V. GAMBARAN UMUM. Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM. Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan nama Planten en Dierentuin dan dikelola oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of Batavia). Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno, maka pada tahun 1949 Planten en Dierentuin diubah namanya menjadi Kebun Binatang en Dierentuin. Pada saat itu pembangunan dan perkembangan Kota Jakarta terus dilakukan sehingga menyebabkan wilayah Cikini yang terletak di pusat Kota Jakarta tidak cocok lagi sebagai lokasi untuk Kebun Binatang. Untuk itu pada tahun 1964 oleh Dr. Soemarmo, Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta pada saat itu, dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang dengan diketuai drh. T.H.E.W Umboh dengan tugas utama memindahkan Kebun Binatang Cikini ke Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada lahan seluas 30 Ha yang merupakan hibah dari Pemda DKI Jakarta. Pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun Binatang diresmikan oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta, Mayor Jenderal Ali Sadikin, dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Koleksi satwa saat itu sebanyak 450 ekor yang dibawa dari Kebun Binatang Cikini. Pada tahun 1993 Taman Margasatwa Ragunan menjalani perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola (BP) Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun 2001, BP berubah menjadi 55

2 Kantor Taman Margasatwa Ragunan sampai tahun 2008 dan awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan. 5.2 Karakteristik Kawasan Taman Margasatwa Ragunan sebagai sarana konservasi satwa dan hutan kota di DKI Jakarta memiliki karakteristik kondisi yang cocok untuk dijadikan kawasan konservasi di tengah kota. Karakteristik Taman Margasatwa Ragunan dapat dilihat berdasarkan letak geografis dan topografi kawasan, serta iklim dan jenis tanahnya Letak Geografis dan Topografi Kawasan TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104 o 48 l BT dan 106 o 15 l LS. TMR berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki empat pintu masuk, yaitu Pintu Utara, Pintu Selatan, Pintu Timur, dan Pintu Barat. Pintu Utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu Timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jatipadang dan Pintu Barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Raya Cilandak KKO Iklim dan Jenis Tanah Karakteristik lingkungan TMR memiliki kelembaban pertahunnya antara 60-80% dan curah hujan sekitar mm dengan temperatur udara ratarata sepanjang tahun 27,2 o C. Angin pada musim kemarau bertiup dari arah Timur 56

3 Laut menuju Barat Daya, pada musim hujan angin bertiup dari Barat Daya ke Barat Laut. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta. Luas areal keseluruhan TMR adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa. 5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan Visi TMR adalah mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi Taman Margasatwa Ragunan yaitu : 1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya 2. Meningkatkan pengetahuan tentang satwa kepada masyarakat dalam rangka sosialisasi konservasi eksitu 3. Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri 4. Meningkatkan hubungan antar daerah atau negeara melalui program tukarmenukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri 5. Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu 6. Meningkatkan fungsi Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run-off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau. 57

4 5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan Taman Margasatwa Ragunan memiliki tujuh sasaran dalam pengelolaannya, yaitu sebagai berikut: 1. Meningkatnya jumlah koleksi flora dan fauna berdasarkan kelangkaannya 2. Meningkatnya jenis satwa berdasarkan berhasilnya pengembangbiakan satwa 3. Meningkatnya partisipasi program insitu 4. Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang 5. Tertanganinya masalah limbah 6. Meningkatnya angka kunjungan wisata 7. Meningkatnya kualitas SDM 5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR Provinsi DKI Jakarta, kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut : 1. Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR. 2. Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. 5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR 58

5 Provinsi DKI Jakarta, tugas TMR adalah melaksanakan pengelolaan TMR. Sedangkan fungsi Unit Pengelola TMR adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola 2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola 3. Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR. 4. Penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora 5. Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR 6. Penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya 7. Pemungutan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi TMR 8. Pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR 9. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat 10. Pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR 11. Penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi. 12. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang 13. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan 14. Pelaksaan upacara dan pengaturan acara Unit Pengelola TMR 59

6 15. Penyiapan bahan laporan Dinas Kelautan dan Petanian yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola 16. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola 5.7 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Secara fungsional, bangunan fisik di TMR terdiri dari beberapa bangunan utama dan beberapa bangunan penunjang yang berfungsi mendukung semua kegiatan di TMR. Sarana dan prasarana di TMR antara lain locket tiket, kamar kecil, rumah sakit hewan, tempat sampah, musholla, telepon umum, rumah makan, Pusat Primata Schmutzer, rakit wisata, area memancing, perahu angsa, piknik area, Taman Satwa Anak, area bermain anak, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir shop. Biaya pemakaian fasilitas/sarana TMR terlampir pada Lampiran 6. Aksesibilitas menuju TMR dapat ditempuh mulai dari Pasar Minggu kemudian dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan Kopaja 68, angkutan S15A, Kopaja S612 rute Ragunan Kampung Melayu di pintu keluar barat atau dekat kompleks Polri, Kopaja S19 atau Kopaja 602 rute Ragunan Tanah Abang dan Jalan TB.Simatupang dengan menggunakan bus Transjakarta yang mulai beroperasi pada awal tahun Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR Untuk dapat melaksanakan tujuan, tugas pokok dan fungsi TMR, maka diperlukan sumberdaya alam (flora dan fauna) serta sumberdaya manusia. Dalam menjalankan tugas sehari-hari pengelola melibatkan jumlah personil sebanyak 429 orang. Data lengkap jumlah pegawai dapat dilihat pada tabel berikut. 60

7 Tabel 4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan No Pendidikan PNS CPNS PTT Non PNS Harian PPS Jumlah 1 Pasca Sarjana Sarjana D D2/D SMA/SLTA SMP/SLTP SD Jumlah Sumber : Subbagian Tata Usaha Taman Margasatwa Ragunan Per April 2011 Dari jumlah tersebut hampir 75% karyawan bekerja di lapangan yaitu : di bidang Peragaan Satwa, bidang Sarana Fisik dan Kebersihan, dan selebihnya berada di staf kantor sebagai penata administrasi. TMR memiliki 20 orang guide, 7 orang dokter hewan, dan 12 orang kurator. Hari kerja yang diberlakukan instansi ini untuk pegawai adalah enam hari kerja dalam seminggu (hari Minggu diberi honor tambahan) dengan satu hari libur antara hari Senin sampai Sabtu yang berbeda setiap orangnya. Waktu kerja pada hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu dimulai pada pukul , sedangkan pada hari jumat dan minggu dimulai pukul WIB, kecuali bagi petugas keamanan yang bekerja secara bergiliran setiap 9 jam. Keberadaan flora di TMR memiliki peran yang cukup besar dalam kondisi topografi tanah yang menjadi suatu habitat baru bagi satwa, sebagai tudung satwa dan pelindung bagi kandang-kandang satwa serta pembangkit apresiasi terhadap alam bagi para pengunjung TMR. Selain itu, keberadaan sumberdaya flora di TMR juga berfungsi sebagai paru-paru Kota Jakarta. Mayoritas tujuan utama para pengunjung adalah untuk merasakan kesejukan hutan kota dan melihat koleksi satwa yang ada di TMR. 61

8 Sumberdaya alam berupa fauna di TMR merupakan daya tarik utama yang diberikan kepada para pengunjung. Pengadaan satwa di TMR diperoleh dengan cara : a. Hasil pengembangbiakkan atau pemeliharaan TMR b. Program tukar-menukar satwa dengan kebun bunatang lain dalam maupun luar negeri c. Hasil sitaan Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) d. Sumbangan dari masyarakat e. Penggantian biaya rawat satwa dan hadiah kenegaraan Data koleksi satwa di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010 No Kelas/Class Bangsa/ Ordo Suku/ Family Jenis/ Species Anak Jenis/ Sub Species Jumlah/ Specimen 1 Pisces Reptilia Aves Mammalia Jumlah Sumber : Laporan Inventaris Satwa (Animal Collection) Ragunan Zoological Parks, 2011 Selain satwa yang memang sengaja dipelihara, terdapat juga satwa hidup liar di TMR. Data satwa yang hidup liar di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 No Kelas/ Class Bangsa/ Ordo Suku/ Family Jenis/ Species Anak Jenis/ Sub Species Jumlah/ Specimen 1 Pisces Reptilia Aves Mammalia Jumlah Sumber : Laporan Inventaris Satwa (Animal Collection) Ragunan Zoological Parks,

9 5.9 Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan Wisatawan TMR mengalami kenaikan pertahunnya, wisatawan di tahun 2010 merupakan jumlah paling tinggi selama lima tahun terakhir. Kunjungan paling rendah terjadi pada tahun Data jumlah pengunjung yang ada tidak dibedakan antara wisatawan lokal dan wisatawan asing. Jumlah wisatawan TMR dari tahun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun No Tahun Jumlah (orang) Rata-rata Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margsatwa Ragunan, 2011 Kisaran wisatawan pada hari kerja biasa adalah antara orang, hari Sabtu antara orang, hari Minggu antara orang, libur lebaran antara orang/hari, libur tahun baru sekitar orang/hari, dan libur nasional/long weekend antara orang/hari. Jumlah pengunjung TMR berbeda-beda tiap bulannya, jumlah pengunjung paling tinggi terdapat pada bulan September. Umumnya libur lebaran jatuh pada Bulan September. Sebaran pengunjung per bulan di tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut. 63

10 Gambar 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010 Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan, Struktur Organisasi TMR Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2009 Tanggal 10 Agustus 2009 tentang Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, TMR Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang ditunjuk oleh Gubernur. Kepala Unit TMR membawahi empat bidang, yaitu: Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. Bagan Struktur Organisasi Unit Pengelola TMR terlampir pada Lampiran 7. 64

11 5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan Jumlah wisatawan yang dipilih sebagai responden sebanyak seratus orang. Karakteristik responden TMR yang dianalisis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, dan daerah asal. Karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Pria Wanita Umur (tahun) tahun tahun tahun tahun Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah Pendidikan SD 4 4 SMP SMU Akademi/Diploma 3 3 S S Pekerjaan Pelajar Mahasiswa ABRI 2 2 Pensiunan 2 2 Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pengangguran 1 1 PNS Buruh Pabrik 7 7 Lainnya

12 No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 6 Penghasilan (Rp/tahun) , , , , , , , , Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) orang orang orang Daerah Asal Bekasi 5 5 Bogor 3 3 Depok Jakarta Barat 8 8 Jakarta Pusat 3 3 Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara 5 5 Tangerang 8 8 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Responden wisatawan TMR terdiri dari pria sebanyak 47 orang dan wanita sebanyak 53 orang. Berdasarkan umur, responden wisatawan TMR dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Kelompok umur tahun sebanyak 55% dari total responden, umur tahun sebanyak 25% dari total responden, umur tahun sebanyak 11% dari total responden, dan umur tahun sebanyak 9% dari total responden. Sebagian besar umur responden wisatawan adalah tahun yaitu sebanyak 55% dari total responden, mereka adalah kaum muda produktif yang belum berkeluarga dan yang baru berkeluarga. Mereka yang baru berkeluarga umumnya memiliki anak balita. Para orangtua memperkenalkan jenis-jenis satwa kepada putra-putrinya yang masih berumur sekitar 1-5 tahun. Sedangkan untuk usia lebih dari itu, kedatangannya di TMR semakin sedikit. Hal ini dikarenakan 66

13 stamina yang sudah mulai menurun untuk berjalan kaki dalam jarak jauh dan rutinitas yang padat. Umumnya responden yang ditemui belum menikah yaitu sebanyak 55% dari total responden. Mereka melakukan rekreasi bersama teman dekat atau rekanrekannya untuk mengisi waktu luang. Suasana TMR yang asri sangat diminati oleh kaum muda, selain itu luas TMR sebesar 140 ha mampu menjadi daya tarik tersendiri sebagai kawasan rekreasi yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan kaki berkeliling dan duduk sesekali. Responden yang sudah menikah juga persentasenya cukup besar yaitu 45% dari total responden. Hal ini menandakan bahwa TMR merupakan kawasan wisata yang diminati dari segala golongan baik oleh kaum muda yang belum menikah, ataupun mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Kaum muda biasanya lebih tertarik dengan suasana sejuk TMR, sedangkan mereka yang sudah berkeluarga lebih memilih TMR untuk menambah wawasan tentang jenis-jenis satwa kepada anak. Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden TMR adalah lulus SD sebanyak 4% dari total responden, lulus SMP sebanyak 29% dari total responden, lulus SMA sebanyak 35% dari total responden, Akademi/Diploma sebanyak 3% dari total responden, S1 sebanyak 28% dari total responden, dan S2 hanya 1% dari total responden. Sebagian besar tingkat pendidikannya adalah lulusan SMA yaitu sebesar 35% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa TMR lebih diminati oleh wisatawan dengan daya intelektual yang sedang. Spesifikasi pekerjaan yang dibuat adalah pelajar, mahasiswa, ABRI, pensiunan, pegawai swasta, wiraswasta, ibu rumah tangga, pengangguran, PNS, 67

14 buruh pabrik, dan lainnya. Hasil survey kepada seratus responden TMR menyatakan bahwa yang memiliki kegiatan sebagai pelajar berjumlah 13 orang, mahasiswa berjumlah 13 orang, ABRI berjumlah 2 orang, pensiunan berjumlah 2 orang, pegawai swasta berjumlah 23 orang, wiraswasta berjumlah 13 orang, ibu rumah tangga berjumlah 15 orang, pengangguran 1 orang, PNS berjumlah 10 orang, buruh pabrik berjumlah 7 orang, dan lainnya hanya 1 orang atau hanya 1% dari total responden. Berdasarkan hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa 23% dari total responden adalah pegawai swasta yang merupakan persentase terbesar. Sebesar 99% dari total responden sudah memiliki pekerjaan sehingga mereka akan lebih memilih untuk melakukan rekreasi saat hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional) sebagai hari yang sesuai untuk berkunjung ke TMR. Namun, bila dilihat dari peresentase yang cukup merata, dapat dikatakan bahwa TMR diminati oleh wisatawan dari berbagai latar belakang pekerjaan. Penghasilan adalah pendapatan utama yang diterima responden dalam satu tahun terakhir ditambah dengan pendapatan sampingan bila mereka memiliki pekerjaan sampingan, serta tunjangan hari raya dan bonus jika ada. Untuk pelajar dan mahasiswa, penghasilan yang dimaksud adalah jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, dan hadiah) per bulan yang mereka peroleh yang dihitung dalam tahun. Penghasilan per tahun responden wisatawan TMR dapat dikelompokkan menjadi Rp ,00-Rp ,00 sebanyak 60 orang (60% dari total responden), Rp ,01-Rp ,00 sebanyak 21 orang (21% dari total responden), Rp ,01-Rp ,00 sebanyak 13 orang (13% 68

15 dari total responden), dan Rp ,01-Rp ,00 hanya 6 orang (6% dari total responden). Sebagian besar responden memiliki penghasilan Rp ,00-Rp ,00 per bulan atau Rp ,00-Rp ,00 pertahun. Hal ini dikarenakan Upah Minimum Regional (UMR) di DKI Jakarta adalah Rp ,00 per bulan. Rata-rata pendapatan responden dari total 100 responden adalah Rp ,00 pertahun sehingga dapat dikategorikan menengah kebawah. Sebanyak 48 orang (48% dari total responden) responden menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sebesar 52 orang (52% dari total responden) memiliki tanggungan keluarga, yaitu terdiri dari 20 orang yang memiliki tanggungan 1-2 orang, 29 orang yang memiliki tanggungan 3-4 orang, dan 3 orang yang memiliki tanggungan 5-6 orang. Hampir 50% dari total responden wisatawan TMR tidak memiliki tanggungan keluarga. Responden yang tidak memiliki tanggungan keluarga bukan berarti belum menikah tetapi biasanya memiliki tanggungjawab secara finansial kepada adik, kakak, atau saudara lainnya. Hasil survey menunjukkan terdapat 8 responden atau sekitar 15% dari jumlah responden yang belum menikah tetapi memiliki tanggungan keluarga. Sebanyak 3 responden yang telah menikah menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, yaitu sebesar 7% dari jumlah responden yang telah menikah. Taman Margasatwa Ragunan terletak di Jakarta Selatan. Hasil survey juga menunjukkan seluruh wisatawan berasal dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) dan paling banyak berasal dari Jakarta Selatan yaitu sebanyak 45 orang (45% dari total responden). Tidak ada responden 69

16 wisatawan yang berasal dari luar Jabodetabek saat survey dilakukan. Rata-rata jarak yang ditempuh responden menuju TMR adalah sekitar 10 km Waktu Luang Selain faktor biaya, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kunjungan rekreasi adalah waktu luang yang tersedia bagi responden. Waktu luang dihitung berdasarkan jumlah hari libur yang diperoleh, yang terdiri dari hari Minggu dan Sabtu (untuk karyawan dengan lima hari kerja), tanggal merah, libur semester (untuk mahasiswa dan pelajar/remaja), libur cuti (untuk karyawan), dan lainnya. Umumnya para pegawai swasta memiliki jatah libur resmi selama hari kerja pertahun. Jika tidak rekreasi ke TMR, biasanya responden menggunakan waktu luang mereka untuk menonton TV/bioskop, jalan-jalan ke mall atau tempat rekreasi lainnya, membaca, istirahat, maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Waktu luang yang kurang dari 60 hari dalam satu tahun dimiliki oleh karyawan kontrak, pegawai toko, dan wiraswasta. Pegawai swasta, baik dengan jumlah hari kerja enam hari per minggu maupun pegawai swasta dengan jumlah hari kerja lima hari per minggu serta buruh pabrik, memiliki waktu luang sebanyak hari pertahun. Untuk pelajar/mahasiswa dan PNS, jumlah waktu luang yang dimiliki kelompok ini adalah lebih dari 120 hari pertahun, begitu juga dengan ibu rumah tangga, pengangguran, dan pensiunan termasuk ke dalam kelompok yang memiliki jumlah waktu luang lebih dari 120 hari per tahun. Sebaran responden wisatawan TMR berdasarkan waktu luang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. 70

17 Tabel 9. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Luang Waktu Luang Setahun (hari) Jumlah (orang) Persentase (%) < > Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Motivasi Kunjungan Motivasi kunjungan ke kawasan TMR dapat diketahui dari tujuan berkunjung. Sebagian besar responden, yaitu 88 orang (88% dari total responden) datang ke TMR untuk rekreasi, menghilangkan kejenuhan, ataupun berkumpul dengan keluarga. Namun, terdapat 12% dari total responden yang datang ke TMR yang bertujuan mengantar tamu/kerabat (4 orang), kebetulan lewat (4 orang), ataupun untuk hal lainnya (4 orang) seperti melakukan penelitian, survey, atau mengantar surat magang. Sebaran responden menurut tujuan kedatangannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Tujuan Kunjungan Tujuan Berkunjung Jumlah (orang) Persentase (%) Rekreasi/piknik Mengantar tamu/kerabat 4 4 Kebetulan lewat 4 4 Lainnya 4 4 Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Cara Kedatangan Responden wisatawan TMR sebagian besar datang bersama teman, yaitu sebanyak 36 orang, dan bersama keluarga yaitu sebanyak 32 orang. Sisanya datang sendiri (7 orang), rombongan wisata teman (6 orang), rombongan wisata keluarga (11 orang), rombongan wisata pekerjaan (3 orang), rombongan wisata sekolah (5 orang). Tabel 11 menyatakan bahwa sangat jarang responden 71

18 wisatawan TMR datang untuk berekreasi seorang diri, kecuali memang bermaksud menyendiri ataupun mencari inspirasi dalam bekerja. Tabel 11. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Cara Kedatangan Cara Kedatangan Jumlah (orang) Persentase Sendiri 7 7 Keluarga Rombongan wisata teman 6 6 Bersama teman Rombongan wisata keluarga Rombongan wisata pekerjaan 3 3 Rombongan wisata sekolah 5 5 Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Jumlah Orang dalam Rombongan Responden yang datang bersama teman berkisar antara 1-5 orang, namun yang lebih sering adalah hanya berdua. Untuk jumlah orang dalam rombongan keseluruhan bervariasi mulai kurang dari atau sama dengan 10 orang sampai lebih dari 100 orang, terutama untuk rombongan pekerjaan ataupun rombongan sekolah. Lebih dari setengah total responden, yaitu sebanyak 81% dari total responden datang ke TMR dengan jumlah orang dalam rombongan kurang dari 10 orang. Jumlah orang dalam rombongan orang sebanyak 9% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan orang sebanyak 2% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan orang hanya 1% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan orang sebanyak 2% dari total responden, dan jumlah orang dalam rombongan lebih dari 50 orang sebanyak 5% dari total responden. Sebaran jumlah orang dalam rombongan dapat diketahui dari Tabel 12 berikut. 72

19 Tabel 12. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jumlah Orang dalam Rombongan Jumlah Orang dalam Rombongan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Biaya Perjalanan Faktor utama dari kegiatan wisata sehingga dapat terealisasi adalah adanya biaya perjalanan. Komponen yang digunakan dalam perhitungan biaya perjalanan dalam penelitian ini disamakan dengan komponen yang digunakan pada studi lain, dengan asumsi komponen-komponen tersebut dapat mewakili besarnya biaya yang dikeluarkan oleh seorang wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata untuk satu kali kunjungan. Komponen tersebut adalah biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi baik di lokasi maupun di perjalanan, biaya pembelian souvenir, dan biaya lainnya yang termasuk dalam kegiatan wisata. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan wisatawan di luar biaya masuk (tiket) kawasan TMR. Tabel 13 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dalam melakukan satu kali kunjungan. Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan berkisar antara Rp 5.000,00-Rp ,00. Sebagian besar wisatawan mengeluarkan biaya perjalanan sebesar kurang dari atau sama dengan Rp ,00, yaitu sebesar 44% dari total responden. Biaya perjalanan tersebut relatif murah karena tempat tinggal wisatawan yang tidak terlalu jauh dari TMR serta tersedia bus Transjakarta yang memudahkan akses ke TMR. Sebanyak 27 orang mengeluarkan biaya perjalanan 73

20 sebesar Rp ,01-Rp ,00, sebanyak 14 orang mengeluarkan biaya perjalanan sebesar Rp ,01-Rp ,00, sebanyak 10 orang mengeluarkan biaya perjalanan sebesar Rp ,01-Rp ,00, dan hanya 5 orang yang mengeluarkan biaya perjalanan lebih dari Rp ,00. Sebaran responden wisatawan TMR menurut biaya perjalanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 13. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Biaya Perjalanan Biaya Perjalanan (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) 20000, , , , , , , >200000, Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Total biaya perjalanan rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp ,00 per orang dalam satu kali kunjungan (Tabel 14). persentase pengeluaran biaya perjalanan terbanyak yaitu kurang dari atau sama dengan Rp ,00 berada di bawah biaya perjalanan rata-rata per orang. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang sangat mahal, salah satunya sebesar Rp ,00. Selain itu juga terdapat beberapa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang sangat murah, misalnya hanya Rp 5.000,00. Biaya perjalanan rata-rata per orang dalam satu kali kunjungan paling banyak berasal dari pengeluaran responden untuk biaya transportasi yaitu sebesar 42,47% dari total biaya perjalanan. Pengeluaran terbesar kedua berasal dari biaya souvenir, yaitu sebesar 30,81% dari total biaya perjalanan. Pengeluaran selanjutnya berasal dari biaya konsumsi di TMR, yaitu sebesar 20,22% dari total biaya perjalanan, biaya dokumentasi sebesar 3,88% dari total biaya perjalanan, dan biaya lain-lain hanya sebesar 2,59% dari total biaya perjalanan. Menurut 74

21 beberapa responden, mereka lebih memilih untuk membawa bekal makanan dari rumah daripada membeli di TMR karena harga jualnya yang relatif lebih mahal dari harga makanan atau minuman yang biasa di jual di luar TMR. Tabel 14 menunjukkan rincian biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh seratus responden wisatawan yang menjadi sample penelitian. Tabel 14. Rincian Biaya Perjalanan per Responden Wisatawan TMR Rincian Biaya Perjalanan Jumlah (Rp) Rata-rata per Responden (Rp) Persentase dari Total Biaya Perjalanan (%) Biaya Konsumsi di TMR ,22 Biaya Transportasi ,47 Biaya Dokumentasi ,88 Biaya Souvenir ,81 Biaya Lain-lain ,59 Total Sumber : Diolah dari Data Primer, Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan yang dimaksud disini adalah berapa banyak responden berkunjung ke TMR selama lima tahun terakhir (Tabel 15). Sebagian besar responden sebanyak 59 orang atau 59% dari total responden menyatakan dalam lima tahun terakhir (termasuk waktu penelitian), mereka berkunjung ke kawasan ini kurang dari atau sama dengan 5 kali dan 12 orang diantaranya baru berkunjung satu kali. Bagi responden yang berkunjung lebih dari lima kali umumnya adalah responden yang tempat tinggalnya dekat dengan TMR, bahkan 7 orang diantara mereka menyatakan sebulan sekali pasti melakukan rekreasi ke TMR. Sebanyak 14 orang atau 14% dari total responden menyatakan dalam lima tahun terakhir 6-10 kali melakukan kunjungan ke TMR, sebanyak 8 orang (8% dari total responden) berkunjung kali, sebanyak 11 orang (11% dari total 75

22 responden) berkunjung kali, dan 8 orang (8% dari total responden) berkunjung ke TMR lebih dari 40 kali dalam lima tahun terakhir. Sebaran responden menurut frekuensi kunjungan lima tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 15. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan (5 tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 5 kali kali kali kali > 40 kali 8 8 Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Lama Kunjungan Umumnya responden wisatawan TMR menghabiskan waktu selama 2,6-4 jam di lokasi (52% dari total responden), 33 orang diantaranya menghabiskan tiga jam di lokasi. Mereka menyatakan sudah puas walaupun hanya menghabiskan kurang dari atau sama dengan 4 jam di lokasi, jika terlalu lama mereka akan merasa bosan. Jarak rumah mereka pun tidak terlalu jauh dengan TMR sehingga tidak terlalu sulit bila ingin melakukan rekreasi ke TMR kembali, dan biasanya mereka datang bersama teman. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak terlalu lama di lokasi. Sebanyak 18 orang (18% dari total responden) menghabiskan waktu kurang dari atau sama dengan 2,5 jam di TMR. Sebanyak 17 orang (17% dari total responden) menghabiskan 4,1-5,5 jam di lokasi. Sebanyak 13% dari total responden menghabiskan waktu lebih dari 5,5 jam di lokasi, umumnya mereka datang bersama keluarga dan jarak rumah mereka juga cukup jauh dari TMR. 76

23 Oleh karena itu mereka menghabiskan waktu yang cukup lama di lokasi. Sebaran responden menurut lamanya berada di lokasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Lama Kunjungan Waktu Berada di Lokasi (jam) Jumlah (orang) Persentase (%) 2, , ,1-5, > 5, Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan Tabel 8 yang telah dijelaskan sebelumnya diketahui bahwa responden yang datang hampir setengahnya berasal dari Jakarta Selatan, sehingga rata-rata hanya berjarak 10 km dari TMR. Berdasarkan hasil wawancara dengan bantuan kuisioner diperoleh bahwa responden yang berasal dari daerah yang sama, yang diasumsikan menempuh jarak yang sama, namun menghabiskan waktu tempuh yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan rute jalan yang berbedabeda, jenis kendaraan yang berbeda, dan ada kemungkinan dikarenakan kecepatan yang digunakan oleh responden berbeda-beda. Sebaran responden menurut jarak tempuh dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 17. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jarak Tempuh Jarak Tempuh (km) Jumlah (orang) Persentase (%) 9, ,11-18, ,11-27,1 7 7 > 27,1 4 4 Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Tabel di atas menunjukkan bahwa 63 orang (63% dari total responden) memiliki jarak tempat tinggal kurang dari atau sama dengan 9,1 km dari TMR, sebanyak 26 orang (26% dari total responden) berjarak 9,11-18,1 km dari TMR, 77

24 sebanyak 7 orang (7% dari total responden) berjarak 18,11-27,1 km, dan sebanyak 4 orang (4% dari total responden) berjarak lebih dari 27,1 km dari TMR. Sebaran waktu tempuh responden ke TMR dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Tempuh Waktu Tempuh (jam) Jumlah (orang) Persentase (%) , , >3 5 5 Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa waktu yang ditempuh responden untuk sampai di TMR sebagian besar kurang dari atau sama dengan 1 jam, yaitu sebanyak 53 orang. Tidak sedikit responden yang menginformasikan bahwa keberadaan bus Transjakarta sangat membantu mereka untuk sampai dengan cepat ke TMR. Hal ini dikarenakan bus trans Jakarta memiliki jalur khusus sehingga tidak terkena macet. Sebanyak 27 orang memerlukan 1,01-2 jam untuk sampai di TMR, sebanyak 15 orang memerlukan 2,01-3 jam untuk sampai di TMR, dan 5 orang memerlukan lebih dari 3 jam untuk sampai di TMR Tempat Alternatif Berdasarkan wawancara dengan responden, diketahui bahwa rekreasi yang biasa mereka kunjungi tidak jauh dari yang memiliki suasana asri, nyaman, dan tenang ditengah padatnya Kota Jakarta, yaitu rekreasi ke pantai (35% dari total responden). Namun, mall menjadi tempat rekreasi yang juga sering dikunjungi oleh masayarakat Jabodetabek. Hal ini dikarenakan banyaknya mall yang berada di ibukota dan sekitarnya. Sebagian besar (87% dari total responden) menyatakan bahwa mereka memiliki tempat alternatif untuk berekreasi selain ke TMR. Sebanyak 29 orang 78

25 (29% dari total responden) menjadikan Ancol/Dufan sebagai tempat alternatif rekreasinya, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 19. Daya tarik Ancol yang mereka sukai terutama adalah pantai Ancol dan wahana Dunia Fantasi. Sebanyak 42 orang (42% dari total responden) mengatakan tidak memilih Ancol/Dufan sebagai tempat rekreasi saat dilakukan survei penelitian adalah karena jaraknya yang jauh dengan tempat tinggal, 22 orang beralasan karena biaya yang lebih mahal, 9 orang beralasan karena waktu tempuh yang lama, dan sisanya karena hal lain ataupun karena tidak memiliki alternatif tempat rekreasi lain selain TMR. Tabel 19. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Alternatif Rekreasi Lokasi Alternatif Jumlah (orang) Persentase (%) Ancol/Dufan Pantai Kota tua Pulau Seribu 2 2 Museum 1 1 TMII Lainnya 7 7 Tidak Ada Jumlah Sumber : Diolah dari Data Primer, Persepsi Responden Wisatawan tentang Lokasi TMR Taman Margasatwa Ragunan merupakan tempat wisata bernuansa alam yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain udara yang masih bersih dengan rimbunnya pepohonan yang ada, wisatawan juga dapat menikmati keelokan satwa yang sangat eksotis. TMR termasuk ke dalam hutan kota dalam tata wilayah DKI Jakarta. Hasil penilaian persentase dari total seratus responden terhadap kondisi internal TMR dapat dilihat pada Tabel 20. Penilaian responden meliputi penilaian terhadap keamanan, fasilitas, petugas, informasi, akses, kebersihan, dan kondisi satwa. 79

26 Tabel 20. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan Objek Penilaian Responden (%) Mayoritas Persepsi Penilaian Tidak Kurang Sangat Baik Baik Baik Baik Keamanan Baik Fasilitas Baik Petugas Baik Informasi Baik Akses Baik Kebersihan Kurang Baik Kondisi Satwa Baik Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa penilaian responden atas keamanan di TMR termasuk kedalam kategori baik. Kondisi ini harus dipertahankan dan lebih baik lagi jika ditingkatkan seperti menambah pos satpam di beberapa titik tertentu, menambah armada patroli, dan dengan pemeriksaan wisatawan di pintu masuk dari barang-barang yang membahayakan baik bagi wisatawan lain maupun bagi satwa-satwa yang ada di TMR. Keamanan TMR harus lebih diperketat terutama saat libur lebaran atau hari besar lainnya dimana jumlah wisatawan melonjak. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 40% dari total responden datang ke TMR menggunakan kendaraan umum sehingga resiko kehilangan kendaraan tidak terlalu besar. Selain itu, menurut beberapa responden, keberadaan pengamen cilik harus ditertibkan karena mengganggu rekreasi mereka. Keberadaan muda mudi yang duduk berduaan juga harus lebih diperhatikan jangan sampai melanggar norma kesopanan. Penilaian responden terhadap fasilitas TMR termasuk kedalam kategori baik. Kekuatan ini harus dipertahankan dan perlu ditingkatkan untuk menambah citra positif bagi TMR. Beberapa fasilitas yang sudah ada diantaranya locket tiket, tempat sampah, kamar kecil, rumah sakit hewan, musholla, telepon umum, rumah 80

27 makan, area memancing, piknik area, area bermain, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir shop. Atraksi wisata yang dapat dinikmati antara lain seperti feeding time, parade satwa (tentatif), taman satwa anak, kuda tunggang, onta tunggang, gajah tunggang, kereta keliling, pentas satwa, taman perahu angsa, Pusat Primata Schmutzer, rakit wisata, foto bersama satwa jinak seperti ular dan anak harimau sumatera serta kuda bendi (delman). Menurut beberapa responden, keberadaan musholla harus ditambah karena hanya ada 2 di dalam lokasi. Keberadaan tempat sampah dan tempah berteduh juga masih belum memadai jumlahnya. Hasil penilaian responden terhadap pelayanan petugas dan informasi termasuk kedalam kategori baik. Menurut beberapa responden, petugas TMR termasuk ramah, hanya saja kurang terlihat tersebar di lokasi. Bagian informasi tersedia bagi semua wisatawan yang membutuhkan informasi mengenai TMR secara rinci, berita panggilan, berita kehilangan, atau informasi mengenai program/kegiatan yang ada di TMR. Papan informasi mengenai taksonomi dan pengetahuan mengenai satwa yang bersangkutan juga merupakan bentuk pelayanan dari tim pengelola TMR. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan, papan penunjuk lokasi kurang jelas dan harus diperbaharui agar meminimalisasi wisatawan tersasar. Selain itu, diharapkan juga terdapat peta wisata/denah objek wisata di TMR yang diberikan kepada wisatawan. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa penilaian responden wisatawan terhadap akses menuju TMR masuk kedalam kategori baik atau mudah. Hal ini dikarenakan sudah terdapat bus Transjakarta yang sangat membantu wisatawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Selain itu, angkutan umum lainnya seperti angkot atau kopaja juga banyak tersedia. Jalan menuju 81

28 TMR juga sudah berupa aspal. Menurut beberapa responden, kemacetan Kota Jakarta tidak terlalu mempengaruhi kedatangan mereka ke TMR, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota. Namun, pengelola harus sigap dalam mengantisipasi kemacetan karena lonjakan wisatawan saat hari libur lebaran/hari besar lainnya. Kebersihan TMR menurut penilaian responden wisatawan dikategorikan kurang baik/kurang bersih. Ketersediaan tempat sampah terbilang masih kurang sehingga wisatawan banyak membuang sampah sisa makanannya begitu saja di taman. Bagian kebersihan TMR membersihkan lingkungan TMR setiap pagi dan sore hari sehingga suasana yang kurang bersih ini biasanya timbul pada siang sampai sore hari setelah sebagian besar wisatawan menghabiskan waktunya di TMR dengan meninggalkan sampah-sampah sisa makanan mereka. Sebagian besar responden yang menyatakan bahwa kebersihan TMR kurang baik adalah mereka yang melakukan rekreasi di hari Sabtu/Minggu saat wisatawan yang datang banyak, sedangakan bagi mereka yang datang pada hari kerja sebagian besar tidak mengalami keluhan atas kebersihan TMR. Kondisi satwa TMR menurut wisatawan dinilai baik. Hanya saja masalah kebersihan kandang perlu lebih diperhatikan, misalnya saja penampilan kandang yang kurang tertata dan terurus. Selain itu, kotoran satwa juga harus lebih diperhatikan oleh pengelola agar tidak mengganggu udara segar TMR dan kondisi kesehatan satwa itu sendiri. Beberapa responden juga menyarankan agar satwa ditambah lagi terutama pada kandang yang cukup luas namun hanya terdapat satu atau beberapa satwa saja di dalamnya. Kualitas lingkungan TMR juga dapat dilihat dari penilaian responden wisatawan atas tingkat pencemaran udara dan kebisingan yang terjadi. Penilaian 82

29 responden atas kualitas lingkungan tersebut dapat diketahui dari tabel di bawah ini. Tabel 21. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kualitas Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan Penilaian Responden (%) Objek Penilaian Tinggi Sedang Mayoritas Persepsi Pencemaran Udara Sangat Tinggi Sedikit Masalah Tidak Ada Masalah Kebisingan Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah Tabel 21 di atas menyatakan bahwa penilaian responden wisatawan TMR akan kualitas lingkungan internal TMR dari sisi pencemaran udara dan kebisingan termasuk kedalam kategori tidak ada masalah. Hal ini harus dipertahankan karena merupakan nilai tambah tersendiri bagi TMR sebagai tempat rekreasi yang nyaman di tengah kota. Menurut beberapa responden, pencemaran udara terjadi di beberapa spot satwa, seperti di area sekitar kandang gajah karena kotorannya, sedangkan kebisingan terjadi karena banyaknya wisatawan yang datang di hari Sabtu/Minggu. Namun, hal tersebut tidak terlalu mengganggu rekreasi wisatawan dan dapat diabaikan. 83

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5. Sejarah Taman Margsatwa Ragunan Taman Margasatwa Ragunan didirikan pada tanggal 9 September 86 di Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011

Lampiran 1 Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 LAMPIRAN 08 Lampiran Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 20 Variabel N Rata-rata Minimum Maksimum Standar Deviasi Y 00 3,0 60 6,996 TC 00 54005 5000 400000 74965,665 I 00 25338000

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN

KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN 28310918 JUDUL PENULISAN ILMIAH KAJIAN POLA SIRKULASI PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat pertumbuhan pariwisata yang tinggi. Potensi wisata yang dimiliki Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu objek wisata di Jakarta yang banyak mendapat perhatian pengunjung adalah Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada tahun 1864 di Cikini

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN 2.1. Letak Geografis Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Adapun sumber data pendukung untuk proyek Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Wawancara dengan Bapak Wahyudi Bambang Prihantoro, humas Taman Margasatwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41 BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik pengunjung merupakan hal yang

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting No. Responden : Hari/Tanggal : A. Data Pribadi Responden. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Perempuan / Lakilaki* Asal/tempat tinggal : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isa dan Ramli (2014) dalam penelitiannya pada FRI Aquarium di Penang Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM memiliki pengaruh

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) - LIPI, merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata adalah segala hal yg berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. Berpariwisata berarti melancong;

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk 60 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung, yang terdiri

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Tuban Kabupaten Tuban merupakan kabupaten dari 29 kabupaten dan 9 kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Tuban berada di jalur pantai utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ekonomi dan makhluk sosial, sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor penunjang yaitu proses komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN KAJIAN PERAN FAKTOR DEMOGRAFI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA Kajian Peran Faktor Demografi dalam Hubungannya Dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung 82 Lampiran I Kuisioner Pengunjung No. Responden : Nama Responden : Petunjuk Pengisian Berikan tanda silang (X) pada bebera pertanyaan dibawah ini. Jawaban boleh lebih dari satu. 1. Apa jenis kelamin anda?

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. aquarium, karantina, toxidemi dan ruang nokturama (binatang malam). KBS

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. aquarium, karantina, toxidemi dan ruang nokturama (binatang malam). KBS BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah PD Kebun Binatang Surabaya Kebun Binatang Surabaya (KBS) berlokasi di Surabaya Selatan adalah salah satu kebun binatang yang populer di Indonesia, terletak di

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 4. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1978, wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi 5 (lima) wilayah kota administrasif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang awalnya bernama Planten en Dierentuin, merupakan Kebun Binatang pertama di Indonesia. Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN

BAB 3 KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN BAB 3 KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN 3.1 Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah Awalnya Taman Burung hanya memiliki satu kubah yang dibangun tahun 1975 dan diresmikan tanggal 19 Agustus 1976, namun kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya PD. Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) berlokasi di Surabaya Selatan adalah salah satu kebun binatang yang populer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Untuk itu, pihak. pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik.

BAB I PENDAHULUAN. terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Untuk itu, pihak. pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebun binatang adalah salah satu sarana rekreasi bagi masyarakat umum yang menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman agar masyarakat dapat terus

Lebih terperinci