Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BAHAN AJAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN Oleh: Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak Jakarta Januari 2016

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. ii KEGIATAN BELAJAR 1: KEGIATAN-KEGIATAN DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN... 1 A. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Penyampaian Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. 3 B. Pertemuan dengan Wajib Pajak. 4 C. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak. 5 D. Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Wajib Pajak 7 1. Tata Cara Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Penetapan Jabatan Karena Wajib Pajak Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, dan Dokumen Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen.. 11 E. Kegiatan Apabila Terdapat Penolakan Pemeriksaan Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Lapangan Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Kantor Tindak Lanjut Penolakan Pemeriksaan. 13 F. Penyegelan.. 13 G. Permintaan Penjelasan/Keterangan Permintaan Penjelasan/Keterangan Kepada Wajib Pajak Permintaan Keterangan Kepada Pihak Ketiga. 17 H. Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan.. 18 I. Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen.. 19 J. Kegiatan Apabila Terjadi Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT oleh Wajib Pajak 19 K. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan 22 L. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan 26 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by 2016 ii

3 4. Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen yang Dapat Dipertimbangkan dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Apabila Dilakukan Penetapan Secara Jabatan Hal-hal Lain Terkait dengan Pemberitahuan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan 29 M. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penangguhan Pemeriksaan.. 31 KEGIATAN BELAJAR 2: PENYELESAIAN PEMERIKSAAN, PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN, DAN PEMERIKSAAN ULANG. 35 A. Cara Penyelesaian Pemeriksaan 1. Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sumir Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sebagai Dasar Penerbitan SKP dan/atau STP. 36 B. Pembatalan Penugasan Pemeriksaan C. Pemeriksaan Ulang DAFTAR PUSTAKA. 43 LAMPIRAN Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by 2016 iii

4 Kegiatan Belajar 1 KEGIATAN-KEGIATAN DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat: 1. menjelaskan kegiatan penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor; 2. menjelaskan kegiatan pertemuan dengan Wajib Pajak; 3. menjelaskan kegiatan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak; 4. menjelaskan kegiatan peminjaman buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak; 5. menjelaskan kegiatan apabila terdapat penolakan pemeriksaan oleh Wajib Pajak; 6. menjelaskan kegiatan penyegelan; 7. menjelaskan kegiatan permintaan penjelasan/keterangan; 8. menjelaskan kegiatan perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan; 9. menjelaskan kegiatan pemeriksaan buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain; 10. menjelaskan kegiatan apabila terjadi pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak; 11. menjelaskan kegiatan pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil pemeriksaan; 12. menjelaskan kegiatan pembahasan akhir hasil pemeriksaan; 13. menjelaskan kegiatan usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan penangguhan pemeriksaan dan menerapkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam setiap penugasan pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan yang harus dilakukan setelah Pemeriksa Pajak melakukan persiapan pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Secara umum, pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

5 Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 (selanjutnya disebut PMK Tata Cara Pemeriksaan). Kegiatan-kegiatan dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan untuk pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut: - Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor; - Pertemuan dengan Wajib Pajak; - Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak; - Peminjaman buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak; - Kegiatan apabila terdapat penolakan pemeriksaan oleh Wajib Pajak; - Penyegelen; - Permintaan penjelasan/keterangan; - Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan; - Pemeriksaan atas buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain; - Kegiatan apabila terjadi pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) oleh Wajib Pajak; - Pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil pemeriksaan; dan - Pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Selanjutnya, apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan terdapat indikasi tindak pidana perpajakan maka Pemeriksa Pajak dapat mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan. Berikut ini adalah uraian dari masing-masing kegiatan dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan dan usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan tersebut. A. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diawali dengan disampaikannya Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak untuk pemeriksaan yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor kepada Wajib Pajak untuk pemeriksaan yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diatur dalam Pasal 25 dan 26. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

6 1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Perintah Pemeriksaan (SP2). 1 Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dapat disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak pada saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan atau disampaikan melalui faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman. Dalam hal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak tidak berada di tempat, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dapat disampaikan kepada: a. wakil atau kuasa dari Wajib Pajak; atau b. pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak, yaitu: 1) pegawai dari Wajib Pajak yang menurut Pemeriksa Pajak dapat mewakili Wajib Pajak, dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Badan; 2) anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang menurut Pemeriksa Pajak dapat mewakili Wajib Pajak, dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi; atau 3) pihak selain sebagaimana dimaksud angka 1) dan angka 2) yang dapat mewakili Wajib Pajak. Selanjutnya, dalam hal wakil atau kuasa dari Wajib Pajak atau pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas tidak dapat ditemui, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dianggap telah disampaikan dan Pemeriksaan Lapangan telah dimulai. 2 Adapun format formulir Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diatur dalam Lampiran II butir A PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 2. Penyampaian Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor 1 PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3) 2 Ibid., Pasal 26 ayat (1) s.d. ayat (3) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

7 Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib pajak mengenai dilakukannya Pemeriksaan Kantor dengan menyampaikan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam SP2. 3 Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan kepada Wajib Pajak melalui faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman. 4 Adapun format Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diatur dalam Lampiran II butir B PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. B. Pertemuan dengan Wajib Pajak Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak. 5 Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, pertemuan dengan Wajib Pajak diatur dalam Pasal 11 huruf d dan huruf e dan Pasal 27. Pertemuan juga dapat dilakukan dengan wakil atau kuasa dari Wajib Pajak. 6 Pertemuan tersebut wajib dilakukan baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak dilakukan setelah Pemeriksa Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Selanjutnya, dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak dilakukan pada saat Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. 7 Pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak tersebut dilakukan dalam rangka memberikan penjelasan mengenai: 1. alasan dan tujuan pemeriksaan; 2. hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan pemeriksaan; 3 Ibid., Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3) 4 Ibid., Pasal 26 ayat (4) 5 Ibid., Pasal 11 huruf d dan 27 ayat (1) 6 Ibid., Pasal 27 ayat (2) 7 Ibid., Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

8 3. hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang terbatas pada dasar hukum koreksi yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor; dan 4. kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak. Hasil pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa Wajib Pajak wajib dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pertemuan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. 8 Selanjutnya, apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Berita Acara Hasil Pertemuan, Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan tersebut pada Berita Acara Hasil Pertemuan. Dalam hal Pemeriksa Pajak telah menandatangani Berita Acara Hasil Pertemuan dan membuat catatan mengenai penolakan penandatanganan Berita Acara Hasil Pertemuan, pertemuan dengan Wajib Pajak, wakil atau kuasa dari Wajib Pajak dianggap telah dilaksanakan. 9 Adapun format formulir Berita Acara Hasil Pertemuan dengan Wajib Pajak diatur dalam Lampiran II butir C PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir Berita Acara Hasil Pertemuan dengan Wajib Pajak tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. C. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak hanya dilakukan untuk jenis Pemeriksaan Lapangan. Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat dilakukan di kantor, tempat kedudukan/tempat tinggal, dan lokasi kegiatan usaha/pekerjaan bebas Wajib Pajak, serta tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dilakukan pada departemen-departemen, bagianbagian, atau fungsi-fungsi yang ada pada Wajib Pajak. Adapun tujuan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak adalah: 1. Untuk mengetahui proses bisnis Wajib Pajak sehingga Pemeriksa Pajak memperoleh gambaran yang memadai mengenai kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang sebenarnya; 8 Ibid., Pasal 11 huruf d dan huruf e dan Pasal 27 ayat (5) 9 Ibid., Pasal 27 ayat (6) dan ayat (7) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

9 2. Untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak; dan 3. Untuk meyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva yang dilaporkan oleh Wajib Pajak berikut kepemilikannya. Pemahaman yang baik mengenai proses bisnis Wajib Pajak, sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak, dan keberadaan fisik aktiva Wajib Pajak, akan membantu Pemeriksa Pajak dalam menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam dari Wajib Pajak yang nantinya berguna untuk melakukan pengujian atas pos-pos yang diperiksa. Pemahaman proses bisnis Wajib Pajak dan sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak dapat dilkukan dengan cara sebagai berikut: a. mengumpulkan data dan informasi mengenai proses bisnis dan sistem pengendalian intern Wajib Pajak dengan cara: mempelajari struktur organisasi Wajib Pajak dan manual yang ada, antara lain bagan perkiraan, pedoman pembukuan, arus dokumen, dan arus barang; melakukan wawancara mengenai proses bisnis Wajib Pajak dan sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak kepada pejabat/pihak yang bertanggung jawab; dan mengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak. b. Melakukan penelaahan atas data dan informasi yang terkumpul dengan membuat catatan yang dapat berupa: - Uraian singkat (narrative descriptions); - Bagan arus (flow chart); atau - Daftar pertanyaan (internal control questionaire) yang telah dijawab. c. Melakukan pengujian mengenai kepatuhan/ketaatan Wajib Pajak dalam mengikuti sistem/prosedur/peraturan yang telah ditetapkan dalam bentuk: - pengujian transaksi, yaitu pengujian terhadap arus dokumen dan pencatatan pada setiap siklus transaksi untuk mengetahui apakah prosedur yang telah di tetapkan ditaati atau tidak, misalnya siklus transaksi penjualan, siklus transaksi pembelian, dan siklus lainnya. - Pengujian funsional, yaitu pengujian terhadap fungsi yang ada dalam perusahaan apakah fungsi-fungsi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan dan harus memperhatikan kaitan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya, misalnya dalam proses penjualan kredit harus ada pemisahan fungsi Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

10 antara yang mengotorisasi, yang mencatat, yang mengirim barang yang dijual, dan yang menerima uang hasil penjualan. Dalam melakukan pemahaman proses bisnis dan sistem pengendalian intern Wajib Pajak tersebut, Pemeriksa Pajak harus memperhatikan buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang terkait dengan pos-pos yang diperiksa, baik yang dibuat oleh Wajib Pajak maupun dibuat oleh pihak lain, yang ada di departemendepartemen, bagian-bagian atau fungsi-fungsi yang ada di perusahaan/wajib Pajak, yang nantinya akan dipinjam untuk menguji pos-pos yang diperiksa tersebut. D. Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Wajib Pajak Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib melakukan peminjaman buku, catatan dan dokumen yang nantinya akan digunakan untuk menguji pos-pos SPT yang diperiksa. Peminjaman buku, catatan dan dokumen tersebut wajib dilakukan baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, peminjaman buku, catatan, dan dokumen diatur dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31. Selain itu, diatur juga buku, catatan, dan dokumen yang harus dipinjam dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ/2012 tanggal 3 Februari 2012 tentang Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. 1. Tata Cara Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, berlaku ketentuan sebagai berikut: 10 a. Buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu juga dan Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. b. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan belum ditemukan atau diberikan oleh Wajib Pajak pada saat pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen yang dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan. 10 Ibid., Pasal 28 ayat (1) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

11 c. Dalam hal untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik diperlukan peralatan dan/atau keahlian khusus, Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan kepada: 1) Wajib Pajak untuk menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak; atau 2) seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari luar Direktorat Jenderal Pajak. Selanjutnya, dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, berlaku ketentuan sebagai berikut: 11 a. Daftar buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan oleh Pemeriksa Pajak, harus dilampirkan pada Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. b. Buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib dipinjamkan pada saat Wajib Pajak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. c. Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan belum tercantum dalam lampiran Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen. Buku, catatan, dan dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disampaikan. Setiap penyerahan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam berupa fotokopi dan/atau berupa data yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak yang diperiksa harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya. 12 Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang dipinjam belum dipenuhi dan jangka waktu 1 (satu) bulan belum 11 Ibid., Pasal 28 ayat (2) 12 Ibid., Pasal 28 ayat (3) s.d. ayat (5) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

12 terlampaui, Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 (dua) kali, yaitu: a. Surat Peringatan pertama setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen; b. Surat Peringatan kedua setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen. Setiap Surat Peringatan yang disampaikan harus dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 13 Dalam hal buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak harus membuat Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh Wajib Pajak. Selanjutnya, dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak dengan menyediakan ruangan khusus. 14 Apabila jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disampaikan terlampaui dan Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen yang dilampiri dengan Rincian Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan namun Belum Diserahkan oleh Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan, dan dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen. 15 Dalam hal Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta berdasarkan Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen, Pemeriksa Pajak harus menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian 13 Ibid., Pasal 28 ayat (6) dan ayat (7) 14 Ibid., Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) 15 Ibid., Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

13 dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang cukup sesuai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan. 16 Format formulir terkait permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen berupa: - Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen; - Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan; - Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen; - Surat Pernyataan Keaslian Dokumen dan/atau Data dari Wajib Pajak; - Surat Peringatan Pertama/Kedua; - Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan; - Berita Acara Tidak Dipenuhinya Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen; dan - Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen diatur dalam Lampiran III PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 2. Penetapan Jabatan Karena Wajib Pajak Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, dan Dokumen Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau Wajib Pajak Badan, dan Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak, maka penghasilan kena pajak dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 17 Berdasarkan memori penjelasan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang KUP disebutkan bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang KUP atau pada saat diperiksa tidak memenuhi permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang KUP sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak dapat menghitung jumlah pajak yang seharusnya terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d (apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, terkait pembukuan, atau Pasal 29, terkait pemeriksaan, tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang), Direktur Jenderal Pajak berwenang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dengan penghitungan secara jabatan, yaitu penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh dari Wajib Pajak saja. Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan dasar penghitungan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak dibebankan kepada Wajib Pajak. Sebagai contoh: 16 Ibid., Pasal 31 ayat (1) 17 Ibid., Pasal 31 ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

14 a. pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tidak lengkap sehingga penghitungan laba rugi atau peredaran tidak jelas; b. dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap sehingga angka-angka dalam pembukuan tidak dapat diuji; atau c. dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-fakta yang diketahui besar dugaan disembunyikannya dokumen atau data pendukung lain di suatu tempat tertentu sehingga dari sikap demikian jelas Wajib Pajak telah tidak menunjukkan iktikad baiknya untuk membantu kelancaran jalannya pemeriksaan. Dalam hal penghasilan kena pajak tidak dihitung secara jabatan, Pemeriksa Pajak dapat meminjam tambahan buku, catatan, dan/atau dokumen serta keterangan lain selain yang sudah dipinjam Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, pengembalian buku, catatan, dan dokumen diatur dalam Pasal 59. Buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan menggunakan Bukti Peminjaman Dan Pengembalian Buku, Catatan dan Dokumen paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal LHP. 19 E. Kegiatan Apabila Terdapat Penolakan Pemeriksaan Dalam pelaksanaan pemeriksaan bisa saja terjadi kondisi di mana Wajib Pajak menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Kondisi penolakan pemeriksaan ini bisa terjadi baik dalam Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, penolakan pemeriksaan diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Lapangan Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan menyatakan menolak untuk dilakukan Pemeriksaan termasuk menolak menerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Namun apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan 18 Ibid., Pasal 31 ayat (3) 19 Ibid., Pasal 59 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

15 Penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 20 Pada saat pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tidak ada di tempat maka: a. pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang berada dalam kewenangannya; atau b. pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. 21 Untuk keperluan pengamanan pemeriksaan, sebelum dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan. Apabila setelah dilakukan penyegelan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) PMK Tata Cara Pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tetap tidak berada di tempat dan/atau tidak memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak, dan/atau tidak memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, Pemeriksa Pajak meminta kepada pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan. Dalam hal pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, Pemeriksa Pajak meminta pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak untuk menandatangani Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan. Dalam hal pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak Penolakan Pemeriksaan Dalam Pemeriksaan Kantor Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor namun menyatakan menolak untuk dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Namun apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan Penolakan 20 Ibid., Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) 21 Ibid., Pasal 36 ayat (3) 22 Ibid., Pasal 36 ayat (4) s.d. ayat (7) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

16 Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 23 Selanjutnya, apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan kepada Wajib Pajak dan surat panggilan tersebut tidak dikembalikan oleh pos atau jasa pengiriman lainnya dan Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan Oleh Wajib Pajak yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak Tindak Lanjut Penolakan Pemeriksaan Pemeriksa Pajak berdasarkan: a. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan; b. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan; c. Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan; d. Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan; atau e. Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, dapat melakukan penetapan pajak secara jabatan atau mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 25 Format formulir Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, Berita Acara Penolakan Pemeriksaan, Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan, Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan diatur dalam Lampiran V PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. F. Penyegelen Dalam pelaksanaan pemeriksaan, kegiatan penyegelan hanya ditemui untuk jenis Pemeriksaan Lapangan sedangkan untuk jenis Pemeriksaan Kantor tidak ditemui kegiatan penyegelan karena pemeriksaan dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, ketentuan penyegelan dalam rangka Pemeriksaan Lapangan diatur dalam Pasal 32 sampai dengan Pasal 35. Pemeriksa Pajak berwenang melakukan penyegelan untuk memperoleh atau mengamankan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara 23 Ibid., Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) 24 Ibid., Pasal 37 ayat (3) 25 Ibid., Pasal 38 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

17 elektronik, dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan. 26 Penyegelan dilakukan apabila pada saat pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan: Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk memasuki tempat atau ruang serta memeriksa barang bergerak dan/atau tidak bergerak, yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dan/atau dokumen, termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak; 2. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik atau membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; 3. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan tidak ada pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak, sehingga diperlukan upaya pengamanan pemeriksaan sebelum pemeriksaan ditunda; atau 4. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. Penyegelan dilakukan dengan menggunakan tanda segel dan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Dalam melakukan Penyegelan, Pemeriksa Pajak wajib membuat Berita Acara Penyegelan. Berita Acara Penyegelan dibuat dan ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Berita Acara Penyegelan dibuat 2 (dua) rangkap dan rangkap kedua diserahkan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang diperiksa. Dalam hal saksi menolak menandatangani Berita Acara Penyegelan, Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita Acara Penyegelan. Dalam melaksanakan 26 Ibid., Pasal 32 ayat (1) 27 Ibid., Pasal 32 ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

18 penyegelan, Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau pemerintah daerah setempat. 28 Pembukaan segel dilakukan apabila: 1. Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak telah memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak yang disegel, dan/atau telah memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; 2. berdasarkan pertimbangan Pemeriksa Pajak, penyegelan tidak diperlukan lagi; dan/atau 3. terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana. 29 Pembukaan segel harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Dalam keadaan tertentu, pembukaan segel dapat dibantu oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau pemerintah daerah setempat. Dalam hal tanda segel yang digunakan untuk melakukan Penyegelan rusak atau hilang, Pemeriksa Pajak harus membuat berita acara mengenai kerusakan atau kehilangan dan melaporkannya kepada Kepolisian Negara Repulik Indonesia. Dalam melakukan pembukaan segel, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Pembukaan Segel yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan saksi sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa selain anggota tim Pemeriksa Pajak. Apabila saksi menolak menandatangani Berita Acara Pembukaan Segel, Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita Acara Pembukaan Segel. Berita Acara Pembukaan Segel dibuat 2 (dua) rangkap dan rangkap kedua diserahkan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. 30 Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal penyegelan atau jangka waktu lain dengan mempertimbangkan tujuan penyegelan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tetap tidak memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak yang disegel, dan/atau tidak memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, Wajib Pajak dianggap menolak dilakukan pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak dianggap menolak dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak wajib menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan tersebut, Pemeriksa Pajak 28 Ibid., Pasal 33 ayat (1) s.d. ayat (7) 29 Ibid., Pasal 34 ayat (1) 30 Ibid., Pasal 34 ayat (2) s.d. ayat (7) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

19 membuat dan menandatangani Berita Acara Mengenai Penolakan Menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. 31 Format formulir berupa Tanda Segel, Berita Acara Penyegelan, Berita Acara Tanda Segel Rusak/Hilang, dan Berita Acara Pembukaan Segel diatur Lampiran IV PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. G. Permintaan Penjelasan/Keterangan Untuk memperjelas fakta atau untuk keperluan melakukan pengujian atas pos-pos yang diperiksa, Pemeriksa Pajak dapat melakukan permintaan penjelasan kepada Wajib Pajak dan/atau permintaan keterangan kepada pihak ketiga yang terkait dengan Wajib Pajak. Permintaan penjelasan dan/atau keterangan tersebut dapat dilakukan baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, permintaan penjelasan kepada Wajib Pajak dan permintaan keterangan kepada pihak ketiga diatur dalam Pasal 39 dan Permintaan Penjelasan/Keterangan Kepada Wajib Pajak Untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci, Pemeriksa Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan dapat memanggil Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak melalui penyampaian Surat Panggilan. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, penjelasan yang lebih rinci dari Wajib Pajak dapat dilakukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak. 32 Penjelasan yang diberikan oleh Wajib Pajak kepada Pemeriksa Pajak tersebut, dituangkan dalam Berita Acara Mengenai Pemberian Penjelasan Wajib Pajak yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Berita Acara tersebut, Pemeriksa Pajak membuat catatan penolakan tersebut dalam Berita Acara tersebut. 33 Format formulir Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan kepada Wajib Pajak dan Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak diatur dalam Lampiran VI PMK Tata 31 Ibid., Pasal 35 ayat (1) s.d. ayat (3) 32 Ibid., Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) 33 Ibid., Pasal 39 ayat (3) dan ayat (4) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

20 Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 2. Permintaan Keterangan Kepada Pihak Ketiga Pemeriksa Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, dapat meminta keterangan dan/atau bukti kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Undang-Undang KUP secara tertulis sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara permintaan keterangan kepada pihak ketiga. 34 Adapun Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturnya adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-Pihak yang Terikat oleh Kewajiban Merahasiakan (selanjutnya disebut PMK No. 87/PMK.03/2013). Tata cara permintaan keterangan berdasarkan PMK No. 87/PMK.03/2013 tersebut adalah sebagai berikut: 35 a. Dalam pelaksanaan pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak dapat meminta keterangan atau bukti kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak. Pihak ketiga tersebut adalah bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, konsultan hukum, konsultan keuangan, pelanggan, pemasok, kantor administrasi, atau pihak ketiga lainnya yang memiliki keterangan atau bukti yang ada hubungannya dengan tindakan Wajib Pajak, pekerjaan, kegiatan usaha, atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. b. Dalam hal pihak ketiga tersebut terikat oleh kewajiban merahasiakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan berdasarkan surat permintaan dari: 1) Direktur Jenderal Pajak untuk keperluan pemeriksaan; atau 2) Menteri Keuangan kepada Gubernur Bank Indonesia dalam hal keterangan atau bukti yang diminta terikat kerahasiaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang di bidang perbankan untuk keperluan pemeriksaan. c. Surat permintaan keterangan atau bukti menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PMK No. 87/PMK.03/2013. Format surat permintaan keterangan atau bukti dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. d. Surat permintaan keterangan atau bukti oleh Direktur Jenderal Pajak atau Menteri Keuangan sekurang-kurangnya memuat: 1) identitas Wajib Pajak; 2) keterangan atau bukti yang diminta; dan 3) maksud dilakukannya permintaan keterangan atau bukti. 34 Ibid., Pasal PMK No. 87/PMK.03/2013, Pasal 1 dan Pasal 2 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

21 e. Pihak ketiga yang dimintai keterngan atau bukti wajib memberikan keterangan atau bukti paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat permintaan keterangan atau bukti. f. Dalam hal pihak yang dimintai keterangan atau bukti tersebut memerlukan izin dari pihak yang berwenang, jangka waktu pemberian keterangan atau bukti paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat izin dari pihak yang berwenang. g. Apabila permintaan keterangan atau bukti tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Direktur Jenderal Pajak dapat menyampaikan surat peringatan dengan menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PMK No. 87/PMK.03/2013. Format surat peringatan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. h. Pihak ketiga yang diberi surat peringatan tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat peringatan. i. Apabila permintaan dalam surat peringatan tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, pihak ketiga tersebut diancam pidana sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A Undang-Undang KUP. H. Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan Berdasarkan fakta, data, informasi, dan keterangan yang diperoleh Pemeriksa Pajak pada tahap pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menelaah Rencana Pemeriksaan yang telah dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan apakah perlu dilakukan perubahan atau tidak. Apabila dilakukan perubahan Rencana Pemeriksaan yang merubah pengujian atas pospos yang diperiksa, maka akan berdampak perlunya dilakukan perubahan atas Program Pemeriksaan. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-126/PJ/2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (selanjutnya disebut SE-126/PJ/2010) angka romawi III, prosedur penyusunan Perubahan Rencana Pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1. Jika ditemukan kondisi yang berbeda antara Rencana Pemeriksaan dengan pelaksanaan pemeriksaan, supervisor menyusun Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan. 2. Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan tersebut berisi antara lain: a) Uraian rencana pemeriksaan yang diubah, b) Rencana pemeriksaan sebelumnya, c) Rencana pemeriksaan yang dimutakhirkan, dan d) Alasan perubahan. 3. Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) harus memberikan persetujuan atas Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan diterima. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

22 4. Dalam hal Kepala UP2 tidak menyetujui Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan, Kepala UP2 harus memberikan catatan/alasan pada formulir Perubahan Rencana Pemeriksaan dan pemeriksaan tetap dilanjutkan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan sebelumnya. 5. Dalam hal terjadi Perubahan Rencana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili, maka Pemeriksa Wajib Pajak Domisili harus mengirimkan salinan Perubahan Rencana Pemeriksaan kepada Pemeriksa Wajib Pajak Lokasi, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah disetujuinya Perubahan Rencana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili, demikian pula sebaliknya. Adapun contoh Perubahan Rencana Pemeriksaan diberikan dalam Lampiran IV C SE-126/PJ/2010 dan dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. I. Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen Tujuan pemeriksaan atas buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak adalah: 1. untuk menguji kebenaran angka-angka dalam pos-pos SPT yang diperiksa; 2. untuk menentukan apakah penghitungan pajak yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak untuk menguji pos-pos yang diperiksa dilakukan dengan berpedoman pada Program Pemeriksaan yang telah disusun. Pengujian pos-pos yang diperiksa dilakukan menggunakan dengan metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan yang telah ditentukan di dalam Program Pemeriksaan. Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak harus dilakukan secara objektif dan profesional dan temuan yang dihasilkan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan dan temuan yang dihasilkan harus didokumentasikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Pembahasan KKP dilakukan secara tersendiri dalam mata diklat KKP, LHP, dan Nota Penghitungan. J. Kegiatan Apabila Terjadi Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT oleh Wajib Pajak Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang Undang KUP dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011, sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan SPHP. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Laporan tersendiri Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

23 secara tertulis harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak dan dilampiri dengan: 1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan; 2. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan 3. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen). Apabila pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tidak mengakibatkan kekurangan pembayaran pajak maka pengungkapan tersebut tidak perlu dilampiri dengan Surat Setoran Pajak. 36 Untuk membuktikan pengungkapan ketidakbenaran dalam laporan tersendiri tersebut, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan diterbitkan surat ketetapan pajak dengan mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut serta memperhitungkan pokok pajak yang telah dibayar. Dalam hal hasil pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Namun apabila hasil pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan pengungkapan Wajib Pajak. 37 Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam surat ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil Pemeriksaan. Sedangkan Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) merupakan bukti pembayaran sanksi adminstrasi berupa kenaikan 50% (lima puluh persen) terkait dengan pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan. Surat ketetapan pajak berdasarkan hasil pemeriksaan yang membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya ditambah dengan sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang KUP. 38 Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan dilakukan untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak sebagaimana 36 PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 61 ayat (1) s.d. ayat (4) 37 Ibid., Pasal 62 ayat (1) s.d. (3) 38 Ibid., Pasal 62 ayat (4) s.d. ayat (6) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

24 diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf i Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. 39 Format formulir Laporan Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat Pemberitahuan diatur dalam Lampiran VIII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. K. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Setelah Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas pos-pos yang diperiksa maka hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP). Atas SPHP yang diterimanya, Wajib Pajak diwajibkan untuk memberikan tanggapan secara tertulis. Hal ini berlaku baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, ketentuan pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan tertulis atas SPHP diatur dalam Pasal 41 dan Pasal Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak merupakan hal yang sangat penting karena apabila hasil pemeriksaan tidak diberitahukan kepada Wajib Pajak, hasil pemeriksaan tersebut dapat dibatalkan berdasarkan ketentuan Pasal 36 Undang-undang KUP. Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan. SPHP dan Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak untuk menerima SPHP, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat Penolakan Menerima SPHP. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Penolakan Menerima SPHP, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 40 Dalam hal pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor, penyampaian SPHP dilakukan bersamaan dengan penyampaian 39 Ibid., Pasal 62 ayat (7) 40 Ibid., Pasal 41 ayat (1) s.d. ayat (4) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

25 undangan tertulis untuk menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan. 41 Format formulir SPHP, Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan, Surat Penolakan Menerima SPHP, dan Berita Acara Penolakan Menerima SPHP diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 2. Tanggapan Wajib Pajak atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dalam bentuk: 42 a. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil pemeriksaan; atau b. surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan. Tanggapan tertulis atas SPHP harus disampaikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak jangka waktu penyampain tanggapan tertulis atas SPHP berakhir. Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP, Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis berakhir. 43 Dalam hal pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor, tanggapan tertulis atas SPHP disampaikan paling lama pada saat Wajib Pajak harus memenuhi undangan tertulis untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP. 44 Tanggapan tertulis atas SPHP dan pemberitahuan tertulis mengenai perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Tidak Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak Ibid., Pasal 41 ayat (5) 42 Ibid., Pasal 42 ayat (1) 43 Ibid., Pasal 42 ayat (2) s.d. ayat (4) 44 Ibid., Pasal 42 ayat (5) 45 Ibid., Pasal 42 ayat (6) dan ayat (7) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

26 Format formulir Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Tanggapan Tertulis atas SPHP, Berita Acara Tidak Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. L. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Setelah Pemeriksa Pajak memberitahukan hasil pemeriksaan dengan menggunakan SPHP kepada Wajib Pajak, maka Pemeriksa Pajak harus melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak, baik apakah Wajib Pajak memberikan tanggapan tertulis maupun tidak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP. Hal ini berlaku baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, pembahasan akhir hasil pemeriksaan diatur dalam Pasal 43 sampai dengan Pasal Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Dalam rangka melaksanakan pembahasan atas hasil pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dan Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Hak hadir tersebut diberikan melalui penyampaian undangan secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan mencantumkan hari dan tanggal dilaksanakannya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Undangan secara tertulis tersebut di atas harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak: a. diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; atau b. berakhirnya perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP, dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP. 46 Apabila Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor, undangan tertulis untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPHP. Undangan secara tertulis untuk menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dapat disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili Ibid., Pasal 43 ayat (1) s.d. (3) 47 Ibid., Pasal 43 ayat (4) dan ayat (5) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

27 Format formulir Undangan Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir undangan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 2. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a. menyampaikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan dengan mendasarkan pada Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. 48 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a menyampaikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan berdasarkan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 49 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a. menyampaikan surat sanggahan dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai undangan tertulis, Pemeriksa Pajak harus melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dengan mendasarkan pada surat sanggahan dan menuangkan hasil pembahasan tersebut dalam Risalah Pembahasan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak Ibid., Pasal 44 ayat (1) 49 Ibid., Pasal 44 ayat (2) 50 Ibid., Pasal 44 ayat (3) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

28 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a. menyampaikan surat sanggahan dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan berdasarkan surat sanggahan, Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 51 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai undangan tertulis, Pemeriksa Pajak tetap melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dan menuangkan hasil pembahasan tersebut dalam Risalah Pembahasan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. 52 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: a tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP dalam jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP atau perpanjangannya; dan b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak membuat Risalah Pembahasan berdasarkan SPHP, Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 53 Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada hari dan tanggal sesuai undangan tertulis, maka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. 54 Format formulir Risalah Pembahasan, Berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir dan Berita Acara Ketidakhadiran Wajib 51 Ibid., Pasal 44 ayat (4) 52 Ibid., Pasal 44 ayat (5) 53 Ibid., Pasal 44 ayat (6) 54 Ibid., Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

29 Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 3. Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan kepada: a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; atau b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan. 55 Permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dapat dilakukan, dalam hal: a. Risalah Pembahasan telah ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak; b. Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak; dan c. terdapat perbedaan pendapat yang terbatas pada dasar hukum koreksi antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 56 Surat permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus disampaikan secara langsung atau melalui faksimili dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak penandatanganan Risalah Pembahasan dan ditembuskan kepada kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan. 57 Susunan Tim Quality Assurance Pemeriksaan terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 3 (tiga) orang anggota. Tim Quality Assurance Pemeriksaan dibentuk oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak. 58 Tim Quality Assurance Pemeriksaan bertugas untuk: a. membahas perbedaan pendapat yang terbatas pada dasar hukum koreksi antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; b. memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak 55 Ibid., Pasal 47 ayat (1) 56 Ibid., Pasal 47 ayat (2) 57 Ibid., Pasal 47 ayat (3) 58 Ibid., Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

30 dengan Pemeriksa Pajak; dan c. membuat Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi simpulan dan keputusan hasil pembahasan dan bersifat mengikat. 59 Berdasarkan surat permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus menyampaikan undangan kepada Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak untuk melakukan pembahasan atas hasil pemeriksaan yang belum disepakati dalam Risalah Pembahasan. Undangan tersebut dapat disampaikan secara langsung atau melalui faksimili. 60 Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dilakukan oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak, dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan, pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus tetap dilakukan oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan tim Pemeriksa Pajak. 61 Pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak serta pelaksanaan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus mempertimbangkan jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan. 62 Hasil pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus dituangkan dalam Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak, dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. Namun apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan namun Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Tim Quality Assurance Pemeriksaan membuat catatan mengenai penolakan tersebut dalam risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan. 63 Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan, Tim Quality Assurance Pemeriksaan membuat: 59 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) 61 Ibid., Pasal 51 ayat (1) dan ayat (2) 62 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 53 ayat (1) s.d. ayat (3) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

31 a. Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan; dan b. Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan tim Pemeriksa Pajak. Apabila Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan pada hari dan tanggal sesuai undangan, pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dianggap telah dilakukan. 64 Risalah Pembahasan dan Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan digunakan oleh Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. 65 Format formulir Surat Permohonan Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Undangan Menghadiri Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dan Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 4. Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Dalam rangka menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dibuat berdasarkan Risalah Pembahasan dan Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak melalui kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan memanggil Wajib Pajak dengan mengirimkan Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Surat Panggilan tersebut dapat disampaikan secara langsung atau melalui faksimili. 66 Dalam hal Surat Panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak untuk menerima Surat Panggilan tersebut, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani Surat Penolakan Menerima Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani Surat Pernyataan Penolakan tersebut, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Menerima Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak Ibid., Pasal 53 ayat (4) dan ayat (5) 65 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) 67 Ibid., Pasal 55 ayat (3) dan ayat (4) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

32 Wajib Pajak harus memenuhi panggilan tersebut dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak memenuhi panggilan tersebut, namun menolak menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan penandatanganan pada Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan tersebut, Pemeriksa Pajak membuat catatan pada Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan mengenai tidak dipenuhinya panggilan. 68 Format formulir Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diatur dalam Lampiran VII PMK Tata Cara Pemeriksaan. Format formulir Surat Panggilan tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini. 5. Buku, Catatan, dan Dokumen yang Dapat Dipertimbangkan dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Apabila Dilakukan Penetapan Secara Jabatan Dalam hal terhadap Wajib Pajak dilakukan penetapan secara jabatan, maka buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang dapat dipertimbangkan oleh Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan terbatas pada: a. penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan secara jabatan; dan b. kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan Hal-hal Lain Terkait dengan Pemberitahuan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan 6.1. Pajak yang Terutang dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak Pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak dihitung sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali: a. dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan tetapi menyampaikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan, pajak yang terutang dihitung sesuai dengan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan; 68 Ibid., Pasal 56 ayat (1) s.d. ayat (3) 69 Ibid., Pasal 57 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

33 b. dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan tetapi menyampaikan surat sanggahan, pajak yang terutang dihitung berdasarkan SPHP dengan jumlah yang tidak disetujui sesuai dengan surat sanggahan Wajib Pajak; c. dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, pajak yang terutang dihitung berdasarkan SPHP dan Wajib Pajak dianggap menyetujui hasil Pemeriksaan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Hasil Pemeriksaan Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: a. penyampaian SPHP; atau b. pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dapat dibatalkan secara jabatan atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang KUP. 71 Dalam hal dilakukan pembatalan hasil pemeriksaan, proses pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksanakan prosedur penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Prosedur penyampaian SPHP dan/atau pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana telah diuraikan di atas. 72 Dalam hal Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan dibatalkan dan dilanjutkan dengan prosedur penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP, pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan: a. Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP belum terlewati; atau b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang- Undang KUP terlewati. 73 Dalam hal susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak untuk melanjutkan pemeriksaan dengan prosedur penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan 70 Ibid., Pasal 58 ayat (5) 71 Ibid., Pasal 60 ayat (1) 72 Ibid., Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3) 73 Ibid., Pasal 60 ayat (4) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

34 berbeda dengan susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak sebelumnya, pemeriksaan tersebut dilakukan setelah diterbitkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak. 74 M. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penangguhan Pemeriksaan Ketentuan Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penangguhan Pemeriksaan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Pasal 12 ayat (1) sampai dengan ayat (5) dan PMK Tata Cara Pemeriksaan Pasal 63 sampai dengan Pasal 67. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka apabila: 1. pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan; atau 2. Wajib Pajak menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan terhadap Wajib Pajak tersebut tidak dilakukan penghitungan penghasilan kena pajak secara jabatan. 75 Yang dimaksud tindak pidana di bidang perpajakan adalah perbuatan yang diancam sanksi pidana oleh undang-undang di bidang perpajakan yang meliputi Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41C, dan Pasal 43 Undang Undang KUP, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang PBB, Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Bea Meterai, dan Pasal 41A Undang-Undang PPSP. 76 Dalam hal pemeriksaan yang dilakukan merupakan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP, usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut. 77 Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang berwenang, pelaksanaan pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat Laporan Kemajuan Pemeriksaan sampai dengan: 1. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP; 74 Ibid., Pasal 60 ayat (5) 75 Ibid., Pasal 63 ayat (1) 76 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan, Pasal 1 angka 5 77 PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 63 ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

35 2. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang- Undang KUP; 3. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia; 4. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; 5. Penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 44A Undang-Undang KUP atau Pasal 44B Undang Undang KUP; atau 6. Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. 78 Penangguhan Pemeriksaan harus diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. Pemberitahuan secara tertulis disampaikan bersamaan dengan disampaikannya Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka. Buku, catatan, dan dokumen yang terkait dengan pemeriksaan yang ditangguhkan diserahkan kepada Pemeriksa Bukti Permulaan dengan membuat berita acara yang ditandatangani Pemeriksa Pajak dan Pemeriksa Bukti Permulaan dan fotokopi berita acara tersebut diserahkan kepada Wajib Pajak. 79 Pemeriksaan yang ditangguhkan karena dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila: a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia; b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikan dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau d. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat putusan pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak Ibid., Pasal 64 ayat (1) 79 Ibid., Pasal 64 ayat (2) s.d. ayat (5) 80 Ibid., Pasal 65 ayat (1) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

36 Jangka waktu pengujian atau jangka waktu perpanjangan pengujian untuk pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dilanjutkan tersebut diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan. 81 Pemeriksaan yang ditangguhkan karena dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan dengan membuat LHP Sumir, apabila: a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP; b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan dengan menerbitkan surat ketetapan pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP; atau c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikannya dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP. 82 Pemeriksa Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Penghentian Pemeriksaan kepada Wajib Pajak untuk pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dihentikan tersebut. 83 Direktur Jenderal Pajak masih dapat melakukan pemeriksaan apabila setelah pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dihentikan terdapat data selain yang diungkapkan dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP atau Pasal 44B Undang Undang KUP. 84 Dalam hal Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan juga dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ditangguhkan dengan membuat Laporan Kemajuan Pemeriksaan apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup ditindaklanjuti dengan penyidikan. Penangguhan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan karena Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup yang ditindaklanjuti dengan penyidikan dilakukan sampai dengan: 1. penyidikan dihentikan sesuai dengan Pasal 44A atau Pasal 44B Undang-Undang KUP; atau 81 Ibid., Pasal 67 ayat (1) 82 Ibid., Pasal 65 ayat (2) 83 Ibid, Pasal 67 ayat (2) 84 Ibid, Pasal 67 ayat (3) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

37 2. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. Penangguhan pemeriksaan karena Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup yang ditindaklanjuti dengan penyidikan harus diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. 85 Pemeriksaan yang ditangguhkan karena Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup yang ditindaklanjuti dengan penyidikan dilanjutkan apabila: 1. penyidikan dihentikan karena Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau 2. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. 86 Jangka waktu pengujian atau jangka waktu perpanjangan pengujian untuk pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dilanjutkan tersebut diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan. 87 Pemeriksaan yang ditangguhkan karena Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup yang ditindaklanjuti dengan penyidikan dihentikan apabila penyidikan dihentikan karena Pasal 44B Undang-Undang KUP. 88 Pemeriksa Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Penghentian Pemeriksaan kepada Wajib Pajak untuk pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dihentikan tersebut. 89 Direktur Jenderal Pajak masih dapat melakukan pemeriksaan apabila setelah pemeriksaan yang semula ditangguhkan kemudian dihentikan terdapat data selain yang diungkapkan dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP atau Pasal 44B Undang Undang KUP Ibid, Pasal 66 ayat (1) s.d. ayat (3) 86 Ibid, Pasal 66 ayat (4) 87 Ibid., Pasal 67 ayat (1) 88 Ibid., Pasal 66 ayat (5) 89 Ibid., Pasal 67 ayat (2) 90 Ibid., Pasal 67 ayat (3) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

38 Kegiatan Belajar 2 PENYELESAIAN PEMERIKSAAN, PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN, DAN PEMERIKSAAN ULANG Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat: 1. menjelaskan cara penyelesaian pemeriksaan dan menerapkan cara penyelesaian pemeriksaan yang tepat dalam setiap penugasan pemeriksaan; 2. menjelaskan pembatalan pemeriksaan; dan 3. menjelaskan pemeriksaan ulang. A. Cara Penyelesaian Pemeriksaan Pemahaman Pemeriksa Pajak mengenai cara penyelesaian pemeriksaan merupakan hal penting agar Pemeriksa Pajak tidak salah dalam menentukan cara penyelesaian pemeriksaan. Berdasarkan PMK Tata Cara Pemeriksaan, penyelesaian pemeriksaan diatur dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 23. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diselesaikan dengan cara: 1. menghentikan pemeriksaan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Sumir; atau 2. membuat LHP, sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 91 Berikut ini adalah uraian dari masing-masing cara penyelesaian pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut. 1. Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sumir Penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dilakukan dalam hal: 91 Ibid., Pasal 20 Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

39 a. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang diperiksa: 1) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan; atau 2) tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. b. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tersebut: 1) tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang- Undang KUP; 2) tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang- Undang KUP; atau 3) dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikannya dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP. c. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dan penyidikan tersebut dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP. d. Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. e. Terdapat keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak. 92 Pemeriksaan yang dihentikan dengan membuat LHP Sumir karena Wajib Pajak tidak ditemukan atau tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor, dapat dilakukan pemeriksaan kembali apabila di kemudian hari Wajib Pajak ditemukan Penyelesaian Pemeriksaan dengan Membuat LHP Sebagai Dasar Penerbitan SKP dan/atau STP Penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dilakukan dalam hal: 92 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 23 ayat (1) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

40 a. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan pemeriksaan, dan pemeriksaan dapat diselesaikan dalam jangka waktu pemeriksaan. b. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan pemeriksaan, dan pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan belum dapat diselesaikan sampai dengan: 1) berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan; atau 2) berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor. c. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP: 1) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan; atau 2) tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. d. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dengan Pemeriksaan Kantor tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. e. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tersebut: 1) dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia; 2) dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; 3) dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikannya dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau 4) dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat Putusan Pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. f. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dan penyidikan tersebut: Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

41 1) dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau 2) dilanjutkan dengan penuntutan serta telah terdapat Putusan Pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. 94 Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang pengujiannya belum diselesaikan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas, harus diselesaikan dengan menyampaikan SPHP dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya: a. perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan; atau b. perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor, dan dilanjutkan tahapan Pemeriksaan sampai dengan pembuatan LHP. 95 Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan atasketerangan lain berupa data konkret dengan Pemeriksaan Kantor tidak memenuhi panggilan pemeriksaan, pemeriksaan harus diselesaikan dengan menyampaikan SPHP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. 96 Pajak terutang atas pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang tidak ditemukan sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP atau tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor atas keterangan lain berupa data konkret dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan, ditetapkan secara jabatan. 97 B. Pembatalan Penugasan Pemeriksaan Pembatalan penugasan pemeriksaan untuk pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-28/PJ/2013 tanggal 11 Juni 2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan (selanjutnya disebut SE-28/PJ/2013) butir E angka 1 huruf o. Uraian pembatalan penugasan pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembatalan penugasan pemeriksaan dilakukan dengan alasan sebagai berikut: a. terdapat kesalahan administrasi yang bersifat manusiawi (human error), seperti kesalahan: 94 Ibid., Pasal 22 ayat (1) 95 Ibid., Pasal 22 ayat (2) 96 Ibid., Pasal 22 ayat (3) 97 Ibid., Pasal 23 ayat (2) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

42 nama Wajib Pajak; NPWP; Jenis Pajak; Masa Pajak; Tahun Pajak; kode pemeriksaan; tujuan pemeriksaan; atau penunjukan UP2 sepanjang SPHP belum disampaikan kepada Wajib Pajak; b. pemeriksaan belum dimulai dan Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Lebih Bayar menjadi selain SPT Lebih Bayar; c. pemeriksaan yang dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pasal 17B Undang-Undang KUP yang SP2 diterbitkan setelah jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak terlampaui; d. berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak. 2. Dalam hal Wajib Pajak melakukan Pembetulan SPT selain pembetulan SPT Lebih Bayar menjadi selain SPT Lebih Bayar sebelum Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor dikirimkan oleh Pemeriksa Pajak, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan penyesuaian Audit Plan. 3. Pembatalan penugasan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a, huruf b, dan huruf c dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. terhadap instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan yang diterbitkan oleh: Direktur Jenderal Pajak, pembatalan penugasan pemeriksaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak; Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, pembatalan penugasan pemeriksaannya dilakukan oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan; dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, pembatalan penugasan pemeriksaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; b. usul pembatalan penugasan pemeriksaan oleh Kepala UP2 kepada Direktur Jenderal Pajak, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dilakukan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.18 SE-28/PJ/2013; c. Direktur Jenderal Pajak, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan atau penolakan atas usul Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

43 pembatalan penugasan pemeriksaan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada: Lampiran I.19 SE-28/PJ/2013, dalam hal usul pembatalan penugasan pemeriksaan disetujui; atau Lampiran I.20 SE-28/PJ/2013, dalam hal usul pembatalan penugasan pemeriksaan ditolak; d. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak selaku pihak yang menerbitkan instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan, dapat melakukan pembatalan penugasan pemeriksaan tanpa berdasarkan usulan dari Kepala UP2; e. pembatalan penugasan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.21 SE-28/PJ/2013; f) terhadap penugasan pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuatkan LHP Sumir. 4. Pembatalan penugasan pemeriksaan berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf d merupakan kewenangan Direktur Jenderal Pajak yang dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pembatalan dapat dilakukan sepanjang surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan belum diterbitkan; b. pembatalan dilakukan dengan menerbitkan surat Direktur Jenderal Pajak mengenai pembatalan penugasan pemeriksaan; c. pembatalan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: Direktur Jenderal Pajak memberikan perintah kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan untuk membatalkan penugasan pemeriksaan; Direktur Pemeriksaan dan Penagihan membuat konsep surat Direktur Jenderal Pajak tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.22 SE-28/PJ/2013; Direktur Jenderal Pajak menandatangani surat Direktur Jenderal Pajak tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dan disampaikan kepada Kepala UP2; terhadap penugasan pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuat LHP Sumir. 5. Dalam hal pemeriksaan yang dibatalkan penugasannya sebagaimana dimaksud pada angka 3 atau angka 4 terdapat permintaan Pemeriksaan Lokasi, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. berdasarkan surat pembatalan penugasan pemeriksaan, Kepala UP2 Domisili mengirimkan surat pemberitahuan pembatalan penugasan pemeriksaan kepada Kepala UP2 Lokasi dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.23 SE-28/PJ/2013; Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

44 b. berdasarkan surat pemberitahuan pembatalan penugasan pemeriksaan dari UP2 Domisili, Kepala UP2 Lokasi mengajukan permohonan pembatalan penugasan pemeriksaan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya sepanjang UP2 Lokasi belum: menyampaikan SPHP terkait dengan pembatalan pemeriksaan pada angka 1 huruf a; atau menerbitkan surat ketetapan pajak terkait dengan pembatalan pemeriksaan pada angka 1 huruf d, dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.24 SE-28/PJ/2013; c. surat pembatalan penugasan pemeriksaan dari UP2 Lokasi sebagaimana dimaksud pada huruf b, digunakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasan UP2 Lokasi untuk melakukan pembatalan Nomor Pengawasan Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.25 SE-28/PJ/ Dalam hal pemeriksaan Lokasi dibatalkan penugasannya karena Wajib Pajak Lokasi tidak terdaftar di wilayah kerja UP2 Lokasi dimaksud atau terhadap Wajib Pajak Lokasi sudah pernah dilakukan pemeriksaan, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepala UP2 Lokasi mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kepala UP2 Domisili yang menyatakan bahwa UP2 Lokasi tidak dapat melakukan Pemeriksaan Lokasi dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.26 SE- 28/PJ/2013; b. dalam hal terhadap Wajib Pajak Lokasi sudah pernah dilakukan Pemeriksaan maka bersamaan dengan surat sebagaimana dimaksud pada huruf a dilampirkan dengan fotokopi LHP Lokasi; c. berdasarkan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a), Kepala UP2 Domisili menyampaikan surat pembatalan permintaan Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan pada contoh pada Lampiran I.27 SE-28/PJ/2013 kepada Kepala UP2 Lokasi; d. berdasarkan surat pembatalan permintaan Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi dari UP2 Domisili, Kepala UP2 Lokasi mengajukan permohonan pembatalan penugasan pemeriksaan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.24 SE- 28/PJ/2013; dan e. surat permohonan pembatalan penugasan pemeriksaan dari UP2 Lokasi sebagaimana dimaksud pada huruf d, digunakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasan UP2 Lokasi untuk melakukan pembatalan Nomor Pengawasan Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.25 SE-28/PJ/2013. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

45 7. Dalam hal dilakukan pembatalan penugasan pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor telah disampaikan kepada Wajib Pajak, Kepala UP2 memberitahukan pembatalan penugasan pemeriksaan tersebut kepada Wajib Pajak dengan mengunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran I.28 SE-28/PJ/2013. C. Pemeriksaan Ulang Dalam PMK Tata Cara Pemeriksaan, ketentuan pemeriksaan ulang diatur dalam Pasal 68. Uraian pemeriksaan ulang berdasarkan Pasal 68 PMK Tata Cara Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut: Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak. 2. Instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk melaksanakan Pemeriksaan Ulang dapat diberikan apabila terdapat databaru termasuk data yang semula belum terungkap. 3. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. 4. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya, Pemeriksaan Ulang dihentikan dengan membuat LHP Sumir dan kepada Wajib Pajak diberitahukan mengenai penghentian tersebut. 5. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya tetapi terdapat perubahan jumlah rugi fiskal, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai rugi fiskal. 6. Keputusan mengenai rugi fiskal digunakan sebagai dasar untuk memperhitungkan rugi fiskal ke tahun pajak berikutnya. 98 Ibid., Pasal 68 ayat (1) s.d. ayat (6) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

46 DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7Januari 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2013 tanggal 30 September Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 87/PMK.03/2013 tanggal 18 April 2013 tentang Tata Cara Permintaan Keterangan Atau Bukti Dari Pihak-Pihak Yang Terikat Oleh Kewajiban Merahasiakan. Direktur Jenderal Pajak. Peraturan Nomor PER-23/PJ/2013tanggal 11Juni 2013 tentang Standar Pemeriksaan.. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pedoman Penggunaan Metode Dan Teknik Pemeriksaan.. Surat Edaran Nomor SE-28/PJ/2013 tanggal 11 Juni 2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan.. Surat Edaran Nomor SE-126/PJ/2010 tanggal 26 November 2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.. Surat Edaran Nomor SE-04/PJ/2012 tanggal 3 Februari 2012 tentang Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan (Audit Program) Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

47 LAMPIRAN 1. Surat Perintah Pemeriksaan 2. Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan 3. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan 4. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor 5. Berita Acara Hasil Pertemuan Dengan Wajib Pajak 6. Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen 7. Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan 8. Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen 9. Surat Pernyataan Keaslian Dokumen dan/atau Data dari Wajib Pajak 10. Surat Peringatan Pertama/Kedua 11. Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan 12. Berita Acara Tidak Dipenuhinya Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen 13. Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen 14. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan 15. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan 16. Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan 17. Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan 18. Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan 19. Tanda Segel 20. Berita Acara Penyegelan 21. Berita Acara Tanda Segel Rusak/Hilang 22. Berita Acara Pembukaan Segel 23. Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan kepada Wajib Pajak 24. Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak 25. Surat Permintaan Keterangan atau Bukti 26. Surat Peringatan atas Belum/Tidak Dipenuhinya Permintaan Keterangan atau Bukti 27. Format Perubahan Rencana Pemeriksaan 28. Laporan Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat Pemberitahuan 29. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) 30. Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan 31. Surat Penolakan Menerima SPHP 32. Berita Acara Penolakan Menerima SPHP 33. Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan 34. Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Tanggapan Tertulis atas SPHP 35. Berita Acara Tidak Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

48 36. Undangan Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan 37. Risalah Pembahasan 38. Surat Permohonan Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan 39. Undangan Menghadiri Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan 40. Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan 41. Surat Panggilan Untuk Menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan 42. Berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir 43. Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

49 Lampiran 1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN Nomor : PRIN-... (2) Kepada Saudara yang namanya tersebut di bawah ini: No. NAMA / NIP PANGKAT / GOL JABATAN (3) (4) (5) (6) diperintahkan untuk melakukan Pemeriksaan di bidang perpajakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 terhadap Wajib Pajak: Nama : (7) NPWP : (8) Alamat : (9) Masa & Tahun Pajak : (10) Kode/Kriteria Pemeriksaan : (...) (11) Tujuan Pemeriksaan :... (12) (13) (14)...,... a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK..., (15)... NIP Tembusan: Direktur Jenderal Pajak Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

50 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (3) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (4) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak. Nomor (5) : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa Pajak. Nomor (6) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak, yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (7) : Diisi dengan nama Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (8) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (9) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (10) : Diisi dengan Masa Pajak dan Tahun Pajak yang akan diperiksa. Contoh: 1. Pemeriksaan dilakukan untuk Masa Pajak Januari s.d. Mei Tahun 2011, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011 dan tahun bukunya sama dengan tahun kalender, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011, namun tahun bukunya mulai tanggal 1 April 2011 sampai dengan 31 Maret 2012, maka diisi Nomor (11) : Diisi dengan kode Pemeriksaan dan kriteria Pemeriksaan berdasarkan kode dan kriteria pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: 1182 (Rutin Lebih Bayar - Seluruh Jenis Pajak). Nomor (12) : Diisi dengan tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk: a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; atau b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Nomor (13) : Diisi dengan tempat dan tanggal SP2 diterbitkan. Nomor (14) : Nomor (15) : Diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

51 Lampiran 2 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN PERUBAHAN Nomor : PRIN-P-... (2) Dalam rangka melanjutkan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak: Nama :... (3) NPWP : (4) Alamat :... (5) Nomor dan tanggal SP2 :... (6) dengan ini diperintahkan kepada Saudara: No. NAMA / NIP PANGKAT / GOL JABATAN KETERANGAN (7) (8) (9) (10) (11) menggantikan: No. NAMA / NIP PANGKAT / GOL JABATAN KETERANGAN (12) (13) (14) (15) (16) untuk melakukan Pemeriksaan di bidang perpajakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun (17) (18)...,... a.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAK..., (19)... NIP Tembusan: 1. Direktur Jenderal Pajak (20) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

52 PETUNJUK PENGISIAN SURAT YANG BERISI PERUBAHAN TIM PEMERIKSA PAJAK Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor SP2 Perubahan. Nomor (3) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (4) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (5) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (7) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (8) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak yang diberi tugas untuk menyelesaikan pemeriksaan. Nomor (9) : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa Pajak yang diberi tugas untuk menyelesaikan pemeriksaan. Nomor (10) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak yang diberi tugas untuk menyelesaikan pemeriksaan, yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (11) : Diisi dengan status Pemeriksa, "mengganti" atau "menambah" Nomor (12) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (13) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak yang dialihtugaskan atau digantikan. Nomor (14) : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa Pajak yang dialihtugaskan atau digantikan. Nomor (15) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak yang dialihtugaskan atau digantikan yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (16) : Diisi dengan keterangan terkait dengan penyebab perubahan susunan tim Pemeriksa Pajak. Nomor (17) : Diisi dengan tempat dan tanggal SP2 Perubahan diterbitkan. Nomor (18) : Diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Nomor (19) : Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Nomor (20) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang bersangkutan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

53 Lampiran 3 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) Nomor :... (2)...,... (3) Hal : Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Yth (4) Sehubungan dengan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... tanggal... (5) bersama ini diberitahukan bahwa: No. Nama / NIP Pangkat / Gol. Jabatan (6) (7) (8) (9) Diperintahkan untuk melakukan Pemeriksaan Lapangan di bidang perpajakan dengan jangka waktu pengujian paling lama 6 (enam) bulan terhadap perusahaan/pekerjaan Saudara di bawah ini: Nama :... 10) NPWP : (11) Alamat :... (12) Masa & Tahun Pajak : (13) Tujuan Pemeriksaan :... (14) Untuk kelancaran jalannya Pemeriksaan, diminta agar Saudara memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen, memberikan bantuan sepenuhnya, serta memberikan keterangan yang diperlukan. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan atau tidak membantu kelancaran jalannya pemeriksaan, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun Demikian untuk menjadi perhatian Saudara dan atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. Diterima oleh :... (17) Jabatan :... (18) Tanggal :... (19) Tandatangan/cap :... (20)... (15)... NIP... (16) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

54 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN PEMERIKSAAN LAPANGAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Nomor (3) : Diisi dengan tempat dan tanggal dikeluarkannya Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Nomor (4) : Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (5) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (6) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (7) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak. Nomor (8) : Diisi dengan Pangkat dan Golongan Pemeriksa Pajak. Nomor (9) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak, yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (10) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (11) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (12) : Nomor (13) : Nomor (14) : Nomor (15) : Nomor (16) : Nomor (17) : Nomor (18) : Nomor (19) : Nomor (20) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang akan diperiksa. Diisi dengan Masa Pajak dan Tahun Pajak yang akan diperiksa. Contoh: 1. Pemeriksaan dilakukan untuk Masa Pajak Januari s.d. Mei Tahun 2011, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011 dan tahun bukunya sama dengan tahun kalender, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011, namun tahun bukunya mulai tanggal 1 April 2011 sampai dengan 31 Maret 2012, maka diisi: Diisi dengan tujuan Pemeriksaan, yaitu: a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; atau b. tujuan lain dalam nomor melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang menandatangani Surat. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Diisi dengan nama penerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Diisi dengan jabatan penerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Diisi dengan tanggal terima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap perusahaan penerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

55 Lampiran 4 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) Nomor :... (2)...,... (3) Lampiran :... (4) Hal : Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Yth (5) Sehubungan dengan SP2 nomor... tanggal... (6) bersama ini diberitahukan bahwa: No. Nama / NIP Pangkat / Gol. Jabatan (7) (8) (9) (10) Diperintahkan untuk melakukan Pemeriksaan Kantor di bidang perpajakan terhadap perusahaan/pekerjaan Saudara di bawah ini: Nama :... ( 11) NPWP : ( Alamat :... (13) Masa & Tahun Pajak : (14) Tujuan Pemeriksaan :... (15) Untuk kelancaran jalannya Pemeriksaan, diharapkan kedatangan Saudara ke kantor kami dengan membawa buku, catatan, dan dokumen pendukung sebagaimana terlampir, memberikan bantuan sepenuhnya, serta memberikan keterangan yang diperlukan pada: Hari/Tanggal :...(16) Tempat :...(17) Waktu :... (18) Menolak untuk dilakukan Pemeriksaan atau tidak membantu kelancaran jalannya Pemeriksaan, dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun Demikian untuk menjadi perhatian Saudara dan atas kerja samanya diucapkan terima kasih.... (19)... NIP... (20) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

56 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PANGGILAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN KANTOR Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (3) : Diisi dengan tempat dan tanggal dikeluarkannya Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (4) : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan. Nomor (5) : Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (7) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (8) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak. Nomor (9) : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (11) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (12) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa. Nomor (13) : Nomor (14) : Nomor (15) : Nomor (16) : Nomor (17) : Nomor (18) : Nomor (19) : Nomor (20) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang akan diperiksa. Diisi dengan Masa Pajak dan Tahun Pajak yang akan diperiksa. Contoh: 1. Pemeriksaan dilakukan untuk Masa Pajak Januari s.d Mei Tahun 2011, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011 dan tahun bukunya sama dengan tahun kalender, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011, namun tahun bukunya mulai tanggal 1 April 2011 sampai dengan 31 Maret 2012, maka diisi: Diisi dengan tujuan Pemeriksaan, yaitu: a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; atau b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Diisi dengan hari dan tanggal Wajib Pajak diminta hadir. Diisi dengan tempat pertemuan. Diisi dengan waktu pertemuan. Diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani surat. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

57 Lampiran 5 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA HASIL PERTEMUAN DENGAN WAJIB PAJAK Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun... (2) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... tanggal... (3), kami yang tersebut di bawah ini: No. Nama / NIP Pangkat / Gol. Jabatan (4) (5) (6) (7) telah melakukan pertemuan dengan : nama :... (8) Pekerjaan :... (9) Alamat :... (10) dalam hal ini bertindak selaku: Wajib Pajak Wakil Kuasa (11) dari Wajib Pajak: Nama :... (12) NPWP : (13) Alamat :... (14) untuk: 1. menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan pemeriksaan; 2. menjelaskan hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan pemeriksaan; 3. hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara tim Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; 4. menjelaskan buku, catatan, dan/atau dokumen yang akan dipinjam dari Wajib Pajak; dan 5. menyampaikan dan menjelaskan Kuesioner Pemeriksaan. Demikian berita acara hasil pertemuan dengan Wajib Pajak ini dibuat dengan sebenarnya dan ditandatangani oleh: Wajib Pajak/Wakil/Kuasa/ Pihak Yang Mewakili*) Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... (15)... NIP... (16) Ketua Tim,... NIP... (17) Anggota,... NIP... (18) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

58 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA HASIL PERTEMUAN DENGAN WAJIB PAJAK Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara hasil pertemuan dengan Wajib Pajak. Nomor (3) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (4) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (5) : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa Pajak. Nomor (6) : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa Pajak. Nomor (7) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak yaitu "supervisor", ketua tim", atau anggota tim". Nomor (8) : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pihak yang mewakili dari Wajib Pajak. Nomor (9) : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pihak yang mewakili dari Wajib Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pihak yang mewakili dari Wajib Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan tanda pada kotak yang diperlukan. Nomor (12) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (13) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (14) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (15) : Diisi dengan tanda tangan dan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pihak yang dapat mewakili Wajib Pajak. Keterangan*) : Diisi dengan yang sesuai. Nomor (16) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP supervisor tim Pemeriksa Pajak. Nomor (17) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP ketua tim Pemeriksa Pajak. Nomor (18) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP anggota tim Pemeriksa Pajak. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO UMUM u.b. KEPALA BAGIAN T.U. KEMENTERIAN ttd. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ttd. AGUS D.W. MARTOWARDOJO GIARTO NIP Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

59 Lampiran 6 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) Nomor :... (2)...,... (3) Sifat : Segera Lampiran :... (4) Hal : Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Yth (5) Sehubungan dengan pelaksanaan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... tanggal... (6), dengan ini diminta kepada Saudara untuk meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Saudara sebagaimana daftar terlampir. Buku atau catatan dan dokumen yang diperlukan dalam Pemeriksaan tersebut diharapkan sudah kami terima paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah surat ini Saudara terima. Buku atau catatan dan dokumen tersebut di atas akan dikembalikan kepada Saudara setelah Pemeriksaan selesai dilaksanakan. Demikian untuk menjadi perhatian Saudara dan atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. Diterima oleh :... (8) Jabatan :... (9) Tanggal :... (10) Tandatangan/cap :... (11) Supervisor,... NIP... (7) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

60 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMINJAMAN BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Nomor (3) : Diisi dengan tempat dan tanggal surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen diterbitkan. Nomor (4) : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan. Nomor (5) : Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (7) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan. Nomor (8) : Diisi dengan nama penerima surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Nomor (9) : Diisi dengan jabatan penerima surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Nomor (10) : Nomor (11) : Diisi dengan tanggal terima surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap perusahaan penerima surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

61 Lampiran 7 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) DAFTAR BUKU, CATATAN, DOKUMEN YANG WAJIB DIPINJAMKAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN Nama Wajib Pajak :... (2) NPWP :... (3) Alamat Wajib Pajak :... (4) No. Jenis / Nama Buku, Catatan dan Dokumen Keterangan (5) (6) (7)...,...(8) Supervisor... NIP... (9) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

62 PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN YANG WAJIB DIPINJAMKAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (3) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (4) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (5) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (6) : Diisi dengan jenis/nama, buku, catatan, dan/atau dokumen lainnya yang wajib dipinjamkan serta tahun pajaknya. Nomor (7) : Diisi dengan kondisi dokumen yang dipinjam. Nomor (8) : Diisi dengan tempat dan tanggal daftar buku, catatan, dan dokumen yang wajib dipinjamkan diterbitkan. Nomor (9) : Diisi dengan tanda tangan, nama dan NIP Supervisor serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

63 Lampiran 8 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BUKTI PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN Nama Wajib Pajak :... (2) NPWP : (3) Alamat Wajib Pajak :... (4) Nomor dan Tanggal :... (5) SP2 No. Jenis / Nama Buku, Catatan, dan Dokumen Keterangan Dipinjamkan lengkap / tidak lengkap Dikembalikan lengkap / tidak lengkap (6) (7) (8) (9) (10) Diterima oleh : Diserahkan oleh : Tanggal :... (11) Tanggal :... (13)... NIP... (12)... (14) Diterima oleh : Tanggal :... (15) Dikembalikan oleh: Tanggal :... (17)... (16)... NIP... (18) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

64 PETUNJUK PENGISIAN BUKTI PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (3) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (4) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (5) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (6) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (7) : Diisi dengan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam, baik dalam bentuk manual maupun data elektronik. Nomor (8) : Diisi dengan jumlah dan satuan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam, misalnya 1 odner, 2 set, 3 compact disct, dan sebagainya. Nomor (9) : Diisi dengan "Lengkap" atau "Tidak Lengkap" atas keberadaan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam pada saat peminjaman. Nomor (10) : Diisi dengan "Lengkap" atau "Tidak Lengkap" atas keberadaan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam pada saat pengembalian. Nomor (11) : Diisi dengan tanggal peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Nomor (12) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor yang menerima buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam. Nomor (13) : Nomor (14) : Nomor (15) : Nomor (16) : Nomor (17) : Nomor (18) : Diisi dengan tanggal penyerahan buku, catatan, dan dokumen. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan jabatan Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pihak yang mewakili Wajib Pajak, yang menyerahkan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam. Diisi dengan tanggal terima pengembalian buku, catatan, dan dokumen. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan jabatan Wajib Pajak, Wakil Wajib Pajak, atau Kuasa Wajib Pajak yang menerima buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam. Dalam hal Wakil Wajib Pajak diisi juga dengan jabatannya. Diisi dengan tanggal pengembalian buku, catatan, dan dokumen. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor yang mengembalikan buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam. Catatan: Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen, dibuat pada saat: 1. Peminjaman buku, catatan, dan dokumen dilakukan di tempat Wajib Pajak; 2. Wajib Pajak menyerahkan buku, catatan, dan dokumen dalam rangka memenuhi lampiran Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor; 3. Wajib Pajak menyerahkan buku, catatan, dan dokumen dalam rangka memenuhi Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen (Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor). Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

65 Lampiran 9 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... (1) Pekerjaan/Jabatan :... (2) Alamat :... (3) dalam hal ini bertindak selaku: Wajib Pajak; Wakil; Kuasa; (4) dari Wajib Pajak: Nama :... (5) NPWP : (6) Alamat :... (7) dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan Surat Perintah Pemeriksaan: Nomor :... (8) Tanggal :... (9) telah menyerahkan kepada tim Pemeriksa Pajak berupa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik atas buku, catatan, dan dokumen yang dibuat dari dan sesuai dengan aslinya. Demikian surat pernyataan ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, serta kami bersedia untuk bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul dari pernyataan ini....,... (10) Yang membuat pernyataan, meerai Rp6.000,00... (11) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

66 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN DOKUMEN DAN/ATAU DATA YANG DIBERIKAN Nomor (1) : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan. Nomor (2) : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan. Nomor (3) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan. Nomor (4) : Diisi dengan tanda pada kotak yang diperlukan. Nomor (5) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (7) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (8) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (9) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (10) : Nomor (11) : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun surat pernyataan dibuat. Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

67 Lampiran 10 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) Nomor :... (2)...,... (3) Sifat : Segera Lampiran :... (4) Hal : Peringatan Pertama / Peringatan Kedua*) Yth (5) Sebagai pelaksanaan Pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... tanggal... (6), Saudara telah diminta untuk meminjamkan buku atau catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Saudara dengan Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen nomor... tanggal... (7), namun sampai dengan tanggal surat ini dibuat, Saudara: sama sekali tidak meminjamkan meminjamkan sebagian (8) buku atau catatan dan dokumen yang kami perlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, Saudara diminta agar segera menyerahkan buku atau catatan dan dokumen seperti dalam daftar terlampir paling lambat pada tanggal... (9). Perlu kami ingatkan bahwa terhadap Saudara dapat dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan atau pajak yang terutang dihitung secara jabatan apabila Saudara tidak memenuhi permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen tersebut di atas. Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih. Diterima oleh :... (11) Jabatan :... (12) Tanggal :... (13) Tandatangan/cap :... (14) Supervisor,... NIP... (10) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

68 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINGATAN PERTAMA / KEDUA*) Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nomor surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Nomor (3) : Diisi dengan tempat dan tanggal surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua dibuat. Nomor (4) : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan. Keterangan*) : Diisi dengan pilihan yang sesuai. Nomor (5) : Diisi dengan nama dan alamat Wajib Pajak yang diberikan surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Nomor (6) : Diisi dengan nomor dan tanggal SP2. Nomor (7) : Diisi dengan nomor dan tanggal surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. Nomor (8) : Diiisi dengan menandai pada kotak yang diperlukan. Nomor (9) : Diisi dengan batas waktu yang harus diserahkannya buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam. Nomor (10) : diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan. Nomor (11) : Diisi dengan nama penerima surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Nomor (12) : Diisi dengan jabatan penerima surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Nomor (13) : Diisi dengan tanggal terima surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Nomor (14) : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap perusahaan penerima surat peringatan pertama atau surat peringatan kedua. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

69 Lampiran 11 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) DAFTAR BUKU, CATATAN, DOKUMEN YANG BELUM DIPINJAMKAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN Nama Wajib Pajak :... (2) NPWP :... (3) Alamat :... (4) No. Jenis / Nama Buku, Catatan dan Dokumen Keterangan (5) (6) (7)...,... (8) Supervisor... NIP... (9) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

70 PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN YANG BELUM DIPINJAMKAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (3) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (4) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (5) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (6) : Diisi dengan jenis/nama buku, catatan, dan/atau dokumen lainnya yang belum dipinjamkan serta tahun pajaknya. Nomor (7) : Diisi dengan keterangan yang diperlukan. Nomor (8) : Diisi dengan tempat dan tanggal diterbitkan daftar buku, catatan, dan dokumen yang belum dipinjamkan. Nomor (9) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

71 Lampiran 12 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA TIDAK DIPENUHINYA PEMINJAMAN BUKU, CATATAN DAN DOKUMEN Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun... (2) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor :... (3) tanggal... (4), maka kami yang tersebut di bawah ini selaku tim Pemeriksa Pajak yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak: Nama :... (5) NPWP : (6) Alamat :... (7) dengan ini menyatakan bahwa seluruh/sebagian*) buku, catatan, dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud dalam Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen Nomor:... (8) tidak dipenuhi peminjamannya oleh Wajib Pajak kepada tim Pemeriksa Pajak. Demikian Berita Acara Tidak Dipenuhinya Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... NIP... (9) Mengetahui:... (12) Ketua Tim, NIP... (10) NIP... (13) Anggota,... NIP... (11) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

72 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA TIDAK DIPENUHINYA PEMINJAMAN BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun berita acara tidak dipenuhinya peminjaman buku, catatan, dan dokumen ditandatangani. Nomor (3) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (4) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (5) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (7) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Keterangan*) : Diisi dengan pilih yang sesuai. Nomor (8) : Diisi dengan nomor surat permintaan peminjaman buku, catatan dan dokumen. Nomor (9) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Pemeriksa Pajak. Nomor (12) : Diisi dengan nama jabatan dari kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan. Nomor (13) : Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

73 Lampiran 13 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA PEMENUHAN SELURUH PEMINJAMAN BUKU, CATATAN DAN DOKUMEN Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun... (2) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor:... (3) tanggal... (4), maka kami yang tersebut dibawah ini selaku tim Pemeriksa Pajak yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak: Nama :... (5) NPWP : (6) Alamat :... (7) dengan ini menyatakan bahwa seluruh buku atau catatan dan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen Nomor:... (8) telah dipenuhi peminjamannya oleh Wajib Pajak kepada tim Pemeriksa Pajak. Demikian Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... NIP... (9) Mengetahui:... (12) Ketua Tim, NIP... (10) NIP... (13) Anggota,... NIP... (11) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

74 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PEMENUHAN SELURUH PEMINJAMAN BUKU, CATATAN, DAN DOKUMEN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari, tanggal, bulan dan tahun berita acara pemenuhan seluruh peminjaman buku, catatan dan dokumen ditandatangani. Nomor (3) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (4) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (5) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (7) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (8) : Diisi dengan nomor surat permintaan peminjaman buku, catatan dan dokumen. Nomor (9) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP supervisor tim Pemeriksa Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP ketua tim Pemeriksa Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan tanda tangan, nama dan NIP anggota tim Pemeriksa Pajak. Nomor (12) : Diisi dengan jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan yang bersangkutan. Nomor (13) : Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

75 Lampiran 14 SURAT PERNYATAAN PENOLAKAN PEMERIKSAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... (1) Pekerjaan/Jabatan :... (2) Alamat :... (3) dalam hal ini bertindak selaku: Wajib Pajak Wakil Kuasa (4) dari Wajib Pajak: Nama :... (5) NPWP : (6) Alamat :... (7) Sehubungan dengan Pemeriksaan oleh tim Pemeriksa Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak: No. Nama / NIP Pangkat / Golongan Jabatan (8) (9) (10) (11) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... (12) tanggal... (13) dengan ini menyatakan menolak Pemeriksaan dengan alasan... (14). Demikian surat pernyataan penolakan Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, serta kami bersedia untuk bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul dari pernyataan ini....,... (15) Yang membuat pernyataan, Materai Rp6.000,00... (16) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

76 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN PENOLAKAN PEMERIKSAAN Nomor (1) : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Nomor (2) : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Nomor (3) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Nomor (4) : Diisi dengan tanda pada kotak yang sesuai. Nomor (5) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (7) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (8) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (9) : Diisi dengan nama dan NIP tim Pemeriksa Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan pangkat/golongan tim Pemeriksa Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak, yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (12) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (13) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (14) : Diisi dengan alasan penolakan Pemeriksaan. Nomor (15) : Nomor (16) : Diisi dengan tempat dan tanggal surat pernyataan penolakan Pemeriksaan dibuat. Diisi dengan tanda tangan dan nama Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

77 Lampiran 15 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA PENOLAKAN PEMERIKSAAN Pada hari ini... (2) tanggal... (3) bulan... (4) tahun... (5) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor... (6) tanggal... (7) maka kami yang tersebut di bawah ini selaku tim Pemeriksa Pajak yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak: Nama :... (8) NPWP : (9) Alamat :... (10) yang sehubungan dengan Pemeriksaan tersebut, Wajib Pajak yang dalam hal ini diwakili: Nama :... (11) Pekerjaan/Jabatan :... (12) Alamat :... (13) telah menolak membuat dan menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Demikian berita acara penolakan Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... NIP... (14) Mengetahui:... (17) Ketua Tim, NIP... (15) NIP... (18) Anggota,... NIP... (16) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

78 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PENOLAKAN PEMERIKSAAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari ditandatanganinya berita acara penolakan Pemeriksaan. Nomor (3) : Diisi dengan tanggal ditandatanganinya berita acara penolakan Pemeriksaan. Nomor (4) : Diisi dengan bulan ditandatanganinya berita acara penolakan Pemeriksaan. Nomor (5) : Diisi dengan tahun ditandatanganinya berita acara penolakan Pemeriksaan. Nomor (6) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (7) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (8) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (9) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (10) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (11) : Diisi dengan nama Wajib Pajak atau wakil Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak. Nomor (12) : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak atau wakil Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak. Nomor (13) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak atau wakil Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak. Nomor (14) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP supervisor tim Pemeriksa Pajak. Nomor (15) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP ketua tim Pemeriksa Pajak. Nomor (16) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP anggota tim Pemeriksa Pajak. Nomor (17) : Nomor (18) : Diisi dengan nama jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

79 Lampiran 16 SURAT PERNYATAAN PENOLAKAN MEMBANTU KELANCARAN PEMERIKSAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... (1) Pekerjaan/Jabatan :... (2) Alamat :... (3) dalam hal ini bertindak selaku... (4) dari Wajib Pajak: Nama :... (5) NPWP : (6) Alamat :... (7) Sehubungan dengan Pemeriksaan oleh tim Pemeriksa Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak: No. Nama / NIP Pangkat / Golongan Jabatan (8) (9) (10) (11) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... (12) tanggal... (13) dengan ini menyatakan menolak membantu kelancaran Pemeriksaan dengan alasan... (14). Demikian surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, serta kami bersedia untuk bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul dari pernyatan ini....,... (15) Yang membuat pernyataan, Materai Rp6.000,00... (16) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

80 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN PENOLAKAN MEMBANTU KELANCARAN PEMERIKSAAN Nomor (1) : Diisi dengan nama pegawai/keluarga dari Wajib Pajak atau pihak yang mewakili Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (2) : Diisi dengan pekerjaan/jabatan pegawai dari Wajib Pajak atau pihak yang mewakili Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (3) : Diisi dengan alamat pegawai/keluarga dari Wajib Pajak atau pihak yang mewakili Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (4) : Diisi dengan kedudukan pegawai/keluarga dari Wajib Pajak atau pihak yang mewakili Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (5) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (7) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (8) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (9) : Diisi dengan nama dan NIP tim Pemeriksa Pajak. Nomor (10) : Diisi dengan pangkat/golongan tim Pemeriksa Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak, yaitu "supervisor", "ketua tim", atau "anggota tim". Nomor (12) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (13) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (14) : Diisi dengan alasan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (15) : Nomor (16) : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun surat pernyataan dibuat. Diisi dengan tanda tangan dan nama pegawai/keluarga dari Wajib Pajak atau pihak yang mewakili Wajib Pajak yang menandatangani surat pernyataan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

81 Lampiran 17 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA PENOLAKAN MEMBANTU KELANCARAN PEMERIKSAAN Pada hari ini... (2) tanggal... (3) bulan... (4) tahun... (5) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor... (6) tanggal... (7) maka kami yang tersebut di bawah ini selaku tim Pemeriksa Pajak yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak: Nama :... (8) NPWP : (9) Alamat :... (10) yang sehubungan dengan Pemeriksaan tersebut, pegawai/anggota keluarga Wajib Pajak yang dalam hal ini diwakili: Nama :... (11) Jabatan/Hubungan Kekerabatan :... (12) Alamat :... (13) telah menolak membuat dan menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Demikian berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... NIP... (14) Mengetahui:... (17) Ketua Tim, NIP... (15) NIP... (18) Anggota,... NIP... (16) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

82 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PENOLAKAN MEMBANTU KELANCARAN PEMERIKSAAN Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari ditandatanganinya berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (3) : Diisi dengan tanggal ditandatanganinya berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (4) : Diisi dengan bulan ditandatangani berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (5) : Diisi dengan tahun ditandatangani berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (6) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (7) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (8) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (9) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (10) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (11) : Diisi dengan nama pegawai/anggota keluarga yang menolak membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (12) : Diisi dengan jabatan pegawai/anggota keluarga yang menolak membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (13) : Diisi dengan alamat pegawai/anggota keluarga yang menolak membantu kelancaran Pemeriksaan. Nomor (14) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP supervisor tim Pemeriksa Pajak. Nomor (15) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP ketua tim Pemeriksa Pajak. Nomor (16) : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP anggota tim Pemeriksa Pajak. Nomor (17) : Nomor (18) : Diisi dengan nama jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

83 Lampiran 18 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1) BERITA ACARA TIDAK MEMENUHI PANGGILAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN KANTOR Pada hari ini... (2) tanggal... (3) bulan... (4) tahun... (5), tempat... (6), berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor... (7) tanggal... (8), kami : No. NAMA / NIP PANGKAT GOL JABATAN (9) (10) (11) (12) yang ditugaskan melakukan Pemeriksaan Kantor terhadap Wajib Pajak: Nama :... (13) NPWP : (14) Alamat :... (15) Masa dan Tahun Pajak : (16) telah mengirimkan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor kepada Wajib Pajak nomor... (17) tanggal... (18), namun Wajib Pajak tidak hadir untuk memenuhi panggilan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Demikian berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak. Mengetahui:... (22) Tim Pemeriksa Pajak: Supervisor,... (23) NIP... NIP... (19) Ketua Tim,... NIP... (20) Anggota,... NIP... (21) Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

84 PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA TIDAK MEMENUHI PANGGILAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN KANTOR Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat. Nomor (2) : Diisi dengan hari ditandatanganinya berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (3) : Diisi dengan tanggal ditandatanganinya berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (4) : Diisi dengan bulan ditandatanganinya berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (5) : Diisi dengan tahun ditandatanganinya berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (6) : Diisi dengan tempat ditandatanganinya berita acara tidak memenuhi panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor. Nomor (7) : Diisi dengan nomor SP2. Nomor (8) : Diisi dengan tanggal SP2. Nomor (9) : Diisi dengan nomor urut. Nomor (10) : Diisi dengan nama dan NIP tim Pemeriksa Pajak. Nomor (11) : Diisi dengan pangkat dan golongan tim Pemeriksa Pajak. Nomor (12) : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa Pajak. Nomor (13) : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (14) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang diperiksa. Nomor (15) : Nomor (16) : Nomor (17) : Nomor (18) : Nomor (19) : Nomor (20) : Nomor (21) : Nomor (22) : Nomor (23) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa. Diisi dengan Masa Pajak dan Tahun Pajak yang akan diperiksa. Contoh: 1. Pemeriksaan dilakukan untuk Masa Pajak Januari s.d. Mei Tahun 2011, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011 dan tahun bukunya sama dengan tahun kalender, maka diisi: Pemeriksaan dilakukan untuk Tahun Pajak 2011, namun tahun bukunya mulai tanggal 1 April 2011 sampai dengan 31 Maret 2012, maka diisi : Diisi dengan nomor Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Diisi dengan tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP supervisor tim Pemeriksa Pajak. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP ketua tim Pemeriksa Pajak. Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP anggota tim Pemeriksa Pajak. Diisi dengan nama jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

85 Lampiran 19 FORMAT TANDA SEGEL Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Pelaksanaan Pemeriksaan by

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2015, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi Dan Bangunan. Penelitian. Pemeriksaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin No.1951. 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan. Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239 /PMK.03/2014 TENTANG

Lebih terperinci

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH - -Ct' smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM. Menimbang a.

Lebih terperinci

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1468, 2015 KEMENKEU. Pemeriksaan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.256, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemeriksaan Pajak. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 239/PMK.03/2014, 22 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Lebih terperinci

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM 184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM Contributed by Administrator Tuesday, 29 September 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 184/PMK.03/2015, 30 Sept 2015 PencarianPeraturan Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : 19 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI CILACAP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 13/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menguji

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI B PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DIREKTUR

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan disusun dalam 9 (sembilan) bab

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN BAB I ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah : Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2011 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012 WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak 1. Pengertian Pajak Beberapa pengertianpajak menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut P. J. A. Adriani dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak yang ditulis oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan 1 PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA

PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA PER - 47/PJ/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIDUGA Contributed by Administrator Tuesday, 01 September 2009 Last Updated Wednesday, 09 September 2009 Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK PENGHASILAN,

Lebih terperinci

BAGIAN 2 PENGERTIAN PEMBUKUAN/PENCATATAN

BAGIAN 2 PENGERTIAN PEMBUKUAN/PENCATATAN BAGIAN 2 Inti pokok pembahasan dalam undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Surat Pemberitahuan (SPT) &

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan http://www.djpp.depkumham.go.id Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 2005 APBN. Pajak. Pnbp. Pemeriksaan (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengajuan. Penyelesaian Keberatan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 c. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta memberikan kepastian hukum, perlu diatur ketentuan m

2 c. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta memberikan kepastian hukum, perlu diatur ketentuan m BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2008, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi dan Bangunan. Pengajuan. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN PAJAK 1 Oleh: Junisa Angelia Taroreh 2

PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN PAJAK 1 Oleh: Junisa Angelia Taroreh 2 PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN PAJAK 1 Oleh: Junisa Angelia Taroreh 2 ABSTRAK Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan memahami proses pemeriksaan terhadap

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN RETRIBUSI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR,

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN RETRIBUSI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN RETRIBUSI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

A. FORMAT TANDA PENGENAL PEMERIKSA PAJAK : Muka Dalam: LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

A. FORMAT TANDA PENGENAL PEMERIKSA PAJAK : Muka Dalam: LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH Lebar 8 cm LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH A. FORMAT TANDA PENGENAL PEMERIKSA PAJAK : Muka Luar panjsng 10 cm PEMERINTAH KABUPATEN PATI LAMBANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Pemahaman Pajak Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman Tax is compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Verifikasi. Pajak. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN WALIKOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksanakan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P No.519, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan Balai Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BALAI LELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak) Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak) Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) Sedangkan definisi pemeriksaan (Auditing) berdasarkan the

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) Sedangkan definisi pemeriksaan (Auditing) berdasarkan the BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemeriksaan Definisi pemeriksaan menurut Alvin A. Arens et al. (2012:14) adalah sebagai berikut : Pemeriksaan adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti

Lebih terperinci

BAHAN AJAR METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

BAHAN AJAR METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BAHAN AJAR METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN Oleh: Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI TANGERANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (2)

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tahap Persiapan Pemeriksaan Pajak Beradasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen Nomor: PRIN-123/WPJ.06/KP.0905/2008

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DIBIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DIBIDANG PERPAJAKAN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN DIBIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : Bahwa dalam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 28 September 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK PENERIMAAN SURAT PERNYATAAN DALAM

Lebih terperinci