KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2016

2 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : KOTA SEMARANG 910 / 356 / / 1001 / 2016/ 523 TANGGAL : 28 November 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 Yang bertandatangan di bawah ini : 1. N a m a : HENDRAR PRIHADI, SE, MM Jabatan : Walikota Semarang Alamat Kantor : Jl. Pemuda 148 Semarang bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Semarang 2. a. N a m a : H. SUPRIYADI, S.Sos Jabatan : Ketua DPRD Kota Semarang Alamat Kantor : Jl. Pemuda 146 Semarang b. N a m a : JOKO SANTOSO, SE Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Alamat Kantor : Jl. Pemuda 146 Semarang c. N a m a : WIWIN SUBIYONO, SH Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Alamat Kantor : Jl. Pemuda 146 Semarang d. N a m a : AGUNG BUDI MARGONO, ST, MT Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Alamat Kantor : Jl. Pemuda 146 Semarang sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang. ii

3 Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2017, kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Anggaran Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2017 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini. Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat sebagai dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran WALIKOTA SEMARANG Selaku, PIHAK PERTAMA Semarang, 28 November 2016 PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG Selaku, PIHAK KEDUA HENDRAR PRIHADI, SE, MM H. SUPRIYADI, S.Sos KETUA JOKO SANTOSO, SE WAKIL KETUA WIWIN SUBIYONO, SH WAKIL KETUA AGUNG BUDI MARGONO, ST, MT WAKIL KETUA iii

4 LAMPIRAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR : 910 / / / / 2016/ TANGGAL : 28 NOVEMBER 20165TUS 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 iv

5 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Tujuan... I Dasar Hukum... I-2 BAB II. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH... II Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah... II Pertumbuhan Ekonomi... II Produk Domestik Regional Bruto... II Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita... II Inflasi... II Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun II-7 BAB III. BAB IV. ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN III Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD... III Laju Pertumbuhan Ekonomi... III Inflasi... III Lain-Lain Asumsi... III-2 KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH... IV Pendapatan Daerah... IV Kebijakan Pendapatan Daerah... IV Target Pendapatan Daerah... IV Pendapatan Asli Daerah... IV Pajak Daerah... IV Retribusi Daerah... IV Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan... IV Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah... IV Dana Perimbangan... IV Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak... IV Dana Alokasi Umum... IV Dana Alokasi Khusus... IV Lain-Lain Pendapatan Yang Sah... IV Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target... IV-9 v

6 4.2. Belanja Daerah... IV Kebijakan Umum Belanja Daerah... IV Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga... IV Kebijakan Pembangunan Daerah dan Prioritas Pembangunan Daerah Yang Disusun Secara Terintegrasi Dengan Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional Yang Akan Dilaksanakan di Daerah... IV Kebijakan Belanja Langsung... IV Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintah Daerah... IV Kebijakan Belanja Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)... IV Pembiayaan Daerah... IV Kebijakan Penerimaan Pembiayaan... IV Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan... IV-16 BAB V. PENUTUP... V-1 vi

7 DAFTAR TABEL Tabel II.1. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Semarang Tahun II-1 Tabel II.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun II-4 Tabel II.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun II-5 Tabel III.1. Perkiraan Indikator Ekonomi Kota Semarang Tahun 2017 Tabel IV.1. Target Pendapatan Daerah di Tahun Tabel IV.2. Target Pendapatan Dari Pajak Daerah di Tahun Tabel IV.3. Target Pendapatan Dari Retribusi Daerah di Tahun 2017 Tabel IV.4. Target Pendapatan Dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan di Tahun Tabel IV.5. Target Pendapatan Dari Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah di Tahun Tabel IV.6. Target Pendapatan Dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak di Tahun Tabel IV.7. Target Pendapatan Dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun Tabel IV.8. Rencana Belanja Daerah Tahun Tabel IV.9. Daftar Calon Penerima Hibah dan Bansos Tahun Anggaran III-1 IV-4 IV-5 IV-6 IV-6 IV-7 IV-8 IV-9 IV-11 IV-12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang, Provinsi dan Nasional Tahun II-2 Gambar 2.2. Laju Inflasi Kota Semarang Tahun II-6 vii

8 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat dari penyelenggaraan pemerintahan adalah melaksanakan pembangunan yang bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses serta kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah. Untuk mencapai hal tersebut, maka daerah menyusun suatu perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, politis, serta atas-bawah dan bawah-atas yang dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan. Dalam konteks pembangunan daerah, dokumen perencanaan pembangunan terdiri dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka panjang (20 tahun), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka menengah (5 tahun); dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk perencanaan jangka pendek (1 tahun). Selanjutnya dengan berpedoman kepada dokumen perencanaan RKPD, Kepala Daerah menyusun Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk mengimplementasikan perencanaan ke dalam proses penganggaran. KUA memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Sedangkan PPAS adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (pasal 152 dan pasal 265) disebutkan bahwa selanjutnya KUA dan PPAS dibahas bersama antara Kepala Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mendapatkan persetujuan bersama. KUA dan PPAS selanjutnya menjadi pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah. Dokumen KUA Tahun 2017 Kota Semarang disusun dengan berpedoman pada RPJMD Kota Semarang tahun serta menyesuaikan dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang Tujuan Tujuan penyusunan KUA Tahun 2017 adalah: 1. Mensinkronkan agenda dan program prioritas pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 serta agenda dan program prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah yang Halaman I-1

9 tertuang dalam Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 dengan pokok-pokok dan prioritas kebijakan Pemerintah Kota Semarang; 2. Mewujudkan arahan kebijakan bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pada tahun 2017 yang memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah serta strategi pencapaiannya. 3. Sebagai acuan dalam penyusunan dokumen Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun 2017 yang memuat prioritas dan plafon anggaran untuk tiap Perangkat Daerah Dasar Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam dokumen Kebijakan Umum APBD Tahun 2017 ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Halaman I-2

10 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); Halaman I-3

11 18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 21. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 22. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 517); 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 450), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 541); 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 518); Halaman I-4

12 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 874); 28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 9); 29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 65); 30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Di Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 4); 31. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa tengah Nomor 38 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 38); 32. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2013 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 83); 33. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13); 34. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); Halaman I-5

13 35. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 49); 36. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 49); 37. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 50); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 52); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 53); 40. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 54) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahn 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 89); 41. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 55); 42. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Mineral Bukan Logam dan Batuan (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 56); 43. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 57); 44. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 58); 45. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 60); Halaman I-6

14 46. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61); 47. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 69); 48. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 70); 49. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 71) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 90); 50. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 6); 51. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 14); 52. Peraturan Walikota Kota Semarang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 53. Peraturan Walikota Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Pengusulan dan Persetujuan Kegiatan Tahun Jamak (Berita Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 14); 54. Peraturan Walikota Semarang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun 2017 sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Walikota Semarang Nomor 46 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Semarang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun 2017 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 46). Halaman I-7

15 BAB II. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Gambaran kondisi ekonomi makro menjadi salah satu aspek yang diperhatikan dalam penyusunan dokumen KUA Tahun 2017 ini. Kondisi ekonomi makro di Kota Semarang tidak akan terlepas dari kondisi yang terjadi di tingkat nasional maupun provinsi. Asumsi ekonomi makro yang dipergunakan pada dokumen KUA Kota Semarang Tahun 2017 ini disusun dengan memperhatikan kondisi ekonomi di tingkat nasional dan provinsi, terutama yang terjadi di tahun 2015 serta perkiraan capaian di akhir tahun Kondisi ekonomi makro juga diasumsikan dengan memperhatikan capaian di 2015 serta perkiraan capaian di 2016 yang ada di dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 dan Perubahan RKPD 2017 Provinsi Jawa Tengah Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Perkembangan indikator ekonomi makro di Kota Semarang di tahun 2015 secara umum masih belum cukup baik, sebagai imbas dari kondisi perekonomian nasional dan global yang masih belum sepenuhnya membaik. Meskipun demikian, secara umum kondisi indikator ekonomi makro di Kota Semarang masih berada pada posisi yang lebih baik dari kondisi di Provinsi dan Nasional. Perkembangan indikator ekonomi makro Kota Semarang hingga tahun 2016 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel II-1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Semarang Tahun No Indikator Satuan *) 2015 **) 1 Laju % 6,25 6,38 5,79 Pertumbuhan Ekonomi 2 PDRB a. Atas dasar Rupiah , , ,62 harga berlaku (juta) b. Atas dasar Rupiah , , ,19 harga konstan (juta) 3 PDRB Atas Dasar Rupiah , , ,94 Harga Berlaku Per Kapita 4 Inflasi % 8,19 8,53 2,56 Sumber : BPS, 2015 (data diolah Bappeda) *) angka sementara **) angka sangat sementara Halaman II-1

16 Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Semarang di tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan menjadi sekitar 5,79%. Angka ini sedikit lebih rendah dari LPE di tahun 2014 yang tercatat sebesar 6,38%. Meskipun mengalami penurunan, kondisi LPE Kota Semarang di tahun 2015 masih lebih baik daripada LPE Nasional (4,79%) dan sedikit lebih rendah dibanding LPE Jawa Tengah (5,4%). Secara umum, meskipun kondisi di tahun 2015 sedikit melambat dibanding 2014, namun mulai terlihat optimisme dan perbaikan kondisi perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi di triwulan III tahun 2015 yang membaik setelah sebelumnya mengalami tren yang menurun sejak tahun Tren positif ini didorong antara lain oleh peningkatan konsumsi dan investasi pemerintah, dan konsumsi Rumah Tangga yang masih cukup kuat yang tercermin dari daya beli yang membaik. Di sisi lain, perekonomian Indonesia masih menghadapi permasalahan struktural berupa pola konsumsi masyarakat kelas menengah yang cenderung masih banyak menggunakan barang impor; daya saing yang relatif rendah; serta permasalahan infrastruktur dan konektivitas yang sedang dalam proses perbaikan. Krisis perekonomian global yang masih belum sepenuhnya pulih (terutama di negara-negara mitra dagang utama Indonesia) berpengaruh terhadap penurunan nilai ekspor akibat lemahnya permintaan negara tujuan utama ekspor. Di Kota Semarang, pertumbuhan ekonomi year on year tahun 2015 mengalami sedikit penurunan daripada tahun 2014, yaitu dari 6,38% (2014) menjadi 5,30% (2015). Gambar 2-1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang, Provinsi dan Nasional Tahun ,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 6,58 6,17 6,03 5,97 5,30 5,34 6,25 5,56 5,14 6,38 5,02 5,30 5,79 5,40 4,79 4, LPE Kota Semarang LPE Jawa Tengah LPE Nasional Sumber : BPS, 2015 (data diolah Bappeda) Halaman II-2

17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indikator ekonomi makro lainnya yang digunakan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian suatu daerah adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besaran PDRB dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai kinerja perekonomian suatu wilayah pada suatu periode tertentu, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada satu periode di suatu daerah tertentu. Dari tahun 2014, BPS menggunakan metode dan lapangan usaha baru dalam penghitungan PDRB. Penyesuaian ini dilakukan sesuai dengan System of National Accounts 2008 (SNA2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) yang merupakan rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Jika sebelumnya terdapat 9 jenis lapangan usaha, di penghitungan PDRB yang baru digunakan 17 jenis lapangan usaha. Selain itu, hal baru pada penghitungan PDRB dari tahun 2014 adalah penggunaan tahun dasar penghitungan harga konstan dari sebelumnya tahun 2000 menjadi tahun Nilai PDRB Kota Semarang di tahun 2015 mengalami kenaikan meskipun pertumbuhannya lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK 2010) di tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp ,19 juta, meningkat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp ,51 juta. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2015 juga mengalami kenaikan dibandingkan tahun Jika di tahun 2014 nilai PDRB ADHB adalah sebesar Rp ,46 juta, di tahun 2015 nilainya diperkirakan meningkat menjadi sebesar Rp ,62 juta. Pertumbuhan PDRB terutama masih dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang tetap tinggi serta belanja pemerintah. Jika dilihat dari kontribusi sektor lapangan usaha pembentuk PDRB ADHK, perekonomian Kota Semarang di tahun 2015 masih didominasi oleh sektor-sektor basis yang menjadi andalan setiap tahunnya, yaitu sektor industri dan pengolahan (26,34%) serta sektor konstruksi (26,08%). Untuk gambaran kondisi PDRB selengkapnya dapat terlihat pada tabel-tabel berikut ini: Halaman II-3

18 No Lapangan Usaha Tabel II-2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Harga Konstan 2010 (Milyar Rupiah) 2013 (%) 2014 *) (%) 2015**) (%) 1. Pertanian 958,83 0,99 990,32 0, ,93 0,95 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri dan Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 179,40 0,18 181,45 0,18 183,86 0, ,85 26, ,82 26, ,50 26,34 123,48 0,13 128,49 0,12 124,26 0,11 5. Pengadaan Air 99,28 0,10 102,77 0,10 104,84 0,10 6. Konstruksi ,37 26, ,87 26, ,91 26,08 7. Perdagangan besar & eceran, reparasi & perawatan mobil & sepeda motor 8. Transportasi & Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi & Makan Minum ,11 15, ,78 15, ,74 15, ,91 3, ,62 3, ,80 3, ,91 3, ,19 3, ,72 3, Informasi & Komunikasi 8.413,22 8, ,90 9, ,28 9, Jasa Keuangan 3.978,33 4, ,96 4, ,34 4, Real Estate 2.843,51 2, ,69 2, ,25 3, Jasa Perusahaan 552,63 0,57 599,07 0,58 658,03 0, Adm Pemerint, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3.202,26 3, ,38 3, ,77 3, Jasa Pendidikan 2.126,23 2, ,22 2, ,83 2, Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 641,18 0,66 712,98 0,69 765,70 0, Jasa Lainnya 1.096,27 1, ,92 1, ,00 1,13 Jumlah ,37 100, ,13 100, ,55 100,00 Sumber : BPS, 2015 (data diolah Bappeda) *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Halaman II-4

19 No Lapangan Usaha Tabel II-3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Harga Berlaku (Milyar Rupiah) 2013 (%) 2014 (%) 2015*) (%) 1. Pertanian 1.128,73 1, ,81 1, ,22 1,01 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri dan Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 197,91 0,18 230,22 0,19 270,12 0, ,27 27, ,04 27, ,39 27,55 115,50 0,11 121,38 0,10 122,31 0,09 5. Pengadaan Air 102,13 0,09 108,27 0,09 113,66 0,08 6. Konstruksi ,45 26, ,45 26, ,62 27,03 7. Perdagangan besar & eceran, reparasi & perawatan mobil & sepeda motor 8. Transportasi & Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi Makan Minum & 10. Informasi & Komunikasi ,54 14, ,79 14, ,60 14, ,97 3, ,57 3, ,76 3, ,25 3, ,71 3, ,77 3, ,18 7, ,08 7, ,19 7, Jasa Keuangan 4.838,52 4, ,39 4, ,78 4, Real Estate 2.930,11 2, ,58 2, ,26 2, Jasa Perusahaan 640,01 0,59 715,26 0,59 828,57 0, Adm Pemerint, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3.781,96 3, ,43 3, ,66 3, Jasa Pendidikan 2.912,20 2, ,83 2, ,69 2, Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 778,68 0,72 904,46 0, ,38 0, Jasa Lainnya 1.177,74 1, ,38 1, ,64 1,09 Jumlah ,15 100, ,65 100, ,63 100,00 Sumber : BPS, 2015 (data diolah Bappeda) *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Kondisi makro ekonomi Kota Semarang juga dapat tercermin dari nilai PDRB per kapita yang merupakan hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kota Semarang pada tahun 2015 diperkirakan menjadi sebesar Rp ,90 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan nilai di tahun 2014 yang hanya sebesar Rp ,82 juta atau meningkat sekitar 8,33%. Halaman II-5

20 Inflasi Laju inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Nilai inflasi Kota Semarang di tahun 2015 tercatat sebesar 2,56%, menurun drastis dibandingkan dengan inflasi di tahun 2014 yang sebesar 8,53%. Angka inflasi ini lebih rendah daripada inflasi Provinsi Jawa Tengah (2,73%) dan nasional (3,35%). Penurunan ini disebabkan antara lain oleh kebijakan pemerintah pusat yang terkait dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyesuaikan dengan fluktuasi harga minyak dunia. Selain itu penurunan inflasi juga disebabkan oleh terjaganya pasokan komoditas strategis. Selama lima tahun terakhir kondisi inflasi di Kota Semarang disebabkan oleh faktor administered price seperti fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik. Jika dilihat kondisi per tahun, inflasi cenderung meningkat akibat faktor ekspektasi menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan (Lebaran, Natal dan Tahun Baru), sedangkan selama tahun 2015, kenaikan inflasi tertinggi di Kota Semarang terjadi di bulan Desember. Komoditi utama penyumbang inflasi di tahun 2015 antara lain cabai merah, bahan bakar rumah tangga, beras, tukang bukan mandor, telur ayam ras, daging ayam ras dan tarif listrik. Gambar 2-2 Laju Inflasi Kota Semarang Tahun ,73 2,56 3,35 8,35 8,22 8,53 8,38 7,98 8,19 4,3 4,24 4,85 2,68 2,87 3,79 Sumber : BPS, 2015 Halaman II-6

21 2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2016 Bank Indonesia menganalisis bahwa di tahun 2016 pemulihan ekonomi global diperkirakan masih akan berlangsung lambat dan tidak merata. Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang tercermin dari indikator konsumsi yang belum solid dan investasi yang diperkirakan masih mengalami kontraksi. Ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Kondisi ketenagakerjaan Eropa yang membaik telah mendorong kenaikan pendapatan dan menopang perbaikan konsumsi. Nilai tukar yang mulai menunjukkan kestabilan diharapkan juga ikut menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sudah mulai dirasakan sejak triwulan III Dari sisi ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2016 cenderung tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Konsumsi, yang merupakan penopang utama pertumbuhan, terindikasi membaik meskipun masih terbatas. Penyesuaian belanja pemerintah di semester II 2016 diperkirakan juga akan menahan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kondisi perekonomian nasional dan global di tahun 2016 tersebut akan berpengaruh juga terhadap perekonomian Kota Semarang. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2016 ditargetkan berada pada nilai 5,85% dengan engine of growth dari investasi dan konsumsi. Perbaikan regulasi dan peningkatan infrastruktur diharapkan dapat menjadi faktor penarik investasi di Kota Semarang selain upah tenaga kerja yang cenderung kompetitif bila dibandingkan dengan ibukota provinsi lain di Pulau Jawa. Perbaikan kinerja perekonomian yang disertai dengan inflasi yang stabil diharapkan akan mendorong kenaikan konsumsi masyarakat Kota Semarang di tahun Dari sisi PDRB, di tahun 2016 PDRB ADHB ditargetkan akan dapat mencapai Rp ,94 Milyar. Sedangkan PDRB ADHK ditargetkan akan mencapai nilai sebesar Rp ,59 Milyar. Di tahun 2016, inflasi Kota Semarang diperkirakan akan dapat lebih tinggi dibandingkan tahun Faktor-faktor penahan inflasi diperkirakan berasal dari dukungan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan porsi belanja infrastruktur, tren penurunan minyak dunia yang masih akan terjadi, serta tren penurunan harga emas dunia. Sedangkan faktor yang masih akan menjadi pendorong inflasi antara lain berasal dari permasalahan distribusi perdagangan, serta fluktuasi nilai tukar rupiah. Di tahun 2016, inflasi di Kota Semarang ditargetkan akan berada pada kisaran 3,5 + 1%, selaras dengan target inflasi di Provinsi (4,5 ± 1%) dan Nasional (4,7%). Halaman II-7

22 BAB III. ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBD Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan RAPBD TA 2017 didasarkan kepada kondisi ekonomi makro Kota Semarang tahun 2015 dan perkiraan capaian indikator ekonomi di akhir tahun 2016 serta prediksi kondisi ekonomi makro Jawa Tengah dan Nasional. Secara umum kondisi perekonomian Kota Semarang di tahun 2016 akan tetap searah dengan kondisi di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Perekonomian di Kota Semarang tidak akan dapat dilepaskan dari situasi perekonomian di tingkat provinsi maupun nasional. Untuk tahun 2017, perkiraan capaian indikator ekonomi makro dapat terlihat pada tabel berikut ini: Tabel III-1 Perkiraan Indikator Ekonomi Kota Semarang Tahun 2017 No Indikator Satuan Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,90 2 PDRB a. Atas Dasar Harga Berlaku Rupiah (Juta) ,27 b. Atas Dasar Harga Konstan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Rupiah (Juta) ,77 Rupiah (Ribu) ,03 4 Inflasi % 3,3 ± 1 Sumber: Bappeda, 2016 (data diolah) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kondisi perekonomian Kota Semarang pada tahun 2017 diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,9%, searah dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah (5,4 5,8%) dan target pertumbuhan ekonomi nasional (5,1%). Penyelesaian proyek-proyek infrastruktur strategis di wilayah Kota Semarang dan Jawa Tengah diharapkan akan mempu menjadi penggerak ekonomi. Peningkatan belanja pemerintah dan tingkat konsumsi masyarakat diharapkan juga akan menjadi penggerak ekonomi di tahun Dari sektor pembentuk PDRB, sektor Konstruksi, Industri dan Pengolahan, serta Perdagangan besar & eceran, reparasi & perawatan mobil & sepeda motor diharapkan tetap akan menjadi penggerak ekonomi utama Kota Semarang di tahun Halaman III-1

23 Inflasi Laju inflasi Kota Semarang pada tahun 2017 diperkirakan masih akan berada pada nilai 3,3 ± 1 % dengan asumsi tidak ada kebijakan dasar yang berdampak ke kenaikan harga komoditi serta harapan semakin baiknya kondisi distribusi barang dan jasa pada tahun rencana. Nilai tersebut sejalan dengan target & prediksi inflasi di tingkat Provinsi (4,5 ± 1) dan nasional (4%) Lain-Lain Asumsi Asumsi-asumsi lain yang menjadi perhatian dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2017 antara lain : 1. Kebijakan anggaran di tahun 2017 akan menyesuaikan dengan ketentuan terbaru dari Pemerintah Pusat, terutama yang terkait dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta aturan-aturan pelaksanaannya. 2. Penggunaan dana yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi mengacu kepada prioritas pembangunan Kota Semarang, kecuali untuk yang telah ditetapkan penggunaannya yang terkait fungsi dekonsentrasi dan tugas pembantuan dengan mengacu kepada pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan. 3. Program dan kegiatan disusun dengan memerhatikan keterpaduan dan sinkronisasi dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4. Program dan kegiatan disusun dengan berpedoman pada Visi dan Misi Walikota dan Wakil Walikota serta RPJMD Tahun Halaman III-2

24 BAB IV. KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan pendapatan daerah tiap tahun diupayakan untuk dapat terus meningkat namun dengan penetapan target penerimaan yang terukur secara rasional serta mempertimbangkan ketersediaan sumber daya untuk mencapai peningkatan kebutuhan untuk pembangunan daerah yang hasil akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Semarang. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak terlepas dari Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan serta Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Dokumen KUA ini disusun dengan berpedoman pada Perubahan RKPD tahun Selain itu, dokumen KUA ini juga berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun dimana tahun 2017 merupakan tahun pertama dalam tahapan RPJMD. Secara umum, kebijakan pendapatan daerah diarahkan untuk terus mendorong peningkatan pendapatan dengan pokok-pokok kebijakan sebagai berikut: 1. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. 2. Penganggaran pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilaksanakan dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut: Intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak dan retribusi yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan potensi yang ada; Penganggaran pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dilaksanakan dengan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan serta memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. Untuk BUMD yang menjalankan fungsi pemupukan laba (profit oriented) diupayakan untuk terus menghasilkan keuntungan atau deviden bagi Pemerintah Kota Semarang Halaman IV-1

25 melalui peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan bisnis BUMD. Untuk BUMD yang menjalankan fungsi kemanfaatan umum (public service oriented) diarahkan untuk meningkatkan kualitas maupun cakupan layanan dalam rangka kesejahteraan masyarakat. Penganggaran Lain-Lain PAD Yang Sah dilaksanakan dengan memperhatikan realisasi kinerja capaian pendapatan tahun sebelumnya dan ketentuan yang mengatur tentang substansi rincian obyek pendapatan terkait. Rencana pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) disusun sesuai dengan Rencana Bisnis Anggaran. 3. Penataan performance budgeting melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian kinerja secara efisien, efektif dan berkesinambungan; 4. Penganggaran pendapatan yang berasal dari pos Dana Perimbangan disusun dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut: Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, maka penganggaran DAU tersebut didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2017 yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian Keuangan. Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi oleh Kementerian Keuangan belum ada maka penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran Pada saat penyusunan KUA ini, alokasi anggaran DAU telah mendasarkan pada hal tersebut. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai Peraturan Presiden tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DAK TA Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA atau Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belum ditetapkan, maka penganggaran DAK didasarkan pada alokasi DAK tahun 2017 yang diinformasikan secara resmi oleh Kementrian Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2017 disetujui bersama antara Pemerintah dan DPR- RI. Pada saat penyusunan KUA ini, alokasi anggaran DAK telah mendasarkan pada hal tersebut. Penganggaran pendapatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dianggarkan sesuai Peraturan Presiden tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBHCHT TA dan Peraturan Gubernur mengenai Alokasi Sementara DBH-Pajak Tahun Anggaran Apabila peraturan tersebut belum ditetapkan, penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada realisasi pendapatan tiga tahun terakhir, yaitu Tahun Anggaran 2015, Halaman IV-2

26 Tahun Anggaran 2014 dan Tahun Anggaran 2013, atau berdasarkan informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai daftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran Karena Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan Gubernur yang mengatur alokasi pagu definitif DBHCHT belum keluar pada saat disusunnya KUA ini, maka alokasi DBHCHT ditetapkan dengan memperhatikan alokasi DBHCHT di tahun anggaran 2013, tahun anggaran 2014 dan tahun anggaran Penganggaran pos Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pendapatan pada pos Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi yang berasal dari Pajak Rokok pada KUA ini disusun dengan mempertimbangkan realisasi alokasi di tahun 2016 karena belum ada informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai alokasi ke daerah untuk Tahun Anggaran Jika informasi resmi tentang pagu alokasi Pajak Rokok telah ditetapkan, maka pagu alokasi tersebut dapat langsung ditampung dan/atau disesuaikan pada saat proses pembahasan RAPBD dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi yang berasal dari bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor, Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta Bagi Hasil Pajak dari Pajak Air Permukaan disusun dengan mempertimbangkan realisasi alokasi di tahun Jika informasi resmi tentang pagu alokasi bagi hasil pajak provinsi tersebut telah diterima, maka dapat langsung ditampung dan/atau disesuaikan pada saat proses pembahasan RAPBD dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Pendapatan yang berasal dari Dana Insentif Daerah pada KUA ini belum diperhitungkan karena belum ada informasi resmi dari Kementerian Keuangan terkait alokasi Dana Insentif Daerah di tahun Jika informasi resmi dari Kementerian Keuangan terkait alokasi Dana Insentif Daerah telah ditetapkan dan berbeda dengan pagu yang telah dianggarkan, maka selisih pagu alokasi tersebut dapat langsung ditampung dan/atau disesuaikan pada saat proses pembahasan RAPBD dengan mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis tanpa perlu melakukan perubahan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS. Pendapatan daerah yang bersumber dari Bantuan Keuangan Provinsi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus pada KUA ini belum diperhitungkan sebagai pendapatan karena pada saat penyusunan dokumen KUA ini, alokasi bantuan Keuangan yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Tengah belum ditetapkan. Setelah pagu alokasi Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah ditetapkan pada APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Halaman IV-3

27 2017, maka pagu alokasi tersebut beserta kewajiban-kewajiban pendampingan yang dipersyaratkan dapat langsung ditampung dan/atau disesuaikan pada saat proses pembahasan RAPBD dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tanpa perlu melakukan perubahan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Target Pendapatan Daerah Dengan berdasarkan kepada asumsi ekonomi makro serta memperhatikan kebijakan pendapatan di tahun 2017, maka total Pendapatan Daerah ditargetkan sebesar Rp , yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ; Dana Perimbangan sebesar Rp ; dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp , dengan perincian sebagai berikut : Tabel IV-1 Target Pendapatan Daerah di Tahun 2017 URAIAN JUMLAH (Rp) PENDAPATAN ASLI DAERAH a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan d. Lain-Lain PAD Yang Sah DANA PERIMBANGAN a. Dana Bagi Hasil Pajak b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak c. Dana Alokasi Umum d. Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Hibah - Dana Darurat - Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan Pembangunan Daerah : - Dana Percepatan Pemb Infrastruktur Pendidikan - dan Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah - Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD - - Tunjangan Profesi Guru PNSD pada Daerah - - Dana Bantuan Operasional Sekolah - Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah - Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah JUMLAH Sumber: DPKAD, 2016 Halaman IV-4

28 Pendapatan Asli Daerah Dengan mengacu pada kebijakan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; dan Lain-Lain PAD Yang Sah. Pada tahun 2017, PAD ditargetkan sebesar Rp , meningkat sebesar Rp atau sekitar 22,79% jika dibandingkan dengan Perda APBD induk TA 2016 yang sebesar Rp , Pajak Daerah Untuk tahun 2017, PAD yang berasal dari Pajak Daerah terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Air Tanah, serta Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan. Pajak Daerah di tahun 2017 direncanakan sebesar Rp ,- meningkat sebesar Rp atau sekitar 25,84% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp Rincian untuk masing-masing obyek pajak adalah sebagai berikut: Tabel IV-2 Target Pendapatan Dari Pajak Daerah di Tahun 2017 NO URAIAN JUMLAH (Rp) 1 Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Parkir Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pajak Sarang Burung Walet Pajak Air Tanah PBB Perkotaan JUMLAH Sumber: DPKAD, Retribusi Daerah Kenaikan PAD yang berasal dari Retribusi Daerah pada tahun 2017 ditargetkan akan berasal dari retribusi pemakaian kekayaan daerah. Di tahun 2017, penerimaan dari retribusi daeerah direncanakan mencapai Rp Dibandingkan dengan APBD induk TA 2016, jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp atau naik 11,58%. Rincian target retribusi daerah selengkapnya adalah sebagai berikut: Halaman IV-5

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2015 BAPPEDA KOTA SEMARANG 2015 Foto cover diambil dari www.semarangkota.go.id dan dipergunakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2017 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 Pemerintah Kota Semarang Tahun 2014 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 178/238/DPRD/2016 NOMOR : 910/205/Bappeda/2016 TANGGAL : 28 Juli 2016 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 9 TAHUN 215 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2015 BAPPEDA KOTA SEMARANG 2015 Foto cover diambil dari www.semarangkota.go.id dan dipergunakan

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 sebagai dokumen perencanaan periode lima tahunan,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah - 4 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / NOMOR : 900 / 01114 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 900 / 02753 NOMOR : 900 / 01114 TANGGAL : TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 12/KSP/IX/2013 NOMOR : 54/K/DPRD/2013 TANGGAL: 9 SEPTEMBER 2013 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi ke depan masih bertumpu pada sektor pertanian yang kontribusinya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Berdasarkan RPJMD Kota Jambi, tahun 2016 merupakan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Penyusunan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Gresik Tahun 2018 berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 Tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2012 Menimbang : a. DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PERMENDAGRI NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BANDI 17/12/2013 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 PEDOMAN PENYUSUNAN APBD 2014 Memuat pedoman

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013 PE PEMERINTAH KOTA BEKASI KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 DAFTAR ISI I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERMENDAGRI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BANDI 25/11/2014 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 MENIMBANG untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2. NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2.9445.011 NOMOR : 910/2.118 TANGGAL : 15 Nopember 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2014 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,36 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -0,72 PERSEN 26/05/94/Th.X,

Lebih terperinci

1 Rancangan Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 B A B 1 PENDAHULUAN

1 Rancangan Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 B A B 1 PENDAHULUAN 1 B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS-P) Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 316 bahwa perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) - 27 - BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Asumsi dasar ekonomi makro digunakan sebagai dasar

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN : NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2537-910/4584 TENTANG : KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 t

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 t No.825, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. APBD TA 2018. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) TAHUN ANGGARAN 2015 PANGKALPINANG 2014 DAFTAR ISI Halaman NOTA KESEPAKATAN DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk V. PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Ekonomi Daerah Kota Magelang Adanya penerapan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 903/ 909 /VII/Bapp dan NOMOR: 180/ 29 /DPRD/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Di dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan di daerah, peranan yang sangat penting dari keuangan daerah adalah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2012 Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2010 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 adalah memberikan otonomi yang luas kepada setiap daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan menumbuhkembangkan

Lebih terperinci