TINJAUAN PUSTAKA. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Buah belimbing adalah nama Melayu untuk jenis tanaman buah dari keluarga Oxalidaceae, marga Averrhoa. Tanaman belimbing dibagi menjadi dua jenis, yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing asam (Averrhoa bilimbi) atau lazim disebut belimbing wuluh. Klasifikasi ilmiah untuk belimbing wuluh adalah sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) : Angiospermae (berbiji tertutup) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) : Oxalidales (suku belimbing-belimbingan) : Oxalidaceae : Averrhoa : Averrhoa bilimbi Linnaeus (belimbing wuluh) Belimbing wuluh merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun. Tinggi pohon dapat mencapai 5-10 m. Batang utama pendek, bergelombang dan bercabang rendah. Daunnya majemuk, menyirip berselang-seling dengan jumlah pasang anak daun. Buah berbentuk silinder agak pentagonal dengan panjang 5-10 cm dengan bobot sekitar 20 gram. Buah pertama muncul setelah tanaman berumur 4 sampai 5 tahun. Buah belimbing wuluh mengandung banyak air dan rasanya asam segar. Buah muda berwarna hijau dengan sisa kelopak bunga menempel di ujungnya. Buah masak berwarna kuning atau kuning pucat (Subhadrabandhu, 2001). Gambar 1. Tanaman dan Buah Belimbing Wuluh. Sumber : 3

2 Zakaria et al. (2007) melaporkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, flavonoid dan pektin. Susunan kimia yang terkandung dalam belimbing wuluh yaitu asam amino, asam sitrat, fenolat, ion kalium, gula serta vitamin dan mineral, juga terdiri dari serat, abu dan air (Ikram et al., 2009). Menurut Zakaria et al. (2007) dalam buah belimbing wuluh terkandung sekitar 6 mg/kg total senyawa volatil. Carangal et al. (1961) melaporkan bahwa belimbing wuluh mengandung senyawa asam organik yang ditampilkan pada Tabel 1. Kandungan zat gizi belimbing wuluh menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 1. Kandungan Senyawa Organik pada Buah Belimbing Wuluh Asam Organik Satuan Jumlah Asam Asetat meq/100 g total padatan 1,6-1,9 Asam Sitrat meq/100 g total padatan 92,6-133,8 Asam Format meq/100 g total padatan 0,4-0,9 Asam Laktat meq/100 g total padatan 0,4-1,2 Asam Oksalat meq/100 g total padatan 5,5-8,9 Sumber : Carangal et al. (1961) Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Belimbing Wuluh (per 100 g bahan segar) Zat Gizi Satuan Jumlah Berat Dapat Dimakan % 100,00 Air % 93,00 Energi kalori 32,00 Protein g 0,40 Lemak g - Karbohidrat g 7,00 Serat g 0,60 Abu g 0,30 Kalsium (Ca) mg 3,40 Fosfor (P) mg 11,10 Zat Besi (Fe) mg 0,40 Natrium (Na) mg 4,00 Kalium (K) mg 148,00 Vitamin A SI - Tiamin (Vitamin B1) mg 0,01 Riboflavin (Vitamin B2) mg 0,02 Asam Askorbat (Vitamin C) mg 25,00 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) 4

3 Belimbing wuluh merupakan buah yang memiliki keunggulan kandungan kimia sebagai antioksidan alami dan penghambat produksi nitrooksida (NO) (Abas et al., 2006). Ekstrak buah belimbing wuluh memiliki daya inhibisi pembentukan nitrooksida sebesar 22,3%±4,01%. Belimbing wuluh digolongkan sebagai buah yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat (Abas et al., 2006). Belimbing wuluh memiliki kandungan fenol sebanyak 1261,63±31,41 mg GAE/100 g dan memiliki nilai aktivitas antioksidan sebesar 91,89%±0,01% (Ikram et al., 2009). Sari Buah atau Fruit Juice Sari buah atau jus atau fruit juice adalah cairan buah jernih atau keruh yang tidak difermentasi yang diperoleh dari proses ekstraksi buah dengan proses mekanis dan memiliki karakteristik warna, bau dan flavor seperti buah asalnya (Syamsir, 2010). Sari buah dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu sari buah, nektar dan minuman buah. Perbedaan ketiga produk tersebut terletak pada jumlah padatan juice di dalam total padatannya. Sari buah mengandung 100% padatan juice didalam total padatannya. Nektar dan minuman buah mengandung padatan juice lebih sedikit dan sisa padatannya adalah gula atau pemanis (Syamsir, 2010). Berdasarkan teknologi proses yang digunakan, dikenal tiga bentuk produk sari buah yaitu : sari buah, konsentrat sari buah dan bubuk sari buah (Syamsir, 2010). Konsentrat sari buah memiliki konsentrasi total padatan yang lebih tinggi daripada sari buah. Pemekatan dilakukan dengan menguapkan sebagian air dari sari buah menggunakan evaporator vakum. Bubuk sari buah diperoleh dengan mengeringkan konsentrat sari buah menggunakan spray dryer atau freeze dryer (Syamsir, 2010). Pembuatan sari belimbing meliputi berbagai proses yaitu : penerimaan dan penyortiran bahan baku, pemotongan buah dan trimming (biji dan serat), pencucian, blansir atau pencelupan dalam air (80 C; 3 menit), penghancuran (ekstraksi) dan penyaringan (Aminah, 2011). Pembuatan minuman buah skala industri dilakukan dengan beberapa langkah tambahan yaitu pengenceran dengan air 80 C (1:2 v/v), penambahan gula (10% b/b), penambahan asam sitrat (1 gram/liter), penambahan CMC (0,03% per volume total), pemanasan sari buah atau pasteurisasi (80 C; 15 menit), penyaringan (kain ukuran 10 mesh), pembotolan, sterilisasi, pelabelan dan penyegelan serta penyimpanan (Aminah, 2011). 5

4 Dendeng Sapi Dendeng adalah produk olahan daging tradisional khas Indonesia yang tergolong pangan semi basah atau intermediate moisture meat product (Huang dan Nip, 2001). Pangan semi basah bersifat plastis, lebih awet, berbentuk siap konsumsi juga tidak memerlukan rehidratasi atau pemasakan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Pangan semi basah memiliki kadar air sebesar 15%-50% dan aktivitas air sekitar 0,60-0,92 sehingga stabil tanpa penyimpanan pada suhu dingin ataupun proses pemanasan (Huang dan Nip, 2001). Produk pangan tersebut umumnya resisten terhadap bakteri pembusuk karena kadar air yang rendah juga kandungan garam dan gula yang tinggi. Dendeng menjadi alot dan kurang elastis setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 50 C (Obanu, 1988). Dendeng merupakan produk olahan daging (pengawetan) yang dibuat melalui proses pembumbuan (curing) dan pengeringan (Hung dan Nip, 2001). Dendeng memiliki rasa manis karena komposisi gula yang tinggi, diperkuat oleh rasa yang diperoleh dari bumbu dan rempah. Daging segar diiris setebal ± 2 mm dan direndam dalam larutan bumbu (terbuat dari gula aren, garam, bawang putih, lengkuas, ketumbar dan rempah lainnya) sekitar 6 jam (Huang dan Nip, 2001; Bintoro et al., 1987). Pengurangan kadar air baik secara pengeringan atau penambahan bahan penguap air bertujuan untuk mengawetkan bahan pangan dengan mengurangi air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme (Purnomo, 1995). Dendeng sapi memiliki dua kali lipat nilai kalori jika dibandingkan dengan daging segar (Tabel 5). Kadar lemak dendeng menurun setengahnya dari kadar lemak daging segar. Peningkatan kadar protein dan karbohidrat (per berat basah) terjadi sejalan dengan menurunnya kandungan air. Kadar kalsium, fosfor, serta zat besi meningkat sedangkan vitamin A menjadi rusak total (Direktorat Gizi, 1996). Standar Mutu Dendeng Sapi Dendeng berkualitas baik harus memenuhi standar. Komponen standar mutu dendeng sapi menurut SNI yaitu : warna dan bau, kadar air, kadar protein dan cemaran fisik. Syarat mutu dendeng sapi ditampilkan pada Tabel 3. Standar mutu dendeng sayat berkaitan langsung dengan sifat kimia, mikrobiologi dan kandungan gizi yang ditampilkan pada Tabel 4 dan Tabel 5. 6

5 Tabel 3. Syarat Mutu Dendeng Sapi Syarat Mutu Persyaratan Mutu I Mutu II Warna dan bau khas dendeng khas dendeng Kadar air maks 12% maks 12% Kadar protein min 30% min 25% Abu maks 1% maks 1% Benda asing maks 1% maks 1% Kapang dan serangga tidak nampak tidak nampak Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992) Tabel 4. Sifat Kimia dan Total Bakteri Dendeng Sapi Komposisi Bintoro et al. Huang dan Nip Purnomo (1987) (2001) (1995) Kadar air (%) 20,9±0,8 26,0 9,9-35,5 Kadar protein (%) 21,8±0,6 35,0 - Kadar lemak (%) 5,5±0,4 10,0 1,0-17,4 Abu (%) 1,5±0,1 - - Karbohidrat (%) 46,7 ±0,4 - - Nitrit (ppm) Nitrat (ppm) Aktivitas air 0,54-0,65 0,52-0,67 - Total bakteri (koloni/100 g) 0,4-1,75 x ph - 5,6 - Gula (%) - 35, ,2 Garam (%) - 8,0 0,4-0,6 Tabel 5. Kandungan Gizi Daging Sapi dan Dendeng Sapi (per 100 g) Kandungan Gizi Satuan Daging Sapi Dendeng Sapi Kalori kkal 207,00 433,00 Protein g 18,80 55,00 Lemak g 14,00 9,00 Karbohidrat g 0,00 0,50 Kalsium mg 11,00 30,00 Fosfor mg 170,00 370,00 Besi mg 2,80 5,10 Vitamin A SI 30,00 0,00 Vitamin B1 mg 0,08 0,00 Air g 66,00 25,00 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) 7

6 Pembuatan Dendeng Sapi Inti dari pembuatan dendeng sayat adalah proses pengirisan daging, pembumbuan dan pengeringan. Pembuatan dendeng sayat berupa proses pengirisan daging (lembaran tipis setebal ± 2 mm) diikuti dengan pencampuran dengan bumbu atau perendaman dan pengeringan (Purnomo, 1995). Menurut Bintoro et al. (1987) pembuatan dendeng sapi meliputi proses pengirisan daging (lembaran tipis setebal ± 2 mm) diikuti perendaman dalam larutan bumbu (gula aren, garam, bawang putih, lengkuas, ketumbar dan rempah lainnya) sekitar 6 jam serta pengeringan. Pengirisan daging (slicing) bertujuan untuk memperluas permukaan daging sehingga mempercepat pengeringan. Pengirisan juga bertujuan untuk membersihkan daging dari kotoran, lapisan lemak maupun urat. Dendeng sayat umumnya memiliki ketebalan 2-5 mm. Pembumbuan dilakukan untuk mempersiapkan daging sebelum diolah lebih lanjut, menghambat aktivitas mikroba dan memunculkan rasa (Winarno, 1993). Bumbu dan rempah berperan dalam menambah cita rasa dan peningkatan nutrisi serta bersifat antioksidan, antifungi dan antimikrobial (Tassou et al., 2004). Bumbu dan rempah yang digunakan dalam penelitian ini adalah gula merah, gula putih, garam, bawang putih, ketumbar, lada, jintan putih dan lengkuas. Pengeringan adalah proses menurunkan kadar air daging menggunakan panas matahari atau menggunakan oven sampai kadar air sesuai standar. Pengeringan bertujuan agar bahan menjadi awet dan volume menjadi lebih kecil, sehingga mempermudah dan menghemat ruang dalam distribusi. Dendeng yang dikeringkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu 5 hari sedangkan pengeringan dengan oven 70 C memerlukan waktu 3 jam. Metode pengeringan dapat mempengaruhi komposisi kimia dendeng seperti yang ditampilkan pada Tabel 6 (Hadiwiyoto, 1994). Tabel 6. Komposisi Kimia Dendeng Sapi dengan Metode Pengeringan yang Berbeda Parameter Matahari Oven 40 C Oven 55 C Oven 70 C (4,5 jam) (3,5 jam) (3 jam) Kadar Air (%) 16,47 20,93 24,29 18,23 Kadar Gula (%) 36,58 35,18 34,29 39,67 Kadar NaCl (%) 8,61 8,89 8,35 8,85 Malonaldehida (mg/kg) 246,26 289,17 243,86 206,43 Sumber : Hadiwiyoto (1994) 8

7 Bumbu Dendeng Sapi Pembuatan dendeng dalam penelitian ini menggunakan gula merah, gula putih, garam, bawang putih, ketumbar, lada, jintan putih dan lengkuas. Penambahan gula kelapa dan garam dapur berfungsi untuk menurunkan nilai aktivitas air (a w ) dan kadar air daging sedangkan bumbu dan rempah berperan dalam pembentukan cita rasa khas dendeng (Purnomo, 1995). Penambahan gula merah, gula putih dan garam berfungsi untuk memodifikasi rasa dan meningkatkan aroma, dan menjaga tekstur. Penambahan gula berfungsi untuk mencegah penguapan air agar tidak terlalu kering (Soeparno, 1994). Konsentrasi larutan gula 30%-40%, serta konsentrasi garam sekitar 2% dapat menyebabkan osmosis air dalam sel bakteri, ragi dan kapang sehingga akan menghambat pertumbuhannya (Winarno, 1993). Bawang putih (Allium sativum L.) termasuk tumbuhan berbatang lunak yang digunakan sebagai rempah. Bawang putih mengandung beberapa senyawa aktif, salah satunya allisin yang memiliki daya anti bakteri dan anti radang (Bozin et al., 2008). Bawang putih memiliki cita rasa sangat khas yang ditimbulkan oleh komponen sulfur yang ada dalam minyak volatil bawang putih dengan aroma dan rasa pedas (Brodnitz et al., 1971). Dialil disulfida dapat menghambat pembentukan kolesterol dan asam lemak sedangkan dialil trisulfida berfungsi sebagai anti radang dan anti kanker (Brodnitz et al., 1971). Bawang putih mengandung total fenolat dengan kisaran 0,05-0,98 g GAE/100 g (Bozin et al., 2008). Ketumbar (Coriandum sativum L.) mempunyai aroma khas yang menyengat pada bagian batang, daun dan buah (Sharma dan Sharma, 2004). Ketumbar mempunyai kandungan minyak volatil sebanyak 0,3%-1,7% serta minyak non volatil sekitar 19,6% (Sharma dan Sharma, 2004). Ekstrak etanol ketumbar dan minyak ketumbar masing masing memiliki kandungan fenol sebesar 0,15 ± 0,01 g GAE/100 g dan 0,14 g ± 0,01 GAE/100 g (Helle et al., 2004). Lada putih atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah berwujud biji-bijian yang termasuk ke dalam suku Piperaceae (sirih-sirihan). Sifat kimiawi lada adalah pedas, berbau khas, dan aromatik karena mengandung senyawa piperin. Kandungan kimia pada lada putih antara lain : piperin, saponin, flavonoida dan minyak atsiri (Tassou et al., 2004). Kandungan total fenolat pada lada putih sebesar 850 mg cathecin ekuivalen/100 mg ekstrak (Chatterjee et al., 2007). 9

8 Jintan putih (Cuminum cyminum L.) merupakan tumbuhan berbunga dari famili Apiaceae. Jintan putih memiliki sifat sebagai antibakteri dan antioksidan. Jintan putih umum digunakan sebagai bumbu karena aromanya yang kuat dan efek pedas yang dihasilkan. Buah jintan putih mengandung minyak menguap (volatil) sekitar sekitar 8% serta mengandung total fenolat sebanyak 3,74 ± 0,32 g /100 g (Hinneburg et al., 2006). Rimpang lengkuas (Alpinia galangal L.) dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, salah cerna, disentri dan kolera karena bersifat antifungi, antiprotozoa dan antibakteri (Ravindran et al., 2004). Rimpang lengkuas mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kamfor, galangin dan senyawa flavonoid (Gholib dan Darmono, 2008). Senyawa volatil pada rimpang lengkuas adalah 1,8-sineol, fensil asetat dan β-pinen (Ravindran et al., 2004). Senyawa bioaktif pada bumbu dan rempah ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. Senyawa Bioaktif pada Bumbu dan Rempah Bumbu/Rempah Senyawa Bioaktif Sumber Lada piperilin, piperolein, piperonal dan Tassou et al., 2004 monoterpen Ketumbar linalool (67,7%), α-pinen (10,5%), γ-terpinen (9,0%), geranil asetat (4,0%), kamfor (3,0%) dan geraniol (1,9%) Sharma dan Sharma, 2004 Jintan Putih kuminaldehid, safranal, monoterpen Hinneburg et al., 2006 Bawang Putih dialil disulfida, dialil trisulfida, alil Brodnitz et al., 1971 propil disulfida Lengkuas sineol (28,4%), α-fensil asetat (18, 4%), kamfor (7,7%), metil sinamat (4,2%) dan guaiol (3,3%) Ravindran et al., 2004 Karakteristik Sensori Dendeng Sapi Daging dan produk olahan daging memenuhi syarat untuk dikonsumsi jika memiliki daya tarik dan cita rasa khas selain juga ditentukan oleh kandungan gizinya. Kriteria palatabilitas daging atau kualitas makan dari daging ditentukan oleh aroma dan rasa, warna (penampilan), keempukan atau tekstur, dan sifat juiceness (Price dan Schweigert, 1971). Kualitas makan dari daging juga ditentukan oleh water holding capacity sebelum dan sesudah pemasakan (Lawrie, 2003). 10

9 Pentingnya kualitas makan pada daging dan produk olahan daging akan ditentukan oleh preferensi regional dan pandangan dari individu konsumen (Lawrie, 2003). Menurut SNI , karakteristik dendeng yang memiliki kualitas makan yang baik yaitu : warna merah kecokelatan, aroma khas daging dan bumbu, tekstur yang tidak terlalu empuk serta rasa manis yang khas dari bumbu dan rempah yang ditambahkan. Intensitas warna, aroma, dan rasa pada dendeng dipengaruhi oleh metode, lama waktu dan suhu pemasakan (Price dan Schweigert, 1971). Suhu pemasakan mempengaruhi tingkat konversi pigmen warna daging. Daging sapi yang dimasak pada suhu internal 60 C mempunyai warna merah cerah di bagian interior; inferior berwarna pink pada suhu internal C dan berwarna cokelat keabu-abuan di bagian interior pada suhu internal lebih dari 70 C (Jensen, 1949). Daging yang dimasak pada suhu 65 C selama 400 menit akan mengalami denaturasi mioglobin hingga mencapai 70% (Bernofsky et al., 1959). Metmioglobin adalah pigmen berwarna cokelat sering terjadi di permukaan daging apabila sekitar 60% mioglobin sudah terdenaturasi (Cross dan Overby, 1988). Produksi metmioglobin dari mioglobin dipercepat oleh panas, garam dan cahaya ultraviolet. Pigmen pada daging masak adalah globin hemikromogen (Cross dan Overby, 1988). Aroma dan rasa adalah sensasi penginderaan yang saling terkait. Aroma dan rasa pada dendeng didominasi oleh komponen volatil pada daging, bumbu dan rempah yang digunakan. Komponen volatil pada daging sapi masak setidaknya terdiri dari 57 senyawa diantaranya senyawa cincin pirazin dan senyawa yang mengandung sulfur dan oksigen (Yueh dan Strong, 1960). Komponen volatil dari bumbu dan rempah antara lain senyawa sulfur pada bawang putih (Brodnitz et al., 1971), kuminal dan safranal pada jintan putih (Hinneburg et al., 2006), piperilin pada lada putih dan sineol pada lengkuas (Tassou et al., 2004). Kadar Air dan Aktivitas Air Peranan air dalam bahan pangan dapat dinyatakan sebagai kadar air maupun aktivitas air. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Aktivitas air (water activity = a w ) adalah besaran yang menyatakan jumlah air bebas dalam bahan pangan yang dapat digunakan oleh mikroorganisme (Purnomo, 1995). Kandungan air, aktivitas air, tingkat oksidasi lemak dan reaksi lainnya berpengaruh terhadap kualitas produk pangan (Gambar 2). 11

10 Gambar 2. Laju Reaksi Sebagai Fungsi dari Kadar Air dan Aktivitas Air Sumber : Schmidt (2004) Menurut SNI kadar air dendeng memiliki nilai maksimal sebesar 12%. Nilai tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan literatur lain. Dendeng memiliki kadar air sekitar 25% (Winarno, 1993); 26% (Huang dan Nip, 2001); 15%-25% (Soeparno, 1994), dan 20,9±0,8% menurut Bintoro et al. (1987). Aktivitas air (a w ) pada dendeng sapi sebesar 0,54-0,65 (Bintoro et al., 1987) dan 0,52-0,67 menurut Huang dan Nip (2001). Produk dengan kisaran nilai a w tersebut masih memungkinkan untuk ditumbuhi kapang. Kadar air, rendemen dan aktivitas air pada produk olahan daging (dendeng) berkaitan secara langsung dengan proses pemanasan, susut masak, dan daya ikat air oleh protein atau water holding capacity. Susut masak merupakan fungsi dari temperatur dan lama pemasakan yang juga ditentukan oleh metode dan waktu pemasakan. Suhu tinggi yang terlibat akan menyebabkan denaturasi protein, melelehkan lemak, dan banyak menurunkan kapasitas memegang air (Baker, 1942). Kehilangan karena pemasakan (% berat) berbanding lurus dengan peningkatan suhu (Sanderson & Vail, 1963). Daging dengan susut masak yang lebih rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik karena kehilangan nutrisi selama pemasakan lebih sedikit. Kapasitas mengikat air menurun karena adanya solubilitas protein seiring meningkatnya temperatur. Water holding capacity mengalami penurunan pada pemanasan 60 C (Hamm, 1977). 12

11 Tabel 8. Pengaruh Temperatur Daging Internal terhadap Susut Masak Parameter Suhu Internal Daging ( C) Total Kehilangan Karena Pemasakan (% berat) 10,5 28,8 40,5 Kehilangan Kadar Air (% berat) 5,6 9,6 14,0 Sumber : Sanderson dan Vail (1963) Oksidasi Lemak dan Produk Oksidasi Lemak Lemak daging sapi mempunyai perbedaan pada komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Daging sapi memiliki asam lemak tak jenuh sekitar 45% dari total asam lemak (Yuanita, 2006). Perubahan fisik dan kimia pada lemak daging disebabkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis lemak terutama terjadi pada lemak yang banyak mengandung asam lemak jenuh akibat kerja lipase daging atau mikroba sedangkan oksidasi lemak terutama terjadi pada lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang disebut autooksidasi (Yuanita, 2006). Oksidasi Lemak Proses oksidasi terjadi pada ikatan rangkap dan mengakibatkan terbentuknya asam lemak rantai pendek, senyawa aldehid atau keton sehingga menimbulkan ketengikan. Ketengikan lemak terjadi melalui autooksidasi, lipolisis oleh lipase dan lipooksidasi oleh lipooksidase. Oksidasi lemak adalah reaksi radikal yang terdiri dari reaksi inisiasi, propagasi dan terminasi sesuai Gambar 3 (Raharjo dan Sofos, 1993). Selama fase inisiasi reactive oxygen species (ROS) berfungsi sebagai inisiator. Pembentukan radikal asam lemak (reaksi 1), yaitu munculnya suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (Frankel, 1998). Alkil radikal dari lemak tak jenuh yang berisi hidrogen labil bereaksi cepat (reaksi 2) dengan molekul oksigen (O 2 ) membentuk radikal peroksi terjadi pada tahap propagasi. Radikal peroksi lebih lanjut akan bereaksi (reaksi 3) dengan asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (Frankel, 1998). Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bertanggungjawab atas flavor pada makanan berlemak (Raharjo dan Sofos, 1993). Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui reaksi antar radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal (reaksi 4). 13

12 Gambar 3. Reaksi Oksidasi Lemak Salah satu metode untuk menentukan kualitas lemak adalah metode analisis kimia. Metode kimia diklasifikasikan menjadi dua yaitu berdasarkan produk turunan lemak yaitu produk oksidasi utama dan produk oksidasi sekunder. Produk oksidasi utama berupa hidroperoksida. Produk oksidasi sekunder berupa malonaldehida yang terbentuk dari tiga senyawa karbon dialdehida (Raharjo dan Sofos, 1993). Produk oksidasi lemak utama terbentuk selama autooksidasi asam lemak tak jenuh. Hidroperoksida memiliki sedikit atau tidak memiliki dampak langsung terhadap aroma dan rasa. Produk oksidasi utama dikuantifikasi sebagai bilangan peroksida. MDA terbentuk dari tiga senyawa karbon dialdehida. Oksidasi lemak menghasilkan malonaldehida dan setelah bereaksi dengan hidrogen menghasilkan asam thiobarbituriat. Kandungan MDA pada bahan pangan dan dikuantifikasi sebagai bilangan TBA (Nollet dan Toldra, 2009). Bilangan Peroksida Inisiasi : RH R* + H* (1) Propagasi : R* + O2 ROO* (2) ROO* + RH ROOH +R* (3) Terminasi : ROO* +ROO* non radikal (4) R* + ROO* non radikal R* + R* non radikal Keberadaan senyawa peroksida digunakan sebagai indikator terjadinya oksidasi lemak dan tingkat kerusakan lemak. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan lemak. Peroksida terbentuk pada asam lemak tak jenuh akibat terikatnya oksigen pada rantai rangkapnya (Frankel, 1998). Analisis bilangan peroksida adalah pengukuran iod yang dibebaskan dari kalium iodida akibat reaksi oksidasi oleh peroksida pada sampel dalam medium asam asetat-kloroform seperti yang dijelaskan pada Gambar 4 (Horwitz dan Latimer, 2005). Penentuan angka peroksida dilakukan dengan metode iodometri, dengan cara melarutkan sejumlah lemak dalam campuran asetat:kloroform yang mengandung KI sehingga terjadi pelepasan iodin (I 2 ). Iodin yang bebas ditritasi dengan natrium thiosulfat menggunakan indikator amilum sampai warna biru hilang. Larutan amilum digunakan sebagai indikator karena mampu menangkap iodium sehingga membentuk kompleks warna biru (Horwitz dan Latimer, 2005). 14

13 Pelepasan iodin : R-COOH + KI R-CO + H 2 O + I 2 + K + Titrasi natrium thiosulfat : I Na 2 S 2 O 3 2 NaI + Na 2 S 4 O 6 Gambar 4. Reaksi Iodometri Bilangan Peroksida Bilangan peroksida dendeng daging sapi giling lebih tinggi dibandingkan dengan dendeng daging sapi iris. Daging giling mempunyai permukaan yang lebih luas. Pemanfaatan oksigen pada dendeng giling menjadi lebih banyak dan memudahkan terjadinya oksidasi (Soputan, 2000). Bilangan TBA (Thio Barbituric Acid) Oksidasi lemak dapat menyebabkan degradasi asam lemak tidak jenuh juga menghasilkan senyawa baru produk oksidasi lemak seperti malonaldehida, keton, timbulnya bau dan rasa tengik (Du dan Li, 2008). Prinsip analisis bilangan TBA adalah mengukur absorbansi kromogen merah yang terbentuk oleh reaksi antara asam tiobarbiturat dengan malonaldehida yang dikuantifikasi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm seperti yang dijelaskan pada Gambar 5 (Sørensen dan Jørgensen, 1996). Intensitas warna merah berbanding lurus dengan tingkat ketengikan pada bahan pangan. Faktor Penyebab Oksidasi Lemak Gambar 5. Reaksi MDA dengan Pereaksi TBA Sumber : Faktor-faktor yang mempercepat oksidasi lemak yaitu: (1) radiasi, misalnya oleh panas atau cahaya, (2) bahan pengoksidasi, misalnya peroksida, perasid, ozon, asam nitrat, (3) katalis metal, khususnya garam mineral dari beberapa jenis logam berat dan (4) sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas (Hamilton, 1983). Faktor tersebut menyebabkan hidrogen terlepas dari ikatan lemak dan terbentuklah radikal alkil, sejenis radikal bebas. Radikal itu berikatan dengan oksigen membetuk radikal peroksi yang dapat membentuk hidroperoksida setelah bereaksi dengan asam lemak tak jenuh (Raharjo, 2006). 15

14 Terdapat tiga tipe ketengikan yaitu: oksidatif, hidrolisis dan enzimatis (Raharjo, 2006). Semakin tinggi kandungan asam lemak tidak jenuh dan jumlah ikatan ganda, ketengikan makin cepat terjadi. Ketengikan hidrolisis disebabkan oleh kandungan air dalam minyak bahan pangan maupun udara bebas (kelembaban udara). Lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya air yang dapat dipercepat oleh basa, asam, dan enzim. Lemak hewani dan nabati mengandung enzim lipase dan lipoksigenase (Raharjo, 2006). Lemak atau minyak yang terpapar cahaya akan mengalami reaksi oksidasi yang menyebabkan kerusakan lemak. Lemak yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam keadaan kontak dengan faktor inisiator (panas, oksigen, cahaya, logam) oksidasi masih dapat terjadi yang dapat menimbulkan ketengikan, perubahan rasa dan aroma. Bahan pangan lemak pada umumnya mengandung logam dalam jumlah yang sangat kecil dalam bentuk garam komplek, garam organik maupun garam anorganik. Logam yang mempunyai valensi dua atau lebih, misalnya Fe, Cu, Co, Mn, Ni umumnya mempercepat periode induksi kerusakan lemak dalam bahan pangan yang mengkibatkan off flavor yang khas (Hamilton, 1983). Aktivitas Antioksidan Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipida karena dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas dapat diredam (Sunardi dan Kuncahyo, 2007). Penambahan antioksidan (AH) dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi (Brand-Williams et al., 1995). Antioksidan berperan sebagai pemberi atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil (Molyneux, 2003). Turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal bebas (Brand-Williams et al., 1995). Penambahan antioksidan dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi dan propagasi (Gambar 6). Radikal antioksidan (A*) yang terbentuk relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi membentuk radikal bebas baru. Inisiasi : R* + AH R-H + A* Propagasi : ROO* + AH ROOH + A* Gambar 6. Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Bebas 16

15 Aktivitas antioksidan diketahui melalui uji pengkapan radikal bebas (scavenging activity) dan uji kandungan senyawa antioksidan. Prinsip uji aktivitas antioksidan adalah mengevaluasi adanya aktivitas penghambatan proses oksidasi oleh senyawa antioksidan yang terkandung dalam bahan pangan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu scavenging activity difenilpikrilhidrazil (DPPH). Prinsip uji kandungan senyawa antioksidan adalah menghitung jumlah senyawa yang tergolong senyawa antioksidan misalnya dengan dengan menghitung total fenolat. Scavenging Activity DPPH DPPH akan bereaksi dengan senyawa antioksidan dan akan berubah menjadi difenilpikrilhidrazin yang bersifat nonradikal. Meningkatnya jumlah difenilpikrilhidrazil akan ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning pucat. Peredaman warna ungu menjadi kuning pucat ketika elektron bebas radikal bebas menjadi berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan yang menyerang radikal bebas sehingga membentuk DPPH-H seperti yang dijelaskan pada Gambar 7 (Molyneux, 2003). Gambar 7. Struktur DPPH Sebelum dan Sesudah Reaksi dengan Antioksidan (AOH) Sumber : Peredaman warna DPPH sebanding dengan banyaknya elektron yang tertangkap. Perubahan warna larutan menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH. Aktivitas penangkapan radikal bebas diketahui dengan menghitung perbedaan absorbansi pada sampel dengan absorbansi standar yang dinyatakan dalam persentase scavenging activity (%SA) (Molyneux, 2003). 17

16 Kandungan Total Fenolat Fenol (C 6 H 5 OH) atau asam karbolat atau benzenol memiliki gugus hidroksil (OH) yang berikatan dengan cincin fenil (Vermerris dan Nicholson, 2007). Senyawa polifenol merupakan senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus fenol dan berkontribusi terhadap sifat antioksidan sehingga pengujian kandungan total fenolat berkorelasi dengan kandungan antioksidan pada bahan pangan (Medina, 2011). Fenol merupakan salah satu senyawa bioaktif yang banyak terkandung pada tumbuhan (Vermerris dan Nicholson, 2007). Senyawa turunan fenol (fenolat) terdiri dari : fenolat sederhana, asam fenolat dan aldehida, asetofenon, asam fenilasetat, asam sinamat, kumarin, flavonoid, biflavonil, benzofenon, benzokuinon, betasianian, lignin, lignan dan tanin (Vermerris dan Nicholson, 2007). Senyawa fenolik sederhana memiliki sifat bakterisidal, antiseptik dan antihelmintik. Fungsi senyawa fenol pada tanaman adalah sebagai sistem pertahanan yang berada dalam bentuk bebas atau polimer dalam dinding sel (Vermerris dan Nicholson, 2007). Metode Folin-Ciocalteu merupakan salah satu metode untuk mengukur kandungan total fenolat dengan cara mengurangi kapasitas komponen dari sampel makanan atau minuman (Medina, 2011). Fenol dan polifenol terdeteksi melalui transfer elektron dari senyawa fenolat kepada asam fosfomolibdat (MoO 2-4 ) dan asam fosfotungsat (WO 2-4 ) dalam media basa (Medina, 2011). Gugus fenolik hidroksil bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak konsentrasi ion fenolat sehingga warna biru semakin pekat (Vermerris dan Nicholson, 2007). Gambar 8. Reaksi Senyawa Fenol dengan Folin-Ciocalteu Sumber : (Vermerris dan Nicholson, 2007). 18

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Aktivitas Air Kadar air dendeng hasil penelitian adalah 19,33%-23,82% dengan rataan 21,49±1,17%. Aktivitas air dendeng hasil penelitian sebesar 0,53-0,84 dengan nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH Korry Novitriani dan Nurjanah Prorogram Studi DIII Analis Kesehatan, STIKes Bakti

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kadar zat gizi yang baik seperti vitamin C, kalsium dan zat besi. Jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING Oleh : Akram Hamidi 1. Pendahuluan Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi yang sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keju Mozzarella Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan penggunaan bahan penggumpal,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Daging itik mempunyai kualitas rendah karena bau amis, bertekstur kasar dan alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup baik, diantaranya adalah belimbing wuluh. Pemanfaatan belimbing wuluh dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas. Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari berlebih, asap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil Fortifikasi dengan penambahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) selama penyimpanan, dilakukan analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Kelinci Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci fryermerupakan karkas kelinci muda umur 2 bulan, sedangkan karkas kelinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan salah satu hasil dari ternak yang memiliki kandungan gizi lengkap yang disukai oleh masyarakat. Daging yang dikonsumsi oleh manusia dapat berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Pada makanan terdapat senyawa-senyawa yang diperlukan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak dan dapat memulihkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007). I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak kekayaan alamnya terutama laut. Berbagai macam spesies sudah teridentifikasi dan bahkan terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN DENDENG (Bovine sp) Oleh : Nama : Nugraheni Wahyu Permatasari NRP : 133020112 Kelompok / Meja : D / 6 Asisten : Desi Marlindawati,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di TINJAUAN PUSTAKA Daging Itik Itik manila (entog) merupakan unggas air yang banyak tersedia dipasar setia budi. Selama ini entok masih dimanfaatkankan sebagai penghasil telur dan sebagai sarana pengeram

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing merupakan buah yang banyak mengandung air. Ada dua macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Belimbing

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Telur yang dikonsumsi dapat berasal dari berbagai unggas, umumnya yaitu ayam, itik dan puyuh. Telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID (MDA) SKRIPSI

AKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID (MDA) SKRIPSI AKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID (MDA) SKRIPSI Oleh : SRIYANI K 100040024 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis yang menghendaki tempat tumbuh yang tidak ternaungi dan cukup lembab.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Minyak Goreng Segar Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih elektron yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) Pohon api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) merupakan tumbuhan sejati yang hidup di kawasan mangrove. Morfologi

Lebih terperinci