BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi 1. Karakteristik Wilayah A. Luas dan Batas Wilayah Wilayah Kabupaten Lamandau memiliki luas Km 2, atau 4,8% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, menduduki urutan ke- 11 terluas dari 14 Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Jarak dari ibukota Lamandau, yaitu Nanga Bulik ke Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Palangka Raya) sekitar 559 Km. Luas wilayah Kabupaten Lamandau menurut kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Lamandau Menurut Kecamatan No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) 1. Bulik Bulik Timur 1, Menthobi Raya Sematu Jaya Lamandau 1, Belantikan Raya 1, Batang Kawa Delang Total 6, Sumber : Buku Kabupaten Lamandau dalam Angka Tahun Sedangkan secara wilayah administrasi, Kabupaten Lamandau memiliki batas-batas administratif sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan, dan kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Balai Riam Kabupaten Sukamara. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 1

2 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat dan sebagian dengan Kabupaten Sukamara. B. Kondisi Geografis Secara astronomis, posisi Kabupaten Lamandau berada pada posisi 1 19 s/d 3 36 Lintang Selatan dan s/d Bujur Timur. Secara geostrategis, posisi Kabupaten Lamandau memiliki posisi yang strategis karena berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Barat dan sebagai pintu gerbang arus masuk dan keluar barang dan manusia antara Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah. C. Kondisi Topografi Keadaan topografi Kabupaten Lamandau terdiri dari rawa dataran rendah, dataran tinggi, dan perbukitan, juga dialiri oleh sungai sungai besar maupun kecil yang menjadi urat nadi perekonomian di daerah ini. Permukaan wilayah Lamandau sebagian besar adalah berupa daratan yang relatif bergelombang dengan transisi antara 0 25 %. Kondisi ini merupakan bentukan dari perbukitan lemah yang banyak dijumpai pada wilayah sebelah barat. Sedangkan cekungan dapat ditemukan pada daerah yang masih berupa rawa. D. Kondisi Geologi Geologi permukaan tanah di kawasan Lamandau terdiri dari lapisan humus, jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning yang tahan erosi namun memiliki tingkat resapan yang sangat kecil. E. Kondisi Klimatologi Kabupaten Lamandau termasuk daerah yang memiliki Iklim tropis tipe A berdasarkan zone iklim yaitu jumlah bulan basah lebih banyak dibandingkan Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 2

3 dengan bulan kering. Kecepatan angin antara 0,4 0,7 knot. Suhu udara minimum antara 21,5 C 23,2 C dan suhu udara maksimum berkisar antara 31,4-33,5 C. F. Kondisi Hidrologi Pada tahun 2011, merupakan tahun kemarau yang mana curah hujan berkisar antara mm/tahun. Curah hujan tertinggi hanya terjadi di akhir tahun antara November Desember. Kelembaban udara berkisar antara 87% - 92%. G. Penggunaan Lahan berikut: Berdasarkan penggunaan lahan/hutan menurut fungsinya adalah sebagai Tabel 2.2 Luas Hutan Menurut Fungsinya No Fungsi Luas (Ha) 1 Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Terbatas Hutan Konversi Hutan Lindung Kawasan Pemukiman dan Peruntukan lain Kawasan tak terdata Taman Nasional/Wisata - Sumber: Buku Kabupaten Lamandau dalam Angka Tahun Demografi Penduduk Kabupaten Lamandau berdasarkan data akhir tahun 2011 berjumlah jiwa yang terdiri dari rumah tangga dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 10,30 jiwa per km 2. Untuk kecamatan terpadat penduduknya di Kabupaten Lamandau adalah Kecamatan Sematu Jaya yaitu 104,89 jiwa per km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan luas wilayahnya sebesar 86,85 km 2. Kecamatan terpadat kedua adalah Kecamatan Bulik, dengan tingkat kepadatan sebesar 34,54 per km 2 dengan luas wilayah 665,55 km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Secara lebih rinci perkembangan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut : Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 3

4 No Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Lamandau Menurut Kecamatan Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Bulik Bulik Timur Menthobi Raya Sematu Jaya Lamandau Belantikan Raya Batang Kawa Delang Lamandau Pertumbuhan (%) 1,8 4,6 6,0 6,2 3,79 Sumber: Buku Penduduk Kabupaten Lamandau Akhir Tahun 2011 Sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Lamandau yaitu bekerja di berbagai lapangan usaha. Namun demikian sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi penduduk kabupaten Lamandau. Dari jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2011 yang bekerja berjumlah orang, sebanyak orang atau 62,56% bekerja di sektor pertanian, diikuti oleh sektor perdagangan orang atau 10,32%, pemerintahan orang atau 9,89%, jasa orang atau 7,48%. Sektor industri pengolahan menyerap 454 orang atau 1,37%, bangunan/konstruksi 1067 orang atau 3,21%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 386 orang atau 1,16%, pertambangan dan penggalian sebesar 951 orang atau 2,87%, sewa rumah 150 orang atau 0,45%, sektor listrik dan air minum 36 orang atau 0,11%, sektor bank/lembaga keuangan 194 orang atau 0,58%. Berdasarkan struktur usia penduduk Kabupaten Lamandau dapat diketahui seberapa besar penduduk dalam usia produktif, kelompok non produktif, dan besarnya beban tanggungan per 100 orang penduduk. Dari data Lamandau dalam angka Tahun 2011, diketahui penduduk dalam usia produktif Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 4

5 (usia tahun) mencapai jiwa, sedang usia non produktif (usia 0-14 tahun dan 64 tahun ke atas) sebanyak jiwa, sehingga rasio ketergantungan penduduk kabupaten Lamandau adalah sebesar 50 yang berarti bahwa per 100 orang penduduk menanggung 50 orang usia tidak. Pola mobilitas penduduk Kabupaten Lamandau lebih banyak mengarah kepada pola rutin, yaitu melakukan kegiatan ekonomi dan mendapatkan kebutuhan pokok lainnya ke daerah kabupaten Kotawaringin Barat (Pangkalan Bun). Pola migrasi lainnya yaitu kegiatan pendidikan masyarakat Kabupaten Lamandau yang setelah menyelesaikan pendidikan SLTA umumnya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang ada di Kota Pangkalan Bun, Palangkaraya, Banjarmasin dan ke kota-kota lain di pulau Jawa. 3. Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah yang telah dilakukan berdasarkan hasil penelitian oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Kajian Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau tahun 2009, maka potensi pengembangan wilayah Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan potensi anglomerasi wilayah, kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Sematu Jaya di tempat kedua dan kecamatan Menthobi Raya di tempat ketiga; 2. Berdasarkan potensi sumber daya manusia, kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Menthobi Raya di tempat kedua dan kecamatan Sematu Jaya di tempat ketiga; 3. Berdasarkan potensi sumber daya alam (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, bahan mineral dan batu bara, serta obyek wisata) kecamatan yang memiliki potensi tertinggi adalah : Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 5

6 a. Pertanian, kecamatan Batang Kawa memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Bulik di tempat ketiga; b. Perkebunan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Menthobi Raya di tempat ketiga; c. Peternakan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Delang di tempat kedua dan kecamatan Sematu Jaya di tempat ketiga; d. Perikanan, Kecamatan Bulik memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Belantikan Raya di tempat ketiga; e. Bahan Mineral dan Batubara, Kecamatan Belantikan Raya memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau, Batang Kawa dan Delang di tempat kedua; f. Obyek Wisata, Kecamatan Belantikan Raya memiliki potensi tertinggi, diikuti kecamatan Lamandau di tempat kedua dan kecamatan Delang di tempat ketiga Aspek Kesejahteraan Masyarakat Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk domestik regional bruto (PDRB). Terdapat 2 (dua) jenis penilaian produk domestik regional bruto (PDRB) yang dibedakan Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 6

7 dalam dua jenis penilaian yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan. Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Kondisi Perekonomian Kabupaten Lamandau terlihat dari gambaran PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun Rata-rata pertumbuhan PDRB yang terjadi pada kurun waktu tersebut sebesar 6,06%. Tahun 2011 pertumbuhan PDRB sebesar 6,52%, berada di bawah pertumbuhan tingkat Provinsi pada tahun yang sama, yaitu sebesar 6,74%. Adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan regional perkapita selama kurun waktu yang sama, yaitu dari Rp ,49,- pada tahun 2007 menjadi Rp ,58,- pada tahun Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Lamandau tersebut, di samping memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan juga berdampak terhadap terbukanya lapangan kerja baru bagi penduduk. Walapun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut masih belum sepenuhnya dapat menyerap jumlah angkatan kerja yang ada. Tahun 2011 jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja berjumlah orang, sedangkan jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun yang sama sebanyak orang, sehingga masih terdapat angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan. Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lamandau atas dasar harga konstan tahun 2000 kurun waktu tahun , sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB. Rata-rata kontribusi sektor pertanian pada kurun waktu tersebut adalah 64,35%. Kemudian urutan Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 7

8 kedua terbesar dalam pembentukan perekonomian Kabupaten Lamandau adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan rata-rata kontribusi sebesar 16,28%, diikuti sektor jasa-jasa diurutan ketiga terbesar dengan rata-rata kontribusi 10,38%. Selanjutnya diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-rata kontribusi 3,99% diurutan keempat, dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan diurutan kelima dengan rata-rata kontribusi 2,66%. Secara lengkap nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Tahun atas dasar harga konstan tahun 2000, Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Lamandau (Juta Rupiah) NO Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian ,55 66, ,83 63, ,46 64, ,12 63, ,61 63,06 2 Pertambangan & Penggalian 2.930,09 0, ,33 1, ,38 1, ,06 1, ,49 1,20 3 Industri Pengolahan 3.750,90 0, ,90 0, ,19 0, ,66 0, ,35 0,76 4 Listrik,Gas & Air bersih 413,84 0,08 442,72 0,08 560,32 0,10 748,16 0,13 794,11 0,13 5 Konstruksi 1.160,34 0, ,74 0, ,08 0, ,32 0, ,27 0,33 6 Perdagangan, Hotel & ,07 15, ,96 16, ,91 16, ,17 16, ,57 16,72 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi ,22 3, ,36 4, ,41 4, ,86 4, ,68 3,99 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan ,43 2, ,38 2, ,94 2, ,31 2, ,69 2,96 9 Jasa-jasa ,25 9, ,11 10, ,40 10, ,20 10, ,17 10,85 PDRB , , , , , PERTUMBUHAN (%) 5,85 6,04 5,74 6,15 6,52 Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Lamandau periode tahun tersebut, menunjukkan arah (trend) yang meningkat selama periode tersebut walaupun laju tingkat pertumbuhannya bersifat fluktuatif. Tahun 2007 PDRB sebesar Rp ,26,-, dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp ,02,-, terjadi kenaikan sebesar Rp ,76,- atau terjadi kenaikan sebesar 55,83% selama 5 tahun. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 8

9 Secara terperinci nilai dan kontribusi sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lamandau tahun 2007 sampai dengan 2011 atas dasar harga berlaku adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2011 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamandau (Juta Rupiah) N Sektor O (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian ,34 70, ,73 67, ,30 67, ,45 67, ,59 68,05 2 Pertambangan & Penggalian 4.958,67 0, ,63 1, ,53 1, ,25 1, ,83 1,31 3 Industri Pengolahan 5.341,62 0, ,28 0, ,18 0, ,87 0, ,07 0,66 4 Listrik,Gas & Air bersih 626,34 0,08 698,07 0,08 933,12 0, ,69 0, ,17 0,13 5 Konstruksi 1.463,77 0, ,22 0, ,87 0, ,15 0, ,12 0,27 6 Perdagangan, Hotel & Restoran ,77 14, ,40 15, ,88 15, ,93 15, ,20 14,72 7 Pengangkutan & Komunikasi ,75 3, ,80 3, ,75 3, ,26 3, ,15 3,42 8 Keuangan, sewa, & Js.Perusahaan ,49 2, ,44 2, ,22 2, ,22 2, ,95 2,49 9 Jasa-jasa ,50 7, ,97 8, ,72 8, ,49 8, ,94 8,96 PDRB , , , , , PERTUMBUHAN (%) 14,09 9,83 8,30 15,13 13,78 Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012 Nilai dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lamandau atas dasar harga berlaku pada tabel 2.5 di atas, sama seperti nilai dan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lamandau atas dasar harga konstan tahun 2000, sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB. Rata-rata kontribusi sektor pertanian pada kurun waktu tersebut adalah 68,05%. Kemudian urutan kedua terbesar dalam pembentukan perekonomian Kabupaten Lamandau adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel jasajasa dengan rata-rata kontribusi sebesar 14,72%, diikuti sektor jasa-jasa diurutan ketiga terbesar dengan rata-rata kontribusi 8,96%. Selanjutnya diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-rata kontribusi 3,42% diurutan keempat, dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan diurutan kelima dengan rata-rata kontribusi 2,49%. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 9

10 Kemudian dari sisi perkembangan nilai kontribusi sektor dalam PDRB tahun , baik atas dasar harga berlaku (ADHB) dan harga konstan (ADHK), terdapat sektor yang mengalami penurunan kontribusi dalam pembentukan PDRB dan sebaliknya terdapat beberapa sektor yang mengalami peningkatan walaupun masih relatif kecil dan terdapat sektor yang kontribusinya relatif tetap. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi adalah sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi keuangan, sewa, dan jasa perusahaan. Sektor yang mengalami peningkatan kontribusi adalah sektor: pertambangan dan penggalian, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, dan jasa-jasa. Sedangkan sektor yang relatif tetap/sama kontribusinya adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Berikut adalah data Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kabupaten Lamandau. Tabel 2.6 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kabupaten Lamandau NO Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 70,56 66,40 67,63 63,97 67,52 64,65 67,96 63,69 68,05 63,06 2 Pertambangan & Penggalian 0,63 0,59 1,77 1,76 1,07 1,07 1,22 1,19 1,31 1,20 3 Industri Pengolahan 0,68 0,76 0,71 0,75 0,74 0,78 0,69 0,77 0,66 0,76 4 Listrik,Gas & Air bersih 0,08 0,08 0,08 0,08 0,10 0,10 0,12 0,13 0,13 0,13 5 Konstruksi 0,19 0,23 0,20 0,24 0,24 0,28 0,26 0,32 0,27 0,33 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 14,56 15,65 15,57 16,28 15,87 16,18 15,27 16,58 14,72 16,72 7 Pengangkutan & Komunikasi 3,45 3,86 3,75 4,09 3,82 4,12 3,53 4,06 3,42 3,99 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 2,12 2,51 2,18 2,47 2,31 2,56 2,43 2,78 2,49 2,96 9 Jasa-jasa 7,75 9,91 8,10 10,36 8,34 10,27 8,52 10,49 8,96 10,85 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012 Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 10

11 Berdasarkan besaran kontribusi kelompok sektor terhadap pembentukan PDRB kurun waktu , maka perekonomian Kabupaten Lamandau masih bertumpu pada kelompok sektor primer (meliputi sektor; pertanian, pertambangan dan penggalian) sebagai kelompok sektor yang kontribusinya paling besar. Rata - rata kontribusi kelompok sektor primer adalah sebesar 69,55%, diikuti kelompok sektor tersier (meliputi sektor; perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa) sebesar 29,43% dan kelompok sektor sekunder (meliputi sektor; industri pengolahan, listrik dan air bersih, dan bangunan/konstruksi) sebesar 1,03%. Tabel 2.7 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 Pertumbuhan Sektor Hb Hk % % Pertanian -2,51-3,34 Pertambangan & Penggalian 0,68 0,61 Industri Pengolahan -0,02 0 Listrik,Gas & Air bersih 0,05 0,05 Konstruksi 0,08 0,1 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,16 1,07 Pengangkutan & Komunikasi -0,03 0,13 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 0,37 0,45 Jasa-jasa 1,21 0,94 PDRB Tabel 2.8 Struktur Perekonomian Kabupaten Lamandau Menurut Kelompok Sektor Atas Dasar Harga Berlaku 2000, Tahun (Persen) Kelompok Sektor Rata-rata Primer 71,19 69,41 68,59 69,18 69,36 69,55 Sekunder 0,94 0,99 1,08 1,07 1,05 1,03 Tersier 27,87 29,60 30,33 29,75 29,59 29,43 PDRB Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012 Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 11

12 B. PDRB Per Kapita PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional netto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahan tahun. Pertumbuhan PDRB yang positif yang terjadi di Kabupaten Lamandau kurun waktu tahun menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di wilayah ini. Walaupun demikian sasaran utama dari perkembangan ekonomi regional bukan saja untuk meningkatkan nilai tambah sektoral tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tercermin dari PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita. Produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita penduduk Kabupaten Lamandau kurun waktu menunjukkan kenaikan terus menerus setiap tahun. Rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku adalah 10,34%. Tahun 2007 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,67 dan tahun 2011 menjadi Rp ,46,-, naik sebesar Rp ,43,-. Secara terperinci PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas Harga Berlaku Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut: Tabel 2.9 PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas Harga Berlaku Kabupaten Lamandau Uraian Nilai PDRB (Jutaan Rp) Jumlah Penduduk tengah th (jiwa) PDRB perkapita (Rp/jiwa) , , , , , , , , , ,46 Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/2012 Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 12

13 Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 3,31%. Pada Tahun 2007 PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp ,53,- dan tahun 2011 menjadi Rp ,58,-, naik sebesar Rp ,05-, seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 2.10 PDRB Perkapita Tahun 2007 s.d 2011 Atas Harga Konstan Kabupaten Lamandau Uraian Nilai PDRB (Jutaan Rp) , , , , ,94 Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB perkapita (Rp/jiwa) , , , , ,58 Sumber: Buku Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau 2011/ Fokus Kesejahteraan Sosial A. Pendidikan 1. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama, selain itu juga untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Tabel 2.11 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau (%) Uraian Angka melek huruf 98,64 98,64 98,65 98,66 98,67 Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau 2. Angka Rata-rata Lama Sekolah Lamanya sekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 13

14 Tabel 2.12 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau (Tahun) Kabupaten Kabupaten Lamandau 7,60 7,60 7,61 7,63 7,73 Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau 3. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tabel 2.13 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Jenjang Pendidikan APM SD/MI 103,98 100,00 100, APM SMP/MTs 44 64,62 99,85 99, APM SMA/MA/SMK 11 33,89 48,72 48,72 50 Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau 4. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masingmasing jenjang pendidikan. Tabel 2.14 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK) Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Jenjang Pendidikan APK SD/MI 128,99 111,28 117,82 117,82 118,02 2 APK SMP/MTs 58,14 85,31 107,97 107,97 108,19 3 APK SMA/MA/SMK 18,76 50,55 63,59 63,59 65 Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau B. Kesehatan 1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 14

15 Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka kematian bayi). AKB dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Untuk Kabupaten Lamandau Angka kematian bayi (AKB) tahun 2011 adalah sebesar 18,52%. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 15

16 2. Angka usia harapan hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Tabel 2.15 Angka Harapan Hidup Kabupaten Lamandau Tahun ,93 67,05 67,13 67,21 67,29 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupatenn Lamandau 3. Persentase balita gizi buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu : a. rendah = di bawah 10 % b. sedang = % c. tinggi = % d. sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Untuk Kabupaten Lamandau persentase balita gizi buruk pada tahun 2012 sebesar 0,00% yang berarti hampir tidak ditemukan balita gizi buruk. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 16

17 C. Kesempatan kerja (Rasio penduduk yang bekerja) Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka pengangguran). Untuk Kabupaten Lamandau berdasarkan data dari BPS Kabupaten Lamandau angka pengangguran untuk tahun 2011 adalah sebesar 2,53% Fokus Seni Budaya dan Olahraga Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Kabupaten Lamandau yang terdiri dari 8 kecamatan dan 83 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat. Adapun untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot dan sehat. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu indikator terpenuhinya generasi muda yang berkualitas adalah tersedianya fasilitas olah raga. Tabel 2.16 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2007 s.d 2011 NO Capaian Pembangunan Jumlah grup kesenian Jumlah gedung kesenian Jumlah klub olahraga Jumlah gedung olahraga Sumber : Data dari Dispora dan Disparsenibud Kabupaten Lamandau Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 17

18 2.1.3 Aspek Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundanundangan Fokus Layanan Urusan Wajib A. Urusan Pendidikan Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. SDM yang berkualitas akan membawa dampak pada kemajuan dibidang teknologi, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan barang dan jasa, melakukan inovasi teknologi, merancang dan merekayasa lingkungan hidup, menjaga keteraturan sosial, mengembangkan perekonomian dan pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Data pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator pendidikan sebagai berikut : a. Angka Partisipasi Kasar Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 18

19 sekolah. Bisa jadi kenaikan tersebut karena dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah. Adapun perkembangan angka partisipasi kasar Kabupaten Lamandau tahun dapat dilihat pada tabel b. Rasio guru/murid Rasio guru/murid menggambarkan perbandingan jumlah guru terhadap murid. Hal ini untuk melihat apakah guru yang tersedia cukup untuk melayani atau membimbing murid yang ada. Dengan melihat rasio ini maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi murid-murid, sekaligus juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Tabel 2.17 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau No Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1. Jumlah Guru Jumlah Murid 7,679 8, , Rasio 94,28 92,66 107,76 107,31 97,13 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru Jumlah Murid , Rasio 106,67 106,71 91, ,.95 80,14 Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 B. Urusan Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajad kesehatan yang lebih baik. Indikator bidang urusan kesehatan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 19

20 Tabel 2.18 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Uraian Jumlah posyandu Jumlah balita 6,366 4, Rasio Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 Tabel 2.19 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas persatuan penduduk Rasio Poliklinik persatuan penduduk Rasio Pustu persatuan penduduk Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 Tabel 2.20 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Uraian Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah) Jumlah seluruh Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 Tabel 2.21 Jumlah Dokter Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 0,015 0,021 0,030 0,019 0,025 Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 Tabel 2.22 Jumlah Tenaga Medis Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau NO Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 0,25 0,45 0,51 0,42 0,52 Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/2012 Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 20

21 2.1.4 Aspek Daya saing Daerah Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi lainnya yang berdekatan, domestik atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani. Oleh karena keterbatasan data, maka data yang bisa ditampilkan hanya data pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.23 Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau No Uraian Total Pengeluaran RT Jumlah RT Rasio (1./2.) 40,9 39,5 35,2 34,8 34,89 Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/ Fokus Sumber Daya Manusia Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator rasio ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3. Hal ini terkait dengan permasalahan angkatan kerja masalah yang perlu mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan karena di dalam kelompok angkatan kerja terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 21

22 Semakin besar jumlah tenaga kerja di dalam suatu daerah, semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka akan jadi pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif, sebagai nilai rasio ketergantungan akan cenderung menurun, namun ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi. Tabel 2.24 Rasio Ketergantungan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Lamandau No Uraian Jumlah penduduk usia < 15 tahun Jumlah penduduk usia > 64 tahun Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) &(2) Jumlah penduduk Usia tahun Rasio ketergantungan (3) / (4) , ,87 Sumber: Diolah dari Buku Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2011/ Permasalahan Pembangunan Daerah A. Urusan Wajib 1. Pendidikan Dalam rangka melaksanakan program kegiatan tahun 2012, Dinas Pendidikan dan Pengajaran menghadapi beberapa masalah dan kendala yaitu antara lain : 1) Kegiatan Pengadaan Alat Praktek dan Peraga Siswa pada SLB, Pagu/dana tidak mencukupi apabila disesuaikan dengan jumlah siswa SLB. Solusinya: Program/kegiatan tersebut dianggarkan kembali pada tahun anggaran berikutnya dengan perencanaan yang matang. 2) Kegiatan Seleksi dan Penghargaan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Berprestasi Tingkat Kabupaten dan Pengiriman ke provinsi, yaitu kurangnya guru yang berminat mengikuti kegiatan tersebut. Solusinya: Kedepan perlu ditingkatkan pemahaman untuk memotivasi minat Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas untuk mengikuti kegiatan seleksi tersebut. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 22

23 2. Kesehatan Dalam rangka mewujudkan visi dan misi dibidang Kesehatan terdapat beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kegiatan tahun 2012 yaitu antara lain : 1) Kegiatan Lomba Posyandu, tidak terealisasi disebabkan dana tidak mencukupi dalam pelaksanaan. Solusinya, kegiatan tersebut dianggarkan ditahun 2013 dengan menambah anggaran sesuai kebutuhan. 2) Kegiatan Lomba Balita Sehat, yaitu Lomba Balita Sehat Tingkat Kecamatan tidak dapat dilaksanakan karena anggaran yang terbatas. Solusinya, kegiatan tersebut dianggarkan ditahun 2013 dengan menambah anggaran sesuai kebutuhan. 3) Kurangnya Tenaga Kesehatan yang mempunyai keahlian Khusus Misalnya Dokter Spesialis, Analis Kesehatan, Tenaga Rekam Medis, Radiografer, teknisi elekytro medic dan lain-lain. Hal ini disebabkan Realisasi perekrutan tenaga PNS dan Honorer ( PHL/TKS ) kurang berjalan baik sulit mendapatkan tenaga karena SDM yang tidak tersedia. 4) Ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan belum maksimal untuk menunjang pelayanan / kegiatan dirumah sakit. Ketersedian tenaga yang terampil dan terlatih di unit-unit khusus sangat kurang. 5) Fasilitas pelayanan kesehatan belum memenuhi standar baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 6) Peralatan Kantor, rumah tangga dan peralatan kesehatan yang minim. 7) Keterbatasan ruang tempat pelayanan kesehatan. 8) Anggaran untuk dana operasional Rumah Sakit masih sangat minim. Sementara realisasi anggaran tidak tepat waktu hal ini disebabkan pembahasan Rencana Agaran Satuan Kerja dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja RSUD memakan waktu yang lama. 9) Perda tarif Retribusi yang baru belum diaplikasikan dalam bentuk sistim billing sehingga sistim yang di gunakan masih manual sehingga resiko terjadinya kesalahan masih besar. 10) Proses Penentuan kelas rumah sakit dari kementerian kesehatan yang belum terlaksana sementara di didepan sudah menunggu agar segera dapat Berubah Menjadi BLUD dan dituntut juga untuk dapat akreditasi. Memperhatikan hasil evaluasi kinerja kegiatan maka beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah : 1) Pemberdayaan tenaga kesehatan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga fungsional baik paramedis keperawataan maupun non keperawatan. Dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat fungsional. 2) Pembangunan dan perbaikan sarana - prasarana untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 23

24 3) Percepatan realisasi anggaran. 4) Pengajuan usulan kelembagaan rumah sakit, agar lebih mandiri dalam pengelolaannya. 5) Perda tarip retribusi rumah sakit yang baru segera disiapkan sarana pendukungnya berupa aplikasi sistim biling. 6) Mengusulkan perubahan perda tarif pelayanan rumah sakit, dengan menghitung unit cost, termasuk komponen jasa medis dan perawatan. 7) Penambahan biaya operasional Rumah Sakit baik bersumber dari dana D A U maupun APBN. 8) Swakelola beberapa unit penunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. 9) Penyediaan fasilitas yang memadai bagi tenaga medis. 3. Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamandau tahun 2012 tidak menghadapi permasalahan maupun kendala mendasar sebagai hambatan di dalam pelaksanaan program semuanya dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik atas dasar kebersamaan, koordinasi dan sinkronisasi dengan menyusun pola-pola pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah-masalah tersebut antara lain dengan cara sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas SDM Pegawai Badan Lingkungan Hidup melalui Kursus/diklat bidang Lingkungan Hidup serta bidang umum dan kepegawaian, sehingga di tahun selanjutnya Pegawai BLH sudah siap bekerja, baik secara administrasi maupun secara teknis di lapangan. 2) Menyelenggarakan koordinasi mengenai pengendalian Pencemaran Lingkungan bersama instansi terkait. 3) Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan tugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamandau. 4. Pekerjaan Umum Permasalahan/hambatan yang terjadi dalam bidang pekerjaan umum adalah dalam bidang Bina Marga, bidang Cipta Karya dan pengairan. 1) Dalam pelaksanaan pembangunan kebinamargaan terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, maka pelaksanaan pembangunan sarana jalan dan jembatan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Pelaksanaan Pembangunan sarana jalan untuk kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan bisa berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian suatu daerah. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 24

25 2) Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang Cipta Karya terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, maka pelaksanaan pembangunan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Cipta Karya kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pelaksanaan pembangunan dibidang Cipta Karya bisa dilaksanakan secara maksimal. 3) Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang Pengairan terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran, sehingga pelaksanaan pembangunan tidak bisa secara optimal. Solusi pemecahannya: Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Pengairan kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas atau bertahap sehingga pembangunan dibidang pengairan bisa dilaksanakan secara maksimal. 5. Penataan Ruang Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang tata ruang terkendala dari keterbatasan penyediaan anggaran dan belum finalnya RTRW Kabupaten yang masih dalam tahap evaluasi gubernur, sehingga pelaksanaan pembangunan, khususnya dibidang penataaan ruang tidak bisa secara optimal. Secara umum pelaksanaan Pembangunan dibidang Tata Ruang kedepan perlu dipertimbangkan skala prioritas atas kepentingan masyarakat luas dan menunggu finalnya RTRW kabupaten sehingga pelaksanaan pembangunan dibidang Tata Ruang bisa dilaksanakan secara maksimal. 6. Perencanaan Pembangunan Dalam menjalankan kegiatannya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau masih menghadapi hambatan/kendala antara lain: 1) Pada tahun 2012, BAPPEDA bekerjasama dengan pihak ketiga telah menyempurnakan sebuah aplikasi Sistem Informasi (SIM) Perencanaan Pembangunan Daerah yang dapat memudahkan dalam proses penyusunan RKPD. Permasalahan disini adalah kurang mampunya aparatur dalam mengaplikasikan sistem tersebut baik admin di BAPPEDA maupun operator di masing-masing SKPD. 2) Pada tahap koordinasi dengan adanya perubahan petunjuk penyusunan dan aplikasi SIM PP, masih banyak SKPD yang belum mengerti dalam pengisian tabel lampiran dan aplikasi tersebut karena waktu pelatihan yang singkat. Solusi : Diperlukan pelatihan-pelatihan lebih lanjut terkait penyusunan/ pengisian aplikasi SIM PP tersebut. 3) Belum terbangunnya sistem pengumpulan data kinerja yang akurat. Solusi : Membangun sistem pengumpulan data kinerja 4) Belum selaras dan sinergisnya sistem akuntabilitas pemerintah daerah Kabupaten Lamandau dengan Satuan Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan kurang Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 25

26 kemampuan dan pengetahuan aparatur dalam penyusunan LAKIP. Solusi : Perlu adanya pelatihan bagi aparatur dalam penyusunan LAKIP. 7. Perumahan Permasalahan dalam bidang perumahan tahun 2012 yakni berkaitan dengan keterbatasan anggaran, namun Pemerintah Kabupaten Lamandau terus berupaya melakukan terobosan atau langkah dalam hal penanganan bidang perumahan. Telah dilaksanakan penanganan perumahan untuk kepentingan masyarakat diantaranya pelaksanaan kegiatan BEDAH RUMAH yaitu bantuan rehab rumah bagi warga yang kurang mampu secara berkelanjutan tiap tahun. Selain itu, juga dilaksanakan kegiatan rehab rumah warga yang tidak memenuhi syarat di 3 desa PM2L. Selanjutnya, Pemerintah Daerah juga mengusahakan dana diluar APBD (APBN) dalam penanganan perumahan yakni dengan selalu berkoordinasi dengan Pemprov dan Kemenpera. 8. Kepemudaan dan Olahraga Pada tahun 2012, kendala/hambatan yang dihadapi Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lamandau dalam melaksanakan program dan kegiatan bidang tugasnya diantaranya adalah pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana olah raga dimana tidak terlaksananya pekerjaan peningkatan lapangan di Bayat karena tidak tersedia lahan dari Masyarakat dan solusinya kegiatan tersebut akan dianggarkan kembali pada tahun Penanaman Modal Permasalahan dalam bidang penanaman modal yaitu antara lain : 1) Masih kurangnya sarana-prasarana bidang infrastruktur seperti Jalan, Jembatan, Kelistrikan, Air Bersih (PDAM) dan Jasa Perbankan, sehingga mempengaruhi perkembangan Investasi di Kabupaten Lamandau. 2) Terjadinya tumpang tindih lahan dalam pemberian Ijin Lokasi Perusahaan Bidang Perkebunan, Pertambangan dan Kehutanan, serta banyak Perusahaan Perkebunan yang menggarap lahan melebihi luas ijin yang dimiliki, serta ada beberapa desa yang masuk di dalam Hak Guna Usaha (HGU). 3) Belum disahkannya RTRWP Provinsi Kalimantan Tengah, sehingga lokasi perusahaan yang masuk kawasan hutan lindung belum memiliki Ijin Pelepasan Kawasan Hutan, yang mengakibatkan perusahaan tersebut memiliki keraguan dalam mengelola areal lahan yang dimilikinya. 4) Rendahnya kepatuhan para Investor mematuhi tatanan dan aturan berinvestasi terutama penyampaian LKPM, dikarenakan kantor pusat perusahaan yang berada diluar Wilayah Kabupaten Lamandau. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 26

27 5) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat Penanaman Modal bagi Pembangunan dan Kesejaheraan Masyarakat disekitar Perusahaan dan rendahnya pendidikan masyarakat sehingga perusahaan hanya mempekerjakan masyarakat di sekitar perusahaan sebagai Tenaga Harian Lepas (THL). 6) Tidak jelasnya tupoksi Bidang Investasi di BAPPEDA karena tidak ada kewenangan dari BAPPEDA yang mengatur serta program kerja yang terkait dengan Investasi. Permasalahan Subbidang Promosi : a. Kabupaten Lamandau belum memiliki UKM Binaan yang mampu menghasilkan produksi yang kontinyu dan memiliki nilai jual tinggi serta layak untuk di promosikan keluar daerah sebagai produk unggulan dari Kabupaten Lamandau. b. Kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan produk-produk lokal yang menjadi ciri khas Kabupaten Lamandau, dikarenakan kurangnya permodalan serta tidak adanya pembinaan dari instansi-instansi terkait. c. Kurangnya Anggaran dalam melakukan Promosi Investasi keluar daerah maupun kemanca negara, serta kurangnya personil Bidang Investasi dan Promosi. d. Kurang tepatnya Subbidang Promosi bila tempatkan di BAPPEDA karena di DISPERINDAGKOP juga ada Bidang Promosi sehingga semua kegiatan Subbidang Promosi BAPPEDA harus dikoordinasikan dengan Bidang Promosi DISPERINDAGKOP dan UMKM. Pemecahan Masalah : a. Pemerintah Daerah melakukan pembangunan bidang Infrastruktur terutama jalan dan jembatan, melakukan studi kelayakan listrik tenaga air, dan jasa perbankan. b. Pemerintah Daerah melakukan Inventarisasi Perijinan yang dimiliki Perusahaan- Perusahaan dan melakukan Audit Lahan Perusahaan-perusahaan Perkebunan. c. Melakukan pembinanan, monitoring, pengawasan, dan evaluasi terhadap kegiatan penanaman modal yang ada di Kabupaten Lamandau. d. Melakukan Sosialisasi/Penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya Investasi terhadap pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. e. Diharapkan kepada instansi teknis yang membidangi UKM, agar lebih optimal dalam melakukan pembinaan, serta memberikan bantuan permodalan agar mereka dapat berkembang. f. Bidang Investasi telah dipersiapkan bergabung dengan kantor perijinan sesuai dengan amanat Perpres nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dibidang Penanaman Modal. Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah I I - 27

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 204 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Evaluasipelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu dengan memperhatikan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 2014 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... viii Ikhtisar Eksekutif... x BAB I PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan... 2 III. Gambaran

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

2.1. Peraturan Pemerintah Terkait Pengembangan Produk Unggulan

2.1. Peraturan Pemerintah Terkait Pengembangan Produk Unggulan 2.1. Peraturan Pemerintah Terkait Pengembangan Produk Unggulan 2.1.1 Permendagri No. 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk Unggulan Kegiatan pengembangan produk unggulan adalah upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II

BAB II EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II BAB II EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II 2.1 Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan memuat uraian rumusan umum permasalahan pembangunan berdasarkan hasil analisis isu permasalahan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LKPJ Bupati Lamandau Tahun BAB I PENDAHULUAN

LKPJ Bupati Lamandau Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Lamandau merupakan Kabupaten Pemekaran yang berdiri bersama 7 (tujuh) Kabupaten pemekaran lainnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002. Dari 8 (delapan) Kabupaten yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) PROVINSI PAPUA TAHUN 2014 2018 Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 Misi 1 : Mewujudkan Suasana Aman, Tentram dan Nyaman

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci