5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Letak geografis dan topografi wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi ini terletak antara 6 o 57 Lintang Selatan dan 106 o o 00 Bujur Timur dengan luas daerah km 2 atau 9,18 persen dari luas Jawa Barat (dengan Banten) atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ciemas yaitu 267 km 2 atau 6,46 % dari luas kabupaten, kemudian Kecamatan Jampang Tengah 6,13 % dari luas kabupaten, sedangkan Kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Kebonpedes seluas 10 km 2 atau 0,25 %. Kabupaten Sukabumi berdasarkan data Potensi Desa 2005 yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Kabupaten Sukabumi secara administrasi terdiri atas 47 kecamatan dengan 347 desa. Sembilan kecamatan diantara 47 kecamatan merupakan kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Simpenan, Cikakak, Palabuhanratu, Cisolok, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuled. Ibukota Kabupaten Sukabumi saat ini adalah Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu, sebuah kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yang menawarkan pesona wisata alam dan pantai yang memikat. Batas wilayah administratif dari Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor - Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur Batas wilayah tersebut 40% berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah Selatan dan bergunung di daerah bagian Utara dan Tengah. Dengan adanya daerah pantai dan gunung-gunung antara lain Gunung Salak dan Gunung Gede yang masing-masing mempunyai puncak ketinggian

2 2.211 m dan m dpl menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 35 o ) meliputi 29 persen dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara [13 o 35 o ] meliputi 37 persen dan kemiringan antara [2 o 13 o ] meliputi 21 persen dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar meliputi 13 persen dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain. Penanganan untuk mencegah terjadinya erosi yang luas pada lahan kering perlu dilakukan. Salah satu indikator daerah tertinggal adalah rawan bencana, karena itulah Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu daerah tertinggal di Provinsi Jawa Barat. Sebagian wilayah Kabupaten Sukabumi (42%) terletak pada ketinggian meter dpl. Ditinjau dari ketinggian letaknya sisa wilayah lainnya adalah sebagai berikut : 0 25 meter (3%), meter (13%), meter (33%) dan lebih dari 1000 meter (9%). Struktur ketinggian di atas permukaan laut akan berpengaruh terhadap alokasi penggunaan lahan yang optimal untuk berbagai komoditas pertanian. Teh yang bermutu dapat ditanam di daerah-daerah yang letaknya lebih tinggi dari 500 m dpl, tetapi pohon cengkeh, karet dan kelapa tidak dapat tumbuh/menghasilkan dengan baik di atas ketinggian tersebut. Jenis tanah di bagian utara pada ummunya terdiri atas tanah Latosol, Andosol, Regosol dan Alluvial. Tanah Latosol bersifat netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai merah. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau, dan perkebunan. Jenis tanah Podsolik mengandung kapur dan tras yang bersifat netral sampai basa. Produktivitasnya rendah sampai sedang, biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan berpotensi sebagai lahan galian golongan C (pasir, kerikil, sirtu, bau kali dan tanah liat). Kedua jenis tanah ini tersebar terutama di wilayah bagian selatan dan merupakan jenis tanah yang mendominasi di Kabupaten Sukabumi. Jenis tanah Andosol dan Regosol bersifat asam dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktivitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Jenis tanah ini umumnya 22

3 terdapat daerah pegunungan terutama daerah Gunung Salak dan Gunung Gede, dan pada daerah pantai. Jenis tanah Alluvial bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan hitam. Produktivitas tanah ini dari rendah sampai tinggi dan digunakan untuk pertambakan, pertanian padi dan palawija serta pemukiman. Jenis tanah ini umumnya terdapat di daerah lembah dan daerah sungai. Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim Bi (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar mm dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara C dengan kelembaban udara %. Curah hujan antara mm per tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara mm per tahun terdapat di bagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 tercatat sebanyak jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Cisaat sebanyak jiwa atau sebesar 4,93 % dari penduduk Kabupaten Sukabumi, sedangkan penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog sebanyak jiwa atau sebesar 0,84% dari jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dari tahun 2000 sampai tahun 2003 rata rata mencapai 1,66% lebih tinggi dari rata rata Laju Pertumbuhan Nasional yang mencapai 1,49 persen. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 1. 23

4 Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) LPP (%) , , , , ,37 Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006 Berdasarkan struktur umur, keadaan penduduk Kabupaten Sukabumi masih tergolong penduduk usia muda, hal ini ditunjukkan oleh penduduk dengan usia di bawah 20 tahun pada tahun 2004 tercatat sebanyak jiwa (39,23 %). Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi 2004 Golongan Umur Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah Jumlah Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi

5 Sarana dan prasarana Pembangunan sarana dan prasarana adalah bagian integral dari pembangunan daerah, serta merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Jenis sarana dan prasarana daerah Kabupaten Sukabumi meliputi sumber daya air, transportasi dan perhubungan, energi, ketenagalistrikan, pos dan telematika, perumahan dan permukiman, dan kesehatan Sumber daya air Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Dalam mendukung pembangunan pertanian khususnya dalam upaya peningkatan produksi padi/beras diperlukan penanganan irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan areal sawah seluas hektar. Kondisi irigasi di Kabupaten Sukabumi berupa Irigasi Teknis yang berada dalam keadaan baik sebesar 60% dan yang dalam kondisi rusak sebesar 40%. Irigasi Teknis tersebut digunakan untuk mengairi areal sawah seluas hektar, sedangkan Irigasi Non Teknis dalam kondisi baik sebanyak 40% dan dalam kondisi rusak sebanyak 60%. Irigasi Non Teknis digunakan untuk mengairi sawah seluas hektar Transportasi dan perhubungan Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik. Di sisi lain transportasi juga berkembang sebagai industri jasa. Untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan 25

6 masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Oleh sebab itu pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas, aman dan harga terjangkau. Jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan daerah serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditas perdagangan dan industri. Prasarana jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar-wilayah, antar-perkotaan dan antarperdesaan. Secara umum, panjang jalan di Kabupaten Sukabumi adalah sepanjang 1.903,43 km yang terdiri atas jalan nasional sepanjang 41,40 km, jalan provinsi 360,65 km, dan jalan kabupaten km. Kondisi jalan nasional yang berada dalam keadaan baik sebesar 95% dan rusak sebesar 5%, kondisi jalan provinsi keadaan baik 60% keadan rusak 40%, kondisi jalan kabupaten keadaan baik 45% keadaan rusak 55%. Secara lebih rinci kondisi jalan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kondisi jalan Kabupaten Sukabumi Jenis Kondisi Panjang (km) Panjang (km) Panjang (km) Baik 112,30 124,91 153,27 Sedang 494,31 288,95 306,31 Sedang/Rusak 194,30 363,46 346,1 Rusak 35,20 67,3 45,94 Aspal Rusak Berat 38,80 42,8 35,8 Jumlah 874,91 889,42 887,42 Batu/Kerikil 508,10 496,1 510,73 Tanah 108,85 108,85 93,85 Total 1491, , Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi

7 Energi, ketenagalistrikan, pos dan telematika Ketersediaan energi saat ini merupakan isu nasional yang membutuhkan penanganan yang tepat. Potensi energi Panas Bumi di Kabupaten Sukabumi cukup besar, namun pemanfaatannya masih terbatas, sedangkan perkembangan program listrik masuk desa di Kabupaten Sukabumi saat ini hanya 15 Desa yang belum terlayani dari total 345 Desa dan 3 Kelurahan. Tenaga listrik merupakan salah satu bentuk energi vital yang memegang peranan penting dalam mendorong berbagai aktivitas sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam era informasi, pos dan telematika mempunyai arti strategis karena tidak saja berperan dalam percepatan pembangunan ekonomi, tetapi juga dalam berbagai aspek lain seperti peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta pendukung aspek politik dan pertahanan keamanan. Dalam rangka menjamin kelancaran arus informasi, perlu dilakukan perluasan jangkauan serta peningkatan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan pos dan telematika. Ketersediaan sarana pos dan telematika di Kabupaten Sukabumi saat ini baru mencapai pada tingkat kecamatan, namun untuk menjangkau ke seluruh pelosok desa atau kelurahan perlu adanya upaya-upaya penanganan secara bertahap Perumahan dan permukiman Di Kabupaten Sukabumi, penyediaan perumahan khususnya untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, selama ini difasilitasi oleh Perum Perumnas sebagai developer milik pemerintah, namun di dalam melakukan pembangunan perumahannya masih terbatas. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman yang meliputi air bersih dan penyehatan lingkungan (air limbah, persampahan dan drainase) banyak kemajuan yang telah dicapai, namun demikian cakupan pelayanan air bersih dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Sukabumi masih jauh dari memadai. Tingkat pelayanan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan baru mencapai 11,29 persen, sedangkan di kawasan perdesaan baru mencapai 31,31 persen. Akses penduduk ke prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar (tidak diolah) mencapai 55 persen. Tingkat 27

8 pengelolaan persampahan masih sangat rendah (cakupan pelayanan baru mencapai 18 persen). Data menunjukkan bahwa jumlah sampah terangkut baru mencapai 30 persen. Terkait dengan pelayanan sistem drainase, hingga kini masih terdapat rumah tangga yang mendiami kawasan-kawasan rawan banjir akibat buruknya kualitas dan kuantitas sistem jaringan drainase Kesehatan Tenaga Medis dan paramedis di Kabupaten Sukabumi masih dirasakan kurang, khususnya bidan desa untuk memenuhi standar 1 bidan 1 desa. Apalagi status Dokter Umum maupun Dokter Gigi sebagian statusnya adalah pegawai tidak tetap (PTT) yang masa baktinya akan berakhir. Dengan demikian jumlah kekurangan tenaga kesehatan di atas akan bertambah pada tahun yang mendatang. Keadaan tenada medis dan dinas kesehatan yang ada di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Keadaan tenaga dinas kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2004 Jumlah Tempat Kerja Jenis Tenaga yang Ada (orang) Standar Kurang Puskesmas Ka. Puskesmas Dokter umum Dokter Gigi Perawat Perawat Gigi Bidan Sanitarian AKZI Analis Kimia Ass. Apoteker Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006 Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pengembangan wilayah baru dan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, jumlah Puskesmas telah mengalami peningkatan. Beberapa Puskesmas pembantu ditingkatkan statusnya 28

9 menjadi Puskesmas. Tabel 5, menyajikan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Sukabumi Tabel 5. Jumlah sarana kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2004 No Sarana Kesehatan Jumlah Puskesmas Puskesmas pembantu Puskesmas DTP Rumah Sakit Balai Pengobatan Rumah Bersalin Dokter Praktek swasta Dokter Gigi Praktek swasta Sumber : Bappeda Kabupaten Sukabumi 2006 Rasio Puskesmas dan penduduk saat ini adalah 1:39 ribu yang berarti satu Puskesmas untuk melayani orang. Secara administratif sarana Puskesmas saat ini pada semua kecamatan telah terjangkau pelayanan kesehatannya yang masingmasing disertai dengan sedikitnya dua Puskesmas dan Puskesmas keliling, namun bila dilihat dari segi bentang alam dan geografis Kabupaten Sukabumi memungkinkan adanya wilayah-wilayah yang jauh dari jangkauan sarana kesehatan yang ada. 5.2 Keadaan Perekonomian Kabupaten Sukabumi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, ini dapat dilihat dari Nilai Tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya aktivitas ekonomi dalam daerah tersebut. Total dari Nilai Tambah tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun dapat dilihat pada Tabel 6. 29

10 Tabel 6. PDRB Kabupaten Sukabumi Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha (Dalam Juta Rupiah) SEKTOR/LAPANG AN USAHA 1. Pertanian 1.1 Tanaman Bahan Makanan 1.2 Tanaman Perkebunan 1.3 Peternakan & Hasilnya 1.4 Kehutanan & Perburuan 1.5 Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Minum 5. Bangunan & Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angk. & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa jasa PDRB Dengan MIGAS PDRB Tanpa MIGAS , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,16 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2006 Berdasarkan pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 secara umum mengalami kenaikan yaitu 2,3 triliun rupiah pada 2000, pada 2001 sebesar 2,4 triliun rupiah, pada 2002 sebesar 2,5 triliun rupiah, pada 2003 sebesar 6,6 triliun rupiah dan terus naik menjadi 6,8 triliun rupiah pada 2004, pada 2005 meningkat menjadi 7,1 triliun rupiah dan terakhir pada 2006 menjadi 7,4 triliun rupiah. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat perekonomian Kabupaten Sukabumi terus membaik. Peningkatan terbesar terjadi pada 2003 yaitu sebesar 4,76 % dan terkecil pada 2004 yaitu sebesar 3,03 %. Berdasarkan hasil analisis trend terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 dengan persamaan garis trend y =

11 (1x10 6 )x, terlihat bahwa PDRB Kabupaten Sukabumi dari 2000 sampai dengan 2006 semakin meningkat. Trend perkembangan PDRB Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar ,00 y = 1E+06x ,00 PDRB(juta rupiah) , , , , , , , Gambar 2. Trend PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan Apabila dilihat berdasarkan sektor usaha, maka pada tahun 2006 sektor pertanian masih mempunyai peranan/sumbangan yang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi. Pada 2000 sektor pertanian mempunyai peranan di atas 38,27%, lalu pada 2006 turun menjadi 33,57%. Secara umum kondisi struktur perekonomian Kabupaten Sukabumi tidak banyak mengalami perubahan, sektorsektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan sektor Pengangkutan & Komunikasi. 31

12 Bangunan & Konstruksi, 2,12% Perdagangan, 17,91% Listrik,Gas&Air Minum, 1,11% Industri Pengolahan, 18,05% Pertambangan & Penggalian, 4,93% Angkutan&Komunikasi, 5,62% Keuangan, 3,88% Jasa-jasa, 10% Pertanian, 35,94% Gambar 3. Diagram pie kontribusi per sektor usaha dalam PDRB Kabupaten Sukabumi, 2006 Salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang lebih makmur, sebaliknya jika nilai PDRB per kapita rendah, maka dapat dikatakan keadaan ekonomi masyarakat masih rendah. Sesuai dengan konsep bahwa PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Besarnya PDRB per kapita bervariasi antar kabupaten atau kota, karena selain dipengaruhi oleh potensi wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. Perkembangan dan trend PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel 7. dan Gambar 4. Tabel 7. PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, No. PDRB per Kapita (Rp.) % Pertumbuhan ,68 1, ,09 1, ,08 1, ,75 1, ,46 2, ,86 2,30 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi

13 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi dari 2001 sampai 2006 terus mengalami peningkatan. Pada 2001 PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi sebesar Rp ,68 dan meningkat pada 2006 menjadi sebesar Rp ,86. Peningkatan ini tidak terlepas dari kontribusi masing-masing sektor dan perkembangan jumlah penduduk di Kabuapten Sukabumi. Dari kondisi pertumbuhan PDRB per kapita di atas sudah cukup menggambarkan secara riil daya beli masyarakat yang ternyata hanya meningkat sebesar 2,03 persen per tahun. PDRB per Kapita y = 61206x + 3E Gambar 4. Trend PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, Dari analisis trend perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 4, menunjukkan garis trend yang semakin meningkat dengan persamaan y = (3x10 6 ) x. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabuapten Sukabumi dari 2000 sampai dengan 2006 cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan Pertumbuhan ekonomi Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan adalah salah satu indikator pendekatan ekonomi suatu daerah. Indikator yang menunjukkan naik tidaknya produk 33

14 yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut dan laju pertumbuhan tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan menurut ektor (Dalam Persen) No. Sektor Ratarata 1. Pertanian 4,78 3,22 3,16 2,83 2,78 0,28 2,84 2. Pertambangan & Penggalian 2,01 3,00 3,63 4,01 5,89 0,65 3,20 3. Industri Pengolahan 4,10 7,02 3,82 3,06 5,73 7,19 5,15 4. Listrik, Gas & Air Minum 8,09 4,15 15,78 7,87 5,92 5,17 7,83 5. Bangunan/Konstruksi 5,94 5,33 24,98 16,52 12,02 5,06 11,64 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,66 3,33 2,92 6,04 3,66 9,52 4,52 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,73 3,88 3,61 7,01 4,5 6,98 4,95 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,28 4,36 5,73 2,85 13,65 1,30 5,20 9. Jasa-jasa 2,83 1,91 2,54 2,61 3,26 2,93 2,68 LPE 3,70 3,84 3,74 3,96 4,35 3,92 3,92 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2006 Berdasarkan Tabel 8, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi pada 2001 mengalami kenaikan sebesar 3,70% dan meningkat pada 2002 sebesar 3,84%. Kemudian pada 2003 turun menjadi sebesar 3,74%. Namun pada 2004 laju pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 3,95% dan naik lagi pada 2005 menjadi 4,14 % kemudian turun pada 2006 menjadi 3,92. Hal ini mengindikasikan perekonomian di Kabupaten Sukabumi yang mulai tidak stabil. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi pada 2006 mengalami penurunan sebesar 3,92% dibandingkan pada sebelumnya. Pada tahun tersebut laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat yang mampu tumbuh sebesar 5,31%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Sukabumi dalam 34

15 pertumbuhannya belum mampu mendongkrak ke posisi di atas pertumbuhan di tingkat provinsi. Kecenderungan Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sukabumi terus meningkat seperti yang terlihat dari hasil analisis garis trend perkembangannya yang terus meningkat dengan persamaan y = 0,0814x + 3,6333, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 5. 4,4 y = 0,0814x + 3,6333 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,2 4 3,8 3,6 3,4 3, Gambar 5. Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, Laju pertumbuhan ekonomi jika dilihat secara rinci per sektor maka dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata (3,86 %); kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah laju pertumbuhan rata-rata; kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa yang termasuk kelompok pertama adalah sektor Bangunan/Konstruksi yang mampu tumbuh sebesar 11,64% diikuti sektor Listrik, Gas & Air Minum yaitu sebesar 7,83%, kemudian sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan dan Industri Pengolahan yaitu masing-masing sebesar 5,2 % dan 5,15 %. Kelompok kedua sektor Pertambangan dan Penggalian yang 35

16 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,2 % diikuti sektor Pengangkutan & Komuniaksi, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa, sedangkan pada kelompok ketiga tidak ada karena tidak ada sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata minus. Hal ini berarti di semua sektor mengalami pertumbuhan ekonomi semakin ke arah yang lebih baik Peran dan dampak sektor perikanan terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Sukabumi Kontribusi sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Kontribusi sektor perikanan dan kelautan tidak terlalu besar terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, meskipun demikian sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertanian (35,90 %), kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan (18,03 %) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,89 %). Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat pada 2000 sektor perikanan dan kelautan menyumbang 2,10 % terhadap PDRB Kabuapten Sukabumi. Pada tahun berikutnya meningkat menjadi 2,16 %. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu 2002 kontribusi sektor perikanan dan kelautan mengalami penurunan menjadi sebesar 2,09 % dan terus menurun pada 2003 yaitu sebesar 1,83 %. Begitu juga terjadi penurunan pada 2006 menjadi sebesar 1,77 %. Rata-rata penignkatan kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dari 2000 sampai dengan 2006 adalah sebesar 1,94 %. 36

17 Tabel 9. Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, No. Lapangan Usaha Kontribusi (%) Ratarata 1. Pertanian 33,69 34,33 35,04 38,22 37,81 37,24 35,94 36,04 Tanaman Bahan Makanan 20,32 20,74 19,68 23,03 22,58 22,15 21,42 21,42 Tanaman Perkebunan 5,58 5,40 5,29 6,03 6,17 6,16 5,99 5,80 Peternakan 4,94 5,32 7,31 6,51 6,42 6,28 5,95 6,10 Kehutanan 0,75 0,71 0,68 0,81 0,83 0,83 0,82 0,77 Perikanan 2,10 2,16 2,09 1,83 1,82 1,82 1,77 1,94 2. Pertambangan&Penggalian 4,34 4,23 4,07 5,01 5,02 5,09 4,93 4,67 3. Industri Pengolahan 16,58 16,72 17,12 17,42 17,27 17,50 18,05 17,24 4. Listrik,Gas&Air Minum 0,93 1,00 0,99 1,04 1,08 1,10 1,11 1,04 5. Bangunan 1,38 1,44 1,51 1,75 1,96 2,10 2,12 1,75 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 17,77 17,20 16,68 16,77 17,11 16,99 17,91 17,20 7. Angkutan&Komunikasi 6,08 6,10 6,03 5,30 5,46 5,46 5,62 5,72 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,69 4,66 4,55 3,69 3,65 3,98 3,88 4,16 9. Jasa-jasa 14,52 14,33 14,00 10,79 10,65 10,54 10,44 12,18 Sumber : Data Diolah dari Tabel 6 Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 36,04 % terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Sukabumi sebagian besar masih bergantung pada hasil pertanian. Sektor industri pengolahan menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, hal ini dikarenakan di Kabupaten Sukabumi terdapat beberapa industri pengolahan sehingga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB. Di Kabupaten Sukabumi juga terdapat beberapa hotel yang cukup terkenal terutama di kawasan wisata, sehingga menjadikan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan ketiga dalam kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Sukabumi. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB mengalami penurunan pada Penurunan kontribusi ini juga terjadi pada sektor pertanian. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap sektor pertanian secara 37

18 keseluruhan berada pada urutan keempat setelah sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan peternakan. Lebih jelasnya kontribusi seluruh sektor terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 5. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,18% Angkutan&Komunikas i 4,14% Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan 2,85% Jasa-jasa 7,68% Bangunan 1,56% Pertanian 26,44% Listrik,Gas&Air Minum 0,82% Industri Pengolahan 13,28% Pertambangan&Pengg alian 3,63% Perikanan 1,30% Kehutanan 0,60% Peternakan 4,37% Tanaman Bahan Makanan 15,75% Tanaman Perkebunan 4,41% Gambar 6. Diagram pie kontribusi per sektor terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, 2006 Berdasarkan hasil analisis trend pada Gambar 7, dengan persamaan y = 2,2201 0,07x, menunjukkan bahwa kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan nilai peningkatan yang negative yaitu sebesar 0,07 per tahun. 38

19 2,50 y = -0,07x + 2,2201 2,00 Kontribusi (%) 1,50 1,00 0,50 0, Gambar 7. Trend kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi, LQ sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Kontribusi sektor perikanan dan kelautan serta sektor ekonomi lainnya terhadap pendapatan wilayah menentukan kelayakan sektor tersebut untuk diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Sektor ekonomi yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan wilayah merupakan penggerak utama sektor ekonomi lainnya. Sektor yang merupakan sektor basis dapat meningkatkan arus pendapatan daerah dengan menambah tingkat investasi dan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Gambaran umum mengenai LQ sektor perikanan dan kelautan berdasarkan pendapatan wilayah di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa selama tujuh tahun terakhir, yaitu dari 2000 sampai dengan 2006 sektor perikanan dan kelautan menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ dari sektor perikanan dan kelautan yang lebih dari satu. Nilai LQ sektor perikanan mengalami perubahan dari tahun ke tahun antara 1,94 sampai dengan 2,66. Pada 2001 nilai LQ mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 2,47 menjadi 2,41. Penurunan nilai LQ ini terus terjadi pada 2002 yaitu sebesar 39

20 2,22 dan pada 2003 menjadi sebesar 1,94. Mulai pada 2004 dan seterusnya nilai LQ mengalami peningkatan, yaitu 2,36 pada 2004 dan meningkat menjadi 2,43 pada Pada 2006 sektor perikanan dan kelautan tetap menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 2,66. Tabel 10. LQ Sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator pendapatan wilayah, tahun Total Total Total Pendapatan Pendapatan Total Pendapatan Sektor Sektor Pendapatan Seluruh Perikanan Perikanan Seluruh Sektor Kab. dan Kelautan dan Kelautan Sektor Jawa Sukabumi Kab. Jawa Barat Barat (VT) (VI) (juta Sukabumi (vi) (vt) (juta (juta rupiah) rupiah) (juta rupiah) rupiah) LQ Ket , , , ,92 2,47 Basis , , , ,16 2,41 Basis , , , ,36 2,22 Basis , , , ,50 1,94 Basis , , , ,86 2,36 Basis , , , ,00 2,43 Basis , , , ,00 2,66 Basis Sumber : Data Diolah Hasil analisis trend terhadap LQ sektor perikanan dan kelautan dengan persamaan garis trend y = 2, ,0263x sebagaimana terlihat pada Gambar 8, menunjukkan bahwa LQ sektor perikanan dan kelautan cenderung mendatar, meskipun ada sedikit peningkatan yaitu sebesar 2,63% per tahun. Hal ini tidak terlepas dari produksi perikanan yang juga mengalami peningkatan yang kecil dari tahun ke tahun. Nilai LQ yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan menjadi kegiatan basis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Sukabumi, serta dapat mengekspor hasilnya ke luar wilayah, yaitu Jakarta dan Bandung, bahkan sampai ke luar negeri yaitu Jepang dan Hongkong. Kondisi ini akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, 40

21 sehingga mendorong peningkatan permintaan masyarakat baik terhadap produk perikanan maupun produk sektor lainnya. Dengan demikian, secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan wilayah. 3,00 y = 0,0263x + 2,2511 2,50 2,00 LQ 1,50 1,00 0,50 0, Gambar 8. Trend LQ sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, tahun Multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi wilayah dapat terjadi karena adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang telah diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan, yang dipasarkan ke luar wilayah (ekspor). Besarnya tingkat efek pengganda tersebut mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi wilayah yang ditunjukkan oleh koefisien pengganda yang dihasilkan. Analisis efek pengganda perikanan dan kelautan berdasarkan indicator pendapatan terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000, dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, dapat terlihat bahwa analisis Multiplier effect menunjukkan nilai yang fluktuatif selama periode analisis, dengan rata-rata nilai Multiplier effect sebesar 89,89. Secara berturut-turut nilai Multiplier effect adalah 33,67 pada 2001, 110,75 pada 2002, 59,81 pada 2003, 72,51 41

22 pada 2004, 53,30 pada 2005, dan 209,33 pada Berdasarkan nilai Multiplier effect tersebut, berarti bahwa setiap peningkatan Rp 1,00 pendapatan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi akan menghasilkan pendapatan wilayah, dari sebesar Rp33,67 pada 2001, Rp110,75 pada 2002, Rp59,81 pada 2003, Rp72,51 pada 2004, Rp53,30 pada 2005, Rp209,33 pada Tabel 11. Analisis multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, tahun Pendapatan Wilayah Seluruh Sektor (Rp.) (Y) Pendapatan Wilayah Sektor Perikanan dan Kelautan (Rp.) (Yb) ( Y) ( Yb) Multiplier effect (MSy) , , , , , ,73 33, , , , ,03 110, , , , ,4 59, , , , ,77 72, , , , ,68 53, , , , ,12 209,33 Sumber : Data Diolah Secara keseluruhan trend hasil analisa Multiplier effect mengikuti persamaan y = 18, ,532x, dengan kecenderungan garis yang terus meningkat. Trend analisis Multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah dapat dilihat pada Gambar 9. 42

23 250,00 y = 20,532x + 18, ,00 Multiplier Effect 150,00 100,00 50,00 0, Gambar 9. Trend analisis multiplier effect sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi berdasarkan indikator pendapatan wilayah atas dasar harga konstan 2000, Berdasarkan hasil analisis trend Multiplier effect pada Gambar 9, pembangunan sektor perikanan dan kelautan harus lebih ditingkatkan peranannya melalui peningkatan kualitas aparatur maupaun para pelaku perikanan, sehingga mampu tetap bertahan menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi dan mendorong peningkatan komoditas kegiatan non basis lainnya. Sektor perikanan dan kelautan yang mampu menjadi sektor usaha yang basis tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara pemerintah dan nelayan, sehingga dapat terbentuk dan terbina iklim usaha yang maju dan sehat di sektor tersebut. 5.3 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi Sarana dan prasarana Perikanan yang maju dan modern perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup dan memadai. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia harus dilengkapi dengan fasilitas dasar, fasilitas fungsional dan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk menunjang dan memperlancar beroperasinya armada perikanan serta arus penyaluran dan distribusi produk-produk perikanan, sehingga masyarakat 43

24 nelayan akan dapat terus bekerja dan berusaha lebih giat, karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahanya. Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok. Di kedua Kecamatan tersebut terdapat dua fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok di Kecamatan Cisolok. Oleh karena itulah maka kedua kecamatan ini menjadi pusat fasilitas dan akifitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Sementara fasilitas perikanan yang terdapat di empat kecamatan lainnya, hanya berstatus Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Simpenan- Simpenan, TPI Ciwaru Ciemas, TPI Ujunggenteng-Ciracap dan TPI Surade- Surade. Jumlah TPI/PPI yang ada di Kabupaten Sukabumi lebih rinci disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah TPI/PPI di Kabupaten Sukabumi berdasarkan kecamatan pesisir, 2005 NO Kecamatan Jumlah TPI/PPI 1 Cisolok 3 2 Ciemas 1 3 Surade 1 4 Ciracap 1 5 Palabuhanratu 1 6 Simpenan 1 Jumlah 8 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak sangat strategis berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia (WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Perairan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan (SDI) sebesar ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 43,85 % (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2005), sedangkan akses pemasaran dapat ditempuh selama 3-4 jam dari Palabuhanratu ke Bandung atau Jakarta. 44

25 Ada 2 (dua) kolam yang disediakan oleh PPN, yaitu kolam I diperuntukkan untuk jenis kapal yang berukuran kurang dari 30 GT, seperti perahu congkreng, payang dan diesel, sedangkan kolam II diperuntukan untuk kapal motor yang berukuran lebih dari 30 GT seperti perahu longline dan gillnet. Fasilitas untuk pendaratan ikan terbanyak terdapat di Kecamatan Cisolok, yaitu ada tiga tempat pendaratan ikan. Ketiga tempat pendaratan ikan tersebut berada di tiga tempat yang dibedakan berdasarkan fungsinya. (1) PPI tipe C terletak di kampung Pajagan Cikahuripan tempat dimana kapal yang diperbolehkan untuk tambat berukuran maksimal 20 GT, (2) TPI yang berada di kampung Cibangban merupakan TPI sub pendaratan dimana perahu yang mendarat hanya perahu pancing, congkreng atau bagan apung, dan (3) di kampung Cikembang yang merupakan pos pendaratan ikan yang fungsinya sama dengan Cibangban dengan didominasi oleh perahu pancing dan congkreng Unit Penangkapan Ikan Nelayan di Kabupaten Sukabumi umumnya menangkap ikan pada daerah Perairan Teluk Pelabuhanratu yang tidak jauh dari pantai, karena perahu dan kekuatan motornya tidak memungkinkan ke lautan lepas pantai. Jumlah rumah tangga perikanan laut Kabupaten Sukabumi tercatat pada akhir 2004 adalah yang terdiri dari tanpa perahu sebanyak 87 rumah tangga, perahu tak bermotor sebanyak 66 rumah tangga, perahu motor temple sebanyak 880 rumah tangga, kapal motor sebanyak 166 rumah tangga. Teknologi penangkapan yang dimiliki nelayan Kabupaten Sukabumi, kecuali Palabuhanratu, umumnya belum berkembang dan masih terbilang tradisional. Daerah penangkapan ikan (Fishing ground) nelayan kabupaten ini umumnya dilakukan di sekitar perairan perairan artisanal (di bawah 3 mil) terutama di sekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk Palabuhanratu, Teluk Ciletuh, dan beberapa teluk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kedua teluk tersebut. Jumlah dan jenis armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel

26 Tabel 13. Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2005 NO Jenis/Ukuran Perahu/Kapal Jumlah (unit) % 1 Bagan ,48 2 Congkreng ,31 3 Payang ,86 4 Dogol 42 2,65 5 Pancing 145 9,14 6 Jaring rampus 110 6,94 7 Jaring 128 8,07 8 Angkutan Ikan 70 4,41 9 < 10 GT 134 8, GT 9 0, GT 29 1,83 12 > GT 68 4,29 Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006 Kegiatan perikanan di sekitar perairan artisanal juga dapat dicerminkan oleh jenis alat tangkap yang digunakan nelayan kabupaten ini seperti Gillnet / Jaring Insang, Pukat pantai, Pancing, Anco, Bagan, dan jala lempar, terkecuali untuk nelayan yang domisili usahanya di Kecamatan Palabuhanratu yang mempunyai teknologi penangkapan yang lebih berkembang, seperti Gillnet / Jaring Insang, Payang, Jaring lingkar dan beberapa jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang seperti rawai. Tabel 14, di bawah ini menyajikan beberapa jenis dan jumlah alat tangkap yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi pada

27 Tabel 14. Jumlah alat tangkap perikanan yang berkembang di Kabupaten Sukabumi tahun 2005 NO Alat Tangkap Jumlah (Unit) % 1 Payang 131 4,45 2 Jaring insang lingkar 212 7,20 3 Rampus 137 4,65 4 Trammel net ,70 5 Bagan ,75 6 Rawai tuna 33 1,12 7 Rawai hanyut selain rawai tuna 103 3,50 8 Pancing ulur 175 5,94 9 Pancing lainnya ,69 Jumlah Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi 2006 Penduduk pesisir Kabupaten Sukabumi berdasarkan agregasi jumlah penduduk sembilan kecamatan pesisir terhitung sebanyak jiwa atau sebesar 20,43 persen dari total keseluruhan penduduk Kabupaten Sukabumi. Dari sekitar 400ribu jiwa penduduk pesisir diantaranya ada (2,9%) orang yang bekerja atau bergerak di bidang penangkapan ikan baik sebagai rumah tangga perikanan (RTP) maupun sebagai rumah tangga buruh perikanan (RTBP). Secara rinci jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi, tahun 2005 NO Kecamatan Jumlah (orang) % 1 Cisolok ,38 2 Cikakak 100 0,81 3 Palabuhanratu ,48 4 Ciemas ,90 5 Simpenan 543 4,37 6 Surade 223 1,80 7 Ciracap ,37 8 Tegalbuled 59 0,48 9 Cibitung 52 0,42 Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi

28 5.3.3 Produksi dan nilai produksi Kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan perikanan tangkap yang paling produktif dibandingkan dengan kecamatan pesisir yang lainnya, dengan jumlah nelayan sekitar orang pada 2005 mampu menghasilkan ikan sebayak sekitar 5.240,72 ton atau hanya % dari MSY Perairan laut Kabupaten Sukabumi. Harga rata-rata ikan pada 2005 adalah Rp6.200,00 per Kg, sehingga nilai produksi yang diperoleh mencapai Rp ,00, artinya uang yang berputar di PPN Palabuhanratu untuk menggerakan perekonomian masyarakat dari sektor kelautan (perikanan tangkap) adalah 32 miliar lebih pada Produksi ikan terbesar kedua setelah Kecamatan Palabuhanratu adalah Kecamatan Ciemas. Dengan jumlah nelayan sekitar orang produksi ikan yang dapat diperoleh pada 2005 adalah 1.330,9 ton atau dengan nilai produksi sekitar Rp ,00 yang diperoleh dari hasil perikanan tangkap. Tabel 16, menunjukkan produksi dan nilai produksi ikan dari beberapa kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi. Tabel 16. Produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Sukabumi 2005 NO Kecamatan Produksi (ton) % Nilai Produksi (Rp) % 1 Cisolok Palabuhanratu Ciemas Simpenan Surade Ciracap Cibitung Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi Jenis komoditas yang tertangkap Berdasarkan data yang diperoleh dari 2000 sampai dengan 2006 bahwa ada dua puluh dua jenis ikan yang selalu tertangkap tiap tahunnya dengan jumlah yang berubah-ubah. Sebagian besar jenis ikan jumlah tangkapannya mengalami penurunan cukup drastis pada 2006, sedangkan untuk beberapa 48

29 jenis yang lain jumlahnya mengalami peningkatan. Data jumlah komoditas yang tertangkap di Kabupaten Sukabumi selama 2000 sampai dengan 2006 secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perkembangan jenis komoditas yang tertangkap di Kabupaten Sukabumi, NO Jenis Ikan Jumlah (ton) Peperek 62,4 115,7 280,6 169, ,7 222,51 2 Layang - 34, ,5 423,8 405,8 181,05 3 Selar 15,2 52,2 29,2 76,5 212,8 203,7 53,7 4 Teri 16, , ,7 153,9 159,27 5 Japuh - 28,8 371,5 42,2 87,6 83,9-6 Tembang 75,3 109,8 1241,7 160, ,9 756,21 7 Lemuru 17,4 33,7-28,1 54,2 51,9-8 Kembung 27,6 136,2 39,1 199,5 840,3 804,6 321,63 9 Kuwe - 61,8 101,8 90,5 56,5 54,1 237,63 10 Manyung 10,3 30, ,1 166,6 159,5 27,87 11 Kakap 11,1 56, , ,9 72,23 12 Cucut 562,8 446,4 148,2 654,4 636,3 609,3 567,55 13 Pari 284,2 345,9 86,5 506,8 1425,9 1365,4 108,46 14 Bawal hitam - 16,6-24,3 71,7 68,7 31,79 15 Layur 593,9 685,6 76,1 1004,5 151,9 145,4 518,02 16 Tenggiri 318,1 53,1 54,5 77,8 128,8 123,3 85,82 17 Tuna 440,9 469,8 200,1 688,3 917,9 417,8 347,54 18 Cakalang 706, ,7 1151,6 865,9 829,1 578,59 19 tongkol ,6 1336,8 729,1 624,9 598,4 571,2 20 Udang-udangan 19,2 44, ,9 11,3 10,8 403,79 21 Cumi-cumi - 2,5 5,3 3,7 7,3 6,9 54,08 22 Rumput Laut 11 14,6 5, ,6 - Jumlah 3737,8 4038,1 5300,2 5860,6 7267,4 6497,6 5298,94 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat 2006 Berdasarkan Tabel 17, diketahui jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Sukabumi adalah jenis jenis Cakalang (Katsuonus pelmis), Cucut gergagi (Pritis cuspidiatus), Cucut martil (Sphyrna blochii)layang (Decapterus sp), Layaran (Istiophorus orientalis), setuhuk (Makaira sp), Layur (Trichiurus sp), Peperek (Ceiognatthus sp), Tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard) dan Tuna (Thunnus sp). Dari Tabel 17, juga dapat diketahui bahwa jenis komoditas yang selalu diproduksi dengan jumlah yang cukup tinggi dari

30 sampai dengan 2006 diantaranya adalah Cucut, Pari, Layur, Tuna, Cakalang dan Tongkol. Pada 2006 jenis ikan yang paling banyak ditangkap adalah Tembang dengan jumlah 756,21 ton, kemudian disusul oleh Cakalang dengan jumlah sebesar 578,59 ton. Jenis komoditas lain yang termasuk ke dalam jenis komoditas penting adalah rumput laut, namun komoditas ini tidak diproduksi pada 2006 karena nelayan di Kabupaten Sukabumi lebih memilih untuk membudidayakan komoditas tersebut. 5.4 Peran dan Dampak Subsektor Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. Indikator tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan salah satu sektor di suatu daerah, khususnya dalam hal ini sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. PDRB sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan 2000, menurut lapangan usaha (dalam juta rupiah) No Subsektor PDRB Perikanan Budidaya , , , , , , ,21 Perikanan Tangkap , , , , , , ,03 Total , , , , , , ,24 Sumber: Data Diolah 50

31 Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa PDRB sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi terus mengalami peningkatan terutama pada subsektor perikanan tangkap yang cenderung mengalami peningkatan. Pada PDRB subsektor perikanan tangkap jauh lebih rendah dibandingkan subsektor perikanan budidaya. Baru pada 2005 dan 2006 PDRB subsektor perikanan tangkap hampir sama besarnya dengan subsektor perikanan budidaya yaitu sebesar 59,8 milyar rupiah pada 2005 dan sebesar 58 milyar rupiah pada 2006, sedangkan perikanan budidaya sebesar 69,6 milyar rupiah pada 2005 dan sebesar 72,8 milyar rupiah pada Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi terus membaik. Berdasarkan hasil analisis trend terhadap PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dengan persamaan garis trend y = -6233, ,9x, terlihat bahwa PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dari 2000 sampai dengan 2006 semakin meningkat. Trend perkembangan PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar ,00 y = 9007,9x , ,00 PDRB (Juta Rupiah) , , , , , Gambar 10. Trend PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan

32 Kontribusi subsektor perikanan tangkap Kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan dan PDRB Kabupaten Sukabumi tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan subsektor perikanan budidaya. Akan tetapi, kontribusi subsektor perikanan tangkap terus meningkat selama 2000 sampai dengan Kontribusi persentase PDRB subsektor perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Kontribusi persentase PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi Kontribusi Terhadap Sektor Perikanan Kab. Sukabumi (%) Kontribusi Terhadap Total PDRB Kab. Sukabumi (%) Tangkap Budidaya Tangkap Budidaya ,28 77,72 0,47 1, ,85 77,15 0,49 1, ,23 70,77 0,61 1, ,77 80,23 0,36 1, ,48 76,52 0,43 1, ,24 53,76 0,84 0, ,32 55,68 0,78 0,98 Rata-rata 29,74 70,26 0,57 1,37 Sumber: Data Diolah Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat pada 2000 sampai dengan 2004 kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan tidak terlalu besar dibandingkan dengan subsektor perikanan budidaya. Kemudian pada 2005 subsektor perikanan tangkap menyumbang sebesar 46,24% terhadap sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi atau sebesar 0,84% terhadap total PDRB Kabuapten Sukabumi. Rata-rata kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 29,74% atau sebesar 0,57% terhadap total PDRB Kabupaten Sukabumi. Kondisi ini tidak berarti subsektor perikanan tangkap menjadi sektor yang kurang penting, namun justru dapat memberikan sumbangan besar terhadap sektorsektor lain yang ada di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Sukabumi bahwa kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian, industri dan sektor 52

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan

Lebih terperinci

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PROYEK ICCTF TA 2016 ADAPTASI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM DI WILAYAH PESISIR SELATAN PULAU JAWA BERBASIS KAJIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci