KEBERADAAN UNSUR HARA DALAM MEDIA AIR LAUT BERSUBSTRAT ZEOCRETE PADA TINGKAT KONSENTRASI P BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERADAAN UNSUR HARA DALAM MEDIA AIR LAUT BERSUBSTRAT ZEOCRETE PADA TINGKAT KONSENTRASI P BERBEDA"

Transkripsi

1 KEBERADAAN UNSUR HARA DALAM MEDIA AIR LAUT BERSUBSTRAT ZEOCRETE PADA TINGKAT KONSENTRASI P BERBEDA IDHAM ARDIANSYAH SAMMANA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 ABSTRAK IDHAM A. SAMMANA. Keberadaan Unsur Hara dalam Media Air Laut Bers ubstrat Zeocrete pada Tingkat Konsentrasi P Berbeda. Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI dan MAJARIANA KRISANTI. Kandungan unsur hara di perairan tidak selalu tersedia dalam keadaan stabil, sementara keberadaan unsur hara erat kaitannya dengan kapasitas substrat dalam menyimpan dan melepaskan unsur hara sediaan biologis. Upaya menstabilkan dan menyediakan rasio unsur hara yang tepat akan lebih terkontrol bila unsur hara yang ditambahka n terikat pada substrat bukan terlarut dalam air. Dalam penelitian ini digunakan substrat zeocrete yaitu substrat yang terdiri dari zeolit dan diperkaya oleh pupuk sediaan unsur hara (N,P,dan Si) serta campuran materi semen putih dan ijuk. Substrat ini diharapkan dapat menyimpan cadangan serta melepaskan unsur hara sediaan biologis (biological available nutrients) di air. Pengamatan dilakukan pada media air laut yang sebelumnya dibuat dalam kondisi steril dari plankton. Penelitian ini difokuskan pada penilaian kualitas air media dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji keberadaan unsur hara N, P, dan Si pada media air laut yang diberi substrat zeocrete. Rancangan perlakuan dalam kajian ini berupa pengkayaan nutrien pada substrat zeocrete dengan konsentrasi P yang telah ditentukan. Substrat diberi larutan pupuk dengan konsentrasi P yang berbeda sebesar 0,02 ppm (dilambangkan dengan ZK1), 0,2 ppm (dilambangkan ZK2), dan 2 ppm (dilambangkan dengan ZK3) pada rasio N/P yang sama yaitu 30:1. Untuk konsentrasi N di setiap perlakuan mengikuti rasio N/P yang sejalan dengan tingkat pengkayaan P pada substrat. Selanjutnya ditambahkan pula perlakuan dengan substrat zeocrete tanpa penambahan nutrien. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa terjadi lepasan unsur hara N, P, dan Si dari substrat zeocrete dengan pola yang fluktuatif. Hasil pengukuran kandungan rata -rata amonia sampai pada akhir pengamatan berkisar antara 0,0951-0,7599 mg/l, sedangkan hasil pengukuran rata- rata nitrat untuk semua perlakuan sampai pada akhir pe ngamatan berkisar antara 0,2804-0,9053 mg/l. Untuk konsentrasi rata-rata ortofosfat selama periode pe ngamatan berkisar antara 0,0054-0,0186 mg/l. Selanjutnya pengamatan lepasan silika pada media air berkisar antara 6, ,7026 mg/l. Untuk menajamkan analisa mengenai potensi media dalam mendukung aktivitas biologis, pada penelitian ini juga dilakukan perhitungan rasio N/P. Nilai rasio N/P pada air media menunjukkan pola yang fluktuatif mengikuti pola unsur hara pembentuknya yaitu berkisar 10,338-74,992 : 1. Kandungan unsur hara dan rasio N/P yang diperoleh dari hasil pengamatan memperlihatkan pola yang tidak sejalan antara peningkatan konsentrasi unsur hara pada substrat dengan kandungan unsur hara pada air media. Kisaran nilai unsur hara tersebut menunjukkan potensi susbtrat zeocrete sebagai media tumbuh bagi algae.

3 KEBERADAAN UNSUR HARA DALAM MEDIA AIR LAUT BERSUBSTRAT ZEOCRETE PADA TINGKAT KONSENTRASI P BERBEDA IDHAM ARDIANSYAH SAMMANA SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

4 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Adelaide, Australia pada tanggal 22 Juli 1985 dari ayah Abdul Hamid Noer dan ibu Almaida Mas ud. Penulis merupakan putra sulung dari empat bersaudara. Pada tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikana n dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten pada mata kuliah Biota Air pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005, asisten mata kuliah Ekologi Perairan pada tahun ajaran 2003/2004 dan Planktonologi pada tahun ajaran 2004/2005. Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai pengurus BEM TPB IPB ( ), Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan ( ), Aquares Study Club ( ) dan Music Agriculture X-pression ( ). Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa seminar dan pelatihan yang bertaraf nasional maupun internasional. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, penulis menyusun skripsi yang berjudul Keberadaan Unsur Hara dalam Media Air Laut Bersubstrat Zeocrete pada Tingkat Konsentrasi P Berbeda.

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : KEBERADAAN UNSUR HARA DALAM MEDIA AIR LAUT BERSUBSTRAT ZEOCRETE PADA TINGKAT KONSENTRASI P BERBEDA Adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2006 IDHAM ARDIANSYAH SAMMANA C

6 RINGKASAN SEMINAR HASIL PENELITIAN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 Judul Pemrasaran NRP Pembimbing : Keberadaan Unsur Hara dalam Media Air Laut Bersubstrat Zeocrete pada Tingkat Konsentrasi P Berbeda : Idham Ardiansyah Sammana : C : Dr. Ir. Kadarwan Soewardi Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si Hari / Tanggal : Jum at, 03 Maret 2006 Tempat : Ruang Diskusi Dept. MSP PENDAHULUAN Unsur hara merupakan salah satu faktor penentu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup alga. Organisme tersebut berperan sebagai mata rantai dari rantai makanan yang mendukung produktivitas perairan. Unsur hara utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme organisme alga adalah N (nitrogen), P (fosfor), dan Si (silika) (Nontji, 1984). Keberadaan unsur hara di perairan tidak selalu tersedia dalam keadaan stabil, sementara keberadaan unsur hara erat kaitannya dengan kapasitas substrat dalam menyimpan dan melepaskan unsur hara sediaan biologis. Upaya menstabilkan dan menyediakan rasio unsur hara yang tepat akan lebih terkontrol bila unsur hara yang ditambahkan terikat pada substrat bukan terlarut dalam air. Dalam penelitian ini digunakan substrat zeocrete yaitu substrat yang terdiri dari zeolit dan diperkaya oleh pupuk sediaan unsur hara (N, P, dan Si) serta campuran materi semen putih dan ijuk. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji keberadaan unsur hara N, P, dan Si sediaan biologis pada media air laut yang diberi substrat zeocrete. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2004 selama 15 hari di Laboratorium Kultur Alga, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB. Analisis fisika dan kimia dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Spektrofotometer UV-160 A Shimadzu, wadah air sample (botol gelap) volume 200 ml sebanyak 20 buah, vacum pump Welch, termometer raksa, refraktometer Atago, ph meter Hanna, DO meter 5509 Lutron, Whatman filter paper, miliophore type HA 0,45 poore size, gelas ukur 50 ml, corong, gelas erlenmeyer, gelas piala, pipet volumetrik, tissue, kapas, kertas label, alumunium foil, baki, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah: substrat zeocrete, air laut bersalinitas promil yang steril, larutan pupuk, akuades serta bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak delapan kali, yaitu pada hari ke-1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis secara deskriptif digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan unsur hara N, P dan Si sediaan biologis dari substrat zeocrete ke air media.

7 Penelitian ini dilakukan di dalam ruang laboratorium tanpa cahaya guna menghindari tumbuhnya organisme autotrof. Sedangkan kondisi suhu, ph, oksigen terlarut, dan salinitas dijaga agar tetap berada pada rentang kondisi yang mendukung keberadaan unsur hara N, P, dan Si pada air media. Untuk suhu diupayakan berada pada kisaran ºC, ph pada kisaran 7-8,5, salinitas promil, dan oksiden terlarut 7-11 mg/l (Isnansetyo dan Kuniastuty,1995). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan Unsur Hara Sediaan Biologis dalam Air Media Amonia Nitrat Konsentrasi (m Hari Pengamatan ZK0 ZK1 ZK2 ZK3 Konsentrasi (mg Hari Pengamatan ZK0 ZK1 ZK2 ZK3 Ortofosfat Silika Konsentrasi (mg ZK0 ZK1 ZK2 ZK3 Konsentrasi (mg ZK0 ZK1 ZK2 ZK Hari Pengamatan Hari Pengamatan Air media memperoleh masukan unsur hara dari substrat zeocrete. Hasil pengukuran kandungan rata-rata ammonia sampai pada akhir pengamatan berkisar antara 0,0951-0,7599 mg/l. Kandungan ammonia untuk semua perlakuan menunjukkan pola fluktuatif yang cenderung meningkat sampai pada akhir pengamatan. Hasil pengukuran nitrat untuk semua perlakuan sampai pada akhir pengamatan berkisar antara 0,2746-0,9217 mg/l dan menunjukkan pola yang fluktuatif. Kisaran tersebut telah mencapai kisaran yang berpotensi bagi pertumbuhan alga meskipun kandungan haranya masih dalam tahap yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chu (1943) in Andarias (1991) yang menyebutkan bahwa kisaran nitrat 0,9 3,5 mg/l merupakan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan alga. Kisaran nitrat yang masih tergolong rendah ini dipengaruhi oleh faktor ph. Rata-rata ph selama penelitian diatas 7, nilai ini sesuai dengan pernyataan Viner (1975) in Pratiwi (1997) bahwa pada tingkat ph diatas 6, kandungan unsur hara N dalam perairan rendah. Kandungan ortofosfat pada semua perlakuan fluktuatif dengan kecenderungan meningkat sampai pada akhir pengamatan. Pada perlakuan zeocrete dengan konsentrasi P 2 ppm (ZK3) kandungan ortofosfatnya memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengkayaan P pada substrat yang mengandung zeolit (zeocrete) belum tentu sejalan dengan kandungan P yang dilepaskan. Kondisi demikian sejalan dengan penelitian terdahulu yang menggambarkan sulitnya P terlepas dari zeolit (Krisanti, 2003). Separti halnya dengan unsur hara terukur lain, kandungan silika secara umum menunjukkan pola fluktuatif dengan kecenderungan meningkat sampai pada akhir pengamatan. Untuk semua perlakuan, nilai silika terendah terjadi pada hari ke-5 dan tertinggi pada hari ke-13. Kisaran ini menunjukkan bahwa lepasan silika sangat tinggi. Suwardi (2002) menyebutkan bahwa penyusun utama zeolit adalah silika. Untuk itu dapat diduga kandungan silika pada air media selama penelitan tidak saja berasal dari

8 pengkayaan silika pada substrat tetapi juga berasal dari zeolit sebagai salah satu komponen penyusun substrat zeocrete. B. Rasio N/P Rasio N/P available Rasio N/P Hari pengamatan ZK0 ZK1 ZK2 ZK3 Besarnya komposisi pada masing-masing unsur menunjukkan tingkatan prioritas kebutuhan unsur hara di perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Klausmeier (2004) bahwa pada saat kandungan unsur hara P di perairan rendah dan rasio N/P menjadi tinggi, maka P berperan sebagai pembatas untuk mendukung kesetimbangan ekosistem. Begitupun sebaliknya pada saat ketersediaan unsur hara N dan P banyak terdapat di ekosistem dan rasio N/P menjadi rendah, maka N berperan sebagai pembatas dalam mendukung pertumbuhan eksponensial organisme di perairan. Penentuan rasio N/P pada penelitian ini didasarkan pada total kandungan unsur hara N dan P yang dibutuhkan oleh komponen biologis (biological available nutrients). Nilai N diperoleh dari nilai nitrat dan ammonium, sedangkan nilai P diperoleh dari nilai ortofosfat yang terkandung pada air media. Dari hasil pengamatan, secara umum rasio N/P berkisar antara 10,338-74,992 : 1 (Lampiran 4) dengan puncak nilai rasio terbesar untuk semua perlakuan terjadi pada hari ke-11. Besarnya rasio N/P pada setiap perlakuan relatif sama dan berfluktuasi mengikuti kandungan masing-masing unsur hara pembentuknya. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Secara umum pola lepasan unsur hara N, P dan Si sediaan biologis oleh substrat zeocrete baik yang diperkaya dengan nutrien maupun yang tidak, menunjukkan pola yang fluktuatif dengan kecendrungan meningkat sampai akhir pengamatan. Pola fluktuatif yang terjadi menunjukkan pola aktivitas substrat zeocrete dalam melepas dan menyerap unsur hara pada air media. 2. Rasio N/P selama penelitian menunjukkan rentang nilai yang berpotensi sebagai media tumbuh bagi beberapa jenis alga. B. Saran 1. Untuk mengetahui potensi unsur hara hasil lepasan zeocrete, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alga perifitik sebagai organisme uji untuk mengetahui pemanfaatan unsur hara oleh alga DAFTAR PUSTAKA Isnansetyo, A. dan Kurniastuty Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Klausmeier, C Phytoplankton and Climate Change : Model shows longheld constant in Ocean Nutrient Ratio May Very as Ecological Conditions Changes. Georgia Institute of Technology, Atlanta, Georgia

9 Suwardi Pemanfaatan Zeolit untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan, Peternakan, dan Perikanan. Makalah Seminar Teknologi Aplikatif Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

10 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM Departemen : Keberadaan Unsur Hara dalam Media Air Laut Bersubstrat Zeocrete pada Tingkat Konsentrasi P Berbeda : Idham Ardiansyah Sammana : C : Manajemen Sumberdaya Perairan Mengetahui : Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Kadarwan Soewardi Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si NIP NIP Diketahui : Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Kadarwan Suwardi, NIP Tanggal lulus : 7 April 2006

11 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Keberadaan Unsur Hara dalam Media Air Laut Bers ubstrat Zeocrete pada Tingkat Konsentrasi P Berbeda. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi dan Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si selaku pembimbing atas segala arahan, bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si yang telah memberi arahan, masukan dan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta dalam penelitian studi ini. 3. Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas koreksi dan masukan bagi penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc atas kesediaannya memberi saran, masukan dan koreksi dalam perannya sebagai penguji tamu dalam sidang penulis. 5. dan Prof. Dr. Ir. Soedarsono yang telah memberikan saran dan dukungan pustaka kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 6. Zulhamsyah Imran, S.Pi, M.Si yang turut memberikan dukungan moril serta fasilitas yang bermanfaat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing akademik serta segenap civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan arahan, masukan, dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Ayah dan Ibu serta adik-adikku Ami, Aci, dan Luth atas dukungan doa, kasih sayang dan kepercayaan. 9. Keluarga besar Dr. Ir Zaenal Alim Mas ud, DEA atas dukungan dan arahan moril selama penulis menjalani masa perkuliahan. 10. Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan dan Keluarga besar MAX!! atas kesan dan inspirasi yang berarti dalam membangun karakter penulis sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. i

12 11. Sahabat-sahabat sejatiku MSP 38 yang telah menemani suka dan duka yang dilalui penulis selama menjalani masa perkuliahan. 12. Keluarga besar COSMO CAFE atas doa dan kebersamaan yang terjalin selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangant penulis harapkan untuk kesempurnaan dimasa akan datang. Bogor, Maret 2006 Penulis ii

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi vii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Permasalahan... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Unsur Hara Fosfor Nitrogen Silika... 7 B. Zeolit... 8 C. Parameter Fisika Kimia yang mempengaruhi Unsur Hara Suhu Salinitas Oksigen Terlarut (DO) ph III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Metode Penelitian Rancangan Perlakuan Rancangan Percobaan Persiapan Alat dan Bahan Substrat Zeocrete Penelitian Persiapan Alat dan Bahan Pengukuran Kualitas Air Pengambilan Sampel C. Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan Unsur Hara Sediaan Biologis dalam Media Air Laut Amonia Nitrat Ortofosfat Silika B. Rasio N/P pada Media Air Laut iii

14 C. Kondisi Lingkungan Penunjang V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Urutan selektivitas pertukaran ion pada berbagai zeolit Parameter fisika kimia serta metode dan alat ukur yang digunakan Kisaran nilai suhu, ph, salinitas, da n DO air media selama penelitian v

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Skema pe ndekatan permasalahan pengunaan substrat zeocrete sebagai penyedia unsur hara sediaan biologis Bentuk penampakan blok substrat Posisi substrat dalam stoples Susunan stoples dan pipa aerasi Konsentrasi rata-rata amonia selama penelitian Konsentrasi rata-rata nitrat selama penelitian Konsentrasi rata-rata ortofosfat selama penelitia n Konsentrasi rata-rata silika selama penelitian Rasio N/P selama penelitian vi

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Perhitungan pupuk Kandungan unsur hara pada air media sebelum diberi perlakuan (H0) Kandungan unsur hara pada air media selama penelitian Nilai rata-rata beberapa parameter físika-kimia selama penelitian Tabel rasio N/P pada air media selama penelitian vii

18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unsur hara merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup algae. Keberadaan organisme tersebut berperan sebagai mata rantai dari proses perpindahan energi yang mendukung kesuburan perairan. Unsur hara utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme organisme alga adalah N (nitrogen), P (fosfor), dan Si (silika) (Nontji, 1984). Keberadaan unsur hara tidak selalu tersedia dalam keadaan stabil untuk memenuhi kebutuhan biologis di perairan, sementara produktivitas perairan sangat dipengaruhi oleh komposisi unsur hara terutama perbandingan N terhadap P (N-P rasio). Pada perairan alami keberadaan unsur hara P relatif lebih sedikit daripada N. Hal ini dikarenakan sedikitnya sumber P yang terdapat di alam dibandingkan dengan sumber N. Ketersediaan unsur hara P berkaitan erat dengan kapasitas substrat dalam menyimpan cadangan dan melepaskan sediaan biologis P dalam perairan (Wetzel, 1975). Upaya menstabilkan dan menyediakan rasio unsur hara yang tepat akan lebih terkontrol bila unsur hara yang ditambahkan terikat pada substrat bukan terlarut dalam air. Disamping itu adanya substrat dapat menjadi media tumbuh bagi organisme autotrof yang sifat hidupnya menempel pada substrat sehingga mendukung kesuburan perairan. Dalam penelitian ini digunakan substrat zeocrete yaitu substrat yang terdiri dari zeolit dan diperkaya oleh pupuk sediaan unsur hara (N,P,dan Si) serta campuran materi semen putih dan ijuk. Substrat ini diharapkan dapat menyimpan cadangan serta melepaskan unsur hara sediaan biologis (biological available nutrients) di perairan. Kemampuan ini didasarkan pada adanya komponen zeolit sebagai unsur utama penyusun substrat yang diduga berperan dalam menyeimbangkan kandungan unsur hara di perairan. Zeolit dicirikan oleh kemampuannya mengikat dan melepaskan air secara bolak-balik serta menukar beberapa kandungan kationnya tanpa mengubah struktur penyusun utamanya.

19 2 B. Perumusan Masalah Keberadaan unsur hara sediaan biologis erat kaitannya dengan kapasitas substrat dalam menyimpan dan melepaskan unsur hara tersebut. Kemampuan pengikatan dan pelepasan ion akan berbeda bila komposisi unsur hara dalam substrat pada perairan berbeda. Pada kondisi demikian dimungkinkan adanya proses penyediaan unsur hara yang berbeda (Pratiwi, 1997) Dalam kajian ini akan dicobakan tipe substrat zeocrete yang terdiri dari unsur zeolit sebagai komponen utama. Kemampuan menukar kation merupakan salah satu sifat zeolit yang berguna. Kerangka alumunium dan silikat pada zeolit dapat berikatan satu sama lain melalui penggunaan bersama atom-atom oksigen. Gugus SiO 4 bersifat netral (Si +4 4O - ) tetapi gugus AlO 4 menghasilkan beban negatif (Al +3 4O - ). Beban negatif ini diseimbangkan oleh kation-kation yang sangat mobile dan dapat dipertukarkan dengan kation la in. Kation yang dipertukarkan pada zeolit terikat lemah pada kerangka tetrahedral sehingga dapat dipindah atau dipertukarkan dengan mudah menggunakan larutan kation lain yang kuat (Ming dan Mumpton in Krisanti, 20031). Substrat zeocrete kemudian diperkaya dengan cairan yang berasal dari pupuk teknis. Pupuk ini nantinya menjadi penyedia unsur hara yang akan dilepaskan substrat pada air media melalui proses realese yang dimiliki oleh komponen zeolit. Komposisi unsur hara yang disediakan pada susbstrat ini ditentukan sesuai dengan tingkat kemampuan realese substrat hingga dapat menyediakan unsur hara sediaan biologis pada air media. Dari uraian tersebut di atas diharapkan substrat zeocrete ini mampu menjadi penyedia unsur hara sediaan biologis. Untuk melihat seberapa besar potensi substrat tersebut, maka diperlukan uji skala laboratorium dengan pendekatan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar konsentrasi unsur hara yang dilepaskan substrat zeocrete? 2. Bagaimana kondisi rasio N/P media air dengan adanya substrat zeocrete? 3. Apakah kandungan unsur hara yang disediakan substrat berpotensi sebagai unsur hara sediaan biologis? 4. Substrat zeocrete dengan komposisi seperti apa yang dapat memberikan hasil yang baik bagi penyediaan unsur hara pada air media?

20 3 Pendekatan masalah tersebut dapat disarikan dalam bentuk skema, sebagaimana disajikan pada Gambar 1. INPUT PROSES OUTPUT SUBSTRAT ZEOCRETE zeolit+semen+ijuk + Pupuk teknis (urea,tsp)? Konsentrasi dan rasio N/P lepasan zeocrete pada air media + Substrat zeocrete sebagai penyedia unsure hara sediaan biologis - Gambar 1. Skema pendekatan permasalahan pengunaan substrat zeocrete sebagai penyedia unsur hara sediaan biologis C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji keberadaan unsur hara N, P dan Si sediaan biologis pada media air laut yang diberi substrat zeocrete.

21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Unsur Hara Unsur hara merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme autotrof. Unsur hara atau nutrien dikelompokkan atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, sehingga apabila tidak mencukupi akan banyak mengganggu proses biologis yang berjalan. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sehingga jika tidak terpenuhi maka sedikit berpengaruh terhada p proses biologis yang berjalan. Unsur hara makro meliputi unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P), sedangkan unsur hara mikro meliputi Silika (Si), Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), dan Molibdenum (Mo) (Effendi,2003). Unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Silika (Si), walaupun unsur hara lain seperti Fe, Mn, Cu, Zn, dan Mo juga diperlukan untuk pertumbuhan tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur P dalam ortofosfat dan N dalam bentuk nitrat berfungsi membentuk jaringan protoplasma, sedangkan Si berfungsi untuk membentuk dinding sel atau cangkang, sehingga bagi organisme diatom unsur ini turut menjadi faktor pembatas bagi aktivitas biologisnya (Jeffries dan Mills, 1996). 1.Fosfor Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro bagi organisme di perairan. Pada ekosistem perairan, fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai unsur tetapi dalam bentuk senyawa anorganik terlarut (orthofosfat, metafosfat, dan polifosfat) dan orga nik (dalam tubuh organisme, asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat, dan senyawa organik lainnya ). Ortofosfat adalah fosfat anorganik, merupakan salah satu bentuk fosfor yang terlarut dalam air dan dapat dimanfaatkan langsung oleh organisme (APHA, 1989). Ortofosfat sangat reaktif dan mudah mengendap ke permukaan yang tersuspensi seperti tanah atau sedimen. Konsekuensinya ortofosfat jarang ditemukan dalam bentuk larutan (Seller dan Markland, 1987).

22 5 Sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral seperti fluorapatite [Ca(PO 4 ) 3 F], hydroxylapatite [Ca 5 (PO 4 ) 3 OH], strengite [Fe(PO4)2H 2O], whitlockite [Ca3(PO4)2], dan berlinite [AlPO4], disamping itu juga berasal dari dekomposisi bahan organik (Effendi, 2003). Sumber antropogenik fosfor adalah limbah industri dan domestik, seperti penggunaan detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor di perairan. Karakteristik fosfor di perairan berbeda dengan unsur-unsur lainnya yang merupakan penyusun biosfer karena fosfor tidak terdapat di atmosfer. Fosfor membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh organisme akuatik (Jeffries dan Mills, 1996). Orthofosfat adalah bentuk fosfor yang secara langsung dimanfaatkan oleh organisme autotrof, sedangkan polifosfat terlebih dahulu harus mengalami hidrolisis membentuk orthofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai fosfor. Fosfor yang telah diserap oleh sel akan menjadi bagian dari komponen struktural sel dan berperan dalam proses-proses pengalihan energi dalam sel (Nontji, 1984). Keberadaan fosfor yang relatif sedikit pada kera k bumi dan mudah mengendap membuat fosfor merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga keberadaannya mempengaruhi produktivitas perairan. Prowse in Musa (1992) memberikan informasi bahwa perairan dengan kandungan fosfat rendah, yaitu 0,00-0,02 ppm akan didominasi ole h Diatom, pada kadar sedang 0,02-0,05 ppm didominasi oleh Chlorophyceae dan pada kadar tinggi lebih dari 0,10 ppm didominasi oleh jenis Cyanophyceae. Klasifikasi perairan berdasarkan kandungan fosfor total adalah ,02 mg/l untuk perairan dengan tingkat kesuburan rendah, 0,021-0,05 mg/l tingkat kesuburan sedang, dan 0,051-0,1 mg/l tingkat kesuburan tinggi. 2. Nitrogen Senyawa nitrogen merupakan salah satu senyawa yang sangat penting dan menjadi faktor pembatas di perairan (Grahme, 1987). Meskipun nitrogen ditemukan berlimpah di lapisan atmosfer akan tetapi unsur ini tidak dapat

23 6 dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup (Dugan, 1972 in Effendi, 2003). Nitrogen harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi amonia (NH3), amonium (NH4 + ), dan nitrat (NO3 - ) baru bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan dan hewan. Nitrogen di perairan berupa nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen anorganik terdiri dari amonia (NH 3 ), amonium (NH + 4 ), nitrit (NO - 2 ), nitrat (NO3 - ) dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa: protein, asam amino dan urea (Effendi, 2003). Bentuk-bentuk nitrogen ini mengalami transformasi di perairan sebagai bagian dari siklus nitrogen. Proses transformasi nitrogen bisa melibatkan komponen biologi, seperti: fiksasi gas nitrogen, amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi. Sedangkan transformasi nitrogen yang tidak melibatkan faktor biologi adalah volatilisasi, penyerapan, dan pengendapan (sedimentasi). Amonia anorganik dan garam-garamnya mudah larut dalam air. Amonia di perairan biasanya berasal dari dekomposisi bahan organik yang dilakukan mikroba dan jamur dalam suatu proses yang disebut amonifikasi dan proses-proses lainnya seperti denitrifikasi. Dalam bentuk yang tidak terdisosiasi, ammonia relatif lebih beracun terhadap organisme daripada amonium yang merupakan bentuk transisinya dan keadaan ini berkaitan dengan kondisi ph perairan. Daya racun amonia akan semakin meningkat dengan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, ph dan meningkatnya suhu. Senyawa nitrogen sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas dalam air. Pada saat kandungan oksigen rendah, nitrogen berubah menjadi amonia dan saat kandungan oksigen tinggi nitrogen berubah menjadi nitrat. Hilangnya amonia ke atmosfer dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu. Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami dan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan stabil. Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2003). Nitrat bukan merupakan racun bagi organisme akuatik, konsentrasinya disuatu perairan diatur dalam proses nitrifikasi, yang merupakan proses oksidasi senyawa amonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autotrof menjadi nitrat melalui senyawa tengah nitrit (Suton, 1974 in Musa, 1992).

24 7 Kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 ppm.. Konsentrasi nitrat 0,9 hingga 3,55 ppm merupakan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan alga (Chu, 1943 in Andarias, 1991). Pada konsentrasi di bawah 0,1 ppm pengaruh pembatasan nitrogen terjadi, sedang pada konsentrasi di atas 45 ppm pengaruh penghambat mulai tampak. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat da n gas nitrogen (denitrifikasi). Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis dan perombakan bahan organik dengan kadar oksigen terlarut yang sangat rendah. Menurut Novotny dan Olem (1994), nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sedikit di perairan dan bersifat tidak stabil. 3. Silika Silika (SiO3) merupakan bentuk umum dari silikon (Si) yang keberadaanya melimpah pada kerak bumi. Silika terdapat pada hampir semua batuan dan mudah mengalami pelapukan. Sumber alami utama silika adalah mineral kuarsa dan feldspar. Sumber antropogenik silika di peraira relatif sangat kecil (Effendi, 2003). Silika merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan diatom yang diperoleh dari perairan yang ditimbun dalam sel. Silika berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Unsur Si diserap dalam bentuk ortosilikat yang pelarutan dan penguraiannya dipengaruhi oleh CO 2 bebas dan asam-asam organik dalam perairan (Lewin dan Ching-Hong Chen, 1968; Chen, 1971 in Pratiwi, 1997). Silika bersifat tidak larut dalam air atau asam dan biasanya dalam bentuk koloid. Pada perairan alami silika biasanya terdapat dalam asam silika Silika termasuk salah satu unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Beberapa alga terutama diatom (Bacillariophyceae) membutuhkan silika untuk pembentukan frustule (dinding sel). Menurut Pratiwi (1997) naiknya kelimpahan kelompok Bacillariophyceae (diatom) dipengaruhi oleh peningkatan rasio N/P dan kandungan silika di perairan, sedangkan kelompok Chlorophyceae meningkat setara dengan

25 8 rasio N/P dan N total. Selanjutnya Fogg (1975) menyatakan diatom tidak akan berkembang dengan baik pada konsentrasi silikat lebih kecil dari 0,5 ppm. Dikatakan juga bahwa diatom akan semakin meningkat apabila konsentrasi nitrat, nitrit, fosfat, dan silikat cukup tersedia. B. Zeolit Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensinya. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel (Rachmawati dan Sutarti, 1994). Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral AlO 4 dan SiO 4 yang saling berhubungan melalui atom O, dan di dalam struktur tersebut Si 4+ dapat diganti dengan Al 3+. Meskipun memiliki bermacam bentuk dan rumus kimia, zeolit memiliki rumus umum (Ming dan Mumpton in Krisanti, 2003) sebagai berikut: M 2n O. Al 2 O 3. x SiO 2. y H 2 O Keterangan : M = kation alkali atau alkali tanah. n = valensi logam alkali x = bilangan tertentu (2 s/d 10) y = bilangan tertentu (2 s/d 7) Zeolit terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dipertukarkan, kerangka aluminosilikat, dan fase air. Ikatan ion Al-Si-O membentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan. Menurut Ming dan Mumpton in Krisanti (2003) kation yang dipertukarkan pada zeolit terikat lemah pada kerangka tetrahedral sehingga dapat dipindah atau dipertukarkan dengan mudah menggunakan larutan kation lain yang kuat, sedangkan air yang berada dalam pori-pori zeolit dapat dikeluarkan (dehidrasi) dengan cara pemanasan dan selanjutnya zeolit dapat menyerap kembali air (rehidrasi). Kemampuan menukar kation merupakan salah satu sifat zeolit yang sangat berguna. Kondisi pertukaran ion pada zeolit sangat mempengaruhi adsorpsi dan

26 9 sifat-sifat zeolit lainnya (Munson dan Sheppard, 1974 in Krisanti 2003). Menurut Sherman (1978), setiap jenis zeolit mempunyai urutan selektivitas kation berbeda. Beberapa karakteristik dan sifat yang mempengaruhi selektivitas pertukaran kation antara lain: 1. Struktur terbentuknya zeolit, yang mempengaruhi besarnya rongga yang terbentuk serta efek menyeleksi molekul. 2. Mobilitas kation yang dipertukarkan. 3. Efek medan elektris yang ditimbulkan kation dan anion pada zeolit. 4. Pengaruh difusi ion ke dalam larutan dan energi hidrasi. Urutan selektivitas menurut kenaikan kemudahan pertukaran ion berbagai zeolit disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Urutan selektivitas pertukaran ion pada berbagai zeolit (Sherman, 1978) Analcime Chabazite Clinoptilolite Heulandite Mordenite Jenis zeolit Urutan selektivitas Peneliti K <Li <Na <Ag Li <Na <K <Ca Mg <Ca <Na <NH4 <K Ca <Ba <Sr <Li <Na <Rb <K Li <Na <Rb <K <Cs Barer (1950) Sherry (1989) Ames (1961) Filizova (1974) Ames (1961) Penggunaan zeolit sebagai penyerap sudah diaplikasikan dalam kegiatan industri, pertanian, peternakan, per ikanan, dan pengolahan limbah. Dengan kemampuan pertukaran tersebut zeolit akan menyerap unsur hara yang ditambahkan dalam air pembentuk zeocrete dan akan melepaskannya kembali setelah direndam dalam air laut. C. Parameter Fisika Kimia yang Mempengaruhi Unsur Hara 1. Suhu Suhu merupakan parameter yang penting dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di suatu perairan. Pescod (1973) menyatakan bahwa suhu air mempengaruhi secara fisik, kimia, dan biologi perairan. Pengaruh suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik, aktivitas pemijahan, penetasan, dan pertumbuhan, sedangkan secara

27 10 tidak langsung dapat menyebabkan perubahan keseimbangan kimia di perairan. Suhu merupakan fungsi dari kelarutan gas-gas dalam air laut dimana kelarutan akan meningkat pada saat temperatur rendah (Sumich, 1992 in Massenreng, 2002). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilasi. Selain itu proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba juga menunjukkan peningkatan dengan semakin meningkatnya suhu. Kisaran optimum bagi proses nitrifikasi di perairan adalah 20-25ºC (Effendi, 2003). 2. Salinitas Salinitas adalah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu (promil) (Nybakken,1992). Salinitas menggambarkan padatan tota l di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Nilai salinitas di perairan laut berkisar antara 30 sampai 40 promil. Meningkatnya salinitas berpengruh pada berkurangnya kelarutan oksigen dan gas-gas lainnya. 3. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut di perairan menggambarkan jumlah kandungan gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam perairan umumnya berasal dari fotosintesis oleh alga dan difusi dari udara (APHA,1995). Kadar oksigen terlarut diperairan alami bervariasi bergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jefries dan Mils in Effendi, 2000). Aspek penting lainnya dari distribusi oksigen terlarut di perairan yaitu berhubungan dengan parameter kimia lainnya seperti fosfat, nitrat, karbondioksida, dan ph (Rilley et al, 1975 in Massenreng, 2002). Dalam hal ini oksigen berperan pada proses kimiawi dalam pembentukan parameterparameter kimia tersebut.

28 11 Novotny dan Olem (1994) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut pada perairan laut berkisar antara 11 mg/ l pada suhu 0 o C dan 7 mg/l pada suhu 25 o C. Kelarutan oksigen dan gas-gas lainnya berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen pada air laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen pada air tawar. 4. ph Nilai ph merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukan keseimbangan antara asam dan basa air. Nilai ph dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis seperti fotosintesis dan respirasi organisme, suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan (Pescod, 1973). Nilai ph mempengaruhi toksisitas senyawa kimia di perairan. Senyawa ammonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan dengan ph rendah. Pada suasana alkalis (ph tinggi) lebih banyak ditemukan ammonia yang tidak terionisasi (unionized) dan bersifat toks ik (Boyd, 1990). Proses biokimiawi seperti nitrifikasi juga turut dipengaruhi oleh ph. Proses tersebut akan berakir jika ph bersifat asam.

29 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2004 selama 15 hari di Laboratorium Kultur Alga, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB. Analisis fisika dan kimia dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB. B. Metode Penelitian 1. Rancangan Perlakuan Kegiatan penelitian ini difokuskan pada pengukuran kandungan unsur hara (N, P, Si) pada air media yang diberi substrat zeocrete. Substrat zeocrete yang digunakan diperkaya unsur hara yang berasal dari larutan pupuk teknis. Sedangkan media air yang digunakan adalah air laut yang sebelumnya dibuat dalam kondisi steril dari plankton. Konsentrasi larutan pupuk yang ditambahkan pada substrat ini yaitu: 0,02 ppm (dilambangkan dengan ZK1), 0,2 ppm (dilambangkan ZK2), dan 2 ppm (dilambangkan dengan ZK3) pa da rasio N/P yang sama yaitu 30:1. Untuk konsentrasi N di setiap perlakuan mengikuti rasio N/P yang sejalan dengan tingkat pengkayaan P pada substrat. Selanjutnya ditambahkan pula perlakuan dengan substrat zeocrete tanpa penambahan nutrien (dilambangkan dengan ZK0). Rancangan perlakuan dalam kajian ini didasarkan pada hasil kajian sebelumnya, yaitu oleh Krisanti (2003) yang mendapatkan bahwa P sulit terlepas dari komponen zeolit. Oleh karena itu dalam penelitian ini dicobakan pemberian beberapa tingkat konsentrasi pupuk P pada substrat zeocrete. Adapun alasan penggunaan rasio N/P 30:1 dalam penelitian ini didasarkan pada pengetahuan bahwa pada rasio tersebut media air optimum dalam mendukung kehidupan organisme diatom (Massenreng, 2002). Diatom sangat diharapkan keberadaanya dalam proses budidaya perikanan karena berperan sebagai pakan alami yang memiliki nilai gizi yang baik.

30 13 2. Rancangan Percobaan 2.1 Persiapan Alat dan Bahan Persiapan dimulai dengan mensterilisasi terlebih dahulu media dan semua peralatan yang akan digunakan pada pelaksanaan penelitan. Tujuan sterilisasi agar media beserta alat dan wadah menjadi steril atau bebas dari segala organisme kontaminan. Alat-alat dan wadah yang akan digunakan dicuci sampai bersih dengan sabun terlebih dahulu, kemudian diberi alkohol 70%. Untuk air media digunakan air laut dengan salinitas yang sudah disterilisasi dengan cara merebusnya sampai mendidih, kemudian dilakukan penyesuaian dengan lingkungan yang akan digunakan untuk penelitian Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam tahap persiapan adalah: Stoples 3000 ml, aerator, selang, pipa paralon, saringan bertingkat dengan mesh size 0,425 mm dan 1 mm, ember, baki, lesung, autoclave, dan timbangan digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah HCL, NaOH, pupuk (TSP, Urea dan sodium metasilika) serta akuades Substrat Zeocrete Dalam penelitian ini digunakan substrat zeocrete yang merupakan campuran zeolit, semen putih dan ijuk yang diperkaya oleh kandungan nutrien sediaan biologis dari cairan pupuk teknis. Sebelum dilakukan pencampuran, komponen zeolit yang akan digunakan terlebih dahulu diaktivas i. Aktivasi zeolit dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan zeolit dalam menukar ion-ion yang dikandungnya. Adapun tahapan pengaktivasiannya sebagai berikut: 1. Zeolit yang berupa bongkahan di tumbuk untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil. Zeolit ini kemudian disaring dengan menggunakan saringan bertingkat dengan mesh size 0,425 mm dan 1 mm. Ukuran zeolit yang diinginkan adalah ukuran di antara kedua saringan di atas. 2. Pencucian zeolit dengan menggunakan akuades de ngan tujuan menghilangkan debu-debu yang ada, kemudian zeolit dikeringkan. 3. Tahap pengasaman zeolit dengan menggunakan larutan HCL 0,02 N. Zeolit direndam dalam larutan HCL 0,02 N dengan dosis 50 gram zeolit ke dalam

31 ml selama 24 jam. Setelah itu zeolit dicuci dengan akuades sampai bersih. 4. Ze olit direndam ke dalam larutan NaOH selama 24 jam, kemudian zeolit dicuci dengan a kuades sampai bersih. 5. Tahap terakhir, yaitu tahap pemanasan zeolit dengan menggunakan oven pada suhu 150 o C selama 1 jam. Zeolit yang telah dipanaskan tersebut adalah zeolit yang telah diaktivasi dan siap digunakan untuk membuat substrat. Setelah pengaktivasian, zeolit kemudian dicampurkan dengan cairan pupuk teknis sebagai sumber unsur hara sediaan biologis. Cairan yang digunakan dalam pembentukan substrat zeocrete ini adalah cairan pupuk dengan konsentrasi P yang telah ditentukan. Konsentrasi P yang diberikan adalah 0,02 ; 0,2; dan 2 ppm pada rasio N:P = 30:1 dan satu substrat tanpa pengkayaan unsur hara. Pupuk yang digunakan adalah TSP yang mengandung 32% P2O5, urea yang mengandung 46% nitrogen, serta sodium metasilika yang mengandung 34% Si(OH) 2 (Cara perhitungan pupuk pada Lampiran 1). Substrat zeocrete yang digunakan merupakan substrat padat berbentuk balok. Proses pemadatan dilakukan dengan mencampurkan komponen zeolit yang telah diperkaya oleh cairan pupuk teknis dengan semen dan ijuk. Komposisi ketiga bahan tersebut adalah dua bagian zeolit dicampur dengan satu bagian semen berdasarkan volume, dan ditambahkan ijuk sebanyak 1 kg setiap 50 kg semen. Selanjutnya campuran tersebut dibentuk dalam bentuk balok dengan luas permukaan 3 x 3 cm 2 dengan ketebalan 2 cm. Bentuk penampakan blok substrat dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Bentuk penampakan blok substrat

32 15 Setelah dikeringkan, badan substrat dilapisi dengan lilin kecuali permukaan atasnya. Perlakuan ini dimaksudkan agar proses pelepasan unsur hara yang berasal dari susbtrat hanya melalui melalui permukaan atasnya. Blok substrat tersebut selanjutnya diletakkan dalam stoples yang berisi air laut (Gambar 3). A Gambar 3. Posisi substrat pada stoples, A. Posisi substrat tampak samping, B. Posisi substrat tampak atas B Wadah yang digunakan adalah stoples berkapasitas 2,5 liter sebanyak 20 buah, dengan rincian: lima stoples untuk perlakuan substrat tanpa nutrien serta masing-masing lima stoples untuk setiap perlakuan subtrat bernutrien. Rancangan tata letak stoples yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Susunan stoples dan pipa aerasi Penelitian ini dilakukan di dalam ruang laboratorium tanpa cahaya guna menghindari tumbuhnya algae. Sedangkan kondisi suhu, ph, oksigen terlarut, dan salinitas dijaga agar teta p berada pada rentang kondisi yang mendukung

33 16 proses-proses penyediaan unsur hara N, P, dan Si pada air media. Untuk suhu diupayakan berada pada kisaran ºC, ph pada kisaran 7-8,5, salinitas promil, dan oksigen terlarut 7-11 mg/l. 2.2 Penelitian Persiapan Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Spektrofotometer UV- 160 A Shimadzu, wadah air sample (botol gelap) volume 200 ml sebanyak 20 buah, vacum pump Welch, termometer raksa, refraktometer Atago, ph meter Hanna, DO meter 5509 Lutron, Whatman filter paper, miliophore type HA 0,45 poore size, gelas ukur 50 ml, corong, gelas erlenmeyer, gelas piala, pipet volumetrik, tissue, kapas, kertas label, alumunium foil, baki, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah: substrat zeocrete, air laut bersalinitas promil yang steril, larutan pupuk, akuades serta bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air Pengukuran Kualitas Air Metode pengukuran kualitas air dilakukan terhadap nilai suhu, ph, salinitas, dan oksigen terlarut. Pengukuran kandungan unsur hara pada air media dilakukan di laboratorium. Unsur hara yang diukur meliputi nitrat, ammonia, ortofosfat dan silika. Metode dan alat ukur dalam mengukur nilai dari parameter fisika-kimia air media dapat dilihat pada Tabel.2. Tabel 2. Parameter fisika-kimia serta metode dan alat ukur yang digunakan. No Parameter Metode dan alat ukur Kandungan Unsur Hara Nitrat (mg/l) Amonia (mg/l) Ortofosfat (mg/l) Silika (mg/l) Kualitas Air Suhu air ( o C) Salinitas ( ) Nilai ph Oksigen terlarut (mg/l) Brucine, spektrofotometer Phenate, spektrofotometer Molybdate Ascorbit Acid, spektrofotometer Molybdosilicate, spektrofotometer Termometer, pemuaian Refraktometer, refraksi cahaya ph-meter, elektroda DO-meter, elektroda

34 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel air untuk pengukuran nitrat, amonia, ortofosfat dan silika dilakukan dengan cara mengambil air dalam stoples, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan untuk analisis kualitas air. Pengambilan contoh air dilakukan pada hari ke 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15. C. Analisis data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi yag lebih komprehensif mengenai keberadaan unsur hara N, P dan Si sediaan biologis pada media air laut bersubstrat zeocrete.

35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan Unsur Hara Sediaan Biologis dalam Media Air Laut 1. Amonia Konsentrasi rata-rata amonia pada air media selama periode pengamatan menunjukkan pola yang fluktuatif. Pada awal pengamatan yaitu sebelum media diberi substrat zeocrete, konsentrasi amonia yang diperoleh sebesar 0,6215 mg/l (Lampiran 2). Selanjutnya pada pengamatan hari berikutnya, yaitu setelah substrat berada pada air media, terjadi penurunan konsentrasi untuk semua perlakuan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Kondisi ini diduga karena adanya penyerapan kandungan amonia oleh substrat zeocrete. Hasil pengukuran konsentrasi rata-rata amonia setelah air media diberi substrat zeocrete sampai pada akhir pengamatan berkisar antara 0,0951-0,7599 mg/l (Lampiran 3). Amonia Konsentrasi Pengamatan hari ke- Gambar 5. Konsentrasi rata-rata amonia selama penelitian ZK0 ZK1 ZK2 ZK3 Pada air media dengan substrat tanpa nutrien (ZK0) menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada hari ke-7 amonia pada perlakuan ini tidak mengalami peningkatan, sedangkan pada perlakuan lainnya (konsentrasi P 0,02; 0,2; 2 ppm) meningkat. Hal ini diduga karena pada zeocrete tidak ada pengkayaan nutrien sehingga amonia masih dapat terserap substrat sampai hari ke-7. Amonia pada perlakuan air media yang diberi substrat zeocrete dengan

36 19 konsentrasi P 2 ppm (ZK3) berkisar antara 0,1140 0,7599 mg/l, nilai ini relatif tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pola kandungan ammonia yang berfluktuasi diduga sebagai bentuk aktivitas penyerapan dan pelepasan unsur hara oleh substrat. Kandungan amonia yang dilepaskan selain berasal dari unsur N yang terkandung pada zeolit juga berasal dari proses penguraian urea. Selanjutnya kandungan amonia yang diserap substrat terjadi melalui mekanisme pengisian rongga. Amonia yang terserap kemudian terikat pada substrat dalam bentuk ion amonium (NH + 4 ). Kandungan unsur hara yang cenderung meningkat didasarkan pada sifat zeolit sebagai salah satu komponen penyusun substrat zeocrete. Zeolit tidak melepaskan unsur hara secara sekaligus, tetapi dilepaskan perlahan-lahan sejalan dengan waktu. Dapat diduga lepasan unsur hara merupakan fungsi waktu. Sesuai dengan pernyataan Suwardi (2002) zeolit dapat mengikat dan menyimpan air dan pupuk sementara dan melepasnya kembali serta berfungsi sebagai penyedia lambat (slow release agent) yang mengatur pelepasan unsur hara dalam air. 2. Nitrat Pola penurunan kandungan nutrien pada air laut oleh substrat zeocrete sebelum perlakuan diberikan pada air media kembali ditunjukkan pada awal pengamatan kandungan nitrat (Gambar 6). Konsentrasi nitrat media sebelum diberi perlakuan sebesar 0,4400 mg/l. Kemudian setelah diberi perlakuan, terjadi penurunan konsentrasi yang berkisar antara 0,0102-0,1096 mg/l. Hal ini dikarenakan adanya proses pengisian rongga pada substrat meskipun telah dilakukan pengkayaan nutrien. Perbedaan kandungan nutrien yang terserap pada keempat perlakuan menunjukkan perbedaan besaran rongga substrat. Besaran rongga merupakan salah satu faktor dalam penyeleksian molekul yang akan terikat pada zeolit (Sherman 1978). Hasil pengukuran nitrat untuk semua perlakuan sampai pada akhir pengamatan berkisar antara 0,2746-0,9217 mg/l (Lampiran 3) dan menunjukkan

STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO

STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO STUDI LEPASAN UNSUR HARA DARI SUBSTRAT ZEOCRETE DENGAN TINGKAT RASIO N:P YANG BERBEDA WIDIATMOKO DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fitoplankton Chaetoceros sp. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum Heterokontophyta, kelas Bacillariophyta) berbentuk uniseluler, walaupun demikian terdapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 2010 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI 2 STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold 1 I. PENDAHULUAN Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA (Paheodactylum sp., Chaetoceros sp., DAN Pavlova sp.) PADA BERBAGAI TINGKAT KANDUNGAN UNSUR HARA NITROGEN, FOSFOR DAN SILIKAT (Composition and Abundance

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan 2.2. Ekosistem Mengalir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan 2.2. Ekosistem Mengalir 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk UZA dan Pupuk Urea Pril Ditinjau dari Laju Konsentrasi Amonium dan Nitrat yang Terbentuk Perbandingan laju pelepasan nitrogen dari pupuk

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG RYAN KUSUMO ADI WIBOWO SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah, dikelompokan dalam filum Thalophyta karena tidak memiliki akar,

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, oleh karena itu kualitas air perlu dipertahankan sesuai dengan peruntukannya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp. 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan tanaman yang mendominasi lingkungan perairan. Morfologi mikroalga berbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 TANAH PERTANIAN Pertanian berasal dari

Lebih terperinci

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA 4.DAUR BIOGEOKIMIA 4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA Dalam lingkungan, unsur-unsur kimia termasuk juga unsur protoplasma yang penting akan beredar di biosfer mengikuti jalur tertentu yaitu dari lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

Lestari Alamku, Produktif Lahanku KOMPOS ORGANIK GRANULAR NITROGEN Reaksi nitrogen sebagai pupuk mengalami reaksirekasi sama seperti nitrogen yang dibebaskan oleh proses biokimia dari sisa tanaman. Bentuk pupuk nitrogen akan dijumpai dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN Elemen esensial: Fungsi, absorbsi dari tanah oleh akar, mobilitas, dan defisiensi Oleh : Retno Mastuti 1 N u t r i s i M i n e r a l Jurusan Biologi, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen Kualitas air merupakan salah satu sub sistem yang berperan dalam budidaya, karena akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota

Lebih terperinci

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Logam Logam Berat Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Logam Logam Berat Tanah TINJAUAN PUSTAKA Logam Logam Berat Tanah Larutan tanah mengandung berbagai zat terlarut berbentuk ion, baik kation maupun anion. Kation yang umum terdapat dalam larutan tanah ialah H +, Al 3+, Fe 3+ (dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp. 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Mikroalga diartikan berbeda dengan tumbuhan yang biasa dikenal walaupun secara struktur tubuh keduanya memiliki klorofil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C64102057 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencernaan Nitrogen di Rumen Nitrogen merupakan senyawa yang penting bagi ternak ruminansia. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T. SIDANG SKRIPSI Peran Mikroorganisme Azotobacter chroococcum, Pseudomonas putida, dan Aspergillus niger pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Cair Industri Pengolahan Susu Oleh: Fitrilia Hajar Pambudi Khalimatus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci