Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profil dan Arahan Investasi Agropolitan"

Transkripsi

1 Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan 1.1 Gambaran Umum Konsep Kawasan Ekonomi Agropolitan Perkembangan dan sejarah konsep pembangunan wilayah mengalami perubahan yang dinamis. Pertama, dimulai dengan konsep teori centralplace dari Christaller pada tahun Konsep ini bertujuan ingin menjelaskan pilihan-pilihan lokasi untuk sektor-sektor publik dan pribadi, serta di mana posisi pemerintah mengambil keputusan sehingga menghasilkan alokasi yang optimal bagi berbagai fungsi layanan ekonomi. Kedua, konsep neoklasik. Konsep ini menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya dapat menjadi optimum dan distribusi pendapatan dan pertumbuhan antar wilayah akan merata apabila mekanisme pasar berfungsi sebagaimana mestinya. Ketiga, teori growth pole. Konsep ini berkembang di Perancis pada tahun 1950 di mana suatu industri tertentu perlu dikembangkan dengan berbagai fasilitas pendukungnya sehingga menstimulasi berbagai aktivitas ekonomi di wilayah sekitarnya. Keempat, teori export base. Teori berkembang di Amerika Serikat pada awal dekade lima puluhan, di mana pertumbuhan wilayah dipicu oleh permintaan eksternal. Selanjutnya, pendapatan yang diterima dari ekspor digunakan untuk menstimulasi permintaan internal dan pertumbuhan wilayah. Kelima, centreperiphery-models. Model dicetuskan oleh Gunard Myrdal pada tahun 1957 sebagai pertanyaan terhadap penerapan model neoklasik di negara berkembang. Myrdal mengatakan bahwa negara berkembang tidak mungkin berdampingan dengan negara maju dalam kerangka mekanisme pasar, karena akan menghasilkan kesenjangan yang makin parah. Model Myrdal baru diakui pada awal tujuh puluhan sebagai paradigma baru pembangunan. Myrdal menginginkan feri-feri harus memperoleh perhatian yang proporsional agar kesenjangan dapat dihentikan. Konsep pembangunan agropolitan diangkat dari pemikiran Myrdal dalam konteks yang lebih spesifik, yakni keadaan negara-negara Asia yang umumnya berpenduduk padat, serta sistem pertaniannya labor intensive dalam skala usaha kecil. Friedmann and Douglas (1978) dalam Mercado (2002) mengimplementasikan gagasan Myrdal ke Halaman 1 dari 106

2 dalam konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan pendekatan perencanaan pembangunan tipe bottom-up yang berkeinginan meneapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan lebih tepat dibanding strategi growth pole. Karakteristik agropolitan meliputi: 1. Skala geografi relatif kecil; 2. Proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang bersifat otonom dan mandiri berdasarkan partisipasi masyarakat lokal 3. Diversifikasi tenaga kerja pedesaan pada sektor pertanian dan non pertanian, menekankan kepada pertumbuhan industri kecil; 4. Adanya hubungan fungsional industri pedesaan-perkotaan dan linkages dengan sumberdaya ekonomi lokal; 5. Pemanfaatan dan peningkatan kemampuan sumberdaya dan teknologi lokal. Selanjutnya, Friedmann and Weaver (1979) menyempurnakannya sebagai strategi pembangunan wilayah (pedesaan maupun perkotaan) yang bertumpu pada sumberdaya lokal dengan dukungan Implementasi dalam aspek politik, ekonomi dan sosial untuk mencapai sasaran : 1. Diversifikasi aktifitas ekonomi; 2. Mendorong ekspansi pasar regional (bahkan dengan substitusi impor); 3. Mendorong perputaran modal (recirculation) di dalam masyarakat; 4. Mendorong proses pembelajaran. Friedmann dalam Syahrani (2001), menyatakan bahwa di dalam wilayah agropolitan disediakan berbagai fungsi layanan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan agribisnis. Fasilitas pelayanan meliputi sarana produksi (pupuk, bibit, obat -obatan, peralatan), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik), serta sarana pemasaran (pasar, termin al angkutan, sarana transportasi). Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan distrik, yakni suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 hingga 10 km dan dengan jumlah penduduk 50 hingga 150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200 jiwa per km 2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Halaman 2 dari 106

3 Sekalipun konsep Friedmann dan kawan-kawan dapat dianggap sebagai definisi baku, namun muncul pula tafsiran, varian atau yang berdekatan dengan definisi agropolitan. Misalnya, model selective spatial closure. Model ini menjelaskan. bahwa pembangunan dapat dilakukan secara selektif terhadap wilayah-wilayah tertentu dan dengan alasan tertentu pula. Misalnya, industri pada wilayah feri-feri dapat diberi perhatian, atau harns dilindungi dari kompetisi dengan industri yang sama di wilayah center. Oleh sebab itu infrastruktur lokal harus diperkuat sebagai antisipasi dan dampak ekonomi yang lebih global. Kebijakan diarahkan secara spesifik kepada pemenuhan kebutuhan dasar dari masyarakat lokal dalam berproduksi (basic need and target group-oriented)bukan dengan pendekatan teknis untuk masyarakat secara umum. Model lain sebagai bagian dari agropolitan adalah yang disebut dengan locally integrated economic circuit atau (LIEC), yakni sistem ekonomi wilayah lokal yang terdiversifikasi dan terintegrasi, mandiri, dinamis, didominasi aktifitas ekonomi skala usaha kecil, yang menjalankan proses alokasi sumberdaya secara harmonis dan berkesinambungan. Model LIEC menuntut pendefinisian batasan wilayah yang relevan, potensi sumberdaya wilayah, kapasitas industri, teknologi lokal tepat guna, dan dukungan kelembagaan. Konsep lainnya adalah apa yang disebut dengan Sustainable Integrated Planning (SIP). Pembangunan agropolitan menurut model SIP menjelaskan sisi-sisi praktis dari implementasi pembangunan berkelanjutan. Dalam pandangan SIP, pembangunan dapat dilaksanakan jika landasan perencanaan dicukupi. Perencanaan menjadi panduan pelaksanaan pembangunan pada semua level, nasional, propinsi dan wilayah. Menurut Scrimgeour, Chen and Hughes (2002), pembangunan agropolitan yang disebutnya sebagai self-centred development memerlukan intervensi pemerintah dalam bentuk regulasi untuk memotong hambatan-hambatan struktural. Upaya tersebut bertujuan agar terjadi integrasi sosial ekonomi di dalam wilayah dengan budaya, sumberdaya, lansekap dan iklim tertentu. Lebih jauh, kebutuhan investasinya dapat didatangkan dari luar wilayahj ika kemampuan lokal relatifrendah. Dengan kata lain, alokasi sumberdaya wilayah merupakan komponen penting pembangunan agropolitan bersama-sama dengan aspek ekologi dan sosial. Halaman 3 dari 106

4 Secara umum pendekatan dari pembangunan agropolitan telah dapat diterima. Berbagai negara sudah menerapkan sekalipun dengan istilah yang beragam. Pemerintah Cina menerapkannya dalam istilah walkingon the legs. Satu kaki berpijak kepada kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dengan mengandalkan industri skala besar, sementara kaki lainnya menerapkan konsep agropolitan untuk mengembangkan aktivitas ekonomi wilayah lokal. Sementara Afrika Selatan menerapkan kebijakan Growth with Equity and Redistribution (GEAR) pada tahun 1996 (Simon, 2000). Demikian pula, pendekatan ini juga telah menjadi program baku Bank Dunia di dalam kerangka community base development untuk pengentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan (usaha kecil), atau pengembangan kredit mikro. Definisi baku mengenai pembangunan agropolitan di Indonesia belum jelas dinyatakan. Menurut Depkimpraswil, program agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu wilayah tertentu yang berbasis pada pertanian. Depkimpraswil memiliki kepentingan dalam penyediaan sarana dan prasarana wilayah sementara Deptan bertanggungjawab terhadap aspek produksi pertanian. Sementara itu, pemerintah kabupaten Kutai Timur ( id/web/agropolitan. htm) mendefinisikan Agropolitan sebagai sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri). Wilayah agropolitan diharapkan akan menarik pengembangan ekonomi berbasis agri di wilayah hinterland, dan oleh karenanya perlu diciptakan suatu Linkage dan keterpaduan antara kawasan Agropolitan dengan kawasan hinterland. Dalam kerangka pembangunan Nasional, kawasan ekonomi agropolitan Kutai Timur semakin mendapat angin segar terutama dengan adanya rencana pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengembangan Ekonomi Nasional (MP3EI). Pengembangan masterplan ini dilakukan dengan pendekatan terobosan bukan business as usual melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan master plan ini, dibantu oleh pihak pemerintah yang akan bertindak sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Kedua, penguatan koordinasi lintas kementerian sektor dan antara kementerian sektor dan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya, dunia usaha Halaman 4 dari 106

5 akan menjadi aktor utama dalam kegiatan investasi, produksi dan distribusi. Strategi penyusunan masterplan meliputi 3 (tiga) elemen utama yaitu: (a) mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia, dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan disetiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan atau kawasan ekonomi khusus yang berbasis sumber daya unggulan (komoditi); (b) memperkuat konektivitas nasional, yang meliputi konektivitas intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan, intra pulau (koridor), dan pintu perdagangan internasional; (c) mempercepat kemampuan iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) diharapkan akan menjadi mesin pertumbuhan dan pe nciptaan lapangan kerja yang dapat mendorong banyak perubahan positif bagi pengembangan wilayah, melalui: 1. KEI tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam, namun lebih pada penciptaan nilai tambah. Dalam hal ini pelaku swasta akan menjadi aktor utama dalam kegiatan hilirisasi. 2. KEI tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif. Hal ini memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk berkembang sesuai potensinya masing-masing. 3. KEI tidak menekankan pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat, namun lebih ditekankan pada upaya sinergi pembangunan sektoral dan wilayah untuk meningkatkan keuntungan komparatif dan kompetitif secara nasional dan global. 4. KEI tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja, namun pada pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara 5. KEI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan anggaran pemerintah semata, namun juga pembangunan infrastruktur yang menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS). Halaman 5 dari 106

6 Gambar 1 Persebaran Wilayah Koridor Ekonomi Per Sektor Unggulan Sumber : Dokumen Rencana MP3EI Kebijakan MP3I ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ) yang terkait untuk wilayah Kalimantan umumnya dan Kalimantan Timur pada khususnya. Untuk KEI Koridor Kalimantan di fokuskan untuk pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional, untuk wilayah Kalimantan Terdiri dari 4 hub yaitu Pontianak, Palangka Raya, Balikpapan dan Samarinda Koridor diestimasikan dapat meningkatkan PRDB sebesar ~2.6x dari $59 milyar di 2008 ke $152 milyar di 2030 dengan estimasi laju pertumbuhan koridor sebesar 3.6% dibandingkan estimasi baseline sebesar 5.8%, Halaman 6 dari 106

7 Gambar 2 Rencana Induk Koridor Ekonomi Indonesia Untuk Masing Masing Koridor Sumber : Dokumen Rencana MP3EI Serta yang menjadi fokus sektor saat ini 1. Migas --- Eksplorasi lebih banyak untuk memastikan pertumbuhan produksi yang stabil 2. Minyak Kelapa Sawit --- Meningkatkan produksi panen, beralih ke produk dgn nilai tambah tinggi dan produk hilir. 3. Batubara --- Meningkatkan produksi dgn membangun infrastruktur yg dapat mencapai tambang di pedalaman Industri Berkelanjutan di Masa Depan 1. Perikanan --- Memperluas industri akuakultur udang 2. Kayu --- Membangun industri hutan yang berkelanjutan & memperluas ke produksi bernilai tambah tinggi (kertas) 3. Karet --- Meningkatkan industri karet Halaman 7 dari 106

8 Gambar 3 Koridor Ekonomi Kalimantan Sumber : Dokumen Rencana MP3EI Untuk mendukung semua rencana yang sudah ada diatas butuh suatu alat dukung baik untuk sektor yang difokuskan saat ini atau untuk sektor masa deapan, salah satunya harus ada infrastruktur kunci yang dibutuhkan seperti pelabuhan sungai untuk Fasilitas Barge Loading Pelabuhan yang menghubungkan Rel Kereta Api untuk membawa batubara melalui sungai; Sungai Barito dan Mahakam, yang rencananya lokasi yang sesuai dan cocok untuk mendukung rencana yang sudah ada di Kabupaten Kaliorang pelabuhan Maloy yang berada di. Selain itu dibutuhkan juga rel kereta api dibutuhkan untuk membuat pertambangan batubara di pedalaman layak secara ekonomi. 1.2 Profil Ekonomi Wilayah Profil ekonomi wilayah didasarkan atas besaran nilai PDRB yang diciptakan di tingkat kecamatan, potensi komoditi, ketersediaan infrastruktur dan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kondisi wilayah sendiri. Dengan unit analisis di tingkat kecamatan, akan tergambarkan kondisi dan perkembangan ekonomi wilayah di. Berdasarkan hasil analisis kondisi dan pertumbuhan ekonomi sektoral Kutai Timur, gambaran perekonomian Kutai TImur adalah sebagai berikut Halaman 8 dari 106

9 1. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif pesat di Provinsi Kalimantan Timur dan memiliki keunggulan lokasional di : sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. (paling bagus) 2. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif pesat di Provinsi Kalimantan Timur tetapi tidak memiliki keunggulan lokasional di ; cenderung tertekan namun berpotensi untuk terus tumbuh: sektor bangunan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; jasajasa; listrik, gas, dan air; serta industri. 3. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif lambat di Provinsi Kalimantan Timur tapi memiliki keunggulan lokasional di ; pertumbuhannya tertekan tapi cenderung berkembang karena memiliki daya saing : sektor pertanian. (bagus) 4. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif lambat di Provinsi Kalimantan Timur dan tidak memiliki keunggulan lokasional di ; tidak punya daya saing dan cenderung tertekan. Terlihat bahwa sektor pertanian dalam analisis pertumbuhan perekonomian wilayah Kutai Timur merupakan sektor yang memiliki keunggulan lokasional, artinya bahwa Kutai Timur memiliki spesialisasi sebagai penghasil nilai tambah pertanian dalam lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian di Kutai Timur cukup layak untuk dikembangkan, karena posisinya yang bagus dalam memberikan nilai tambah saat ini. Berikut akan dipaparkan kondisi dan profil ekonomi wilayah dari masing-masing kecamatan yang menjadi wilayah studi dan diarahkan untuk perkembangan agropolitan Kutai Timur ke depannya. Halaman 9 dari 106

10 1.2.1 Profil Ekonomi Wilayah Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara sebagai ibukota kabupaten memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup dominan di Jika dibandingkan hasil produksi antara subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan, industri logam, industri kulit, industri kayu, industri anyaman, industri kain.tenun, industri makanan, dan industri lainnya di Kecamatan Sangatta Utara terhadap hasil produksi rata-rata seluruh kecamatan di, terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4 Profil Ekonomi Sangatta Utara PERDAGANGAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber: Hasil Analisis, 2011 Terlihat bahwa Kecamatan Sangatta Utara unggul dalam sektor tersier, yakni di bidang perdagangan, di mana dominasi kegiatan perdagangan, jauh diatas sektor ekonomi lainnya. Selain itu sektor lain yang juga unggul adalah pada subsektor tanaman pangan, yang sedikit berada di atas rata-rata. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada dasarnya didominasi oleh subsektor perdagangan, baik besar, menengah maupun eceran. Sangatta Utara sebagai ibukota kabupaten memiliki keunggulan sebagai pusat koleksi dari berbagai barang di kabupaten Kutai Timur. Keunggulan tersebut dapat diamati dalam table berikut ini, yang menggambarkan besaran jumlah jenis perdagangan di Kutai Timur. Halaman 10 dari 106

11 Gambar 5 Perbandingan Perdagangan Sangatta Utara dan Kecamatan Lainnya Besar Mikro Kecil Menenga h Sumber: Hasil Analisis, 2011 Terlihat bahwa dari besaran jumlah perdagangan di Kecamatan Sangatta Utara, jumlah yang ada setelah dibandingkan dengan jumlah rata-rata perdagangan di seluruh kecamatan Kutai Timur (indeks rata-rata = 1), berada di atas rata-rata kecamatan, yang menunjukkan spesialisasi Sangatta Utara sebagai pusat koleksi dan distribusi barang pada tingkat kabupaten. Sementara untuk subsektor tanaman pangan, berdasarkan produksi yang dihasilkan, tampak sebagai berikut subsektor unggulan di kecamatan Sangatta Utara, yakni seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 6 Keunggulan Tanaman Pangan Sangatta Utara dan Kecamatan Lainnya Ubi Jalar Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Ubi Kayu Sumber: Hasil Analisis, 2011 Halaman 11 dari 106

12 Terlihat bahwa untuk subsektor tanaman pangan yang terkait dengan sektor pertanian, Kecamatan sangatta utara unggul pada komoditi kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar, dengan subsektor yang paling dominan dalam nilai produksinya adalah pada subsektor kacang kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu Profil Ekonomi Kecamatan Sangatta Selatan Lokasinya yang berada dengan Sangatta Utara sebagai pusat dari kabupaten, maka Sangatta Selatan juga merupakan wilayah pengembangan dari pusat kegiatan di kabupaten, sekaligus sebagai pintu masuk menuju ibukota kabupaten. Sangatta Selatan juga menunjukkan ciri keberadaan sektor tersier (perdagangan dan jasa), namun juga dikombinasikan dengan kemajuan sektor primer pula (pertanian). Berikut perhitungan keunggulan sektor pe rekonomian di Sangatta Selatan. Gambar 7 Profil Ekonomi Sangatta Selatan TANAMAN PANGAN 2 1,5 PERDAGANGAN 1 0,5 0 PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber : hasil analisis, 2011 Dari hasil analisis, tampak bahwa sektor perdagangan mendominasi perekonomian di Kecamatan Sangatta Selatan, sementara sektor lainnya yang juga mendominasi adalah peternakan, dan juga sektor industri total. Sektor perdagangan yang dibagi berdasarkan besaran sektor perdagangan yang ada di Sangatta Selatan, dimana sektor perdagangan mikro dan kecil lebih Halaman 12 dari 106

13 mendominasi keberadaan perdagangan dibandingkan dengan perdagangan besar dan menengah. Gambar 8 Perbandingan Perdagangan Sangatta Selatan dan Kecamatan Lainnya Besar Mikro 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Kecil Menengah Sumber : hasil analisis, 2011 Sementara untuk sektor pertanian dan industri kecil (UKM), kondisi di Sangatta Selatan adalah sebagai berikut. Gambar 9 Perbandingan Komoditas Peternakan Sangatta Selatan Dan Kecamatan Lainnya Sapi 3 Telur (kg) 2 Ker-bau 1 Itik 0 Kam-bing Ayam Babi Sumber : hasil analisis, 2011 Terlihat bahwa subsektor peternakan adalah pada komoditas telur dan sapi. Di mana tingkat produksinya berada di atas rata-rata kecamatan dalam Kabupaten Halaman 13 dari 106

14 Kutai Timur. Sementara untuk subsektor industri kecil, industri yang paling dominan adalah industri makanan/minuman Profil Ekonomi Kecamatan Rantaupulung. Wilayah Kecamatan Rantau Pulung merupakan salah satu wilayah yang terdekat dengan ibukota kabupaten. Wilayah Kecamatan ini termasuk dalam jalur Poros Kabupaten (wilayah tengah) yang dapat menghubungkan Sangatta dengan Batu Ampar maupun jalur menuju Muara Wahau. Kecamatan Rantau Pulung adalah bagian dari Wilayah dengan luas wilayah 143,82 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec. Sangatta pada akhir tahun 2005 menjadi 4(empat) kecamatan yaitu Kec. Sangatta Utara, Kec. Sangatta Selatan, Kec. Teluk Pandan dan Kec. Rantau Pulung. Untuk sektor perekonomian Rantaupulung, gambaran kondisinya dapat diamati pada gambar berikut. Gambar 10 Profil Sektor Ekonomi Rantaupulung PERDAGANGAN TANAMAN PANGAN 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber : hasil analisis, 2011 Bahwa sektor peternakan adalah sektor yang paling dominan, walaupun masih berada di bawah rata-rata kecamatan keseluruhan. Untuk komoditas peternakan, dapat dilihat pada gambar berikut. Halaman 14 dari 106

15 Gambar 11 Perbandingan Komoditas Peternakan Rantaupulung dan Kecamatan Lainnya Sapi 3 Telur (kg) Itik Ker-bau Kam-bing Ayam Babi Sumber : hasil analisis, 2011 Terlihat bahwa komoditas unggulan peternakan di Rantaupulung adalah pada komoditas kerbau dan kambing Profil Ekonomi Kecamatan Bengalon Kecamatan Bengalon adalah bagian dari Wilayah dengan luas wilayah 3.972,60 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec. Sangatta. Keseluruhan wilayah Kec. Bengalon yang cukup luas terdapat di daratan dan juga langsung dengan laut dengan pantai yang indah dan potensi kelautannya. Potensi ini memberikan keunggulan Bengalon pada sektor-sektor terkait dengan pertanian. Di mana secara umum kondisi perekonomian Bengalon adalah sebagai berikut. Gambar 12 Profil Sektor Ekonomi Bengalon PERDAGANGAN TANAMAN PANGAN 2 1,5 1 0,5 0 PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber : hasil analisis, 2011 Halaman 15 dari 106

16 Terlihat bahwa sektor peternakan dan juga perdagangan memiliki keunggulan lokasional di kecamatan Bengalon. Untuk subsektornya sendiri pada sektor peternakan: Gambar 13 Perbandingan Komoditas Peternakan Bengalon Dan Kecamatan Lainnya Sapi 8 Telur (kg) Itik Ker-bau Kam-bing Ayam Babi Sumber: hasil analisis, 2011 Komoditas ayam, itik, kerbau, dan kambing merupakan komoditas unggulan di kecamatan Bengalon.di mana komoditas itik dan kerbau memiliki populasi tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Sementara untuk sektor perdagangan dapat dilihat di bawah ini. Gambar 14 Perbandingan Komoditas Perdagangan dan Kecamatan Lainnya Besar 1,5 0,5 Mikro Kecil Menengah Sumber: hasil analisis, 2011 Halaman 16 dari 106

17 Perdangangan skala mikro di Bengalon memiliki keunggulan bidang perdagangan mikro saja, sementara jenis perdagangan lainnya masih di bawah rata-rata kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa skala pelayanan perdagangan di Bengalon hanyalah pada skala rumah tangga saja Profil Ekonomi Kecamatan Kaliorang Kecamatan Kaliorang adalah bagian dari Wilayah dengan luas wilayah 472 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec. Sangkulirang pada akhir tahun 2000 menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kec. Sangkulirang, Kec.Kaliorang dan Kec. Sandaran. Pada akhir tahun 2005, Kecamatan Kaliorang dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Kaliorang dan Kecamatan Kaubun. Sektor perekonomian di Kaliorang, di dominasi oleh sektor pertanian, khususnya subsektor pertanian tanaman pangan. Di mana nilai produksinya jauh berada di atas rata-rata kecamatan yang ada di. Sementara sektor lainnya yang juga dominan adalah sektor perkebunan meskipun besarannya masih sama dengan kecamatan. Gambar 15 Profil Ekonomi Kaliorang PERDAGANGAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber : hasil analisis, 2011 Untuk sektor tanaman pangan sendiri, subsektor yang dominan dapat dilihat dari grafik berikut. Halaman 17 dari 106

18 Gambar 16 Perbandingan Komoditas Tanaman Pangan Kaliorang Dengan Kecamatan Lainnya Padi 6 Ubi Jalar 4 2 Jagung Kacang Tanah 0 Kedelai Kacang Hijau Ubi Kayu Sumber : hasil analisis, 2011 Terlihat bahwa rata-rata seluruh jenis tanaman pangan, memiliki tingkat produksi tinggi dan dominan di Kecamatan Kaliorang dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Hanya komoditas jagung saja yang nilai produksinya di bawah rata-rata kecamatan, sementara jenis komoditas lainnya memiliki keunggulan lokasional dalam lingkup Profil Ekonomi Kecamatan Kaubun Kecamatan Kaubun adalah bagian dari Wilayah dengan luas wilayah 153,38 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec. Kaliorang pada akhir tahun 2005 menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kec. Kaliorang, dan Kec. Kaubun. Distribusi sektor perekonomian di kecamatan Kaubun adalah sebagai berikut. PERDAGANGAN Gambar 17 Profil Ekonomi Kaubun TANAMAN PANGAN 2 1,5 1 0,5 0 PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Halaman 18 dari 106

19 Kaubun memiliki keunggulan pada sektor tanaman pangan dan peternakan, di mana untuk masing-masing komoditas dari dua sektor tersebut dapat diamati pada gambar berikut ini. Gambar 18 Perbandingan Komoditas Tanaman Pangan Kaubun Dengan Kecamatan Lainnya Kacang Tanah Ubi Jalar Padi 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Jagung Kedelai Kacang Hijau Ubi Kayu Sumber : hasil analisis, 2011 Gambar 19 Perbandingan Komoditas Peternakan Kaubun dengan Kecamatan Lainnya Sapi 2 Telur (kg) Itik 1,5 1 0,5 0 Ker-bau Kam-bing Ayam Babi Sumber : hasil analisis, 2011 Halaman 19 dari 106

20 Untuk komoditas pada tanaman pangan Kaubun memiliki keunggulan pada komoditas padi dan kedelai, sementara untuk komoditas peternakan, kecamatan ini unggul pada produksi kambing, sapi, telur, dan itik Profil Ekonomi Kecamatan sangkulirang Kecamatan Sangkulirang adalah bagian dari Wilayah dengan luas wilayah 3522, 58 km2 yang telah dimekarkan sejak akhir tahun 2000 menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kec. Sangkulirang, Kec.Kaliorang dan Kec. Sandaran dan pada tahun 2005 dimekarkan kembali menjadi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Sangkulirang dan Kecamatan Karangan. Gambar 20 Profil Ekonomi Sangkulirang TANAMAN PANGAN 6 4 PERDAGANGAN 2 0 PERKEBUNAN INDUSTRI TOTAL PETERNAKAN Sumber : hasil analisis, 2011 Sangkulirang sendiri memiliki keunggulan lokasional dari seluruh sektor perekonomian yang dianalisis di mana perekonomian masing-masing sektornya berada di atas rata-rata sektor perekonomian seluruh kecamatan. Namun sektor dengan nilai keunggulan tertinggi adalah perkebunan dan peternakan. Komoditas dari masing-masing subsektor tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini. Halaman 20 dari 106

21 Gambar 21 Perbandingan Komoditas Perkebunan Sangkulirang Dengan Kecamatan Lainnya Kelapa Sawit (ton) Karet (ton) Kelapa (ton) Coklat (ton) Kopi (ton) Lada (ton) Gambar 22 Perbandingan Komoditas Peternakan Sangkulirang Dengan Kecamatan Lainnya Telur (kg) Itik Sapi Ker-bau Kambing Ayam Babi Sumber : hasil analisis, 2011 Terlihat bahwa untuk subsektor perkebunan, komoditas paling dominan di Sangkulirang adalah kelapa dan coklat, dengan nilai produksi yang jauh melebihi produksi rata-rata kecamatan. Semenatra untuk peternakan, Sangkulirang unggul pada semua jenis hewan ternak kecuali babi. Namun komoditas hewan yang paling dominan adalah pada telur, sapi, dan kerbau. Halaman 21 dari 106

22 No Sektor dan Komoditas Unggulan Kecamatan Berdasarkan hasil analisis keunggulan sektor ekonomi dan komoditas kecamatandi, berikut dipetakan keunggulan dari masing-masing sektor dan subsektor ekonomi tujuh kecamatan terkait dengan pengembangan agropolitan, yakni sebagai berikut. Tabel 1 Profil Sektor dan Komoditas Unggulan Kecamatan Subsektor Status Kecamatan Komoditi Unggulan Unggulan Unggulan Padi, Kedelai, Ubi Kayu, Tanaman ** Kacang Hijau, Kacang Sangatta Pangan Tanah, Ubi Jalar Utara Mikro, Kecil, Menengah, Perdagangan *** Besar Sangatta Selatan Perdagangan ** Mikro, Kecil Industri kecil (UKM) * Makanan Perkebunan * Lada 3. Rantaupulung Peternakan * 4. Bengalon 5. Kaliorang Tanaman Pangan ** Peternakan ** Kambing, Kerbau, Dan Ayam Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Jalar Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam, Itik Perdangan * Mikro Industri kecil (UKM) Tanaman Pangan * Kayu, Logam *** Padi, Kedelai, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Jalar Perkebunan * Karet, Kelapa Halaman 22 dari 106

23 No. Kecamatan 6. Kaubun 7. Sangkulirang Subsektor Status Komoditi Unggulan Unggulan Unggulan Peternakan * Kambing, Itik Tanaman Pangan ** Padi, Kedelai Perkebunan * Kopi Peternakan ** Sapi, Kambing, Itik Industri kecil (UKM) * Kulit Perkebunan *** Kelapa, Kopi, Lada, Coklat Peternakan *** Perdagangan *** Industri kecil (UKM) Catatan: ***) sangat unggul dari rata-rata kecamatan **) cukup unggul dari rata-rata kecamatan *) sedikit unggul dari rata-rata kecamatan Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam, Itik Mikro, Kecil, Menengah, besar ** Makanan, Lain-Lain Keunggulan pada sektor produksi Keunggulan pada sektor pengolah Keunggulan pada sektor pemasaran Berdasarkan klasifikasi sektor yang dibagi dari tiga jenis sektor ekonomi dari produksi hingga ke pemasaran, dapat kita lihat secara nyata kondisi yang terbentuk pada tujuh kecamatan yang terkait dengan agropolitan di wilayah Kutai Timur. Hal ini menggambarkan bahwa kemajuan sektor tersebut dapat saling dikaitkan membentuk sistem agropolitan yang membentuk alur produksi hingga ke pemasaran kepada konsumen. Kecendrungan dan keunggulan lokasional akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan konsep agropolitan, Halaman 23 dari 106

24 pengembangan infrastruktur terkait agropolitan dan arahan investasi sektoral pada sektor-sektor terkait dalam pengembangan agropolitan secara terintegrasi. Namun yang harus diperhatikan selain pembagian peran dari keunggulan lokasional adalah pada tingkat keunggulan daerah tersebut. Daerah yang masih berada pada level sedikit unggul (dinyatakan dalam *) perlu dipacu untuk peningkatan pada subsektor ekonominya tersebut. Karena pada level * tersebut, keunggulan belum menjadi dominasi dibandingkan dengan daerahdaerah di sekitarnya, sehingga memerlukan peningkatan kuantitas dari besaran kegiatan. 1.3 Skenario Investasi Agropolitan Dalam subbab berikut akan dipaparkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi (LPE), berdasarkan investasi yang dilakukan dalam dua scenario, yakni investasi pada sektor pertanian di luar wilayah agropolitan dan investasi pada sektor pertanian di wilayah agropolitan Skenario Investasi Sektor Pertanian Pemetaan skenario investasi didasarkan atas dua wilayah spasial dalam pemanfaatan dan peningkatan agropolitan, yakni: - Tujuh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah pengembangan agropolitan; yakni Kec. Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon, Kaubun, Kaliorang, Sangkulirang, dan Bengalon sebagai satu unit wilayah investasi. - Sebelas kecamatan selain tujuh kecamatan sebelumnya sebagai unit wilayah investasi yang lain. Dengan pembagian kedua wilayah tersebut akan diketahui efektivitas penanaman modal dalam indicator PDRB yang dihasilkan dan juga Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dengan membandingkan be saran PDRB dan LPE yang dihasilkan dari proses investasi yang berlangsung dalam dua unit wilayah investasi yang disebutkan tersebut. Untuk mengetahui keunggulan tujuh kecamatan yang masuk dalam wilayah pengembangan agropolitan, dapat diketahui dengan membandingkan besaran Halaman 24 dari 106

25 PDRB subsektor pertanian yang dihasilkan oleh tujuh kecamatan agropolitan dengan PDRB subsektor pertanian pada 11 kecamatan lainnya di luar wilayah pengembangan agropolitan. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan untuk mengisolasi besaran perekonomian yang dihasilkan tujuh kecamatan utama yang menjadi wilayah studi dengan wilayah lainnya di luar wilayah kajian. Dari data dan informasi yang diperoleh dengan kedua kelompok wilayah tersebut, dihasilkan gambaran berupa tabel berikut. Tabel 2 Perbandingan PDRB Subsektor Pertanian Pada Wilayah Kajian Dengan Kecamatan di Luar Wilayah Kajian Besaran PDRB (dalam juta rupiah) Komponen pengamatan Peternakan Kehutanan Perikanan Total Tanaman pangan Perkebunan PDRB 7 kecamatan agropolitan rata-rata 7 kec PDRB 11 kecamatan lainnya rata-rata 11 kec. Lainnya Unggul Unggul kesimpulan kecamatan agro lain kecamatan Sumber: hasil analisis, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,64 Unggul kecamatan agro Unggul kecamatan lain Unggul kecamatan agro Unggul kecamatan agro Dengan pendekatan yang dilakukan tersebut, didapatkan bahwa ketujuh kawasan agropolitan secara umum memiliki produktivitas subsektor pertanian yang lebih unggul dibandingkan non-agropolitan. Dengan membandingkan PDRB per kecamatan untuk subsektor pertanian pada wilayah kajian dengan wilayah di luar tujuh kecamatan kawasan agropolitan, dapat diamati bahwa tujuh kecamatan tersebut secara umum memiliki keunggulan pada komoditas tanaman pangan, peternakan, dan yang paling besar dan utama adalah perikanan. Sementara untuk sektor kehutanan dan perkebunan, konsentrasi kegiatan ekonomi masih didominasi di luar wilayah tujuh kecamatan tersebut. Halaman 25 dari 106

26 Namun kesimpulan secara umum yang dihasilkan dari nilai PDRB kecamatan untuk pertanian, tujuh kecamatan yang menjadi fokus pengembangan agropolitan memiliki keunggulan dibandingkan dengan kecamatan lainnya di. Hal ini mengindikasikan tingkatan produktivitas pembentukan nilai tambah (PDRB) dari dua unit wilayah wilayah investasi yang telah kita bagi sebelumnya Pemetaan kondisi Infrastruktur Pertanian Selain dalam konteks sektor ekonomi, investasi juga dilakukan dalam penyediaan infrastruktur. Walaupun tidak terkait langsung dengan proses produksi, namun keberadaan infrastruktur menjadi prasyarat berjalannya proses ekonomi suatu wilayah. Dengan keberadaan infrastruktur proses produksi, distribusi, dan konsumsi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itulah keberadaan infrastruktur juga harus diperhatikan dan direncanakan pengembangannya dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah Kutai Timur, khususnya untuk kepentingan agropolitan. Pemetaan kondisi infrastruktur dilakukan untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan infrastruktur pertanian di kecamatan-kecamatan yang terkonsentrasi dalam pengembangan kawasan pertanian. Dari sekian banyak infrastruktur dalam pengembangan ekonomi maupun pertanian, beberapa infrastruktur yang terkait dalam pengembangan pertanian, antara lain : 1. Infrastruktur Jalan 2. Jaringan irigasi 3. KUD dan pasar 4. Kelistrikan. Analisis yang dilakukan adalah dengan analisis kuadran, yakni dengan perbandingan antara kondisi perekonomian, khususnya pertanian dengan ketersediaan infrastruktur. Nilai referensi yang digunakan adalah kondisi infrastruktur terbaik dalam kecamatan sebagai titik yang harus dicapai untuk peningkatan perekonomian. Namun khusus untuk infrastruktur jalan, pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan aksesibilitas dan mobilitas penduduk menggunakan standar pelayanan minimal dari depattemen Pekerjaan Halaman 26 dari 106

27 Umum. Ilustrasi analisis kuadran terhadap ketersediaan infrastruktur adalah sebagai berikut. Gambar 23 Analisis Infrastruktur Berdasarkan Kuadran Sumber: hasil analisis, 2011 Namun khusus untuk infrastruktur jalan, pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan, merupakan infrastruktur yang paling banyak berperan dalam kegiatan manusia. Tidak hanya dalam peningkatan perekonomian, kebutuhan sosial dan kebutuhan lainnya yang bahkan tidak terkait dengan perekonomian membutuhkan keberadaan infrastruktur jalan sebagai penghubung wilayah. Dalam perekonomian, jaringan jalan menjadi satu komponen penting dalam penciptaan nilai tambah; sebagai tempat berpindahnya barang dan jasa, pergerakan tenaga kerja, dsb. Untuk standar pelayanan minimal jalan sendiri telah dimuat dalam peraturan Menteri pekerjaan Umum dengan Nomor: 14/PRT/M/2010, mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Dalam peraturan tersebut dipaparkan bahwa untuk jaringan jalan, standar Halaman 27 dari 106

28 pelayanan minimal yang harus dicapai dibagi atas beberapa klasifikasi, yakni sebagai berikut. Tabel 3 Standar Pelayanan Minimal Infrastruktur Jalan Klasifikasi SPM Jenis pelayanan dasar infrastruktur jalan Aksesibilitas; yakni Tersedianya jalan yang Jaringan Ruas menghubungkan pusat pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota. Mobilitas; yakni Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan perjalanan. Keselamatan; Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan SELAMAT. Kondisi jalan : Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan SELAMAT dan NYAMAN. Kecepatan : Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan KECEPATAN rencana. Sumber: Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan, ada lima jenis indicator untuk SPM jaringan jalan yang ditetapkan, dan kelima indicator tersebut terkait dengan ketrersediaan jaringan jalan untuk pelayanan kegiatan. Terkait dengan pengembangan perekonomian, dalam hal ini agropolitan hal yang harus dipenuhi dari ketersediaan infrastruktur jalan yang dikaitkan dengan standar pelayanan minimal dalam ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya adalah terkait pada aksesibilitas dan juga mobilitas. Aksesibilitas terkait dengan keterkaitan pusat kegiatan dengan wilayah sekitarnya dan mobilitas terkait dengan pergerakan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan. Perhitungan terkait dengan kedua hal tersebut, dapat dilihat sebagai berikut ini: Halaman 28 dari 106

29 1. Aksesibilitas Di mana pembilang merupakan jumlah panjang jalan penghubungan pusat-pusat kegiatan yang dihitung berdasarkan keberadaan tahun terakhir, semenatra penyebut, yakni jumlah seluruh panjang jalan penghubung yang harusnya ada di wialyah tersebut. 2. Mobilitas Angka mobilitas dihitung berdasarkan angka yang ditargetkan pada akhir waktu pencapaian SPM dengan angka mobilitas yang ditentukan. Sementara angka mobilitas yang ditentukan didasarkan atas tabel berikut ini. Tabel 4 SPM Mobilitas Kategori Kerapatan Penduduk (KP) Angka Mobilitas Jiwa/km 2 (km/ jiwa) I <100 18,50 II 100 KP ,0 III 500 KP ,00 IV 1000 KP ,00 V ,00 Sumber: Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Ketersediaan jalan didasarkan atas kepadatan penduduk, di mana semakin padat penduduk suatu kota/kabupaten maka panjang jalan yang disediakan juga harus semakin tinggi untuk mengakomodasi kebutuhan pergerakan masyarakat dalam suatu wilayah. Dari kedua pendekatan tersebut, maka akan dianalisis ketersediaan panjang jalan pada tujuh kecamatan yang termasuk dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kutai Timur. Ketersediaan jalan tersebut, dimaksudkan sebagai prasyarat bagi Halaman 29 dari 106

30 pertumbuhan perekonomian di kawasan agropolitan yang akan dikembangkan. Dengan menganalisis ketersediaannya hingga saat ini, maka akan diketahui apakah ketersediaan jalan tersebut sudah layak bagi pengembangan agropolitan ke depannya. Aksesibilitas Berdasarkan pendekatan aksesibilitas, di mana akan dihubungkan antara pusat kecamatan dengan pusat kecamatan, dan pusat kecamatan dengan pusat kabupaten, maka diperkirakan kebutuhan panjang jalan sebagai berikut ini : Tabel 5 Kebutuhan Panjang Jalan Berdasarkan Pendekatan Aksesibilitas Kecamatan No Kecamatan Kebutuhan panjang jalan (km) 1 Sangatta Utara 50 2 Sangatta Selatan 50 3 Rantau Pulung Bengalon Kaubun Kaliorang Sangkulirang 220 Sumber: hasil analisis peta, 2011 Dari data dan informasi yang didapatkan mengenai panjang jalan kecamatan di Kutai Timur, didapatkan data mengenai ketujuh kecamatan tersebut, sebagai berikut. Tabel 6 Panjang Jalan Kecamatan (Tanpa Mempertimbangkan Perkerasan) No Kecamatan Panjang jalan di kecamatan (km) 1 Sangatta Utara 83 2 Sangatta Selatan 35 3 Rantau Pulung Bengalon Kaubun 68 6 Kaliorang 77 7 Sangkulirang 216 Sumber: hasil analisis peta, 2011 Dari kedua data dan informasi tersebut, dilakukan perbandingan antara ketersediaan sarana jalan dengan kebutuhan panjang jalan di ketujuh Halaman 30 dari 106

31 kecamatan tersebut. Untuk tingkat aksesibilitas hasilnya dapat diketahui lewat gambar berikut ini. Gambar 24 Rasio Aksesibilitas Jalan di Kecamatan Sangatta Utara 2 Sangkulirang Kaubun 1,5 1 0,5 0 Sangatta Selatan Rantau Pulung Kaliorang Bengalon Sumber: hasil analisis, 2011 Didapatkan hasil bahwa empat dari tujuh kecamatan memiliki aksesibilitas yang baik, di mana artinya kebutuhan panjang jalan sudah terpenuhi dari sisi penyediaan, dan bahkan cenderung berlebih. Hanya perlu peningkatan aksesibilitas yang signifikan pada setidaknya tiga kecamatan, yakni Kaubun, Kaliorang, dan Sangatta Selatan. Namun kondisi tersebut, merupakan hasil tanpa mempertimbangkan jenis perkerasan tanah. Jika diasumsikan hanya jalan dengan perkerasan aspal saja yang termasuk untuk criteria aksesibilitas maka rasio aksesibilitas jalan di tujuh kecamatan tersebut adalah sebagai berikut. Halaman 31 dari 106

32 Gambar 25 Rasio Aksesibilitas Jalan di Kecamatan (Hanya Perkerasan Aspal) Sangatta Utara 2 Sangkulirang Kaubun 1,5 1 0,5 0 Sangatta Selatan Rantau Pulung Kaliorang Bengalon Kecamatan Sumber: hasil analisis, 2011 Tampak bahwa dengan hanya memasukkan unsur perkerasan aspal saja, hanya ada dua kecamatan saja yang nilai aksesibilitasnya bagus, yakni Sangatta Utara dan Bengalon, sementara yang lainnya masih berada pada kondisi yang jauh dari pemenuhan kebutuhan minimal aksesibilitas. Ini membuktikan bahwa selain pemenuhan dari kuantitas, perlu juga diperhatikan dari kualitas jalannya Mobilitas Pada pendekatan mobilitas yang menjadi bahan pertimbangan adalah kepadatan penduduk, dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut ini. Tabel 7 Rasio Ketersediaan Jalan Berdasarkan Faktor Mobilitas Kebutuhan Angka Kepadatan Jumlah Panjang panjang mobilitas penduduk penduduk jalan jalan (km/ (jiwa/km2) (jiwa) (km) berdasarkan jiwa) mobilitas Halaman 32 dari 106 Rasio mobilitas Sgt Utara ,5 125,52 0,66 Sgt Selatan ,00 0,90 Rantau ,5 130,87 1,30 Pulung Bengalon ,5 86,92 3,35 Kaliorang ,5 68,14 1 Kaubun ,5 13,61 5,66 Sangkulirang ,5 144,29 1,50 Sumber: hasil analisis, 2011 Mencukupi Tidak mencukupi

33 Untuk rasio mobilitas diketahui bahwa lima kecamatan memiliki hasil yang baik, di mana kebutuhan untuk pergerakan masyarakat telah terpenuhi dengan baik. Hanya pada kecamatan Sangatta Utara dan Selatan saja yang masih belum dipenuhi, hal ini dikarenakan memang kepadatan penduduk pada dua kecamatan tersebut yang cukup tinggi dan jumlah penduduk yang besar membutuhkan ketersediaan jalan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya. Untuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas maupun mobilitas, maka akan diambil masing-masing nilai tertinggi sebagai standar yang harus dipenuhi untuk menjamin ketersediaan infrastruktur jalan Tabel 8 Kebutuhan Penyediaan Jalan Tujuh Kecamatan Kawasan Agropolitan Kebutuhan jalan Ketersediaan Kekurangan Kecamatan (faktor aksesibiltas dan jalan jalan (km) mobilitas) Sangatta Utara 125, ,52 Sangatta Selatan Rantau Pulung Bengalon 86, Kaliorang Kaubun Sangkulirang Sumber: hasil analisis, 2011 Kebutuhan jalan terbesar berada di kecamatan Sangatta Utara sebagai ibukota kabupaten yang juga harus memiliki ketersediaan yang mencukupi sebagai pusat kegiatan Kutai Timur, selain itu kecamatan Kaliorang juga memiliki kekurangan panjang jalan yang cukup signifikan. Penambahan panjang jalan diperlukan untuk peningkatan perekonomian wilayah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun selain pemenuhan kebutuhan secara fisik, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah mengenai peningkatan kualitas permukaan jalan, di mana hampir 50 % panjang jalan yang ada di tujuh kecamatan tersebut masih terdiri dari perkerasan tanah dan kerikil. Halaman 33 dari 106

34 Jaringan Irigasi Jaringan irigasi, merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian. Keberadaan jaringan irigasi akan menjamin proses produksi yang lancar dan tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Berdasarkan satu studi yang pernah dilakukan oleh LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) UI pada tahun 2005, didapatkan hubungan antara penambahan 10 % dari stock infrastruktur terhadap pertumbuhan PDB wilayah di Indonesia, di mana irigasi merupakan infrastruktur dengan nilai dampak terbesar bagi PDB (dalam tingkatan nasional) Tabel 9 Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap PDRB Infrastruktur Irigasi 1,26 Jalan 0,88 Listrik 0,61 Telepon 0,61 Pelabuhan 0,26 Air 0,22 Sumber: LPEM UI, 2005 % Pertumbuhan PDB Dengan pendekatan terebut, diketahui bahwa peningkatan irigasi akan semakin menumbuhkan PDRB dan LPE lebih tinggi. Metode analisis dalam menilai kondisi ketercukupan infrastruktur irigasi di adalah dengan membandingkan antara ketersediaan irigasi dengan produksi padi. Kecamatan yang memiliki keunggulan dalam produksi padi diprioritaskan untuk dibangun lebih banyak prasarana irigasi sehingga semakin meningkatkan produksinya. Untuk kondisi Kutai Timur sendiri, luasan lahan sawah beririgasi dapat diamati berdasarkan data berikut ini: Halaman 34 dari 106

35 Tabel 10 Luas Lahan Beririgasi No Kecamatan lahan irigasi Normalisasi ketersediaan lahan irigasi 1 Muara Ancalong Busang Long Mesangat 59 0, Muara Wahau 73 0, Telen 17 0, Kombeng 48 0, Muara Bengkal 58 0, Batu Ampar 2 0, Sangatta Utara 3 0, Bengalon 74 0, Teluk Pandan 48 2, Sangatta Selatan 106 2, Rantau Pulung 630 1, Sangkulirang 29 0, Kaliorang , Sandaran 28 0, Kaubun , Karangan 149 0, TOTAL Sumber: Hasil Analisis 2011 Selanjutnya pada data di bawah ini disajikan produksi padi di Kecamatankecamatan di Kutai Timur. Tabel 11 Produksi Tanaman Padi Pertanian Kecamatan Produksi Padi (Lahan basah dan kering) Normalisasi Muara Ancalong ,74 Busang ,38 Long Mesangat ,40 Muara Wahayu ,79 Telen ,54 Kombeng ,04 Muara Bengkal ,20 Batu Ampar ,01 Sengatta Utara ,45 Teluk Pandan ,47 Sengatta Selatan ,27 Rantau Pulung ,54 Halaman 35 dari 106

36 Kecamatan Produksi Padi (Lahan basah dan kering) Normalisasi Bengalon ,65 Kaliorang ,12 Kaubun ,03 Sangkuliang ,07 Karangan ,09 Sandaran ,19 TOTAL Sumber: Hasil Analisis 2011 Dengan membandingkan antara tabel pertama mengenai ketersediaan infrastruktur irigasi dengan tingkat produksi padi maka dapat kita lihat matriks yang menggambarkan kedudukan kecamatan-kecamatan yang menjadi masukan bagi usulan penambahan infrastruktur irigasi. Dapat kita lihat matriks tersebut pada gambar di bawah ini. Gambar 26 Indeks Share PDRB tanaman pangan dan Irigasi Sumber: Hasil Analisis 2011 Keterangan Kecamatan unggulan Kecamatan potensial Kecamatan berkembang Kecamatan tertinggal Halaman 36 dari 106

37 Tampak dari hasil analisis bahwa kedua kecamatan yang berada pada skala unggulan adalah Kaliorang dan Kaubun, yang artinya sektor pertanian tanaman pangan di kedua kecamatan tersebut telah cukup maju dan baik. Sementara kecamatan rantau Pulung dan sangatta selatan menunjukkan nilai ketersediaan lahan irigasi yang berlebih, sehingga perlu dioptimalkan ke depannya. Kecamatan yang berada pada kuadran berkembang yakni Sangkulirang dan Sangatta utara menunjukkan nilai optimasi dari keberadaan lahan irigasi yang baik, sementara Bengalon diperhitungkan merupakan kecamatan tertinggal dari sektor tanaman pangan. Adapun kebutuhan tambahan lahan irigasi adalah sebagai berikut: Tabel 12 Kebutuhan Penambahan Irigasi Kecamatan Kebutuhan tambahan irigasi (Ha) Sangatta Utara 2,1 Ha Sangatta Selatan - Rantau Pulung - Bengalon 82,5 Kaliorang - Kaubun - Sangkulirang 10,5 Halaman 37 dari 106

38 Jaringan Energi Listrik Infratruktur lain yang juga berkaitan dengan pengembangan ekonomi adalah jaringan listrik. Keberedaaan listrik sebagai sumber energi bagi aktivitas akan juga menetukan aejauh mana pengembangan perekonomian dan masyarakat dalam satu wilayah. Energi listrik digunakan dalam proses produksi ekonomi dan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Indicator yang digunakan untuk mengetahui kecukupan energi listrik adalah dengan mengidentifikasi rasio elektirifikasi di tujuh kecamatan tersebut, dikaitkan dengan nilai PDRB per kecamatan yang dihasilkan. Rasio elektrifikasi menunjukan kemajuan suatu wilayah di mana energi listrik telah dipenuhi bagi masyarakat, sementara PDRB menunjukkan produktivitas wilayah dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Kabupaten. Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui kondisi rasio elektrifikasi dan share PDRB pertanian wilayah sebagai berikut. Tabel 13 Rasio Elektrifikasi-Indeks Share PDRB Pertanian Indeks share PDRB Rasio Elektrifikasi No Kecamatan pertanian (nilai ratarata (%) =1) 1 Sangatta Utara 100 0, Sangatta Selatan 75 1, Rantau Pulung 29 0, Bengalon 72 1, Kaliorang 32 1, Kaubun 54 0, Sangkulirang 66 2, Sumber : hasil analisis, 2011 Berdasarkan perbandingan kedua komponen tersebut, berikut akan dipaparkan hasil dari analisis kuadran yang dilakukan, yakni : Halaman 38 dari 106

39 Gambar 27 Analisis Kuadran Perbandingan Rasio Elektrifikasi dan Share PDRB Keterangan Kecamatan unggulan Kecamatan potensial Kecamatan berkembang Kecamatan tertinggal Tampak dari hasil bahwa dominasi kecamatan di dalam kawasan pengembangan agropolitan beraada pada kondisi berkembang, di mana artinya walaupun rasio elektrifikasi masih berada di bawah rata-rata seluruh kecamatan, namun produksi pertaniannya melebihi nilai rata-rata kecamatan dalam lingkup kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Sangatta utara sebagai pusat kabupaten berada dalam kondisi potensial, yang artinya kebutuhan listrik telah terpenuhi namun produksi pertaniannya masih di bawah rata-rata, hal ini dimungkinkan karena Sangatta Utara sebagai pusat pengumpul memang dikhususkan sebagai pusat distribusi barang dan jasa, yang tidak hanya terkait dengan sektor pertanian saja. Untuk empat kecamatan yang ada dalam kondisi berkembang, penambahan energi listrik dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (unt uk peningkatan kesejahteraan dan produktivitas) dan juga sebagai pengembangan pada sektor pendukung pertanian ( industri) agar nilai tambah lebih meningkat Halaman 39 dari 106

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Strategi populis dalam pengembangan wilayah merupakan strategi yang berbasis pedesaan. Strategi ini muncul sebagai respon atas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Ir. H. Isran Noor (Bupati Kutai Timur) Pada: Indonesia Water Forum Jakarta Convention Centre, 2 April 2014

Ir. H. Isran Noor (Bupati Kutai Timur) Pada: Indonesia Water Forum Jakarta Convention Centre, 2 April 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. H. Isran Noor (Bupati Kutai Timur) Pada: Indonesia Water Forum Jakarta Convention Centre, 2 April 2014 o Kabupaten Kutai Timur terbentuk berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 A. PETA WILAYAH HUKUM Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sangatta meliputi Kabupaten Kutai Timur yang terdiri dari 18 Kecamatan 135, yaitu : Kecamatan Muara Ancalong 8 Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah, sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan terutama

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASER STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 PAPARAN KEPALA BAPPEDA PADA RAPAT

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci