ENZIM TERIMMOBILISASI DAN PENGGUNAANNYA YANG EFEKTIF DALAM INDUSTRI PANGAN. Nanang Rahmat Wijaya*) dan Zahra Fonna *) ABSTRAKS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ENZIM TERIMMOBILISASI DAN PENGGUNAANNYA YANG EFEKTIF DALAM INDUSTRI PANGAN. Nanang Rahmat Wijaya*) dan Zahra Fonna *) ABSTRAKS"

Transkripsi

1 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X NZIM TRIMMOBILISASI DAN PNGGUNAANNYA YANG FKTIF DALAM INDUSTRI PANGAN Nanang Rahmat Wijaya*) dan Zahra Fonna *) ABSTRAKS Lebih dari 70 % proses industri kimia memerlukan katalis. Salah satu katalis yang sering digunakan adalah enzim. nzim mempunyai keterbatasan sifat yaitu tidak cukup stabil dan juga merupakan molekul yang larut dalam air sehingga sulit untuk memisahkannya dari substrat dan produk jika ingin digunakan kembali. Immobilisasi enzim adalah salah satu cara efektif agar enzim dapat digunakan kembali untuk proses komersial seperti untuk produksi bir (chillproofing beer), polimerisasi glukosa menjadi fruktosa. hidrolisa protein menjadi peptide dan asam amino dan lainlain. nzim terimmobilisasi adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu daerah atau ruang sehingga dapat menahan aktivitas katalitiknya serta dapat digunakan secara berulangulang, sehingga penggunaannya dalam industri dapat menurunkan biaya produksi. PNDAHULUAN Klibanov (1983) menyatakan lebih dari 70 % industri proses kimia memerlukan katalis. Katalis yang sering digunakan adalah enzim. nzim merupakan katalis biologis, mengandung protein, dan berperan dalam berbagai reaksi yang terjadi dalam benda hidup. Menurut Dixon dan Webb (1979), kata enzyme diperkenalkan oleh W. Kuhne pada tahun 1887 untuk suatu zat yang bekerja pada suatu substrat. Girinda (1984) menjelaskan secara biokimia enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas biologis. Tugasnya adalah sebagai katalisator di dalam sel dan bersifat sangat khas. Kerja enzim pada umumnya mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Substrat dan enzim tergabung menjadi kompleks enzim substrat. Dimana substrat terikat pada bagian tertentu dari enzim yang dikenal dengan pusat aktif. (active centre). Kompleks enzimsubstrat ini menunjukkan ikatan kovalen dan sering disebut kompleks Michaelis (Cantrow dan Schepart, 1967). Ikatanikatan substrat dapat menjadi tegang oleh gaya tarik antara substrat dan enzim. Ikatan tegang memiliki energi tinggi dan lebih mudah terpatahkan, oleh karena itu reaksi yang diinginkan berlangsung lebih mudah dan menghasilkan suatu kompleks enzimproduk. Dalam banyak hal, produk dan substrat tidak sama bentuknya, jadi kesesuaian antara produk dan enzim tidak lagi sempurna, sehingga menyebabkan kompleks itu berdisosiasi, dan permukaan enzim siap untuk menerima molekul substrat 49

2 Nanang R.Wijaya dan Zahra Fona,nzim Terimmobilisasi Dan Penggunaannya Yang fektif Dalam Industri Pangan lain. Ada dua pendapat tentang pembentukan kompleks enzim substrat. Pendapat pertama dikemukakan oleh mil Fischer yang mengajukan teori kunci dan gembok (lock and key theory), maksudnya agar terjadi reaksi maka substrat harus mempunyai bagian yang sangat tepat dengan lokasi aktif enzim. Pendapat kedua yaitu induced fit model, pendapat ini mengemukan bahwa lokasi aktif enzim ternyata mempunyai konfigurasi yang tidak kaku (Styrer, 1975). Penggunaan enzim dalam industri pengolahan bahan pangan mempunyai factor pembatas, yaitu karena sifat enzim yang larut sehingga sangat sulit untuk memisahkan dari substrat dan produk jika ingin digunakan kembali. Untuk mengefisiensikan penggunaan enzim dikembangkan teknik immobilisasi enzim. NZIM TRIMMOBILASI nzim Terimmbolisasi Menurut Chibata (1978) enzim terimmobilisasi adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu daerah atau ruang dengan tetap mempertahankan aktivitas katalitiknya sehingga dapat digunakan secara berulangulang. Messing (1975) menyatakan bahwa dengan menggunakan enzim terimmobilisasi akan didapatkan beberapa keuntungan yaitu : 1. nzim dapat digunakan secara berulangulang sehingga dapat mengurangi biaya produksi. 2. Proses dapat dihentikan secara tepat dengan mengeluarkan enzim dalam larutan substrat. 3. Larutan hasil proses tidak terkontaminasi oleh enzim. Adapun masalah yang ditemukan dalam penggunaan enzim terimmbolisasi yaitu berhubungan dengan stabilitas enzim immobil. Metoda pengikatan enzim pada matriks mempengaruhi stabilitas enzim immobil. Oleh karena itu pemilihan metoda pengikatan harus dilakukan secara hatihati. Jika enzim akan digunakan untuk mengkatalisis substrat dengan berat molekul tinggi, tidak dipilih metode penjeratan karena enzim mungkin tidak dapat melakukan kontak dengan substrat. Jika substrat terdapat di dalam medium dengan ph ekstrim, sebaiknya tidak dipilih metode adsorbsi fisik karena enzim dapat dengan mudah terlepas dari matriks. Fenomena Kinetika Reaksi nzimatik pada sistem nzim Terimmobilisasi Perbedaan dasar antara perilaku kinetika enzim bebas dan enzim terimmobilisasi terletak pada fenomena katalis. Yang pertama menyangkut fenomena katalis homogen, sedangkan yang kedua merupakan fenomena katalis heterogen. Akibatnya, dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim bebas digunakan pendekatan umum : Molekul enzim adalah identik dan mempunyai sifat katalitik serta kepekaan yang sama terhadap substrat yang akan diubah. Molekul enzim terbagi secara merata dalam larutan pereaksi. Semua parameter yang berpengaruh terhadap aktivitas enzimatik, seperti konsentrasi substrat, konsentrasi produk, ph 50

3 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X dan suhu mempunyai nilai seragam dalam larutan tempat berlangsungnya reaksi. Djumali (1994) menyatakan bila suatu enzim diikat pada suatu penyangga padat dan diimmobilisasi ke bagian dalam suatu polimer atau dialirkan melalui suatu membrane semipermeable, maka perilaku kinetikanya berlainan dengan kinetika enzim bebas. Pada sistem enzim immobile atau heterogen semua molekul tidak identik. Sebagai contoh suatu enzim yang diimmobilisasi pada penyangga dengan ikatan kovalen akan mengalami pengubahan struktur tiga dimensi. Dalam sistim ini kesiapan sisi aktif sangat tergantung pada orientasi molekul enzim terhadap permukaan penyangga. Selain itu, pada sistem enzim immobil molekul enzim tidak selalu terdispersi merata dalam pereaksi. Hal ini dapat dijumpai pada sistem bifasa yang terdiri atas fasa cair dan fasa padat. Fasa cair mengandung substrat dan produk, sedangkan fasa padat mengikat enzim. Pada sistem enzim immobile terdapat perbedaan (gradien) konsentrasi, ph, dan suhu. Gradien ini terjadi karena sifat elektrostatik, hidrofilik atau hidrofobik penyangga dan larutan serta adanya fenomena difusional eksternal atau internal. Ketidaksamarataan (heterogenitas) sistem enzimatik ini dapat terjadi sebagai akibat immobilisasi, fenomena pembagian (partisi) dan fenomena difusional. Sistem Heterogen Berdasarkan Fenomena Pembagian (Partisi) Dalam larutan homogen konsentrasi berbagai zat yang berbeda umumnya bersifat seragam. Sebaliknya, pada larutan heterogen, konsentrasi substrat, produk atau efektor dalam lingkungan mikro yaitu daerah yang berdekatan dengan enzim immobil berbeda dengan konsentrasi komponen pada lingkungan makro (larutan) yang tergantung pada jarak. Lingkungan Mikro LINGKUNGAN MAKRO Gambar 1. Lingkungan mikro dan makro pada sistem enzimatik. Sumber : Djumali (1994) 51

4 Nanang R.Wijaya dan Zahra Fona,nzim Terimmobilisasi Dan Penggunaannya Yang fektif Dalam Industri Pangan Perbedaan ini diakibatkan oleh adanya pembagian (distribusi) fasa air (substrat) dan fasa membrane (interaksi elektrostatik, hidrofil, hidrofob) dan adanya resistensi diferensial substrat dan produk hasil reaksi kimiawi. Fenomena pembagian ini jelas terlihat dalam perubahan ph optimum enzim. Pembagian proton antar penyangga atom dan larutan menyebabkan perbedaan gradient (ph). Apabila bahan penyangga bemuatan negativ maka akan terdapat akumulasi proton di dekat penyangga tersebut : Dengan demikian aktivitas enzim berlangsung pada ph yang lebih rendah dibandingkan nilai terukur pada larutan. Dengan kata lain, sistem immobilisasi enzim pada bahan penyangga bermuatan negative, nilai ph optimalnya lebih tinggi daripada sistem ph enzim bebas. Nilai ph makro lebih tinggi dibandingkan nilai pada lingkungan mikro. Sebaliknya, bila enzim yang dimmobilisasi pada bahan penyangga bermuatan positif maka akan terjadi fenomena berlawanan, yaitu : H + m > H + M atau ph m < H + m < H + M atau ph m > ph M ph M H + m = konsentrasi ion hydrogen pada lingkungan mikro H + M = konsentrsi ion hydrogen pada lingkungan makro Sistem enzim immobil ini akan menampilkan ph optimal lebih rendah dibandingkan nilai ph pada sistem enzim bebas. + H + m ph m > H + M > ph M A K T I V I T A S Penyangga muatan + nzim Bebas Penyangga muatan ph Gambar 2. Modifikasi ph optimal sistem enzim immobile pada suatu penyangga bermuatan listrik (Monsan, 1982 dalam Djumali, 1984) 52

5 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X S Difusi ksternal Difusi Internal Gambar 3. Difusi eksternal dan internal substrat pada sistem immobile (ngaser dan Horvath, 1976 dalam Djumali, 1984). Fenomena Difusional Bila suatu enzim diimmobilisasi dalam suatu membrane, substrat akan berdifusi melalui mekanisme ; pertama, substrat berdifusi secara molekuler dan konvektif dengan larutan yang terdapat pada permukaan luar membrane. Kemudian substrat berdifusi ke dalam membrane untuk bereaksi/bersatu dengan sisi katalitik (difusi molekuler). Gambar 3 memperlihatkan mekanisme Tabel.1. Faktor penentu laju pindah eksternal dan internal zat terlarutpemindahan ksternal Konsentrasi zat terlarut Difusitas molekuler Laju alir Viskositas dan densitas Ukuran penyangga Permeabilitas membran difusi eksternal dan internal. Pada sistem enzim imobil, dimana molekul enzim diikat pada permukaan yang tidak berpori maka fenomena difusi yang berlaku yaitu difusi eksternal. Sedangkan untuk enzim yang diikat oleh bahanbahan berpori berlaku fenomena difusi internal. Konsentrasi zat terlarut Bobot molekul Viskositas cairan Porositas penyangga Pemindahan Internal Pada umumnya kinetika enzimatik dikaji dalam media encer dengan mengikuti model Michaelian. Namun dalam industri, pengembangan proses acapkali dilakukan pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi. Pada keadaan ini aktivitas enzimatik dihambat oleh substrat maupun produk, 53

6 Nanang R.Wijaya dan Zahra Fona,nzim Terimmobilisasi Dan Penggunaannya Yang fektif Dalam Industri Pangan sehingga limitasi difusional tidak saja disebabkan oleh substrat tetapi juga oleh produk. MTODA IMMOBILISASI Ada beberapa pendapat mengenai penggolongan metoda immobilisasi enzim. Chibata (1978) menggolongkan metoda immobilisasi enzim seperti terdapat pada gambar 4. Sedangkan posisi enzim dalam berbagai metoda immobilisasi terdapat dalam gambar 5. Metoda Immobilisasi nzim CarrierBinding Crosslinking ntraping Adsorbsi Fisik Ikatan Ion Ikatan Kovalen Jenis Mikrokapsul Jenis Kisi Gambar 4. Klasifikasi metoda immobilisasi enzim (Chibata, 1978 dalam Irvan, 1995) Menurut Kennedy (1985), metoda carrierbinding ada empat jenis yaitu ikatan ion, ikatan kovalen dan adsorbsi fisik juga termasuk pelekatan dan ikatan logam. a. Metoda carrierbinding b. Metoda crosslinking c. Metoda entrapping jenis kisi c. Metoda entrapping jenis mikrokapsul Gambar 5. Posisi enzim dalam berbagai metoda immobilisasi (Chibata, 1978 dalam Irvan, 1995). 54

7 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X Carrierbinding Menurut Kennedy (1985) metoda carrierbinding merupakan metoda yang paling lama dan biasa digunakan untuk mengimmobilisasi enzim. Pada metoda ini enzim diikatkan pada suatu matriks yang tidak larut di dalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organic Alumina harus diperhatikan ukuran partikelnya, luas permukaan, perbandingan gugus hidrofilik dan hidrofobik serta komposisi matriks tersebut. Messing (1975) berpendapat bahwa pertimbangan yang terpenting adalah luas permukaan dan diameter pori, karena kedua hal tersebut Amberlite CG50 Kollagen Bentonite DAselulosa Kalsium fosfat gel DAsephadex Karbon Gelas CMselulosa Silika gel atau bahan anorgnik. Matrik yang dipilih mempengaruhi muatan enzim. Beberapa bahan untuk adsorbsi enzim terdapat pada table 2. Tabel 2. Beberapa bahan untuk adsorbsi enzim Sumber : Wang et all (1979) CMSephadex Metoda carrierbinding dapat dilakukan dengan cara adsorbsi fisik, ikatan ion, ikatan kovalen dan penglekatan atau pengikatan logam. Adsorbsi fisik merupakan cara yang paling mudah dilakukan karena berdasarkan pada adsorbsi molekul enzim ke permukaan matriks. Cara ikatan ion didasarkan pada terbentuknya ikatan ion antara molekul enzim dengan bahan pengadsorbsi yang mengandung resin penukar ion. Cara ikatan kovalen didasarkan pada terbentuknya ikatan kovalen antara enzim dengan matriks yang tidak larut dalam air. Penglekatan atau ikatan logam merupakan teknik yang relative baru. Metoda ini menggunakan senyawa logam transisi untuk mengaktifkan permukaan bahan pengadsorbsi sehingga daoat berpasangan dengan enzim (Kennedy, 1985) Crosslinking Metoda crosslinking atau ikatan silang didasarkan atas pembentukan ikatan kimia, seperti pada metoda ikatan kovalen, tetapi tidak menggunakan matriks yang tidak larut. Immobilisasi enzim terjadi melalui ikatan silang intermolekul antara molekul enzim melalui komponen bi atau multifungsional. nzim yang diimmobilisasi dengan metoda ini sering bersifat gel. Pereaksi yang digunakan harus memiliki dua gugus fungsional yang sama (pereaksi homobifungsional) atau dua atau lebih gugus fungsional yang berbeda. (pereaksi hetero bi atau heteromultifungsional) (kennedy), 1985). Pereaksi yang sering digunakan adalah glutaraldehid, pereaksi ini termasuk jenis homobifungsional. ntraping 55

8 Nanang R.Wijaya dan Zahra Fona,nzim Terimmobilisasi Dan Penggunaannya Yang fektif Dalam Industri Pangan Metoda ini didasarkan pada lokalisasi enzim di dalam kisi dari matriks polimer atau ditempatkan di dalam membrane semipermeabel. Jika enzim ditempatkan di dalam kisi maka disebut jenis kisi, sedangkan jika ditempatkan di dalam membrane semipermiabel disebut mikrokapsul (Chibata, 1978). Kennedy (1985) menggolongkan metoda entrapment ke dalam tiga jenis yaitu gel entrapment, fibre entrapment dan microencapsulation, tergantung pada matriks yang digunakan. Contoh bahan yang digunakan dalam metoda entrapment terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Beberapa contoh bahan untuk membentuk enzim terimmobilisasi dengan metoda entrapment. Gel ntrapment Fibre ntrapment Microencapsulation Poliakrilamida Polivinil alcohol Nitroselulosa Akrilamida Selulosa asetat Poliurea 2hidroksietilmetakrilat Selulosa til selulosa Karagen tilen glikol Sumber : Irfan (1995) Pengikatan enzim/sel dengan cara ikatan kovalen pada umumnya dapat meningkatkan stabilitas enzim immobile. Akan tetapi teknik pengikatan harus dilakukan secara hatihati dengan syaratsyarat sebagai berikut : 1. metoda pengikatan tidak boleh mengikutsertakan sisi aktif enzim. 2. Metoda pengikatan harus menghasilkan ikatan yang stabil pada kondisi dimana enzim akan digunakan. Pembentukan isothiosianat S CH2NH2 + ClCCl CH2NCS pembawa amin thiofosgen isothiosianat NH2Nprotein S CH2NHCNHprotein thiourea Beberapa contoh metoda pengikatan enzim yang sering digunakan dapat memecahkan masalahmasalah tersebut di atas. Metoda yang sering digunakan adalah sebagai berikut : A. Menggunakan matriks yang mengandung komponen pembawa gugus amin 56

9 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X B. Menggunakan matriks yang mengandung komponen pembawa gugus hidroksil Reaksi dengan sianogen bromide ProteinNH2 H2COH + CNBr H2CO H2COCONH C=NH2 protein HCOH HCO HCOH PNGGUNAAN TRIMMOBILISASI NZIM Konversi glukosa menjadi fruktosa Konversi glukosa menjadi fruktosa dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glucose isomerase terimmobilisasi atau sel terimmobilisasi yang mengandung glucose isomerase.. Konversi glukosa menjadi fruktosa telah dilakukan secara industri menggunakan enzim glucose isomerase terimmobilisasi, dimana enzim tersebut terikat pada matriks tidak larut air yaitu DAcellulose. nzim ini terdapat di dalam sel, sehingga sukar dan mahal untuk diisolasi, oleh karena itu penggunaan kembali enzim tersebut berulangulang dengan cara immobilisasi akan mengurangi biaya produksi. Hidrolisa protein menjadi peptida dan asam amino Protein dan hidrolisat protein banyak digunakan dalam industri pangan, misalnya dalam industri minuman dan makanan bayi sebagai sumber Lasam amino. Hidrolisat protein pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kelarutannya., mempengaruhi rasa, atau memperbaiki daya cernanya. Penggunaan enzim protease dan peptidase terimmobilisasi sangat efesien untuk menghidrolisa protein. Sedangkan penggunaan enzim bebas sangat terbatas karena kedua enzim tersebut mahal harganya. Heinicke dan Gortner (1957) di dalam Irvan (1995) menyatakan enzim proteolitik dari tanaman sebagian besar digunakan untuk produksi bir (chillproofing beer). nzim proteolitik jika ditambahkan ke dalam bir akan menghidrolisa kompleks proteintanin tertentu. Jika kompleks protein tannin ini dibiarkan tetap ada di dalam bir maka menyebabkan bir menjadi keruh bila didinginkan karena kompleks ini bersifat tidak larut. nzim yang dibutuhkan secara ideal adalah enzim yang dapat menghidrolisa protein ini menjadi polipeptida tetapi tidak menyebabkan terbentuk peptide dan asam amino. Polipeptida dibutuhkan untuk pembentukan flavor dan busa sehingga 57

10 Nanang R.Wijaya dan Zahra Fona,nzim Terimmobilisasi Dan Penggunaannya Yang fektif Dalam Industri Pangan penampakan bir akan lebih menarik. Industri cat menggunakan enzim proteolitik untuk memperbaiki stabilitas emulsi protein dalam latex paints. Hidrolisa pati menjadi glukosa Hidrolisa pati terutama jagung menjadi glukosa merupakan aplikasi enzim iimobil yang terbesar dalam industri. Penggunaan glukoamilase immobile dapat menghasilkan hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dengan 95 D. Dalam industri ini biasanya digunakan keramik SiO berpori sebagai matriks (ukuran mesh) di dalam kolom plug flow dengan suhu operasi 60 o C pada ph 4,5. Nilai t 1/2 dari proses ini dapat ditingkatkan jika digunakan suhu operasi yang lebih rendah. Aplikasi lain enzim immobile dalam industri pangan mencakup invertase immobile untuk inverse sukrosa, tripsin immobile untuk stabilisasi susu, dan protease, karbohidrase dan lipase immobile untuk pembuatan makanan sintetik dari sumber protein yang murah. PNUTUP Penggunaan enzim dalam industri pangan diperkirakan dimasa mendatang akan terus meningkat. Hal ini mengingat semakin meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mudtu dan penampakan produk pangan, dan juga semakin ketatnya persaingan antar industri pangan tersebut dalam memenuhi selera konsumennya. Dilain pihak, penggunaan enzim bebas sendiri mempunyai keterbatasan bila enzim tersebut akan digunakan kembali. Untuk mengatasi hal tersebut, pemakaian enzim terimmobilisasi dalam industri pangan merupakan suatu cara yang efisien terutama bila enzim yang digunakan sulit dan mahal untuk diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Djumali, 1994, Teknologi Bioproses, Penebar Swadaya,, Jakarta. Girinda, Aisyah, 1984, Biokimia II, Jurusan FKH, FMIPA, IPB. Klibanov, A.M, 1983, Immobilized nzymes and Cell as Practical Catalysis, Science, 219 : Messing, R.A, 1975, Introduction and General History of Immobilized nzymes, Academic Press. New York. Irvan, 1995, Immobilisasi nzim sebagai Terobosan Baru Penggunaan nzim dalam Industri Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Unsyiah. Dixon, M. dan Webb,., 1979, nzymes, Academic Press, New York. Paolo Manitto, 1980, Biosynthesis of natural Products. llis Horwood Limited, ngland. Bennet, T.P dan. Reiden, 1966, Modern Tropica in Biochemistry, Macmilan Pub. Co. Inc, New York. 58

11 59 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN X

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4() Juli 5 : 8 5 ISSN 4-784 Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi Zuhrina Masyithah Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Peranan enzim sebagai biokatalisator dalam berbagai bidang industri semakin penting. Enzim yang diproduksi secara komersial, telah banyak digunakan dalam bidang industri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia (Wirahadikusumah, 1977) yang terjadi

Lebih terperinci

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2017 METABOLISME Metabolisme adalah proses-proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

IMOBILISASI ENZIM PROGRAM STUDI TIP IPB Dosen : Liesbetini Hartoto

IMOBILISASI ENZIM PROGRAM STUDI TIP IPB Dosen : Liesbetini Hartoto m.k ENZIM (S2) IMOBILISASI ENZIM PROGRAM STUDI TIP IPB 2008 Dosen : Liesbetini Hartoto TEKNIK IMOBILISASI ENZIM DEFINISI (Chibata, 1978) Enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu daerah/ruang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

1/6/2012 TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM

1/6/2012 TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM PENDAHULUAN TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan metode-metode imobilisasi pada enzim yang dapat diterapkan pada industri pengolahan pangan Kelemahan sifat

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN Vol 10, No.1, 06: 26 PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN Firman Sebayang Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Saluran Pencernaan Mulut (Kelenjar Ludah / Saliva) Lambung (Kelenjar Lambung) Pankreas (Saluran Pankreas) Usus (Kelenjar Usus) Nama enzim dan fungsinya

Lebih terperinci

Definisi Umum Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator

Definisi Umum Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator ENZIM Definisi Umum Dlm system biologi reaksi kimia selalu memerlukan katalis. Tanpa katalis sangat lama shg diperlukan Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator protein yang berfungsi untuk mempercepat reaksi

Lebih terperinci

ENZIM IKA PUSPITA DEWI

ENZIM IKA PUSPITA DEWI ENZIM IKA PUSPITA DEWI 1 2 Enzim Klasifikasi enzim Komponen dan struktur enzim Kerja enzim sebagai katalisator 3 Enzim Enzim merupakan Polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia Protein yang dapat

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara biologis dalam tubuh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Khairi, 2003). Dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Etanol mempunyai beberapa kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam laboratorium memrlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor, speerti suhu,

Lebih terperinci

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Mahasiswa setelah mengikuti kuliah bagian ini mampu menyebut sifat dan jenis-jenis enzim serta menjelaskan konsep dasar

Lebih terperinci

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 75 7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 7.1 Pendahuluan Aplikasi pra-perlakuan tunggal (biologis ataupun gelombang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya

Lebih terperinci

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan 63 pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pektinase komersial merupakan enzim kasar selulase dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

1/14/2014 PENDAHULUAN TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM

1/14/2014 PENDAHULUAN TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM PENDAHULUAN TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan metode-metode imobilisasi pada enzim yang dapat diterapkan pada industri pengolahan pangan Kelemahan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990). BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Enzim menjadi primadona industri bioteknologi karena penggunaanya dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomis

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H LAPRAN PRAKTIKUM BIKIMIA PERCBAAN VII PENGARU p TERADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM NAMA : RR. DYA RR ARIWULAN NIM : 411 10 272 KELMPK : VI (EMPAT) ARI / TANGGAL : RABU/ 9 NVEMBER 2011 ASISTEN : MU. SYARIF AQA

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) Riswanto, S. Pd, M. Si SMA Negeri 3 Rantau Utara 3 Gerakan zat melintasi membran sel 3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) A Bagaimana struktur dari membran sel? (Book 1A, p. 3-3) Struktur membran sel dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati (Khairi, 2005). Urea juga dikenal dalam istilah carbamide. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan

Lebih terperinci

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan

Lebih terperinci

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis gula yang terjadi belakangan ini mengakibatkan konsumsi pemanis selalu melampaui produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor pemanis dari luar

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

Air adalah wahana kehidupan

Air adalah wahana kehidupan Air Air adalah wahana kehidupan Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot semua bentuk kehidupan Reaksi biokimia menggunakan media air karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan 27 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Isolasi Enzim katalase dari kentang Enzim katalase terdapat dalam peroksisom, organel yang ditemukan pada jaringan tumbuhan di luar inti sel kentang sehingga untuk mengekstraknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIODIESEL Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang sedang dikembangkan. Secara konvensional pembuatan biodiesel disintesis melalui reaksi transesterifikasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan adalah polimer glukosamin yang merupakan selulosa beramin, nomer dua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan ditemukan pada cangkang invetebrata hewan perairan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) 4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi, sedangkan produksi sumber bahan bakar minyak saat ini semakin menipis (Seftian dkk., 2012). Berdasarkan data

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT 2 METABOLISME Standar Kompetensi : Memahami pentingnya metabolisme pada makhluk hidup Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim - 3

Enzim dan koenzim - 3 Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Enzim dan koenzim - 3 Substansi

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Substansi yang terdapat didalam

Lebih terperinci

Metabolisme : Enzim & Respirasi

Metabolisme : Enzim & Respirasi Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya

Lebih terperinci

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutanurutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan mentransformasikan

Lebih terperinci

II. KARAKTERISTIK ENZIM

II. KARAKTERISTIK ENZIM II. KARAKTERISTIK ENZIM 2.1. Definisi Enzim Enzim merupakan katalisator suatu reaksi, artinya dapat mempercepat suatu reaksi tanpa terjadinya perubahan yang permanen dalam struktur enzim itu sendiri. Kata

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA Abstrak Khairi Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah Banda Aceh, 23111 Telah dilakukan analisis urea

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat biodegradable dan tidak beracun yang telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang

Lebih terperinci

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Menguasai karakteristik peserta Mengidentifikasi kesulitan belajar didik dari aspek fisik, moral, peserta didik dalam mata pelajaran spiritual,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN. Oleh : Astuti Setyowati

KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN. Oleh : Astuti Setyowati KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN Oleh : Astuti Setyowati KARBOHIDRAT Terdapat dalam : 1. Tumbuhan : monosakarida, oligo sakarida, pati, selulosa, gum 2. Hewan : glukosa, glikogen,

Lebih terperinci

Biokimia Materi Enzim

Biokimia Materi Enzim Biokimia Materi Enzim NamaKelompok: 1. Devita Aprilia Wati (115040200111016) 2. Innez Candri Gilang P (115040201111044) 3. Tanti Virga Sartika (115040201111240) 4. Dewi Fatmosari (115040213111001) 5. Ahmad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang banyak menghasilkan bahan pangan seperti padi, tebu, singkong, sagu, dan lainnya, sehingga menyebabkan banyak dijumpai limbah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN

SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN KATA PENGANTAR Satuan acara perkuliahan (SAP) atau garis besar program pembelajaran (GBPP)merupakan panduan bagi dosen dan

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan A. Sifat pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan bahan bakar saat ini masih sangat bergantung pada sumber daya fosil. Sumber energi berbasis fosil masih merupakan sumber energi utama yang digunakan

Lebih terperinci

PERANAN TEMPAT KATALITIK PADA ENZIM DALAM REAKSI ENZIMATIS

PERANAN TEMPAT KATALITIK PADA ENZIM DALAM REAKSI ENZIMATIS PERANAN TEMPAT KATALITIK PADA ENZIM DALAM REAKSI ENZIMATIS Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN......... 1 II. ISI................ 1 II. 1. ENZIM KATALISATOR PROTEIN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi

Lebih terperinci