DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C28. Relawan. Perencanaan Program. PNPM Mandiri Perkotaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C28. Relawan. Perencanaan Program. PNPM Mandiri Perkotaan"

Transkripsi

1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C28 Perencanaan Program PNPM Mandiri Perkotaan

2 Modul 1 Menyusun Program Kerja BKM/LKM 1 Kegiatan 1: Menyegarkan Ingatan akan Tugas dan Fungsi BKM/LKM 2 Kegiatan 2: Penjelasan PJM dan Renta Pronangkis Kelurahan/Desa 2 Kegiatan 3 : Diskusi Memahami Sumberdaya untuk Penguatan BKM/LKM 3 Kegiatan 4 : Merumuskan Program Kerja BKM/LKM 4

3 Modul 1 Topik: Menyusun Program Kerja BKM/LKM Menyusun program kerja BKM/LKM untuk memperkuat kelembagaan BKM dan mendukung pencapaian PJM dan Renta Pronangkis Kegiatan 1: Menyegarkan Ingatan Tugas dan Fungsi BKM/LKM Kegiatan 2: Penjelasan PJM dan Renta Pronangkis Kelurahan/Desa Kegiatan 3: Diskusi Memahami Sumberdaya untuk Penguatan BKM/LKM Kegiatan 4: Merumuskan Program Kerja BKM/LKM 8 Jpl (360 ) PJM dan Renta Pronangkis AD/ART BKM/LKM Bahan Bacaan Memahami Sumberdaya Penguatan BKM/LKM Bahan Bacaan Menetapkan Prioritas Progam Kerja BKM/LKM dengan Matriks Pengelolaan Waktu Bahan Bacaan United We Can: Menciptakan Lapangan Kerja & Memperbaiki Lingkungan Bahan Bacaan Monitoring Evaluasi Bahan Bacaan Panduan Monev Partisipatif Kegiatan BKM/KSM/UP Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar, Papan Tulis dengan perlengkapannya 1

4 Menyegarkan Ingatan akan Tugas dan Fungsi BKM/LKM 1) Setelah acara pembukaan (kata sambutan, do a, dll), berikan pengantar mengenai tujuan dan proses pertemuan hari ini. Sampaikan bahwa hari ini kita akan berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyusun program kerja BKM/LKM. 2) Ingatkan peserta mengenai berbagai aktivitas pelaksanaan siklus penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan, mulai dari rembug kesiapan masyarakat (RKM) hingga penyusunan PJM dan Renta Pronangkis. 3) Ingatkan peserta bahwa sebagian atau (mungkin) seluruh peserta sudah pernah mengikuti pelatihan dasar BKM/LKM. Pengetahuan dasar mengenai BKM/LKM ini akan sangat berguna ketika kita bersama-sama menyusun program kerja BKM/LKM. Lakukan diskusi jika ada diantara peserta pertemuan yang belum memahami mengenai tugas dan fungsi BKM/LKM. 4) Sampaikan bahwa selanjutnya kita akan mendengarkan pemaparan mengenai PJM dan Renta Pronangkis Kelurahan/Desa sebagai acuan bagi penyusunan program BKM/LKM. Penjelasan PJM dan Renta Pronangkis Kelurahan/Desa 1) Persilahkan tim perencanaan partisipatif untuk menjelaskan PJM dan Renta Pronangkis Kelurahan/Desa yang telah disusun. 2) Beri kesempatan kepada anggota BKM/LKM atau UP untuk bertanya hingga semua anggota BKM/LKM atau UP menjadi jelas apa yang ingin dicapai dalam PJM dan Renta Pronangkis. 3) Simpulkan bahwa PJM dan Renta Pronangkis tersebut sesungguhnya adalah mandat atau amanah dari masyarakat terutama masyarakat miskin kepada BKM/LKM sebagai motor penggerak penanggulangan kemiskinan desa/kelurahan. Amanah ini yang nantinya akan bersama-sama kita turunkan dalam program kerja BKM/LKM. 2

5 Diskusi Memahami Sumberdaya untuk Penguatan BKM/LKM 1) Sampaikan bahwa setelah kita jelas mengenai orientasi penanggulangan kemiskinan yang akan kita lakukan (sebagaimana tertuang dalam PJM dan Renta Pronangkis), kita harus mempersiapkan kendaraan yang akan kita pakai yaitu organisasi BKM/LKM. 2) Lakukan curah pendapat untuk menggali mimpi peserta tentang organisasi BKM/LKM mereka. Ajukan pertanyaan: BKM/LKM seperti apa yang diharapkan terbentuk yang mampu menjalankan peran sebagai motor penanggulangan kemiskinan? Apa tanda-tanda atau ciri-ciri-nya? Curah pendapat dapat dilakukan dengan menggunakan metaplan (tertulis) atau bercerita. Tulis dan kelompokkan pendapat peserta di papan tulis. 3) Sampaikan bahwa untuk dapat menghasilkan BKM/LKM yang dimimpikan, BKM/LKM harus memiliki kemampuan untuk menggalang sumberdaya. BKM/LKM harus memiliki kemampuan untuk memetakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk peningkatan kinerja BKM secara khusus dan pelaksanaan program (PJM dan Renta Pronangkis) secara umum. 4) Ilustrasikan kepada peserta tentang manusia dan tubuhnya. Ajukan pertanyaan, Bagian manakah yang paling penting dari tubuh manusia. Beri contoh, misalnya, otak, sistem pencernaan, sistem peredaran darah. Catat pendapat peserta. Ajukan kembali pertanyaan, Apa yang akan terjadi pada manusia, jika organ-organ pentingnya diambil? Apakah orang bersangkutan akan meninggal atau cacat? 5) Tarik ilustrasi tersebut ke dalam organisasi BKM. Bandingkan antara manusia dan BKM dengan menunjukkan kesamaan bahwa ada elemen-elemen penting yang menentukan hidup-matinya BKM serta membuat BKM mampu menjalankan peran dan fungsinya secara efektif. Untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM, yaitu mendorong terjadinya perubahan sosial di komunitasnya, BKM perlu memperkuat kelembagaannya. Tanpa penguatan kelembagaan, visi/misi keberadaan BKM---yang sesungguhnya merupakan mandat komunitas dan diembankan pada BKM--- besar kemungkinan akan gagal diwujudkan. Memperkuat kelembagaan berarti BKM memiliki kesediaan dan kemampuan untuk menjadi lebih baik. Secara umum, ada 2 pengertian yang terkandung di dalam menjadi lebih baik, yaitu memperbaiki, dan meningkatkan. Memperbaiki berhubungan dengan berbagai kelemahan yang ada pada tubuh BKM. Melalui proses ini, BKM menghilangkan, mengurangi terus-menerus berbagai kelemahannya, serta menumbuhkan berbagai hal yang belum tersedia guna meningkatkan kwalitas maupun kwantitas layanan bagi komunitasnya. Sedangkan Meningkatkan berhubungan dengan berbagai kekuatan yang dimiliki oleh BKM. Melalui proses ini, BKM mempertahankan serta menumbuh-kembangkan berbagai hal yang selama ini dipandang memberi faedah bagi perubahan sosial. Memperkuat kelembagaan akan berlangsung terus-menerus. Oleh karena itu, BKM perlu memiliki kesediaan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus (organisasi belajar). 3

6 6) Jelaskan mengenai aspek-aspek sumberdaya di dalam kelembagaan BKM. Tampilkan dan jelaskan bagan 5 aspek sumberdaya untuk penguatan kelembagaan BKM. 7) Buka sessi tanya-jawab dengan peserta untuk mempertajam pemahaman peserta tentang aspek-aspek sumberdaya dalam penguatan kelembagaan BKM. Tekankan bahwa pengembangan manusia merupakan aspek fundamental dalam memperkuat kelembagaan BKM. Ada banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pendapat yang mengatakan bahwa sumberdaya adalah suatu aspek tertentu saja, misalnya, uang/dana. Sumberdaya sama dengan uang/dana. Bahkan, tidak jarang pula kita temui kalangan yang menempatkan uang adalah segalanya. Dalam perspektif pengembangan kelembagaan BKM, sumberdaya tidaklah semata hanya uang atau suatu aspek tertentu saja. Sumberdaya adalah berbagai aspek yang dibutuhkan dan didayagunakan---meliputi orang, uang, peralatan, sistem manajemen, informasi, dan waktu yang dikerahkan--- untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM. Ada 5 aspek sumberdaya untuk memperkuat kelembagaan BKM, yaitu: 1. Visi/Misi Keberadaan BKM: Apa yang ingin dicapai oleh BKM? Untuk apa dan kenapa BKM didirikan? 2. Pengembangan Kapasitas: Apa kapasitas lembaga untuk menjalankan berbagai kegiatan? 3. Struktur organisasi dan Sistem Manajemen: Bagaimana struktur dan mekanisme untuk menjalankan berbagai kegiatan? 4. Uang dan peralatan: Bagaimana penggelolaan dan penggalangan dana serta perangkat kerja untuk menjalankan berbagai kegiatan? 5. Hubungan dan Jaringan: Apakah BKM membangun hubungan dan jaringan dengan pihak-pihak lain untuk menjalankan berbagai kegiatannya? 8) Sampaikan kesimpulan bahwa kita telah berdiskusi mengenai masukan kedua untuk penyusunan program BKM/LKM. Masukan pertama adalah dokumen PJM dan Renta Pronangkis. Masukan kedua adalah pengetahuan mengenai sumberdaya penguatan BKM/LKM. Selanjutnya kita akan bermusyawarah untuk menyusun program BKM/LKM. Merumuskan Program Kerja BKM/LKM 1) Sampaikan bahwa saat ini kita akan berdiskusi menyusun program kerja BKM/LKM. Berdasarkan dua masukan di atas, maka setidaknya terdapat dua jenis program kerja BKM yaitu (1) program-program kerja untuk melaksanakan PJM dan Renta Pronangkis; dan (2) program-program kerja untuk memperkuat kelembagaan BKM/LKM. 2) Bagi peserta menjadi dua kelompok sesuai jenis program kerja di atas. Ingatkan kelompok 1 bahwa terhadap kegiatan-kegiatan dalam renta pronangkis yang penanggung jawab pelaksanaannya bukan BKM, BKM masih perlu berperan misalnya untuk membangun komunikasi, membagi informasi, dsb. Apabila diperlukan, di masing-masing kelompok dapat dibentuk lagi kelompok-kelompok lebih kecil, misalnya per program, agar pembahasan dapat 4

7 lebih tajam dan menghemat waktu. Pertimbangkan agar anggota kelompok kecil minimal 3 orang. Kalau ini terjadi, maka diperlukan presentasi kelompok (lebih) kecil di pleno kelompok. Contoh tabel Rincian Kegiatan Program :.. Kegiatan Waktu Pelaksana / Penanggungjawab Kegiatan Nama kegiatan 1 Bisa dirumuskan dalam rentang waktu mulai persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan Pelaksana sebaiknya tidak hanya BKM, tetapi bisa juga pihak lain seperti karang taruna, DKM, PKK, pemerintah desa, dsb Pihak lain yang diajak Kerjasama Pihak lain bisa yang berada di level kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi maupun nasional. Monitoring Evaluasi Sepakati siapa yang bertanggung jawab melakukan monev dan bagaimana caranya Sumberdaya yg dibutuhkan Meliputi: tenaga, peralatan, bantuan teknis, uang, dll. Pemandu sebaiknya terus memantau perkembangan diskusi kedua kelompok. Ingatkan kelompok yang menyusun program kerja BKM/LKM berdasarkan PJM dan Renta Pronangkis untuk tidak merubah PJM dan Renta Pronangkis. Ingatkan kelompok yang menyusun program penguatan kelembagaan BKM/LKM untuk menyusun prioritas. Gunakan teknik menyusun prioritas yang dikuasai. Atau pemandu dapat menggunakan teknik yang terdapat dalam Bahan Bacaan Menetapkan Prioritas Progam Kerja BKM/LKM dengan Matriks Pengelolaan Waktu. Ingatkan kedua kelompok untuk menyusun rencana monitoring evaluasi terhadap setiap kegiatan. Gunakan Bahan Bacaan Monitoring Evaluasi dan Bahan Bacaan Panduan Monev Partisipatif Kegiatan BKM/KSM/UP 3) Persilahkan kedua kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Beri kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi. Ingatkan peserta untuk membuat rencana yang realistis atau dapat dilakukan. Atur waktu agar waktu kegiatan tidak saling berhimpitan. 4) Ucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak. Beberapa Ciri Rencana Program BKM yang Efektif Merupakan perwujudan dari misi penanggulangan kemiskinan yang telah ditetapkan warga kelurahan; Menetapkan strategi yang didasarkan pada kebutuhan dari warga miskin, keadaan sosial, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penanggulangan kemiskinan dan lembaga-lembaga yang berkaitan sesuai dengan hasil Pemetaan Swadaya yang telah dilakukan warga; Menunjukkan garis besar tindakan tertentu yang ingin dicapai dalam tujuan dan sasaran program; Menetapkan target untuk perencenaan, pengukuran (pengawasan), dan peningkatan kemampuan pencapaian; Memberikan motivasi kepada anggota BKM, UP,KSM, relawan dan warga; Mudah dikomunikasikan kepada para pihak yang peduli dan terlibat dalam upaya-upaya penanggulangan kemiskinan; Menggambarkan sumber daya, biaya dan penerimaan yang diperlukan oleh program; Dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. 5

8 Memahami Sumberdaya Penguatan BKM Oleh : Budi Supriatna Untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM, yaitu mendorong terjadinya perubahan sosial di komunitasnya, BKM perlu memperkuat kelembagaannya. Tanpa itu, amanat komunitas yang diembankan pada BKM besar kemungkinan akan gagal diwujudkan. Memperkuat kelembagaan berarti BKM memiliki kesediaan dan kemampuan untuk menjadi lebih baik. Secara umum, ada 2 pengertian yang terkandung di dalam menjadi lebih baik, yaitu memperbaiki, dan meningkatkan. Memperbaiki berhubungan dengan berbagai kelemahan yang ada pada tubuh BKM. Melalui proses ini, BKM menghilangkan, mengurangi terus-menerus berbagai kelemahannya, serta menumbuhkan berbagai hal yang belum tersedia guna meningkatkan kwalitas maupun kwantitas layanan bagi komunitasnya. Sedangkan Meningkatkan berhubungan dengan berbagai kekuatan yang dimiliki oleh BKM. Melalui proses ini, BKM mempertahankan serta menumbuh-kembangkan berbagai hal yang selama ini dipandang memberi faedah bagi perubahan sosial. Memperkuat kelembagaan akan berlangsung terus-menerus. Oleh karena itu, BKM perlu memiliki kesediaan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus (organisasi belajar). Sumberdaya Dan Penguatan Kelembagaan BKM Agar dapat memperkuat kelembagaannya, BKM perlu memiliki kemampuan menggalang dan mengelola sumberdaya yang tersedia di dalam kelembagaannya. Sumberdaya merupakan faktor yang fundamental bagi keberadaan BKM atau organisasi-organisasi lainnya. Suatu organisasi tidak bisa berdiri tanpa dukungan sumberdaya. Lemah-kuatnya atau sehat-sakitnya suatu organisasi ditentukan pula oleh ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya dan Daya Hidup BKM Sumberdaya merupakan faktor yang menentukan daya hidup BKM. BKM yang tidak memiliki suatu sumberdaya akan menjadi bergantung pada pihak-pihak lain. Semakin tinggi tingkat ketergantungannya, besar kemungkinan akan semakin besar pula resiko BKM tersebut kehilangan otonomi dan independesinya. Semakin tidak memiliki sumberdaya vital yang merupakan nyawa bagi kehidupannya, BKM cepat tapi pasti akan menuju kematiannya. Dengan adanya sumberdaya, BKM dapat mempertahankan daya hidupnya serta menjalankan berbagai kegiatan untuk mencapai visi/misi keberadaannya. Selain itu, dengan adanya sumberdaya BKM dapat: membangun dan mengembangkan jaringan; memelihara hubungan dengan kelompok, komunitas, serta pihak-pihak lainnya memperkuat kelembagaannya melalui berbagai peningkatan keterampilan dan pengetahuan, peningkatan kemampuan kepemimpinan, pengembangan kemampuan manajemen, pengembangan organisasi belajar BKM yang memiliki daya hidup berarti akan dapat secara terus-menerus menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam waktu yang panjang. Dengan demikian, memungkinkan mencapai tujuan utama keberadaannya, yaitu mendorong perubahan sosial yang lebih baik bagi komunitasnya. Daya hidup bukanlah semata kemampuan untuk menggalang atau memperoleh sumberdaya, melainkan juga kemampuan untuk mengelola sumberdaya. 6

