KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAPULAGA SABRANG (Ellettaria cardamomum Maton) VARIETAS MALABAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAPULAGA SABRANG (Ellettaria cardamomum Maton) VARIETAS MALABAR"

Transkripsi

1 1 KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAPULAGA SABRANG (Ellettaria cardamomum Maton) VARIETAS MALABAR (FINANCIAL FEASIBILITY OF CARDAMOM SABRANG FARMING (Ellettaria cardamomum Maton) MALABAR VARIETIES) Nana Koswana 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dedi Darusman 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Hj. Rina Nuryati 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRACT This study aims to determine the Cardamom cultivation techniques and determine the feasibility of Cardamom farming seen from the financial aspect. This research used case study method on farmers who farm Cardamom in the village of Bojong Langkaplancar District, Ciamis district as one of the Cardamom central in west Java. Information about Cardamom cultivation techniques based on direct interviews with respondents, while the financial feasibility analysis used is NPV (Net Present Value), Net B / C (Net of Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) and Payback Periods. The results of this research show that the views from technical aspects of Cardamom farming cultivation by the respondent was done with the recommendation. Financial feasibility analysis at the rate of 10 percent show that the NPV is Rp , the value of Net B / C of 1,01 and an IRR of 10,48 percent and Payback Periods time is 4 years 6 months. So the views by the financial aspects of Cardamom farming conducted by the respondent is feasible to business. Key Words: Cardamom, Financial Analysis, Cultivation Techniques, Financial Feasibility.

2 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik budidaya Kapulaga serta mengetahui kelayakan usahatani Kapulaga dilihat dari aspek finansialnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus pada seorang petani yang melakukan usahatani Kapulaga di Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis sebagai salah satu daerah sentra Kapulaga. Informasi mengenai teknik budidaya Kapulaga diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, sementara analisis kelayakan finansial yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit of Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) dan Payback Periods. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknis budidaya usahatani Kapulaga yang dilakukan oleh responden telah sesuai dengan anjuran. Sementara berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Discount Factor sebesar 10 persen menunjukan bahwa nilai NPV adalah sebesar Rp , nilai Net B/C sebesar 1,01 dan IRR sebesar 10,48 persen serta Payback Periods selama 4 tahun 6 bulan. Sehingga dilihat dari aspek finansial usahatani Kapulaga yang dilaksanakan oleh responden masih layak untuk diusahakan. Kata kunci: Kapulaga, Teknik budidaya, Analisis finansial, Kelayakan finansial. I. PENDAHULUAN Rempah-rempah merupakan komoditas yang memegang peranan penting dalam perdagangan dunia sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan nilai dari rempahrempah dianggap setara dengan nilai logam mulia. Sejak dulu Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan penghasil rempah-rempah terbaik dunia, sejarah juga mencatat bahwa datangnya para penjajah berawal dari petualangan mereka mencari rempah-rempah, hal ini membuktikan jika rempah-rempah telah menjadi salah satu ciri khas dan identitas bangsa sejak dulu. Adapun beberapa komoditas rempah-rempah Indonesia yang hingga kini tetap menjadi primadona di perdagangan dunia antara lain adalah Lada, Pala, Vanila, Kayu Manis, Cengkeh, Cabe, Jahe dan Kapulaga. Salah satu tanaman rempah-rempah yang memiliki potensi yang menjanjikan adalah Kapulaga. Pada awalnya Kapulaga merupakan tanaman

3 3 rempah-rempah yang tumbuh liar di hutan hutan Indonesia. Karena mempunyai berbagai manfaat dan digemari banyak orang kemudian Kapulaga mulai dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Buah Kapulaga merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, minyak gosok, bumbu masak dan kosmetika sehingga Kapulaga memiliki prospek pasar yang sangat luas. Saat ini Kapulaga memiliki peluang yang besar untuk menjadi komoditas unggulan bagi para pelaku usahatani. Potensi pasar dalam negeri dan luar negeri dari Kapulaga masih terbuka lebar. Untuk potensi pasar dalam negeri dapat dilihat dari adanya kebiasaan masyarakat Indonesia dalam meminum jamu. Survey perilaku konsumen dalam negeri menunjukkan 61,3 persen responden mempunyai kebiasaan meminum jamu tradisional ( Ini adalah potensi besar untuk mengembangkan pasar domestik dari produk biofarmaka seperti Kapulaga. Melihat pasar baik domestik maupun luar negeri yang masih begitu terbuka lebar maka potensi dari pembudidayaan Kapulaga memang cukup menjanjikan. Dilihat dari karakteristik habitatnya, Kapulaga merupakan tanaman yang cocok untuk dibudidayakan di Indonesia yang iklim tropis. Kapulaga akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara meter diatas permukaan laut dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara mm/tahun dan suhu udara yang berkisar antara C ( Sehingga berdasarkan karakteristik habitatnya Kapulaga memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra Kapulaga di Indonesia. Sentra produksi utama Kapulaga di propinsi Jawa Barat terdapat di Kabupaten Ciamis yang tersebar di tujuh kecamatan yakni Kecamatan Panawangan, Sadananya, Cidolog, Pamarican dan Langkaplancar. Adapun sentra produksi utama Kapulaga di Kabupaten Ciamis sendiri terdapat di Kecamatan Langkaplancar (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2011). Sebagai salah satu komoditas pertanian yang potensial Kapulaga diharapkan mampu menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten

4 4 Ciamis. Namun dilihat dari jumlah produksi, produktivitas maupun kualitas dari Kapulaga yang dihasilkan ternyata saat ini masih tergolong rendah. berdasarkan kondisi riel yang terjadi di lapangan hal ini terjadi akibat masih terbatasnya pengetahuan dan informasi yang diperoleh petani mengenai teknik budidaya yang baik dan benar (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2011). Pengembangan tanaman Kapulaga sebagai salah satu komoditas pertanian yang potensial pada akhirnya harus bermuara pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan petani, sehingga perlu diketahui gambaran mengenai bagaimana kelayakan usahatani Kapulaga dilihat dari aspek finanasialnya. Dalam era pertanian modern yang berbasis perdagangan global seperti saat ini aspek finansial merupakan hal yang sangat penting untuk dianalisa. Namun saat ini informasi yang dapat diperoleh oleh petani mengenai hal tersebut masih sangat terbatas, sehingga perlu adanya studi yang mendalam mengenai bagaimana kelayakan usahatani Kapulaga dilihat dari aspek finansialnya. Sejalan dengan masih terbatasnya informasi mengenai teknik budaya Kapulaga yang benar serta terbatasnya informasi mengenai kelayakan usahatani Kapulaga dilihat dari aspek finasialnya, maka penulis menganggap perlu adanya studi yang mendalam mengenai hal tersebut berdasarkan kondisi riel yang terjadi di lapangan. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus pada seorang petani di Desa Bojong, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis. Responden dipilih atas dasar pertimbangan bahwa responden merupakan petani yang paling intensif dalam pembudidayaan tanaman Kapulaga, memiliki kondisi lahan yang memadai, serta berada di daerah salah satu sentra Kapulaga Kabupaten Ciamis. Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer, diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner sebagai panduan kepada responden di daerah penelitian. Data Sekunder, diperoleh dari data kelompok tani di daerah penelitian, data dari pemerintahan desa daerah penelitian, serta berbagai

5 5 sumber pustaka lain seperti buku, artikel, internet, serta jurnal penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian ini. B. Kerangka Analisis Analisis finansial dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat dari Abdul Choliq, dkk. (1999), yang menyatakan bahwa kriteria investasi yang dapat digunakan dalam analisis finansial diantaranya adalah : 1. Net present value (NPV) 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C ratio) 3. Internal Rate of Return (IRR) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present value) dari selisih antara manfaat dengan biaya pada tingkat suku bunga tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya, nilai NPV dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Keterangan: DF : Discount Factor i : Suku Bunga yang berlaku saat ini n : Lamanya periode waktu Kaidah keputusan dari analisis NPV adalah : Jika nilai NPV > 0, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan Jika nilai NPV = 0, maka usaha tersebut berada pada titik impas Jika nilai NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan Net B/C (Net Benefit of Cost Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. menunjukkan berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari setiap unit biaya yang dikeluarkan, nilai Net B/C dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: t n t t n t t

6 6 Kaidah keputusan dari Net B/C adalah : Jika nilai Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan Jika nilai Net B/C = 1, maka usaha tersebut itu impas Jika nilai Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan Internal rate of return (IRR) adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Dengan demikian, untuk mencari IRR kita harus menaikan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0, IRR dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Keterangan: i 1 = Discount Factor pertama dimana diperoleh NPV positif i 2 = Discount Factor kedua dimana diperoleh NPV negatif Jika nilai IRR lebih besar daripada suku bunga bank yang berlaku pada saat ini, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini tidak hanya mengukur kriteria investasi tetapi juga mengukur kecepatan kembalinya modal yang diinvestasikan dengan menggunakan analisis Payback Periods. Adapun rumusrumus yang dapat digunakan untuk menghitung Payback Periods dengan menggunakan Net Benefit Kumulatif adalah sebagai berikut: Keterangan: T = Tahun produksi dimana diperoleh Net Benefit Kumulaitf terkecil NBK - = Net Benefit Kumulatif negatif terkecil NB + = Net Benefit positif dimana diperoleh Net positif pertama Mengantisipasi kemungkinan adanya penurunan pada harga jual produk atau pun adanya kenaikan biaya, terutama biaya operasional sehingga biaya produksi meningkat dan menyebabkan turunnya penerimaan atau benefit dari yang diharapkan maka perlu dilakukan Analisis Sensitivitas.

7 7 III. PEMBAHASAN A. Aspek Teknis Budidaya Kapulaga 1. Persiapan Lahan Pengolahan lahan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya Kapulaga. Pengolahan lahan pada budidaya Kapulaga yang dilakukan oleh responden meliputi penggemburan tanah, pembuatan drainase dan pembutan lubang tanam. Menurut Hieronymus Budi Santoso (1991), Pada umumnya Kapulaga akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan kondisi yang gembur d n n d r j t k s m n s k t r 5 6,8 d n k y k n b h n or n k. S l n tu Kapulaga tidak tahan terhadap kekeringan dan genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik. 2. Pemilihan Bibit dan Waktu Tanam Bibit yang digunakan oleh responden dihasilkan dari pembiakan secara vegetatif yaitu dengan cara mengambil tunasnya. Untuk mendapatkan anakan yang baik perlu diperhatikan beberapa hal seperti tanaman induk sudah berumur minimal 1 tahun dan anakan atau tunas yang hendak dijadikan bibit harus sudah memiliki 3-5 helai daun serta sudah memiliki satu atau dua bakal tunas, tujuannya agar Kapulaga dapat tumbuh dengan cepat dan segera menghasilkan tunas baru. 3. Penanaman Penanaman Kapulaga dilakukan sekitar dua minggu setelah pengolahan lahan selesai dan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan atau sekitar Bulan Oktober atau November mengingat tanaman ini sangat rentan terhadap kekeringan. Meskipun demikian menurut keterangan responden penanaman diluar musim penghujan dapat saja dilakukan namun harus disertai dengan penyiraman setiap pagi dan sore untuk menjaga kelembaban tanahnya. 4. Penyiangan dan Penggemburan Tanah Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menimbulkan adanya kompetisi dalam penyerapan unsur hara antara tanaman Kapulaga dengan gulma atau pun menjadi penyebab datangnya hama dan penyakit yang menjadikan gulma sebagai inangnya. Penyiangan dalam budidaya Kapulaga khususnya dilakukan pada saat rumpun Kapulaga masih sedikit yaitu pada tahun-tahun pertama sejak penanaman karena ketika rumpun telah rimbun

8 8 pertumbuhan gulma dapat terhambat dengan sendirinya. Untuk proses penyiangan pada budidaya Kapulaga dilakukan sebanyak empat kali per tahun bersama dengan proses pemangkasan batang tua dan penggemburan tanah. Penggemburan tanah dilakukan untuk mempermudah perkembangan akar sehingga dapat menunjang terhadap pertumbuhan tanaman secara optimal. Aplikasi penggemburan tanah dilakukan sebanyak empat kali per tahun bersama penyiangan, kegiatan ini dilakukan sebelum proses pemupukan. 5. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya tanaman termasuk budidaya Kapulaga karena pemupukan terkait langsung dengan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sejak pengolahan lahan pemberian pupuk dasar merupakan langkah awal untuk Kapulaga. memberikan cadangan nutrisi bagi Pemupukan rutin untuk tanaman Kapulaga yang dilakukan oleh responden dilakukan sebanyak empat kali dalam satu tahun, namun untuk pemupukan pada tahun pertama penanaman memiliki waktu dan dosis pemberian pupuk yang berbeda dengan pemupukan rutin berikutnya. Adapun rincian mengenai waktu dan dosis pemupukan budidaya Kapulaga tersaji pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Dosis dan Waktu Pemupukan Kapulaga Tahun Pertama Penanaman No Dosis Waktu Pemupukan Pupuk (gr/rumpun) 1 15 Hari setelah tanam Urea Bulan setelah tanam Organik Bulan setelah tanam KCL Bulan setelah tanam SP36 KCL Tabel 7. Dosis dan Waktu Pemupukan Kapulaga Tahun Ke-1 samapai Ke-5 Dosis No Waktu Pemupukan Pupuk (gr/rumpun) Tahun ke-1 Tahun ke Pemupukan rutin pertama Organik Pemupukan rutin ke dua Urea Pemupukan rutin ke tiga KCL Pemupukan rutin ke empat SP36 KCL

9 9 6. Pemangkasan Batang Tua Perkembangan tanaman Kapulaga Sabrang Varietas Malabar seperti yang diusahakan responden relatif cepat yaitu mencapai 3 4 tunas baru per bibit per tahunnya, namun masa produktif batang hanya sekitar 2 2,5 tahun sehingga perlu dilakukan pemangkasan terhadap batang yang sudah tidak produktif untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang menghasilkan tandan buah. Pemangkasan batang tua dilakukan bersamaan dengan proses penyiangan dan penggemburan tanah. Pemangkasan batang tua harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena batang yang harus dibersihkan adalah batang yang sudah benar-benar mati sehingga tidak mengganggu terhadap proses pertumbuhan buah dan pertumbuhan batang yang lain, selain itu dalam aplikasinya juga harus dilakukan dengan hatihati mengingat biasanya batang yang sudah tidak produktif atau mati berada di tengah rumpun. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Saat ini masih jarang ditemui kasus-kasus yang menghawatirkan yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit terhadap tanaman Kapulaga, dengan kata lain tingkat dan frekuensi serangan hama dan penyakit tanaman Kapulaga relatif rendah. Meskipun demikian responden dalam penelitian ini tetap melakukan antisipasi dengan melakukan pemberian pestisida sebagai penanggulangan terhadap serangan hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kapulaga. Aplikasi pestisida dilakukan bersama dengan aplikasi pupuk urea dengan dosis 2 Kg untuk lahan seluas m 2. Hieronymus Budi Santoso (1991) mengungkapkan, hama yang mungkin menyerang tanaman Kapulaga adalah kutu, ulat pemakan daun, penggerek batang, penggerek buah dan kumbang pemakan daun. Untuk mengendalikannya dapat digunakan insektisida sesuai dengan anjuran. Adapun untuk penyakit yang dapat menyerang tanaman Kapulaga antara lain penyakit Mozaik, penyakit busuk daun dan penyakit busuk akar. Berbagai penyakit yang dapat menyerang tanaman Kapulaga umumnya disebabkan oleh cendawan, secara kualitatif dapat

10 10 dikendalikan dengan fungisida sesuai anjuran dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari tanaman dalam kondisi tergenang oleh air. 8. Pemanenan Waktu dan cara pemanenan akan berpengaruh terhadap mutu buah atau biji Kapulaga yang dihasilkan sehingga waktu dan cara pemanenan harus dilakukan dengan benar agar mutu produksi yang dihasilkan berkualitas baik. Panen pertama untuk Kapulaga Sabrang varietas Malabar seperti yang diusahakan responden dimulai sejak umur 8 bulan atau sesuai dengan musim panen yaitu sekitar bulan September atau Oktober. Adapun beberapa ciri dari buah Kapulaga siap panen adalah sebagai berikut: Sisa mahkota bunga telah kering dan gugur Buah sudah berwarna kuning pucat atau ungu pucat Kulit buah sudah sedikit berkerut Untuk buah yang sudah tua sekali bijinya akan mudah lepas dari tandan Setelah tanda-tanda panen diketahui maka cara panen Kapulaga adalah dengan memotong tangkai tandan buah tepat dibawah dompolan buah paling bawah dengan menggunakan pisau tajam, setelah itu tandan-tandan buah tersebut dikumpulkan dan kemudian buah dipipil dari tandan. Masa panen Kapulaga varietas Malabar ini berlangsung secara bertahap selama jangka waktu sekitar empat bulan atau jika masa awal panen biasanya berlangsung pada bulan September maka akan berakhir pada akhir bulan Desember. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas hasil yang optimal, pemanenan dilakukan hanya pada buah yang sudah memenuhi kriteria kematangan yang sesuai. 9. Pengeringan Buah yang telah dipipil dari tandan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan dengan oven pengering. Jika pengeringan dilakukan dengan sinar matahari pada intensitas penyinaran seperti musim kemarau maka akan berlangsung selama sekitar 4-5 hari sedangkan jika dengan oven pengering hanya berlangsung sekitar 2 hari. Buah Kapulaga dikeringkan hingga kadar air mencapai persen, atau biasanya dari 10 Kg kapulaga basah akan menjadi sekitar 2 Kg Kapulaga kering. Responden dalam

11 11 penelitian ini menggunakan oven pengering dalam proses pengeringan sehingga proses pengeringan berlangsung lebih cepat. B. Aspek Finansial Budidaya Kapulaga Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria (NPV, Net B/C, IRR) dan Payback Periods. 1. Biaya Investasi Sesuai dengan konsep dari Abdul Choliq, dkk. (1994) yang menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang dikelurkan mulai dari proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut menghasilkan maka biaya investasi dalam penelitian ini tersaji dalam Tabel 8. Tabel 8. Biaya Investasi Usahatani Kapulaga No Uraian Volume Satuan Harga/Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Pembelian bibit Kapulaga Batang Pembelian bibit Albasiah 56 Batang Tenaga Kerja 150 HOK Pembelian pupuk kimia Kg Pembelian pupuk organik Kg Pembelian ZPT (80 ml) 1 Buah Pembelian Pestisida 2 Kg Pembelian Peralatan 1 Paket Pembuatan Oven 1 Unit Total Biaya Operasional Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan selama umur proyek usahatani Kapulaga ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Operasional Usahatani Kapulaga No Biaya Tahun Produksi 0 (Rp) 1 (Rp) 2 (Rp) 3 (Rp) 4 (Rp) 5 (Rp) 1 Pupuk Kimia Pupuk Organik ZPT Pestisida Tenaga Kerja Panen Pengeringan Jumlah

12 12 3. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual. Dalam penelitian ini penerimaan bersumber dari penjualan Kapulaga kering dan penerimaan dari input lain berupa penjualan kayu Albasiah sebagai pohon naungan pada akhir periode proyek. Kapulaga Sabrang varietas Malabar mulai berbuah sejak umur 8 bulan setelah tanam. Berdasarkan keterangan dari responden diketahui bahwa puncak produksi terjadi pada tahun ke-4 dan ke-5 proyek dengan produktifitas rata-rata per rumpun mencapai 1,25 Kg Kapulaga basah. Adapun data lebih lengkap mengenai jumlah produksi Kapulaga per tahun dan penerimaan yang diperoleh tersaji dalam Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Produksi per Tahun dan Jumlah Penerimaan Usahatani Kapulaga No Tahun Produksi Produksi (Kg) Harga Jual Jumlah Basah Kering (Rp/Kg) (Rp) 1 Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke Total Hasil produksi dijual dalam bentuk Kapulaga kering dengan nilai penyusutan sebanyak 80 persen atau dari 1 Kg Kapulaga basah akan menjadi 200 gr Kapulaga kering. Responden biasanya melakukan penjualan ke pengepul tingkat desa, adapun harga jual Kapulaga kering yang berlaku pada saat dilakukan penelitian adalah sebesar Rp /Kg sehingga total penerimaan dari penjualan Kapulaga selama umur proyek yang diperoleh oleh responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp Nilai jumlah produksi diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan renponden. Puncak produksi berlangsung pada tahun ke-4 dan ke-5 proyek dengan produksi mencapai Kg Kapulaga basah atau mencapai rata-rata 1,25 Kg per rumpun. Produktivitas rata-rata Kapulaga Sabrang vaietas Malabar mencapai 4,2-4,5 ton per Ha ( Jika dilihat dari produksi tertinggi yang diperoleh oleh responden maka produktifitas dari Kapulaga yang dibudidayakannya lebith tinggi dari produktifitas rata-rata yaitu

13 13 mencapai 6,25 ton per Ha. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknik budidayanya responden telah mampu mengelola usahataninya dengan baik. Pada tahun ke-5 proyek, diperoleh nilai input lain yang berasal dari penjualan kayu Albasiah sebagai pohon naungan. Jarak tanam pohon naungan di lokasi penelitian adalah meter, dengan lahan seluas m 2 maka jumlah pohon naungan yang ditanam oleh responden adalah sebanyak 56 pohon. Harga jual rata-rata dari kayu Albasiah dikalangan petani pada umur 5-6 tahun yang berlaku di daerah penelitian adalah sebesar Rp /pohon sehingga total pendapatan dari input lain yang diperoleh responden adalah Rp NPV, Net B/C, dan IRR Suku bunga pinjaman yang berlaku saat penelitian adalah sebesar 10 persen. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman dari Bank BRI yang brelaku pada tahun 2012 ( Besarnya NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh dari usahatani Kapulaga untuk jumlah rumpun sebanyak rumpun pada lahan tanam seluas 5600 m 2 produksi selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 11. dengan periode Tabel 11. NPV, Net B/C, dan IRR Usahatani Kapulaga pada Tingkat Suku Bunga 10 Persen. No Uraian Jumlah 1 Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit of Cost Ratio (Net B/C) 1,01 3 Internal Rate of Return (IRR) 10,48% Tabel 11 menunjukkan, bahwa pada Discount Factor sebesar 10 persen per tahun usahatani Kapulaga untuk skala usaha seperti yang diusahakan oleh responden mempunyai nilai Net Present Value (NPV) positf sebesar Rp Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 10 persen responden masih dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp Hasil perhitungan Net Benefit of Cost Ratio (Net B/C) diperoleh nilai sebesar 1,01. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 modal yang dikeluarkan pada usahatani Kapulaga akan memperoleh benefit atau penerimaan sebesar Rp 1,01. Nilai Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan tingkat kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Nilai IRR dari proyek yang diusahakan oleh responden adalah sebesar 10,48 persen, hal ini berarti bahwa tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh responden adalah sebesar 10,48 persen per

14 14 tahun, dengan kata lain nilai IRR yang diperoleh lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat penelitian yaitu sebesar 10 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan analisis finansial dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR menunjukkan bahwa usahatani Kapulaga yang diusahakan oleh responden masih layak untuk diusahakan. Meskipun demikian, jika mengacu pada suku bunga pinjaman Bank BRI pada tingkat suku bunga sebesar 13 persen maka proyek tersebut tidak layak lagi untuk diusahakan, hal ini menunjukkan bahwa usahatani Kapulaga yang diusahakan oleh responden memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kerugian. Dilihat dari tingkat produksi maupun produktivitas dari usahatani Kapulaga yang diusahakan oleh responden sebenarnya responden telah mampu mengelola usahataninya dengan baik, namun akibat beberapa faktor seperti masih relatif rendahnya harga jual mengakibatkan rendahnya tingkat kelayakan finansial dari usahatani tersebut. Selain itu beberapa penggunaan sumber daya seperti penggunaan pupuk sebenarnya mungkin saja dapat lebih diefisienkan sehingga dapat mengurangi tingginya biaya operasional dan meningkatkan tingkat kelayakan usaha. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerawanan tersebut adalah dengan meningkatkan harga jual. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga jual adalah dengan mengoptimalkan peranan kelompok tani yang telah dibentuk, kelompok tani tersebut harus menjadi wadah yang mampu membentuk jaringan langsung dengan pedagang besar ataupun eksportir sehingga harga jual produk ditingkat petani dapat lebih tinggi dan masalah fluktuasi harga yang merugikan petani dapat diantisipasi dengan baik. Upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi masalah fluktuasi harga yang merugikan petani adalah dengan melibatkan peran pemerintah, diantaranya dengan cara memberikan kredit pinjaman dengan bunga yang rendah kepada petani atau pun dengan memberikan pembinaan tentang pengolahan hasil yang baik dan benar agar kualitas hasil produksi dapat sesuai dengan kriteria mutu internasional sehingga nilai harga jual pun dapat ditingkatkan.

15 15 5. Payback Periods Payback periods merupakan perhitungan untuk mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang diinvestasikan dari suatu proyek melalui keuntungan yang diperoleh dari proyek tersebut. Perhitungan payback periods dilakukan dengan menghitung Net Benefit Kumulatif. Hasil perhitungan payback periods menunjukan bahwa jangka waktu pengembalian modal yang dibutuhkan dalam usahatani Kapulaga adalah 54 bulan atau 4 tahun 6 bulan. Hal ini berarti bahwa modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usahatani Kapulaga baru dapat dikembalikan setelah umur proyek berlangsung 4 tahun 5 bulan bulan. Rincian lebih jelas mengenai perhitungan payback periods dapat dilihat pada Lampiran Sensitivity Analysis Analisis Sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil proyek jika ada suatu kekeliruan dan ketidaktepatan perkiraan biaya dan benefit yang telah diproyeksikan, seperti terjadi kenaikan biaya operasional dan penurunan harga jual produk, sehingga menurunkan benefit dan lain-lain. Analisis Sensitivitas dalam penelitian ini hanya dilakukan dengan simulasi penurunan harga jual Kapulaga kering sebesar 10 persen. Hal ini didasarkan atas keterangan responden yang menyatakan bahwa harga terendah dari Kapulaga kering yang pernah terjadi adalah sebesar Rp /Kg dan tidak ada perubahan yang signifikan dari meningkatnya biaya oprasional selama proyek berlangsung baik dari harga pupuk maupun upah tenaga kerja. Tabel 12. Simulasi Penurunan Harga Jual Kapulaga terhadap Indikator Kelayakan Usahatani Kapulaga Penurunan Harga Jual Indikator Kelayakan NPV Net B/C IRR (%) Aktual Rp ,01 10,48 10 % (Rp ) 0,82 5,1 Simulasi apabila terjadi penurunan harga jual sebesar 10 persen pada Discount Factor 10 persen ternyata mengakibatkan kerugian sebesar Rp Tabel 12 juga menunjukkan bahwa pada simulasi penurunan harga 10 persen proyek hanya mampu mengembalikan kredit pada suku bunga 5,1 persen, sehingga jika terjadi penurunan harga jual sebesar 10 persen dengan tingkat bunga

16 16 pinjaman sebesar 10 persen maka usahatani Kapulaga tidak layak lagi untuk diusahakan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara umum teknis budidaya Kapulaga yang dilaksanakan oleh responden telah sesuai dengan anjuran dalam standar operasonal prosedur (SOP) yang berlaku. 2. Hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR pada Discount Factor 10% menunjukan bahwa nilai NPV sebesar Rp , nilai Net B/C sebesar 1,01 dan IRR sebesar 10,48% serta Payback Periods selama 4 tahun 6 bulan. Sehingga dilihat dari aspek finansial usahatani Kapulaga yang dilaksanakan oleh responden masih layak untuk diusahakan. B. Saran Berdasarkan hasil kesimmpulan, maka saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai dari analisis finansial usahatani Kapulaga dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kelayakan yang kecil akibat relatif rendahnya harga jual, sehingga bagi petani direkomendasikan untuk lebih mengoptimalkan peran dan fungsi kelompok tani agar mampu menjadi wadah yang dapat membuat jaringan yang kuat dengan pedagang besar ataupun eksportir sehingga harga jual produk ditingkat petani dapat lebih tinggi. 2. Hasil analisis kelayakan finiansial menunjukan bahwa usahatani Kapulaga memiliki kerawanan yang tinggi terhadap kerugian, sehingga bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan berupa pemberian kredit berbunga rendah atau pun memberikan bantuan berupa pembinaan untuk pengolahan hasil serta lembaga pemasaran yang mempunyai jaringan langsung dengan pasar internasional agar produk yang dihasilkan mampu bresaing dipasar internasional dan bernilai jual lebih tinggi.

17 17 3. Penelitian ini dititik beratkan pada analisis kelayakan finansial dari usahatani Kapulaga, sehingga bagi penulis selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengnai komoditas Kapulaga direkomendasikan untuk meneliti mengenai analisis pemasaran untuk mengetahui pola pemasarannya dan seberapa besar nilai farmer share yang diterima oleh petani sehingga diharapkan dapat ditemukan suatu solusi yang tepat untuk meningkatkan keuntungan bagi petani. V. DAFTAR PUSTAKA Abdul Choliq, Rivai Wirasasmita, dan Sumarna Hasan, Evaluasi Proyek. Penerbit Pionir Jaya. Bandung. Asosiasi Petani Kapulaga, Investasi Kapulaga (Online). Tersedia: (Agustus, 2012) Ayu Ida Fitria, Budidaya Kapulaga (Online). Tersedia: budidaya-kapulaga. (Juni, 2012). Bank Indonesia, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) (Online). Tersedia: (Juli, 2012) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Standar Operasional Prosedur (SOP) Kapulaga. Pemerintah Kabupaten Ciamis. Hero Purba, Peluang Peningkatan Ekspor Minyak Atsiri (Online). Tersedia: (Juni, 2012). Hieronymus Budi Santoso, Kapulaga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hieronymus Budi Santoso, Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Husin Rayes, Potensi Ekspor Rempah-rempah Indonesia (Online). Tersedia: (Juni, 2012). Price Gittinger, Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI. Perss. John Hopkins. Jakarta. Wikipedia, Kapulaga (Online). Tersedia: (Juni 2012).

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Pipihnuraeni01@gmail.com Betty Rofatin 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Aramita27@gmail.com Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Heryadiday63@yahoo.co.id

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lada Menurut Sarpian (Lilik Wuriyanto, 2012) tanaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Destriyuliani054@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas

Lebih terperinci

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk ke dalam jenis hortikultura sayuran yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor hortikultura Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Naga Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhijus),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN (Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT Vera Anastasia Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl.Prof.A.Sofyan No.3 Medan HP: 85296624812 E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU J. Agroland 22 (2) : 70-75, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Analysis of Financial

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Umur mempengaruhi kinerja seseorang dalam bertani tidak terkecuali petani pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA INTENSIF TANAMAN PALA DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS (The Financial Feasibility Analysis Of Nutmeg Intensive Cultivation in Gisting District of Tanggamus

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L) (Studi kasus pada seorang petani manggis di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelapa sawit Kelapa sawit merupakan tanaman multiguna. Tanaman ini mulai banyak menggantikan

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal. 354-365 ISSN 2302-1713 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KELAPA KOPYOR DI KECAMATAN DUKUHSETI KABUPATEN PATI Ratna Kusumawati Suwarto Erlyna Wida Riptanti

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI (Studi Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan) WANDA ARUAN, ISKANDARINI, MOZART Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail

Lebih terperinci

RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA

RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA Elinda Agustin 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Elinda.agustin90@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci