ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TENTANG"

Transkripsi

1 ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 903/ 942 /VII/Bapp dan NOMOR : 180/ 31 /DPRD/2014 TANGGAL 17 JULI 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

2 RANCANGAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 903/ 942 /VII/Bapp dan NOMOR 180/ 31 /DPRD/2014 Tanggal 17 Juli 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : A. TERAS NARANG, SH. Jabatan : Gubernur Kalimantan Tengah Alamat Kantor : Jl. RTA. Milono No. 1 Palangka Raya bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. 2. a. Nama : R. ATU NARANG, SE Jabatan : Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Alamat Kantor : Jl. S. Parman No. 2 Palangka Raya b. Nama : Ir. H. ABDUL RAZAK Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Alamat Kantor : Jl. S. Parman No. 2 Palangka Raya - 1 -

3 c. Nama : HENDRY S.DALIM, SH, MH Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Alamat Kantor : Jl. S. Parman No. 2 Palangka Raya d. Nama : Ir. H. ARIEF BUDIATMO Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Alamat Kantor : Jl. S. Parman No. 2 Palangka Raya sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 20 15, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Kesepakatan ini. Nota - 2 -

4 Demikian Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran Palangka Raya, 17 Juli 2014 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH selaku, PIHAK PERTAMA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH selaku, PIHAK KEDUA A. TERAS NARANG, SH. R. ATU NARANG, SE Ketua Pejabat Paraf Sekda Asisten Ir. H. ABDUL RAZAK Wakil Ketua Ka. Bappeda Ka. Dispenda Karo Keuangan Karo Hukum HENDRY S. DALIM, SH, MH Wakil Ketua Ir. H. ARIEF BUDIATMO Wakil Ketua - 3 -

5 LAMPIRAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 903/ 942 /VII/Bapp dan NOMOR : 180/ 31 /DPRD/2014 Tanggal 17 Juli 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

6 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA)

7 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)... I Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)... I Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)... I - 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun II Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun II - 9 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN ANGGARAN Asumsi Dasar yang digunakan dalampenyusunan Rancangan APBN Tahun III Asumsi Dasar yang digunakan dalam penyusunan RAPBD Tahun Anggaran III Laju Inflasi... III Pertumbuhan PDRB (tanpa Migas)... III Lain-lain Asumsi... III - 2 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Kebijakan Pendapatan Daerah... IV Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran IV Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran IV Upaya-Upaya Pemerintah Daerah dalam mencapai target... IV 8 i

8 4.2 Kebijakan Belanja Daerah... IV Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah Tahun Anggaran IV Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga... IV Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang dihadapi, Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah... IV Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan SKPD... IV Kebijakan Pembiayaan Daerah... IV Kebijakan Penerimaan Pembiayaan... IV Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan... IV 31 BAB V PENUTUP... V - 1 ii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah... II - 11 Tabel 3.1 Asumsi Dasar yang digunakan dalam RAPBN Tahun III - 1 Tabel 4.1 Prakiraan Target Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran IV - 8 iii

10 DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah Tahun II - 1 Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah dan Nasional Tahun II 3 iv

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 83 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kepala Daerah menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Kebijakan Umum APBD adalah dokumen yang memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya untuk periode 1 (sa tu) tahun sebagai acuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Rancangan KUA dan rancangan PPAS dibahas antara Kepala Daerah dan DPRD dalam pembicaraan pendahuluan pembahasan RAPBD untuk disepakati menjadi KUA dan PPAS. KUA dan PPAS yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Selanjutnya, berdasarkan nota kesepakatan tersebut, Kepala Daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA -SKPD) sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD, yang selanjutnya akan menjadi bahan untuk menyusun Rancangan APBD Tahun Anggaran I - 1

12 KUA dan PPAS APBD Provinsi Kalimantan Tengah TA disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provi nsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 dan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah dalam penyusunan Rancangan APBD adalah sebagaimana gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Sinkronisasi Penyusunan Rancangan APBD (UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004) RPJPD Diacu RPJPN 5 tahun 1 tahun Renstra SKPD pedoman Renja SKPD 20 tahun pedoman pedoman 20 tahun pedoman Diperhatikan pedoman diacu 1 tahun dijabarkan RPJMD RKPD 5 tahun 5 tahun 1 tahun Diserasikan dg 1 tahun Musrenbang RPJMN dijabarkan RKP diacu 5 tahun 1 tahun Renstra K/ L pedoman Renja K/ L KUA PPAS NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH Disampaikan Pertengahan Juni dan Dibahas bersama DPRD paling lambat akhir Juli RKA-SKPD PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD TAPD Disusun paling lambat Agustus - September RAPERDA APBD disusun, dibahas dan disetujui bersama paling lambat Oktober - Nopember I - 2

13 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tujuan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah sebagai berikut: 1. Untuk menyusun dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan daerah, yang memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, serta strategi pencapaiannya untuk periode 1 (satu) tahun. 2. Sebagai pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran Mensinkronkan agenda dan program prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan kebutuhan riil masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah, sehingga pendanaan desentralisasi sinergis dengan pendanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Provinsi Kalimantan Tengah. 4. Merupakan media konsultasi publik bagi segenap stakeholders daerah untuk merumuskan kebijakan umum pembangunan daerah, serta rekomendasi kebijakan guna mendukung implementasi program/kegiatan tahun anggaran berikutnya, khususnya yang akan dibiayai melalui APBD. 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran Undang Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah dan Perubahan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik I - 3

14 Indonesia Nomor 1284) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1622); 2. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lemba ran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Neg ara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan I - 4

15 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Indonesia Nomor 4700); Tambahan Lembaran Negara Republik 11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); I - 5

16 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Ne gara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 21. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan, Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/M PPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan I - 6

17 Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN) ; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015; 25. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 15), sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 46); 26. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34); I - 7

18 27. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40). 28. Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 18 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014 Nomor 18). I - 8

19 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 Dalam lima tahun terakhir, kondisi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah cukup menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah mencapai 5,57 persen dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 6,50%, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,77 persen. selanjutnya pada tahun 2012 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 6,69 persen. Pada tahun 2013, perekonomian Kalimantan Tengah tumbuh sebesar 7,37 persen, dan sampai dengan triwulan I tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah mencapai 5,55 persen. Untuk lebih jelasnya, kondisi perekonomian Kalimantan Tengah dalam kurun waktu enam tahun terakhir disajikan pada grafik 2.1. dibawah ini. Grafik 2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Sumber : BPS Prov. Kalimantan Tengah, 2014 II - 1

20 Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Tengah Triwulan I 2014 oleh Bank Indonesia Palangka Raya, perekonomian Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 tumbuh sebesar 5,55% (yoy) melambat dibandingkan tahun 2013 (7,37%). Pada sisi permintaan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh masih rendahnya konsumsi pemerintah. Sementara di sisi penawaran, kinerja pertumbuhan pada sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor pertambangan menjadi penyebab melambatnya laju perekonomian Kalimantan Tengah. Perekonomian Kalimantan Tengah (Kalteng) pada triwulan II-2014 diproyeksi meningkat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 6,42 6,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2013 yang tumbuh 8,61%. Melambatnya laju perekonomian Kalteng pada triwulan I-2014 terutama dipicu oleh kinerja pertumbuhan komponen ekspor. Hal tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan batu bara dari Tiongkok dan India serta pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah sesuai UU Minerba No.4 tahun Sementara dari sisi penawaran, salah satu dampak pemberlakukan UU tersebut tercermin pada nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah dari sisi permintaan pada triwulan I-2014, ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga (RT), pemerintah dan investasi (PMTB). Sementara, ekspor cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditambah lagi, masih tingginya pertumbuhan impor menjadi pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah. Faktor diberlakukannya penerapan UU Minerba menjadi pemicu utama melambatnya ekspor pada triwulan I Namun demikian, masih optimisnya masyarakat terkait kondisi ekonomi tercermin dari kinerja konsumsi RT yang relatif stabil, serta tingginya komitmen pemerintah daerah dalam mempercepat penyerapan belanja turut mempengaruhi kinerja konsumsi pemerintah dan PMTB. II - 2

21 Pada Regional Kalimantan, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada Triwulan I-2014 adalah yang tertinggi untuk pertumbuhan Q to Q. Secara berurutan pertumbuhan ekonomi Q to Q masing-masing adalah Kalimantan Tengah (1,59 persen); Kalimantan Timur (0,72 persen); Kalimantan Barat (-4,65 persen) dan Kalimantan Selatan ( -7,49 persen), sedangkan pertumbuhan ekonomi Y on Y secara berurutan Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur masing-masing sebesar 5,87; 5,55; 4,69 dan 2,44 persen. Sementara itu, dibandingkan nasional, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, seperti terlihat pada grafik 3.2 Grafik 3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah dan Nasional Tahun Sumber: BPS Prov. Kalteng, 2014; Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional BI, 2014 Berdasarkan Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2014 terhadap triwulan IV-2013 (Q to Q) mengalami pertumbuhan sebesar 1,59 persen. Komponen yang arah pertumbuhannya positif yaitu komponen konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,33 persen. Sektor paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor pertanian ( 13,03%) dan terendah pada sektor Pertambangan dan Penggalian (-13,12%). Sumber II - 3

22 pertumbuhan tertinggi adalah Sektor Pertanian yaitu sebesar 3,37 persen. PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2014 dibanding triwulan yang sama tahun 2013 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar 5,55 persen, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor Jasa-jasa sebesar 9,50 persen. Sumber utama pertumbuhan berasal dari sektor Pertanian, Jasa-jasa, dan Perdagangan Hotel dan Restoran, masing-masing sebesar 1,50; 1,24; dan 1,18 persen. Dari sisi penggunaan, PDRB triwulan I-2014 digunakan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi fisik (47,25 persen), konsumsi rumah tangga sebesar (43,82 persen), konsumsi pemerintah ( 17,94 persen) serta ekspor neto -13,53 persen (ekspor 45,51 persen dan impor 59,04 persen). Komponenkomponen PDRB penggunaan pada triwulan I-2014 dibandingkan dengan triwulan IV-2013 (Q to Q) mengalami pertumbuhan positif. Komponen yang arah pertumbuhannya positif hanya komponen konsumsi Rumah Tangga, sebesar 1,33 persen. Tingkat inflasi tahun 2014 sesuai dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun diproyeksikan sebesar 3,0 persen. Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Tengah Triwulan triwulan I 2014 oleh Bank Indonesia Palangka Raya, inflasi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 mencapai 5,24 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,79 persen). Jika ditinjau dari inflasi kumulatifnya, inflasi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-2014 mencapai 1,06 persen. Berdasarkan data Berita Resmi Statistik bulan Juni 2014 oleh BPS Provinsi Kalimantan Tengah, laju inflasi pada bulan Januari-Mei 2014 adalah 2,25 persen untuk Kota Palangka Raya, sedangkan untuk Kota Sampit sebesar 2,06 persen. Jadi laju inflasi Kalimantan Tengah yang merupakan gabungan dari Kota Palangka Raya dan Sampit pada bulan Januari-Mei 2014 adalah sebesar 2,18 dan laju inflasi year on year (Mei 2014 terhadap Mei 2013) adalah sebesar 6,51 persen. Untuk mencapai target RPJMD tingkat inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah yang pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 3,0 persen, maka diperlukan upaya-upaya nyata untuk pengawalan program-program pembangunan agar pengendalian inflasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. II - 4

23 Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah pada Februari 2014 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja. Namun disisi lain tingkat pengangguran cenderung meningkat dari kondisi Februari Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 sebanyak orang bertambah sebanyak orang dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah sebanyak orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2013). Penduduk yang bekerja pada Februari 2014 sebesar orang bertambah sebanyak orang dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah sebanyak orang dibanding keadaan Februari Sementara jumlah penganggur pada Februari 2014 mencapai orang mengalami penurunan sebanyak orang jika dibanding keadaan Agustus Namun jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2013 mengalami peningkatan sebanyak orang. Kemudian selama setahun terakhir juga terjadi peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,08 persen. Dalam periode setahun terakhir (Februari Februari 2014) penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap berkurang sebanyak orang dan penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan naik sebanyak orang. Peningkatan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah sebanyak orang dan persentase pekerja formal naik dari 37,47 persen pada Februari 2013 menjadi 40,88 persen pada Februari Sementara itu jumlah pekerja informal berkurang sebanyak orang atau turun dari 62,53 persen pada Februari 2013 menjadi 59,12 persen pada Februari Sementara itu, tingkat pengangguran yang merupakan perbandingan antara penduduk dalam kategori mencari pekerjaan dengan angkatan kerja di Kalimantan Tengah. Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang cenderung meningkat dimana TPT Februari 2013 sebesar 1,78 persen menjadi 2,71 persen pada Februari Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Diploma menempati posisi teratas yaitu sebesar 9,05 persen disusul oleh TPT pendidikan Universitas sebesar 5,49 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2013, secara keseluruhan TPT II - 5

