Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus. Katalog BPS :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus. Katalog BPS :"

Transkripsi

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS :

2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2008 GDRP of Kudus 2008 No. Publikasi : Katalog BPS : Jumlah Halaman : 77 halaman Ukuran : 11 x 8.5 inch Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Kudus Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Kudus Diterbitkan oleh : BPS bekerjasama dengan BAPPEDA Kabupaten Kudus Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference of the source

3 SAMBUTAN BUPATI KUDUS Assalaamu alaikum wr.wb. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, karena sampai saat ini roda perekonomian daerah Kabupaten Kudus masih terus berjalan, meskipun imbas kenaikan harga bahan bakar minyak yang lalu dan adanya pengaruh krisis ekonomi global telah berdampak pada perlambatan laju perekonomian Kabupaten Kudus. Saya menyambut baik atas tersusunnya data publikasi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus tahun 2008 ini. Dinamika pertumbuhan ekonomi yang disajikan melalui data publikasi ini dapat mengambarkan pergerakan roda perekonomian di Kabupaten Kudus yang dapat diketahui dari indikator-indikator ekonomi makro di Kabupaten Kudus yang meliputi PDRB, peertumbuhan ekonomi, inflasi dan PDRB per kapita. Harapan saya, data publikasi PDRB dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di Kabupaten Kudus. Akhirnya, semoga dengan terbitnya buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Wassalaamu alaikum wr.wb. Kudus, 2009 BUPATI KUDUS H. M U S T H O F A iii

4 KATA PENGANTAR Kudus sebagai Kota Industri memiliki banyak sekali tantangan yang akan terus dihadapi. Dalam mewujudkan visi Terwujudnya Kudus yang sejahtera baik lahir maupun batin, aman, tentram dan damai selaras dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kudus tahun yaitu Kudus yang Religius, Maju dan Adil bukanlah hal yang gampang. Untuk itu, diperlukan pijakan data yang akurat, sah, dan dapat dipercaya dalam menjawabtantangan yang ada dalam dalam merumuskan perencanaan serta penetapan kebijakan yang berkelanjutan. Berangkat dari uraian tersebut di atas, dalam rangka tercapainya pertumbuhan ekonomi yang mantap, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kudus bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus telah menyusun publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang salah satu kegunaannya dapat untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kudus. Mengingat keterbatasan yang ada, penyajian PDRB sampai saat ini baru dihitung berdasarkan pendekatan produksi, oleh karena itu belum bisa menjawab masalah pemerataan kebutuhan investasi. Dengan publikasi ini, kepada semua pihak yang telah membantu diucapkan terima kasih. Kudus, 2009 Kepala BAPPEDA Kabupaten Kudus Dra. WHENY SULISTYOWATI, M.Si Pembina Tk.I NIP iv

5 PRAKATA Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus Tahun 2008 ini dapat terwujud. Publikasi ini merupakan kelanjutan dari publikasi yang serupa dari tahun sebelumnya, dan merupakan kerjasama antara Kantor Litbanglahtasipda Kabupaten Kudus dengan BPS Kabupaten Kudus, dengan harapan publikasi ini dapat membantu pemerintah daerah di dalam melakukan perencanaan pembangunan ekonomi secara makro dan mengevaluasi hasil yang telah tercapai selama ini di Kabupaten Kudus. Pada penghitungan PDRB tahun 2008 ini telah digunakan tahun dasar 2000 sebagai pengganti tahun dasar 1993, sehingga sedikit banyak berpengaruh pada besaran angka PDRB. Secara teoritis metode penghitungan PDRB ini masih sama dengan metode penghitungan pada publikasi tahun sebelumnya, yaitu metode pendekatan produksi yang dianjurkan oleh United Nation Organisation (PBB), dengan maksud agar terdapat kesamaan pandang, sehingga bisa dibandingkan secara Nasional maupun Internasional. Selanjutnya kepada semua pihak yang menaruh perhatian terhadap publikasi ini dinantikan saran dan kritik serta apresiasinya guna kesempurnaan publikasi mendatang dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terwujudnya publikasi ini diucapkan banyak terima kasih. Kudus, 2008 Kepala BPS Kabupaten Kudus DRS. S U G I T A NIP v

6 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI KUDUS KATA PENGANTAR PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii iv v vi viii x I. PENDAHULUAN 1 I.1 Umum 1 I.2 Penggunaan Tahun Dasar 2 I.3 Konsep dan Definisi 3 II. METODA PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL 9 II.1 Pendekatan dari Sisi Produksi 10 II.2 Pendekatan dari Sisi Pendapatan 10 II.3 Pendekatan dari Sisi Pengeluaran 11 II.4 Pendekatan dari Sisi Alokasi 11 III. PENJELASAN TENTANG PENYAJIAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN 13 vi

7 IV. ULASAN SINGKAT PERKEMBANGAN PENDAPATAN REGIONAL KAB. KUDUS TAHUN IV.1 Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi 17 IV.2 Perkembangan Ekonomi menurut Lapangan Usaha 19 IV.3 Struktur PDRB 21 IV.4 Indeks Implisit PDRB 22 IV.5 Pendapatan Regional Perkapita 23 IV.6 PDRB menurut Kelompok Sektor 24 IV.7 Alokasi PDRB menurut Kecamatan 25 IV.7 Alokasi PDRB menurut Kecamatan 25 vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus atas dasar Harga Berlaku Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kudus atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Berlaku Tahun Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Berlaku Tahun Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun Indeks Berantai PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Berlaku Tahun Indeks Berantai PDRB Kabupaten Kudus atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 1.9 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Kudus Tahun Tabel 2.1 Tabel 2.2 Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita atas dasar Harga Berlaku di Kabupaten Kudus Tahun Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita atas dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Kudus Tahun viii

9 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Indeks Perkembangan Pendapatan Regional & Angka Perkapita atas dasar Harga Berlaku di Kab. Kudus Tahun Indeks Perkembangan Pendapatan Regional dan Angkaangka Perkapita atas dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Kudus Tahun Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita atas dasar Harga Berlaku di Kabupaten Kudus Tahun Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita atas dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Kudus Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sektor Ekonomi di Kabupaten Kudus Tahun Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sektor Ekonomi di Kab. Kudus Tahun Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sektor Ekonomi di Kab. Kudus Tahun Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sektor Ekonomi di Kab. Kudus Tahun Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kelompok Sektor Ekonomi di Kabupaten Kudus ix

10 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Kaliwungu Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Kaliwungu Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Kota Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Kota Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Jati Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Jati Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Undaan Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Undaan Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Mejobo Tahun x

11 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Mejobo Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Jekulo Th Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Jekulo Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Bae Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Bae Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Gebog Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Gebog Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Dawe Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Dawe Tahun xi

12 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Produk Domestik Regional Bruto Perkapita atas dasar Harga Berlaku dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun Produk Domestik Regional Bruto Perkapita atas dasar Harga Konstan 2000 dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun xii

13 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. PDRB Kabupaten Kudus Tahun Grafik 2. PDRB Sektor Dominan atas dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun Grafik 3. Pendapatan Regional Perkapita Tahun Grafik 4. PDRB Perkapita Tahun Grafik 5. PDRB Kelompok Sektor Ekonomi Harga Berlaku Tahun Grafik 6. Grafik 7. Grafik 8. Grafik 7. Grafik 8. PDRB Kelompok Sektor Ekonomi Harga Konstan Tahun 2008 Kontribusi PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kabupaten menurut Harga Berlaku Tahun 2008 Kontribusi PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kabupaten menurut Harga Konstan Tahun 2008 Kontribusi PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kabupaten menurut Harga Berlaku Tahun 2008 Kontribusi PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kabupaten menurut Harga Konstan 2004 Tahun xiii

14 I. PENDAHULUAN I.1. Umum Informasi mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki arti penting dalam rangka memahami perkembangan perekonomian di Kabupaten Kudus. Dengan memahami perkembangannya akan sangat membantu dalam menyusun program pembangunan lebih lanjut sehingga pada gilirannya akan mempercepat laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Kudus. Penyajian PDRB secara series dapat memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu, yang membuat arah perekonomian regional menjadi lebih jelas dan terarah, yang pada akhirnya berpengaruh pada jumlah penduduk miskin. Di lain pihak akan memberikan manfaat yang lebih bagi pengguna data untuk berbagai kepentingan, seperti perencanaan, evaluasi maupun kajian yang berkesinambungan. Seperti agenda pembangunan nasional sebelumnya salah satu agenda Pembangunan Nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah menetapkan dua strategi utama yaitu meningkatkan pendapatan penduduk dan mengurangi beban hidup penduduk miskin. Peningkatan pendapatan penduduk salah satunya dapat dilihat melalui besarnya pendapatan regional perkapita penduduk, dalam hal ini dihitung dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan semakin besarnya PDRB suatu daerah diharapkan pendapatan penduduk daerah tersebut akan bertambah tinggi. Secara umum pola perekonomian di Kabupaten Kudus untuk tahun 2008 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai penyumbang kedua setelah sektor industri, diikuti sektor pertanian. Dengan persamaan pola tersebut maka dapat dilihat kemampuan sumber daya ekonomi dari Kabupaten Kudus untuk menciptakan barang dan jasa tidak jauh berbeda selama ini. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

15 I.2. Penggunaan Tahun Dasar Pada penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2008, telah digunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100) sebagai dasar penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Hal ini sejalan dengan penghitungan pendapatan nasional yang dilakukan oleh BPS Pusat maupun penghitungan PDRB Propinsi Jawa Tengah serta daerah lainnya. Dengan itu data PDRB Kabupaten Kudus dapat dibandingkan dengan daerah-daerah lain maupun pendapatan nasional. Dasar pertimbangan dalam pemilihan tahun dasar adalah bahwa tahun yang dijadikan dasar perhitungan PDRB kondisinya cukup representatif, dengan memenuhi persyaratan : a. Kondisi ekonomi relatif stabil (aspek riil dan monoter) b. Awal dari peristiwa besar dimana semua hasil pembangunan (kinerja) ekonomi akan dibandingkan dengan kondisi saat itu. c. Kelengkapan data dasar, baik yang berupa data produk (kuantum)/indikator produk, harga/indikator harga, struktur input, data pelengkap, indeks harga, dan sebagainya cukup memadai. Sehingga dari beberapa syarat tersebut dipilihlah tahun 2000 sebagai tahun dasar dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 dipandang relatif stabil. Hal ini dapat dimaknai sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah terpuruknya perekonomian akibat krisis ekonomi. b. Struktur ekonomi tahun 2000 telah berbeda dengan tahun oleh karena itu pemutakhiran tahun dasar dalam penghitungan PDRB menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB akan menjadi realistik, dalam artian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektoral. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

16 c. Rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dinyatakan bahwa estimasi PDRB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini dimaksudkan agar besaran angka PDRB dapat saling diperbandingkan antar daerah/wilayah dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian wilayah. Selanjutnya teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut : a. Perhitungan PDRB/PDB menggunakan tahun dasar baru (2000 = 100) dilakukan secara serentak baik di pusat maupun di daerah. b. Dengan adanya perubahan tahun dasar ini (2000 = 100) seri data yang resmi dipublikasikan pada tahun 2008 mencakup tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan c. Penyajian publikasi PDRB baru (2000 = 100) masih sama dengan penyajian PDRB lama (1993 =100) yang dirinci dalam 9 sektor lapangan usaha. I.3. Konsep dan Definisi Terminologi agregat yang disajikan dalam publikasi ini mengikuti konsep dan definisi dari Pendapatan Regional yang baru (2000 = 100) dimana konsep tersebut dijadikan pedoman dalam menyusun angka-angka pendapatan regional Kabupaten Kudus. I.3.1 Produk Domestik Regional Bruto Pengertian Produk Domestik Regional Bruto dapat dilihat dari tiga sudut pandang yang saling berbeda namun mempunyai satu pengertian yang sama. a. Dari sudut pandang produksi adalah merupakan jumlah nilai produksi netto dari barang dan jasa yang dihasilkan wilayah dalam jangka waktu PDRB Kabupaten Kudus Tahun

17 tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 kelompok lapangan usaha, yaitu : 1. Sektor Pertanian Sektor ini terdiri dari 5 sub sektor, yaitu : (1) Tanaman Bahan Makanan (2) Tanaman Perkebunan (3) Peternakan (4) Kehutanan (5) Perikanan 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini terdiri dari 3 sub sektor yaitu : (1) Minyak dan Gas Bumi (2) Pertambangan tanpa Migas (Minyak dan Gas Bumi) (3) Penggalian 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor ini terdiri dari 2 sub sektor yaitu: (1) Industri Migas (Industri Pengilangan Minyak dan Industri Gas Alam Cair) (2) Industi Tanpa Migas Sub sektor Industri Tanpa Migas dirinci lebih lanjut berdasarkan digit ISIC (2 digit). Pada tingkat daerah, rincian ini diharapkan bisa sesuai dengan sebaran industri yang ada di daerah. 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Sektor ini terdiri dari (3) tiga sub sektor yaitu : (1) Listrik (2) Gas Kota (3) Air Bersih PDRB Kabupaten Kudus Tahun

18 5. Sektor Bangunan Sektor ini akan dipecah menjadi 2 sub sektor yaitu : (1) Bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal (2) Bangunan Lainnya Pada tingkat daerah dimungkinkan untuk tidak dipecah ke dalam sub sektor, tetapi masih satu kesatuan di sektor bangunan. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini terdiri dari 3 (tiga) sub sektor, yaitu : (1) Perdagangan Besar dan Eceran (2) Perhotelan (termasuk homestay ) (3) Restoran 7. Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor ini terdiri dari 7 sub sektor,yaitu : (1) Angkutan Darat (Rel dan Jalan Raya) (2) Angkutan Laut (3) Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (4) Angkutan Udara (5) Jasa Penunjang Angkutan (6) Pos dan Telekomunikasi (7) Jasa Penunjang Komunikasi 8. Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Sub sektor ini terdiri dari 5 sub sektor : (1) Bank (2) Lembaga Keuangan Bukan Bank (3) Jasa Penunjang Lembaga Keuangan (4) Sewa Bangunan (5) Jasa Perusahaan PDRB Kabupaten Kudus Tahun

19 9. Sektor Jasa-jasa Sektor ini terdiri dari 4 (empat) sub sektor, yaitu : (1) Pemerintahan dan Pertahanan (2) Jasa sosial dan Kemasyarakatan (3) Jasa Hiburan dan Rekreasi (4) Jasa Perorangan dan Rumahtangga b. Dari sudut pandang pendapatan, adalah merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan balas jasa skill/keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali balas jasa faktor produksi seperti tersebut diatas termasuk pula komponen penyusutan dan pajak langsung netto. Seluruh komponen pendapatan ini secara total disebut sebagai Nilai Tambah Bruto. c. Dari sudut pandang pengeluaran adalah merupakan jumlah pengeluaran oleh rumahtangga, lembaga swasta tidak mencari untung dan pengeluaran pemerintah sebagai konsumen, pengeluaran untuk pembentukan modal tetap, serta perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah/wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Pengertian ekspor netto adalah jumlah nilai ekspor dikurangi jumlah nilai impor. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

20 Dari ketiga sudut pandang tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jumlah pengeluaran berbagai komponen akan sama dengan jumlah produk akhir dari barang dan jasa, yang dihasilkan oleh produsen, akan sama pula dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat. Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto seperti yang diuraikan diatas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. I.3.2 Produk Regional Bruto Produk Regional Bruto adalah merupakan total nilai tambah kegiatan ekonomi suatu daerah/wilayah ditambah pendapatan penduduk secara netto dari luar daerah/wilayah. Pendapatan netto ini merupakan pendapatan atas faktor produksi milik penduduk suatu wilayah/daerah dikurangi dengan pendapatan yang dikeluarkan dari daerah/wilayah tersebut, karena dimiliki penduduk di luar wilayah tersebut. I.3.3 Produk Regional Netto Produk regional Netto adalah produk regional bruto dikurangi seluruh nilai penyusutan atas barang modal tetap yang digunakan dalam satu tahun. I.3.4 Produk Regional Netto atas dasar biaya faktor. Adalah Produk Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Sedangkan pajak tak langsung netto adalah pajak yang dipungut pemerintah dikurangi subsidi yang dibayar pemerintah. Baik pajak tak langsung maupun subsidi, lazimnya sangat berkaitan dengan tingkat harga barang dan jasa yang diproduksi. Perbedaannya apabila pajak tak langsung cenderung menaikkan harga, sedangkan subsidi adalah sebaliknya. Produk Regional Netto atas dasar biaya faktor produksi inilah yang disebut sebagai Pendapatan Regional. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

21 I.3.5 Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Adalah merupakan hasil bagi produk domestik regional bruto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di suatu daerah. Pendapatan regional perkapita atau disebut Income Perkapita adalah produk netto atas dasar biaya faktor produksi, dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk mempermudah para konsumen data/pembaca sistematika penyajian buku ini disusun sebagai berikut : Bab I Bab II Bab III Pendahuluan Metode Penghitungan Pendapatan Regional Penjelasan Tentang Penyajian Pendapatan Regional Kabupaten Kudus Bab IV Ulasan Singkat Perkembangan Pendapatan Regional Kabupaten Kudus tahun Lampiran Tabel pokok dan Grafik Pendapatan Regional Kabupaten Kudus. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

22 II. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN REGIONAL Seperti tahun sebelumnya di dalam publikasi ini, penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan mulai menggunakan tahun dasar 2000, artinya seluruh output yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dari region Kabupaten Kudus, baik yang berupa barang maupun jasa dinilai dengan harga tahun Dalam penyajiannya seperti tahun tahun sebelumnya sektor ekonomi yang disajikan terdiri dari 9 lapangan usaha, yaitu : 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Metoda penghitungan Pendapatan Regional yang dipakai masih sama dengan metoda pendekatan yang digunakan sebelum tahun 2000, yaitu menggunakan : a. Pendekatan dari sisi Produksi (Production Approach) b. Pendekatan dari sisi pendapatan (Income Approach) c. Pendekatan dari sisi pengeluaran (Expenditure Approach) d. Pendekatan dari sisi alokasi (Alocation Approach) PDRB Kabupaten Kudus Tahun

23 II.1 Pendekatan dari Sisi Produksi Penghitungan pendapatan regional dengan cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan cara menghitung seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua sektor perekonomian selama satu tahun. Barang dan jasa yang diproduksi dinilai dengan harga produsen yaitu harga tidak termasuk biaya transport dan keuntungan pemasaran. Penggunaan harga produsen ini bertujuan untuk menghindari kerancuan dalam penghitungan nilai tambah setiap pelaku kegiatan ekonomi. Seperti dimaklumi bahwa biaya transport akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor transportasi, dan keuntungan pemasaran akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor perdagangan. Nilai barang dan jasa pada tingkat harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto, karena masih termasuk biaya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibeli dari sektor lain. Guna menghindari penghitungan dua kali (double counting) maka biayabiaya yang dipakai untuk memproduksi barang dan jasa yang disebut sebagai biaya antara harus dikeluarkan, sehingga diperoleh nilai produksi netto. Nilai ini kemudian disebut nilai tambah (value added). Apabila di dalam nilai tambah tersebut masih terdapat komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto maka disebut nilai tambah bruto atas dasar harga pasar. Jumlah dari nilai tambah bruto atas dasar harga pasar dari seluruh sektor perekonomian selanjutnya disebut Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. II.2 Pendekatan dari Sisi Pendapatan Menghitung pendapatan regional dengan metode ini dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, yaitu upah/gaji, bunga modal, sewa tanah, dan balas jasa skill/keuntungan. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

24 Dari penjumlahan seluruh balas jasa faktor produksi yang dibayarkan oleh unit-unit ekonomi yang beroperasi disuatu wilayah, akan diperoleh Nilai Tambah Netto atas biaya faktor produksi. Untuk mendapatkan PDRB atas dasar harga pasar harus ditambah dengan nilai penyusutan dan pajak tak langsung netto. II.3 Pendekatan dari Sisi Pengeluaran Metoda ini dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit ekonomi, meliputi barang dan jasa yang dikonsumsi baik oleh rumahtangga, lembaga swasta nirlaba, pengeluaran pemerintah maupun pengeluaran untuk modal tetap dan barang-barang yang masih dalam proses termasuk stock serta ekspor netto. Ekspor netto adalah nilai barang ekspor dikurangi impor. Barang impor sebagai pengurang karena dalam penghitungan pendapatan regional hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah domestik saja. Dengan menjumlahkan komponen-komponen konsumsi, pembentukan modal dan ekspor netto akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. II.4 Pendekatan dari Sisi Alokasi Kadang-kadang karena keterbatasan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk penghitungan pendapatan regional dengan mempergunakan ketiga metoda tersebut diatas, karenanya terpaksa menggunakan metoda alokasi. Hal ini mungkin saja terjadi, misalnya bila suatu unit ekonomi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berlokasi di wilayah lain, sedangkan kantor cabang tidak dapat mengetahui nilai tambah yang diperolehnya, sementara itu penghitungan neraca rugi laba dilakukan di kantor pusat. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

25 Untuk hal yang demikian, perhitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan cara alokasi yaitu dengan mengalokasikan angka-angka pusat dengan indikator yang relevan ke semua cabang sesuai dengan kontribusinya. Indikator yang relevan bisa berupa nilai produksi, jumlah produksi, jumlah karyawan, jumlah penduduk dan sebagainya. Metoda alokasi ini lazim disebut juga metoda penghitungan tidak langsung, sedangkan metoda yang digunakan sebelumnya adalah metoda penghitungan langsung. Angka-angka yang dihasilkan dalam perhitungan metoda langsung cenderung lebih diminati oleh konsumen data bila dibandingkan angka-angka yang diperoleh dari metoda tidak langsung, oleh karena itu sejauh mungkin dilakukan upaya penghitungan dengan menggunakan metoda langsung. Namun bila hal itu tidak mungkin dilakukan, maka ditempuh dengan metoda tidak langsung. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

26 III. PENJELASAN TENTANG PENYAJIAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN Agregat-agregat pendapatan regional seperti yang disajikan dalam publikasi ini secara series selalu disajikan dalam dua versi yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua angka-angka pendapatan regional dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi maupun biaya antara, karenanya komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto akan menjadi harga berlaku. b. Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua angka-angka baik saat menilai produksi maupun biaya antara dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar tertentu. Oleh karena itu perkembangan angka-angka pendapatan regional dari tahun ke tahun merupakan perkembangan riil dan bukan perkembangan yang dipengaruhi oleh perubahan harga. Agregat-agregat pendapatan regional juga disajikan dalam bentuk indeks perkembangan, indeks berantai dan indeks implisit, masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Indeks perkembangan diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai tahun dasar dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan regional pada masing-masing tahun terhadap tahun dasarnya. b. Indeks berantai diperoleh dengan membagi nilai pada suatu tahun dengan tahun sebelumnya dikalikan 100. Jadi disini tahun sebelumnya selalu dianggap 100. Indeks PDRB Kabupaten Kudus Tahun

27 ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan regional dari tahun ke tahun, dengan pembanding tahun sebelumnya. c. Indeks implisit diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan dikalikan 100 untuk masing-masing tahun. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan regional terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks Implisit ini dibuat indeks berantai, akan terlihat tingkat perkembangan harga dari tahun ke tahun berikutnya. Penghitungan Pendapatan Regional atas dasar harga konstan seperti telah diuraikan terdahulu, penghitungan angka-angka pendapatan regional atas dasar harga suatu tahun dasar (dalam hal ini dipakai tahun 2000) sangat penting untuk mengetahui perkembangan riil dari tahun ke tahun setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud dapat berupa produk domestik regional secara keseluruhan, nilai tambah sektoral ataupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. Dalam menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Revaluasi Metoda ini dilakukan dengan cara menilai baik produksi, biaya antara maupun nilai tambah masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (tahun 2000) dan hasilnya merupakan nilai produksi dan nilai tambah atas dasar harga konstan tahun Di dalam praktek sangat sulit untuk melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan untuk proses produksi karena mencakup komponen yang relatif banyak dan bervariasi, disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara nilai produksi atas dasar harga konstan PDRB Kabupaten Kudus Tahun

28 masing-masing tahun dengan rasio biaya antara terhadap nilai produksi dari hasil survei khusus. b. Ekstrapolasi Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk masing-masing tahun diperoleh dengan cara mengalikan nilai tanbah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi ini merupakan indeks indeks dari masing-masing jenis produksi yang dihasilkan, atau menggunakan indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah aktivitas dan lain-lainnya sesuai dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat pula dilakukan terhadap penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan. c. Deflasi Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat pula dicari dengan cara deflasi, yaitu dengan membagi nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga yang sesuai dengan sektornya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator antara lain : Indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula berfungsi sebagai inflator, dalam keadaan nilai tambah atas dasar harga konstan yang diketahui lebih dahulu yaitu dengan cara mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harganya. d. Deflasi Ganda Di dalam penerapan deflasi berganda ini dideflasikan adalah nilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun, sedangkan nilai tambahnya diperoleh dari selisih keduanya dari hasil perhitungan tersebut. Indeks harga yang digunakan PDRB Kabupaten Kudus Tahun

29 sebagai deflatornya dalam penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan biasanya adalah indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditasnya. Sedangkan indeks harga yang dipakai untuk memperoleh biaya antara atas dasar harga konstan adalah indeks harga dari komponen biaya yang terbesar kontribusinya. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

30 IV. ULASAN SINGKAT PERKEMBANGAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN KUDUS TAHUN 2008 IV.1. Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Seperti telah diuraikan sebelumnya, penghitungan PDRB mulai tahun 2005 telah mengalami perubahan tahun dasar, yakni dari tahun dasar 1993 menjadi Perubahan tersebut memang harus dilakukan mengingat perekonomian terus berkembang sehingga sudah tidak relevan apabila tetap menggunakan tahun dasar lama karena kurang mencerminkan kondisi sesungguhnya. Secara matematis PDRB adalah kumulatif nilai tambah bruto dari seluruh sektor lapangan usaha. Namun dari hitungan-hitungan tersebut PDRB dapat diartikan sebagai kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada. Karenanya PDRB merupakan cerminan perekonomian suatu wilayah. Penghitungan PDRB tahun 2008 ini merupakan angka sangat sementara, oleh karena itu pada tabel yang disajikan diberi apostrof bintang dua. Sedangkan angka PDRB tahun 2007 merupakan angka sementara dan diberi apostrof bintang satu. Keadaan ini dilakukan karena masih dimungkinkan adanya perubahan ataupun perbaikan data yang digunakan. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kudus tahun 2008 terhitung sebesar ,44 juta rupiah atau tumbuh sebesar 13,01 persen. Angka tersebut menggambarkan besarnya nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga di tahun Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan sebesar ,20 juta rupiah, dengan laju pertumbuhan sebesar 3,71 persen. Meskipun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus masih di bawah prediksi pertumbuhan nasional, akan tetapi cukup bagus mengingat kebijakan pemerintah di tahun 2008 untuk mengurangi subsidi PDRB Kabupaten Kudus Tahun

31 bahan bakar minyak masih memiliki imbas yang besar terhadap kinerja industri di Kudus, yang nota bene Kudus merupakan Kota Industri sebagai salah satu konsumen BBM. Pertumbuhan atas dasar harga konstan merupakan pertumbuhan ekonomi riil suatu daerah, yang merupakan rata-rata tertimbang pertumbuhan sektor ekonomi yang dapat menjelaskan kinerja perekonomian setiap daerah. Tabel A1. Perkembangan PDRB Kabupaten Kudus Tahun Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Tahun Nilai Nilai r r (Juta Rp.) (Juta Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) ,24 11, ,92 8, ,33 20, ,79 4, ,38 8, ,81 2, ,41 11, ,33 3, ,44 13, ,20 3,71 Rata-rata ,56 13, ,41 4,53 Keterangan r = Pertumbuhan Selama kurun waktu lima tahun terakhir (2008), rata-rata PDRB yang diperoleh penduduk Kabupaten Kudus dari tahun sebesar ,56 juta rupiah, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 13,75 persen atas dasar harga berlaku. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar ,41 juta rupiah dengan rata-rata pertumbuhan 4,53 persen. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

32 Dari Tabel A1 dapat dilihat bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi di Kabupataen Kudus tumbuh melambat. Pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2004, sebesar 8,71 persen disusul pada tahun 2003 dengan pertumbuhan 4,43 persen. Secara umum dalam lima tahun ini rata-rata pertumbuhan di Kabupaten Kudus mencapai 4,53 persen. IV.2. Perkembangan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dapat memberikan gambaran mengenai peranan masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah di suatu daerah. Sehingga dapat menujukkan basis ekonomi Kabupaten Kudus dan sektor mana yang tumbuh pesat. Dari sembilan sektor lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, untuk harga berlaku terlihat bahwa semua sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang positif yaitu berkisar antara 8,49 persen sampai dengan 18,36 persen. Demikian pula untuk pertumbuhan riil atau menurut harga konstan 2000, dari sembilan sektor lapangan usaha tidak ada satu pun sektor lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan negatif. Dilihat dari besarannya tidak ada yang tumbuh drastis, semuanya berada pada kisaran 0,02 persen sampai 8,54 persen. Keadaan tersebut menunjukkan perekonomian di Kabupaten Kudus pada tahun 2008 masih mengalami sedikit kelesuan. Pertumbuhan tertinggi untuk PDRB atas dasar harga berlaku dialami oleh sektor Lembaga Keuangan sebesar 18,36 persen sedangkan bila dilihat atas dasar harga konstan sektor Listrik, Gas & Air Bersih pertumbuhannya mencapai 8,54 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian tahun 2008 dapat dikatakan cukup tinggi setelah pada tahun 2007 tumbuh negatif, namun demikian sektor ini belum dapat menggenjot angka PDRB secara keseluruhan. Sektor pertanian merupakan penyumbang PDRB Kabupaten Kudus terbesar setelah sektor Industri Pengolahan dan sektor perdagangan. Secara riil sampai sekarang pertumbuhan sektor penggalian dapat dikatakan stabil, hal ini menunjukkan bahwa hasil bahan galian di Kabupaten Kudus masih memberikan kontribusi terhadap angka PDRB meskipun dengan prosentase yang kecil PDRB Kabupaten Kudus Tahun

33 sekali terutama bahan galian tanah urug, meskipun sektor bangunan sendiri tidak mengalami pertumbuhan yang cukup besar seperti pada tahun yang lalu. Tabel A2. Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 2008 Harga Berlaku Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA Nilai Nilai R r (Jutaan Rp.) (Jutaan Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian ,45 16, ,36 3,59 2. Penggalian 9.092,12 8, ,99 1,24 3. Industri Pengolahan ,63 10, ,27 2,99 4. Listrik, Gas & Air Bersih ,94 13, ,71 8,54 5. Bangunan ,21 8, ,85 0,02 6. Perdag,Hotel & Rest ,95 17, ,01 5,04 7. Angkutan & Komunikasi ,34 15, ,85 7,67 8. Lemb. Keuangan ,78 18, ,85 4,19 9. Jasa-jasa ,02 14, ,29 5,46 PDRB ,44 13, ,20 3,71 Lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan kontributor terbesar PDRB selama ini mengalami pertumbuhan 2,99 persen. Memang dari segi angka, pertumbuhan sektor ini tergolong kecil namun secara nilai masih sangat besar sehingga jika PDRB Kabupaten Kudus Tahun

34 dibandingkan dengan ke delapan sektor lainnya. Kontribusi PDRB sektor ini masih cukup besar. Pertumbuhan untuk lapangan usaha lainnya dapat dilihat pada Tabel A2. IV.3. Struktur PDRB Kabupaten Kudus Perekonomian Kudus masih berbasis pada lapangan usaha industri pengolahan. Hal ini dimungkinkan cukup jelinya penduduk Kudus untuk menangkap peluang-peluang yang ada dalam menciptakan produk-produk industri yang laku di pasaran. Lapangan usaha industri pengolahan masih menempati urutan tertinggi dalam menyumbang nilai PDRB, yakni sebesar 63,44 persen dari seluruh nilai total PDRB. Tabel B Distribusi Prosentase PDRB menurut Lapangan Usaha di Kudus Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2,38 2,46 3,16 3,16 2. Penggalian 0,03 0,03 0,04 0,04 3. Industri Pengolahan ,84 61,38 60,96 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,37 0,37 0,32 0,34 5. Bangunan 1,33 1,28 1,55 1,50 6. Perdag,Hotel & Rest. 25,30 26,31 27,39 27,74 7. Angkutan & Komunikasi 1,42 1,45 1,90 1,97 8. Lemb. Keuangan 1,95 2,04 2,14 2,15 9. Jasa-jasa 2,19 2,22 2,11 2,14 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Kabupaten Kudus Tahun

35 Sektor pertanian yang pada tahun 2008 menghasilkan kontribusi sebesar 2,46 persen, naik 3,36 persen dibanding tahun Bila menilik pada jangka waktu dua dasawarsa ini, sudah berhektar-hektar lahan pertanian yang berubah menjadi lahan kering non pertanian baik untuk perumahan, industri maupun untuk kegiatan-kegiatan lain disamping itu banyak penduduk yang sudah beralih profesi dan tidak menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian. Menjadi suatu pekerjaan rumah bagi pemerintah Kabupaten Kudus dan kita semua tentunya untuk mendayagunakan keterbatasan lahan pertanian agar dapat berproduksi lebih tinggi. Banyak dari penduduk Kudus yang lebih memilih bekerja di sektor industri dari pada sektor pertanian. Maklum adanya, upah buruh industri lebih tinggi dari upah buruh pertanian dengan resiko dan beban kerja yang lebih kecil. Hal tersebut merupakan salah satu faktor kenapa sektor pertanian di Kudus tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga perlu solusi secara makro untuk dapat mengembalikan citra pertanian di Kudus baik dari segi produksi maupun sisi ekonomis tenaga kerjanya. Sektor kedua yang memberikan kontribusi cukup besar adalah lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor ini pada tahun 2006 memberikan sumbangan sebesar 26,31 persen. Lapangan usaha yang memberikan kontribusi yang statis dan terkecil sumbangannya adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sekitar 0,03 persen. IV.4. Indeks Implisit PDRB Indeks implisit merupakan indikator yang dapat menunjukkan tingkat stabilitas perekonomian (inflasi/deflasi) suatu daerah. Pertumbuhan indeks harga implisit merupakan inflasi harga produsen tiap subsektor/sektor/pdrb tahun yang bersangkutan. Selama ini angka inflasi masih menjadi barometer dalam menilai stabilitas ekonomi disamping pertumbuhan ekonomi. Naik turunnya angka ini menggambarkan gejolak ekonomi utamanya harga di wilayah tersebut. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

36 Di tahun 2008 indeks implisit PDRB Kudus meningkat dari 213,59 persen di tahun 2007 menjadi 232,76 persen dengan inflasi yang terjadi sebesar 8,98 persen. Dengan besaran 8,98 persen inflasi di tingkat produsen ini cukup memprihatinkan karena mendekati batas psikologi dua digit. Kenaikan angka inflasi ini dipicu oleh kenaikan hargaharga yang dinamis. Dengan demikian dengan angka inflasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang rendah, tahun 2008 kondisi perekonomian di Kabupaten Kudus tidak begitu menggairahkan seperti pada kurun waktu 5 tahun terakhir. IV.5. Pendapatan Regional Perkapita Pada tahun 2008 nilai tambah yang dihasilkan penduduk Kabupaten Kudus, ratarata perkapitanya adalah Rp ,29 atau naik sebesar 13,01 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap penduduk Kudus mampu mengumpulkan nilai tambah sebanyak Rp ,- perbulannya, angka ini jauh di atas batas garis kemiskinan. Karenanya secara selintas seolah-olah di Kabupaten Kudus ini sudah tidak lagi ditemui penduduk miskin. Namun bila kita lihat lebih seksama lagi, perekonomian Kudus kurang lebih 60 persennya didominasi sektor industri, utamanya industri besar dan sedang yang jumlah perusahaanya relatif kecil bila dibandingkan dengan industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Maka dengan demikian nilai tambah yang dihasilkanpun lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha industri besar dan sedang yang mampu memproduksi barang yang lebih besar dan lebih mahal di pasaran. Terlebih lagi dari perolehan nilai tambah tersebut yang menjadi bagian bagi buruh industri sangat kecil sekali, sehingga penduduk yang masih pas-pasan bahkan kekurangan masih bisa dijumpai di Kabupaten Kudus. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Kudus untuk lebih memotivasi rakyatnya yang masih di bawah garis kemiskinan untuk mampu berproduksi seperti penduduk Kudus lainnya yang terkenal sebagai penduduk yang kreatif serta perlu mengembangkan sektor lainnya PDRB Kabupaten Kudus Tahun

37 IV.6. PDRB menurut Kelompok Sektor Kudus layak dinilai sebagai kota modern, terbukti sektor primer berkontribusi lebih kecil dari sektor sekunder dan tersier. Suatu teori transisi demografi menyebutkan bahwa suatu daerah menuju modern kegiatan ekonominya akan bergerak dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Menilik hal tersebut di atas di tahun 2008 kontribusi sektor primer yang dipandegani oleh sektor usaha Pertanian, Pertambangan & Penggalian hanya berhasil memberikan kontribusi sebesar 2,49 persen dari total PDRB menurut harga berlaku. Kontribusi dari sektor primer ini cenderung mengalami stagnasi. Dengan luas tanah pertanian di Kudus lebih dari 50 persen (luas sawah = Ha) dari luas wilayah Kabupaten ( Ha), ternyata produktivitasnya terus saja masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok sektor sekunder maupun tersier. Tabel C Distribusi Prosentase PDRB menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 Kelompok Sektor Harga Berlaku Harga Konstan 2000 (1) (2) (3) Sektor Primer 2,49 3,20 Sektor Sekunder 65,49 62,80 Sektor Tersier 32,02 34,00 PDRB 100,00 100,00 Selain itu kecilnya animo atau minat sebagian besar masyarakat di Kudus terhadap usaha sektor pertanian sangat kecil dan masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia dan kemampuan biaya serta masih minimnya pemanfaatan tekhnologi pertanian modern PDRB Kabupaten Kudus Tahun

38 berimbas pada keterbatasan macam tanaman yang dibudidayakan dan belum mengacu pada tanaman ekspor mengkondisikan rendahnya kontribusi sektor primer. Kelompok sektor Sekunder yang terdiri dari sektor usaha Industri; Listrik, Gas & Air Bersih serta Bangunan merupakan kelompok sektor yang menopang 65,49 persen dari total PDRB Kudus menurut harga berlaku. Kelompok sektor ini masih menjadi andalan dan primadona dalam mengumpulkan nilai tambah di Kabupaten Kudus. Kelompok sektor Tersier yang terdiri dari sektor usaha yang belum disebutkan diatas yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran; Angkutan & Komunikasi; Bank/Lemb.Keuangan Lainnya; serta jasa-jasa. Suatu daerah dapat dikatakan modern apabila kelompok sektor tersier di daerah tersebut berhasil memberikan kontribusi yang tinggi. Di Kudus sendiri kelompok sektor tersier menyumbangkan 32,02 persen dari total PDRB. IV.7. Alokasi PDRB menurut Kecamatan Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, masih terjadi bias di antara kecamatankecamatan di Kabupaten Kudus. Ini sangat berpengaruh terhadap tingkat/derajat kehidupan penduduknya. Tiga pemberi kontibusi PDRB terbesar adalah Kecamatan Kaliwungu, Kota dan Kecamatan Jati. Ketiga Kecamatan tersebut berkarakteristik sebagai daerah perkotaan dengan sektor industri dan perdagangan sebagai sektor andalan, sedangkan sektor Pertanian nilai tambahnya rendah. Tiga kecamatan penyumbang PDRB menengah adalah Kecamatan Jekulo, Bae dan Gebog. Keempat kecamatan tersebut merupakan daerah transisional yaitu sebagian merupakan daerah perkotaan, dan sebagian lagi merupakan daerah perdesaan. Andalan perekonomian kecamatan ini adalah sektor industri dan perdagangan, walaupun belum dapat menyamai kecamatan Kaliwungu, Kota ataupun Jati. Begitu pula dengan sektor pertanian dan penggalian masih turut mewarnai kecamatan-kecamatan penghasil PDRB menengah ini. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

39 Kecamatan Undaan, Mejobo dan Dawe adalah merupakan kecamatan penyumbang PDRB terendah. Ketiga kecamatan tersebut cenderung dikonotasikan sebagi rural area, karena memang sebagian besar adalah merupakan daerah perdesaan dengan nilai tambah andalan dari sektor pertanian, sebaliknya dari sektor industri dan perdagangan sangat rendah. Tabel D PDRB dan PDRB Perkapita menurut Kecamatan di Kabupaten Kudus tahun 2008 Harga Berlaku Harga Konstan 2000 KECAMATAN PDRB PDRB perkapita PDRB PDRB perkapita (Juta Rp.) (Rp.) (Juta Rp.) (Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kaliwungu , , , ,63 2. Kota , , , ,21 3. Jati , , , ,00 4. Undaan , , , ,81 5. Mejobo , , , ,99 6. Jekulo , , , ,39 7. B a e , , , ,42 8. Gebog , , , ,69 9. Dawe , , , ,94 JUMLAH , , , ,86 PDRB Kabupaten Kudus Tahun

40 Mungkin dengan memacu penduduknya untuk lebih meningkatkan sumber daya manusia-nya dan menerapkan tekhnologi yang tepat di bidang pertanian sehingga penduduknya mampu menanam tanaman yang diminati pasar internasional, tentunya akan mampu mendongkrak pendapatan di kecamatan ini. Berbeda dengan tahun sebelumya, untuk kali ini kecamatan dengan PDRB perkapita tertinggi diduduki oleh Kecamatan Kota. Sedangkan Kecamatan Dawe masih memiliki PDRB perkapita terendah di Kabupaten Kudus, Hal ini disebabkan PDRB Kecamatan Dawe yang rendah dan besarnya jumlah penduduk di kecamatan tersebut. PDRB Kabupaten Kudus Tahun

41

42 Tabel 1.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS Tabel 1.1. ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN Tabel 1.1. (JUTAAN RUPIAH) LAPANGAN USAHA (1) (4) (5) (6) (7) (8) 1. PERTANIAN , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan , , , , , Peternakan , , , , , Kehutanan 262,48 268,28 255,64 284,14 315, Perikanan 2.647, , , , ,77 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5.458, , , , , Pertambangan Penggalian 5.458, , , , ,12 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , , Makanan, minuman & Tembakau , , , , , Tekstil, Brg kulit & alas kaki , , , , , Barang Kayu & hasil hutan lain , , , , , Kertas & Barang Cetakan , , , , , Pupuk, Kimia & Brg dr Karet , , , , , Semen & Brg lain bkn Logam , , , , , Alat Angkt, Mesin & Peralatan , , , , , Barang Lainnya , , , , ,97 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , , Listrik , , , , , Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Air Bersih 1.907, , , , ,34 5. BANGUNAN , , , , ,21 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , , Perdagangan , , , , , Hotel 2.643, , , , , Restoran , , , , ,99 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , , Angkutan Darat , , , , , Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Angkutan Sungai,Danau&Penyeberangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Jasa Penunjang Angkutan 2.920, , , , , Pos Dan Telekomunikasi , , , , ,13 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PRSHN , , , , , Bank , , , , , Lembaga Keuangan Bukan Bank , , , , , Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Sewa Bangunan , , , , , Jasa Perusahaan 1.337, , , , ,82 9. JASA-JASA , , , , , Pemerintahan , , , , , Sosial Kemasyarakatan , , , , , Hiburan & Rekreasi 736,13 794,28 844,37 923, , Perorangan & Rumahtangga , , , , ,94 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,44

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KABUPATEN PURBALINGGA 2010

KABUPATEN PURBALINGGA 2010 KABUPATEN PURBALINGGA 2010 NOMOR KATALOG BPS : 9218.33.03 NOMOR PUBLIKASI : 33035.11.01 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : 134 halaman NASKAH : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PURBALINGGA PENYUNTING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Indikator terjadinya alokasi yang efisien nilai output nasional seberapa efisien sumberdaya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 Pada Triwulan I 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

KABUPATEN PURBALINGGA 2011

KABUPATEN PURBALINGGA 2011 KABUPATEN PURBALINGGA 2011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 x 25 cm : 140 halaman NASKAH : TEAM PENYUSUN PENYUNTING : TEAM PENYUSUN GAMBAR KULIT : TEAM PENYUSUN DITERBITKAN OLEH : BADAN PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN No. 026/08/63/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009 terhadap triwulan I-2009 (q to q) mencapai angka 16,68 persen. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 BPS KABUPATEN DELI SERDANG No. 01/07/1212/Th. XIV, 8 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci