Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
|
|
- Ridwan Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang pusparachmadhani@gmail.com ABSTRAK: Hasil observasi dan wawancara pada kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung menunjukkan bahwa guru masih menggunakan metode belajar ceramah, presentasi, dan latihan soal. Metode yang dilakukan berdampak siswa menjadi kurang aktif, tidak pernah praktikum, dan hanya fokus pada latihan soal saja. Terlihat ketika siswa melakukan praktikum, siswa tidak bisa menggunakan dan membaca alat ukur dengan baik. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut yaitu diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil diketahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, dan berlangsung dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, lembar observasi keterlaksanaan, lembar penilaian keterampilan proses sains siswa, dan tes kemampuan berpikir kreatif siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan untuk keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 10,64%. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa, mengalami peningkatan dalam jumlah siswa yang lulus KKM, yaitu sebesar 38,24%. Keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan sebesar 7,58%. Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, Kemampuan Berpikir Kreatif, Keterampilan Proses Sains Rohim (2012: 2) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan pokok utama dari keseluruhan proses pendidikan formal, karena melalui sebuah proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan. Sudarma (2013: 48) menyatakan pada sampai tahun 2012 sudah banyak diperkenalkan model pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk bisa berpikir kritis dan kreatif. Satu diantaranya yaitu model pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem solving based learning) atau pembelajaran kontekstual (contextual learning). Tempat penelitian yaitu di kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung. Selama observasi guru sudah mengajak siswa untuk aktif dengan berdiskusi kelas, namun siswa hanya mengacu pada buku teks yang dimiliki, dan
2 tidak memberikan umpan balik. Berdasarkan fakta di lapangan, kemampuan berpikir kreatif siswa belum pernah diasah. Terbukti guru masih menggunakan soal pilihan ganda, sehingga kemampuan berpikir kreatif tidak dapat diketahui karena jawaban dari soal pilihan ganda bersifat tertutup. Keterampilan proses sains siswa juga masih kurang, dibuktikan dengan selama siswa belajar fisika di kelas tidak pernah diberikan praktikum. Penelitian yang dilakukan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri mempunyai ciri khas yaitu siswa menentukan sendiri permasalahan dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang dibuat. Wartono (2003:132) menyebutkan kata inkuiri berasal dari kata bahasa Inggris inquiry dan menurut kamus berarti pertanyaan atau penyelidikan. Zubaidah (2013:103) mengemukakan kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu to inquire yang berarti bertanya atau menyelidiki. Pertanyaan merupakan inti dari pembelajaran berbasis inkuiri. Pertanyaan dapat menuntun untuk melakukan penyelidikan sebagai usaha peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Inkuiri terbimbing memiliki langkah-langkah di dalam proses pembelajarannya yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Fase-fase tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Orientasi Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena merupakan langkah awal untuk menarik perhatian dan pemikiran siswa. 2. Merumuskan Masalah Guru memberikan masalah yang akan dibahas atau untuk diselidiki dan dipecahkan melalui kegiatan eksperimen. 3. Merumuskan Hipotesis Guru mengajak siswa membuat dugaan awal mengenai hasil praktikum berdasarkan rumusan masalah yang dibuat. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menetukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Rohim (2013) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang. Saefudin (2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Menurut Guilford dalam Rohim (2013) indikator dari berpikir kreatif ada lima yaitu: 1) Kepekaan (problem sensitivity), kemampuan dalam mendeteksi (mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan, situasi dan
3 masalah; 2) Kelancaraan (fluency), kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan; 3) Keluwesan (flexibility), kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah; 4) Keaslian (originality), kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang; 5) Elaborasi (elaboration), kemampuan menambah situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar, model, dan kata-kata. Berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif di atas maka dalam penelitian ini disusun instrumen penelitian berpikir kreatif dalam model belajar inkuiri terbimbing yaitu berupa lembar observasi yang meliputi aspekaspek kepekaan (problem sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality). Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Wartono (2003:167) diberikan jenis-jenis keterampilan proses sains yaitu mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Berdasarkan aspek-aspek keterampilan proses sains yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dalam penelitian ini disusun instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing berupa lembar observasi meliputi aspek-aspek yaitu mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian, melakukan percobaan, menganalisis data, berkomunikasi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara memberikan suatu perlakuan kepada subjek penelitian untuk memperoleh data-data yang akan diolah. Tindakan ditekankan pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung, dengan materi pembelajaran suhu dan kalor. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung. Kehadiran peneliti pada tindakan pembelajaran ini sebagai pengajar atau guru dibantu dengan satu orang observer. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, di mana satu siklus terdapat empat kali pertemuan. Tahapan-tahapannya yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan perubahan yang ingin dicapai. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan observasi kelas dan wawancara dengan guru fisika yang mengajar kelas X-MIA 1. Berpatokan pada hasil observasi kelas dan wawancara, perencanaan penelitian tindakan kelas dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, lembar observasi keterlaksanaan kemampuan berpikir kreatif, lembar observasi keterlaksanaan keterampilan proses sains, format catatan lapangan, RPP, LKS, dan soal kemampuan berpikir kreatif siklus I dan II.
4 HASIL Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan temuan-temuan dalam siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas X- MIA 1 dapat terlaksana dengan sangat baik. Kemampuan berpikir kreatif siswa dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Aspek keterampilan proses sains siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, namun memang terdapat beberapa indikator di dalamnya yang belum bisa maksimal. Persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I adalah 71,5 % menjadi 82,14 % pada siklus II. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan sebesar 10,64 %. Peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi pada beberapa aspek. Hasil selengkapnya dapat ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Data Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II 71,5 % 82,14 % Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah dilakukan tindakan hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X-MIA 1 mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu rata-rata nilai mengalami peningkatan dari 77 pada siklus I menjadi 77,9 di siklus II. Siklus I rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa 77 dengan persentase siswa yang lulus KKM 38,24 %. Pada siklus II rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai nilai 77,9 dengan persentase siswa yang lulus KKM yaitu 61,76 %. Data persentase hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Data Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I dan Siklus II Sekor Siklus I Siklus II 77 (tuntas) 13 siswa (38,24 %) 21 siswa (61,76 %) 76 (belum tuntas) 21 siswa (61,76 %) 13 siswa (38,24 %) Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif 23,52 % Analisis Keterampilan Proses Sains Setelah dilakukan tindakan sekor aspek keterampilan proses sains siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan di semua indikatornya.
5 Persentase keterampilan proses sains siswa pada siklus I yaitu 61,76 % menjadi 69,34 % pada siklus II. Persentase keterampilan proses sains mengalami peningkatan sebesar 7,58 %. Besarnya persentase peningkatan tidak terlalu tajam namun di kelas siswa sudah banyak mengalami perubahan pada setiap indikator khususnya menyusun hipotesis. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Data Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus I dan Siklus II Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Siklus I Siklus II Peningkatan (%) (%) (%) Mengamati 59,3 68,75 9,45 Merumuskan Hipotesis 66,91 75,37 8,46 Merencanakan Penelitian 57,84 64,71 6,87 Melakukan Percobaan 61,52 70,22 8,7 Menganalisis Data 58,82 64,95 6,13 Berkomunikasi 66,17 72,06 5,89 Rata-rata 61,76 69,34 7,58 Berdasarkan paparan data di atas, penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus II lebih baik dibandingkan pada siklus I, atau dapat dikatakan mengalami peningkatan. Aspek kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan penelitian dari Dewi (2013), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang diperoleh peningkatan untuk keterampilan proses sains dan prestasi belajar dari siklus I menuju siklus II. Selain itu penelitian dari Azizah (2013), menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas X-II MAN Malang 1, mengalami peningkatan kemampuan kognitif dari siklus I ke siklus II. PEMBAHASAN Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Secara keseluruhan persentase keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I semua tahapan inkuiri terbimbing sudah terlaksana dengan baik meskipun ada beberapa indikatornya yang belum bisa maksimal terlaksana di dalam kelas. Indikator yang belum bisa maksimal antara lain siswa masih sangat sulit untuk menyusun hipotesis, mengajukan pertanyaan, masih malu-malu melakukan presentasi, dan takut untuk menyusun dan menyampaikan kesimpulan. Hasil keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I adalah 71,5 %. Pada siklus II keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan sebesar 10,64 %, dari 71,5 % untuk siklus I ke 82,14 % untuk siklus II. Peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri
6 terbimbing dapat terlaksana dikarenakan selalu dilakukan perbaikan-perbaikan baik dari segi kualitas mengajar maupun kemampuan mengontrol kelas antara siklus I dan siklus II. Siklus II guru berusaha semaksimal mungkin agar siswa dapat mengajukan pertanyaan yang hanya bisa dijawab ya atau tidak oleh guru, dengan cara mengulangi apersepsi berupa demonstrasi atau gambar. Guru juga berusaha keras agar siswa dapat menyusun hipotesis sendiri dengan bantuan pertanyaanpertanyaan yang dapat menggiring pemikiran siswa untuk menyusun hipotesis. Guru juga membantu kegiatan refleksi yang berisi membuat kesimpulan dari seluruh kegiatan pembelajaran dengan jalan memberi pertanyaan yang arahnya menjadi kesimpulan. Siswa yang antusias dengan model pembelajaran baru yaitu inkuiri terbimbing memberikan dampak kemudahan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari soal tes kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan lembar kriteria penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yaitu dengan jenis soal uraian. Aspek yang dinilai dalam penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa antara lain: kepekaan (problem sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I yaitu 77 dengan nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi 90. Jumlah siswa yang lulus KKM adalah 13 siswa, dan yang belum lulus KKM adalah 21 siswa. Persentase kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I yang lulus KKM adalah 38,24 % dan yang belum lulus KKM 69,34 %. Sedangkan nilai ratarata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II yaitu 77,9 dengan nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi 85. Jumlah siswa yang lulus KKM adalah 21 siswa, dan yang belum lulus KKM adalah 13 siswa. Persentase siswa yang lulus KKM 69,34 % dan yang belum lulus KKM 38,24 %. Jika dibandingkan rata-rata nilai kelas pada siklus I maka rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,9 dan yang tuntas KKM mengalami peningkatan 23,52 %. Dari data siklus II diketahui siswa yang belum lulus KKM adalah 13 siswa dengan persentase 38,24 %. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) Ketika proses belajar siswa kurang merespon dengan baik materi yang disampaikan, (2) Ketika guru memberikan latihan soal siswa malu untuk bertanya ketika ada yang kurang dimengerti, (3) Perbedaan kemampuan pemahaman tiap siswa terhadap soal ketika mengerjakan soal tes kemampuan berpikir kreatif, sehingga jawaban yang diberikan menyimpang dari maksud soal. Terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan dikarenakan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap tahapan-
7 tahapannya telah membuat siswa berpikir berbeda dari sebelumnya. Siswa harus menemukan banyak jawaban dan pertanyaan sehingga berkaitan dengan mengasah kemampuan berpikir kreatif. Keterampilan Proses Sains Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Keterampilan proses sains siswa diperoleh dari hasil LKS yang dikerjakan siswa, berdasarkan nilai yang ada pada lembar observasi keterampilan proses sains siswa. Aspek yang dinilai dalam penilaian keterampilan proses sains siswa antara lain mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian, melakukan percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data, dan berkomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa pada siklus I dan siklus II. Data hasil observasi menunjukkan bahwa persentase rata-rata keterampilan proses sains siswa pada siklus I yaitu 61,76 % dan dapat dikategorikan cukup baik. Pada siklus II persentase rata-rata keterampilan proses sains siswa yaitu 69,34 % dan dapat dikategorikan baik. Untuk tiap-tiap indikatornya didapatkan hasil pada indikator mengamati pada siklus I persentasenya 59,3 % dan pada siklus II 68,75 %. Pada indikator merumuskan hipotesis persentasenya untuk siklus I yaitu 66,91 % dan pada siklus II yaitu 75,37 %. Pada indikator merencanakan penelitian persentase siklus I yaitu 57,84 % dan untuk siklus II yaitu 64,71 %. Pada indikator melakukan percobaan untuk siklus I persentasenya 61,52 % dan untuk siklus II adalah 70,22 %. Indikator menganalisis data diperoleh persentase untuk siklus I adalah 58,82 % dan siklus II adalah 64,95 %. Indikator terakhir yaitu berkomunikasi diperoleh persentase untuk siklus I yaitu 66,17 % dan siklus II yaitu 72,06 %. Pada kenyataannya siswa sulit untuk merumuskan hipotesis dan merencanakan penelitian. Merumuskan hipotesis siswa perlu diberi pertanyaan menggiring agar sampai ke hipotesis yang sesuai dengan materi dikarenakan siswa belum pernah mengalami membuat hipotesis, bahkan kalimat hipotesis yang benar seperti apa siswa perlu diberi contoh. Indikator merencanakan penelitian memiliki persentase yang rendah dikarenakan siswa kelas X-MIA 1 belum pernah mendapatkan praktikum sehingga siswa merasa masih awam dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I menunjukkan persentase 71,5 % dan dikategorikan baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus II menunjukkan persentase 82,14 % dan dikategorikan baik. Dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dari siklus I menuju ke siklus II.
8 Dari data hasil observasi, kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I memiliki nilai rata-rata kelas yaitu 77 dengan jumlah siswa yang lulus KKM adalah 13 siswa dengan persentase 38,24 %. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu 77,9 dengan jumlah siswa yang lulus KKM adalah 21 siswa dengan persentase 69,34 %. Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan dari siklus I menuju ke siklus II pada setiap indikatornya. Dari data hasil observasi keterampilan proses sains siswa pada siklus I diketahui persentasenya adalah 61,76 % yang dikategorikan cukup baik. Pada siklus II persentase keterampilan proses sains siswa adalah 69,34 % dan dikategorikan baik. DAFTAR PUSTAKA Azizah, Nurul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-II MAN Malang 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM Dewi, Siska Puspita Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM Rohim, Fathur., Susanto, Hadi. & Ellianawati Penerapan Model Discovery Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics Education Journal, 1 (1). (Online), ( diakses 29 November Saefudin, Abdul Aziz Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Al-Bidāyah, 4 (1). (Online), (aa_ziz@yahoo.com), diakses 20 November Sudarma, Momon Mengembangkan Keterampilan Berpikir kreatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wartono Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Zubaidah, S., Yuliati, L., & Mahanal, S Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Penugasan Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-Cambridge MA Bilingual Batu Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG
1 PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG Suhartik Wahyuni ¹, Dwi Haryoto², Sumarjono³, 1 Mahasiswa
Lebih terperinciAprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG Sheila Sandiya Putri, Muhardjito, Dwi Haryoto Universitas Negeri
Lebih terperinciUlya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 21 MALANG MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KALOR Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono
Lebih terperinciSiska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Siska Puspita Dewi,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR Nike Novianti 1, Sugiyanto 2, Sulur 3 Jurusan Fisika FMIPA,
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM (MASALAH TERBUKA) Fatimah 1*) 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL
Lebih terperinciVindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciPenerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Alat Optik Siswa SMA
Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Alat Optik Siswa SMA MARIA ULFAH, AGUS SUYUDI, EDI SUPRIANA Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN Ika Widya Elnada, Mastuang, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Lebih terperinci,, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS 8A SMP NEGERI 1 KAUMAN TULUNGAGUNG,, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas
Lebih terperinciMENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciDidik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 TUREN Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2),
Lebih terperinciM. Taufiq 1*), Nova Hidayani 2
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF PADA KELAS X SMA NEGERI 1 PEUSANGAN SELATAN KONSEP PERPINDAHAN KALOR M. Taufiq 1*), Nova Hidayani 2 1 Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciFerdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung Ferdiana
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG
1 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG Rima Buana Prahastiwi 1, Subani 2, Dwi Haryoto 3 Jurusan Fisika
Lebih terperinciPENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Syamsul Ma arif, Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: syamsul.maarif.pwr@gmail.com
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Hal 199 208. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung kelas VIII-B semester
Lebih terperinciRizka Warna Kaliantin Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REACT DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 1 KARANGPLOSO MALANG Rizka Warna Kaliantin Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO
PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ideide baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut
Lebih terperinciTitis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciPENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING Bahrudin, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin
Lebih terperinciPenerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study
Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Indah Panca Pujiastuti Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Sulawesi Barat e-mail:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Furchan dalam Hatimah, I (2007:81) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN Laelatul Azizah, Bambang Priyo Darminto, Puji Nugraheni Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery- Inquiry untuk meningkatkan prestasi belajar pada ranah kognitif dan keterampilan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA Ridwan Abdullah Sani, Yeni Evalina Tarigan, M. Zainul Abidin T.
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Disusun Oleh ISTIYOWATI NPM P
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO Nur Chanifah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Email: Hany_chacha@ymail.com
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X
PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X Wahyu Dwi Wulansari, Supriyono Koes Handayanto, Sumarjono Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejondani Prambanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 231-4678 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Suparman 1), Dwi Nastuti Husen 2) 2) 1) Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO
PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO Erwita Yuliana Dewi, Supeno, Subiki Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciProsiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu Rosane Medriati
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: DANIK RATNAWATI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd.
JURNAL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 PAPAR KELAS VII MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MATHEMATICAL CREATIVE THINKING SKILL OF
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
Lebih terperinciPENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com
Lebih terperinciAprillya Mondhita Sari* Drs. Purbo Suwasono, M.Si** Dr. Parno, M.Si***
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BERBASIS DISCOVERY LEARNIG UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X-1 MA AL-MAARIF SINGOSARI Aprillya Mondhita Sari*
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Mariani Setiawati, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin Abstrak:
Lebih terperinciJurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI-IPA 3 SMA NEGERI 1 PULUNG PONOROGO Nila Oktamia 1, Wartono 2, Bambang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data pada pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan PAKEM pada siklus I peneliti menggunakan lembar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan merupakan salah hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka siswa akan memiliki rasa
Lebih terperinciMETODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY
METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY Email: legiman.maman@yahoo.co.id Abstrak. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciMeningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan
Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 47 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VII-1 SMP NEGERI 3 SALAHUTU Kasman Samin Kamsurya SMP Negeri 3 Salahutu
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII PUTRA SMP IT MASJID SYUHADA Ifut Riati Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus mengajarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan yang baik akan diperoleh sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dengan pendidikan setiap manusia bisa belajar berbagai ilmu pengetahuan dan dengan ilmu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran fisika, banyak siswa yang mengeluhkan kesulitan menerapkan konsep
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang bertanya, jarang menjawab, pasif dan tidak dapat mengemukakan pendapat, sering ditemui oleh peneliti
Lebih terperinci*Keperluan korespondensi, HP: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 132-138 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian 4.1 Gambaran SMK T & I Kristen Salatiga Penelitian ini dilaksanakan di SMK T & I Kristen Salatiga, provinsi Jawa Tengah.SMK T&I Kristen Salatiga
Lebih terperinciEka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK
Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun
Lebih terperinciPerbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning
Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciSyntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciPENGARUH LEVELS OF INQUIRY-INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X
PENGARUH LEVELS OF INQUIRY-INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X Retno Ayu H (1), Lia Yuliati (2), dan Muhardjito (3) Jurusan Fisika,
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Mariani Setiawati, Zainuddin, dan Suyidno Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin Abstrak:
Lebih terperinciPEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada beberapa pokok bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat diperoleh
Lebih terperinciNoorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,
Lebih terperinciUswatul Munawaroh 1, Muhardjito 2, dan Hartatiek 3 Universitas Negeri Malang
PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DISERTAI TUGAS OPEN ENDED PROBLEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA SMP SRIWEDARI MALANG TAHUN AJARAN 2013-2014. Uswatul Munawaroh
Lebih terperincipembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.
134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dengan 2 (dua) siklus (lampilan 1). Pada setiap siklus ada 4 tahapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG Febriyanti Emilia Imam Supeno Lathiful Anwar Jurusan
Lebih terperinci