24 mengalami peningkatan pada semua tingkat pendidikan kecuali pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke Bawah. Masalah kemiskinan merupakan tantangan utama yang harus dihadapi dalam pembangunan ekonomi daerah. Sesuai RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun , angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014 diproyeksikan sebesar 2,5 persen dengan asumsi pertumbuhan PDRB tahun 2014 sebesar 7,3 persen. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Tengah, angka kemiskinan Kalimantan Tengah pada tahun 2013 adalah 6,23 %. Pada tahun 2014 angka kemiskinan diproyeksikan 2,5 persen. Proyeksi angka kemiskinan pada tahun 2014 tersebut cukup berat, mengingat angka kemiskinan pada tahun 2013 masih berkisar 6,23%. Sehubungan dengan penurunan angka kemiskinan ini diperlukan upaya-upaya dan kerja lebih keras lagi, serta semua pihak terkait harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap penurunan angka kemiskinan ini. Melalui pengawalan program-program pembangunan yang sistematis dan pelaksanaan program-program unggulan Provinsi Kalimantan Tengah dengan seluruh komponennya dalam rangka penurunan angka kemiskinan, seperti PM2L, Kalteng Harati, Kalteng Barigas, Gerakan Bersama Memanfaatkan Lahan Terlantar (Geber MLT), Kalteng Besuh, Kalteng Tarang, serta program pemerintah yakni PNPM Mandiri, diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan menjadi 2,5% pada tahun Berdasarkan kondisi tersebut, pada Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2015, angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 2,0 persen. Untuk itu diperlukan upaya-upaya nyata melalui program-program pembangunan untuk menurunkan angka kemiskinan. Pada sektor perbankan, Perkembangan aset perbankan searah aktivitas penyaluran kredit karena perannya yang cukup dominan dalam menentukan besar kecilnya skala operasional suatu bank. Di periode ini, pertumbuhan aset perbankan di Kalimantan Tengah melambat disebabkan pertumbuhan kredit juga berada pada arah yang sama. Total aset perbankan sebesar Rp.23,76 triliun atau tumbuh 11,20% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy) laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triw ulan IV-2013 II - 6

25 yang tumbuh 11,36%. Berdasarkan lokasi operasionalnya, sebaran aset terbesar masih berada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang mencapai Rp.8,12 triliun atau 35,11% dari total aset perbankan Kalimantan Tengah. Pangsa aset perbankan di Kotim tersebut relatif menurun dalam 1 tahun terakhir disebabkan adanya peningkatan peran yang lebih tinggi di daerah lain seperti Kota Palangka Raya, Kabupaten Barito Selatan, Murung Raya serta Kapuas. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas penyaluran kredit di ke-4 daerah tersebut dalam setahun terakhir ini lebih ekspansif dibandingkan di Kotim. Selanjutnya di Kota Palangka Raya terdapat aset perbankan sebesar 33,08% atau mencapai Rp. 7,65 triliun, diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat ( 9,51%), Barito Utara ( 5,61%), Kapuas (4,91%), serta Barito Selatan (3,20%). Sedangkan sisanya tersebar di berbagai kabupaten lainnya di Kalimantan Tengah. Adapun kenaikan share aset terbesar dalam setahun terakhir terjadi di kota Palangka Raya diikuti oleh kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya. Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) perbankan Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 juga mengalami perlambatan dan berada di bawah level rata-rata historisnya dalam 5 tahun yakni sebesar 18,47%. Posisi DPK yang dihimpun perbankan di periode laporan sebanyak Rp. 16,58 triliun, tumbuh 6,96% (yoy). Sementara itu di periode sebelumnya masih mencatat tingkat pertumbuhan sebesar 12,16%. Adapun komposisi DPK relatif tidak mengalami perubahan dimana yang terbesar masih terdapat pada jenis tabungan (47,30% ), diikuti jenis giro (30,96 %), dan deposito (21,74% ). Pencairan simpanan giro masih terjadi dalam rangka pembiayaan kegiatankegiatan investasi sehingga akan berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian secara umum. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan giro yang melambat dimana pada periode ini tumbuh 4,83% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,92%). penyaluran kredit dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp. 4,24 triliun, atau sekitar 25,53% dari total kredit perbankan. Share kredit UMKM di periode ini relatif II - 7

26 meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,53%. Kategori kredit yang memiliki skala plafon di bawah Rp. 5 miliar tersebut mencatat pertumbuhan yang meningkat dari 21,26% menjadi 21,77% (yoy). Berbeda dengan komposisi kredit secara umum, kredit UMKM lebih didominasi oleh jenis modal kerja yang mencapai 75,16% dari kredit yang tersalurkan. Hal ini sejalan dengan sifat usahanya yang lebih membutuhkan pembiayaan operasional dalam menjalankan aktivitas rutin perusahaan. Sementara sisanya adalah untuk keperluan investasi dengan tingkat serapan sebesar 24,84%. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit UMKM sebagian besar ditempatkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya aktivitas perdagangan ritel yang mencapai 64,55% dari total kredit UMKM. Pangsa terbesar selanjutnya adalah sektor pertanian yakni 14,37% dari total kredit, diikuti sektor konstruksi sebesar 7,40%. Adapun perkembangan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kalimantan Tengah sampai dengan periode laporan telah mencapai plafon Rp. 2,09 triliun, dengan posisi outstanding sebesar Rp. 892,47 miliar dan jumlah nasabah sebanyak orang. Dengan demikian, rata-rata kredit yang disalurkan per debitur di Kalimantan Tengah senilai Rp. 22,03 juta, angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan Nasional dengan rata-rata Rp. 13,85 juta per debitur. Dari sisi kelembagaan, perluasan kelembagaan perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur peningkatan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Meskipun demikian keterjangkauan perbankan ke daerah-daerah yang belum terlayani oleh jasa keuangan masih perlu ditingkatkan. Peran intemediasi perbankan harus terus didorong, selain untuk mengedukasi masyarakat juga sebagai upaya meminimalisir praktik-praktik yang menyerupai bank namun pada akhirnya memberikan dampak kerugian bagi masyarakat. Sampai dengan triwulan I-2014 jumlah bank di Kalimantan Tengah adalah 19 bank yang terdiri dari 12 (dua belas) bank umum konvensional, 4 (empat) bank umum syariah dan 5 (lima) Bank Perkreditan Rakyat. Pada triwulan laporan terdapat penambahan jumlah bank, yaitu dengan diresmikannya salah satu BPRS di Kota Palangka Raya. Perkembangan dari sisi ekspor, kinerja ekspor luar negeri Kalimantan II - 8

27 Tengah pada triwulan I 2014 menunjukkan penurunan, khususnya pada ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Selain itu, permintaan batu bara untuk ekspor ke India juga mengalami penurunan karena pelemahan mata uang Rupee dan persiapan pemilu di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral Kalimantan seperti bauksit, bijih besi dan zircon dibatasi. Berdasarkan hasil liaison, UU Minerba berdampak pada terhentinya operasional hampir seluruh tambang mineral yang berlokasi di Kalimantan Tengah. Kinerja volume ekspor komoditas pertanian yang terdiri dari komoditas karet dan CPO yang merupakan bagian dari komoditas ekspor strategis masing-masing mengalami peningkatan sebesar 35,46% dan 35,58% (yoy) di periode laporan. Meningkatnya ekspor komoditas CPO, selain didorong oleh membaiknya permintaan dari Tiongkok dan India, serta permintaan dari Pakistan yang merupakan pasar alternatif baru sebagai dampak adanya preferential trade agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan yang dilaksanakan pada September 2014 lalu. Sejalan dengan itu, ekspor karet di triwulan I juga meningkat, terkonfirmasi dari kontak liaison yang menginformasikan bahwa dengan membaiknya perekonomian termasuk diantaranya Tiongkok dan Amerika yang memiliki porsi permintaan komoditas karet mencapai 75%, memacu kinerja ekspor di triwulan I Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2015 Asesmen terhadap perekonomian Kalimantan Tengah (Kalim antan Tengah) memasuki triwulan II-2014 memperkirakan tingkat pertumbuhan yang masih cukup tinggi, diperkirakan akan lebih tinggi dibanding triwulan I Pertumbuhan ekonomi didorong oleh permintaan domestik dan eksternal yang semakin membaik. Kondisi ini direspon dengan peningkatan kinerja sektor pertanian dan industri yang menopang lebih dari 35% struktur II - 9

28 perekonomian Kalimantan Tengah. Ekspansi pertumbuhan juga berpotensi terjadi pada sektor bangunan, keuangan, dan infrastruktur. Dampak penguatan ekonomi diharapkan semakin bermanfaat bagi masyarakat sejalan dengan penurunan tekanan inflasi di periode mendatang. Laju inflasi tahunan diproyeksi lebih tinggi dari periode triwulan II-2014 namun masih dipengaruhi oleh faktor kendala supply akibat intensitas curah hujan yang meningkat dan gelombang laut tinggi di sekitar perairan pulau Jawa juga akan cenderung mendasari naiknya harga-harga di pasar. Perekonomian Kalimantan Tengah (Kalimantan Tengah) pada triwulan II-2014 diproyeksi tumbuh 6,42 6,92% (yoy) didorong oleh kondisi permintaan domestik dan eksternal yang cenderung menguat. Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan terutama dipengaruhi oleh tingkat pengeluaran rumah tangga dan pemerintah di triwulan II, serta investasi yang juga masih akan meningkat. Kecenderungan konsumsi masyarakat diperkuat dengan indeks Indeks Tendensi Konsumen (ITK), dimana pada triwulan II diperkirakan sebesar 109,68 lebih tinggi dari triwulan IV-2014 yang dilaporkan sebesar 109,05. Meningkatnya konsumsi secara umum juga didorong oleh realisasi anggaran belanja pemerintah di triwulan II yang akan semakin dipercepat baik itu di level provinsi maupun kabupaten/kota. Sementara asesmen sektor ekonomi dominan menunjukkan bahwa perekonomian pada triwulan II-2014 di sektor perkebunan akan meningkat, diperkirakan produksi kelapa sawit akibat curah hujan yang cukup tinggi serta produksi sub sektor tabama yang mulai meningkat. Ditambah lagi dengan kondisi pemulihan ekonomi global yang diperkirakan membaik sehingga mendorong kinerja perekonomian Kalimantan Tengah secara total di akhir triwulan II Sektor perkebunan sebagai motor penggerak utama ekonomi Kalimantan Tengah diproyeksi membaik dan menjadi penyeimbang melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang. Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada triwulan II diperkirakan meningkat sebagai dampak musim penghujan yang terjadi pada semester lalu. Kenaikan produksi TBS berimbas langsung pada naiknya produksi CPO Kalimantan Tengah. Berdasarkan data perkembangan indikator ekonomi makro daerah tahun 2013 dan triwulan I-2014 tersebut di atas, serta mengacu pada proyeksi indikator II - 10

29 daerah tahun 2015 dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun , maka pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diproyeksikan sebesar 7,5 persen, meningkat dibandingkan proyeksi tahun 2014 sebesar 7,3 persen. Laju inflasi pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 2,5 persen, turun dibandingkan proyeksi tahun 2014 sebesar 3,0 persen. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2015 diperkirakan akan turun menjadi 2,0 persen. Demikian pula dengan angka kemiskinan, diharapkan pada tahun 2015 dapat turun menjadi 2,0 persen melalui berbagai program kegiatan pembangunan. Secara garis besar, realisasi perkembangan indikator makro ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah tahun dan proyeksi tahun disajikan pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah Tahun dan Proyeksi Tahun No. Realisasi Proyeksi Indikator Makro Tahun Tahun Ekonomi Tahun 2012 Tahun Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 6,69% 7,37% 7,3% 7,5% 2. Tingkat Inflasi 5,85% 6,79% 3,0% 2,5% 3. Angka kemiskinan 6,19% 6,23% 2,5% 2,0% 4. Tingkat Pengangguran 3,17% 3,00% 2,5% 2,0% Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah, tahun 2014; RPJMD Prov. Kalteng Tahun II - 11

30 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1 Asumsi dasar yang digunakan dalam RAPBN Tahun 2015 Asumsi sementara yang digunakan dalam penyusunan Rancangan APBN tahun 2015 adalah seperti dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Asumsi yang digunakan dalam penyusunan Rancangan APBN Tahun 2015 Indikator Ekonomi Asumsi Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,5-6,3*) Inflasi (%) 3,0-5,0 Kurs (US $/Rp) Suku Bunga BI (%) 5,5 6,0 Harga Minyak Mentah (US$/Barrel/hari) Lifting Minyak (ribu Barel/Hari) Lifting gas (ribu Barel /Hari) Sumber : RKP Tahun 2015 Keterangan: *) proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2015 dengan telah memperhitungkan kondisi ekonomi global terkini 3.2 Asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2015 Asumsi dasar sementara yang digunakan dalam penyusunan Rancangan APBD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 2015 meliputi: Laju Inflasi Harga minyak dunia yang belum stabil akan mempengaruhi laju inflasi nasional, yang tentunya juga bisa berpengaruh terhadap laju inflasi di Kalimantan Tengah pada tahun Namun demikian dengan kebijakan III - 1

31 pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur terutama jalan darat dan angkutan sungai diharapkan dapat memberikan dampak positif pada peningkatan kelancaran distribusi barang dan jasa sehingga akan dapat menekan laju inflasi. Demikian pula upaya pengendalian barang-barang kebutuhan pokok masyarakat diharapkan akan dapat menekan tingkat inflasi. Laju inflasi pada tahun tahun 2015, ditargetkan dapat ditekan berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi daerah, yakni sebesar 2,5 persen (RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun ) Pertumbuhan PDRB (tanpa migas) Dengan harapan bahwa pada tahun 2014 target pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7,3 persen, maka pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah diasumsikan dapat mencapai 7,5 persen. (RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun ) Lain-lain Asumsi Dengan mengacu pada Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, kebijakan Belanja Pegawai antara lain: Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan ketentuan peraturan per-uu-an, serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai tahun Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. III - 2

32 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Pendapatan Daerah merupakan unsur terpenting dalam rangka urusan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Tengah selalu diarahkan pada peningkatan kemampuan Keuangan Daerah yang dapat mendorong peranan investasi masyarakat dalam pembangunan daerah dengan menghilangkan berbagai kendala yang menghambat dan mengurangi biaya tinggi. Pada sisi lain, kenaikan belanja cenderung lebih besar dari pada pertumbuhan pendapatan. Oleh sebab itu harus ditempuh sejumlah langkah-langkah strategis dalam upaya optimalisasi pendapatan daerah sehingga dapat membiayai pelaksanaan program/kegiatan pemerintahan daerah secara optimal Kebijakan Pendapatan Daerah Berdasarkan pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur Pendapatan Daerah dikelompokkan atas : a. Pendapatan Asli Daerah. b. Dana Perimbangan. c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. IV - 1

33 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan mengurangi jumlah penduduk miskin dengan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dan penyediaan infrastruktur. Sesuai dengan Arah Kebijakan tersebut, serta memperhatikan kondisi perekonomian yang mewarnai pelaksanaan anggaran tahun 2015, kebijakan umum di bidang pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan keuangan Daerah yang dapat mendorong peranan investasi masyarakat dalam pembangunan dengan menghilangkan kendala yang menghambat disamping peningkatan investasi dan daya yang dilakukan dengan mengurangi biaya tinggi. Rencana penetapan penerimaan anggaran pendapatan daerah tahun 2015 sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya masih akan didominasi oleh penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Meski demikian, peletakan dasar-dasar penetapan arah kebijakan pendapataan daerah tetap konsisten dan difokuskan pada upaya untuk semakin memperkuat struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mandiri, stabil dan berkemampuan sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Sedangkan pembiayaan pembangunan pada tahun 2015, baik yang bersumber dari dana APBN murni, PHLN maupun APBD Provinsi perkembangannya diperkirakan relatif tetap, namun diharapkan investasi pemerintah ini akan menjadi stimulan bagi perkembangan investasi swasta. Untuk memperkuat posisi dan kontribusi PAD dalam APBD, kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun 2015 IV - 2

34 dalam rangka memperkuat struktur penerimaan daerah diarahkan kepada penguatan otonomi daerah, termasuk peningkatan kapasitas fiskal daerah melalui peningkatan kegiatan ekonomi dan pembangunan daerah, serta pendayagunaan sumber-sumber keuangan daerah secara optimal untuk meningkatkan penerimaan daerah, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 Pendapatan Daerah pada Tahun Anggaran 2015 ditargetkan sebesar Rp ,00 atau mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 (7,89%) dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Kenaikan target pendapatan terjadi pada kelompok jenis dan objek pendapatan daerah sebagai berikut : a. Pendapatan Asli Daerah Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada TA secara keseluruhan ditargetkan sebesar Rp ,50 naik sebesar Rp ,50 atau 8,60% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut: 1) Pajak Daerah Penerimaan dari Pajak Daerah ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 8,87% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Penerimaan pajak daerah terdiri dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN -KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan Pajak Air Permukaan (PAP) Rokok. serta Pajak IV - 3

35 2) Retribusi Daerah Retribusi Daerah pada TA ditargetkan sebesar Rp ,50 naik sebesar Rp ,50 atau 8,30% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 dengan perincian sebagai berikut : a) Retribusi Jasa Umum sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 10,64% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 b) Retribusi Jasa Usaha sebesar Rp ,50 naik sebesar Rp ,50 atau 7,83% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 c) Retribusi Perizinan Tertentu ditargetkan sebesar Rp ,00, tidak mengalami kenaikan dari APBD Tahun Anggaran ) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan meliputi Bagian Laba Atas Pernyataan Modal pada BUMD ditargetkan sebesar Rp ,00 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau 9,99% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ini terdiri dari penerimaan PD. Banama Tingang Makmur sebesar Rp ,00, penerimaan dari PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah sebesar Rp ,00 dan penerimaan dari PT. Palangka Nusantara sebesar Rp ,00 IV - 4

36 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah pada Tahun Anggaran 2015 ditargetkan sebesar Rp ,00, naik sebesar Rp ,00 atau 4,92% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan; Jasa Giro; Pendapatan Bunga; Tuntutan Ganti Rugi (TGR); Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan; Pendapatan dari Pengembalian; Penerimaan dari Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan; Pendapatan BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus. b. Dana Perimbangan Dana Perimbangan pada RAPBD Tahun Anggaran 2015 ditargetkan sebesar Rp ,-, mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau 9,42% dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : 1) Bagi Hasil Pajak, ditargetkan sebesar Rp ,00 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau 18,50% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 terdiri dari : a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau (17,65%) dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,000,00 b) Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 & Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh 21, ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 20,00% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 IV - 5

37 c) Bagi Hasil dari Cukai Hasil Tembakau, ditargetkan sebesar Rp.0,00 dibandingkan dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. 2) Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 2,69% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 terdiri dari : a) Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 13,64% dari target dari APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 b) Bagi Hasil dari Iuran Tetap ( Land-Rent) ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 30,00% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 c) Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royal ti), ditargetkan sebesar Rp ,00 tidak mengalami kenaikan atau tetap seperti target APBD Tahun Anggaran ) Dana Alokasi Umum (DAU), ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 10,00% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. 4) Dana Alokasi Khusus (DAK), ditargetkan sebesar Rp ,00 turun sebesar Rp ,00 atau (3,12%) dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 IV - 6

38 c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ditargetkan sebesar Rp ,50,00 turun sebesar Rp ,50 atau 3,12% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah terdiri dari: 1) Penerimaan Pendapatan Hibah, ditargetkan sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau 0,64% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 2) Dana penyesuaian dan otonomi khusus Dana penyesuaian dan otonomi khusus pada TA ditargetkan sebesar Rp ,00, turun sebesar Rp ,00 dibandingkan target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Untuk TA. 2015, dana penyesuaian dan otonomi khusus bersumber dari penerimaan dari BOS Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp ,00, atau sama dengan target APBD TA Pada APBD TA. 2014, ditargetkan dana penyesuaian (dana penguatan infrastruktur dan sarana daerah) sebesar Rp ,00, dimana pada TA dana penyesuaian ini tidak dianggarkan lagi. 3) Penerimaan dari Bantuan Keuangan dari Kabupaten/Kota, ditargetkan sebesar Rp ,00, tidak mengalami kenaikan atau tetap seperti target APBD Tahun Anggaran ) Penerimaan dari Pendapatan Lainnya, ditargetkan sebesar Rp ,50 turun sebesar Rp ,50 atau turun 100% dari target APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 Perkiraan Target Anggaran Pendapatan Daerah dalam RAPBD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 adalah sebagaimana tabel 4.1 berikut ini: IV - 7

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 903/ 909 /VII/Bapp dan NOMOR: 180/ 29 /DPRD/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2014 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 U R A I A N TARGET JUMLAH PERUBAHAN 2015 S/D BULAN INI % ( Rp ) ( Rp ) 1 2 3 4 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014 No. 63/11/72/Th. XVII, 05 November PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/ Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2015 BAPPEDA KOTA SEMARANG 2015 Foto cover diambil dari www.semarangkota.go.id dan dipergunakan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah

Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah Syukriy Abdullah Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertggjawaban Pemeriksaan RPJMD RKPD KUA PPAS Rancangan DPA- Verifikasi

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70 tahun yang lalu. Pada tahun 1945 1960, ada dibentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 178/238/DPRD/2016 NOMOR : 910/205/Bappeda/2016 TANGGAL : 28 Juli 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013 PE PEMERINTAH KOTA BEKASI KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 DAFTAR ISI I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci