BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-01/PJ.7/1990

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-01/PJ.7/1990"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Prosedur tahap-tahap pemeriksaan pajak sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan panduan bagi aparat pemeriksa pajak baik yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (sebagai pegawai fungsional) dalam menjalankan tugas pemeriksaan. Selain itu, dengan adanya prosedur yang baku memudahkan pelaksanaan review audit, baik itu peer review maupun review oleh unit pengawasan lainnya. Sebelum adanya panduan tersebut, pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pada Direktorat Jenderal Pajak terkesan kurang terarah dan kurang tertib. Tentu saja hal ini, disamping akan menyebabkan pelaksanaan pemeriksaan itu sendiri menjadi tidak efisien dan tidak efektif juga sulit untuk dilakukan penilaian karena tidak ada standarnya sebagai acuan penilaian. Berdasarkan teori yang dipaparkan pada Bab II, bahwa setiap tahap-tahap pemeriksaan pajak, dalam pelaksanaannya pemeriksa harus mendokumentasikan baik dalam Kertas Kerja Pemeriksaan maupun catatan pemeriksa dalam setiap langkah yang diambil. Maksud dari pendokumentasian ini adalah supaya bahwa tahap-tahap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh pemeriksa dapat ditelaah lagi baik oleh pemeriksa sendiri maupun oleh atasan pemeriksa yang bersangkutan dan mempermudah penilaian/pengawasan dari unit pengawasan lainnya, misal : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. 38

2 Pada Bab ini Penulis akan melakukan analisis penerapan prosedur dan teknik Pemeriksaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan PT. ABC apakah telah sesuai dengan pedoman pemeriksaan pajak atau belum. Wajib Pajak PT. ABC adalah badan usaha yang bergerak dibidang perdagangan sapi impor. Pada Tahun Pajak 2010 Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan status Lebih Bayar. Sehubungan dengan itu maka diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan all taxes untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Secara umum prosedur/tahap pemeriksaan pajak yang diterapkan oleh pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan pada PT. ABC telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tetapi ada sebagian kegiatan yang tidak dilaksanakan dengan baik. Berikut ini akan dilakukan evaluasi atas masing-masing langkah-langkah dalam prosedur pemeriksaan : A. Tahap persiapan pemeriksaan. Sebagai seorang pemeriksa secara umum harus memiliki beberapa persiapan guna menjalankan pemeriksaan pajak. Persiapan tersebut diperlukan guna tercapainya hasil audit yang optimal, dimana jumlah penetapan pajak yang diterbitkan dapat mendekati jumlah pajak yang terutang yang sebenarnya untuk tahun pajak yang bersangkutan. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka setiap pemeriksa harus memiliki kemampuan dibidang perpajakan dan analisis Laporan Keuangan. Apabila pemeriksa dapat melakukan analisis yang mendalam terhadap laporan keuangan dan dampak aspek perpajakannya, maka dipastikan pekerjaan pemeriksa tidak akan terlalu lama, 39

3 karena pemeriksa dapat terfokus terhadap hal-hal yang bersifat material untuk dikaji lebih dalam. 1. Penugasan Pemeriksaan. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.04/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan disebutkan bahwa berdasarkan instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2), Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan harus mendistribusikan penugasan pemeriksaan kepada tim pemeriksa pajak yang telah dibentuk dengan membuat nota dinas kepada Supervisor yang ditunjuk melalui Kepala Seksi Pemeriksaan. Hal ini sudah dilakukan karena penugasan pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting. Tanpa adanya penugasan kepada Tim Pemeriksa, pemeriksaan tidak akan berjalan. 2. Peminjaman profil, dokumen dan berkas Wajib Pajak. Berdasarkan nota dinas Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak yang ditunjuk harus meminjam profil, dokumen, dan berkas Wajib Pajak yang akan diperiksa. Dalam pemeriksaan pajak terhadap PT. ABC, tahap ini belum dilakukan sebagaimana mestinya. Pemeriksa melakukan peminjaman profil disaat pemeriksaan sudah berjalan. Hal ini terkait jangka waktu penyelesaian pemeriksaan SPT Lebih Bayar yang cukup singkat sehingga Surat Perintah 40

4 Pemeriksaan (SP2) dapat diterbitkan sebelum peminjaman profil Wajib Pajak. 3. Mempelajari Profil, Dokumen dan berkas Wajib Pajak/berkas data. Berdasarkan uraian pada Bab III tidak semua Pemeriksa melaksanakan tahap ini. Pemeriksa mempelajari berkas Wajib Pajak justru setelah pemeriksa bertemu dengan Wajib Pajak dan menerima data-data dari Wajib Pajak yang dipinjam oleh pemeriksa. Hal ini dikarenakan peminjaman berkas Wajib Pajak kepada Seksi Pelayanan membutuhkan waktu yang cukup lama karena kurangnya tenaga pada bagian arsip. Selain itu juga dikarenakan kurang tertibnya system pemberkasan menyebabkan berkas Wajib Pajak yang diperlukan sulit ditemukan. Demikian halnya dengan profil Wajib Pajak. Pemeriksa mempelajari profil setelah pemeriksaan sudah berjalan dikarenakan peminjaman profil kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi dilakukan setelah pemeriksaan berjalan. Langkah ini sebenarnya penting dilakukan karena dalam profil tersebut pemeriksa dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha Wajib Pajak termasuk benchmark, data, dan informasi yang terkait dengan Wajib Pajak. Berdasarkan pengamatan pada Kertas Kerja Pemeriksaan PT. ABC dan wawancara, pelaksanaan tahap ini pun juga tidak dituangkan ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan, dengan alasan bahwa pemeriksa berasumsi data 41

5 yang ada menyangkut identitas Wajib Pajak tidak banyak berubah dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu pemeriksa cenderung menganggap kegiatan menuangkan tahap ini hanya membuang waktu karena data identitas tidak banyak berubah. 4. Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan wajib pajak. Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak, langkah awal yang sangat penting dalam mendeteksi apakah SPT yang telah dilaporkan Wajib Pajak telah benar pengisiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku serta penghitungan angka-angka dalam SPT dan Laporan keuangan telah benar. Analisis terhadap SPT baik SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai maupun SPT Tahunan Pajak Penghasilan, secara umum telah dilakukan oleh pemeriksa dengan baik. Karena cara ini lebih mudah dan efisien dalam mencari temuan koreksi fiskal yang diakibatkan karena kesalahan yang dilakukan Wajib Pajak dalam mengisi dan melaporkan SPT-nya. Analisis yang dilakukan pemeriksa pada tahap ini antara lain : 1) Apakah SPT telah dilaporkan dalam batas waktu yang ditentukan atau tidak, yaitu untuk SPT Tahunan tanggal 30 April tahun setelah masa tahun pajak berakhir sedangkan SPT Masa adalah tanggal 20 setelah masa pajak berakhir. 2) Apakah SPT diisi dengan lengkap atau tidak. 3) Apakah terdapat kesalahan dalam mengisi SPT. 42

6 4) Apakah terdapat pos-pos dalam SPT yang tidak wajar dalam jumlah maupun keberadaan atau ketidakberadaannya. 5) Pengujian perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan penghitungan besarnya pajak yang terhutang maupun pajak yang masih harus dibayar. Tahap ini sudah dilakukan dengan baik oleh Pemeriksa karena data mengenai SPT Wajib Pajak dapat dengan mudah diakses oleh Pemeriksa melalui Sistem Informasi Perpajakan. Analisis atas Laporan Keuangan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksa antara lain adalah : 1) Membandingkan Laporan Laba Rugi tahun pajak yang diperiksa dengan peredaran usaha, dengan membuat persentase (perbandingan vertikal). 2) Membandingkan laba rugi dan neraca dari tahun pajak yang diperiksa dengan tahun sebelumnya, dengan membuat persentase (perbandingan horisontal). 3) Melakukan analisis ratio sebagai berikut : Ratio Likuiditas, ratio solvabilitas, ratio rentabilitas, ratio perputaran persediaan, ratio periode penagihan rata-rata, ratio perputaran aktiva tetap, ratio pembebanan dalam aktiva. Dalam melakukan analisis atas Laporan Keuangan, terutama analisis ratio pemeriksa menghadapi kendala dalam mengartikan angka ratio yang diperoleh. Pemeriksa kurang/tidak dapat menterjemahkan apakah ratio yang telah 43

7 dihitung tersebut sudah wajar atau belum dilihat dari jenis usaha maupun kondisi perekonomian pada saat tahun yang sama dengan tahun yang diperiksa. Dengan kata lain pemeriksa tidak mengetahui standar nilai ratio yang wajar. Sebenarnya informasi ini bisa di perloleh dari internet, tetapi hal ini tidak semua pemeriksa mampu dan bisa memperolehnya. Sehingga dalam penyusunan rencana pemeriksaan dan program pemeriksaan Pemeriksa tidak dapat menentukan fokus masalah yang harus didalami dan cenderung untuk melakukan Pemeriksaan secara keseluruhan. Hal ini tentu mengurangi efisiensi Pemeriksaan. 5. Mengidentifikasi masalah. Dalam tahap ini akan ditentukan apakah terdapat masalah-masalah yang memerlukan perhatian khusus. Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap analisis atas SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak. Setelah analisis selesai dilaksanakan, pemeriksa dapat memutuskan apakah terdapat masalah penting yang perlu mendapat perhatian khusus. Selain itu tahap ini juga akan menentukan tahap berikutnya, yaitu penentuan ruang lingkup pemeriksaan. Oleh karena itu seharusnya tahap analisis SPT dan Laporan Keuangan serta identifikasi masalah harus dilaksanakan dengan baik serta dilakukan pendokumentasian yang memadai. Berdasarkan praktiknya yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pemeriksa hampir semua telah melakukan identifikasi masalah pada setiap penugasan pemeriksaan. Namum sebagian besar hanya membuat catatan sekedarnya mengenai masalah yang telah diidentifikasi. Hanya 44

8 sebagian kecil yang benar-benar menuangkannya dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. Padahal identifikasi masalah sangat penting bagi tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. Sehingga apabila pemeriksa lalai dalam mencatat dan menuangkannya dalam Kertas Kerja Pemeriksaan, maka kemungkinan besar hal ini akan terlupakan pada saat pelaksanaan pemeriksaan nantinya. Selain itu dengan dicantumkannya identifikasi masalah dalam Kertas Kerja Pemeriksaan akan memudahkan atasan pemeriksa dalam menelaah apakah hal-hal penting yang harus mendapatkan perhatian khusus telah dilaksanakan dengan semestinya. Keuntungan lainnya adalah memudahkan pemeriksaanpemeriksaan berikutnya oleh pemeriksa yang bersangkutan maupun pemeriksa lain apabila kembali ditugaskan memeriksa Wajib Pajak yang sama atau jenis usaha yang sama. Tentunya hal ini akan menghemat waktu pemeriksaan sehingga pemeriksaan menjadi lebih efisien. 6. Melakukan pengenalan lokasi. Dalam tahap persiapan, melakukan pengenalan lokasi tidak kalah pentingnya dengan langkah-langkah yang lain. Dengan mengetahui secara tepat lokasi Wajib Pajak baik tempat usaha maupun tempat tinggal Wajib Pajak, akan memudahkan pemeriksa pada saat pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksa harus memastikan bahwa alamat Wajib Pajak yang tercantum dalam berkas Wajib Pajak maupun SPT adalah alamat terakhir Wajib Pajak. Pemeriksa harus mengantisipasi kemungkinan Wajib Pajak pindah alamat dalam waktu dekat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dari pengenalan lokasi adalah memahami kebiasaan-kebiasaan perusahaan Wajib Pajak seperti jam kerja, lalu lintas 45

9 barang, sistem pengamanan aset fisik, pemasok bahan baku maupun kebiasaan lainnya. Sebenarnya tahap ini mudah untuk dilaksanakan dan cukup bermanfaat bagi pemeriksa, tetapi karena keterbatasan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan dan banyaknya jumlah SP2 yang harus diselesaikan, Tim Pemeriksa (supervisor, ketua tim dan anggota tim) baru datang ke lokasi Wajib Pajak pada saat mengantarkan surat pemberitahuan pemeriksaan pajak dan surat permintaan peminjaman dokumen. Hal ini pun dilakukan pemeriksa dalam waktu yang relatif singkat karena pada hari yang sama, tim yang bersangkutan juga mengantar surat pemberitahuan pemeriksaan untuk Wajib Pajak lainnya yang ditugaskan untuk diperiksa. 7. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan. Luas tidaknya pemeriksaan harus ditentukan pada saat persiapan pemeriksaan untuk memberikan batasan kepada pemeriksa agar terfokus pada halhal penting yang ada pada lingkup pemeriksaan dan tidak memeriksa hal-hal di luar ruang lingkup yang tidak berkaitan dengan tujuan pemeriksaan pajak. Ruang lingkup pemeriksaan baru dapat ditentukan dengan baik apabila keempat tahap sebelumnya dijalankan dengan baik dan memadai. Hal penting yang harus mendapat perhatian pemeriksa pada tahap ini adalah bahwa ruang lingkup pemeriksaan dapat berubah sesuai dengan keadaan pada saat pemeriksaan setempat dan penilaian terhadap pengendalian intern Wajib Pajak. Tahap ini secara umum telah dilaksanakan oleh para pemeriksa pada KPP 46

10 Pratama Bekasi Selatan yang dapat dilihat pada Kertas Kerja Pemeriksaan. 8. Menyusun program pemeriksaan. Program pemeriksaan merupakan alat bantu pemeriksaan yang mengarahkan pelaksanaan pemeriksaan agar pemeriksa memiliki panduan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk menguji suatu transaksi atau perkiraan yang berhubungan dengan neraca dan laba rugi. Program pemeriksaan harus disusun berdasarkan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Meskipun telah ada program standar untuk menguji suatu transaksi atau perkiraan, program tersebut harus dilakukan penyesuaian dengan kondisi Wajib Pajak yang diperiksa pada saat ini. Tidak semua prosedur yang terdapat dalam suatu program pemeriksaan perlu dilaksanakan untuk setiap Wajib Pajak dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi. Pemeriksa harus mempertimbangkan kekhasan jenis usaha Wajib Pajak dan luasnya ruang lingkup pemeriksaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa pemeriksa, mereka yang menyusun program pemeriksaan hanya menyalin atau meng-copy program pemeriksaan yang sudah ada pada pemeriksaan-pemeriksaan yang sebelumnya atau Kertas Kerja Pemeriksaan lainnya. Pemeriksa beranggapan bahwa program pemeriksaan bentuknya sudah baku/standar sehingga pencantuman program pemeriksaan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan hanya bersifat formalitas guna melengkapi standar penyusunan kertas kerja. 47

