1997 devisa yang disumbangkan komoditas perikanan mencapai US$ 1.90 milyar dengan volume 651,57 ribu ton atau sekitar 19.00% dari total produksi ikan nasional. Dengan demikian selama tahun telah terjadi peningkatan volume ekspor sebesar 6,14 % per tahun, atau kenaikan nilai ekspor sebesar 4,32 % per tahun. Dengan dasar perkembangan ekspor tersebut, maka pada tahun 2000, Departemen Kelautan dan Perikanan merencanakan sasaran ekspor perikanan hasil tangkapan ikan laut mencapai 1,47 juta ton atau sekitar 30,12 % dari TAC dengan nilai $ 2.64 milyar. Namun sisi lain, modernisasi perikanan rakyat menunjukkan mampu memacu peningkatan produksi dan ekspor hasil perikanan, namun belum terkendali secara optimal. Pemanfaatan sumberdaya perikanan di beberapa wilayah perairan laut Indonesia menunjukkan gejala lebih tangkap (overfishing) (Cholik, 1996). Tim KEPAS (1987) melaporkan adanya gejala lebih tangkap sumberdaya perikanan pelagis di perairan Laut Jawa. Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa perairan teritorial di kawasan barat Indonesia, yaitu Selat Malaka, Laut Jawa, Laut Flores dan Laut Cina Selatan, juga menunjukkan gejala lebih tangkap. Sementara itu, pengalaman di berbagai negara lain, dampak modernisasi armada penangkapan ikan juga menunjukkan pengurasan sumberdaya perikanan secara berlebih, seperti yang dilaporkan oleh O Rourke (1971) di perairan laut California. Hasil evaluasi FAO, dari 16 wilayah perairan laut dunia, sumberdaya perikanan di perairan laut Indonesia dinyatakan telah mencapai puncak pemanfaatannya. Oleh karena itu, produksi perikanan tangkap ke depan tidak dapat ditingkatkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Indonesia perlu melakukan upaya pemanfaatan sumberdaya ikan secara lebih hati-hati, sehingga ikan yang masih ada dapat menjadi modal bagi perbaikan (recovery) ketersediaan ikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan nelayan secara berkelanjutan (Nikijuluw, 2002). Sejalan dengan semakin meningkatnya konsumsi ikan di dunia, pada tahap pembangunan selanjutnya banyak kalangan berharap agar sektor

6 6 perikanan dapat berfungsi sebagai sumber pertumbuhan baru pada perekonomian nasional Indonesia. Hanya saja, usaha-usaha untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan baru bukan persoalan yang mudah. Usaha perikanan sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan skala kecil, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim dan ditujukan untuk konsumsi lokal. Sekitar 80,00% produksi ikan nasional dikonsumsi untuk kebutuhan pasar domestik. Kapalkapal kecil tersebut umumnya beroperasi pada perairan padat tangkap dan sebagian terbesar nelayan masih miskin (Cholik, 1996). Dengan semakin terbatasnya sumberdaya perairan laut yang dapat dimanfaatkan, maka usaha untuk memacu peningkatan produksi perikanan laut perlu digeser pada usaha-usaha untuk meningkatkan mutu hasil tangkapan dan perbaikan kesejahteraan nelayan. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan menghadapi berbagai tantangan, seperti arus globalisasi, yurisdiksi otonomi daerah dan pemberdayaan nelayan miskin. Peningkatan kesejahteraan nelayan disamping dipengaruhi oleh faktor internal seperti pendidikan, pengalaman, penguasaan teknologi dan akumulasi modal (tabungan) nelayan yang rendah, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti potensi sumberdaya, mekanisme pasar dan harga ikan, yurisdiksi daerah otonomi, keadaan infrastruktur pelabuhan perikanan dan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan modernisasi usaha perikanan skala kecil secara nasional. Untuk memahami berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan diperlukan pendekatan yang memperhatikan pola pengambilan keputusan rumahtangga nelayan secara internal disamping pengaruh eksternal. Keterlibatan seorang anggota keluarga nelayan dalam upaya mengurangi kemiskinan ternyata tidak hanya didasarkan pada keputusan pribadi nelayan, melainkan secara bersama-sama oleh anggota keluarganya. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1993), sumber pendapatan nelayan dari kegiatan non-perikanan, seperti buruh tani, karyawan, dan tukang berkisar antara 22.00% %. Kontribusi kerja wanita dalam rumahtangga nelayan adalah dalam kegiatan perdagangan dan pengolahan ikan. (Upton dan Susilowati, 1992; Antunes, 1998).

7 7 Antunes (1998) melaporkan 60% angkatan kerja wanita di wilayah Bendar, Juwana bekerja dalam kegiatan perikanan. Menurut Susilowati (1998) partisipasi kerja isteri/wanita dalam menambah pendapatan nelayan dipengaruhi oleh pekerjaan dan posisi suami, jumlah anggota keluarga dan peranannya dalam proses pengambilan keputusan dalam rumahtangganya. Dengan demikian rumahtangga nelayan disamping sebagai rumahtangga konsumsi, juga melakukan kegiatan produksi untuk berbagai jenis pekerjaan. Kegiatan produksi dan konsumsi bukanlah didasarkan pada keputusan pribadi nelayan (suami), melainkan secara bersama-sama dilakukan oleh anggota rumahtangga yaitu suami, istri dan anaknya. Disamping itu, kegiatan ekonomi rumahtangga nelayan dalam merespon kebijakan pemerintah maupun perubahan non-kebijakan selalu terkait dengan dinamika ekonomi rumahtangga, lingkungan (ekologi) dan dinamika armada penangkapan ikan dalam upaya eksploitasi sumberdaya ikan dan operasi melaut berlangsung secara simultan. Sistem perikanan memiliki interaksi sangat kompleks antara dinamika ketersediaan ikan, armada perikanan dan faktor produksi seperti modal dan tenaga kerja rumahtangga nelayan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan yang tersedia (Hilborn and Walters, 1992). Oleh karena itu, untuk memahami dampak kebijakan terhadap dinamika ekonomi rumahtangga nelayan diperlukan pengkajian ekonomi dengan pendekatan sistem, yaitu melalui konstruksi model ekonomi rumahtangga yang mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya ikan, dinamika armada penangkapan dan lapangan kerja dalam sektor perikanan. Atas dasar analisis dengan pendekatan sistem diharapkan dapat ditelaah struktur dan perilaku ekonomi rumahtangga nelayan dan interaksinya dengan dinamika stok ikan, sehingga dengan mensimulasi input sistem dapat diperoleh output yang diharapkan. Implikasi lebih lanjut adalah dimungkinkannya rekayasa eko-sosio-ekonomi-teknologi terhadap sistem ekonomi rumahtangga nelayan agar berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan di wilayah pedesaan pantai dan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan (sustainable).

8 8 Dalam pembangunan perikanan, tantangan untuk memelihara sumberdaya secara berkelanjutan merupakan permasalahan yang cukup kompleks. Sumberdaya perikanan dikategorikan sebagai sumberdaya yang dapat pulih, namun pertanyaan yang sering muncul adalah kebijakan seberapa besar ikan dapat dipanen tanpa harus menimbulkan dampak negatif untuk masa mendatang. Keberlanjutan adalah merupakan kata kunci dalam pembangunan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat perikanan itu sendiri (Fauzi dan Anna, 2002). Kebijakan pembangunan perikanan pada tahun lebih berorientasi pada peningkatan produksi melalui penambahan jumlah armada penangkapan ikan dan perbaikan teknologi intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan sumberdaya ikan. Mengingat lemahnya pengawasan pemanfaatan sumberdaya perikanan Indonesia, termasuk di Jawa Timur, maka pemanfaatan sumberdaya perikanan berisifat quasi open access (Fauzi dan Anna, 2002), dimana pengendalian ijin armada penangkapan ikan masih mengandung banyak kelemahan. Sekalipun pemerintah telah banyak membuat kebijakan untuk mengembangkan usaha perikanan skala kecil, seperti kebijakan penyediaan kredit modal kerja, investasi sarana pelabuhan/ tempat pendaratan ikan, perbaikan teknologi kapal dan alat tangkap, kebijakan harga BBM dan lainlain, namun pelaksanaannya masih belum efektif. Kebijakan tersebut makin memacu tumbuhnya ekonomi pasar, modernisasi perikanan tangkap, peningkatan produksi dan budaya komersial di pedesaan pantai. Sementara itu, orientasi peningkatan produksi telah menimbulkan berbagai dampak, seperti : (1) tidak seimbangnya pemanfaatan sumberdaya ikan, (2) lebih tangkap, (3) konsentrasi nelayan pada wilayah penangkapan ikan tertentu, (4) harga ikan yang relatif belum stabil, dan (5) kurang berkembangnya agribisnis perikanan (Cholik, 1996). Sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999, kewenangan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara nasional telah bergeser ke daerah, yaitu : (1) kewenangan pemerintah Daerah Kota/Kabupaten pada wilayah laut empat mil, (2) kewenangan Daerah Propinsi pada wilayah laut kurang dari duabelas mil laut (21.60 Km),

9 9 dan (3) kewenangan Pemerintah Pusat pada wilayah lepas pantai melebihi duabelas mil sampai wilayah ZEEI (Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia) 200 mil. Disamping itu, kebijakan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dalam kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan yang padat tangkap sering menghadapi kesulitan dalam implementasi di lapangan. Rumahtangga nelayan, dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sering menganggap bahwa sumberdaya kelautan dan perikanan menyediakan ketersediaan ikan secara tidak terbatas, sehingga pemanfaatan sumberdaya perikanan berlangsung secara eksploitatif. Dengan demikian, pengembangan sektor perikanan dan kelautan agar menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia menghadapi berbagai peluang dan tantangan sebagai berikut : 1. Kebijakan peningkatan produksi ikan belum berhasil melakukan perbaikan kinerja ekonomi rumahtangga nelayan. 2. Rendahnya pengetahuan nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayahnya. 3. Keterbatasan prasarana pelabuhan perikanan melayani penggunaan kapal ikan dengan ukuran yang semakin membesar. 4. Rendahnya kesempatan kerja dan berusaha dalam kegiatan non-melaut di pedesaan pantai untuk menambah sumber pendapatan baru bagi rumahtangga nelayan. 5. Sumberdaya perikanan di wilayah ZEE belum dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan nasional. Dalam menghadapi peluang dan tantangan tersebut, pada waktu mendatang diperlukan kebijakan untuk mengembangkan potensi ekonomi rumahtangga nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Dengan demikian, permasalahan pemanfaaatn sumberdaya perikanan secara berkelanjutan ini tidak hanya mengetahui kinerja ekonomi rumahtangga nelayan, juga merumuskan pilihan kebijakan pemerintah yang diharapkan tidak saja ditujukan untuk peningkatan produksi, namun juga untuk memecahkan permasalahan peningkatan kesejahtaraan nelayan..

10 10 PERMASALAHAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA : Keragaan ekonomi rumahtangga nelayan : 1. Produktifitas mulai menurun Menunjukkan gejala lebih tangkap 2. Kerja melaut eksploitatif 3. Kesejahteraan Juragan meningkat Pemerataan Juragan-ABK buruk Banyak nelayan Pendega miskin 4. Tabungan nelayan rendah Kebijakan peningkatan produksi : 1. Tekanan pertumbuhan penduduk dan peningkatan konsumsi ikan 2. Tekanan eksploitasi sumberdaya meningkat 3. Peningkatan teknologi alat dan ijin armada penangkapan ikan 4.Orientasi pertumbuhan ekonomi Rendahnya tingkat pengetahuan nelayan, keterbatasan kesempatan kerja non-melaut, keterbatasan pelayanan pelabuhan perikanan, pelelangan ikan belum berfungsi dan pemanfaatan wilayah ZEE oleh nelayan nasional /tradisional belum dilakukan secara optimal. Lemahnya kebijakan dan pengendalian yang mengkaitkan ketersediaan ikan, perilaku rumahtangga nelayan dan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan Diperlukan model integrasi antara ketersediaan ikan, perilaku rumahtangga nelayan dan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan ( bio-sosio-eko-tek) PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN Peningkatan keragaan ekonomi rumahtangga nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan Tekanan internal : penduduk, lapangan kerja dan keterbatasan sumberdaya perikanan Tekanan eksternal : komitmen pemerintah, pertumbuhan, ekspor, pemerataan dan komitmen internasional Kebijakan Pemerintah dan Non-Kebijakan Gambar 1. Permasalahan Penelitian (1) dari dalam negeri sejalan dengan komitmen pemerintah untuk memenuhi SASARAN : Kesejahteraan nelayan meningkat, pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dan menjadikan Rumahtangga Perikanan sebagai pusat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan pantai Gambar 1.2 Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

11 11 Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pemanfaaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan ini dirumuskan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar Gambar 1.2. menjelaskan tentang permasalahan dan kondisi ekonomi rumahtangga nelayan di masa datang yang diramalkan akan mendapat tekanan internal maupun eksternal. Tekanan internal muncul sejalan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang berakibat meningkatnya pengangguran dan bertambah buruknya tingkat kesejahteraan nelayan. Sementara itu, tekanan eksploitasi sumberdaya perikanan akan semakin meningkat. Tekanan internal tersebut membawa konsekuensi pentingnya kemauan bersama antara pemerintah dan masyarakat nelayan menetapkan arah pembangunan perikanan untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Adapun tekanan dan peluang eksternal bersumber dari dua hal, yaitu : (1) sasaran peningkatan ekspor dan devisa negara dari komoditi perikanan, dan (2) dari luar negeri sejalan dengan komitmen Indonesia untuk memenuhi kewajiban internasional dengan cara mengijinkan kapal asing memanfaatkan sumberdaya perikanan di wilayah Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang belum dimanfaatan secara optimal oleh nelayan nasional. Untuk memecahkan permasalahan kebijakan tersebut diperlukan model yang mampu menunjukkan keterkaitan sitemik antara kondisi ketersediaan ikan, perilaku ekonomi rumahtangga nelayan dan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Atas dasar model tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan pilihan kebijakan perikanan dalam kerangka pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Melalui kebijakan pemerintah, selanjutnya ekonomi rumahtangga nelayan diharapkan dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan pantai. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka secara umum kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan bertujuan untuk mempengaruhi perilaku (respon) ekonomi rumahtangga nelayan terhadap ketersediaan sumberdaya perikanan dan berbagai perubahan kebijakan pemerintah dan non-kebijakan dalam rangka modernisasi perikanan.

12 12 Respon ekonomi rumahtangga nelayan tersebut seyogianya dapat dipakai sebagai dasar penetapan pilihan kebijakan pengembangan bisnis dan industri perikanan yang dapat mengembangkan sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di pedesaan pantai. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka pembuat kebijakan memerlukan berbagai langkah berkaitan dengan pilihan dan dampak kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan.

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan Indonesia diestimasi sekitar 6,4 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 telah mencapai 4,408 juta ton, dan tahun 2006 tercatat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut dan sumberdaya alam yang dikandungnya dipahami secara luas sebagai suatu sistem yang memberikan nilai guna bagi kehidupan manusia. Sebagai sumber kehidupan, potensi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari :

BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : 394 BAB 8. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. KESIMPULAN 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : Onj (onjem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak),

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 2 ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prospek pasar perikanan dunia sangat menjanjikan, hal ini terlihat dari kecenderungan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun.

1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia telah menjadi krisis multidimensional yang dampaknya masih dirasakan dalam setiap aspek kehidupan bangsa. Untuk itu agenda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

BAB 7. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

BAB 7. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 382 BAB 7. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 7.1. Implikasi Hasil Penelitian 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura terdiri dari : Onj (onjhem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Halmahera Utara sebagai salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Maluku Utara, memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang bersifat terbarukan (renewable). Disamping itu sifat open access atau common property yang artinya pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura adalah :

6. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura adalah : 365 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN 1. Kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan di Selat Madura adalah : Onj (onjhem), PL (Petik laut), Ny (nyabis), AND (andun), PNG ( pangambak), SKK (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ± 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km dan luas laut sekitar 3.273.810 Km². Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR Oleh : ASTRI WIDHIANINGTYAS L2D 004 301 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine merupakan salah satu metoda pernanfaatan ikan-ikan pelagis yang ada di suatu perairan. Alat tangkap purse seine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di dunia. Wilayah kepulauan Indonesia sangat luas, luas daratannya adalah 1,92 Juta Km 2, dan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut memiliki sifat spesifik, yakni akses terbuka (open access). Sumberdaya perikanan juga bersifat kepemilikan bersama (common property). Semua individu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut Arafura merupakan salah satu bagian dari perairan laut Indonesia yang terletak di wilayah timur Indonesia yang merupakan bagian dari paparan sahul yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan (17.508 pulau) dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Brasil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan ikan yang meningkat memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh di kawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah pesisir Indonesia. Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan dua per tiga wilayahnya berupa perairan dan mempunyai potensi sumber daya ikan sekitar 6,4 juta ton/tahun. Dengan besarnya potensi tersebut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lemuru merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting. Berdasarkan data statistik perikanan Indonesia tercatat bahwa volume tangkapan produksi ikan lemuru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sejak jaman prasejarah. Sumberdaya perikanan terutama yang ada di laut merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini menyebabkan terumbu karang memilki spesies yang amat beragam. Terumbu karang menempati areal

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS III. KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dalam Pembangunan Wilayah Kesalahan mengadopsi konsep pembangunan dari luar yang dilaksanakan di masa Orde Baru terbukti telah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sumberdaya ekonomi yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Makna strategis itu tercermin dari kondisi objektif kira-kira dua

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........ iv DAFTAR GAMBAR........ vii DAFTAR LAMPIRAN........ viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....... 1.2. Perumusan Masalah.......... 1.3. Tujuan dan Kegunaan..... 1.4. Ruang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang belum banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Maspari Journal 03 (2011) 24-29 http://masparijournal.blogspot.com Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Onolawe Prima Sibagariang, Fauziyah dan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km 2 yang memiliki keanekaragaman sumberdaya kelautan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km 2 yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km yang

Lebih terperinci

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR 1 PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Adnan Sharif, Silfia Syakila, Widya Dharma Lubayasari Departemen Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Selain itu,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendang Biru merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi prioritas dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa Tmur. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami

Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan dan dikhawatirkan akan terjadi penurunan potensi secara berlanjut manakala kebijakan secara nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah daratan 1,9 juta km 2 dan wilayah laut 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai 81.290 km, Indonesia memiliki potensi sumber

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR Oleh : HENNI SEPTA L2D 001 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci