IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU"

Transkripsi

1 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan iklim (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) sebagai berikut: 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru menurut Astronomi terletak antara 5º sampai 8º Lintang Selatan dan 133,5º sampai 136,5º Bujur Timur. Adapun letaknya menurut geografis dibatasi sebagai berikut : Sebelah Selatan : Laut Arafura Sebelah Utara : Bagian Selatan Irian Jaya Sebelah Timur : Bagian Selatan Irian Jaya Sebelah Barat : Bagian Timur Pulau Kei Besar dan Laut Arafura 2. Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai luas ± ,22 Km 2 dengan luas daratan ± 6.425,77 Km². 3. Topografi Kepulauan Aru pada umumnya datar dan berawa-rawa. 4. Geologi Kepulauan Aru terbentuk atau tersusun dari tanah dan batuan yang tercatat sebanyak dua jenis tanah (Podzolik dan Rensina) dan lima jenis batuan (Neogen, Aluvium Undak, Terumbul Coral, Paleozoikum dan Seklis Habluk) (Peta Geologi Indonesia 1965, diacu dalam BPS Kabupaten Kepulauan Aru 2009). 5. Iklim Kabupaten Kepulauan Aru dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan. a. Musim 1) Keadaan musim teratur, Musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah Musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Februari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari. 2) Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret atau April dan Oktober atau November. 3) Bulan April sampai Oktober, bertiup Angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora.

2 49 4) Bulan April sampai September bertiup Angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan Angin Tenggara dominan 61%. 5) Bulan Oktober sampai Maret bertiup Angin Barat Laut sebanyak 50% dengan Angin Barat Laut dominan 28%. b. Tipe Iklim Berdasarkan klasifikasi Agroklimat Kepulauan Aru terbagi dalam dua Zona Agroklimat C2 yaitu bulan basah sebanyak 5-6 bulan dan bulan kering sebanyak 2-3 bulan (Oldeman, Irsal, Muladi 1981, diacu dalam BPS Kabupaten Kepulauan Aru 2009) Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Aru merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun Kabupaten Kepulauan Aru saat ini membawahi tujuh kecamatan yaitu: 1. Kecamatan P.P. Aru 2. Kecamatan Aru Utara 3. Kecamatan Aru Tengah 4. Kecamatan Aru Tengah Timur 5. Kecamatan Aru Tengah Selatan 6. Kecamatan Aru Selatan 7. Kecamatan Aru Selatan Timur Kecamatan P.P. Aru dengan ibukota Dobo membawahi 15 Desa (4 Anak Desa) dan 2 Kelurahan, Kecamatan Aru Utara dengan ibukota Marlasi membawahi 28 Desa (1 Anak Desa), Kecamatan Aru Tengah dengan ibukota Benjina membawahi 23 Desa (4 Anak Desa), Kecamatan Aru Tengah Timur dengan ibukota Koijabi membawahi 13 Desa, Kecamatan Aru Tengah Selatan dengan ibukota Longgar membawahi 7 Desa, Kecamatan Aru Selatan dengan ibukota Korpui membawahi 19 Desa (1 Anak Desa) dan Kecamatan Aru Selatan Timur dengan ibukota Meror membawahi 12 Desa (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Nama-nama ibukota kecamatan, jumlah desa induk, anak desa serta kelurahan pada tahun 2008 tersaji pada Tabel 2.

3 50 Tabel 2 Nama-nama Ibukota Kecamatan, Banyaknya Desa Induk, Anak Desa dan Kelurahan menurut Kecamatan Banyaknya Kecamatan Ibukota Desa Induk Anak Desa Kelurahan 1. P.P. A r u Dobo Aru Utara Marlasi Aru Tengah Benjina Aru Tengah Timur Koijabi Aru Tengah Selatan Longgar Aru Selatan Korpui Aru Selatan Timur Meror Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, Kependudukan Keadaan perkembangan penduduk di Kabupaten Kepulauan Aru mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu besar dalam rentang tahun 1980 sampai tahun Pada Tahun 1980 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak jiwa dan pada tahun 1990 sebanyak jiwa. Kemudian pada tahun 2000 jumlah penduduknya menjadi jiwa. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun adalah 2,43% per tahun dan pada tahun sebesar 2,30% per tahun (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Kepulauan Aru tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) sebagaimana tersaji pada Tabel 3.

4 51 Tabel 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kecamatan 2008 Laki-laki Perempuan Jumlah 1 P.P. Aru Aru Utara Aru Tengah Aru Tengah Timur Aru Tengah Selatan Aru Selatan Aru Selatan Timur Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009 Persebaran penduduk Kabupaten Kepulauan Aru tidak merata, sebagian besar penduduk tinggal di Kota Dobo sebagai Pusat Pemerintahan yang terletak di Kecamatan P.P. Aru (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Persebaran penduduk Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebagaimana tersaji pada Gambar 5. Aru Utara 16% Aru Tengah 17% Aru Tengah Timur 7% Aru Tengah Selatan 7% P,P, Aru 34% Aru Selatan 13% Aru Selatan Timur Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, % Gambar 5 Proporsi Penduduk Kabupaten Kepulauan Aru

5 52 Menurut Kecamatan Bila dilihat dari kepadatan penduduknya, dengan luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru 6425 Km 2 maka pada tahun 2007 kepadatan penduduknya sekitar 12 jiwa/ Km 2 (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Selengkapnya kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Aru Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 1 P.P. Aru 1.083, Aru Utara 1.187, Aru Tengah 1.485, Aru Tengah Timur 659, Aru Tengah Selatan 295, Aru Selatan 1.100, Aru Selatan Timur 613, Jumlah 6.425, Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto Kemampuan suatu daerah untuk mengelola potensi ekonominya dapat digambarkan lewat penggunaan indikator-indikator ekonomi. Indikator yang paling sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Pada tahun kelima Kabupaten Kepulauan Aru sebagai daerah otonom baru, PDRB Kabupaten Kepulauan Aru menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 tercatat sebesar ,03 juta rupiah. Bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang tercatat sebesar ,89 juta rupiah maka terdapat kenaikan sebesar ,14 juta rupiah atau 11,16%, dimana sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru. Atas Dasar Harga Konstan 2000 PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 tercatat sebesar ,41 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2007 tercatat sebesar

6 ,49 juta rupiah atau naik sebesar 5,26% (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sumbangan terbesar PDRB tersebut berasal dari Kecamatan Pulau-Pulau Aru yang tercatat sebesar ,52 juta rupiah atau 28,61 persen untuk harga berlaku, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar ,31 juta rupiah atau 29,53 persen. Kecamatan Aru Selatan berada pada urutan kedua dengan menyumbang masing-masing ,97 juta rupiah atau 13,53 persen atas dasar harga berlaku dan ,86 juta rupiah atau 13,42 persen atas dasar harga konstan 2000, peringkat ketiga adalah Kecamatan Aru Utara yang menyumbang ,24 juta rupiah atau 13,42 persen atas dasar harga berlaku dan ,36 juta rupiah atau 13,05 persen untuk harga konstan 2000, sedangkan Kecamatan Aru Selatan Timur menempati peringkat keempat dengan menyumbang ,05 juta rupiah atau 13,28 persen atas dasar harga berlaku dan untuk harga konstan 2000 sebesar ,62 juta rupiah atau 13,16 persen. Kecamatan Aru Tengah menempati peringkat kelima dengan menyumbang ,91 juta rupiah atau 12,39 persen atas dasar harga berlaku dan untuk harga konstan 2000 sebesar ,26 juta rupiah atau 12,33 persen. Peringkat keenam adalah Kecamatan Aru Tengah Timur yang menyumbang ,91 juta rupiah atau 9,90 persen atas dasar harga berlaku dan ,33 juta rupiah atau 9,73 persen untuk harga konstan Peringkat terakhir adalah Kecamatan Aru Tengah Selatan yang menyumbang ,39 juta rupiah atau 8,87 persen atas dasar harga berlaku dan ,65 juta rupiah atau 8,77 persen untuk harga konstan 2000 (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) Pertumbuhan Ekonomi Daerah Gambaran kondisi ekonomi suatu daerah dapat terlihat pada laju pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2008 sebesar 5,26 persen, tahun 2007 sebesar 5,47 persen, tahun 2006 sebesar 5,39 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) sebagaimana tersaji pada Gambar Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009

7 54 Gambar 6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru Berdasarkan observasi penulis, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,92 persen terjadi pada tahun 2005 karena pada tahun tersebut pertama kalinya Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai APBD dan pada tahun tersebut pula Kabupaten Kepulauaan Aru menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah secara langsung, sehingga kegiatan ekonomi meningkat drastis dan bergerak sangat dinamis. Sedangkan pada tahun 2006 terjadi penurunan tajam dari tahun 2005, meningkat sangat tipis pada tahun 2007, dan menurun tipis pada tahun 2008 karena kegiatan ekonomi sudah kembali normal dan stabil. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tingkat Kecamatan terjadi pada Kecamatan Pulau-Pulau Aru yaitu sebesar 5,79 persen, kemudian Kecamatan Aru Selatan yang tercatat 5,33 persen, diikuti Kecamatan Aru Tengah Timur dengan pertumbuhan 5,28 persen. Selanjutnya berturut-turut adalah Kecamatan Aru Tengah Selatan, Aru Selatan Timur, Aru Tengah, dan Aru Utara masing-masing sebesar 5,28 persen, 4,93 persen, 4,85 persen, dan 4,70 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) Pertumbuhan Sektor Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru tahun 2008 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,26 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang tumbuh sebesar 5,47 persen dari tahun 2006 (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Nilai pertumbuhan ini diharapkan mampu terus meningkat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang. Secara sektoral di tahun 2008 seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut adalah Pertambangan dan Penggalian yang melonjak ke peringkat pertama dengan pertumbuhan sebesar 8,18 persen pada tahun 2008, angka ini meningkat dari tahun 2007 dengan menyumbang sebesar 7,40 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Berdasarkan observasi penulis, pertumbuhan sektor ini terjadi karena permintaan batu dan pasir untuk pembangunan meningkat pesat. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 7,80 persen menduduki peringkat kedua pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2007 sektor ini merupakan peringkat ketiga dari struktur ekonomi yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru dengan menyumbang sebesar 8,06 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Berdasarkan observasi penulis, sektor ini mengalami peningkatan karena meningkatnya mobilitas orang dan barang, serta meningkatnya penggunaan telepon seluler. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati peringkat ketiga dengan pertumbuhan sebesar 6,85 persen, pada tahun 2007 sektor ini menempati peringkat teratas dengan pertumbuhan sebesar 8,56 persen; Sektor Bangunan sebesar 6,17 persen pada tahun 2008 dan menduduki peringkat keempat, turun dari tahun 2007 yang berada di peringkat kedua dengan menyumbang sebesar 8,16 persen;

8 55 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 6,72 persen pada tahun 2008 menduduki peringkat kelima, pada tahun 2007 sektor ini berada pada peringkat keenam dengan menyumbang sebesar 5,40 persen. Sektor Jasa-jasa tahun 2008 menduduki urutan keenam dengan menyumbang sebesar 6,68 persen, pada tahun 2007 menduduki peringkat kelima dengan menyumbang sebesar 6,10 persen; Sektor Industri Pengolahan sebesar 4,61 persen pada tahun 2008 turun dari tahun 2007 yang mampu menyumbang sebesar 4,84 persen; Pertanian pada tahun 2008 menduduki peringkat kedelapan dengan menyumbang sebesar 4,14 persen, pada tahun 2007 sektor ini juga menempati peringkat yang sama dengan menyumbang sebesar sebesar 3,84 persen; Sektor Listrik, dan Air Bersih pada tahun 2008 menduduki juru kunci dengan menyumbang sebesar 2,26 persen, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu menyumbang sebesar 3,28 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Secara keseluruhan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru dapat tersaji pada Tabel 5. Tabel 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Kepulauan Aru Lapangan Usaha Laju Peringkat Laju Peringkat Pertumbuhan Pertumbuhan 1. Pertanian 3,84 8 4, Pertambangan dan Penggalian 7,40 4 8, Industri Pengolahan 4,84 7 4, Listrik & Air Bersih 3,28 9 2, Bangunan 8,16 2 6, Perdagangan, Hotel 8,56 Dan Restoran 1 6, Angkutan & Komunikasi 8,06 3 7, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,40 6 6, Jasa-Jasa 6,10 5 6,68 6 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009 Laju pertumbuhan tertinggi per Kecamatan pada sektor pertanian terjadi di Kecamatan Aru Tengah Timur yakni sebesar 4,35 persen, diikuti Kecamatan Aru Tengah Selatan sebesar 4,30 persen, Kecamatan Aru Selatan 4,26 persen, Kecamatan Aru Utara 4,17 persen, Kecamatan Aru Selatan Timur 4,11 persen, Kecamatan Pulau-Pulau Aru 4,00 persen dan Kecamatan Aru Tengah dengan laju pertumbuhan sebesar 3,95 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009).

9 Sektor Pertambangan dan Penggalian mencatat laju pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Aru Utara sebesar 8,20 persen, diikuti secara bersamaan oleh Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Kecamatan Aru Selatan Timur, dan Kecamatan Aru Tengah Selatan sebesar 8,19 persen, selanjutnya Kecamatan Aru Tengah 8,17 persen, Kecamatan Aru Tengah Timur 8,16 persen, dan terakhir Kecamatan Aru Selatan sebesar 3,95 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Aru Tengah dan Aru Selatan secara bersamaan mencatat laju pertumbuhan tertinggi pada Sektor Industri Pengolahan yakni 4,62 persen, diikuti Kecamatan Aru Tengah Timur sebesar 4,61 persen, Kecamatan Aru Utara 4,60 persen, Kecamatan Aru Tengah Selatan 4,59 persen, dan Kecamatan Aru Selatan Timur 4,56 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Kecamatan Aru Utara, Aru Tengah dan Aru Selatan secara bersamaan mencatat laju pertumbuhan tertinggi pada Sektor Listrik dan Air Bersih yakni 2,18 persen, diikuti Kecamatan Aru Tengah Selatan sebesar 2,17 persen, kemudian Kecamatan Aru Selatan Timur dan Kecamatan Aru Tengah Timur 2,16 persen, dan terakhir Kecamatan Pulau-Pulau Aru 2,14 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sektor Bangunan Konstruksi mencatat laju pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Aru Selatan Timur sebesar 6,75 persen, sedangkan untuk Kecamatan Pulau-Pulau Aru 6,74 persen, Kecamatan Aru Selatan 6,73 persen, Kecamatan Aru Utara dan Aru Tengah Selatan 6,71 persen, serta Kecamatan Aru Tengah dan Aru Tengah Timur masing-masing 6,68 dan 6,67 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Kepulauan Aru mencatat laju pertumbuhan tertinggi pada Kecamatan Aru Tengah yakni 6,89 persen, diikuti Kecamatan Aru Selatan Timur dengan laju pertumbuhan 6,88 persen, sedangkan Kecamatan Aru Tengah Timur dan Aru Tengah Selatan sebesar 6,87 persen, kemudian Kecamatan Aru Selatan 6,85 persen, Kecamatan Aru Utara 6,84 persen, dan Kecamatan Pulau-Pulau Aru 6,83 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sektor Angkutan dan Komunikasi mencatat laju pertumbuahan tertinggi di Kecamatan Aru Selatan Timur yaitu sebesar 7,85 persen, diikuti Kecamatan Pulau-Pulau Aru dengan laju pertumbuhan sebesar 7,84 persen, Kecamatan Aru Tengah Timur 7,79 persen, Kecamatan Aru Utara 7,78 persen, Kecamatan Aru Tengah 7,77 persen, Kecamatan Aru Selatan 7,75 persen, terakhir Kecamatan Aru Tengah Selatan 7,73 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perorangan mencatat laju pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Pulau-Pulau Aru yaitu 6,76 persen. Kecamatan Aru Selatan Timur di peringkat kedua sebesar 6,71 persen, sedangkan untuk Kecamatan Aru Tengah Timur dan Kecamatan Aru Utara laju pertumbuhannya masing-masing sebesar 6,70 persen dan 6,69 persen. Kecamatan Aru Tengah Selatan menempati urutan kelima dengan 6,67 persen dan juru kunci ditempati bersama oleh Kecamatan Aru Tengah dan Aru Selatan dengan laju pertumbuhan sebesar 6,67 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). 56

10 57 Laju pertumbuhan tertinggi pada sektor Jasa-Jasa di tahun 2008 terjadi di Kecamatan Pulau-Pulau Aru sebesar 6,71 persen, diikuti oleh Kecamatan Aru Tengah Timur dan Aru Selatan Timur sebesar 6,68 persen, sedangkan Kecamatan Aru Utara, Aru Tengah Selatan, Aru Selatan dan Aru Tengah masing-masing sebesar 6,66; 6,65; 6,64; dan 6,63 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) Struktur Ekonomi Struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru sejak tahun 2000 masih didominasi oleh tiga sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sektor Jasa-Jasa. Dan secara keseluruhan mencapai besaran sekitar 94,71 persen, sedangkan enam sektor lainnya hanya mampu menyumbang sebesar 5,29 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Secara keseluruhan struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Aru tergambar pada PDRB yang tersaji pada Tabel 6. Pada tahun 2005 Sektor Pertanian memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 61,33 persen dan pada tahun 2006 turun menjadi 61,28 persen kemudian pada tahun 2007 turun menjadi 60,78 persen dan turun kembali menjadi 60,64 persen pada tahun Kontribusi terbesar pada sektor ini berasal dari Sub Sektor Perikanan yang mampu menyumbang sekitar 42,77 persen dari Sektor Pertanian pada tahun 2005, tahun 2006 menyumbang sebesar 43,43 persen, tahun 2007 menyumbang sebesar 43,48 persen dan pada tahun 2008 menyumbang sebesar 43,92 persen. Sektor ini pada tahun 2008 menempatkan Kecamatan Pulau-Pulau Aru sebagai pemberi sumbangan terbesar terhadap distribusi persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yakni sebesar 18,26 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Sementara sektor usaha lain yang menduduki peringkat kedua adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam pembentukan PDRB. Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Pada tahun 2005 peranan Sektor Perdangan Hotel dan Restoran sebesar 26,79 persen kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 27,00 persen dan pada tahun 2007 sedikit mengalami kenaikan dengan menyumbang sebesar sebesar 27,61 persen. Pada tahun 2008 sektor ini kembali meningkat menjadi 27,67 persen. Sektor ini pada tahun 2008 menempatkan Kecamatan Pulau- Pulau Aru sebagai Kecamatan paling besar peranannya dibanding Kecamatan lain dalam distribusi persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang tercatat sebesar 44,84 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009).

11 58 Tabel 6 PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Atas Dasar Harga Berlaku Sektor PDRB Peringkat Pertanian 61,33 61,28 60, Pertambangan dan Penggalian 0,80 0,77 0, Industri Pengolahan 0,25 0,26 0, Listrik & Air Bersih 0,30 0,31 0, Bangunan 1,00 1,00 1, Perdagangan, Hotel ,79 27,00 27, dan Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 1,20 1,18 1, Keuangan, Persewaan 4 4 1,83 1,79 1, Dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 6,51 6,41 6, Sumber : Diolah dari BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009 Sektor ketiga penyumbang terbesar yaitu sektor Jasa-jasa dengan menyumbang pada tahun 2005 sebesar 6,51 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan dengan menyumbang sebesar 6,41 persen, dan menurun kembali menjadi 6,35 persen pada tahun 2007, sektor ini kembali naik pada tahun 2008 dengan menyumbang 6,40 persen. Sektor ini pada tahun 2008 menempatkan Kecamatan Pulau- Pulau Aru sebagai Kecamatan dengan peranan terbesar dalam distribusi persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Aru yang tercatat sebesar 50,79 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) PDRB dan PDRB Perkapita Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Sesuai dengan konsep, pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Daerah tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahunnya (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Kepulauan Aru atas dasar harga berlaku selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, terus mengalami kenaikan dari Rp pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 naik kembali menjadi Rp Pada tahun 2006 tercatat sebesar Rp kemudian pada tahun 2007 mencapai Rp dan menjadi Rp pada tahun Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Kepulauan Aru bila dilihat dari sisi atas dasar harga konstan 2000, maka secara riil pendapatan yang diterima oleh penduduk Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2004 menjadi Rp ; tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi Rp ; pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 3,58 persen menjadi Rp dan kembali meningkat pada tahun 2007 sebesar 1,23 persen menjadi Rp dan pada tahun

12 59 menjadi Rp atau naik 4,00% (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Kecamatan Aru Selatan Timur mempunyai Pendapatan Domestik Perkapita terbesar yakni Rp , diikuti oleh Kecamatan Aru Tengah Timur yang tecatat sebesar Rp , Kecamatan Aru tengah Selatan sebesar Rp , Kecamatan Aru Selatan sebesar Rp , Kecamatan Aru Utara sebesar Rp , Kecamatan Aru Pulau-Pulau Aru sebesar Rp dan Kecamatan Aru Tengah sebesar Rp Sedangkan Pendapatan Domestik Regional Perkapita Kabupaten Kepulauan Aru bila dilihat dari sisi Harga Konstan 2000 maka Kecamatan Aru Selatan Timur mempunyai Pendapatan Domestik Perkapita terbesar yakni Rp , diikuti oleh Kecamatan Aru Tengah Timur yang tecatat sebesar Rp , Kecamatan Aru tengah Selatan sebesar Rp , Kecamatan Aru Selatan sebesar Rp , Kecamatan Pulau Pulau Aru sebesar Rp , Kecamatan Aru Utara sebesar Rp dan Kecamatan Aru Tengah sebesar Rp (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009) Indeks Harga Implisit PDRB Salah satu indikator harga untuk melihat tingkat inflasi dan deflasi adalah Indeks Harga Implisit PDRB. Hasil penghitungan menunjukan bahwa angka indeks implisit pada tahun 2008 adalah 175,38 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan harga barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Kepulauan Aru mengalami kenaikan sebesar 75,38 persen dari harga yang terjadi pada tahun 2000 (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Series tingkat kenaikan harga barang dan jasa tersebut mulai dari tahun 2001 yaitu; sebesar 9,39 persen pada tahun 2001, kemudian mengalami kenaikan pada angka 16,75 persen pada tahun 2002 terhadap tahun Di dua tahun berikut, harga barang dan jasa kembali mengalami kenaikan tipis sebesar 2,21 persen pada tahun 2003 dan 3,48 persen pada tahun Di tahun 2005 tingkat inflasi mencapai kisaran 9,01 persen; di tahun 2006 dan 2007 tingkat inflasi sedikit menurun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 6,3 persen dan 6,06 persen serta pada tahun 2008 tingkat inflasi sebesar 5,60 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009). Secara keseluruhan tingkat inflasi di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana tersaji pada Gambar ,39 16,75 3,48 2,21 9,01 6,3 6,06 5,

13 60 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009 Gambar 7 Tingkat Inflasi berdasarkan Indeks Implisit PDRB Salah satu indikator harga untuk melihat tingkat inflasi dan deflasi adalah Indeks Harga Implisit PDRB. Hasil penghitungan menunjukan bahwa angka indeks harga implisit pada tahun 2007 adalah 66,07 sedangkan pada tahun 2008 sebesar 75,38. Hal ini menunjukkan bahwa secara agregat barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Kepulauan Aru mengalami kenaikan harga sebesar 5,60 persen dari harga yang terjadi pada tahun Selanjutnya jika ditelusuri per kecamatan, maka agregat kenaikan harga tertinggi pada tahun 2008 ini adalah di Kecamatan Aru Utara yakni sebesar 6,15 persen, Kecamatan Aru Tengah Timur di peringkat kedua sebesar 5,93 persen, dilanjutkan oleh Kecamatan Aru Tengah Selatan sebesar 5,86 persen, Kecamatan Aru Selatan sebesar 5,73 persen, Kecamatan Aru Selatan Timur sebesar 5,71 persen, Kecamatan Aru Tengah 5,26 persen, sedangkan agregat kenaikan harga terendah terjadi di Kecamatan Pulau-Pulau Aru sebesar 5,07 persen (BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2009).

14 Perikanan Potensi Perikanan Potensi perikanan, baik ikan maupun non ikan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji pada Tabel 7. Tabel 7 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 JENIS KOMODITAS I.Ikan VOLUME (TON) NILAI (Rp) TON/BLN NILAI (Rp)/BLN Kg/BLN Nilai (Rp)/Kg Ikan Kuwe 4, ,124,080, ,006, , , Ikan Tenggiri 2, ,517,995, ,376,499, , , Ikan Kerapu 1, ,268,480, ,040, , , Ikan Kembung 3, ,049,720, ,143, , , Ikan Baronang 1, ,001,440, ,120, , , Ikan Kakap Merah 1, ,133,600, ,094,466, , , Ikan Tembang 1, ,056,560, ,046, , , Ikan Biji Nangka ,096,240, ,020, , , Ikan Bawal ,898,080, ,840, , , Ikan Kapak Putin ,960, ,163, , , IkanTerbang 1, ,007,720, ,310, , , Ikan Julung-Julung ,800,120, ,010, , , Ikan Gulama ,844,240, ,353, , , Ikan Sebelah 1, ,450, ,454, , Ikan Cucut 4, ,153,320, ,776, , , Ikan Cakalang 1, ,818,935, ,911, , , Ikan Tongkol 1, ,024,240, ,020, , , Ikan Tuna ,109,960, ,830, , , Ikan Beloso 1, ,204,320, ,693, , , Ikan Pari 1, ,641,650, ,137, , , Ikan Lencam 1, ,742,010, ,167, , , Ikan Belanak 1, ,757,040, ,420, , , Ikan Merah 1, ,933,860, ,821, , , II. Non Ikan Cumi -Cumi 1, ,044,200, ,350, , , Sotong ,073,950, ,162, , , Udang Tiger 1, ,859, ,404, , Udang Banana 1, ,633,760, ,146, , , Lobster ,127,040, ,586, , , Kepiting Bakau 1, ,590,700, ,225, , , Rajungan 1, ,866,920, ,910, , , Teripang ,313,000, ,442,750, , , Kerang Darah 1, ,391,120, ,260, , , Kerang Mutiara 1, ,075,600, ,966, , , Biji Mutiara ,195,200,000, ,266,266,666, , ,000, Telur Ikan 1, ,744,401, ,895,366, , , Siput lainnya ,151,400, ,283, , , Total 50, ,437,871,972,020 4, ,286,489,331, ,226, ,202, Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009

15 Nelayan Jumlah nelayan (termasuk pembudi daya) di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebanyak orang, paling banyak di Kecamatan Aru Tengah dan paling sedikit di Kecamatan Aru Selatan Timur. Secara rinci jumlah nelayan Kabupaten Kepulauan Aru tersaji pada Tabel 8. Berdasarkan observasi penulis, pendapatan nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru berkisar antara Rp sampai dengan Rp setiap bulan, tergantung pada jenis perahu yang digunakan. Pada umumnya nelayan yang menggunakan perahu tak bermotor mempunyai pendapatan setiap bulan berkisar antara Rp sampai dengan Rp , sementara itu nelayan yang menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor mempunyai pendapatan setiap bulan berkisar antara Rp sampai dengan Rp (pendapatan Rp sampai dengan Rp biasanya hanya dapat diperoleh oleh nelayan yang memiliki perahu). Tabel 8 Jumlah Nelayan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 Kecamatan Jumlah Nelayan Pulau-Pulau Aru orang Aru Utara orang Aru Tengah orang Aru Tengah Timur orang Aru Tengah Selatan orang Aru Selatan orang Aru Selatan Timur orang Total orang Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Perahu dan Alat Tangkap Perahu yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebanyak 772 unit di Kecamatan Pulau-Pulau Aru, sebanyak 379 unit di Kecamatan Aru Utara, sebanyak 537 unit di Kecamatan Aru Tengah, sebanyak 238 unit di Kecamatan Aru Tengah Timur, sebanyak 258 unit di Kecamatan Aru Tengah Selatan, sebanyak 380 unit di Kecamatan Aru Selatan dan sebanyak 285 unit di Kecamatan Aru Selatan Timur. Berdasarkan observasi penulis, jumlah perahu di atas sudah mencukupi kebutuhan perahu Kabupaten Kepulauan Aru yang pada umumnya satu perahu tak bermotor mempunyai kapasitas satu sampai tiga orang nelayan, satu perahu motor tempel mempunyai kapasitas dua sampai lima orang nelayan dan satu kapal motor mempunyai kapasitas tiga sampai sepuluh orang nelayan. Perahu tak bermotor mempunyai jangkauan berlayar maksimal dua mil, perahu motor tempel dan perahu bermotor pada umumnya mempunyai jangkauan berlayar maksimal lima mil. Pada umumnya setiap desa mempunyai 5 perahu bermotor, namun pada desadesa besar perahu yang dimiliki sebanyak 20 sampai 30 unit. Jumlah Perahu di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana tersaji pada Tabel 9.

16 63 Tabel 9 Jumlah Perahu di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 Perahu Perahu Perahu Kecamatan Kapal Tak Motor Motor Bermotor Tempel Jumlah Pulau-Pulau Aru 374 unit 104 unit 294 unit 772 unit Aru Utara 184 unit 51 unit 144 unit 379 unit Aru Tengah 312 unit 33 unit 192 unit 537 unit Aru Tengah Timur 138 unit 15 unit 85 unit 238 unit Aru Tengah Selatan 150 unit 16 unit 92 unit 258 unit Aru Selatan 227 unit 25 unit 128 unit 380 unit Aru Selatan Timur 171 unit 18 unit 96 unit 285 unit Total unit 262 unit unit unit Sumber : Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009 Alat Tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebanyak unit, yang mana Kecamatan Pulau-Pulau Aru merupakan kecamatan yang paling banyak menggunakan alat tangkap dan Kecamatan Aru Tengah Timur merupakan kecamatan yang paling sedikit menggunakan alat tangkap. Jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan di Kabupaten Kepulauan Aru adalah pengumpul kerang dan pancing, sedangkan jenis alat tangkap yang paling sedikit digunakan di Kabupaten Kepulauan Aru adalah pukat ikan dan pengumpul rumput laut. Sementara itu jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan di Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Utara adalah pengumpul kerang dan sero, sedangkan di lima kecamatan lainnya lebih banyak menggunakan pancing. Secara rinci alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji pada Tabel 10.

17 64 Tabel 10 Jumlah Alat Tangkap di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 Kecamatan No. Jenis Alat Tangkap Pulau-Pulau Aru 1 Pukat Udang 2 Pukat Ikan 3 Jaring Insang 4 Jaring Angkat 5 Pancing 6 Pangumpul Kerang 7 Sero 8 Pangumpul Rumput Laut 9 Bubu 10 lain-lain Total Aru Utara Sumber : Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009 Aru Tengah Aru Tengah Timur Aru Tengah Selatan Aru Selatan Aru Selatan Timur Jumlah 23 unit 12 unit 32 unit 14 unit 15 unit 7 unit 5 unit 103 unit 8 unit 4 unit 25 unit 11 unit 12 unit 3 unit 3 unit 66 unit 474 unit 234 unit 360 unit 159 unit 173 unit 417 unit 315 unit unit 631 unit 311 unit 43 unit 19 unit 21 unit 38 unit 29 unit unit 97 unit 47 unit unit 494 unit 537 unit unit 863 unit unit unit 736 unit 847 unit 374 unit 407 unit 299 unit 226 unit unit unit 844 unit 50 unit 22 unit 24 unit 27 unit 21 unit unit 133 unit 66 unit 11 unit 5 unit 5 unit 9 unit 6 unit 230 unit 346 unit 171 unit 236 unit 116 unit 127 unit 273 unit 206 unit unit 741 unit 365 unit 683 unit 302 unit 329 unit 696 unit 525 unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit 53

18 4.4.4 Produksi dan Nilai Produksi Produksi perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebesar ,8 Ton, yang mana Kecamatan Pulau-Pulau Aru merupakan kecamatan yang paling besar kontribusinya dan Kecamatan Aru Tengah Timur merupakan kecamatan paling kecil kontribusinya. Sedangkan nilai produksi perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 sebesar Rp , yang mana Kecamatan Aru Utara merupakan kecamatan yang paling besar kontribusinya dan Kecamatan Aru Tengah Timur merupakan kecamatan paling kecil kontribusinya. Selanjutnya bila dibandingkan antara Kecamatan Pulau- Pulau Aru dan Kecamatan Aru Utara yang merupakan kecamatan dengan tingkat produksi tertinggi pertama dan ketiga, terlihat bahwa Kecamatan Aru Utara dengan tingkat produksi lebih rendah daripada Kecamatan Pulau-Pulau ternyata mempunyai nilai produksi lebih besar, hal ini disebabkan oleh komoditas perikanan yang lebih tinggi nilainya seperti biji mutiara lebih banyak di produksi pada Kecamatan Aru Utara. Jenis komoditas di Kabupaten Kepulauan Aru pada tahun 2008 yang mempunyai nilai jual tertinggi, antara lain Biji Mutiara, Teripang, Telur ikan dan Ikan Kakap Merah. Sementara itu jenis komoditas yang mempunyai nilai jual terendah, antara lain Udang Tiger, Ikan Sebelah, Ikan Tembang, Ikan Kapak Putih dan Udang Banana. Komoditas perikanan yang paling banyak di produksi adalah Ikan Cucut dan yang paling sedikit di produksi adalah Biji Mutiara. Namun demikian karena Biji Mutiara merupakan komoditas yang harganya sangat tinggi, maka Biji Mutiara memiliki nilai produksi paling tinggi pada tahun Secara rinci produksi dan nilai produksi perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru tahun 2008 tersaji pada Tabel

19 66 Tabel 11 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan,

20 Pedagang Besar dan Pedagang Pengumpul Berdasarkan observasi penulis, pedagang besar yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru berjumlah tiga belas orang dan pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru berjumlah sembilan puluh satu orang. Persebaran pedagang pengumpul dipengaruhi oleh potensi sumberdaya perikanan yang ada pada setiap kecamatan, sedangkan pedagang besar yang terkonsentrasi di Kecamatan Pulau- Pulau Aru dipengaruhi oleh transportasi ke luar daerah, perbankan dan perizinan yang hanya ada di kecamatan ini. Secara rinci jumlah Pedagang Besar dan Pedagang Pengumpul di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah Pedagang Besar dan Pedagang Pengumpul di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2009 Kecamatan Pedagang Besar Pedagang Pengumpul Pulau-Pulau Aru 12 orang 7 orang Aru Utara 42 orang Aru Tengah 1 orang 10 orang Aru Tengah Timur 9 orang Aru Tengah Selatan 17 orang Aru Selatan 2 orang Aru Selatan Timur 4 orang Total 13 orang 91 orang 4.5 Kebijakan Pembangunan Perikanan Arah dan Kebijakan Pembangunan Arah dan kebijakan pembangunan perikanan yang ditempuh Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana tercantum pada RPJM Tahun adalah: 1. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari; 2. Menata dan mengembangkan usaha-usaha produktif yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan, melalui penyiapan sarana dan prasarana perikanan dan kelautan; 3. Menata wilayah pengembangan perikanan dan kelautan dalam suatu arahan tata ruang dan tata guna lahan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil; 4. Membina kemitraan usaha masyarakat pesisir dan nelayan dalam suatu sistem agribisnis yang merata dan berkeadilan; 5. Menjaga dan memelihara keseimbangan fungsi ekosistem pesisir, laut

21 68 dan pulau-pulau kecil; 6. Meningkatkan pelayanan teknis dan kapasitas kelembagaan perikanan dan kelautan yang maju, dan berkelanjutan Program Pembangunan Program pembangunan perikanan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana tercantum pada RPJM Tahun adalah: 1. Program Pengelolaan dan Pengembangan Perikanan dan Kelautan. Program ini bertujuan untuk mendayagunakan potensi perikanan dan kelautan secara optimal adil dan lestari bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: a. Penyusunan profil potensi dan profil investasi perikanan dan kelautan; b. Peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui pola perikanan yang produktif; c. Pengembangan usaha yang memiliki nilai tambah; d. Pengembangan sarana dan prasarana produksi perikanan; e. Pengembangan dan pengendalian mutu produk perikanan; f. Peningkatan jaringan distribusi dan pemasaran hasil perikanan. 2. Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Nelayan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir dan nelayan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: a. Peningkatan kapasitas berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan nelayan; b. Pembinaan masyarakat pesisir dan nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, penguasaan informasi, dan manajemen usaha aquabisnis; c. Pengembangan kemitraan usaha dengan lembaga terkait baik pemerintah, swasta, koperasi, dan lembaga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan. 3. Program Penataan Wilayah Pengembangan Perikanan serta Pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil.

22 69 Program ini bertujuan untuk menata sentra-sentra perikanan dan mekanisme pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: a. Penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil secara terpadu; b. Penataan sentra-sentra perikanan tradisional, menengah dan besar untuk meningkatkan produktifitas dan profesionalime usaha perikanan; c. Penataan sistem pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil. 4. Program Pengawasan, Pengendalian, Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Program ini bertujuan untuk menata dan meningkatkan efektifitas pengawasan, pengendalian, perlindungan sumberdaya perikanan dan ekosistem pesisir. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: a. Penataan kawasan konservasi laut, rehabilitasi dan perlindungan sumberdaya perikanan, pesisir, laut dan pulau-pulau kecil; b. Peningkatan pengawasan dan pengendalian sumberdaya laut, jasa kelautan, ekosistem laut dan pencemaran laut; c. Pengembangan sistem, prasarana dan sarana pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan; d. Penataan sistem dan penegakan hukum; e. Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan dan kelautan. 5. Program Pengembangan Teknologi dan Sistem Informasi Perikanan dan Kelautan. Program ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi dan sistem informasi yang dapat di akses masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pengembangan perikanan dan kelautan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah: a. Desiminasi riset dan teknologi tepat guna untuk kepentingan pengembangan perikanan dan kelautan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi; b. Penataan data base dan sistem informasi perikanan dan kelautan untuk peningkatan pelayanan internal maupun eksternal; c. Penataan bentuk dan cakupan serta statistik perikanan; d. Penyediaan prasarana dan sarana informasi perikanan dan kelautan. 6. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Perikanan dan Kelautan.

23 70 Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas aparatur dan penguatan kelembagaan perikanan dan kelautan. Kegiatan pokok program ini meliputi: a. Peningkatan peran Petugas Penyuluh Spesialis (PPS) dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL); b. Pembinaan kapasitas teknis dalam bentuk, diklat dan magang; c. Pemantapan organisasi dan manajemen kelembagaan perikanan. Sebagai catatan, penulis tidak dapat menyajikan kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru karena informasi lebih lanjut tentang pelaksanaan program dan kegiatan tersebut tidak tersedia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4. 1 Letak Geografis, Luas, Batas Wilayah, Iklim dan Topografi Kabupaten Kepulauan Aru merupakan salah satu diantara kabupaten yang dimekarkan dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 50 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, menurut geografis terletak pada koordinat 131-133,5 0 Bujur Timur dan 5-6,5 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 4.1 Sejarah Kota Sibolga Kota Sibolga dahulunya merupakan bandar kecil di teluk Tapian Nauli dan terletak di pulau Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima

Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terletak pada 118 44-119 22 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci