BAB 2 DATA DAN ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Adapun sumber data pendukung untuk proyek Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut: Wawancara dengan Bapak Wahyudi Bambang Prihantoro, humas Taman Margasatwa Ragunan Survei lapangan disertai dokumentasi selama survei disana Studi Pustaka melalui buku-buku dan artikel Brosur dan pamflet Taman Margasatwa Ragunan Internet, journal dan makalah online Survei masyarakat melalui kuisioner dan wawancara 2.2 Data umum Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya oleh sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang beragam bentuk dan jenisnya. Flora dan fauna Indonesia tersebar dari Indonesia Timur, Barat, dan Tengah, dan masing-masing memiliki ciri khas, sesuai dengan ekosistem pada wilayah tersebut. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah hutan. Hutan di Indonesia menempati peringkat ketiga (sesudah Brazil dan Zaire) dalam kekayaan hutan hujan tropis, dan memiliki 10% dari sisa sumber daya ini di dunia. Sayangnya penggundulan hutan atau deforestasi untuk keperluan komersil juga semakin meningkat. Penurunan mutu hutan atau degradasi hutan juga semakin sering terjadi. Hutan tak lagi nyaman ditinggali, Satwa-satwa liar kehilangan tempat tinggal karena habitatnya rusak. Melalui data UKM IMAPA Universitas Mulawarman Samarinda mencatat, dari 300 ribu satwa liar yang ada di dunia, 17% diantaranya hidup di hutan Indonesia. Dengan kerusakan hutan itu populasi satwa liar Indonesia mengalami penurunan, bahkan banyak yang terancam punah dan kebanyakan satwa yang punah ialah satwa endemik atau hanya hidup di kepulauan Indonesia saja. Habitat yang rusak perlu bertahun-tahun untuk dikembalikan menjadi layak huni bagi binatangbinatang tersebut. Apabila dibiarkan, satwa-satwa ini akan menghilang dari peredaran. Tentunya sangat disayangkan sebab generasi mendatang mungkin tidak akan pernah tahu akan keberadaan satwa-satwa tersebut. Dari fakta diatas, Indonesia memiliki tanggung jawab global dan nasional sebagai habitat hampir setengah jenis fauna di seluruh dunia, untuk melakukan tindakan penyelamatan satwa langka secara serius. Dibentuklah lembaga konservasi yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan flora dan fauna yang terancam punah untuk dilestarikan.

2 5 Salah satu bentuk konservasi adalah melalui konservasi eks-situ. Konservasi ekssitu adalah konservasi hewan diluar habitatnya. Caranya dengan membangun kondisi semirip mungkin dengan habitat aslinya. Salah satu bentuk lembaga konservasi eks-situ tersebut adalah kebun binatang atau biasa dikenal juga dengan nama taman margasatwa. 2.3 Kebun binatang Pengertian kebun binatang Pengertian taman satwa atau lebih dikenal dengan kebun binatang menurut Perkumpulan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) adalah: 1. Suatu tempat atau wadah yang berbentuk taman dan atau ruang terbuka hijau dan atau jalur hijau yang merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara kesejahteraan dan memperagakan satwa liar untuk umum dan yang diatur penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi eks-situ. 2. Satwa liar yang dikumpulkan dalam wadah taman satwa adalah satwa liar yang dilindungi dan tidak dilindungi oleh Peraturan Perundang-undangan, dan akan dipertahankan kemurnian jenisnya dengan cara dipelihara, ditangkarkan diluar habitat aslinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nasional Nomor P.53/Menhut- II/2006 tentang lembaga konservasi, bahwa kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelematan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat Tujuan kebun binatang Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 479/Kpts-II/1998 disebutkan, bahwa tujuan kebun binatang adalah sebagai tempat pemeliharaan atau pengembangbiakan satwa liar diluar habitatnya agar satwa tersebut tidak punah. Dalam lampiran instruksi Menteri Dalam Negeri juga disebutkan tujuan kebun binatang adalah untuk melestarikan satwa tersebut dengan mengembangbiakkannya yang mempunyai fungsi konservasi, pendidikan, penelitian dan sarana rekreasi.

3 Syarat pendirian kebun binatang Pendirian kebun binatang harus seijin Menteri Kehutanan dan mendapatkan rekomendasi dari pemerintah daerah setempat serta PKBSI (Perkumpulan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) Hak dan kewajiban kebun binatang Hak dan kewajiban kebun binatang di Indonesia telah diatur dalam Surat keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 479/Kpts-II/1998 tentang Lembaga Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar. Dalam keputusan tersebut tercantum kewajiban kebun binatang, antara lain: 1. Membuat rencana karya pengelolaan. 2. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan. 3. Memelihara dan menangkarkan jenis tumbuhan dan satwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Memperkerjakan tenaga ahli sesuai di bidangnya. 5. Dilarang memperjualbelikan satwa yang dilindungi. 6. Membuat laporan pengelolaan secara berkala termasuk mutasi jenis satwa. 2.4 Data penyelenggara Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Pada tahun 1864 di jaman pemerintahan Hindia Belanda, suatu perkumpulan penyayang flora dan fauna yang bernama Vereneging Plantenen en Dierentuin et Batavia mendirikan kebun binatang yang bernama Plantenen en Dierentuin di jalan Cikini Raya 73 Jakarta. Lembaga ini berdiri diatas tanah seluas 10 hektar hasil sumbangan dari Raden Saleh, salah seorang anggota penyayang flora dan fauna, yang juga dikenal sebagai seorang pelukis ternama di Indonesia. Empat tahun setelah Indonesia merdeka dan memproklamasikan kemerdekaannya, tepatnya pada tahun 1949, lembaga tersebut berganti nama menjadi Kebun Binatang Cikini. Pada tahun 1964, dengan semakin berkembangnya kota Jakarta, pemerintah daerah menyetujui pemindahan Kebun Binatang Cikini, ke daerah Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Nama Kebun Binatang Cikini pun diubah menjadi Taman Margasatwa Jakarta yang diresmikan pada tanggal 26 Juni 1966, bertepatan dengan hari ulang tahun kota Jakarta yang ke 439. Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, bersama-sama dengan Benjamin Galstaun dan Hendrietta adalah pihak-pihak yang berjasa dalam mendirikan Kebun Binatang yang baru ini. Benjamin Galstaun sebagai direktur Taman Margasatwa Jakarta pada masa itu merencanakan dan mengawasi pembangunan kandang-kandang baru yang dirancang istrinya, Hendrietta seorang ahli tumbuh-tumbuhan.

4 7 Pada tahun 1974, nama Taman Margasatwa Jakarta kembali diubah menjadi Taman Margasatwa Ragunan. Sejak saat itu secara terus-menerus areal kebun binatang ini mulai diperluas hingga pada saat ini memiliki luas sekitar 147 ha yang dihuni oleh sekitar 2226 jenis satwa, serta ribuan jenis tumbuhtumbuhan termasuk jenis tumbuhan yang sudah mulai jarang ditemui di Jakarta. Pada saat ini, sebuah kebun binatang bukan lagi zamannya satwa liar dipelihara dalam kandang yang sempit dan jeruji/kerangkeng (menagerie). Sebuah kebun binatang harus mengarah kepada kebun flora dan fauna modern (Zoological Park) yang menempatkan satwa sebagai museum hidup dan bertema ekologi yang mendekati perilaku jenis dan habitat aslinya serta perjanjiannya dalam sangkar terbuka. Selanjutnya untuk memasuki konsep kebun flora dan fauna yang bersifat modern, maka perlu untuk memiliki strategi sebagai pusat konservasi atau pusat sumberdaya lingkungan yang akan mengundang kepedulian masyarakat khususnya pengunjung untuk berperanserta dalam program pelestarian konservasi jenis dan lingkungan. Taman Margasatwa Ragunan pun melakukan usaha pembenahan yang mengikuti pembenahan jalan yang mengikuti perkembangan zaman. Perbaikan dan perubahan dilakukan, diantaranya : perbaikan komposisi jenis koleksi satwa, sifat dan tema penyajian koleksi, perbaikan teknis dan administrasi, perbaikan pengelolaan dana, perbaikan sumber daya manusia, dan pergantian nama Taman Margasatwa Ragunan menjadi Taman Margasatwa Ragunan yang diresmikan pda tanggal 1 April 1999 sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 34 Tahun 1999 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Taman Margasatwa Ragunan DKI Jakarta. Pergantian nama Taman Margasatwa Ragunan menjadi Taman Margasatwa Ragunan berkaitan erat dengan keinginan untuk lebih meningkatkan fungsi rekreasi dengan penambahan sarana rekreasi berupa taman yang indah dan menarik. Dengan adanya perubahan ini diharapkan Taman Margasatwa Ragunan dapat berkembang dengan baik dan mampu mengikuti perkembangan zaman Letak geografis Taman Margasatwa Ragunan di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat kota Jakarta. Ia berada di ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 2300 mm, suhu 27 o C dan kelembaban 60% Taman Margasatwa Ragunan berdiri di atas tanah latosol merah seluas 147 ha.

5 Survei Lapangan Gambar 3 Survei Lapangan Taman Margasatwa Ragunan Fungsi dan tujuan Taman Margasatwa Ragunan Tujuan dan fungsi utama Taman Margasatwa Ragunan adalah: 1. Fungsi konservasi: Menangkarkan satwa diluar habitatnya Melindungi satwa yang terancam punah Tempat penitipan Satwa milik Negara Menjaga kemurnian genetik 2. Sarana pendidikan (edukasi): Sarana pendidikan dan pengetahuan dan perkembangan ilmu teknologi Memberikan pengetahuan mengenai satwa baik flora maupun fauna Sosialisasi dan penyuluhan tentang lingkungan 3. Penelitian Laboratorium hidup sebagai sarana pendidikan 4. Rekreasi

6 9 Sebagai tujuan wisata yang sejuk, dan mengandung unsur pendidikan yang banyak. 5. Daerah resapan air Visi, misi, dan peran Taman Margasatwa Ragunan Visi Taman Margasatwa Ragunan Mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan kebun binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera Misi Taman Margasatwa Ragunan 1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya. 2. Meningkatkan Kepedulian masyarakat terhadap satwa dalam rangka sosialisasi konservasi eks-situ. 3. Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri. 4. Meningkatkan hubungan antar daerah/negara melalui program tukar-menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri. 5. Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu. 6. Meningkatkan Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut sangat didukung dengan etos kerja yang professional, perencanaan dan strategi yang matang serta SDM yang mumpuni Peran Taman Margasatwa Ragunan Taman Margasatwa Ragunan lebih dikenal sebagai kebun binatang satu-satunya di Jakarta. Sejak tahun 1864 kebun binatang ini sudah berada dengan menempati areal seluas 10 ha di Cikini (sekarang Taman Ismail Marzuki). Pada tahun 1964 dipindah ke Ragunan menempati areal seluas 30 ha. Saat ini menempati areal seluas 147 ha. Dipilihnya daerah Ragunan di Jakarta Selatan adalah tempat yang sangat ideal untuk kehidupan satwa, karena di wilayah ini sebagai

7 10 kawasan pertanian yang subur. Suasana bentang alam Ragunan dengan tutupan canopy dari keaneka ragaman hijauan yang rapat telah membentuk iklim mikro yang sangat mendukung kehidupan aneka satwa. Disisi lain adanya aliran sungat dan danau alami memunculkan nuansa alam belantara diperkotaan. Oleh karena itu peran keberadaan kebun binatang disini tidak semata melakukan perlindungan dan pelestarian satwa terutama satwa langka, juga melakukan perlindungan kawasan sebagai daerah hijau terbuka yang bermanfaat sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menyangga banjir di wilayah Ibukota. Peran kebun binatang juga sangat mendukung sebagai tempat pendidikan dan penelitian, karena sangat ideal sebagai laboratorium alam yang memadukan kehidupan harmonis antara flora dan fauna. Gambaran diatas telah menempatkan Taman Margasatwa Ragunan menjadi salah satu tempat rekreasi alam yang sangat cocok untuk masyarakat Ibukota dan sekitarnya. Taman Margasatwa Ragunan tempat rekreasi khas, bernuanasa alam yang menampilkan sajian yang berbeda dengan tempat rekreasi lainnya di Jakarta. Setiap tahun tidak kurang dari 3 juta orang datang berkunjung ke Taman Margasatwa Ragunan. Pengunjung yang datang ke Taman Margasatwa Ragunan sangat memanfaatkan suasana dan nuansa alam yang asri dan serasi sebagai tempat kumpul keluarga. Melepas kepenatan rutinitas harian di Ibukota. Taman Margasatwa Ragunan merupakan pilihan untuk berekreasi dan melakukan refreshing. Taman Margasatwa Ragunan telah menjadi sarana berinteraksi sosia masyarakat baik melalui pertemuan keluarga maupun pertemuan olahraga. Selain masyarakat lokal juga banyak warga negara asing yang memanfaatkan Taman Margasatwa Ragunan untuk refreshing melalui olahraga jalan sehat. Dilain pihak, keberadaan Taman Margasatwa Ragunan sebagai asset himpitan dan kesulitan serta beratnya perjuangan hidup di Ibukota, masih ada tempat rekreasi yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Bagi remaja dan pelajar, Taman Margasatwa Ragunan merupakan tempat ideal bermain di alam, melihat dan melakukan aktivitas di alam adalah pengenalan sejak dini terhadap kekayaan dan keanekaragaman jenis flora fauna, sehingga dapat membantu pembentukan karakter dan perilaku cinta dan peduli terhadap alam dan lingkungannya. Peran keberadaan kebun binatang yang sangat fundamental adalah perannnya sebagai lembaga konservasi yang,elakukan pelestarian

8 11 dan perlindungan keanekaragaman flora-fauna diluar habitatnya. Pelestarian jenis dan genetis satwa langka di luar habitatnya, ketika habitat aslinya mengalami kerusakan dan pengrusakan. Kebun binatang diharapkan rumah atau istana terbaik aneka satwa bagi generasi mendatang Tujuan dan sasaran Taman Margasatwa Ragunan Tujuan Taman Margasatwa Ragunan 1. Terwujudnya Taman Margasatwa Ragunan sebagai penyelamat satwa langka. 2. Terwujudnya Taman Margasatwa Ragunan sebagai paru-paru kota dan wilayah resapan air di ibukota. 3. Terwujudnya Taman Margasatwa Ragunan sebagai laboratorium alam yang lengkap. 4. Menjadikan Taman Margasatwa Ragunan sebagai laboratorium alam yang lengkap. 5. Menjadikan Taman Margasatwa Ragunan sebagai mengekspresikan rasa cinta satwa dan flora Sasaran Taman Margasatwa Ragunan 1. Meningkatkan jumlah koleksi satwa dan flora berdasarkan kelangkaannya. 2. Meningkatkan jenis satwa popular yang disenangi pengunjung. 3. Berhasilnya pengembangbiakan satwa. 4. Meningkatnya partisipasi program in situ. 5. Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang. 6. Tertanganinya masalah limbah. 7. Meningkatnya angka kunjungan wisata. 8. Meningkatnya kualitas SDM.

9 Struktur organisasi UPT Taman Margasatwa Ragunan (Sesuai peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 135 tahun 2009) KEPALA UNIT SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PELAYANAN PENGUNJUNG SEKSI KESEJAHTERAAN DAN PERAGAAN SATWA SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Tabel 1 Struktur Organisasi Taman Margasatwa Ragunan Fasilitas pengunjung Gajah tunggang Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket: Rp. 7500,- / orang sekali putar ( 3 tahun keatas). Lokasi : dekat pintu barat Dibuka hari minggu dan hari besar

10 Bendi Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket: Rp ,-/bendi (maksimal 4 orang) Lokasi: sebelah timur panggung anak-anak Dibuka hari minggu dan hari besar Kereta keliling Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket: Rp /keliling Lokasi : Sebelah barat gedung informasi Dibuka setiap hari Unta tunggang

11 14 Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket: Rp. 5000,- (3 tahun keatas) Lokasi : Sebelah pintu timur Dibuka hari Minggu dan hari besar Perahu bebek Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket: Rp ,- Lokasi: Taman Perahu pintu gerbang timur. Dibuka setiap hari Penyewaan sepeda Jam buka: pk WIB pk WIB Harga tiket : Rp ,- /jam (sepeda anak-anak) Rp ,- / jam (sepeda dewasa) Meninggalkan KTP Lokasi : Sebelah loket masuk pintu utama Dibuka setiap hari 2.5 Wawancara dengan Pak Wahyudi Bambang Prihantoro, ketua Humas Taman Margasatwa Ragunan

12 15 Wawancara yang dilakukan hari Selasa, 12 Juni 2012, adalah sebagai berikut : 1. Apa harapan Bapak untuk Taman Margasatwa Ragunan 5 tahun kedepan? Mendunia. Indonesia tapi juga mendunia. Sudah ditulis juga dalam visi Taman Margasatwa Ragunan sebagai kebun binatang kelas dunia. Untuk mencapai tujuan itu, kami sudah memakai konsep kebun binatang modern, yaitu Open Zoo. Dibuat seperti habitat aslinya. Kami tidak lagi ingin menimbulkan kesan kebun binatang seperti penjara binatang yang dikurung. Terlihat suram dan menyedihkan. 2. Apa arti filosofi atau arti logo Taman Margasatwa sekarang ini? Logo tersebut dibuat tahun 2005 oleh seorang mahasiswa dari IKJ. Gambarnya murni buatan tangan. Logo tersebut mewakilkan beberapa kelas satwa yang ada di Taman Margasatwa Ragunan. Seperti kelas mamalia diwakilkan oleh gambar harimau dan gajah, kelas primata diwakilkan oleh gambar orang utan, kelas reptil diwakilkan oleh komodo, dan kelas aves oleh burung elang. 3. Apakah ada warna-warna tertentu yang harus ada dalam logo Ragunan? Ada. Yaitu warna hijau. Warna hijau melambangkan kehidupan, kelanggengan kesinambungan, dan konservasi. 4. Kesan apa yang ingin ditampilkan Taman Margasatwa Ragunan kepada khalayak ramai? Elegance. Murah tapi elegance. Kena semua lapisan. Natural. Professional. Menghibur. Educate. Entertaining. 5. Seberapa seringkah Taman Margasatwa Ragunan mengadakan promosi? Kami tidak punya budget tertentu untuk promosi. Pernah mencoba sekali membuat iklan televisi di TV One tapi kurang efektif. 6. Seberapa penting desain grafis dalam promosi Taman Margasatwa Ragunan? Penting sekali. Desain yang bagus itu penting karena akan menarik perhatian banyak pengunjung. Saya membayangkan para pengunjung begitu memasuki areal kebun disambut dengan visual yang menarik dan enak dipandang mata, seolah pengunjung memasuki areal yang sama sekali berbeda. 2.6 Data kuisioner dan wawancara masyarakat Kuisioner dilakukan 2 macam cara. Yaitu melalui kuisioner online yang dilakukan tanggal 6-11 Juni 2012 dan menyebar kuisioner secara langsung ke masyarakat yang dilakukan tanggal Juni Total responden online sebanyak 55 orang dari berbagai kalangan, dan total responden langsung sebanyak 26 orang. Total responden keseluruhan sebanyak 81 orang. Berikut hasil kuisioner yang telah dilakukan:

13 16 1. Dimana domisili anda? Hampir seluruh responden berasal dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi 2. Berapa usia anda? Tabel 2 Usia responden pengunjung Taman Margasatwa Ragunan Kebanyakan responden berumur tahun. 3. Apa profesi anda? Tabel 3 Profesi pengunjung Taman Margasatwa Ragunan Banyak responden adalah mahasiswa, atau pelajar. Mereka datang ke Ragunan untuk jalan-jalan, main, sekedar mengisi waktu luang, dan berkumpul bersama teman-teman. Alasan mereka memilih tempat ini kebanyakan karena tempatnya yang sejuk, rindang, adem, dan banyak pohon. Terbanyak kedua berasal dari kalangan karyawan swasta. Mereka datang untuk mengajak anak-anak atau keponakan mereka untuk jalan-jalan, mengisi waktu luang.

14 17 4. Pernahkah anda mendengar/mengetahui/mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan? Tabel 4 Pengetahuan responden mengenai Taman Margasatwa Ragunan Hampir 90 % responden mengenal Ragunan dan pernah mengunjunginya. 5. Darimana pertama kali anda mendengar tentang Taman Margasatwa Ragunan? Tabel 5 Informasi pengunjung mengenai Taman Margasatwa Ragunan Rata-rata pengunjung Ragunan mengetahui Taman Margasatwa Ragunan dari keluarga. Dari cerita ayah ibu mereka sedari kecil. Urutan kedua informasi mengenai Ragunan didapat dari teman-teman mereka. Ragunan terbukti tidak menggunakan banyak media promosi, seperti yang dijelaskan Pak Bambang dalam wawancara yang saya lakukan terhadap beliau, tidak adanya budget khusus untuk promosi media. Meski begitu pernah sekali

15 18 melalui televisi, dan ternyata media tersebut cukup efektif, terbukti dari jumlah responden terbanyak ketiga setelah keluarga dan teman. 6. Apa yang paling anda senangi dari Ragunan? Tabel 6 Apa yang paling disukai pengunjung dari Taman Margasatwa Ragunan Pengunjung senang datang ke Ragunan dengan alasan paling banyak yaitu banyaknya pepohonan yang sejuk dan rindang. Disusul dengan karena koleksi hewannya yang banyak. Alasan lain menjadi urutan ketiga, yaitu harga tiket masuk serta fasilitasnya yang murah serta terjangkau. 7. Sebelumnya pernahkah anda melihat logo Ragunan? Tabel 7 Pengetahuan pengunjung mengenai logo Taman Margasatwa Ragunan Hampir 70% dari total responden tidak pernah melihat logo Ragunan. Bahkan ada yang baru mengetahui bahwa Taman Margasatwa Ragunan punya logo. Hal ini membuktikan bahwa memang identitas visual Ragunan belum dikenal masyarakat.

16 19 8. Kesan anda setelah melihat logo Ragunan? Tabel 8 Kesan pengunjung mengenai logo Taman Margasatwa Ragunan Secara keseluruhan logo Ragunan sudah mampu menarik hampir 50% perhatian masyarakat. Gambarnya lucu dan terlihat menyenangkan untuk anak-anak. Sudah terlihat seperti logo kebun binatang, tetapi 50% responden lainnya mengatakan logo Ragunan terlihat terlalu kartun, kekanak-kanakan dan tidak elegan. Kurang universal. Tidak mencakup segmentasi pengunjung Ragunan. 9. Kesan yang anda dapatkan setelah melihat ilustrasi pada logo Ragunan? Tabel 9 Kesan pengunjung mengenai ilustrasi pada logo Taman Margasatwa Ragunan 80% responden mengatakan gambar atau ilustrasi pada logo Ragunan belum begitu menarik. Terlalu kekanakan, terlalu kartun, dan visualisasi yang kurang asli dan kuat menjadi alasan kekurang-tertarikan para responden terhadap ilustrasi logo Ragunan.

17 Bagaimana menurut anda tentang warna pada logo Ragunan? Tabel 10 Kesan pengunjung mengenai warna pada logo Taman Margasatwa Ragunan Menurut 80 % responden mengatakan warna logo Ragunan sudah menarik. Eye-catching dan enak dipandang mata. Namun 50% sisanya mengatakan belum menarik. Warnanya terlalu kalem, kurang ngejreng. Warnanya terlalu biasa dan terkesan dull dan datar. 11. Menarikkah tulisan Taman Margasatwa Ragunan pada logo tersebut? Tabel 11 Kesan pengunjung mengenai tulisan pada logo Taman Margasatwa Ragunan 80% responden mengatakan peletakan tulisan Taman Margastwa Ragunan kurang menonjol. Terkesan tersembunyi dibalik ilustrasinya. Peletakannya kurang sesuai dan typefacenya terlalu kecil. Jika dibaca dari jauh tentu tidak akan terlihat jelas.

18 Dari kata kunci dibawah ini, tandai 5 hal yang menggambarkan Taman Margasatwa Ragunan! Tabel 12 Kata kunci pengunjung Taman Margasatwa Ragunan 80% responden mengatakan kata kunci yang menggambarkan Ragunan jika diurut dari yang paling banyak adalah : hewan, sejuk, ramai, edukatif, dan alami. 2.7 Analisa SWOT Strength - Termasuk taman margasatwa dengan pusat primata terbesar di Asia Tenggara. - Harga tiket masuknya yang terjangkau. - Tempat yang strategis - Masih sebagai salah satu tempat hiburan favorit masyarakat. - Jenis hewan yang lengkap termasuk hewan-hewan langka. - Akses Transportasi yang mudah

19 22 Weakness - Kurangnya promosi keluar melalui media. Media cetak maupun televisi. - Tidak adanya shelter untuk berteduh jika hujan turun. - Kurangnya atraksi hiburan yang melibatkan pengunjung dengan satwa. Kalaupun ada, cuma di hari Minggu dan hari-hari besar. - Identitas visual yang rancu dan tidak konsisten dan tidak sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. - Kurang terurus. Opportunity - Karena masih digemari, Ragunan punya kesempatan menjadi lebih baik lagi, dari segi promosi, dsb. - Masih menjadi tempat favorit masyarakat Indonesia terutama di hari libur. - Termasuk digemari wisatawan asing. - Ada kesempatan menjadi tempat rekreasi kelas A untuk pariwisata. Threat - Banyaknya mall dan pusat perbelanjaan modern sehingga mengurangi minat masyarakat untuk berkunjung ke Ragunan. - Banyaknya tempat konservasi / kebun binatang seperti Ragunan yang lebih menawarkan atraksi hiburan yang menarik dan fasilitas pengunjung yang lebih terawat.

20 23

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu objek wisata di Jakarta yang banyak mendapat perhatian pengunjung adalah Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada tahun 1864 di Cikini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Kreatif dalam situs tempo.co (2014: 29 April 2014) bahwa pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Kreatif dalam situs tempo.co (2014: 29 April 2014) bahwa pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang terus mengalami pertumbuhan di Indonesia dan berada di peringkat 70 dalam daya saing pariwisata global. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. aquarium, karantina, toxidemi dan ruang nokturama (binatang malam). KBS

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. aquarium, karantina, toxidemi dan ruang nokturama (binatang malam). KBS BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah PD Kebun Binatang Surabaya Kebun Binatang Surabaya (KBS) berlokasi di Surabaya Selatan adalah salah satu kebun binatang yang populer di Indonesia, terletak di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebun Binatang merupakan tempat wisata favorit bagi semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebun Binatang biasanya menjadi tujuan wisata bagi rombongan

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain :

BAB II LANDASAN TEORI. Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain : -Literatur : Artikel, Buku, Media elektronik : e-book dan

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat dikenal dengan berbagai tujuan wisata domestik di Indonesia. Tujuan wisata itu antara lain wisata belanja, wisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN

KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN KAJIAN POLA SIRKULASI PENGUNJUNG PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN RAMZANI NASWAN 28310918 JUDUL PENULISAN ILMIAH KAJIAN POLA SIRKULASI PEJALAN KAKI PADA TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. BAB II GAMBARAN KEBUN BINATANG MEDAN 2.1. Letak Geografis Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang dapat dilihat indera penglihatan. Sejak lebih dari tahun yang lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang dapat dilihat indera penglihatan. Sejak lebih dari tahun yang lalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi visual, adalah suatu sistem penyampaian pesan melalui segala sesuatu yang dapat dilihat indera penglihatan. Sejak lebih dari 30.000 tahun yang lalu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

BAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan primata di seluruh dunia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. Degradasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5. Sejarah Taman Margsatwa Ragunan Taman Margasatwa Ragunan didirikan pada tanggal 9 September 86 di Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ekonomi dan makhluk sosial, sehingga untuk memenuhi sifat dasar manusia ini dibutuhkan faktor penunjang yaitu proses komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya PD. Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) berlokasi di Surabaya Selatan adalah salah satu kebun binatang yang populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. Keanekaragaman makhluk hidup yang menjadi kekayaan alam Indonesia ini dimungkinkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat pertumbuhan pariwisata yang tinggi. Potensi wisata yang dimiliki Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan perkembangan Perusahaan Daerah Taman Satwa Pada awalnya Kebun Binatang Surabaya berdiri pada tanggal 31 Agustus 1916 (berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Yogyakarta yang memiliki banyak predikat yang membuat nama Yogyakarta terkenal, antara lain adalah sebagai kota pendidikan, banyak tempat tempat untuk belajar di kota

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu aset di setiap wilayah di dunia. Dari sektor pariwasata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isa dan Ramli (2014) dalam penelitiannya pada FRI Aquarium di Penang Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM memiliki pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Binatang Ragunan didirikan pada 19 September 1864 di Batavia yang awalnya bernama Planten en Dierentuin, merupakan Kebun Binatang pertama di Indonesia. Wilayah

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa jenis tumbuhan dan satwa liar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2010 telah dicanangkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Biodiversity (keanekaragaman hayati) dengan tema Biodirvesity is life, Biodirvesity is Our

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan Taman Safari Indonesia II (TSI II) merupakan suatu wahana yang berkonsep kebun binatang modern, di mana jenis satwa ditempatkan di lokasi yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang beragam. Wilayahnya yang berada di khatuistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat berbeda dengan ibukota atau daerah-daerah yang lain, luar Jakarta bahkan dari mncanegara.

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat berbeda dengan ibukota atau daerah-daerah yang lain, luar Jakarta bahkan dari mncanegara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan, salah satu yang terkenal adalah Jawa Barat. Dan Kota Bogor yang merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang memberikan warna dalam kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Sebagai salah satu fauna yang indah dan diminati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Safari Indonesia II Prigen Jawa Timur merupakan salah satu lembaga konservasi flora dan fauna terbesar di Indonesia. Hanya saja, permasalahan yang tampak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 1. Wawancara dengan Bapak Agus Hidayat, penanggung jawab Museum Serangga TMII 2. Brosur dan Flyer Museum Serangga TMII 3. Angket yang disebarkan ke 50 responden

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tuntutan akan kebutuhan informasi pun

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tuntutan akan kebutuhan informasi pun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tuntutan akan kebutuhan informasi pun semakin tinggi. Dibutuhkan suatu sistem informasi terpadu yang sesuai dengan esensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Primata adalah salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam kingdom animalia (dunia hewan). Primata muncul dari nenek moyang yang hidup di pohon-pohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari proses belajar yang selalu dimulai pada usia dini. Seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari proses belajar yang selalu dimulai pada usia dini. Seorang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan siklus kehidupan makhluk hidup terutama manusia tak lepas dari proses belajar yang selalu dimulai pada usia dini. Seorang anak dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 22 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis Siti Chadidjah Kaniawati pada situs Balai Taman Nasional Kayan Mentarang menjelaskan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaya akan kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna

BAB I PENDAHULUAN. kaya akan kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang beriklim tropis, yang kaya akan kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang terdapat di

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 1 Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Pengertian TAHURA Taman Hutan Raya adalah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah. Banyak diantara keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Salah satunya adalah keanekaragaman jenis satwanya. Dari sekian banyak keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penting, dimana keberadaannya dibutuhkan oleh manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi, Dukungan Negara dalam konteks pariwisata

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 o LU - 11 o LS, dan 97 o BT - 141 o BT. Secara geografis

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan Taman Safari Indonesia merupakan tempat wisata keluarga yang berwawasan lingkungan dan berorientasi habitat satwa pada alam bebas. Taman ini

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA DAERAH SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Potensi wisata dalam perkembangan pariwisata sebuah negara

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri terbesar abad ini, hal ini bisa dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan dunia serta penyerapan tenaga kerja yang menjadikan

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park'

PUBLIKASI ILMIAH. 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park' PUBLIKASI ILMIAH 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park' Redesain Taman Satwa Taru Jurug Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi Serta Konservasi Satwa Disusun sebagai Pemenuhan dan Pelengkap

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pernyataan Mari Elka Pengestu selaku Menteri Pariwisata Indonesia, selama beberapa tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan perekonomian dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci