DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR..."

Transkripsi

1 MP LP TE NG JA

2 MP LP JA TE NG

3 MP LP JA TE NG

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 4 C. Tujuan... 5 D. Manfaat... 5 BAB II PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN... 6 A. Ruang Lingkup Instrumen Pemetaan Pendidikan... 6 B. Sumber Data Peta Capaian SNP C. Kategori Capaian Pemenuhan SNP BAB III ANALISIS PETA CAPAIAN SNP A. JENJANG SD Hal 1. Gambaran Umum Capaian SNP Capaian SNP Untuk Setiap Capaian SNP Untuk Setiap Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP Rekomendasi B. JENJANG SMP Gambaran Umum Capaian SNP Capaian SNP Untuk Setiap Capaian SNP Untuk Setiap Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP iii ii viii

5 5. Rekomendasi C. JENJANG SMA Gambaran Umum Capaian SNP Capaian SNP Untuk Setiap Capaian SNP Untuk Setiap Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP Rekomendasi D. JENJANG SMK Gambaran Umum Capaian SNP Capaian SNP Untuk Setiap Capaian SNP Untuk Setiap Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP Rekomendasi E. Perbandingan Capaian Berdasarkan Jenjang Pendidikan Capaian SNP Rangkuman Rekomendasi Fasilitasi Berdasarkan Jenjang Pendidikan BAB IV PENUTUP LAMPIRAN A. Kesimpulan B. Rekomendasi Fasilitasi iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ruang Lingkup Instrumen PMP Tahun Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Hal Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun v

7 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun vi

8 Tabel 3.20 Tabel 3.21 Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Rangkuman Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Hal Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.10 Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.11 Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun viii

10 Gambar 3.12 Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.13 Perbandingan Capaian SNP Berdasarkan Jenjang Pendidikan Gambar 3.14 Perbandingan Capaian Setiap Provinsi Jawa Tengah Tahun ix

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Nasional Pendidikan. Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Sesuai peraturan perundangan yang berlaku setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu sesuai kewenangannya. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen sekolah. Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan khusus agar seluruh komponen sekolah bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk itu dibutuhkan program Implementasi Penjaminan Pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen sekolah 1

12 (whole school approach). Sebagai langkah awal rangkaian kegiatan penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan, setiap satuan pendidikan harus mampu melakukan penyusunan peta mutu. Penyusunan peta mutu ini diperlukan agar setiap satuan pendidikan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masingmasing berkaitan dengan pencapaian Nasional Pendidikan, sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk mencapai dan bahkan melampaui Nasional Pendidikan. Dalam konsep Sistem Penjaminan Pendidikan (SPMP), peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan berbasis data yang telah dianalisis dengan akurat dan benar. Analisis data ini kemudian menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai base-line data untuk dasar merencanakan kegiatan dan program peningkatan mutu secara proporsional, akurat dan berkelanjutan. Sekolah/Madrasah adalah pelaku utama dalam proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Salah satu alat untuk mengkaji kemajuan peningkatan mutu sekolah secara komprehensif yang berbasis Nasional Pendidikan (SNP) adalah Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS sebagai salah satu komponen SPMP diharapkan dapat membangun semangat dan kultur penjaminan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Hasil pemetaan mutu pendidikantersebut selanjutnya akan dianalisis untuk dapat menghasilkan peta mutu dan rekomendasi program peningkatan mutu yang tepat sebagai upaya pemenuhan 8 (delapan) SNP di tingkat sekolah. Berbagai rekomendasi yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis pemetaan mutu 2

13 pendidikan kemudian perlu dituangkan kedalam Rencana Kerja Sekolah (RKS), untuk jangka waktu menengah, dan RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah) yang merupakan jangka pendek setiap tahun. Pemetaan mutu pendidikan diverifikasi oleh Pengawas Sekolah selaku pembina sekolah tersebut. Kegiatan agregasi dan analisis pemetaan mutu pendidikan dilakukan untuk mendapatkan peta tentang capaian 8 (delapan) SNP. Dari hasil analisis ini akan didapat gambaran tentang tahapan pengembangan setiap indikator dari setiap SNP untuk setiap jenjang pendidikan. Analisis ini akan menghasilkan peta mutu dan berbagai rekomendasi yang akurat dan bermanfaat bagi pemerintah kota/kabupaten untuk dasar perencanaan program peningkatan mutu pendidikan di tingkat kota/kabupaten yang perlu dilaksanakan pada tahuntahun berikutnya. Agregasi data pemetaan mutu pendidikan adalah serangkaian strategi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah tingkat Pemerintah Daerah untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan keefektifan sekolah dan tenaga kependidikan berdasarkan SNP. Hasil agregasi ini menjadi suatu kewajiban bagi pemerintah kabupaten/kota untuk dapat dipahami dan dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga menjadi suatu budaya mutu di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat pusat. Hal ini sesuai dengan peran Pemerintah Daerah baik Kabupaten maupun Kota dalam Sistem Pendidikan Nasional, dalam hal (i) menyediakan pelayanan pendidikan; (ii) memonitor mutu pendidikan dan pelayanan pendukung pendidikan; (iii) membuat laporan mengenai mutu dan kinerja sekolah; (iv) meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan. 3

14 Laporan ini memaparkan peta capaian mutu SNP Provinsi Jawa Tengah untuk setiap jenjang pendidikan. Laporan peta capaian mutu SNP dibuat sebagai perwujudan tugas dan wewenang LPMP Jawa Tengah dalam memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-Dikdasmen berdasarkan data dan informasi dalam sistem informasi mutu pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Nasional Pendidikan; 4. Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Pendidikan Dasar dan Menengah; 5. Permendiknas Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan; 4

15 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kebudayaan. C. Tujuan Kementerian Pendidikan dan Tujuan disusunnya laporan peta capaian Nasional Pendidikan adalah untuk mengetahui gambaran ketercapaian mutu pendidikan Provinsi Jawa Tengah, dan juga untuk menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan mutu pendidikan di tingkat provinsiberdasarkan pemetaan mutu pendidikandengan harapan dapat mendorong satuan pendidikan maupun pemerintah daerah mengimplementasikan SPMP dengan baik dan berkelanjutan. D. Manfaat Pada akhirnya nanti, peta capaian mutu SNP ini diharapkan dapat menjadi baseline pelaksanaan SPMP sebagai elemen esensial peningkatan mutu pendidikan sehingga SPMP dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun

16 BAB II PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN A. Ruang Lingkup Instrumen Pemetaan Pendidikan Pelaksanaan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan bertujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait pada satuan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjamin terwujudnya budaya mutu di satuan pendidikan. Acuan utama sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Badan Nasional Pendidikan (BSNP). SNP adalah standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dan semua pemangku dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, yang terdiri atas: 1. Kompetensi Lulusan; 2. Isi; 3. Proses; 4. Penilaian; 5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 6. Pengelolaan; 7. Sarana dan Prasarana; dan 8. Pembiayaan. 6

17 Pengumpulan data mutu pendidikan Tahun 2016 berdasarkan 8 SNP dilaksanakan pada pertengahan tahun melalui aplikasi PMP yang merupakan bagian dari aplikasi Dapodik. Instrumen Pemetaan Pendidikan yang digunakan dalam program SPMP Tahun 2016 terdiri dari 8 (delapan) SNP yang tertuang dalam 43 indikator dan 195 sub indikator, yaitu: Tabel 2.1. Ruang Lingkup Instrumen PMP Tahun Kompetensi Lulusan 1.1 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap 1.2 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan 1.3 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan Sub Sub Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berkarakter Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab Memiliki perilaku pembelajar sejati sepanjang hayat Memiliki perilaku sehat jasmani Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap disiplin Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun Memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak produktif Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kritis Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak mandiri Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kolaboratif Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak komunikatif 7

18 2 Isi 2.1 Muatan sesuai dengan rancangan Kurnas 3 Proses 2.2 Rancangan mata pelajaran dan beban belajar memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan 2.3 KTSP sesuai dengan Kurnas 3.1 Proses pembelajaran sesuai dengan SNP Sub Sub Mengandung muatan nasional Pengembangan materi sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP Pengembangan kompetensi dasar sesuai muatan lokal Daftar mata pelajaran dan alokasi waktu sesuai SNP Jam pelajaran per minggu sesuai SNP Beban Pelajaran per semester sesuai SNP Memiliki perangkat pengembangan KTSP Sosialisasi perangkat kepada pemangku Pelibatan pemangku dalam penyusunan KTSP Pembelajaran mendorong peserta didik mencari tahu Pembelajaran berbasis aneka sumber belajar Pembelajaran menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah Pembelajaran berbasis kompetensi Pembelajaran terpadu Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; Pembelajaran menuju keterampilan aplikatif pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 8

19 3 Proses 4 Penilaian Pendidikan 5 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 3.2 Perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP 4.1 Proses penilaian dilakukan dengan objektif dan terpadu 4.2 Sekolah menerapkan penilaian yang akuntabel 4.3 Penilaian dilakukan dengan transparan 4.4 Edukatif-mendidik dan memotivasi siswa dan guru 5.1 Jumlah & kualifikasi Guru sesuai SNP Sub Sub Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik Pengelolaan kelas dan kegiatan pembelajaran dilakukan mulai awal semester hingga akhir proses pembelajaran Guru membuat RPP RPP dievaluasi oleh Kepala sekolah Isi RPP sesuai dengan Kurnas Penyusunan RPP melibatkan pemangku Kualitas dokumen RPP sesuai Kurnas Mengacu pada kesesuaian KI KD dalam Kurikulum Kesesuaian antara indikator materi dan instrumen Perangkat yang terdiri dari prosedur, kriteria, dasar penilaian, instrumen dan cara perhitungan Penggunaan teknik yang sesuai dengan dimensi kompetensi yang dinilai Keterlibatan pemangku dalam penyusunan Dokumen bisa diakses oleh pihak terkait Redaksi instrumen mendidik Digunakan sebagai dasar evaluasi dan ditindaklanjuti dengan remidial atau pengayaan siswa serta perbaikan proses pembelajaran Seluruh guru minimal S1/D Rasio guru kelas dan rombel = 1 guru kelas Minimal sekolah memiliki satu guru per mata pelajaran Kualifikasi Kepsek minimal S1/D4 5.2 Kualifikasi Kepala Sekolah sesuai SNP Maksimal waktu diangkat 56 tahun 9

20 5 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5.3 Ketersediaan Kepala Tenaga Administrasi 5.4 Pelaksana Urusan Administrasi 5.5 Ketersediaan Kepala Perpustakaan Sekolah 5.6 Tenaga Perpustakaan Sekolah 5.7 Ketersediaan Kepala Laboratorium 5.8 Tenaga Teknisi Laboran Sub Sub Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun Memiliki pangkat serendahrendahnya III/c atau setara Memiliki Kepala Tenaga Administrasi Berpendidikan minimal lulusan SMK atau yang sederajat, Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah/madrasah Memiliki tenaga pelaksana urusan administrasi minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan Berpendidikan minimal lulusan S1/D4 (untuk pendidik) atau D2 (untuk non pendidik) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah Masa Kerja 3 tahun (pendidik) atau 4 tahun (non pendidik) memiliki tenaga pustakawan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK Memiliki Kepala Tenaga Administrasi Berpendidikan minimal lulusan S1/D4 (untuk pendidik) atau D3 (untuk non pendidik) Memiliki sertifikat kepala laboratorium Masa Kerja 3 tahun (pendidik) atau 5 tahun (non pendidik) memiliki tenaga pustakawan minimal lulusan D2 terkait laboratorium 5.9 Tenaga Laboran memiliki tenaga pustakawan minimal lulusan D1 terkait laboratorium 5.10 Kompetensi Guru sesuai SNP Guru Memiliki Sertifikat pendidik Kompetensi Pedagogik minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik 10

21 5 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5.11 Kompetensi Kepala Sekolah sesuai SNP 5.12 Kompetensi Kepala Tenaga Administrasi sesuai SNP 5.13 Kompetensi Pelaksana Urusan Administrasi sesuai SNP 5.14 Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah sesuai SNP Sub Sub Kompetensi Profesional minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kepsek Memiliki Sertifikat pendidik Kepsek Memiliki Sertifikat kepala sekolah Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Manajerial minimal baik Kompetensi Kewirausahaan minimal baik Kompetensi Supervisi minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Teknis minimal baik Kompetensi manajerial minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Teknis minimal baik Kompetensi Manajerial minimal baik Kompetensi Pengelolaan Informasi minimal baik Kompetensi Kependidikan minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik 5.15 Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah sesuai SNP Kompetensi Pengembangan Profesi minimal baik Kompetensi Manajerial minimal baik Kompetensi Pengelolaan Informasi minimal baik Kompetensi Kependidikan minimal baik 11

22 5 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 6 Sarana dan Prasarana Pendidikan 5.16 Kompetensi Kepala Laboratorium sesuai SNP 5.17 Kompetensi Teknisi Laboransesuai SNP 5.18 Kompetensi Laboran sesuai SNP 6.1 Kapasitas dan Daya tampung sekolah sesuai dengan SNP Sub Sub Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Pengembangan Profesi minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Manajerial minimal baik Kompetensi Profesional minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Administratif minimal baik Kompetensi Profesional minimal baik Kompetensi Kepribadian minimal baik Kompetensi Sosial minimal baik Kompetensi Administratif minimal baik Kompetensi Profesional minimal baik Kapasitas rombongan belajar sesuai standar Rasio siswa per rombel sesuai standar Rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa Kondisi dan lokasi lahan sekolah sesuai dengan SNP Rasio luas bangunan sesuai dengan jumlah siswa Kondisi dan lokasi bangunan sekolah sesuai dengan SNP Memiliki ruang kelas sesuai standar 6.2 Kelengkapan jumlah sarana dan prasarana pembelajaran Memiliki laboratorium IPA sesuai standar Memiliki ruang perpustakaan sesuai standar 12

23 6 Sarana dan Prasarana Pendidikan 6.3 Kelengkapan jumlah sarana dan prasarana pendukung 6.4 Kondisi sarana dan prasarana pembelajaran Sub Sub Memiliki tempat bermain/lapangan sesuai standar Memiliki laboratorium biologi sesuai standar Memiliki laboratorium fisika sesuai standar Memiliki laboratorium kimia sesuai standar Memiliki laboratorium komputer sesuai standar Memiliki laboratorium bahasa sesuai standar Memiliki ruang praktik gambar teknik sesuai standar (SMK) Memiliki ruang pimpinan sesuai standar Memiliki ruang guru sesuai standar Memiliki ruang UKS sesuai standar Memiliki tempat ibadah sesuai standar Memiliki jamban sesuai standar Memiliki gudang sesuai standar Memiliki ruang sirkulasi sesuai standar Memiliki ruang tata usaha sesuai standar Memiliki ruang konseling sesuai standar Memiliki ruang organisasi kesiswaan sesuai standar Kondisi ruang kelas layak pakai Kondisi laboratorium IPA layak pakai Kondisi ruang perpustakaan layak pakai Kondisi tempat bermain/lapangan layak pakai Kondisi laboratorium biologi layak pakai Kondisi laboratorium fisika layak pakai Kondisi laboratorium kimia layak pakai Kondisi laboratorium komputer layak pakai 13

24 6 Sarana dan Prasarana Pendidikan 7 Pengelolaan Pendidikan 6.5 Kondisi sarana dan prasarana pendukung 7.1 Perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku 7.2 Pelaksanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pemangku Sub Sub Kondisi laboratorium bahasa layak pakai Kondisi ruang praktik gambar teknik layak pakai (SMK) Kondisi ruang pimpinan layak pakai Kondisi ruang guru layak pakai Kondisi ruang UKS layak pakai Kondisi tempat ibadah layak pakai Kondisi jamban sesuai standar Kondisi gudang layak pakai Kondisi ruang sirkulasi layak pakai Kondisi ruang tata usaha layak pakai Kondisi ruang konseling layak pakai Kondisi ruang organisasi kesiswaan layak pakai Dokumen pengelolaan disusun berdasarkan pemetaan kondisi sekolah serta visi, misi, dan tujuan sekolah Ruang lingkup dokumen pengelolaan minimal sesuai standar Perencanaan dilakukan bersama oleh Pemangku sekolah serta disosialisasikan kepada seluruh Pemangku sekolah Kelengkapan pedoman pengelolaan sekolah Penerimaan Siswa berjalan dengan obyektif, transparan, dan akuntabel Penyediaan layanan konseling, ekstra kokulikuler, pembinaan prestasi dan pelacakan alumni Pengembangkan program peningkatan kapasitas SDM Pembentukan suasana, iklim,dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan 14

25 7 Pengelolaan Pendidikan 8 Pembiayaan 7.3 Sekolah melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program secara berkala 7.4 Kepala sekolah berkinerja baik 7.5 Sekolah mengelola system informasi sekolah 8.1 Sekolah tidak memungut biaya dari peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi Sub Sub Pelibatan warga dan masyarakat pendukung sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan Pendidik dan tenaga kependidikan berkinerja baik Sekolah memiliki program pengawasan dan disosialisasikan ke seluruh pemangku Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah di-lakukan oleh komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang ber Supervisi pengelolaan akademik dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah Sekolah melaporkan hasil evaluasi kepada pihak-pihak yang ber Sekolah melakukan evaluasi & tindak lanjut hasil pengawasan Kepribadian dan Sosial Kepemimpinan Pengembangan Sekolah/Madrasah Pengelolaan Sumber Daya Kewirausahaan Supervisi Sekolah memiliki SIM setiap siswa yang tidak mampu tidak dipungut biaya pendidikan Sekolah memiliki daftar siswa dengan latar belakang ekonomi yang jelas Sekolah/Madrasah melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa kurang mampu 15

26 8 Pembiayaan 8.2 Biaya operasional non personil minimal sesuai standar (total anggaran sekolah dikurangi biaya investasi dan gaji PTK dibagi total jumlah siswa) 8.3 Pengelolaan dana yang masuk ke sekolah dilakukan secara transparan dan akuntabel (laporan, dapat diakses,dapat diaudit) B. Sumber Data Peta Capaian SNP Sub Sub Biaya operasional non personil minimal sesuai standar (total anggaran sekolah dikurangi biaya investasi dan gaji PTK dibagi total jumlah siswa) alokasi dana yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya Sekolah memiliki laporan pengelolaan dana Laporan dapat diakses oleh pemangku Data yang digunakan dalam pengolahan dan analisis peta capaian SNP Tahun 2016 ini diperoleh dari data yang terkumpul di server pusat. Akan tetapi karena ada kendala teknis, tidak semua sub indikator dapat diolah datanya. Sehingga data yang digunakan dalam pengolahan data ini tidak lengkap, hanya meliputi 5 standar yang tercakup dalam 14 indikator dan 61 sub indikator. Adapun 5 standar yang akan diolah dalam peta capaian mutu ini adalah: 1. Kompetensi Lulusan; 2. Isi; 3. Proses; 4. Penilaian; dan 5. Pengelolaan. 16

27 Data yang digunakan dalam pengolahan peta capaian SNP Provinsi Jawa Tengah ini adalah data yang terkirim lengkap untuk semua jenis responden dan diterima di server pusat per 30 November C. Kategori Capaian Pemenuhan SNP capaian pemenuhan SNP berkisar antara 0 7. Untuk dapat mengetahui capaian pemenuhan SNP, maka dibuat pengkategorian untuk memudahkan analisis, yaitu: Menuju SNP level 1 : skor < 2,04 Menuju SNP level 2 : 2,04< skor < 3,70 Menuju SNP level 3 : 3,70 < skor < 5,06 Menuju SNP level 4 : 5,06 < skor < 6,66 SNP : 6,66 < skor < 7,00 17

28 BAB III Kab. Kudus Kab. Banjarnegara A. JENJANG SD ANALISIS PETA CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 1. Gambaran Umum Capaian SNP Kota Pekalongan Kab. Banyumas Jumlah Sekolah Dasar yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini. Kab. Boyolali Kab. Kebumen Kab. Brebes Kab. Blora Kab. Kendal Kab. Sukoharjo Peta Capaian SNP Jenjang SD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab. Wonosobo Kota Tegal Kota Surakarta Kota Magelang Kab. Purbalingga Kab. Semarang Kab. Magelang Kab. Klaten Kab. Karanganyar Kab. Demak Kota Salatiga Kab/Kot Kab. Purworejo Kab. Cilacap Kab. Jepara Kota Semarang Prov Jawa Tengah Kab. Pati Kab. Wonogiri Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Pekalongan Kab. Temanggung Kab. Batang Kab. Tegal Kab. Pemalang Kab. Rembang Gambar 3.1. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun

29 peta capaian mutu jenjang SD untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Kudus 4,922 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,901 Menuju SNP 3 Kota Pekalongan 4,885 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 4,875 Menuju SNP 3 Kab. Boyolali 4,871 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 4,851 Menuju SNP 3 Kab. Brebes 4,847 Menuju SNP 3 Kab. Blora 4,844 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 4,838 Menuju SNP 3 Kab. Sukoharjo 4,838 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,832 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,830 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,830 Menuju SNP 3 Kota Magelang 4,821 Menuju SNP 3 Kab. Purbalingga 4,819 Menuju SNP 3 Kab. Semarang 4,810 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,808 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,798 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,794 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,794 Menuju SNP 3 Kota Salatiga 4,787 Menuju SNP 3 Kab. Purworejo 4,775 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,774 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 4,774 Menuju SNP 3 Kota Semarang 4,773 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,768 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,768 Menuju SNP 3 Kab. Sragen 4,760 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,755 Menuju SNP 3 Kab. Pekalongan 4,745 Menuju SNP 3 Kab. Temanggung 4,745 Menuju SNP 3 19

30 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Batang 4,721 Menuju SNP 3 Kab. Tegal 4,712 Menuju SNP 3 Kab. Pemalang 4,703 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,675 Menuju SNP 3 Provinsi Jawa Tengah 4,800 Menuju SNP 3 Berdasarkan data pada Tabel 3.1 di atas, dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SD di 35 kabupaten/kota seluruhnya dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mutu pendidikan jenjang SD di Provinsi Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.2 di bawah ini. 0,17% 22,72% 76,77% 0,29% 0,04% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar 3.2. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun

31 2. Capaian SNP untuk Setiap Gambaran capaian mutu jenjang SD Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut. 5,169 Pengelolaan 4,004 Penilaian Kompetensi Lulusan 5,250 skor mutu 4,188 Proses Gambar 3.3. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 capaian mutu jenjang SD Provinsi Jawa Tengah untuk masingmasing standar dipaparkan pada tabel 3.2 dibawah ini. 5,390 Isi Tabel 3.2. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Rata-rata Keterangan Kompetensi Lulusan 5,250 Menuju SNP 4 Isi 5,390 Menuju SNP 4 Proses 4,188 Menuju SNP 3 Penilaian 4,004 Menuju SNP 3 Pengelolaan 5,169 Menuju SNP 4 SNP 4,800 Menuju SNP 3 21

32 Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SD di Provinsi Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar isi dengan skor mutu 5,390 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4, Capaian SNP Untuk Setiap capaian mutu jenjang SD Provinsi Jawa Tengah untuk masingmasing indikator pada setiap standar dipaparkan pada tabel 3.3 dibawah ini. Tabel 3.3. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun Lulusan memiliki Kompetensi kompetensi pada dimensi 6,90 Lulusan sikap 1.2 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi 2,79 pengetahuan 1.3 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi 6,06 keterampilan 2 Isi 2.1 Muatan sesuai dengan rancangan Kurnas 6, KTSP sesuai dengan Kurnas 4, Proses pembelajaran sesuai Proses dengan SNP 5, Perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP 2, Sekolah menerapkan Penilaian penilaian yang akuntabel 4,60 Pendidikan 4.3 Penilaian dilakukan dengan transparan 2, Edukatif-mendidik dan memotivasi siswa dan guru 4,81 22

33 7 Pengelolaan Pendidikan 7.1 Perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku 7.2 Pelaksanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pemangku 7.3 Sekolah melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program secara berkala 7.5 Sekolah mengelola system informasi sekolah 4,10 6,21 4,92 5,44 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa indikator yang paling lemah pada Kompetensi Lulusan adalah lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan dengan rata-rata skor mutu sebesar 2,79. Sementara pada Isi, kelemahannya ada pada indikator KTSP sesuai dengan Kurnas dengan rata-rata skor mutu sebesar 4,08. Untuk Proses, indikator yang paling lemah ada pada perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP dengan rata-rata skor mutu sebesar 2,93. Pada Penilaian, indikator yang paling lemah adalahpenilaian dilakukan dengan transparandengan rata-rata skor mutu sebesar 2,61. Adapun pada Pengelolaan Pendidikan yang paling lemah adalah indikator perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku dengan rata-rata skor mutu sebesar 4,10. 23

34 4. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP Berikut gambaran kekuatan dan kelemahan pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Provinsi Jawa Tengah didasarkan pada indikator yang paling lemah.kekuatan dan kelemahan ini didasarkan pada capaian mutu untuk setiap sub indikator pada masing-masing indikator untuk setiap standar (terlampir). Tabel 3.4. Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kekuatan Kelemahan Kompetensi Lulusan Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan - Kurang memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif Isi KTSP sesuai dengan Kurnas 1. Memiliki perangkat pengembangan KTSP 2. Pelibatan pemangku Kurang melakukan sosialisasi perangkat kepada pemangku dalam penyusunan KTSP Proses Perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP 1. Kualitas dokumen RPP sesuai Kurnas 2. Isi RPP sesuai dengan Kurnas 1. Guru belum membuat RPP secara mandiri 2. RPP tidak dievaluasi oleh Kepala sekolah 3. Penyusunan RPP tidak melibatkan pemangku 24

35 Kekuatan Kelemahan Penilaian dilakukan dengan transparan Penilaian Pendidikan Pengelolaan Pendidikan 5. Rekomendasi Perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku - Dokumen belum bisa diakses oleh pihak terkait 1. Dokumen pengelolaan disusun berdasarkan pemetaan kondisi sekolah serta visi, misi, dan tujuan sekolah 2. Perencanaan dilakukan bersama oleh Pemangku sekolah serta disosialisasikan kepada seluruh Pemangku sekolah Ruang lingkup dokumen pengelolaan minimal sesuai standar Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Sesuai peraturan perundangan yang berlaku setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu sesuai kewenangannya. Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan tentu saja tidak bisa berjalan sendiri, perlu dukungan dari pemerintah maupuan pemerintah daerah. Pemerintah pusat melalui Lembaga Penjaminan Pendidikan (LPMP) berperan dalam pelaksanaan SPME, dimana salah satu tugas dan tanggungjawabnya adalah memberikan fasilitasi dalam pengembangan 25

36 penjaminan mutu pendidikan kepada pemerintah daerah. Fasilitasi yang diberikan kepada pemerintah daerah, dibutuhkan oleh pemerintah daerah dalam menjalankan amanat Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota sebagai penanggungjawab urusan wajib di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan non formal, dan pemerintah provinsi sebagai penanggungjawab urusan wajib di bidang pendidikan menengah dan pendidikan khusus terutama di dalam menjamin tersedianya layanan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan pada poin di atas, maka hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka fasilitasi peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, yang bertujuan untuk mencapai dan bahkan melampaui Nasional Pendidikan adalah: Tabel 3.5. Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar (SD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kelemahan Rekomendasi Fasilitasi Kompetensi Lulusan Kurang memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif Satuan pendidikan perlu memperoleh pelatihan/workshop bedah standar kompetensi lulusan Isi Kurang melakukan sosialisasi perangkat kepada pemangku Satuan pendidikan didorong untuk melakukan sosialisasi perangkat KTSP kepada pemangku Proses 1. Guru belum membuat RPP secara mandiri 2. RPP tidak dievaluasi oleh Kepala sekolah 1. Bimbingan teknis penyusunan RPP kepada guru 2. Peningkatan supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas kepada guru dalam membuat RPP 26

37 Kelemahan Rekomendasi Fasilitasi 3. Penyusunan RPP tidak melibatkan pemangku 3. Mentoring kepada kepala sekolah agar mengevaluasi RPP guru 4. Meningkatkan keterlibatan pemangku dalam menyusun RPP (masyarakat, DUDI) Penilaian Pendidikan Dokumen belum bisa diakses oleh pihak terkait Bimbingan teknis penyusunan perangkat/instrumen penilaian Pengelolaan Pendidikan Ruang lingkup dokumen pengelolaan belum sesuai standar Pelatihan penyusunan RKS berdasarkan hasil EDS B. JENJANG SMP 1. Gambaran Umum Capaian SNP Jumlah Sekolah Menengah Pertama yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini. 27

38 5,400 5,300 5,200 5,100 5,000 4,900 4,800 4,700 4,600 4,500 Peta Capaian SNP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Magelang Kab. Temanggung Kota Semarang Kab. Pekalongan Kab. Kebumen Kab. Pemalang Kota Tegal Kab. Wonogiri Kab. Pati Kab. Brebes Kab. Karanganyar Kab. Banyumas Kab. Sukoharjo Kota Surakarta Kab. Semarang Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Grobogan Kab. Sragen Kab. Magelang Kab. Rembang Kab. Klaten Kab. Batang Kab. Boyolali Kab. Blora Kab. Tegal Kab. Wonosobo Kab. Cilacap Kab. Banjarnegara Kab/Kota Prov. Jawa Tengah Gambar 3.4. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 peta capaian mutu jenjang SMP untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.6 dibawah ini. Tabel 3.6. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kota Pekalongan 5,297 Menuju SNP 4 Kota Salatiga 5,166 Menuju SNP 4 Kota Magelang 5,099 Menuju SNP 4 Kab. Temanggung 5,074 Menuju SNP 4 Kota Semarang 5,063 Menuju SNP 4 Kab. Purworejo Kab. Purbalingga 28

39 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Pekalongan 5,059 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 5,052 Menuju SNP 3 Kab. Pemalang 5,009 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,999 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,992 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,977 Menuju SNP 3 Kab. Brebes 4,965 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,965 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 4,950 Menuju SNP 3 Kab. Sukoharjo 4,945 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,939 Menuju SNP 3 Kab. Semarang 4,933 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 4,933 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,924 Menuju SNP 3 Kab. Kudus 4,918 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 4,912 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,908 Menuju SNP 3 Kab. Sragen 4,899 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,884 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,875 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,871 Menuju SNP 3 Kab. Batang 4,865 Menuju SNP 3 Kab. Boyolali 4,865 Menuju SNP 3 Kab. Blora 4,854 Menuju SNP 3 Kab. Tegal 4,848 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,841 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,827 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,804 Menuju SNP 3 Kab. Purworejo 4,793 Menuju SNP 3 Kab. Purbalingga 4,769 Menuju SNP 3 Provinsi Jawa Tengah 4,921 Menuju SNP 3 Berdasarkan data pada Tabel 3.6 di atas, dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SMP di 35 kabupaten/kota sebagian besar dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa 29

40 mutu pendidikan jenjang SMP di Provinsi Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.5 di bawah ini. 0,17% Gambar 3.5. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Capaian SNP untuk Setiap Jumlah Sekolah Berdasarkan Capaian 36,17% 63,08% 0,42% 0,17% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambaran capaian mutu jenjang SMP Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut. 30

41 5,211 Pengelolaan 4,065 Penilaian Kompetensi Lulusan 5,355 skor mutu 4,622 Isi 5,350 Proses Gambar 3.6. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 capaian mutu jenjang SMP Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.7 dibawah ini. Tabel 3.7. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Rata-rata Keterangan Kompetensi Lulusan 5,355 Menuju SNP 4 Isi 5,350 Menuju SNP 4 Proses 4,622 Menuju SNP 3 Penilaian 4,065 Menuju SNP 3 Pengelolaan 5,211 Menuju SNP 4 SNP 4,921 Menuju SNP 3 31

42 Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa capaian mutu jenjang SMP di Provinsi Jawa Tengah secara umum belum mencapai SNP. Capaian mutu yang paling baik adalah pada standar kompetensi lulusan dengan skor mutu 5,355 dan capaian mutu yang paling rendah ada pada standar penilaian dengan skor mutu 4, Capaian SNP Untuk Setiap capaian mutu jenjang SMP Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing indikator pada setiap standar dipaparkan pada tabel 3.8 dibawah ini. Tabel 3.8. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun Lulusan memiliki Kompetensi kompetensi pada dimensi Lulusan sikap 1.2 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan 1.3 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan 2 Isi 2.1 Muatan sesuai dengan rancangan Kurnas 2.3 KTSP sesuai dengan Kurnas Proses pembelajaran Proses sesuai dengan SNP 3.2 Perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP 4 Penilaian Pendidikan 6,80 3,08 6,18 6,59 4,11 5,40 3, Sekolah menerapkan penilaian yang akuntabel 4,47 32

43 7 Pengelolaan Pendidikan 4.3 Penilaian dilakukan dengan transparan 4.4 Edukatif-mendidik dan memotivasi siswa dan guru 7.1 Perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku 7.2 Pelaksanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pemangku 7.3 Sekolah melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program secara berkala 7.5 Sekolah mengelola system informasi sekolah 2,82 4,90 4,16 6,27 4,96 5,45 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa indikator yang paling lemah pada Kompetensi Lulusan adalah lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan dengan rata-rata skor mutu sebesar 3,08. Sementara pada Isi, kelemahannya ada pada indikator KTSP sesuai dengan Kurnas dengan rata-rata skor mutu sebesar 4,11. Untuk Proses, indikator yang paling lemah ada pada perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP dengan rata-rata skor mutu sebesar 3,85. Pada Penilaian, indikator yang paling lemah adalah penilaian dilakukan dengan transparan dengan rata-rata skor mutu sebesar 2,82. Adapun pada Pengelolaan Pendidikan yang paling lemah adalah indikator perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar 33

44 dan melibatkan pamangku dengan rata-rata skor mutu sebesar 4, Analisis Kekuatan dan Kelemahan Setiap SNP Berikut gambaran kekuatan dan kelemahan pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang ada di Provinsi Jawa Tengah didasarkan pada indikator yang paling lemah. Kekuatan dan kelemahan ini didasarkan pada capaian mutu untuk setiap sub indikator pada masing-masing indikator untuk setiap standar (terlampir). Tabel 3.9. Analisis Kekuatan dan Kelemahan SNP Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kekuatan Kelemahan Kompetensi Lulusan Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan - Kurang memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif Isi KTSP sesuai dengan Kurnas Memiliki perangkat pengembangan KTSP 1. Kurang melibatkan pemangku dalam penyusunan KTSP 2. Kurang melakukan sosialisasi perangkat kepada pemangku Proses Perencanaan proses pembelajaran sesuai SNP 1. RPP tidak dievaluasi oleh Kepala sekolah 2. Kualitas 1. Guru belum membuat RPP secara mandiri 2. Penyusunan 34

45 Kekuatan Kelemahan dokumen RPP sesuai Kurnas 3. Isi RPP sesuai dengan Kurnas RPP tidak melibatkan pemangku Penilaian Pendidikan Penilaian dilakukan dengan transparan - Dokumen belum bisa diakses oleh pihak terkait Pengelolaan Pendidikan 5. Rekomendasi Perencanaan program dilaksanakan sesuai dengan standar dan melibatkan pamangku 1. Dokumen pengelolaan disusun berdasarkan pemetaan kondisi sekolah serta visi, misi, dan tujuan sekolah 2. Perencanaan dilakukan bersama oleh Pemangku sekolah serta disosialisasika n kepada seluruh Pemangku sekolah Ruang lingkup dokumen pengelolaan minimal sesuai standar Berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan pada poin di atas, maka hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka fasilitasi peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, yang bertujuan untuk mencapai dan bahkan melampaui Nasional Pendidikan adalah: 35

46 Tabel Rekomendasi Fasilitasi Peningkatan Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kelemahan Rekomendasi Fasilitasi Kompetensi Lulusan Kurang memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif Satuan pendidikan perlu memperoleh pelatihan/workshop bedah standar kompetensi lulusan Isi Kurang melakukan sosialisasi perangkat kepada pemangku Satuan pendidikan didorong untuk melakukan sosialisasi perangkat KTSP kepada pemangku Proses 1. Guru belum membuat RPP secara mandiri 2. Penyusunan RPP tidak melibatkan pemangku 1. Bimbingan teknis penyusunan RPP kepada guru 2. Peningkatan supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas kepada guru dalam membuat RPP 3. Meningkatkan keterlibatan pemangku dalam menyusun RPP (masyarakat, DUDI) Penilaian Pendidikan Dokumen belum bisa diakses oleh pihak terkait Bimbingan teknis penyusunan perangkat/instrumen penilaian Pengelolaan Pendidikan Ruang lingkup dokumen pengelolaan belum sesuai standar Pelatihan penyusunan RKS berdasarkan hasil EDS 36

47 C. JENJANG SMA 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0, Gambaran Umum Capaian SNP Jumlah Sekolah Menengah Atas yang dilibatkan dalam analisis ini sebanyak 291 sekolah. Peta capaian mutu jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik berikut ini. Peta Capaian SNP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab. Brebes Kab. Sragen Kab. Boyolali Kab. Purworejo Kab. Pekalongan Kab. Blora Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kab. Semarang Kab. Purbalingga Kab. Tegal Kab. Jepara Kab. Banyumas Kota Salatiga Kota Magelang Kab. Kendal Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kota Semarang Kab. Wonogiri Kota Surakarta Kab. Banjarnegara Kab. Klaten Kab. Pati Kota Tegal Kab. Wonosobo Kota Pekalongan Kab. Batang Kab. Temanggung Kab. Magelang Kab. Rembang Kab. Cilacap Kab/Kota Prov Jawa Tengah Gambar 3.7. Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 peta capaian mutu jenjang SMA untuk masing-masing kabupaten/kota dipaparkan pada tabel 3.11 dibawah ini. Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Pemalang 37

48 Tabel Peta Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Brebes 5,442 Menuju SNP 4 Kab. Sragen 5,413 Menuju SNP 4 Kab. Boyolali 5,292 Menuju SNP 4 Kab. Purworejo 5,214 Menuju SNP 4 Kab. Pekalongan 5,192 Menuju SNP 4 Kab. Blora 5,174 Menuju SNP 4 Kab. Kudus 5,143 Menuju SNP 4 Kab. Sukoharjo 5,126 Menuju SNP 4 Kab. Semarang 5,074 Menuju SNP 4 Kab. Purbalingga 5,074 Menuju SNP 4 Kab. Tegal 5,059 Menuju SNP 3 Kab. Jepara 5,045 Menuju SNP 3 Kab. Banyumas 5,039 Menuju SNP 3 Kota Salatiga 5,034 Menuju SNP 3 Kota Magelang 5,033 Menuju SNP 3 Kab. Kendal 5,007 Menuju SNP 3 Kab. Karanganyar 4,990 Menuju SNP 3 Kab. Kebumen 4,988 Menuju SNP 3 Kota Semarang 4,971 Menuju SNP 3 Kab. Wonogiri 4,949 Menuju SNP 3 Kota Surakarta 4,947 Menuju SNP 3 Kab. Banjarnegara 4,943 Menuju SNP 3 Kab. Klaten 4,941 Menuju SNP 3 Kab. Pati 4,931 Menuju SNP 3 Kota Tegal 4,927 Menuju SNP 3 Kab. Wonosobo 4,926 Menuju SNP 3 Kota Pekalongan 4,917 Menuju SNP 3 Kab. Batang 4,905 Menuju SNP 3 Kab. Temanggung 4,903 Menuju SNP 3 Kab. Magelang 4,898 Menuju SNP 3 Kab. Rembang 4,878 Menuju SNP 3 Kab. Cilacap 4,866 Menuju SNP 3 Kab. Demak 4,847 Menuju SNP 3 Kab. Grobogan 4,681 Menuju SNP 3 38

49 Kab/Kota Rata-rata Keterangan Kab. Pemalang 4,424 Menuju SNP 3 Provinsi Jawa Tengah 5,009 Menuju SNP 3 Berdasarkan data pada Tabel 3.11 di atas, dapat diketahui bahwa capaian mutu SNP jenjang SMA di 35 kabupaten/kota sebagian besar dapat dikategorikan menuju SNP level 3. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mutu pendidikan jenjang SMA di Provinsi Jawa Tengah belum mencapai SNP. Bila dilihat dari jumlah sekolahnya, gambaran capaian mutu dipaparkan pada gambar 3.8 di bawah ini. 0,34% Jumlah Sekolah Berdasarkan Capaian 46,39% 52,58% 0,34% 0,34% SNP Menuju SNP 4 Menuju SNP 3 Menuju SNP 2 Menuju SNP 1 Gambar 3.8. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kategori Capaian SNP Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun

50 2. Capaian SNP untuk Setiap Gambaran capaian mutu jenjang SMA Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing standar dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut. Pengelolaan 5,315 4,224 Penilaian Kompetensi Lulusan 5,607 skor mutu 4,758 5,141 Isi Proses Gambar 3.9. Peta Capaian SNP Setiap Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 capaian mutu jenjang SMA Provinsi Jawa Tengah untuk masing-masing standar dipaparkan pada tabel 3.12 dibawah ini. 40

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 o untuk mengetahui kondisi sekolah terkait dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan sehingga diharapkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH P KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861

Lebih terperinci

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang

Lebih terperinci

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA

PENEMPATAN TENAGA KERJA PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan BAB I BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai 2017 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian

Lebih terperinci

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Penyusun: Tim Pengembang Madrasah Nama Madrasah Alamat : MTs Al Inayah : Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Program Prioritas MTs. Al Inayah STANDAR ISI 0 MENENTUKAN PROGRAM PRIORITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TARUN 2116 PERUBAHANPERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN2015 KEBUTUHAN DAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 LATAR BELAKANG Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan berkualitas diperlukan sistem penilaian yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable),

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 No. 79/11/33/Th. XI, 06 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan

Lebih terperinci

KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KONSOLIDASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan OUTLINE Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) Aktifitas PMP Perangkat PMP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

Lebih terperinci

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH PROGRAM DAN KEGIATAN Penyelenggaraan urusan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam rangka mewujudkan desa mandiri/berdikari melalui kedaulatan energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhnya berbagai lembaga bimbingan belajar swasta menjadi fenomena menarik dan catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Secara statistik, jumlah bimbingan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi pembentukan karakter dan kemajuan. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau masyarakat akan sulit untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara

Lebih terperinci

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015 RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA 2016 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 29-30 Oktober 2015 1 1. 2 REALISASI ANGGARAN APBN TA 2015 SATKER PAGU ANGGARAN

Lebih terperinci

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 20161 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015 KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 { DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 PROGRAM PUS PASCA 2015 2000 2015 (Deklarasi Dakar, Sinegal) 6 Target PUS Akan dilanjutkan 2016 2030, (Deklarasi Incheon, Korsel) dengan

Lebih terperinci

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah POPULASI PENDUDUK DI JAWA TENGAH SEBANYAK 33.270.207 JIWA JUMLAH PMKS SEBESAR 5.016.701 JIWA / 15,08 % DARI PENDUDUK JATENG PERINCIAN : KEMISKINAN 4,468,621

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi beras sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk. Pentingnya keberadaan beras

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efektivitas pembelajaran merupakan pencapaian tujuan antara perencanaan dan hasil pembelajaran. Hal ini didukung oleh pernyataan Menurut Elvira (2008: 58), efektivitas

Lebih terperinci