11 Kalau dilihat dari segi manfaatnya, penyusunan dan pencantuman program pemeriksaan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan cukup besar manfaatnya, antara lain : 1) Program pemeriksaan dapat menghemat waktu pemeriksaan di tempat Wajib Pajak karena pemeriksa akan terfokus pada hal-hal penting yang didapat pada tahap-tahap sebelumnya dan telah tersusun secara berurutan. 2) Program pemeriksaan dapat menjadi panduan bagi pemeriksa dalam melakukan pengujian-pengujian, baik pengujian atas transaksi maupun pengujian atas saldo perkiraan-perkiraan dalam Laporan Keungan Wajib Pajak. 3) Program pemeriksaan dapat digunakan oleh atasan pemeriksa untuk menelaah Kertas Kerja Pemeriksaan dan menilai mutu pemeriksaan yang telah dilakukan. 4) Program pemeriksaan dapat digunakan sebagai acuan pemeriksaan berikutnya. 5) Program pemeriksaan dapat mengoptimalkan pemanfaatan data dan informasi yang diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya sehingga temuan yang dihasilkan akan lebih besar dan didasarkan pada fakta yang ada. Keengganan pemeriksa untuk menyesuaikan program pemeriksaan dengan kondisi/jenis usaha Wajib Pajak yang diperiksa dan keengganan untuk mendokumentasikan ke dalam Kertas Kerja Pemeriksa akan membuat manfaat-manfaat diatas tidak diperoleh oleh pemeriksa. 48

12 9. Menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam. Tidak dilakukannya langkah-langkah persiapan pemeriksaan dengan baik, menyebabkan pemeriksa membuat daftar peminjaman buku-buku, catatancatatan, serta dokumen-dokumen Wajib Pajak yang berdasarkan format baku yang ada, tidak sesuai dengan jenis usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Yang terjadi kemudian adalah pemeriksa meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen Wajib Pajak yang tidak diperlukan dalam pemeriksaan atau sebaliknya, pemeriksa tidak meminjam buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen yang sangat diperlukan. Hal ini menyebakan pemeriksa melakukan peminjaman kembali kepada Wajib Pajak. Sehingga pemeriksaan menjadi tidak efisien. Dampak lain yang mungkin timbul jika pemeriksa meminta seluruh data/informasi/dokumen tanpa meminta hal yang khusus adalah : 1) Dokumen yang menumpuk, hal ini mengakibatkan pemeriksa malas untuk mengerjakan mana yang harus didahulukan. 2) Ruang kerja yang sempit, hal ini mengakibatkan pemeriksa kurang nyaman dalam bekerja. 3) Kinerja yang tidak menentu, misalnya asal merekap dokumen penjualan, pembelian atau biaya-biaya. 4) Waktu penyelesaian laporan pemeriksaan yang relatif lebih lama. Wajib Pajak yang tidak segera menyerahkan buku,catatan serta dokumen yang dipinjam dengan alasan terlalu banyaknya dokumen yang dipinjam/tidak siap memberi kesempatan kepada Wajib Pajak untuk dapat 49

13 mengubah atau memanipulasi data yang dipinjam. Dampak lebih jauhnya pemeriksa tidak akan/sulit menemukan kesalahan ataupun kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak jika Wajib Pajak melakukan kesalahan atau kecurangan tersebut. 10. Menyediakan sarana pemeriksaan Dalam Bab II telah dijelaskan mengenai sarana-sarana yang harus dipersiapkan oleh pemerika sebelum melakukan pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar. Termasuk dalam sarana-sarana tersebut diantaranya adalah : Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, Surat Pemerintah Pemeriksaan Pajak, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak, serta formulir-formulir lainnya. Formulir-formulir tersebut oleh pemeriksa sebagian disiapkan dalam bentuk soft copy, dan pada waktu akan dipergunakan pemeriksa tinggal mencetak saja. Hal ini tidak menghambat atau mengurangi kualitas pemeriksaan karena waktu yang dibutuhkan untuk mencetakpun tidak membutuhkan waktu yang lama. Tetapi secara umum para pemeriksa telah menjalankan tahap ini dengan baik, karena semua kelengkapan tersebut diatas sangat diperlukan dalam melakukan pemeriksaan. Secara ringkas pemenuhan prosedur pemeriksaan dalam tahap persiapan pemeriksaan pajak PT. ABC dapat dilihat dalam tabel berikut : 50

14 Tabel 4.1 Pemenuhan Prosedur tahap persiapan pemeriksaan dalam pemeriksaan pajak PT. ABC No. Prosedur Pemeriksaan Dilakukan 1. Penugasan Pemeriksaan. X Tidak dilakukan 2. peminjaman profil, dokumen dan berkas Wajib Pajak. X 3. Mempelajari Profil, Dokumen dan berkas Wajib Pajak/berkas data. X 4. Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan wajib X pajak. 5. Mengidentifikasi masalah X 6. Melakukan pengenalan lokasi X 7. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan X 8. Menyusun program pemeriksaan X 9. Menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan X dokumen-dokumen yang akan dipinjam 10. Menyediakan sarana pemeriksaan X B. Tahap pelaksanaan pemeriksaan. 1. Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak. Setelah melakukan kegiatan persiapan pemeriksaan dilanjutkan di tempat Wajib Pajak. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat Wajib Pajak untuk pertama kalinya adalah pemeriksa memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang ditugaskan kepadanya, kemudian 51

15 memberitahukan kepada Wajib Pajak tentang akan dilakukan pemeriksaan pajak dengan menyerahkan surat pemberitahuan pemeriksaan. Pemeriksa menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak, menjelaskan hak-hak dan kewajibannya serta hak-hak dan kewajiban pemeriksa selama dilakukan pemeriksaan. Hal tersebut telah dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa sesuai ketentuan karena prosedur tersebut merupakan syarat formal dalam pemeriksaan yang apabila tidak dilakukan dapat menjadi bumerang bagi Tim Pemeriksa. Apabila berdasarkan pemeriksaan Tim Pemeriksa menghasilkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKP tersebut hingga banding, maka apabila prosedur diatas tidak dilakukan akan menjadi kelemahan bagi Tim Pemeriksa. Pemeriksa kemudian menyerahkan surat peminjaman buku-buku, catatancatatan, dokumen-dokumen, dan memberitahukan bahwa buku-buku, catatancatatan, dokumen-dokumen yang dipinjam tersebut harus diserahkan kepada pemeriksa dalam jangka waktu 7 hari sejak Wajib Pajak menerima surat pemberitahuan. Pembatasan waktu ini tidak hanya dimaksudkan agar pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya dan selesai tepat waktu, tetapi juga tidak memberi kesempatan bagi Wajib Pajak untuk mengubah atau membuat data-data baru (memanipulasi data). Pemeriksa juga melakukan wawancara singkat dengan Wajib Pajak mengenai keadaan usahanya dan melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak. Hal penting yang perlu mendapat perhatian pemeriksa dalam 52

16 melaksanakan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak adalah pemeriksaan fisik atas aset-aset Wajib Pajak serta tempat-tempat yang digunakan untuk menyimpan datadata keuangan Wajib Pajak. Permasalahan yang ditemui dalam tahap ini antara lain : 1) Wajib Pajak tidak dapat ditemui karena tidak ada ditempat, tidak ada kuasanya atau tidak ada pegawai yang bersedia mewakilinya, sehingga pemeriksa harus kembali pada lain waktu berikutnya untuk menyerahkan surat pemberitahuan. Dalam hal ini yang dapat dilakukan pemeriksa adalah melakukan perjanjian terlebih dahulu dengan Wajib Pajak, misal sebelum datang ke tempat Wajib Pajak pemeriksa menelpon Wajib Pajak terlebih dahulu. 2) Wajib Pajak yang telah menggunakan jasa konsultan perpajakan, biasanya menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut masalah perpajakan diserahkan kepada konsultannya. Sehingga pemeriksa pajak harus menunggu untuk dipertemukan dengan konsultan pajak tersebut, akibatnya proses pemeriksaan pajak menjadi lebih lama. 3) Tidak dilakukannya pengujian fisik atas persediaan barang atau aktiva/aset Wajib Pajak oleh pemeriksa, memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk merekayasa mengenai keberadaan dan ketepatan nilainya baik dari jumlah barang maupun nilai rupiahnya. Sehingga terdapat perbedaan antara keadaan sebenarnya dengan yang tertuang dalam Laporan 53

17 Keuangan sebagai dasar pengisian SPT. Pertimbangan pemeriksa untuk tidak melakukan cek fisik karena pertimbangan waktu dan menghindari konfrontasi dengan Wajib Pajak karena biasanya Wajib Pajak akan tersinggung jika dilakukan pemeriksaan fisik ( Wajib Pajak berpikir bahwa pemeriksa hanya akan mencari-cari kelemahan Wajib Pajak saja ). Oleh karena itu cara dan metode komunikasi pemeriksa sangat berperan dalam hal ini. 4) Permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen yang diajukan oleh pemeriksa tidak langsung dipenuhi oleh Wajib Pajak. Hal ini disebabkan ketidaksiapan Wajib Pajak karena ketidaklengkapan pembukuan Wajib Pajak atau sebab lain. Wajib Pajak diberi waktu untuk mempersiapkannya dalam jangka waktu 7 hari. Bagi Wajib Pajak yang tidak meminjamkan dalam jangka waktu 7 hari sejak surat pemberitahuan diterima Wajib Pajak, pemeriksa mengirimkan surat peringatan I untuk mengingatkan Wajib Pajak, yang apabila tidak diindahkan dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam surat peringatan pertama ( 3 hari ) akan dilanjutkan dengan mengirimkan dengan surat peringatan kedua. Jika hal ini terjadi, data-data yang dimiliki/diperoleh oleh pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak/kurang memadai. Untuk mengatasi masalah ini model pendekatan komunikasi pemeriksa sangat berperan. 54

18 2. Melakukan penilaian atas pengendalian intern. Penilaian atas pengendalian intern Wajib Pajak perlu dilakukan sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan. Untuk dapat menilai pengendalian intern Wajib Pajak dengan baik maka pemeriksa harus melaksanakan lima langkah yaitu pertama, mengumpulkan informasi mengenai pengendalian intern wajib pajak; kedua, menelaah pengendalian intern tersebut; ketiga, melakukan penilaian sementara terhadap struktur pengendalian intern; keempat, melakukan pengujian atas struktur pengendalian intern; dan terakhir melakukan penilaian akhir struktur pengendalian intern. Tahap ini sebagian besar telah dilakukan oleh pemeriksa. Namun pelaksanaan penilaian pengendalian intern Wajib Pajak tersebut baru sampai tahap penilaian sementara yaitu pengambilan kesimpulan hanya didasarkan pada manual yang ada pada perusahaan Wajib Pajak seperti struktur organisasi, bagan perkiraan, arus dokumen, dan arus barang serta wawancara dan pengamatan proses pelaksanaan pengendalian intern. Pemeriksa pada umumnya sangat jarang melaksanakan tahap ini sampai pada penilaian akhir struktur pengendalian intern, yaitu setelah diadakan pengujian-pengujian. Pengujian yang dimaksud disini adalah pengujian mengenai kepatuhan/ketaatan dalam melaksanakan prosedur/sistem/metode/peraturan yang telah ditetapkan yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern. Apabila penilaian akhir ini dilaksanakan maka hasilnya akan sangat bermanfaat sebagai dasar pemutakhiran ruang lingkup dan program pemeriksaan. Selain itu apabila hasil penilaian akhir ini disimpulkan bahwa pengendalian intern 55

19 Wajib Pajak cukup baik/memadai, maka pelaksanaan pemeriksaan atas bukubuku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen tidak perlu dilakukan secara penuh, tetapi cukup dilakukan secara sampling. Hal ini tentunya akan menghemat waktu dan tenaga pemeriksa itu sendiri. 3. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. Tahap ini merupakan kelanjutan dari dua tahap sebelumnya yaitu tahap penyusunan program pemeriksaan pada tahap persiapan pemeriksaan dan penilaian atas pengendalian intern. Bila kedua tahap tersebut telah dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan tahap ini akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Melihat kedua tahap diatas yang masih menghadapi banyak kendala, maka akan sulit untuk melaksanakan tahap ini dengan mudah serta memadai. Kenyataannya pemutakhiran ruang lingkup tidak dilaksanakan karena ruang lingkup pemeriksaan telah ditetapkan pada saat persiapan pemeriksaan dan sudah dinyatakan dalam Surat Perintah Pemeriksaan Pajak. Begitu juga dengan program pemeriksaan, pada umumnya pemeriksa sudah pemeriksa puas dengan menggunakan program pemeriksaan yang telah disusun pada saat persiapan pemeriksaan. Padahal tahap ini sangat berguna untuk menyesuaikan ruang lingkup dan program pemeriksaan yang telah disusun dengan fakta-fakta baru yang ditemukan pada pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dan hasil atas penilaian pengandalian intern. 4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen. 56

20 Tanggung jawab utama seorang pemeriksa pajak adalah untuk memastikan bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, salah satunya dengan memeriksa apakah seluruh penghasilan sudah dilaporkan dalam SPT Wajib Pajak. Untuk mengetahui lebih lanjut kebenaran angkaangka dalam SPT serta apakah seluruh kompenan penghasilan telah dilaporkan dalam SPT, diperlukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen Wajib Pajak. Menurut pemeriksa tahap ini adalah tahap yang paling penting dari pelaksanaan pemeriksaan, karena pada tahap ini dilakukan pengujian-pengujian untuk membuktikan angka-angka yang ada dalam SPT serta memastikan apakah semua penghasilan telah dilaporkan. SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam pengisiannya harus didasarkan pada pencatatan dan penghitunganpenghitungan yang ada pada buku-buku, catatancatatan, dan dokumendokumen Wajib Pajak. Mengingat bahwa pemeriksaan pajak bertujuan menguji kebenaran angka-angka yang dilaporkan Wajib Pajak, maka kecenderungan pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh tidak dapat dihindari. Sebenarnya pemeriksa tidak harus melakukan pemeriksaan menyeluruh bila hasil dari penilaian pengendalian intern Wajib Pajak menunjukan bahwa pengendalian intern Wajib Pajak telah memadai. Karena pemeriksa dalam melakukan penilaian atas pengendalian intern hanya sampai pada langkah penilaian sementara atas struktur pengendalian intern tidak sampai pada pengujiannya, maka hasil dari penilaian tersebut belum bisa 57

21 meyakinkan apakah sistem pengendalian intern telah memadai dan apakah pengendalian intern telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten. Pemeriksaan pajak merupakan jenis pemeriksaan untuk menguji kepatuhan/ketaatan Wajib Pajak. Sehingga pemeriksaan secara menyeluruh tidak dapat dihindari lagi ( harus dengan pemeriksaan secara menyeluruh) dalam meyakinkan bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Namun hal ini menghadapi kendala jika pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang merupakan perusahaan besar dengan banyak melakukan transaksi, akan memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pemeriksaan. Jika mengingat sempitnya jangka waktu pemeriksaan yang hanya 4 bulan (meskipun bisa diperpanjang sampai 8 bulan), pemeriksaan menyeluruh ini sulit untuk dilakukan. Dalam menghadapi kendala ini pemeriksa meminta rekapan-rekapan per transaksi dalam bentuk soft copy, sehingga pemeriksa tinggal mengecek dengan dokumendokumen pendukungnya saja. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan Wajib Pajak terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu : a. Teknik Pemeriksaan dengan Metode Langsung Teknik pemeriksaan dengan metode langsung merupakan teknik pemeriksaan yang selalu digunakan oleh pemeriksa pajak khususnya di KPP Pratama Bekasi Selatan. Pemakaian teknik ini sebagai pilihan utama dalam setiap pemeriksaan disebabkan oleh pengujian kebenaran angka-angka 58

22 dalam SPT Wajib Pajak dilakukan langsung terhadap laporan keuangan dan buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen pendukungnya harus ada dalam setiap pemeriksaan. Berdasarkan pengamatan langsung atas kertas kerja pemeriksaan dan didukung dengan waawancara yang dilakukan penulis, pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan mengunakan metode ini dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan pajak terhadap PT. ABC. Penerapan teknik pemeriksaan langsung ini dilakukan sesuai dengan program pemeriksaan yang disusun pemeriksa untuk setiap pos dalam neraca dan laba rugi. Apabila pembukuan dan pencatatan yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak cukup baik dan lengkap maka teknik pemeriksaan ini akan efektif dalam meyakinkan bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dalam pelaporan dan pengisian SPT-nya. Pembukuan PT. ABC secara umum sudah cukup baik namun berdasarkan pemeriksaan dengan menelusuri bukti-bukti yang menjadi dasar pencatatan transaksi, Tim Pemeriksa banyak menemukan koreksi-koreksi seperti tidak adanya bukti pengeluaran kas/bank, pengeluaran biaya yang tidak semestinya, dan bukti pembayaran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga disimpulkan bahwa penerapan metode langsung sangat efektif dilakukan namun tidak efisien karena memerlukan waktu yang cukup lama. b. Teknik Pemeriksaan dengan Metode Tidak Langsung PT. ABC telah menyelenggarakan pembukuan dan pencacatan dengan 59

23 baik. Pengujian kebenaran angka-angka yang tercantum dalam SPT biasanya dapat dilakukan secara langsung dengan laporan keuangan dan pembukuan Wajib Pajak. Namun adakalanya hasil pemeriksaan dengan metode langsung tersebut kurang meyakinkan bagi tim pemeriksa (supervisor, ketua tim, maupun anggota pemeriksa) dengan membandingkan dengan perusahaan yang sejenis. Hal ini mengindikasikan bahwa ada ketidakberesan dalam pembukuan dan laporan keuangan Wajib Pajak, atau dengan kata lain ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh penghasilannya dalam SPT. Dalam keadaan seperti ini maka untuk mendukung/melengkapi metode langsung yang telah digunakan maka pemeriksa menggunakan metode tidak langsung, atau keadaan dimana pemakaian metode langsung tidak dapat dilaksanakan sebagian atau seluruhnya, misalnya : 1. Pembukuan dan pencatatan Wajib Pajak tidak lengkap, sehingga urutan proses pemeriksaan tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan. 2. Catatan atau berkas maupun dokumen pendukung hilang atau tidak ada. 3. Diketemukan ketidak beresan dalam buku-buku dan catatan-catatan Wajib Pajak. 4. Adanya ketidak serasian antara penghasilan dengan pengeluaran pribadi Wajib Pajak. 5. Wajib Pajak menggunakan norma penghitungan dalam menghitung besarnya penghasilan neto. 60

24 Pemeriksa dalam menerapkan metode tidak langsung, biasanya menerapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kalau dipakai lebih dari satu metode tidak langsung maka dalam pengambilan kesimpulan atas hasil pemeriksaan harus dipertimbangkan secara seksama, jangan sampai hal ini merugikan Wajib Pajak. 2. Jika metode tidak langsung dipakai sebagai pelengkap atau alat pengecekan terhadap metode langsung, perbedaan jumlah hasil perhitungan yang tejadi didiskusikan dengan Wajib Pajak dan dipertimbangkan dengan benar-benar. 3. Hasil perhitungan dari metode tidak langsung baru merupakan petunjuk, untuk mengambil keputusan tentang ketidak benaran angka-angka dalam SPT diperlukan pembuktian secukupnya. Metode tidak langsung yang biasa digunakan oleh pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan antara lain pengujian kaitan yaitu pengujian atas arus barang, arus uang, arus utang, arus piutang, metode transaksi tunai/bank. Berikut ini akan dibahas penerapan metode-metode tersebut dalam mendukung/melengkapi metode langsung : a. Metode pengujian arus barang. Maksud dari pengujian dari arus barang ini adalah untuk menentukan kelengkapan dari omzet/penjualan/peredaran usaha Wajib Pajak. Kendala yang muncul dalam penggunaan metode ini disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut : 1. Keakuratannya dalam pembelian yang tidak dibukukan seluruhnya. 61

25 2. Ketepatan dari penilaian persediaan. 3. Fluktuasi harga beli dan harga jual 4. Jenis barang persediaan sangat bervariasi dan jumlah yang cukup banyak. 5. Kesulitan penilaian atas barang-barang yang hilang/menguap/menyusut dalam proses. Dalam menggunakan metode ini pemeriksa menggunakan formula untuk menghitung penjualan Wajib Pajak yaitu : Saldo awal persediaan + Pembelian -Saldo akhir persediaan = Penjualan Formula tersebut digunakan untuk menghitung total penjualan baik dalam satuan unit yang terjual maupun besar rupiahnya. Pemeriksa telah menerapkan metode ini dalam pemeriksaan pajak PT. ABC dan telah dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai salah satu alat pengujian. b. Metode pengujian arus uang. Tujuan pengujian arus uang adalah untuk menentukan kelengkapan dari penerimaan uang (melalui kas/bank/giro). Formula yang digunakan : Saldo akhir + Pengeluaran -Saldo awal = Penerimaan Untuk menerapkan metode ini pemeriksa harus meneliti penerimaan dan pengeluaran melalui kas, rekening koran, dan dokumen yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan. Selisih yang sering terjadi antara penghitungan Wajib Pajak dengan pemeriksa yang mengunakan metode ini 62

26 biasanya karena adanya pengambilan prive direktur atau pemegang saham yang tidak dibukukan. c. Metode pengujian arus utang. Tujuan pengujian arus utang adalah untuk menentukan kelengkapan dan ketepatan jumlah pembelian. Formula yang digunakan : Saldo akhir utang + Pelunasan + Pembelian tunai - Saldo awal utang = Pembelian total Dengan pengujian arus utang pemeriksa dapat mengetahui pembelian yang sebenarnya dilakukan oleh Wajib Pajak dengan meneliti catatan dan dokumen status utang Wajib Pajak dan dokumen-dokumen pembelian. Namun metode ini juga harus diikuti dengan metode pengujian arus piutang. d. Metode pengujian arus piutang. Tujuan pengujian arus piutang adalah untuk menentukan kelengkapan jumlah omzet. Formula yang digunakan : Saldo akhir piutang + Penerimaan piutang + Penjualan tunai - saldo awal piutang = Penjualan total Satu hal yang harus diperhatikan dalam penerapan metode pengujian kaitan ini adalah apabila terdapat selisih dengan jumlah yang dilaporkan Wajib Pajak dalam SPTnya, maka harus diteliti lebih jauh untuk mendapatkan jumlah 63

27 penjualan/pembelian yang sebenarnya. Pemeriksa telah menerapkan metode ini dan menemukan selisih antara penjualan total hasil pengujian arus piutang dengan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan Wajib Pajak. Atas selisih tersebut ada yang dapat dijelaskan oleh Wajib Pajak antara lain transfer antar rekening, penarikan untuk kas, dan lainlain. Namun ada juga yang tidak dapat dijelaskan oleh Wajib Pajak dan dijadikan koreksi oleh Pemeriksa dan dianggap sebagai penjualan yang belum dilaporkan. e. Metode equalisasi Faktor yang cukup dominan yang mempengaruhi lancarnya jalannya pemeriksaan disamping sifat kooperatif dari Wajib Pajak adalah dari sistem pembukuan dan catatan Wajib Pajak. Jika sistem pembukuan dan pencatatan yang diterapkan telah sesuai dengan standar, maka pemeriksaan akan berjalan dengan lancar. Penggunaan metode langsung akan cukup efektif diterapkan dalam keadaan seperti ini. Namun demikian adakalanya terdapat bagian tertentu dari penghasilan yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak baik disengaja atau karena kealpaan/kekhilafan. Metode equalisasi dalam penerapannya tidak banyak mengalami hambatan. Hampir setiap pemeriksaan yang dilakukan selalu menggunakan metode ini. Dalam metode ini pemeriksa membandingkan besarnya peredaran usaha yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam menghitung pajak keluaran dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN). DPP PPN tersebut merupakan omzet/peredaran usaha minimal Wajib Pajak. Selisih antara peredaran usaha 64

28 sebagai dasar penghitungan PPh dengan DPP PPN keluaran merupakan penghasilan yang tidak dilaporkan Wajib Pajak. Pemeriksa juga melakukan equalisasi dengan membandingkan objek PPh Pemotongan dan Pemungutan (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 4 ayat (2) ) dengan pos-pos biaya dalam laporan laba rugi. 5. Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga. Konfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta oleh pemeriksa. Konfirmasi dilakukan untuk memperkuat data/informasi mengenai Wajib Pajak kepada pihak ketiga. Konfirmasi yang dilakukan kepada pihak ketiga oleh pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan antara lain kepada KPP-KPP terkait mengenai kewajiban pajak Wajib Pajak maupun kepada bank. Data yang dilakukan konfirmasi ke KPP lain antara lain : 1. konfirmasi PPN masukan kepada KPP-KPP dimana perusahaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak yang diperiksa tersebut terdaftar, 2. konfirmasi SSP lembar 2 PPh Pasal 22 dan PPN ke KPP dengan menggunakan Modul Penerimaan Negara, Pemeriksa jarang melakukan konfirmasi atas piutang, penjualan dan pembelian atau konfirmasi kepada pihak yang mempunyai hubungan usaha dengan Wajib Pajak. Hal ini disebabkan pemeriksa menganggap konfirmasi atas hal-hal 65

29 tersebut akan menyita waktu sedangkan jangka waktu pemeriksaan terbatas. Dan juga pihak yang dilakukan konfirmasi sering tidak menghiraukan karena menganggap konfirmasi tersebut mengganggu pekerjaan pokok pihak tersebut. Akibat tidak dilakukannya konfirmasi untuk pos-pos selain SSP lembar 2 dan PPN masukan, maka data yang dipakai pemeriksa hanya terpaku pada data yang tersedia pada KPP dan Wajib Pajak. Akhirnya dasar pemeriksaan menjadi relatif sedikit, sehingga kualitas pemeriksaan yang baik tidak tercapai. Ada beberapa konfirmasi yang terpaksa harus diabaikan mengingat lamanya pihak yang diminta konfirmasi memberikan jawaban dan dengan pertimbangan data yang dimintai konfirmasi tersebut tidak terlalu signifikan. Namun Pemeriksa cukup terbantu dengan adanya Modul Penerimaan Negara (MPN). Dengan sistem tersebut pemeriksa dapat melihat data pembayaran pajak Wajib Pajak secara real-time. 6. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Salah satu hak Wajib Pajak yang juga merupakan kewajiban bagi pemeriksa pajak adalah menyampaikan atau memberitahukan hasil yang telah dicapai oleh pemeriksa dalam kegiatan yang telah dilakukannya. Tujuannya agar Wajib Pajak mengetahui sejauh mana pelaksanaan kewajiban perpajakannya dinilai oleh pemeriksa, sehingga apabila Wajib Pajak tidak menyetujui hasil pemeriksaan tersebut dapat segera mengajukan sanggahan atas hasil temuan Pemeriksa. Prosedur pemberitahuan hasil pemeriksaan ini telah dilaksanakan oleh pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan dengan cukup baik. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan disampaikan baik oleh pemeriksa secara 66

30 langsung ke tempat Wajib Pajak PT. ABC. 7. Melakukan sidang penutupan. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan merupakan sarana untuk mengadakan pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak atas temuan selama pemeriksaan dan hasil pembahasan tersebut baik yang disetujui maupun tidak disetujui dituangkan ke dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa dan Wajib Pajak. Jadi apapun tanggapan Wajib Pajak atas hasil pemeriksaan harus diadakan pembahasan. Sidang penutupan ini juga merupakan perlindungan bagi Wajib Pajak dari pemeriksa yang kurang profesional yang melakukan penetapan koreksi fiskal secara sewenang-wenang. Sidang penutupan ini juga menjadi sarana bagi Wajib Pajak untuk melakukan pembelaan diri. Analisis yang dilakukan terhadap tahap ini dalam pemeriksaan terhadap Wajib Pajak PT. ABC menunjukan bahwa pemeriksa telah menerapkan aturan pelaksanaan pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Wajib Pajak diberi kesempatan untuk menanggapi dan membuktikan pos-pos yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak dan menuangkannya dalam Risalah Pembahasan Hasil Pemeriksaan baik yang disetujui oleh Wajib Pajak maupun yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak. Setelah dijelaskan kepada Wajib Pajak mengenai hasil pemeriksaan tersebut maka ada dua kemungkinan tanggapan Wajib Pajak, yaitu : 1). Menyetujui seluruh hasil pemeriksaan tersebut. 2). Tidak sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan tersebut, baik menyangkut 67

31 fakta-fakta atau segi yuridisnya. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka tidak banyak masalah yang timbul, Laporan Pemeriksaan Pajak dapat segera disiapkan. Akan tetapi apabila Wajib Pajak tidak setuju, maka terhadap bagian yang disangkal harus ditegaskan masalahnya dan dijelaskan kepada Wajib Pajak mengenai jumlah, maupun landasan hukum mengenai koreksi yang dilakukan oleh pemeriksa. Perbedaaan penafsiran peraturan perundangundangan biasa terjadi antara pemeriksa dan Wajib Pajak. Juga dalam sidang penutup ini aparat pemeriksa harus menjelaskan hak mengajukan keberatan dan prosedurnya. Seperti jangka waktu keberatan, syarat-syarat pengajuan keberatan serta tata caranya. Dalam pemeriksaan terhadap PT. ABC pemeriksa telah memberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan kepada Wajib Pajak. Namun Wajib Pajak tidak dapat memberikan dasar argumen yang kuat atas koreksi Pemeriksa, sehingga Tim Pemeriksa tetap mempertahankan koreksi yang dilakukan. Hal-Hal tersebut telah dituangkan secara jelas dalam risalah pembahasan akhir. Secara ringkas pemenuhan prosedur pemeriksaan dalam tahap persiapan pemeriksaan pajak PT. ABC dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel

32 Pemenuhan Prosedur tahap pelaksanaan pemeriksaan dalam pemeriksaan pajak PT. ABC No. Prosedur Pemeriksaan Dilakukan 1. Pemeriksaan ditempat Wajib Pajak X Tidak dilakukan 2. Melakukan Penilaian atas Pengendalian Intern X 3. Memutakhirkan Ruang Lingkup dan Program Pemeriksaan 4. Melakukan Pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen a. Metode Langsung X b. Metode Tidak Langsung X 5. Melakukan Konfirmasi Pada Pihak Ketiga X 6. Memberitahu Hasil Pemeriksaan kepada Wajib X Pajak 7. Melakukan Sidang Penutupan (Melakukan X Sidang Penutupan) X D. Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP). Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara ringkas dan jelas, memuat kesimpulan pemeriksa yang didukung temuan-temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait. Laporan Pemeriksaan Pajak yang terkait dengan pengungkapan penyimpangan 69

33 Surat Pemberitahuan (SPT) harus memperhatikan kertas kerja pemeriksaan antara lain mengenai berbagai faktor perbandingan, nilai absolut dari penyimpangan, sifat dari penyimpangan, petunjuk atau temuan adanya penyimpangan, pengaruh penyimpangan, dan hubungan dengan permasalahan lainnya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut merupakan temuan dalam pemeriksaan pajak yang merupakan ketidaksesuaian antara peraturan perpajakan dengan hal-hal yang dilaporkan oleh Wajib Pajak. Laporan Pemeriksaan Pajak yang disusun oleh pemeriksa pada KPP Pratama Bekasi Selatan atas pemeriksaan pajak PT. ABC umumnya telah memenuhi kriteria-kriteria pelaporan pemeriksaan yang memadai. Hal ini dimungkinkan karena telah ada bentuk yang baku mengenai penyusunan pelaporan yang terdapat dalam pedoman pemeriksaan pajak ( KEP-01/PJ.7/1990). Resume hasil pemeriksaan pajak PT. ABC dapat dilihat dalam lampiran IV.I D. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Pada bab sebelumnya telah disebutkan beberapa hambatan yang dihadapi oleh pemeriksa dalam menjalankan tugasnya antara lain : 1. Terbatasnya jangka waktu pemeriksaan. Dari analisis atas penerapan prosedur pemeriksaan pajak pada subbab sebelumnya diketahui bahwa kendala waktu merupakan kendala yang paling sering ditemukan sebagai penyebab suatu prosedur tidak dapat dijalankan/dilaksanakan. Karena waktu yang terbatas ini pula pemeriksaan yang 70

34 dilakukan belum optimal. Diketahui bahwa pemeriksaan lengkap jangka waktunya hanya 4 bulan dan dapat diperpanjang hingga 4 bulan. Perpanjangan waktu ini merupakan salah satu solusi jika pemeriksaan yang dilakukan tidak berjalan lancar dan membutuhkan waktu yang lebih lama, pemeriksa dapat mengajukan perpanjangan waktu. Namun akar permasalahannya belum dapat dipecahkan dengan tuntas, karena memperpanjang jangka waktu pemeriksaan akan muncul kendala lain yaitu meningkatnya biaya pemeriksaan dan tenaga yang dicurahkan untuk suatu penugasan pemeriksaan. Pemeriksaan pajak merupakan jenis pemeriksaan yang menguji/menilai tingkat kepatuhan/ketaatan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajibannya dalam bidang perpajakan apakah telah sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Dalam pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan/ketaatan, pemeriksaan secara menyeluruh disyaratkan dalam pelaksanaannya. Sehingga pemeriksaan dengan metode sampling sangat dihindari untuk diterapkan. Tetapi karena keterbatasan jangka waktu pemeriksaan yang hanya 4 bulan ( meskipun dapat diperpanjang sampai 8 bulan) dan tenaga pemeriksa yang terbatas, pemeriksaan dengan menggunakan metode sampling dapat diterapkan sebagai suatu solusi alternatif. Di dalam lampiran KEP-01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak, juga disebutkan mengenai penggunaan metode sampling dalam pemeriksaan pajak. Surat keputusan tersebut memperbolehkan penggunaan metode sampling dengan syarat : 71

35 1. Setiap pemeriksa dalam menggunakan metode sampling harus terlebih dahulu membuat perencanaan yang matang. Dalam perencanaan ini, pemeriksa harus mempertimbangkan hubungan antara sampel dengan tujuan pemeriksaan serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya sampel yang akan dipilih atau diuji. 2. Pemilihan sampel harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampel tersebut dapat diharapkan mewakili populasi. Dalam hal ini setiap bukti atau transaksi harus mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. 3. Pemeriksa harus memproyeksikan kesalahan hasil-hasil dari sampel ke bukti atau transaksi dari mana sampel itu dipilih. Dalam pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak PT. ABC pemeriksa tidak melakukan metode sampling sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama. Permasalahan yang mendasar menurut penulis dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah faktor penunjang jalannya pemeriksaan. Tersedianya data yang lengkap dan cepat dalam mengaksesnya. Jika Direktorat Jenderal Pajak mempunyai data base yang baik maka pelaksanaan pemeriksaan akan berjalan dengan lancar dan tidak memakan waktu yang cukup lama. 2. Terbatasnya kemampuan pemeriksa. Prosedur pemeriksaan pajak yang ada memerlukan keahlian khusus untuk menerapkannya. Pemeriksaan pajak harus memiliki kemampuan dibidang akuntansi, auditing, Elektronik Data Procesing (EDP), di samping bidang-bidang lain seperti pemahaman tentang dunia bisnis dan juga 72

36 kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sistem administrasi yang banyak dimiliki Wajib Pajak dewasa ini telah menggunakan komputer. File-file Wajib Pajak tidak hanya disimpan dalam bentuk hard copy, tetapi juga dalam bentuk elektronik. Hal ini menuntut pemeriksa untuk memiliki pemahaman mengenai program-program komputer yang berhubungan dengan akuntansi dan pemeriksaan. Pemrosesan data dengan menggunakan media elektronik ( EDP = Electronic Data Procesing) memberi kemudahan bagi pemeriksa dalam melaksanakan suatu penugasan pemeriksaan. Untuk mengatasi masalah ini harusnya lebih sering dilaksanakan diklat-diklat yang bagi pemeriksa. Sehingga kemampuan pemeriksa selalu meningkat. Tidak kalah penting juga mengenai peraturan-peraturan ketentuan perpajakan yang baru harus diketahui oleh pemeriksa. Jadi pengetahuan pemeriksa harus up to date. Citra aparat pajak di mata Wajib Pajak yang kurang begitu baik dapat menimbulkan kendala yang tidak diharapkan. Oleh sebab itu sikap mental aparat pajak terutama pemeriksa harus ditingkatkan. Untuk memperbaiki citra aparat pajak yang kurang baik tersebut, pemeriksa pajak diharapkan dapat bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersikap terbuka, sopan, dan obyektif, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela dalam melaksanakan suatu penugasan. 3. Wajib Pajak kurang membantu dalam kelancaran pemeriksaan. Dalam suatu penugasan pemeriksaan, pemeriksa kadang menemui Wajib Pajak yang diperiksa kurang kooperatif, hal ini berdampak pada kelancaran pelaksanaan pemeriksaan yang dilaksanakan. Sifat kooperatif Wajib Pajak 73

37 dapat dilihat pada saat pemeriksa memeriksa di tempat Wajib Pajak dan melakukan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, serta dokumendokumen. Dalam pemeriksaan pajak terhadap PT. ABC, Wajib Pajak tidak menyerahkan semua data-data yang dipinjam. Hal tersebut diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan. Atas dasar tersebut Pemeriksa melakukan pinjaman atas dokumen yang belum dipinjamkan tersebut namun sampai dikeluarkan surat peringatan Wajib Pajak belum menyerahkan data-data yang akan dipinjam tersebut. 4. Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait yang dimaksudkan sebagai sumber data dan informasi yang dibutuhkan mengenai mengenai Wajib Pajak yang diperiksa. Mengingat masih lemahnya sistem pengelolaan data base Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak maka koordinasi dengan berbagai pihak yang memiliki akses data dan infrastrukur menjadi bagian sangat penting untuk menunjang kelancaran pemeriksaan. Sistem informasi yang ada hanya dapat memberikan data internal saja, data-data eksternal seperti data impor dan ekspor dari bead an cukai dan data penjualan/pembelian dari lawan transaksi belum dapat disajikan dengan benar sehingga fasilitas ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Pihak-pihak terkait yang dimaksud adalah organisasi-organisasi di dalam Direktorat Jenderal Pajak seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan instansi-instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak seperti bank dan perusahaanperusahaan yang memiliki hubungan dengan Wajib Pajak. 74

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tahap Persiapan Pemeriksaan Pajak Beradasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen Nomor: PRIN-123/WPJ.06/KP.0905/2008

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) Sedangkan definisi pemeriksaan (Auditing) berdasarkan the

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) Sedangkan definisi pemeriksaan (Auditing) berdasarkan the BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemeriksaan Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) adalah sebagai berikut : Pemeriksaan adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Fika Agusti (2010) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat

BAB II LANDASAN TEORITIS. Fika Agusti (2010) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak 2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan adalah dengan melunasi dan melaporkan SPT masa

Lebih terperinci

Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak

Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BAHAN AJAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN Oleh: Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung, penulis ditempatkan pada Bidang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksanakan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah : Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan

Lebih terperinci

1.4. Jenis Pemeriksaan

1.4. Jenis Pemeriksaan 1.2. Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Pemeriksaan Pajak Definisi pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimanan telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Pemahaman Pajak Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman Tax is compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS. Ada beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS. Ada beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Ada beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain : Dalam Soemitro Mardiasmo (2006:1)

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2015, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi Dan Bangunan. Penelitian. Pemeriksaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RISALAH REVIU KONSEP LHP. Audit Program Yang Dilakukan (8) (9) (10) (11) (12) (13) KESIMPULAN... (14)

RISALAH REVIU KONSEP LHP. Audit Program Yang Dilakukan (8) (9) (10) (11) (12) (13) KESIMPULAN... (14) LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-83/PJ./2009 TANGGAL : 1 SEPTEMBER 2009 TENTANG : REVIU (PENELAAHAN) DAN PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) RISALAH REVIU KONSEP LHP I. UMUM Nama

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Prosedur Pembelian dan Pencatatannya a. Prosedur Pembelian Berdasarkan penelitian lapangan diketahui bahwa PT XYZ telah menetapkan

Lebih terperinci

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) Gagal Merencanakan = Merencanakan Kegagalan adalah sebuah pernyataan yang sangat bermakna pada pemeriksaan pajak. Di dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Pajak 2.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK -1- JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Kebijakan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1468, 2015 KEMENKEU. Pemeriksaan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-04/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin No.1951. 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan. Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239 /PMK.03/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntan. KAP Bayudi Watu dan Rekan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 13/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menguji

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang dimulai sejak tanggal 4 Juli 2011 sampai 29

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH - -Ct' smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM. Menimbang a.

Lebih terperinci

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM 184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM Contributed by Administrator Tuesday, 29 September 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI B PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 184/PMK.03/2015, 30 Sept 2015 PencarianPeraturan Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 239/PMK.03/2014, 22 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012 WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : 19 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

SE - 49/PJ/2012 PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN

SE - 49/PJ/2012 PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN SE - 49/PJ/2012 PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN Contributed by Administrator Friday, 09 November 2012 Pusat Peraturan Pajak Online 1 November 2012 SURAT EDARAN Â DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1983 telah terjadi momentum penting dalam sistem perpajakan yang dirombak dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Kedua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA

PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA Contributed by Administrator Tuesday, 01 September 2009 Last Updated Wednesday, 09 September 2009 Pusat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.256, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemeriksaan Pajak. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

pemeriksaan terjadi baik di kalangan pelaku ekonomi maupun pemerintahan. Hal

pemeriksaan terjadi baik di kalangan pelaku ekonomi maupun pemerintahan. Hal BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pemeriksaan Dewasa ini telah tumbuh dan berkembang pesat kesadaran akan pentingnya suatu pemeriksaan. Tingginya permintaan untuk dilakukan pemeriksaan terjadi baik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 17 Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PELAPORAN USAHA

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN BAB I ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN TIM ASISTENSI ANALISIS RISIKO DAN PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO WAJIB PAJAK

TATA CARA PEMBENTUKAN TIM ASISTENSI ANALISIS RISIKO DAN PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO WAJIB PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PEMBENTUKAN TIM ASISTENSI ANALISIS RISIKO DAN PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO WAJIB PAJAK A. Deskripsi Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pembentukan Tim Asistensi Analisis Risiko

Lebih terperinci