4 HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yulia Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) Pohon api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) merupakan tumbuhan sejati yang hidup di kawasan mangrove. Morfologi tumbuhan api-api yang diambil dari Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Daun pohon api-api yang diambil dan dijadikan sebagai sampel Daun api-api yang didapat pada bagian atas berwarna hijau muda dan bagian bawah berwarna abu-abu keperakan. Bentuknya elips dengan panjang ratarata daun yang didapat berkisar 5-10 cm. Daun api-api memiliki ruas atau tulang daun yang sejajar dan teratur. Teksurnya tidak lunak apabila disentuh dengan tangan. Kulit batang api-api yang digunakan berwarna cokelat muda, tipis dan berserat. Pada bagian dalam terlihat warna yang lebih cerah, yaitu putih kehijauan dan sedikit berair (Lampiran 1). Proses karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat dari bahan baku yang digunakan. Karakterisasi bahan baku ini tidak terbatas pada sifat fisik saja, tetapi juga pada sifat kimia, karena sifat fisik maupun kimia dari bahan baku yang digunakan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Karakterisasi sifat kimia dilakukan untuk mengetahui zat yang terkandung di dalam bahan, misalnya kandungan nilai gizi yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan manusia.
2 Kandungan Gizi Kandungan gizi pada daun dan kulit batang api-api dapat diketahui melalui uji proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya kandungan air, abu, lemak, dan protein. Tumbuhan api-api banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik sebagai sumber makanan maupun untuk kesehatan. Tumbuhan berdaun sejati ini memiliki nilai gizi yang cukup tinggi untuk dijadikan sumber makanan. Berikut hasil data proksimat dari tumbuhan api-api dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Hasil data proksimat tumbuhan api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.); Daun; Kulit batang 1) Kadar air Daun api-api memiliki kadar air yang cukup tinggi, yaitu sebesar 69,2 % dan kulit batang api-api sebesar 55 % (Lampiran 2). Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisis kadar air yang telah diuji sebelumnya oleh Jacoeb et al. (2011), yakni kadar air daun api-api sebesar 68,16 %. Hasil tersebut sedikit berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo et al. (2009), yaitu sebesar 70,59 %. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal sangat mempengaruhi perbedaan yang terjadi, yakni sifat tumbuhan yang berada di wilayah Jakarta dengan wilayah Subang. Faktor eksternal seperti habitat dan kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi perbedaan komposisi kimia api-api.
3 29 2) Kadar abu Hasil pengukuran kadar abu menggunakan bobot kering pada daun dan kulit batang api-api menunjukkan bahwa daun api-api mengandung mineral atau zat anorganik sebesar 14,91 % dan kulit batang api-api memiliki kadar abu sebesar 9,6 % (Lampiran 2). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Wibowo et al.(2009) bahwa kadar abu pada daun api-api sebesar 15,61 %. Hasil serupa dikemukakan oleh Jacoeb et al. (2011), yaitu sebesar 13,97 %. Tinggi dan rendahnya kadar abu pada tumbuhan dapat disebabkan oleh perbedaan habitat dan lingkungan yang berbeda satu sama lainnya. Setiap lingkungan perairan dapat menyediakan sumber mineral yang berbeda-beda bagi organisme akuatik yang hidup didalamnya. Tumbuhan api-api merupakan tumbuhan sejati yang hidupnya hanya mampu di wilayah mangrove atau estuari. Bengen (2000) menjelaskan bahwa wilayah estuari merupakan wilayah perairan dimana terjadi peralihan atau pencampuran antara air tawar dan air laut yang menyebabkan banyaknya mineral yang terkandung di dalamnya. 3) Kadar protein Hasil pengukuran bobot kering kadar protein menunjukkan bahwa daun api-api dan kulit batangnya memiliki kadar protein sebesar 11,04 % dan 6,4 % (Lampiran 2). Hasil tersebut sedikit berbeda menurut Wibowo et al. (2009) bahwa protein api-api sebesar 17,31 %. Berbeda halnya dengan hasil penelitian Jacoeb et al. (2011) yang menyatakan bahwa daun api-api memiliki kandungan protein sebesar 11,53 %. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi adanya beberapa faktor, yaitu habitat, umur, dan laju metabolisme. Daun memiliki kadar protein yang tinggi karena di daun terjadi proses fotosintesis yang membutuhkan banyak jaringan serta organ yang bekerja. Kulit batang cenderung memiliki kadar protein yang rendah dari daun dikarenakan kulit batang hanya terdapat jaringan sistem pembuluh yang bertitik beratkan pada kerja sistem angkut mineral, unsur hara dan menjaga kesetimbangan akibat adanya garam. 4) Kadar lemak Kadar lemak daun api-api 2,21 % dan kulit batang api-api sebesar 1,55 % (Lampiran 2). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Jacoeb et
4 30 al. (2011), yaitu kadar lemak daun api-api sebesar 2,45 %. Berbeda halnya dengan penelitian Wibowo et al. (2009), yaitu sebesar 1,16 %. Perbedaan tersebut dibenarkan oleh Yunizal et al. (1998) bahwa kadar lemak yang rendah dapat disebabkan karena kandungan air dalam daun dan kulit batang pohon api-api sangat tinggi, sehingga secara proporsional persentase kadar lemak akan turun drastis. Faktor lain seperti umur, habitat, dan perbedaan lokasi pengambilan sampel juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi kadar lemak suatu bahan. 4.3 Komponen Bioaktif Ekstrak Kasar Hasil ekstraksi komponen bioaktif api-api menunjukkan bahwa ekstrak kasar menggunakan pelarut metanol berwarna coklat kehijauan dan berbau khas ekstrak tumbuhan. Rendemen ekstrak kasar yang dihasilkan cukup tinggi untuk daun 17,53 % dan kulit batang api-api 12,07 % (Lampiran 2). Uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Hasil uji fitokimia pada masing-masing ekstrak kasar api-api dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar api-api ( Avicennia marina) Uji Fitokimia Daun Ekstrak Kulit Batang Standar (warna) Alkaloid: -Dragendorff + - Endapan merah atau jingga -Meyer + - Endapan putih kekuningan -Wagner - - Endapat coklat Steroid/triterpenoid Perubahan dari merah menjadi biru/hijau Flavonoid Lapisan amil alkohol berwarna merah/kuning/hijau Saponin - - Terbentuk busa Fenol hidrokuinon - + Warna hijau atau hijau biru Tanin + ++ Terbentuk warna merah Keterangan: (-) hasil negatif; (+) hasil ada namun tidak pekat; (++) hasil ada dan pekat
5 31 a) Alkaloid Komponen alkaloid didefinisikan sebagai substansi dasar yang memiliki satu atau lebih atom nitrogen yang bersifat basa dan tergabung dalam suatu sistem siklis, yaitu cincin heterosiklik (Harborne 1984). Alkaloid ditemukan pada daun api-api, namun tidak ditemukan pada kulit batang api-api. Alkaloid umumnya larut pada pelarut organik (non polar), sedangkan beberapa kelompok pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air (polar) (Lenny 2006). Penelitian ini dilakukan dengan pelarut metanol (polar) yang justru menunjukkan adanya kandungan alkaloid pada daun api-api walaupun hasil yang ditunjukkan (Tabel 2) tidak terlalu pekat, hal ini menunjukkan bahwa daun api-api tidak mengandung alkaloid (sesungguhnya) yang bersifat racun, tetapi hanya mengandung protoalkaloid dan pseudoalkaloid saja. Alkaloid tidak dihasilkan pada kulit batang api-api dengan ditandai hasil negatif pada Tabel 2. b) Steroid/triterpenoid Hasil uji fitokimia untuk daun dan kulit batang api-api menunjukkan adanya senyawa steroid/triterpenoid, ditunjukkan oleh hasil yang cukup pekat (Tabel 2). Steroid/triterpenoid dapat diketahui keberadaanya dengan perkursor kolesterol yang bersifat non polar (Harborne 1984). Hasil pada Tabel 2 menunjukkan adanya senyawa steroid/triterpenoid walaupun menggunakan pelarut metanol yang bersifat polar, hal ini dapat terjadi mengingat metanol merupakan pelarut polar yang dapat mengekstrak komponen lainnya, meskipun bersifat non polar ataupun semipolar. Schmidt dan Steinhart (2001) menyatakan bahwa kandungan steroid pada ekstrak polar dan non polar tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. c) Flavonoid Hasil pengujian flavonoid terhadap daun dan kulit batang api-api (Tabel 2) menunjukkan bahwa bagian tersebut sama-sama memiliki kandungan flavonoid, hal itu ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning pekat pada lapisan amil alkohol yang telah diuji (Lampiran 3). Flavonoid merupakan senyawa polar yang dapat larut pada pelarut polar, hal ini dibuktikan dengan terlarutnya senyawa flavonoid menggunakan pelarut metanol. Flavonoid umumnya merupakan komponen larut air, sehingga dapat diekstrak dengan pelarut polar dan tertinggal
6 32 pada lapisan aqueous (Harborne 1984). Flavonoid merupakan senyawa aktif yang potensial dan sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan (Astawan dan Kasih 2008), dan hal ini pun terbukti dari hasil penelitian Simamora (2011) yang menunjukkan bahwa seluruh komponen flavonoid yang diisolasi dari buah apel memiliki aktivitas antioksidan yang cukup kuat. d) Tanin Hasil pengujian fitokimia untuk uji tanin menunjukkan bahwa daun dan kulit batang api-api sama-sama mengandung tanin. Hasil uji tanin untuk daun terlihat ada, namun tidak pekat apabila dibandingkan dengan hasil yang ditunjukkan oleh kulit batang api-api (Tabel 2). Tanin di dalam tumbuhan dapat berfungsi sebagai penyamak apabila jaringan rusak, karena sifat tanin yang mampu menyambung silangkan protein. Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan, karena rasanya yang pahit. Fungsi utama tanin di dalam tumbuhan adalah penolak hewan pemakan tumbuhan (Harborne 1987). Tumbuhan api-api termasuk tumbuhan mangrove yang memiliki rasa pahit dan banyak digunakan penduduk sekitar untuk obat nyamuk. 4.4 Aktivitas Antioksidan Hasil uji aktivitas antioksidan dengan DPPH menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm menunjukkan bahwa daun dan kulit batang api-api memiliki aktivitas antioksidan. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun dan ekstrak kulit batang api-api dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun dan ekstrak kulit batang api-api (Avicennia marina) Sampel % Inhibisi (ppm) IC 50 (ppm) Ekstrak Daun 18,75 19,55 20,23 21,48 Ekstrak Kulit Batang 7,84 9,25 10,00 10,34 36,35 51,51
7 33 Tabel 3 menunjukkan bahwa persen inhibisi tertinggi, baik daun maupun kulit batang api-api dimiliki oleh konsentrasi tertinggi, yaitu 800 ppm dan nilai terendah untuk persen inhibisi dimiliki oleh konsentrasi terendah, yaitu 200 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin tinggi pula daya hambat yang dilakukan sebagai aktivitas antioksidan. Nilai IC 50 yang dihasilkan oleh ekstrak daun lebih rendah dari ekstrak kulit batang, yaitu 36,35 ppm untuk daun dan 51,51 ppm untuk kulit batang. Ekstrak daun lebih banyak menghilangkan 50 % aktivitas DPPH apabila dibandingkan dengan ekstrak kulit batang. Molyneux (2004) menyatakan bahwa nilai IC 50 adalah konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50 % aktivitas DPPH. Kedua ekstrak kasar daun dan kulit batang pohon api-api memiliki kekuatan penghambat yang berbeda-beda satu sama lainnya. Hubungan aktivitas antioksidan antara ekstrak kasar daun dan ekstrak kasar kulit batang api-api dengan persen inhibisinya dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Grafik perbandingan aktivitas antioksidan antara ekstrak kasar daun dan kulit batang api-api dengan persen inhibisinya; Daun; Kulit Batang Gambar 9 menunjukkan daun api-api memiliki aktivitas yang cukup baik bila dibandingkan kulit batang. Hal ini diduga karena adanya kandungan senyawa aktif yang cukup banyak terdapat dalam daun, seperti alkaloid, steroid/triterpenoid, dan flavonoid (Tabel 2). Penelitian ini menggunakan larutan BHT sebagai pembanding dalam uji aktivitas antioksidan. Jacoeb et al. (2011) mengemukakan bahwa nilai IC 50 BHT sebesar 5,85 ppm, dimana hasil tersebut merupakan hasil terbaik untuk aktivitas
8 34 antioksidan. Larutan BHT yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai IC 50 sebesar 3,17 ppm. Nilai IC 50 BHT ini tidak jauh berbeda dengan nilai yang diperoleh Jacoeb et al. (2011) dalam penelitiannya, dan tetap menunjukkan bahwa antioksidan BHT merupakan antioksidan dengan aktivitas yang sangat kuat (<50 ppm). Hasil uji aktivitas antioksidan larutan BHT dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil uji aktivitas antioksidan larutan BHT Sampel % Inhibisi (ppm) IC 50 (ppm) Larutan BHT 22,05 37,73 49,66 58,30 3,17 Tabel 4 menunjukkan hasil larutan BHT memiliki persen inhibisi tertinggi pada konsentrasi tertinggi, yaitu 8 ppm dan persen inhibisi terendah pada konsentrasi terendah, yaitu 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin tinggi pula daya hambat yang dilakukan sebagai aktivitas antioksidan. Nilai IC 50 BHT sebesar 3,17 ppm, merupakan nilai terbaik apabila dibandingkan dengan nilai IC 50 ekstrak daun dan kulit batang apiapi (Tabel 3). Pengujian aktivitas antioksidan BHT ini menghasilkan hubungan antara konsentrasi BHT dengan persen inhibisinya, yang dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Grafik hubungan konsentrasi BHT dengan persen inhibisi Gambar 10 menunjukkan hubungan antara konsentrasi BHT dengan persen inhibisinya. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
9 35 tinggi pula persen inhibisi atau daya hambatnya. Ekstrak daun dan kulit batang pohon api-api pada Gambar 9 sama-sama menunjukkan hasil yang serupa dengan larutan BHT pada Gambar 10, grafik akan bergerak naik ke atas dengan naiknya konsentrasi yang digunakan. Nilai IC 50 yang ditunjukkan pada Tabel 3 untuk daun dan kulit batang api-api, serta larutan BHT pada Tabel 4 sama-sama menunjukkan bahwa ketiga ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang cukup kuat (<50 ppm), sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun dan kulit batang apiapi dapat digunakan sebagai antioksidan alami pengganti antioksidan sintetik seperti antioksidan BHT. 4.5 Kandungan Flavonoid Api-api sebagai Antioksidan Hasil penelitian menunjukkan daun dan kulit batang pohon api-api mengandung senyawa aktif flavonoid (Tabel 2) yang efektif digunakan sebagai antioksidan. Hal ini terlihat jelas dengan adanya aktivitas antioksidan yang ditunjukkan oleh ekstrak kasar pada Gambar 9 dan Tabel 3, ekstrak kasar daun dan kulit batang api-api memiliki nilai IC 50 yang cukup tinggi. Wibowo et al. (2009) menyatakan bahwa Avicennia marina terutama bagian daun dan kulit batang mengandung senyawa flavonoid, hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan warna yang cukup pekat pada uji fitokimia. Hasil pengukuran kadar flavonoid yang terkandung di dalam daun api-api sebesar 1,18 % dan kulit batang api-api sebesar 0,67 %. Menurut Erukainure (2011), semakin tinggi kandungan flavonoid total suatu bahan, maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Adanya kandungan flavonoid yang tinggi pada daun api-api serta nilai IC 50 yang rendah (36,35 ppm), menunjukkan bahwa daun api-api memiliki aktivitas antioksidan yang cukup kuat bila dibandingkan dengan kulit batang api-api yang memiliki nilai IC 50 sebesar 51,51 ppm. Molyneux (2004) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dikategegorikan kuat apabila memiliki nilai IC 50 dibawah 50 ppm (<50 ppm). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar total flavonoid yang terkandung dengan aktivitas antioksidannya. Penelitian tersebut dilakukan terhadap beberapa tanaman yang diduga memiliki aktivitas antioksidan seperti Aegle marmelos dan daun seledri
10 36 dengan melihat kadar total flavonoid yang terkandung di dalamnya. Kadar total flavonoid yang terkandung di beberapa tanaman ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan flavonoid yang terkandung dalam daun api-api lebih tinggi bila dibandingkan tanaman Aegle marmelos, seledri dan tempuyung, namun lebih rendah dari tanaman jati belanda. Kadar total flavonoid kulit batang api-api juga lebih tinggi dari kulit batang Aegle marmelos. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan adanya perbedaan jenis tanaman, habitat, umur tanaman, jumlah sampel yang diekstrak, dan lamanya pengekstraksian. Tabel 5 Kadar total flavonoid beberapa tanaman (%) Bagian tanaman Jenis tanaman Api-api Aegle marmelos a Seledri b Jati Belanda c Tempuyung c Daun 1,18 0,824 0,51 3,0480 0,7537 Kulit Batang 0,67 0, Keterangan: a Mujeeb et al. (2010) b Rafi et al. (2006) c Widyastuti (2010) Hasil beberapa penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa kadar total flavonoid yang terkandung dalam bahan memiliki korelasi terhadap aktivitas antioksidannya. Tanaman jati belanda memiliki aktivitas antioksidan tertinggi bila dibandingkan api-api, Aegle marmelos, seledri dan tempuyung. Hal ini sesuai dengan kadar total flavonoid yang terkandung di dalam tanaman jati belanda yang lebih tinggi dari tanaman lainnya. Adanya senyawa flavonoid yang mempunyai gugus hidroksi tersubstitusi terhadap gugus OH dan OR, maka flavonoid cocok dijadikan sebagai antioksidan (Waji dan Sugrani 2009). Golongan flavonoid terbesar di dalam daun api-api adalah antosianin, flavonol, flavon, dan glikoflafon. Antosianin merupakan pigmen pewarna daun yang paling penting dan larut dalam air (polar) (Harborne 1987). Hal ini terlihat jelas pada saat dilakukan proses ekstraksi, daun api-api mengeluarkan warna hijau tua yang cukup pekat (Lampiran 5), warna hijau tersebut diduga karena terdapat banyak pigmen antosianin yang ikut larut pada saat ekstraksi berlangsung. Golongan flavonoid lainnya tersebar luas dan membantu penyerapan sinar matahari dalam proses fotosintesis.
11 37 Flavonol yang terkandung dalam daun dan kulit batang api-api mengandung kuersetin dan glikosida. Kuersetin berperan dalam menangkap radikal bebas dan mengkhelat ion logam transisi, hal ini ditunjukkan dari aktivitas antikosidan yang dilakukannya. Daun dan kulit batang pohon api-api menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat baik, terlihat adanya perubahan warna yang dapat dilihat secara kasat mata. Warna yang ditunjukkan adalah warna kuning setelah diberi radikal bebas DPPH (Lampiran 3). Warna kuning menunjukkan reaksi antara radikal bebas yang terikat dengan senyawa antioksidan (Molyneux 2004). Mekanisme perubahan warna DPPH yang terjadi akibat adanya reaksi penangkapan radikal bebas oleh senyawa antioksidan dapat dilihat pada Gambar 3. Senyawa polifenol misalnya flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang berkaitan erat dengan struktur rantai samping dan juga substitusi pada cincin aromatiknya. Kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH dapat mempengaruhi kekuatan antioksidannya. Aktivitas peredaman radikal bebas senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun dan kulit batang pohon api-api diduga akibat pengaruh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam molekul inti flavonoidnya. Akibat pengaruh jumlah dan posisi hidrogen fenolik itulah yang mengakibatkan daun dan kulit batang api-api memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Flavonoid dalam daun dan kulit batang pohon api-api mengandung banyak atom hidrogen yang mampu menggantikan atau mengkhelat logam radikal bebas pemicu spesies pembentuk kanker. Pengkhelatan logam radikal bebas oleh flavonoid dapat dilihat pada Gambar 12. F-OH + R F-O + RH Gambar 11 Mekanisme pengkhelatan logam radikal bebas oleh flavonoid (Sumber: Kumar et al. 2011a) Penelitian ini menggunakan radikal bebas DPPH yang mampu ditangkap dan disubstitusikan dengan gugus hidrogen oleh senyawa antioksidan seperti flavonoid. Senyawa flavonoid (F) melepaskan gugus hidrogen (H) dan mengikat serta menggantikan radikal bebas (R). Radikal bebas DPPH menjadi nonaktif dan
12 38 terhindar dari pemicu penyakit degeneratif seperti kanker. Tingginya aktivitas antioksidan yang dimiliki terbukti dengan adanya perubahan warna dari ungu menjadi kuning, hal itu menandakan banyaknya gugus hidroksil yang mampu mengikat logam radikal bebas. Penelitian pada daun surian yang dilakukan oleh Yuhernita dan Juniarti (2011) menggunakan metode DPPH dan pelarut metanol menujukkan bahwa daun surian memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik. Hal ini diduga karena adanya kandungan flavonoid di dalamnya. Jacoeb et al. (2011) menguji aktivitas antioksidan pada daun api-api yang diambil dari Desa Belanakan, Kota Subang, menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, yaitu daun api-api memiliki aktivitas antioksidan yang cukup kuat akibat pengaruh kandungan flavonoid di dalamnya. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Afzal et al. (2011) yang mendeteksi adanya kandungan flavonoid dalam daun Avicennia marina (Forks.)Vierh. yang menjadi salah satu komponen penyusun utama senyawa antioksidan dan antifungial serta mengobati penyakit kulit.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Zat Ekstraktif Mindi Kadar ekstrak pohon mindi beragam berdasarkan bagian pohon dan jenis pelarut. Berdasarkan bagian, daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu
Lebih terperinciLampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina)
LAMPIRAN 74 Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina) a. Kadar air % Kadar air U 1 % Kadar air U 2 Kadar air rata-rata
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kemampuan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) dalam menghambat oksidasi gula. Parameter
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proksimat Semanggi Air (Marsilea crenata) Semanggi air yang digunakan dalam penelitian ini merupakan semanggi air yang berasal dari daerah Surabaya, Jawa Timur kemudian semanggi
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van
22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi suatu spesies tanaman berdasarkan kemiripan bentuk morfologi tanaman dengan buku acuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lipida merupakan salah satu unsur utama dalam makanan yang berkontribusi terhadap rasa lezat dan aroma sedap pada makanan. Lipida pada makanan digolongkan atas lipida
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Bahan baku keong pepaya (Melo sp.) merupakan bahan baku yang diambil di Perairan Cirebon Jawa Barat. Bahan baku yang digunakan merupakan keong pepaya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit
8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah lintah laut (Discodoris sp.) dari Perairan Tanjung Binga Kepulauan Belitung. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus
3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada
Lebih terperinciHASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati
6 konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/ml.
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN. xvii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Ubi jalar ungu... 4 Gambar 2. Struktur DPPH... 8 Gambar 3. Reaksi penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan... 10 Gambar 4. Formulasi lipstik ubi jalar ungu... 21 Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat anatara lain terbentuknya radikal bebas. Asap kendaraan bermotor, asap rokok dan asap dari industri
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan sampel Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dalam keadaan basah yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg. Kulit buah naga merah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K
7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan
17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Januari sampai April 2010. Keong pepaya dibeli dari nelayan di sekitar Perairan Cirebon. Analisis proksimat keong ini dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses
Lebih terperinciGambar 4 Kondisi perairan lokasi penelitian
29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perairan Lokasi Penelitian Lamun dugong merupakan salah satu kelompok tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rendemen Ekstrak Pekat Propolis Ekstraksi propolis lebah Trigona sp dilakukan dengan metode maserasi. Menurut Anggraini (2006), maserasi adalah teknik ekstraksi yang dilakukan
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan
15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010. Tempat penelitian di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat dihambat (Suhartono,
Lebih terperinciABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA... 3 1.1. Tinjauan Tumbuhan...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat meningkat di Indonesia, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi dalam skala besar. Penggunaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di jaman yang sudah modern terdapat berbagai macam jenis makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Rasa manis tentunya menjadi faktor utama yang disukai
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstrak Kasar Petrosia nigricans dan Nilai Rendemen Proses ekstraksi meliputi penghancuran sampel, maserasi dalam pelarut dengan penggoyangan menggunakan orbital shaker, penyaringan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Biji labu kuning (C. moschata) diperoleh dari kota Salatiga Jawa Tengah. Biji C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Biji labu kuning (C. moschata) diperoleh dari kota Salatiga Jawa Tengah. Biji C. moschata yang digunakan dari buah yang sudah tua, berwarna kuning kecoklatan,
Lebih terperinciKAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH
KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Langsat (Lansium domestcum Var. langsat) adalah salah satu tanaman Indonesia yang kulitnya buahnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING. Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul:
PERSETUJUAN PEMBIMBING Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul: IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID EKSTRAK METANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill) ASAL BOLAANG MONGONDOW UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan sampai pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua. Proses tua tersebut memang normal terjadi dan tidak dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daun pohpohan merupakan bagian tanaman yang digunakan sebagai lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki aktivitas antioksidan yang besar,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya reaksi oksidasi
Lebih terperinciUJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI
UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air
Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat dari Didemnum sp. Langkah awal dalam penelitian ini adalah membuat sediaan ekstrak etil asetat. Disebut ekstrak etil asetat karena pelarut
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian Hasil penelitian menunjukkan perlakuan konsentrasi ekstrak daun picung kontak dan anti-feedant berpengaruh nyata terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bintang Laut Culcita sp. Culcita sp. merupakan jenis bintang laut yang memiliki lengan, berbentuk segi lima, tubuhnya tebal seperti roti. Warna bintang laut ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi tentang efek pangan telah dipelajari secara intensif beberapa tahun terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena berhubungan dengan adanya
Lebih terperinci: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3
3-ekstraksi 21 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi 1 : Wantong 2 : Flu Tulang 3 : Remurat 4. 2. Uji 4.2.1 Uji Reaksi Warna Hasil uji reaksi warna terhadap metampiron jamu 1, jamu 2 dan jamu 3 dapat
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena dapat mempengaruhi seluruh aktivitas tubuh. Berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, jantung,
Lebih terperinciUNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009
PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-heksana DAN METANOL DAUN KELADI TIKUS Oleh: Drs. Ahmad Musir, MS, Apt Dra. Yunahara Farida, M.Si, Apt Dra. Titiek Martati, M.Si, Apt Bernard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen
Lebih terperinciAnalisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal
6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan
Lebih terperinciJ. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-
Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah
Lebih terperinciAktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN
Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M.0304067 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antioksidan memiliki arti penting bagi tubuh manusia,
Lebih terperinciOPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel anemon laut (Stichodactyla gigantea) diambil disekitar kawasan Pulau Pramuka, Taman Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Seiring dengan kemajuan ilmu teknologi, para ilmuwan terus melakukan penelitian tentang khasiat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
47 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Keong Mas Morfologi keong mas yang diambil dari areal sawah padi Desa Carang Pulang, Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat - Beaker glass 1000 ml Pyrex - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex - Maserator - Labu didih 1000 ml Buchi - Labu rotap 1000 ml Buchi - Rotaryevaporator Buchi R 210 - Kain
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Sampel uji buah naga merah yang digunakan terlebih dahulu telah dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas Biologi Universitas
Lebih terperinciCompany LOGO ZAT WARNA /PIGMEN
Company LOGO ZAT WARNA /PIGMEN Banyak sekali faktor yang menentukan kualitas produk akhir. Kualitas bahan pangan juga ditentukan oleh faktor sensoris (warna, kenampakan, citarasa, dan tekstur) dan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian
Lebih terperinciKANDUNGAN FLAVONOID KULIT BATANG DAN DAUN POHON API-API (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) SEBAGAI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN SILVIA HANDAYANI
KANDUNGAN FLAVONOID KULIT BATANG DAN DAUN POHON API-API (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) SEBAGAI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN SILVIA HANDAYANI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karakterisasi bahan baku dilakukan untuk mengetahui sifat dari bahan baku yang digunakan. Anemon laut merupakan salah satu anggota Kelas Anthozoa yang
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Preparasi Sampel Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) varietas kangkung yang diperoleh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas adalah sebuah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rambut jagung diambil dari jagung muda yang telah berumur hari atau
34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan dan Preparasi Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rambut jagung (Zea mays L.) yang berasal dari jagung lokal yang tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul berbasis oksigen atau nitrogen dengan elektron tidak berpasangan
Lebih terperinci3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Ekstrak Kasar Buah Lindur Ekstraksi dilakukan untuk memisahkan komponen-komponen senyawa aktif dari suatu bahan campuran dan dapat dilakukan menggunakan pelarut. Ekstraksi
Lebih terperinciISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) Zuhelmi Aziz*, Ratna Djamil Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta 12640 email : emi.ffup@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses penuaan adalah tahapan alamiah seluruh mahluk hidup atau organisme. Proses ini sebenarnya merupakan hal normal yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari segi jumlah tanaman obat yang sebagian besar belum dapat dibuktikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, terutama dari segi jumlah tanaman obat yang sebagian besar belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Tanaman salak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI Penelitian tentang umbi bawang dayak ini dilakukan tidak hanya dalam bentuk umbi segarnya (Gambar 2) yang mengandung berbagai macam komponen bioaktif,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan
4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinci