PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI RESITASI PADA MATERI KALOR: STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 PONOROGO
|
|
- Widyawati Erlin Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI RESITASI PADA MATERI KALOR: STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 PONOROGO Yulia Nurul Munfaati 1), Dwi Haryoto 2), dan Sutopo 3) Universitas Negeri Malang yulianurul30@yahoo.com 1) Mahasiswa Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) & 3) Dosen Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk merancang pembelajaran inkuiri terbimbing disertai resitasi pada materi kalor serta mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran. Respon siswa terhadap pembelajaran juga digunakan sebagai salah satu indikator. Rancangan penelitian menggunakan quasi experiment one group pretest posttest yang dilengkapi dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing disertai resitasi dapat meningkatkan penguasaan konsep dengan efek size dalam kategori tinggi yaitu 1.32 dengan N-gain dalam kategori medium-atas, yaitu Selain itu, juga dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran, siswa menjadi lebih mudah untuk memahami materi kalor. Kata Kunci: inkuiri terbimbing, resitasi, kalor, keterampilan proses sains, penguasaan konsep Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya memberikan pengalaman pada siswa untuk secara aktif mengembangkan 4 unsur utama hakikat IPA, diantaranya adalah sikap, proses, produk dan aplikasi (Yuliati, 1998:4). Pembelajaran IPA, dalam hal ini dikhususkan untuk mata pelajaran fisika. Pembelajaran fisika yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20). Dalam pembelajaran fisika, keaktifan terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20). Pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran yang dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dimana dalam pembelajaran tersebut menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek kecakapan hidup (Yuliati, 2008:6). 1
2 2 Inkuiri merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dan sesuai untuk digunakan dalam reformasi pembelajaran sains masa kini (Wenning, 2011). Pembelajaran inkuiri mempunyai lima tahapan dalam pembelajarannya. Setiap tingkatan inkuiri berhubungan dengan intelektual dan keterampilan proses sains. Setiap tingkatannya berhubungan dengan lima tahapan kegiatan yang bepusat pada siswa, yaitu observation, manipulation, generalization, verification, and application (Wenning, 2011). Salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep adalah dengan menggunakan pendekatan resitasi. Menurut Arends (2012:552), resitasi merupakan sebuah pendekatan untuk mengajar di mana guru memberikan informasi, mengajukan pertanyaan, mendapatkan siswa untuk merespon, dan kemudian memberikan umpan balik dengan memuji atau mengoreksi pemahaman siswa terhadap konsep tertentu. Diberbagai Universitas di Amerika, salah satunya di Rutgers University resitasi dimaksudkan sebagai kuliah pendalaman (Kohl, dkk, 2007). Sementara itu menurut Pollock (2009), resitasi merupakan penambahan tutorial yang dilatihan oleh asisten dosen. Dengan adanya resitasi, dapat memberikan kesempatan bagi senior untuk mengajar, memberikan umpan balik, dan melakukan refleksi (Etkina, 2010). Hal ini juga didukung oleh penelitian dengan pengambilan sampel sebanyak 330 mahasiswa di Lowa State University yang dilakukan oleh Ogilvie (2009) dimana penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan resitasi dapat mengembangkan pemahaman konseptual dari materi dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa. Penerapan model pembelajaran guided inquiry disertai resitasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, keterampilan proses sains dan hasil belajar kognitif siswa. Karonsih (2013) melakukan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi hukum Ohm Penelitian ini bertujuan untuk merancang pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) disertai resitasi pada materi kalor serta mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran.
3 3 METODE Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan model penelitian quasi experiment yang dilengkapi dengan analisis kualitatif. Penelitian ini akan diimplementasikan eksperimen dengan guided inquiry disertai resitasi yang kemudian diamati dan dideskripsikan dampak pemberian treatment tersebut.. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian model One Group Pretest Posttest (Sugiyono, 2011). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA 8 SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 siswa. Dari jumlah tersebut, 13 siswa adalah laki-laki dan 23 siswa merupakan siswa perempuan. Karakteristik siswa pada penelitian ini adalah mereka yang memiliki kemampuan kognitif, keaktifan, kerjasama dalam kelompok dan perilaku yang baik. Hal tersebut didukung dengan informasi yang diperoleh dari guru, bahwa kelas X MIA 8 termasuk kelas yang cukup aktif, memiliki tingkat pemahaman yang baik dan memiliki rata-rata nilai kelas tertinggi dibandingkan kelas yang lainnya. Melihat hal ini, maka karakteristik siswa tersebut akan dapat sangat mendukung untuk diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing disertai resitasi. Hal lain yang mendukung adalah perolehan Nilai Ujian Nasional (NUN) pada saat SMP rata-rata mencapai Selain itu, juga didukung oleh pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran Kimia yang pernah diterapkan sebelumnya oleh guru pada semester 1 walaupun tidak terlalu sering. Di dalam penelitian dilakukan pengambilan data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperlukan adalah pelaksanaan pembelajaran, penguasaan konsep pengaruh kalor terhadap zat, keterampilan proses sains, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Data penelitian diambil dengan menggunakan beberapa instrumen, yaitu soal tes yang digunakan dalam pretest dan posttest, instrumen pengamatan yang digunakan observer, lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan sebagai panduan praktikum, serta angket respon siswa yang diisi oleh siswa di akhir pembelajaran. Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa tes, observasi, wawancara serta sebaran LKS dan angket respon siswa. Pada teknik tes, dilakukan penyekoran yang reliabilitasnya diukur dengan Cronbach s Alpha (Morgan, dkk, 2004) dan
4 Posttest 4 korelasi butir soal terhadap skor total menggunakan f(x) Correl pada Microsoft Excel. Teknik analisis untuk data pelaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains, dan respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan analisis deskriptif. Data penguasaan konsep siswa pada materi pengaruh kalor terhadap zat yang bersumber dari skor pretest dan posttest dianalisis menggunakan teknik t-test dengan model paired sample t-test. Kekuatan peningkatan dari skor pretest ke posttest diukur dengan Cohen s d-effect size (Morgan, dkk, 2004) dan rata-rata gain ternormalisasi (Hake, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada prinsipnya, urutan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran yang dimulai dari pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) kemudian dilanjutkan dengan pendekatan resitasi. Setelah pelaksanaan pembelajaran, kemudian diamati dampak dari treatment tersebut. Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Penguasaan konsep siswa pada materi pengaruh kalor terhadap suhu dilihat dari skor pretest dan posttest nya. Skor hasil pretest dan posttest ini disajikan dalam bentuk grafik sebaran (scatter plot) seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil perhitungan statistik deskriptif frekuensi menggunakan SPSS for Windows ditunjukkan oleh Tabel Satu Orang Dua Orang Pretest Gambar 2. Grafik Sebaran (Scatter Plot) Skor Prestest dan Posttest Siswa. Keterangan: garis merah menunjukkan skor rata-rata baik pretest maupun posttest.
5 5 Tabel 1. Statistik Deskriptif Frekuensi Statistik Pretest Posttest N Valid Missing 0 0 Mean Median Std. Deviation Skewness Std. Error of Skewness Minimum Maximum Percentiles Nilai Skewness pada pretest adalah.44 dan pada posttest adalah Nilai tersebut berada di dalam interval 1.0 sehingga data dianggap terdistribusi normal (Morgan, dkk, 2004). Data tersebut bisa diuji beda menggunakan t-test, tepatnya paired sample t-test. Rata-rata skor pretest sebesar (SD = 16.79), sedangkan rata-rata skor posttest sebesar (SD = 18.76). Berdasarkan hasil t-test, diperoleh nilai signifikansi skor pretest dan posttest sebesar Nilai tersebut dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan skor pretest dan posttest adalah signifikan. Dengan kata lain, skor posttest lebih tinggi daripada skor pretest. Ini berarti bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing disertai resitasi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi pengaruh kalor terhadap zat. Hasil perhitungan korelasi antara skor pretest dan posttest adalah r= 0.66, p= Hal ini dapat dipertegas pada Gambar 2. yang menunjukkan bahwa, terdapat korelasi yang tinggi antara pretest-posttest yang dan hasilnya signifikan (Morgan, dkk, 2004), jika skor pretest siswa rendah maka skor posttest siswa juga akan rendah dan juga sebaliknya. Di pihak lain, tidak ada korelasi antara nilai pretest dan N-gain seperti pada Gambar 3. Hasil perhitungan korelasi antara skor pretest dan N-gain adalah r= 0.17, p= Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara skor pretest dan N-gain, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) disertai resitasi dapat bermanfaat untuk semua siswa, baik kelompok siswa yang berkemampuan tinggi maupun kelompok siswa yang berkemampuan rendah. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya
6 N-Gain 6 siswa yang memiliki skor pretest rendah yaitu tetapi memiliki N-gain tinggi yaitu 0.88 yang hampir mendekati N-gain Selain itu, juga terdapat siswa yang memiliki skor pretest tinggi yaitu dan memiliki N-gain tinggi yaitu Satu Orang Dua Orang Pretest Gambar 3. Grafik Sebaran (Scatter Plot) Skor Prestest dan N-gain Siswa. Keterangan: garis merah menunjukkan skor rata-rata baik pretest maupun posttest. Kekuatan peningkatan pretest ke posttest diukur menggunakan nilai Cohen s d-effect size dan rata-rata gain ternormalisasi. Berdasarkan perhitungan Cohen s d-effect size, didapatkan hasil Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan termasuk kategori lebih besar sekali dari standar. Peningkatan skor melalui perhitungan rata-rata gain ternormalisasi (N-gain) diperoleh hasil Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata gain siswa termasuk kategori medium-atas. Berdasarkan Gambar 3, terdapat dua siswa yang memiliki nilai N-gain Nilai N-gain 0.00 menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal inilah yang mengakibatkan nilai N-gain belum mencapai kategori tinggi. Secara umum penyebab N-gain kedua siswa tersebut bernilai 0.00 dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti pada pukul tanggal 24 Maret 2014 dengan Lintang, seorang siswa yang mendapatkan nilai N-gain 0.00 menyatakan: Pada saat diskusi kelompok, saya kurang bisa memahami materi bu, karena didominasi oleh siswa-siswa yang pandai, diskusi pun cepat selesai, praktis dan hasilnya pun juga baik karena memang dikerjakan oleh mereka yang pandai. Tetapi akhirnya pada saat pretest dan posttest saya jadi tidak bisa memahami dan tidak bisa mengerjakan beberapa soal yang
7 Persentase Skor (%) 7 sebenarnya sudah dibahas dalam diskusi. (wawancara hasil olahan peneliti) Belum tercapainya nilai N-gain kategori tinggi juga disebabkan oleh rendahnya persentase skor pretest dan posttest jawaban siswa pada soal nomor 11. Persentase skor jawaban siswa dibandingkan dengan skor maksimumnya baik pada pretest maupun posttest dapat dilihat pada Gambar 4. Skor soal pada nomor 11 tidak mengalami kenaikan skor, baik dari pretest ke posttest atau tetap yaitu sebesar 25% Nomor Soal pretest posttest Gambar 4. Grafik Peningkatan Persentase Skor Tiap Nomor dari Prestest ke Posttest Persentase skor yang juga perlu diperhatikan adalah soal nomor 11. Pada soal nomor 11 tersebut, persentase skor jawaban siswa sangat rendah bahkan tidak mengalami kenaikan persentase dari pretest ke posttest yaitu 25 %. Di dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran, guru telah membahas hubungan antara kalor, massa zat, kalor jenis, dan perubahan suhu. Bahkan dalam praktikum, siswa juga dapat membuktikan zat yang memiliki kalor jenis tinggi (air) lebih lambat untuk menaikkan suhunya daripada zat yang memiliki kalor jenis rendah (minyak). Dalam hal ini, siswa kurang memahami hubungan antara kalor jenis dengan perubahan suhu suatu benda dimana hubungan keduanya adalah berbanding terbalik. Apabila kalor jenis suatu benda tinggi maka akan lambat untuk menaikkan suhunya atau nya kecil dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan persamaan dan lebih jauh apabila persamaan tersebut dituliskan dalam bentuk lain menjadi, dimana persamaan ini merupakan inti dari soal nomor 11. Dalam kasus ini siswa yang kebanyakan menjawab pilihan (b), hampir dapat dipastikan belum memahami persamaan diatas. Hal ini diperkuat
8 8 dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang menjawab pilihan (b) pada pukul tanggal 24 Maret 2014, salah satunya yang bernama Cindy menyatakan: persamaan Pada saat melakukan prakikum, saya sudah paham bu. Ketika minyak dipanaskan akan lebih cepat panas daripada air. Tetapi pada saat saya mengerjakan soal, saya jadi bingung bu karena terjebak dengan persamaan. Saya memandang kalor jenis suatu benda setara dengan perubahan suhu pada ruas yang sama, yaitu pada ruas kanan. (wawancara hasil olahan peneliti) Dari hasil wawancara diatas, sudah terlihat bahwa siswa terjebak dalam. Padahal apabila persamaan tersebut diubah sedikit saja menjadi persamaan, maka siswa akan jauh lebih mudah untuk memahami dan menjawab soal tersebut. Di lain pihak, pelaksanaan resitasi pada materi pengaruh kalor terhadap zat ini kurang menekankan makna penting dari kalor jenis. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar tersebut belum memfasilitasi siswa dalam menguasai konsep-konsep seperti nomor 11 ini. Keterampilan Proses Sains Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) berpotensi melatihkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut berkembangnya kemampuan berpikir ilmiah siswa tidak hanya dari sekedar hasil tes akhir, tetapi lebih pada proses untuk mencapai hasil akhir tersebut. Keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menganalisis data, menafsirkan data berdasarkan grafik, merumuskan persamaan matematis berdasarkan grafik, menilai kebenaran hipotesis yang diajukan di awal pembelajaran, membuat kesimpulan, dan mengkomunikan hasil baik secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan hasil analisis data, sebagian besar siswa mengakui keterampilan proses sainsnya dapat berkembang, baik sedikit maupun banyak. Sangat sedikit siswa (rata-rata kurang dari 6%) yang menyatakan tidak mengalami perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains, dalam hal ini
9 9 terkait mempelajari materi pengaruh kalor terhadap suhu, bisa dilatihkan melalui pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Sebagian besar siswa kelas X MIA 8 SMAN 1 Ponorogo menyukai mata pelajaran fisika yaitu sebanyak 31 siswa (86.1%) dari 36 siswa. Sebanyak 23 siswa (63.8%) mengaku pernah belajar materi pengaruh kalor terhadap zat, 26 siswa (72.2%) mengaku kalau cara belajar yang bisaa digunakan sudah membuatnya paham terhadap konsep pengaruh kalor terhadap zat dan 34 siswa (94.4%) mengatakan kalau ia berusaha mencari cara lain ketika pembelajaran yang digunakan tidak bisa membuatnya paham mengenai konsep pengaruh kalor terhadap zat. Sebanyak 23 siswa (63.8%) mengaku belum pernah mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan 35 siswa (97.2%) setuju jika pembelajaran dengan melalui inkuiri terbimbing lebih menyenangkan. Sebanyak 33 siswa (91.6 %) menyatakan bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan dalam membelajarkan materi pengaruh kalor terhadap zat dan 31 siswa (86.1 %) menganggap pembelajaran dengan melalui kegiatan diskusi atau praktikum lebih menarik dibandingkan dengan pembelajaran yang konvensional. Seluruh siswa menyatakan bahwa dengan adanya pendekatan resitasi yang dilakukan di akhir pembelajaran, siswa lebih paham dengan materi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh kesimpulan penelitian, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat memfasilitasi dan mengajak siswa untuk dapat menemukan konsep secara inkuiri. Pelaksanaan pembelajaran ini dilanjutkan dengan resitasi untuk memperdalam atau mengaplikasikan konsep tentang pengaruh kalor terhadap zat. Pembelajaran juga bisa meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang materi pengaruh kalor terhadap zat. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan pada skor ratarata siswa dari hasil pretest ke posttest yang berada pada rentang medium-atas. Peningkatan penguasaan konsep tersebut dapat bermanfaat untuk semua siswa,
10 10 baik kelompok siswa yang berkemampuan tinggi maupun kelompok siswa yang berkemampuan rendah. Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) bisa melatihkan banyak keterampilan proses sains siswa, dalam penelitian ini ada 9 macam, meliputi kemampuan mengajukan masalah, merumuskan hipotesis, mengolah data (membuat grafik), menganalisis data (menginterpretasi grafik), merumuskan persamaan matematis, membandingkan hasil analisis data dengan hipotesis yang diajukan di awal, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil baik secara lisan maupun tertulis. Respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) disertai resitasi yang dilaksanakan antara lain siswa menjadi lebih mudah untuk memahami, mengerti, dan menerima materi pengaruh kalor terhadap zat. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Dengan tidak adanya alat muschenbroek di SMAN 1 Ponorogo, maka hal ini bukan merupakan suatu halangan. Guru dapat mengupayakan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) disertai resitasi untuk membelajarkan materi pemuaian zat padat sehingga siswa tetap dapat memahami konsep pemuaian zat dengan baik. Pada awalnya, guru menganggap semua siswa sudah mahir menggunakan termometer karena guru sendiri mempunyai persepsi awal bahwa semua siswa sudah mempelajari penggunaan termometer pada saat SMP. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak ditemukan siswa yang belum mahir menggunakan termometer. Oleh karena itu, guru harus lebih memperhatikan secara detail dan memastikan para siswa dapat menggunakan termometer dengan baik dan benar. Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa seperti penelitian yang dilakukan oleh Karonsih (2013). Akan tetapi, lebih baik apabila disertai pendekatan resitasi yang dapat memperdalam dan mengaplikasikan konsep fisika, sebagai contoh untuk memperdalam makna kalor jenis suatu benda.
11 11 DAFTAR RUJUKAN Arends, I Learning to Teach Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Etkina, E Pedagogical Content Knowledge and Preparation of High School. Physical Review Special Topics-Physics Educatation Research,6 (020110). Hake, R Interartive-Engagement versus Traditional Methods: A Six- Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physisc. 66(1): Joyce, B Models of Teaching Fifth Edition. New Jersey 07458, U.S.A.: Prentice-Hall, Inc. Karonsih, S Studi tentang Penerapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi Hukum Ohm di Kelas X SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Kohl, P., Rosengrant, & D., Finkelstein, N Strongly and Weakly Directed Approaches to Teaching Multiple Representation Use in Physics. Physical Review Special Topics-Physics Educatation Research, 3 (010108). Morgan, G., Leech, N., Gloeckner, G., & Barret, K SPSS for Introductory Statistic: Use and Interpretation (Second Edition). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc. National Research Council (NRC) National Science Educational Standard. Washington DC: National Academy Press. Nivalainen, V Open Guided Inquiry Laboratory in Physics Teacher Education. Journal Science Teacher Education, -(-): 5. Ogilvie, C Changes in Student s Problem-Solving in A Course That Includes Context-Rich, Multifacted Problems. Physical Review Special Topics-Physics Educatation Research, 5,( ). Pollock, S Longitudinal Study of Student Conceptual Understanding in Electricity and Magnetism. Physical Review Special Topics-Physics Educatation Research, 5( ). Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Wenning, C. J Levels of Inquiry Model of Science Teaching: Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inqury processes. Journal of Physics Teacher Education Online, (Online), 2(3): 3-11.
12 12 Wenning, C. J Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses. Journal of Physics Teacher Education Online, (Online), 6(2): Yuliati, L Model-model Pembelajaran Fisika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Elok Nur Fauzia Universitas Negeri Malang
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR ILMIAH PADA TOPIK KACAMATA DAN LUP Elok Nur Fauzia Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciPENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU Debora Febbivoyna (1), Sumarjono (2), Bambang Tahan Sungkowo (3) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu
Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu Ma wa Hamran, Muhammad Ali dan Unggul Wahyono e-mail: Mawahamran29@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
299 PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Rahmani Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: rahmasamalanga@yahoo.co.id Abstrak Penelitian
Lebih terperinciJurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:
Implementasi Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika sebagai Upaya Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo Ria Oktaviastuti, Mita Anggaryani Jurusan
Lebih terperinciWidhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN
PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO
PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO Erwita Yuliana Dewi, Supeno, Subiki Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPenggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Chairul Aspan Siregar1,a 1 SMP Negeri 2 Merbau, Jalan Yos Sudarso, Kepulauan Meranti, Indonesia,
Lebih terperinciKata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MULTI REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF
Lebih terperinciPengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa X SMA Negeri 2 Sigi Dita Puspitasari,Marungkil Pasaribu, dan Yusuf Kendek e-mail: ditaphysic@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang diperoleh berupa angka aktivitas guru dan siswa, keterampilan proses
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu hasil penelitian yang diperoleh berupa angka aktivitas guru dan siswa, keterampilan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X
PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X Wahyu Dwi Wulansari, Supriyono Koes Handayanto, Sumarjono Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH LEVELS OF INQUIRY-INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X
PENGARUH LEVELS OF INQUIRY-INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X Retno Ayu H (1), Lia Yuliati (2), dan Muhardjito (3) Jurusan Fisika,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung yang terletak di jalan Lengkong Kecil nomor 53. Populasi adalah keseluruhan subjek
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan deskriptif. Penelitian eksperimen semu bertujuan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE
JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 3, Desember 2015 ISSN 1858-330X PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE
Lebih terperinciPenerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA
Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENGARUH MODEL
Lebih terperinciJurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN MODEL INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI 1 BELITANG Arini Rosa Sinensis Dosen Pendidikan Fisika
Lebih terperinciWardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI MTs 1) Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1)
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 3 No. 1 (2017) PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment (eksperimen semu), metode mempunyai kelompok control, tetapi tidak berfungsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran
21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lemah (weak experimental atau pre experimental). Penelitian ini tidak menggunakan kelompok
Lebih terperinciIlham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TUTORIAL SEBAGAI PENDUKUNG PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 BAJO KABUPATEN LUWU SULAWESI SELATAN Ilham Baharuddin Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA
PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Elah Nurlaelah Sari, Reni Bakhraeni, Ade Rokhayati Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya 2014 Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Inquiry lab Pembelajaran inquiry lab yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah salah satu tahapan inquiry dengan metode eksperimen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran
Lebih terperinciDwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK
ISSN: 2338-1027 September 2017 Jurnal Wahana Pendidikan Fisika (2017) Vol.2 No.2 : 63-67 PENERAPAN MDEL PEMBELAJARAN NVICK DIPADUKAN DENGAN STRATEGI CPERATIVE PRBLEM SLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan peneliti yang
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMK Tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Inquiry lesson yang dimaksud adalah pembelajaran inquiry tentang kompetensi dasar, Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU
PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU Akhmad Rizal Dzikrillah, Sutarman, Supriyono Koes Handayanto
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO Novia Pratiwi, Marungkil Pasaribu dan Amiruddin Kade noviapratiwi123@gmail.com Program
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO Desita Tri Anggraini, Muhardjito, Sutarman Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MATARAM TAHUN AJARAN
PENGARUH PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MATARAM TAHUN AJARAN 2013/2014 Ni Luh Tresnanti Putri 1, Aliefman Hakim 2,
Lebih terperinciUnnes Physics Education Journal
UPEJ 4 (1) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP PENGEMBANGAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017
KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 02 Tahun 2013, 35-39 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK Fedela
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep
Lebih terperinciErnita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA WIDYA DARMA SURABAYA THE DEVELOPMENT OF STUDENT
Lebih terperinciPembelajaran Inkuiri Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik pada Materi Optika Geometri
Pembelajaran Inkuiri Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik pada Materi Optika Geometri TESAR ANTONIO ANDREA1), SUTOPO2,*), SULUR2) Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciO 1 X O 2 Keterangan: O 1 : Nilai pretest X : Pembelajaran dengan pendekatan Scientific
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan SMA dengan melibatkan satu kelas. Kelas ini akan mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan scientific. Tujuan penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG
1 PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG Suhartik Wahyuni ¹, Dwi Haryoto², Sumarjono³, 1 Mahasiswa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI MAN 1 Bandar
22 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI MAN 1 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 11 kelas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran
Lebih terperinciDESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA Sehat Simatupang, Togi Tampubolon dan Erniwati Halawa Jurusan Fisika
Lebih terperinciPenelitian dan Kajian Konseptual Mengenai Pembelajaran Sains Berbasis Kemandirian Bangsa
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MALANG
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 9 MALANG Windy Rosyadah M., Susriyati Mahanal, dan Sunarmi. Jurusan Biologi, FMIPA,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN FAHRUR ROZI Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Surel : fahrurrozi@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian eksperimen semu). Eksperimen semu dilakukan untuk memperoleh informasi, di mana eksperimen
Lebih terperinciPENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN
PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN Arief Zuhud R (zuhudtz_arief@yahoo.co.id) Drs. Waslaluddin, M.T. (waslaluddin@yahoo.com)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Latar Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 SMA YP Unila Bandar Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET Risa Agustin, Z.A.Imam Supardi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI
ISSN 1979-946 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TIK Heri Sutarno heriupi@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGARUH MULTIPLE REPRESENTATION PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA FISIKA
PENGARUH MULTIPLE REPRESENTATION PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA FISIKA Chandra Sundaygara, Denanda Gaharin Universitas Kanjuruhan Malang chandrasundaygara@gmail.com,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN FAHRUR ROZI Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Surel : fahrurrozi@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG Enjang Mei Nandari 1, Agus Suyudi 2, Parno 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciCORRELATION BETWEEN STUDENT S INTERPRETATION GRAPH SKILL AND STUDENT LEARNING OUTCOMES
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI CORRELATION BETWEEN STUDENT S INTERPRETATION
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL ON BUFFER
Lebih terperinciEvriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang
p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERPADU MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN STRATEGI STUDENT GENERATED RESPRESENTATION (SGRS) Evriani
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DI KELAS X SMA NEGERI 12 SURABAYA INCREASING THE STUDENT SCIENCE
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21
27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21 Agustus 7 September 2013 di SMP Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN METODE PEER INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SUHU DAN KALOR PESERTA DIDIK KELAS X MA NEGERI 3 MALANG Amalia Diny, Kadim Masjkur, dan Sutarman
Lebih terperinciEduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal
EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2085-1243 Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal 211-216 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SECARA INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
Lebih terperinciDESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH
DESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH Betty Marisi Turnip dan Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika
Lebih terperinciPenerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls
Seminar Nasional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (5pp) Papers seminar.uad.ac.id/index.php/quantum Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls Sardan K. Yallie 1, dan Mursalin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa
Lebih terperinciGambar 3.1. Desain Concurrent Embedded dengan Metode Kuantitatif sebagai Metode Primer dan Metode Kualitatif sebagai Metode Sekunder
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode mixed methods (metode kombinasi). Metode penelitian ini menggabungkan dua jenis metode dalam penelitian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan kelas XI jurusan
Lebih terperinciPuspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,
Lebih terperinciMETODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG.
METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG ABSTRAK Susi Martini SMA Angkasa Husein Sastranegara Bandung Telah dilakukan
Lebih terperinciPERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA
Fadhil Zil Ikram, Djadir, dan Asdar Ahmad Kemampuan Penalaran Adaptif PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas model siklus belajar hipotesis deduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29
III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa Mulya
39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada akhir Agustus 2013 di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah (TBT) Desa
Lebih terperinciPEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan
Lebih terperinciDewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :
1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 PERHENTIAN RAJA Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah***
Lebih terperinciDesain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi. Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI
Desain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Redaksi: Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung, Indonesia Telp: (022) 2004548 Fax: (022) 2004548 Email: fisika@upi.edu
Lebih terperinciPENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA
Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN : 2337-8085 PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA Juli Firmansyah
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT.
Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT Fitriani A. 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen dengan one group pre-test and post-test design, (desain kelompok tunggal dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA ABSTRAK: Agus Budiyono Dosen Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Islam
Lebih terperinciPENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG Indarti 1, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Kognitif Peserta didik Melalui Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion
Peningkatan Kemampuan Kognitif Peserta didik Melalui Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion Herni Yuniarti Suhendi 1,a), Komalasari 2,b), Chaerul Rochman 1,c) dan Dindin Nasrudin 1,d) 1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode eksperimen dapat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi eksperimen) yaitu metode yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment)
Lebih terperinciModel Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu
Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu Dedi Prasojo, Amiruddin Kade dan Yusuf Kendek Dedyprasodjo_alqasim@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui perbandingan keterampilan proses
Lebih terperinci