9 Aspek-aspek Sumberdaya untuk Memperkuat Kelembagaan BKM Ada banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya. Dalam kehidupan seharihari, kita sering mendengar pendapat yang mengatakan bahwa sumberdaya adalah suatu aspek tertentu saja, misalnya, uang/dana. Sumberdaya sama dengan uang/dana. Bahkan, tidak jarang pula kita temui kalangan yang menempatkan uang adalah segalanya. Dalam perspektif pengembangan kelembagaan BKM, sumberdaya tidaklah semata hanya uang atau suatu aspek tertentu saja. Sumberdaya adalah berbagai aspek yang dibutuhkan dan didayagunakan---meliputi orang, uang, peralatan, sistem manajemen, informasi, dan waktu yang dikerahkan--- untuk mencapai visi/misi keberadaan BKM. Ada 5 aspek sumberdaya untuk memperkuat kelembagaan BKM, yaitu: 1. Visi/Misi Keberadaan BKM: Apa yang ingin dicapai oleh BKM? Untuk apa dan kenapa BKM didirikan? BKM mesti memiliki visi/misi keberadaan serta tujuan yang jelas. Visi/misi keberadaan serta tujuan BKM merupakan panduan arah bagi keseluruhan kerja yang dilakukan BKM. Ketika BKM tidak memiliki kejelasan arah tentang yang hendak dicapai dan ditujunya, bisa dipastikan BKM tidak akan mampu bertahan untuk waktu yang panjang. 2. Pengembangan Kapasitas: Apa kapasitas lembaga untuk menjalankan berbagai kegiatan? Pengembangan kapasitas merupakan jantung di dalam kelembagaan BKM. Pengembangan kapasitas mampu mendorong dan mengaktifkan berbagai sumberdaya lainnya. Di dalam penguatan kelembagaan BKM, pengembangan kapasitas mencakup, antara lain spirit tim, loyalitas, gaya kepemimpinan, berbagai pengetahuan dan keterampilan kerja, kapasitas dan proses pengambilan keputusan, pengembangan dan penguatan nilai-nilai. 3. Struktur organisasi dan Sistem Manajemen: Bagaimana struktur dan mekanisme untuk menjalankan berbagai kegiatan? Struktur mengacu pada komposisi di dalam organisasi BKM yang meliputi DPK,..atau keseluruhan pengelola dalam berbagai tingkatan. Di dalam penguatan kelembagaan BKM, penting untuk mempertimbangkan struktur organisasi BKM perlu memiliki prosedur dan cara kerja yang efektif untuk mengelola berbagai sumberdayanya. Sistem manajemen ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, proses pengambilan keputusan, saluran komunikasi dan informasi, berbagai mekanisme, aturan, dan panduan kerja. 4. Uang dan peralatan: Bagaimana penggelolaan dan penggalangan dana serta perangkat kerja untuk menjalankan berbagai kegiatan? Penguatan kelembagaan BKM ditentukan pula oleh kemampuan BKM dalam menggalang dan mengelola pendanaan. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan dana, dengan mengacu pada transparansi dan akuntabilitas, diperlukan untuk menciptakan BKM yang sehat dan kuat. 5. Hubungan dan Jaringan: Apakah BKM membangun hubungan dan jaringan dengan pihak-pihak lain untuk menjalankan berbagai kegiatannya? Memelihara koordinasi, hubungan, dan jaringan dengan pihak lain merupakan aspek penting di dalam penguatan kelembagaan BKM. BKM bukanlah organisasi yang ekslusif serta mengisolasi diri. Hubungan dan jaringan akan membantu peningkatan kapasitas BKM untuk melaksanakan berbagai kegiatan secara efektif. Kemiskinan tidaklah bisa dihadapi dan ditangani oleh BKM secara sendirian. 7

10 Pengembangan Kapasitas Keterampilan Pengetahuan Kepemimpinan Dan lain-lain Struktur & Sistem Manajemen Struktur Organisasi Administrasi Keuangan Komunikasi & Informasi Kaderisasi Dan lain-lain Uang & Peralatan Pengelolaan dan Penggalangan Dana Perangkat Hubungan & Jaringan Kelompok Komunitas Organisasi Sejenis Pihak-pihak lain (NGO, Swasta, Pemerintah) Visi/Misi BKM Pendekatan untuk Pengembangan Sumberdaya dalam Penguatan Kelembagaan BKM Dari semua aspek sumberdaya, pengembangan kapasitas manusia merupakan substansi dalam memperkuat dan mengembangkan daya hidup kelembagaan BKM. Pengembangan manusia merupakan jantung bagi proses penguatan daya hidup kelembagaan BKM. Pengembangan manusia tidak hanya mencakup peningkatan kapasitas keterampilan dan pengetahuan para pengelola BKM, KSM, serta komunitas. Namun, meliputi juga penciptaan kondisi di dalam kelembagaan BKM, KSM, serta komunitas yang mampu menumbuhkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Suatu penciptaan kondisi yang juga mampu mendorong terbentuknya ruang bagi BKM, KSM, serta komunitas untuk mengakses dan memiliki kontrol terhadap pengelolaan berbagai sumberdaya melalui proses-proses pembangunan. Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan kapasitas manusia dengan berbasis pada nilainilai merupakan kaidah dalam penguatan kelembagaan BKM. Pendekatan ini bukanlah pendekatan yang anti terhadap pertumbuhan modal (ekonomi) serta kesejahteraan. Meskipun demikian, pendekatan ini berbeda dengan pandangan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi sebagai fundamen utama bagi pengembangan manusia melalui efek tetesan ke bawah ; suatu pandangan yang dianut oleh para pemeluk faham neoliberilasasi. Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan manusia dengan berbasis pada nilai-nilai juga berbeda dengan pandangan yang meletakkan manusia sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan, kekayaan, dan perluasan produksi; suatu pandangan yang lazim dipakai dalam HRD (human resources development). Pendekatan yang berorientasi pada pengembangan manusia dengan berbasis pada nilai-nilai juga berlainan dengan pandangan yang lebih mengutamakan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Suatu pandangan yang melihat dan menempatkan masyarakat sebagai penerima manfaat ketimbang pelaku aktif dalam proses-proses pembangunan. Pengembangan Ketiadaan sumberdaya serta Manusia ketergantungan yang sedemikian tinggi pada pihakpihak lain di luar diri dan komunitasnya, pada gilirannya hanya akan membuat BKM kehilangan otonomi dan Pengelola & Kader BKM Komunitas 8 Pengelola KSM

11 independensinya. BKM perlu secara kritis mencermati dan menilai kembali strategi pengembangan sumberdayanya. BKM perlu menyusun strategi bagi pengembangan manusia, baik bagi pengelola BKM, KSM, serta bagi komunitas. Suatu strategi yang secara sistematik dan bertahap dapat memutus mata rantai ketergantungan BKM terhadap banyak pihak yang berada di luar diri dan komunitasnya. Menggalang dan Mengelola Sumberdaya Menggalang dan mengelola sumberdaya adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan dan memperkuat kelembagaan BKM. BKM perlu merumuskan strategi, baik bagi penggalangan sumberdaya maupun untuk pengelolaannya.suatu strategi yang mampu menjawab tersedianya sumberdaya serta sekaligus secara sistematis dan bertahap dapat mendorong BKM menuju otonomi dan kemandirian. Secara umum, ada pola kecenderungan dalam menggalang sumberdaya bagi penguatan kelembagaan organisasi berbasis volunteer, misalnya LSM dan organisasi masyarakat sipil. Pola kecenderungan ini menunjukan bahwa keduanya masih belum optimal dalam penggalangan sumberdaya. Untuk penggalangan sumberdaya pendanaan, banyak organisasi berbasis volunteer cenderung mengandalkan pada pihak-pihak eksternal yang berada di luar komunitas dan organisasinya Kecenderungan Penggalangan Pendanaan Eksternal Berbagai sumberdaya yang tersedia pada berbagai pihak, komunitas maupun pihak-pihak eksternal di luar komunitas, hanya bisa diakses manakala BKM mampu menunjukkan dirinya adalah pihak yang memiliki kecakapan dan kredibilitas. Kecakapan berhubungan dengan tingkat kinerja BKM dalam menjalankan dan mengelola kegiatan-kegiatannya. Kredibilitas berhubungan dengan aspek nama baik, reputasi, keterpercayaan. Tanpa itu, proses yang ditempuh dalam menggalang sumberdaya akan berat dan berliku atau bahkan menemui kegagalan. Kemampuan BKM dalam mengelola sumberdaya yang telah diperoleh merupakan faktor terpenting atau bahkan modal utama dalam menjajaki dan mengembangkan penggalangan sumberdaya. Pada aspek pengelolaanlah, kecakapan dan kredibilitas BKM sesungguhnya dipertaruhkan. Pengelolaan selain berhubungan dengan efesiensi dan efektifitas dalam mengelola sumberdaya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan komunitas, juga menyangkut transparansi dan akuntabilitas. Komunitas Pihak Pemilik Sumberdaya Internal Bagan Kecenderungan Penggalangan Sumberdaya Pendanaan Pihak Pemerintah Swasta Organisasi Volunteer (LSM, CBO termasuk BKM, dll) Sumberdaya Pendanaan Pajak dari Warga Negara Investor, Pelanggan/ Pengguna produk atau jasa Pemerintah Funding Swasta (CSR) Peruntukan Pelayanan publik Produk dan Jasa Layanan Program dan Layanan Penerima Manfaat Publik Pelanggan/ Pengguna produk atau jasa Stakeholder utama Komunitas adalah Sumberdaya Terbesar yang Dimiliki BKM Kita telah memahami bahwa komunitas adalah pemilik BKM. Daya dukung komunitas merupakan fundamen yang akan menentukan kekokohan pilar-pilar kelembagaan BKM. Semakin tinggi tingkat dukungan komunitas akan menjadi semakin kuatlah keberadaan BKM. 9

12 Menggalang hubungan dan dukungan komunitas serta memeliharanya secara terus-menerus perlu mendapat perhatian dan curahan energi terbesar dalam pelaksanaan berbagai kegiatan BKM sehari-hari. Dinamika proses penguatan daya hidup BKM sesungguhnya terletak di dalam kemampuan BKM untuk terus-menerus menggalang dan mengelola hubungan serta dukungan komunitasnya. Komunitas adalah sumberdaya terbesar yang dimiliki BKM. Adalah sebuah kekeliruan manakala menempatkan komunitas sebagai pemilik pasif yang hanya menerima manfaat semata (penerima manfaat). Cara pandang tersebut masih sedemikian rupa mewarnai berbagai program yang mengusung pemberdayaan. Implikasi dari cara pandang tersebut, dalam prakteknya, akan menggali sebuah jurang keterpisahan antara BKM dan komunitasnya. Pada gilirannya, akan membuat BKM kehilangan sumberdaya terbesarnya, yaitu komunitasnya itu sendiri. Sedangkan untuk penggalangan sumberdaya nondana, banyak organisasi berbasis volunteer lebih bertumpu pada kemampuan dan kreativitas para pengelolanya ketimbang pada pihak lokal, komunitas, maupun pihak eksternal. Bahkan tidak jarang masa depan suatu organisasi kemudian bergantung hanya pada segelintir pengelolanya. Kecenderungan Penggalangan Sumberdaya Nonpendanaan Eksternal Komunitas Internal Jalan apa yang mesti ditempuh BKM dan komunitas agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan sumberdaya untuk memperkuat BKM serta sekaligus mengurangi tingkat ketergantungannya pada pihak lain? Pihak Pemilik Sumberdaya Kita kemudian menyebut jalan yang ditempuh itu sebagai Partisipasi. Partisipasi bukanlah sekedar memperoleh dukungan tanda tangan dari warga. Atau terkungkung pada sebatas ruang pertemuan yang dihadiri warga. Partisipasi adalah interaksi terus-menerus antara warga dan BKMnya. Di dalamnya berlangsung keterlibatan warga mulai dari pengambilan keputusan maupun penyelenggaraan kegiatan. Partisipasi pun mencakup juga rasa kepemilikan dan memperoleh manfaat bersama dari keberadaan BKM. BKM perlu sedemikian rupa membuka berbagai ruang dialog dan keterlibatan sang pemilik. Selain mengembangkan berbagai kegiatan yang memadai--- untuk dialog dan keterlibatan komunitas---bkm perlu mengembangkan suatu sistem, aturan main, serta manajemen agar ruang dialog dan keterlibatan komunitas tersebut dapat terjaga keberlangsungannya. Partisipasi komunitas bukanlah hendak mengabaikan pentingnya membangun kerjasama antara BKM dengan pihak-pihak lainnya yang berada di luar komunitas. Justru sebaliknya, melalui partisipasi komunitas, BKM dapat memastikan bahwa kerjasama dengan berbagai pihak lain adalah seiring-sejalan dengan kepentingan pengembangan komunitas. Pada gilirannya, hal itu akan memperkuat kepercayaan dan jalinan kerjasama yang akan dan sedang dijalankan. Komunitas Pemilik Pelaku Aktif Penerima Manfaat Sumberdaya Terbesar 10

13 United We Can: Menciptakan Lapangan Kerja dan Memperbaiki Lingkungan United We Can (UWC) didirikan sejak tahun 1995 dengan tujuan: Merencanakan dan melaksanakan kegiatan positif yang menunjukkan pengelolaan lingkungan yang bertanggung-jawab di kawasan perkotaan; Meningkatkan kesadaran atas dampak lingkungan kegiatan manusia di masyarakat perkotaan; Menciptakan inisiatif-inisiatif ekonomi yang berkelanjutan berdasarkan pada sumber daya dan pelaku lokal; Memperkuat semangat kebersamaan masyarakat yang menghargai bahwa setiap orang bertanggung jawab dalam memelihara lingkungan. Sasaran: Menciptakan usaha-usaha lingkungan perkotaan yang berkelanjutan; Menciptakan lapangan kerja untuk warga kota. Selain menyumbang penciptaan masyarakat yang lebih sehat, setiap inisiatif UWC juga memiliki visi usaha yang sehat. UWC secara bersamaan menciptakan kesempatan kerja dan memelihara lingkungan perkotaan yang dalam jangka panjang tidak tergantung pada Anggaran pemerintah. Program-program kerja UWC antara lain United We Can Bottle Depot Commercial Collection Service Crossroads & Lanes Cleaning Service Beberapa inisiatif masyarakat seperti: o BikeWorks o The Happy Plants o The Bintek Computer Lab o The 'We Can 2' project o The Binner's Association o UBU Binner Cart Project United We Can Bottle Depot adalah organisasi pertama yang didirikan. Organisasi ini mulai dibuka pada Januari 1995, kini kegiatan menjangkau ribuan warga kota per bulan dan mendaur ulang jutaan kemasan setiap tahun. Depot ini telah menciptakan 24 lapangan kerja penuh waktu untuk sebagian mereka yang memiliki berbagai hambatan dalam memasuki dunia kerja. Kegiatan ini juga telah mendorong perputaran dana jutaan dolar di tingkat ekonomi lokal melalui pembayaran kemasan daur ulang. Biaya operasi kegiatan dibayar dengan biaya pengangkutan yang didapat dari pihak industri. Commercial Collection Service adalah pengembangan dari Depot Daur Ulang Botol. Bagian ini menawarkan jasa pengumpulan sampah langsung dalam jumlah besar dari perusahaan-perusahaan dan pelanggan rumah tangga di pusat kota dengan menggunakan truk dan gerobak,. Bagian ini mampu menyediakan layanan penjemputan ke apartemen-aparteman, kantor-kantor, hotel-hotel, restoran-restoran dan bar-bar dengan pembayaran penuh atas isi tempat sampah. Meskipun begitu beberapa pelanggan memilih untuk menyumbangkan dana ini ke United We Can. 11

14 Crossroads & Lanes Cleaning Service dikembangkan sebagai tanggapan atas kecenderungan kota besar yang semakin kumuh dan berbahaya. Organisasi ini meluncurkan kampanye kebersihan untuk memulihkan fungsi penting lingkungan kota. Para pekerja dibayar setiap hari untuk melakukan pekerjaan kebersihan dengan bantuan sumbangan dari Pemerintah Kota, Provinsi, pengusaha lokal, industri film dan banyak donor-donor lain yang murah hati. Pekerjaan ini berbeda dengan pekerjaan pengangkutan dan penyapuan sampah karena para pekerja melepas posterposter dan menghapus grafiti dari dinding bangunan dan ruang publik di lingkungan mereka. Beberapa inisiatif warga yang juga dikembangkan melalui organisasi United We Can antara lain: Bike Works, pada dasarnya adalah bengkel keliling yang menggunakan sepeda dan menyediakan layanan, penjualan, dan penerangan kepada masyarakat. Para pelanggannya biasanya adalah gelandangan yang ingin memperbaiki sepeda atau gerobak dorong mereka. Selain penjualan dan layanan perbaikan dengan harga bersaing, Bike Works menerima panggilan untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian untuk memperbaiki peralatan dengan harga tertentu. Organisasi ini juga memelihara gerobak yang dimiliki oleh Bottle Depot dan melakukan penelitian tentang inovasi mutakhir alat transportasi tidak bermotor. Seperti inisiatif-inisiatif lain yang tergabung dalam United We Can, Bike Works berusaha menjadi perusahaan sosial yang mandiri. Happy Plants, adalah inisiatif warga yang berkeinginan untuk membuat lingkungan menjadi asri dan menyelamatkan tanaman yang ditelantarkan. Toko Happy Plants saat ini memiliki lebih dari 200 tanaman yang terawat baik dan menawarkan penjualan dan layanan kepada masyarakat dengan harga yang bersaing. Bin Tek Computer Lab, adalah laboratorium komputer di United We Can (UWC) yang mengkhususkan diri dalam daur ulang peralatan komputer dan mencari cara untuk mengurangi dampak keusangan komputer bagi lingkungan. Saat ini organisasi ini mengolah komponen komputer yang telah dibuang dan dikumpulkan para pemulung dan merangkai kembali komponen tersebut dengan komponen lama yang telah diterima sebagai sumbangan. Laboratorium mengembangkan sistem yang siap pakai yang dapat dijual dengan harga terjangkau kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kebutuhan komputer di UWC juga disediakan oleh organisasi ini. UWC berada di lingkungan yang memiliki banyak masalah dengan persoalan kecanduan dan alkoholisem. WE CAN 2, adalah inisiatif untuk suatu pendekatan terpadu yang baru untuk menangani persoalan kecanduan yang juga dikaitkan dengan lapangan kerja, perumahan dan kebutuhan sosial warganya. Tujuan WE CAN 2 adalah untuk menciptakan satu lingkungan yang dikelola oleh dan untuk pemulihan hidup para pecandu. WE CAN 2 mendorong pengembangan nilai-nilai dan kekuatan jiwa manusia. The Binner s Association atau Asosiasi Para Pemulung adalah organisasi yang memang dirintis dan dirancang agar dapat membawa aspirasi para pemulung sehingga suara dan karya mereka dapat dihargai sama nilainya dengan suara dan pekerjaan dari kelompok yang lain. Dengan memilah sampah daur ulang sebelum ditumpuk di tempat penampungan akhir, para pemulung memberi layanan yang baik terutama kepada masyarakat, dunia usaha dan kota. Melalui keanggotaan dalam asosiasi ini diharapkan para pemulung dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan tempat-tempat yang mereka layani dan memperbaiki citra mereka di mata masyarakat. Dukungan terahadap United We Can didapatkan dari 22 organisasi non-pemerintah dan perusahaan serta kurang lebih 37 individu. Sebagai organisasi non-pemerintah yang mendorong kedermawanan. United We Can menerima sumbangan minimal 25 dolar Kanada yang dapat menjadi bukti pembayaran pajak. 12

15 UBU Binner s Cart Project, UBU atau Urban Binning Unit adalah satu organisasi yang didirikan untuk mendukung komunitas pemulung di Vancouver dengan alat yang berguna untuk pengumpulan dan pengangkutan botol atau kemasan minuman yang dapat didaur-ulang. Gerobak UBU adalah hasil tugas akhir dari Michael Strutt, lulusan dari Emily Carr Institute of Art + Design. Karyanya ini mendapat dukungan dari United We Can yang mendapat mandat untuk mengembangkan perusahaan mandiri yang berfokus pada pemeliharaan lingkungan serta menciptakan peluang tambahan penghasilan dan pelatihan kerja untuk penduduk perkotaan. Proyek ini dimulai pada 2005 dengan pengembangan gerobak UBU. Michael bahkan dikontrak untuk memimpin proyek ini. Sebuah rencana usaha disiapkan untuk mengundang para investor agar membiayai pembuatan dan penjualan gerobak ubu. Bahkan rencana keuangan juga disiapkan dengan memperhitungkan pendapatan yang dihasilkan dari iklan yang dipasang pada sisi gerobak. Pada 2006 baru mulai dibuat 10 buah gerobak dan dicobakan oleh pemulung dengan maksud mendapatkan umpan balik dan membangkitkan minat. Hasilnya gerobak ini berguna, tahan lama dan ada kebutuhan atas keberadaannya. Selain itu pemulung yang terlibat mengatakan bahwa masyarakat menanggapi secara positif dan mendukung keberadaannya. Tanggapan tersebut membuat para pemulung merasa pecaya diri dan lebih dihargai sebagai bagian dari masyarakat. Dengan begitu jelas bahwa UBU menjadi alat pemberdayaan masyarakat yang berguna karena secara rutin para pemulung yang terlibat dipertemukan. Kegiatan ini dapat ditingkatkan menjadi bagian dari program pelatihan yang dapat mengembangkan kepercayaan diri dan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan interaksi sosial. Mereka juga menjadi lebih dipercaya sebagai penyedia jasa daur ulang dan wirausahawan. Pada 2007, seorang konsultan pembangunan secara khusus dipekerjakan untuk proses pelatihan dan 40 gerobak diproduksi. Kontrak untuk beriklan dengan media gerobak ini ditangani oleh Small Potatoes Urban Delivery (SPUD) dan ITC Constructors Group. Pendanaan pada tahap awal dikoordinasikan oleh UWC dan berasal dari BC Technology Social Venture Partners, Canada s National Brewers dan Encorp Pacific (Canada). Dengan adanya gerobak ini para pemulung memiliki pilihan alat produksi. Selain itu gerobak ini juga membawa peluang baru dengan meningkatkan kesadaran pada kegiatan daur ulang dan mendorong kegiatan melalui penciptaan kemitraan baru di antara berbagai pihak dalam masyarakat. Panel iklan pada gerobak akan membantu agar proyek mencapai tahapan keberlanjutan dengan memberi kesempatan kepada kalangan pengusaha agar memiliki citra peduli lingkungan dan mendukung pengembangan kewirausahaan skala kecil. Sumber:

16 Menetapkan Prioritas Progam Kerja BKM/LKM dengan Matriks Pengelolaan Waktu Oleh: Andrie Novi Karena kita tidak tahu apa yang benar-benar penting bagi kita maka segala sesuatu sepertinya menjadi penting. Karena segala sesuatu sepertinya penting maka kita harus melakukan segala sesuatu. Celakanya, orang lain juga melihat kita melakukan segala sesuatu, jadi mereka mengharapkan kita untuk melakukan segala sesuatu. Melakukan segala sesuatu membuat kita selalu terlalu sibuk, sehingga kita tidak memiliki waktu untuk berpikir tentang apa yang benar-benar penting bagi kita. (Anonim) Anggota-anggota BKM adalah orang-orang dengan kualitas, reputasi dan niat yang baik. Dengan begitu, warga yang memilih para anggota BKM tersebut akan cenderung berharap bahwa BKM akan menyelesaikan semua hal yang menjadi masalah warga masyarakat. Tidak peduli apakah hal tersebut berhubungan dengan masalah penanggulangan kemiskinan atau tidak. Sebaliknya sebagai kumpulan orang orang baik maka para anggota BKM/LKM juga akan cenderung melakukan semua program yang disodorkan kepada BKM/LKM. Tulisan singkat yang disusun berdasarkan ide Franklin Covey mengenai Matriks Pengelolaan Waktu ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan petunjuk yang berguna untuk menetapkan prioritas program kerja yang disusun BKM. Matriks Pengelolaan Waktu Mendesak Tidak Mendesak Penting I II Tidak Penting III IV Pada dasarnya untuk menetapkan prioritas program-program kita dapat memilahnya berdasar kombinasi sifat-sifat program itu. Setiap program dapat dipilah menurut kombinasi sifat penting dan mendesak. Yang dimaksud hal yang penting adalah hal yang bermakna besar dan memiliki akibat 14

17 sangat serius. Sedangkan hal yang mendesak berarti hal yang menuntut perhatian dan tindakan segera. Sifat-sifat tersebut kemudian disusun dalam matriks di atas. Dengan Matriks tersebut kita dapat menggolongkan program-program ke dalam Kotak I: Program-program yang penting dan mendesak untuk dilakukan Kotak II: Program-program yang penting tetapi tidak mendesak untuk dilakukan Kotak III: Program-program yang tidak penting tetapi mendesak untuk dilakukan Kotak IV: Program-program yang tidak penting dan tidak mendesak untuk dilakukan Kotak I Kotak ini mewakil hal-hal yang mendesak dan penting. Dalam kotak ini kita mengelola, menghasilkan dan menggunakan pengalaman dan kemampuan kita untuk memutuskan. Keputusan yang berguna untuk menanggapi tantangan dan keperluan-keperluan yang kritis (harus diselesaikan karena sangat berpengaruh terhadap arah perubahan). Dalam kotak ini kita harus menangani masalah seperti: memenuhi tenggat pekerjaan, membawa anak yang sakit ke dokter, atau bahkan harus masuk rumah sakit karena serangan jantung. Dalam konteks BKM, masalah pencairan BLM kemungkinan besar berada di dalam kotak ini, mengingat tenggat waktunya yang mendesak. Ini disebut juga sebagai kotak keharusan. Tetapi juga harus kita sadari bahwa sesuatu dapat menjadi keharusan (atau mendesak) justru karena ketidakmampuan kita dalam merencanakan. Kita mungkin saja menggunakan terlalu banyak waktu berurusan dengan kotak I ini, justru dengan meluangkan terlalu sedikit waktu untuk mengerjakan hal-hal yang masuk dalam kotak II. Kotak II Ini adalah kotak yang penting tetapi tidak mendesak, kotak efektifitas optimal. Karena hal-hal yang masuk dalam kotak ini tidak mendesak maka seringkali mudah bagi kita untuk mengabaikannya. Tetapi justru di Kotak II inilah lebih banyak waktu yang harus diluangkan. Di sinilah kita merencanakan; menyiapkan; mencegah krisis; menegaskan nilai-nilai; membangun hubungan (relasi sosial penanggulangan kemiskinan); mengembangkan diri melalui latihan-latihan; pendidikan; rekreasi; memberdayakan orang lain; dan yang paling penting mengarahkan diri dan organisasi menuju pilihan hidup atau tujuan BKM. Kotak II adalah kotak produktifitas dan keseimbangan, yang harus dilakukan untuk menambah waktu yang digunakan dalam kotak II adalah dengan mengurangi penggunaan waktu di kotak III dan IV. Kotak III Kotak ini seperti bayangan dari kotak I yang mencakup hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting. Ini disebut kotak muslihat. Sifat yang mendesak menciptakan ilusi mengenai hal yang penting. Tetapi kegiatan-kegiatan dalam kotak ini sebenarnya hanya penting untuk orang lain saja dan bagi kita mungkin sebetulnya tidak penting. Contohnya adalah telepon-telepon yang masuk, pertemuan-pertemuan tidak terjadwal, dan tamu-tamu mendadak. Banyak orang yang meluangkan waktu yang terlalu banyak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang masuk dalam kotak ini. Terjebak dari satu hal yang mendesak ke hal yang mendesak lainnya dan salah menganggapnya sebagai hal-hal yang masuk dalam kotak I. Namun begitu para anggota BKM umumnya adalah individu-individu yang memiliki sifat-sifat sosial di atas rata-rata. Individu-individu yang selalu meluangkan waktu untuk masalah-masalah orang lain. Mendengarkan masalah orang lain adalah hal strategis dan bagian kerja penting BKM. Karena itu penting bagi BKM untuk secara terencana memastikan alokasi waktu untuk kegiatan-kegiatan tersebut dan meletakkannya dalam kotak II. Perlu kepekaan dan ketrampilan komunikasi sosial untuk dapat memutuskan apakah tamu yang datang hanya sekedar mengajak bergosip atau memang ada hal penting yang menjadi alasan kehadirannya. 15

18 Kotak IV Kotak ini mewakili kegiatan-kegiatan yang tidak mendesak dan tidak penting. Tentu saja mestinya kita sama sekali tidak boleh terjebak dalam kotak ini, dan umumnya para profesional hanya meluangkan waktu yang sangat sedikit untuk kegiatan yang termasuk dalam kotak ini. Tetapi seringkali kita terbiasa untuk pada kegiatan-kegiatan dalam kotak ini tanpa sempat memikirkan kembali nilainya. Kotak IV biasanya adalah kegiatan menonton TV, bergosip atau mengobrol secara berlebihan. Kotak IV tidak ada hubungannya dengan kelangsungan hidup kita dan organisasi kita. Kegiatan dalam kotak ini adalah kegiatan pembusukan sehingga kotak ini disebut sebagai kotak kegiatan sampah dan pemborosan. Contoh penggunaan Matriks Mendesak Tidak Mendesak Penting Menyusun Program Kerja BKM Membuat daftar penerima manfaat Menetapkan prioritas penggunaan dana Menjalin kemitraan dalam melaksanaan program Tidak Penting Setelah mendapatkan kelompok program berdasar kotak tersebut kita harus mengelola program yang termasuk dalam kotak I. Program yang masuk kotak ini menjadi prioritas utama dan waktu pelaksanaan biasanya juga pada saat-saat awal. Selain itu kita juga harus berfokus pada program yang masuk kotak II, yaitu program yang penting tetapi tidak mendesak. Biasanya program yang masuk dalam kotak II akan berpengaruh pada kemajuan BKM. Sedangkan untuk program-program yang masuk dalam Kotak III harus kita kurangi dan jangan sampai menyita tenaga, waktu dan dana yang dimiliki BKM. Yang terakhir, hapuskan saja programprogram yang masuk dalam IV. Secara prinsip, pada saat menyusun daftar program kerja kita harus melakukannya seaspiratif mungkin. Tetapi pada saat mulai menetapkan prioritas kita harus tegas, karena seperti halnya lembaga-lembaga lain di dalam masyarakat, BKM memiliki keterbatasan tenaga, pengetahuan, waktu dan sumber dana. 16

19 Monitoring dan Evaluasi Seorang petani padi atau peladang biasanya melakukan proses pengamatan terhadap proses perkembangan padi yang ditanamnya hingga panen. Pengamatan dilakukan seiring dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan petani dalam mengurus tanaman padinya. Apabila panen tadi berhasil, petani itu akan mendapatkan pengetahuan baru tentang cara menanam padi yang lebih baik berdasarkan pengalaman melakukan pengamatan dan penilaian terhadap tanaman padinya. Apabila panen gagal, petani juga mendapat hikmah dan mengetahui penyebab kegagalan panennya sehingga kegagalan itu tidak akan terulang di masa mendatang. Proses mengamati suatu kegiatan dan kemudian mengambil pelajaran dari kegiatan itu disebut monitoring dan evaluasi (monev). Mengapa monev itu penting? Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menyaksikan atau mendengar cerita tentang berbagai kegiatan atau program yang berhasil dilaksanakan, sesuai rencana dan hasilnya dapat dinikmati oleh orang banyak. Namun, tak juga jarang kita mendengar kegiatan atau program yang gagal, tujuan tidak tercapai dan tidak begitu baik hasilnya. Sayangnya, pengalaman keberhasilan dan kegagalan tesebut seringkali dianggap angin lalu saja. Kita jarang secara sungguh-sungguh mencermati kembali pengalaman keberhasilan dan kegagalan. Akibatnya adalah kita tidak memiliki pelajaran berarti dari berbagai peristiwa dan pengalaman tersebut dan seringkali kita mengalami kegagalan pada kegiatan yang sama secara berulang kali. Pertanyaannya adalah: Apakah kita memiliki cara untuk mengetahui bahwa kita tidak sedang melakukan hal-hal yang akan membawa kegagalan? Banyak cara dapat kita lakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi keputusan kita untuk melakukan monev secara benar terhadap apa yang kita kerjakan, yaitu dengan berusaha untuk secara terus menerus atau berkala dan secara sungguh-sungguh melihat dan memikirkan kembali perkembangan dari kegiatan atau program yang kita kerjakan, sebetulnya kita menghindari kegagalan dan berjalan menuju keberhasilan. Dengan melakukan monev terhadap apa yang kita kerjakan maka secara sadar dapat kita kontrol kesesuaian penggunaan sumber daya, pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara pihak-pihak yang terlibat. Karenanya monev menjadi penting supaya tujuan kegiatan atau program dapat dicapai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak lain yang berkepentingan atas apa yang kita lakukan. Apa saja yang diperlukan supaya monev berhasil (syarat monev)? Karena monev dibuat antara lain untuk melihat perkembangan serta capaian suatu program, maka program tersebut perlu dirumuskan dalam perencanaan yang jelas. Sebelum monev dilakukan, terlebih dahulu harus ada kesepakatan antar semua pihak yang akan terlibat: untuk keperluan apa monev dibuat dan manfaat apa yang ingin diperoleh dari monev. Sebagai ikatan dalam melaksanakan monev bersama-sama perlu ada kesepakatan mengenai nilai dasar atau prinsip yang ingin kita wujudkan dalam pekerjaan kita. Untuk melakukan monev perlu ada rencana yang jelas sehingga ia akan melekat dan menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. 17

20 Tiga Pilar Monev Ketika kita membuat rencana kerja, adalah saat yang tepat untuk sekaligus menyusun rencana monev. Dengan demikian kita memastikan bahwa monev betul-betul menyatu dengan pekerjaan kita, dan bukan sesuatu yang terpisah atau bahkan terlupakan sama sekali.kita harus memastikan bahwa kita sudah memiliki pilar yang dibutuhkan untuk membangun rencana monev yaitu rencana kerja yang jelas, kesepakatan bersama tujuan monev dan kesepakatan cita/nilai/prinsip melakukan monev. 1. Rencana kerja yang jelas disarankan memuat hal-hal berikut: Perubahan yang ingin dicapai Apa yang perlu dihasilkan untuk mencapai tujuan Apa yang perlu dilakukan Siapa penanggung jawabnya Siapa saja yang terlibat Kapan dan dimana akan dilaksanakan Apa saja yang diperlukan 2. Kesepakatan tujuan monev dapat lebih mudah dicapai jika kita bisa memikirkan apa saja manfaat yang kita harapkan dalam melakukan monev. Pada umumnya, tujuan monev mengandung 2 hal pokok, yaitu : a. Belajar dari pengalaman Secara terus menerus mencari pelajaran baru dari apa yang telah kita kerjakan selama ini. Pelajaran yang baru itu bisa menjadi masukan yang sangat berharga untuk perbaikan kinerja kita ke depan. Meningkatkan kinerja ke arah yang efektif: tujuan yang ditentukan. Meningkatkan kinerja ke arah yang efisien: tepat waktu, tidak boros Melihat dengan jernih sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sehingga kita bisa meningkatkan kekuatan yang kita miliki, dan berusaha mengurangi kelemahan yang ada. Saling tukar menukar pengalaman antar orang, kelompok, kampung maupun lembaga yang sedang atau selesai mengerjakan sesuatu. Melalui proses ini, diharapkan munculnya sebuah kesadaran bahwa suatu kesalahan yang pernah dialami oleh orang lain bisa kita hindari. b. Menjadi tanggung gugat Memberikan jawaban secara terbuka dan jujur terhadap apa saja yang ingin diketahui oleh masyarakat menyangkut suatu program dimana masyarakat berkepentingan terhadap program itu. Selain siap menjawab, kita harus siap digugat oleh masyarakat jika pekerjaan kita dianggap tidak sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang telah disepakati sebelumnya. 3. Prinsip-prinsip monev Partisipatif, melibatkan banyak pihak mulai perencanaan hingga evaluasi. Terbuka, pertanggungjawaban dilaporkan secara terbuka. Tanggung gugat, pengambilan keputusan dan penggunaan sumber daya bisa ditanggung gugat di depan masyarakat luas. Kesetaraan, semua pihak terlibat mempunyai hak dan kedudukan setara. Kejujuran, pelaporan dilakukan dengan jujur dan sesuai kondisi lapangan. Berjiwa besar, Berjiwa besar menerima dan memberikan kritik dan saran Keterpaduan, Dilakukan melihat semua arah secara terpadu dan menyeluruh Fleksibel, tidak kaku, sesuai dengan keadaan waktu dan tempat Kesepakatan, pelaksanaan didasarkan pada kesepakatan semua pihak. (Sumber: Monitoring & Evaluasi: Sebagai Media Belajar, DFID, 2001) 18

21 Panduan Memandu Monev Partisipatif Kegiatan BKM/KSM/UP Mengidentifikasi dan menganalisis siapa saja yang berpartisipasi dalam kegiatan, khususnya partisipasi masyarakat miskin dan kaum perempuan. Mengidentifikasi dan menganalisis siapa saja yang mengambil keputusan dalam kegiatan. Mengidentifikasi dan menganalisis penerima manfaat kegiatan. Mendiskusikan cara untuk meningkatkan partisipasi, pengambilan keputusan dan kepuasaan masyarakat miskin dan kaum perempuan. Kertas plano, selotif kertas Spidol warna-warni Kertas metaplan warna warni Peserta Pertemuan warga ini diadakan setelah satu kegiatan selesai. Pertemuan kecil ini dihadiri oleh pihak-pihak yang ikut dalam kegiatan, terutama perempuan miskin, laki-laki miskin, dan pengelola kegiatan (panitia). Relawan dapat menjadi pemandu monev partisipatif ini. IDENTIFIKASI & ANALISIS PARTISIPASI 1. Sampaikan tujuan kita melakukan monev partisipatif kegiatan. Pastikan warga yang hadir memahami kegunaan pertemuan ini. 2. Buatlah daftar rangkaian sub-kegiatan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk misalnya rapat-rapat, mencetak undangan, menyebarkan undangan, menyediakan konsumsi, mempersiapkan tempat kegiatan, dsb. 3. Salinlah contoh matriks Siapa berpartisipasi dalam kegiatan ke dalam kertas plano. Pastikan peserta memahami kelompok orang yang berpartisipasi dalam kegiatan. Daftar Sub- Siapa Berpartisipasi dalam Kegiatan? Kegiatan Keterangan: Kelompok 1 : Pihak luar desa/kelurahan (faskel, proyek, dll). Kelompok 2 : Aparat pemerintahan (kades, lurah, dsb) Kelompok 3 : Tokoh masyarakat laki-laki Kelompok 4 : Tokoh masyarakat perempuan Kelompok 5 : Warga miskin laki-laki Kelompok 6 : Warga miskin perempuan. 19

22 4. Persilahkan setiap orang untuk memberi suara (gunakan tanda X atau lingkaran) pada kelompok yang mereka pikir terlibat dalam masing-masing sub-kegiatan. 5. Setelah semua memberikan suara, diskusikan bersama kelompok mana yang paling banyak berpartisipasi (terlibat kegiatan) dan mengapa. Hal ini penting untuk memahami mengapa kelompok tertentu dominan atau absen melakukan sub-kegiatan tertentu. Misalnya, perempuan hanya berperan sebagai penyedia makananminuman. 6. Cermati bersama, apakah warga miskin dan perempuan banyak terlibat dalam kegiatan. Keterlibatan ini penting karena pada dasarnya kegiatan yang dilakukan terutama ditujukan untuk memberdayakan warga miskin dan perempuan. 7. Diskusikan apakah situasi ini perlu dirubah dan bila perlu, bagaimana melakukannya. IDENTIFIKASI & ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN 8. Buatlah daftar seluruh keputusan yang telah diambil dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk misalnya penentuan jenis kegiatan, waktu atau lokasi, pembentukan panitia, penentuan penerima manfaat, dsb. 9. Salinlah contoh matriks Pengambil Keputusan ke dalam kertas plano. Pastikan peserta memahami kelompok orang pengambil keputusan. Pengambil Keputusan? Daftar Keputusan Keterangan: Kelompok 1 : Pihak luar desa/kelurahan (faskel, proyek, dll). Kelompok 2 : Aparat pemerintahan (kades, lurah, dsb) Kelompok 3 : Tokoh masyarakat laki-laki Kelompok 4 : Tokoh masyarakat perempuan Kelompok 5 : Warga miskin laki-laki Kelompok 6 : Warga miskin perempuan. Kelompok 7 : dan lain-lain 10. Persilahkan setiap orang untuk memberi suara (gunakan tanda X atau lingkaran) pada kelompok yang mereka pikir pengambil keputusan untuk masing-masing keputusan. 11. Setelah semua memberikan suara, diskusikan bersama peserta kelompok mana saja yang paling banyak berperan dalam pengambilan keputusan. Sangat penting untuk memahami mengapa kelompok tertentu (seperti warga miskin dan perempuan) tidak berperan dalam pengambilan keputusan. Tak jarang kita menemukan bahwa keputusan sebenarnya ditentukan oleh pihak luar. Kondisi ini menunjukkan masyarakat, 20

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F24. Pelatihan Madya 1. Review Partisipatif. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F24. Pelatihan Madya 1. Review Partisipatif. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Madya 1 F24 Review Partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Gambaran Umum Review Partisipatif BKM/LKM 1

Lebih terperinci

KUMPULAN BAHAN SERAHAN

KUMPULAN BAHAN SERAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN BAHAN SERAHAN PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH BB.02 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 3 Bagaimana

Lebih terperinci

KUMPULAN BAHAN SERAHAN

KUMPULAN BAHAN SERAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN BAHAN SERAHAN PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH BB.01 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 2 Bagaimana

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM BUKU 7 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM Perkotaan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar Modul 1 Topik: Orientasi Belajar 1 Peserta Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2 Peserta mampu menciptakan keakraban 3 Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis BUKU 6 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM

Lebih terperinci

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan Peserta memahami prasyarat dan ciri program Sosial berkelanjutan 1. Brainstorming Prasyarat dan Ciri Program Sosial Berkelanjutan 2. Diskusi Kelompok Lembar

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Review Pelaksanaan Siklus

Review Pelaksanaan Siklus DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan dan BKM C48 Review Pelaksanaan Siklus Identifikasi Masalah 2 Pemetaan Swadaya 3 Membangun BKM KSM Tahap Perencanaan

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN PANDUAN PEMANDU PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH PP.02 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 3 Modul

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4b SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Ranking Kemiskinan dan Transek Lingkungan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN PANDUAN PEMANDU PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH PP.03 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 4 Modul

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan BUKU 4d SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS UP C14 Tugas dan Fungsi UP PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Perangkat Organisasi BKM/LKM 1 Kegiatan 1: Diskusi Perangkat Organisasi

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C06 Pembangunan BKM PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Swadaya

Tahapan Pemetaan Swadaya Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi BUKU 4c SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PENGANTAR Acuan pelaksanaan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) bagi aparat pemerintah kabupaten/kota ini dimaksudkan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian

Lebih terperinci

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Perencanaan Program Unit Pengelola Keuangan

Perencanaan Program Unit Pengelola Keuangan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C17 Perencanaan Program Unit Pengelola Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mengapa Menyusun Rencana Usaha UPK? 1 Kegiatan

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan Bab 4 Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan 31 IV.1. Pengantar Bagian ini memaparkan hasil penelitian, meliputi hasil analisis dan pembahasan. Analisis dilakukan terhadap data-data berkaitan dengan

Lebih terperinci

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK)

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) BUKU 3 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI

Lebih terperinci

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 April 2014 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas Tujuan Kegiatan Sosial Prinsip-prinsip Kegiatan Sosial Kelompok Sasaran Sumber Pendanaan Pengelolaan Kegiatan Sosial Kegiatan-kegiatan Sosial Kegiatan Murni Santunan Kejarlah Ilmu Sedari Kecil Bersama

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Juni 2012 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT

Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT Format F-01 BERITA ACARA PEMBENTUKAN PANITIA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT Desa/Kelurahan BKM/LKM Kecamatan Kota/Kabupaten Berdasarkan hasil kesepakatan antara BKM/LKM, Aparat Desa/Kelurahan,

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK APA PERENCANAAN PARTISIPATIF? Proses perumusan dan penyepakatan produk perencanaan dengan melibatkan partisipasi aktif warga dan Pemda Proses penyelarasan perencanaan

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP Bahan Presentasi pada Lokakarya & Pelatihan Tim Peneliti Strudy Tematik Evaluasi P2KP, Maret 2009 I. Mengapa Pembangunan Infrastruktur dilakukan dalam program pemberdayaan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan

Lebih terperinci

Tata Cara Siklus PNPM MP

Tata Cara Siklus PNPM MP DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 1 F02 Tata Cara Siklus PNPM MP Identifikasi Masalah 2 Pemetaan Swadaya 3 Membangun BKM KSM 4 Tahap Perencanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas

Lebih terperinci

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Peserta menyadari perlunya perubahan peran fasilitator Peserta memahami transformasi peran dari fasilitator umum ke fasilitator wirausaha ke konsultan pembangunan

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F14. Pelatihan Dasar 2. Pengembangan KSM. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F14. Pelatihan Dasar 2. Pengembangan KSM. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F14 Pengembangan KSM PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Kaji Ulang Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Identifikasi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

Bahan Bacaan Prinsip Dasar Kesukarelawanan 1. Bahan Bacaan Potret Relawan; Haswa Kenalkan Aksara dari Pintu ke Pintu 2

Bahan Bacaan Prinsip Dasar Kesukarelawanan 1. Bahan Bacaan Potret Relawan; Haswa Kenalkan Aksara dari Pintu ke Pintu 2 Bahan Bacaan Prinsip Dasar Kesukarelawanan 1 Bahan Bacaan Potret Relawan; Haswa Kenalkan Aksara dari Pintu ke Pintu 2 Bahan Bacaan Sekilas Tentang Kerelawanan 4 Bahan Bacaan Bagaimana Melakukan Monev?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci