PENDAHULUAN. sehari-hari. Bentuknya sangat bervariasi seperti membukakan pintu untuk orang lain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. sehari-hari. Bentuknya sangat bervariasi seperti membukakan pintu untuk orang lain"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Tingkah laku menolong merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya sangat bervariasi seperti membukakan pintu untuk orang lain yang sedang membawa barang, membantu teman mengambilkan buku di rak, menjadi pendonor darah, ataupun aktif dalam kegiatan sosial. Perilaku prososial menurut Baron dan Bryne (2007) adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada individu yang melakukan tindakan tersebut dan bahkan mungkin mengandung suatu resiko bagi individu yang menolong. Menurut Cholidah, dalam Hasnida (2002) perilaku prososial ini sangat penting peranannya dalam menumbuhkan kesiapan seseorang dalam mengarungi kehidupan sosialnya karena dengan kemampuan prososial ini seseorang akan lebih diterima dalam pergaulan dan akan dirasakan berarti kehadirannya bagi orang lain. Masa remaja adalah masa dimana penerimaan sosial sangat penting. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurts, dalam Hurlock, (1999) antara lain memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh peranan sosial, menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif, memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainya, mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan, mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga, membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.

2 Hurlock (1999) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan sosial. Menurut Eisenberg dan Mussen dalam Dayakisni dan Hudaniah (2009) perilaku prososial mencangkup tindakantindakan : sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kewajiban orang lain. Basti dalam Darmadji (2011) menyatakan bahwa beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu: karakteristik kepribadian, suasana hati, religiusitas, pertimbangan untung-rugi, kemampuan yang dimiliki, keuntungan pribadi, nilai dan norma-norma pribadi, empati, jenis kelamin. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah budaya, keluarga, karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan, karakteristik situasional, faktor peran gender, dan etnis. Salah satu faktor internal yang disebutkan di atas adalah religiusitas. Individu dikatakan memiliki tingkat religiusitas yang tinggi apabila mempunyai keterikatan religius yang lebih besar sehingga individu tersebut menjalankan ajaran-ajaran dan kewajiban-kewajiban agamanya dengan baik. Nurdin (1999) berpendapat bahwa tingkat religiusitas seseorang yang tinggi berarti tinggi pula kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku prososial.

3 Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan penulis pada siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Salatiga melalui observasi dan wawancara menunjukkan bahwa beberapa siswa memiliki perilaku prososial yang rendah. Hal ini diperlihatkan melalui sikap tidak mau menolong ketika temannya jatuh, ketika temannya dalam keadaan kesusuhan tidak memberi bantuan. Informasi yang didapat dari hasil wawancara kepada guru agama nasrani, diperoleh informasi bahwa siswa nasrani menunjukan perialku prososial yang rendah, hal ini ditunjukan dengan sikap menolong teman yang sedang mengalami musibah, bencana atau kecelakaan. Di SMA Negeri 2 sendiri, nilai religiusitas diberikan kepada siswa melalui pembelajaran agama yang dilakukan satu minggu sekali dan berbagai kegiatan agama lainya. Penelitian dengan judul Tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis ditinjau dari tingkat religiusitas oleh Ludia (2010) menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan perilaku prososial mahasiswa terhadap pengemis dengan nilai r (0,298), sedangkan penelitian dengan judul Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial Mahasiswa Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Farhah (2011) menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku prososial mahasiswa pengurus LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nilai r (0.033). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial Remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 SALATIGA.

4 Perilaku Prososial Eisenberg & Mussen dalam Dayakisni dan Hudaniah (2009) menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Aspek-aspek perilaku prososial menurut Eissenberg dan Mussen dalam Yulia (2012) adalah sebagai berikut : a. Berbagi (sharing) Kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka. Sharing diberikan bila penerimaan menunjukan kesukaran dan ada tindakan melalui dukungan. Perilaku berbagi dapat ditunjukan pula dengan perilaku saling bercerita tentang pengalaman hidup, mencurahkan isi hati. b. Kerjasama (cooperative) Kesediaan untuk kerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan kooperatif dan biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong, dan menyenangkan. c. Menyumbang (donating) Kesediaan untuk memberikan secara sukarela barang miliknya untuk orang yang membutuhkan dan dapat juga ditunjukan dengan perbuatan memberikan sesuatu kepada orang yang memerlukan.

5 d. Menolong (helping) Kesediaan untuk berbuat kepada orang lain yang sedang dalam kesulitan meliputi membagi dengan orang lain, memberitahu, menawarkan bantuan terhadap orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain. e. Kejujuran (honesty) Kesediaan untuk berkata, bersikap apa adanya serta menunjukkan keadaan yang tulus hati. f. Kedermawanan (generosity) Kesediaan memberi secara sukarela untuk orang yang membutuhkan. Munculnya perilaku prososial seseorang merupakan hasil interaksi yang kompleks antara beberapa faktor yang memperngaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi seseorang berperilaku prososial menurut Basti, dalam Darmadji (2011) antara lain faktor internal karakteristik kepribadian, suasana hati, religiusitas, pertimbangan untung rugi, kemampuan yang dimiliki, keuntungan pribadi, nilai dan norma-norma, pribadi, empati, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal budaya, keluarga, karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan, karakteristik situasional, faktor peran gender, etnis.

6 Religiusitas Paloutziandalam Subandi (2013) mengatakanbahwa kata religion berasal dari kata latin relegare yang berarti mengikat atau menghubungkan. Dengan agama manusia melakukan pengikatan diri dan senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan kekuatan lain, sehingga dapat merasakan kehidupan yang lebih utuh, lengkap, dan menyeluruh. Maksudnya adalah bahwa di dalam religi (agama) pada umumnya terdapat aturanaturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubunganya terhadap Tuhan, sesama manusia serta alam sekitarnya. Dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark dalam Subandi (2013) berpendapat bahwa dimensi religiusitas terdiri dari: a. Religion Belief (the Ideological Dimension) atau dimensi keyakinan Tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. Dalam agama Kristiani yang termasuk dalam dimensi keyakinan adalah: Yesus adalah anak Allah yang tunggal, Tuhan itu sendiri, Yesus telah menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Allah itu hanya satu, namun berpribadi tiga : Bapa, Putra dan Roh Kudus.

7 b. Religious Practice (the Ritual Dimension) Sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Dalam Kristiani yang termasuk dalam dimensi ritual ini adalah bersedia kebaktian gereja, menjalankan puasa dan pantang pada masa pra Paskah, membaca Al Kitab, mengaku dosa, berziarah. c. Religious Feeling (the Experiential Dimension atau dimensi Pengalaman Perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman keagaaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya takut akan berbuat dosa, merasa doa dikabulkan, diselamatkan Tuhan. d. Religious Knowledge atau dimensi Pengetahuan Sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada di dalam Kitab Suci maupun lainnya. e. Religious Effect (the Consequential Dimension) Dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamnya di dalam kehidupan sosial. Misalnya apakah di mengunjungi tetangganya yang sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan harta dan sebagainya. Beberapa fungsi religiusitas yang dikemukakan olehhendropuspito (1990) yaitu: a. Berfungsi edukatif Ajaran-ajaran agama yang harus dipatuhi oleh peran penganutnya, membimbing mereka untuk menjadi lebih baik dan terbiasa dengan hal baik menurut dengan ajaran masing-masing.

8 b. Berfungsi penyelamat Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan dunia dan akhirat, dan keselamatan tersebut dicapai melalui keimanan terhadap Tuhan. Keyakinan akan keselamatan inilah yang dapat mengurangi rasa cemas, khawatir dan was-was yang terjadi dalam diri seseorang tatkala dihadapkan oleh berbagai persoalan hidup. c. Berfungsi sebagai pendamai Melalui agama seseorang dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntutan agama, sehingga rasa berdosa atau rasa bersalah akan segera hilang dari batinnya jika ia bertobat. d. Berfungsi sebagai kontrol sosial Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma sehingga ajaran agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial baik secara individu atau kelompok. e. Berfungsi transformative Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

9 Remaja Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence (dari Bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Pada umumnya para ahli menganggap masa remaja dimulai saat seseorang mencicipi kemasakan seksual dn berakhir bila telah diakui dewasa secara hukum. Batasan-batasan remaja yang digunakan peneliti menggunakan batasan remaja Thronburgh dalam Yulia (2012) yaitu tahun dengan pertimbangan pada usia remaja sudah mulai memasuki tahapan dimana anak belajar menolong untuk remaja awal, belajar bertingkah laku prososial dan sensitif terhadap norma sosial untuk remaja pertengahan, dan untuk remaja akhir belajar berperilaku menolong yang akan memberikan kepuasan secara intrinsik dan membuat orang merasa nyaman. Hubungan religiusitas dengan tingkah laku prososial Religiusitas berasal dari kata religi yang artinya agama (Fowler, 1995). Religi atau agama bukanlah merupakan sesuatu yang tunggal, tetapi merupakan sistem yang terdiri dari beberapa aspek. Religiusitas adalah dimensi yang berada di dalam lubuk hati, sebagai riak getaran nurani pribadi dan menempas intimitas jiwa, yang juga disebut sebagai inti kualitas hidup manusia. Religiiusitas juga disebut tindakan agamawiah (Mangunwiajaya 1981 : 11-15).

10 Paloutzian dalam Subandi (2013) mengatakan bahwa kata religion berasal dari kata latin relegare yang berarti mengikat atau menghubungkan. Dengan agama manusia melakukan pengikatan diri dan senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan kekuatan lain, sehingga dapat merasakan kehidupan yang lebih utuh, lengkap, dan menyeluruh. Nurdin (1999) berpendapat bahwa tingkat religiusitas seseorang yang tinggi berarti tinggi pula kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku prososial, karena perilaku prososial merupakan salah satu matra dalam meningkatkan tingkat religiusitas. Perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain yang dilakukan secara sukarela dan tanpa keuntungan yang nyata bagi orang yang memberikan bantuan, Baron dan Byrne (1994). Menurut Cholidah (dalam Hasnida, 2002) perilaku prososial ini sangat penting peranannya dalam menumbuhkan kesiapan seseorang dalam mengarungi kehidupan sosialnya karena dengan kemampuan prososial ini seseorang akan lebih diterima dalam pergaulan dan akan dirasakan berarti kehadirannya bagi orang lain. Dengan adanya perilaku prososial maka akan membuat individu menjadi lebih peduli dengan individu yang lain dan menciptakan kehidupan yang lebih baik. Peningkatan perilaku prososial sangat penting, khususnya pada diri remaja yang perkembangan kehidupannya semakin memprihatinkan dan cenderung bersikap merugikan orang lain selain itu remaja juga mengalami masalah dalam tugas perkembangannyayaitu hubungan dengan.

11 Dengan meningkatnya religiusitas remaja maka akan semakin tinggi pula perilaku prososial pada diri remaja. Glock dan Stark, dalam Andisti, (2008) Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara religiusitas dan perilaku prososial pada remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 SALATIGA. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Azwar (2008), pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu proses pengukuran di samping valid dan reliabel, juga objektif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif korelasional. Variabel-variabel yang akan dilibatkan dalam penelitiani adalah: a. Variabel terikat : perilaku prososial b. Variabel bebas : religiusitas Subyek Penelitian Partisipan penelitian ini adalah siswa siswi yang beragama Nasrani (Kristen dan Katolik) dengan jumlah populasi 63 siswa siwi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 63 partisipan yang diambil berdasarkan karakteristikkarateristik populasi yang telah ditentukan.

12 Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kuantitatif dianggap akan menghasilkan perhitungan statistic yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah kecil (Kumar dalam Wardhani, 2009). Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah siswa siswi di SMA Negeri 2 Salatiga, beragama Nasrani, mengikuti pembelajaran agama Nasrani di kelas SMA Negeri 2 Salatiga dan duduk di kelas XI. Prosedur Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan memiliki ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Metode ini mengacu pada penentuan criteria subyek dan objek yang menjadi tujuan penelitian ini (Azwar, 2004) Instrumen Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berbentuk skala, yaitu skala prososial dan skala religiusitas. Skala yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial ini menggunakan skala yang disusun oleh Yulia (2012) dan telah dimodifikasi oleh penulis sendiri berdasarkan teori Eisenberg dan Mussen dalam Dayakisni dan Hudaniah (2009). Penilaian skala ini makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukan prososialnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukan prososialnya lemah atau rendah. Skala perilaku prososial berjumlah 33 item yang terdiri dari 16 item favorabel dan 17 item unfavorabel

13 Sedangkan untuk skala yang digunakan untuk mengukur religiusitas menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Glock dan Stark dalam Subandi (2013). Penilaian skala ini makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukan religiusitasnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukan religiusitasnya lemah atau rendah. Skala religiusitas berjumlah 23 aitem yang terdiri dari 12 aitem favorable dan 11 aitem unfavorable. Sebelum peneliti melakukan pengambilan data terhadap subyek penelitian yang sesungguhnya, peneliti menguji bahasa terhadap skala yang telah dibuat oleh peneliti kepada 10 orang remaja yang mempunyai criteria yang hamper sama dengan subyek yang sesungguhnya. Pada tanggal 3 Juli 2014 peneliti menyebar skala pada 10 orang remaja guna menguji bahasa dan diperoleh bahwa dalam skala religiusitas item no 8 dan 13 sulit untuk dimengerti, maka dari itu peneliti melakukan penyusunan kembali item yang tidak dapat dimengerti oleh subyek supaya ketika diberikan kepada subyek penelitian yang sesungguhnya aitem tersebut dapat dimengerti oelh subyek. Prosedur Pengambilan Data Setelah skala selesai dipersiapakan, peneliti mempersiapkan persiapan penelitian yang lainya, seperti perizinan dari fakultas dan hal lainya, maka peneliti segera menuju ke Sekertaris Fakultas Psikologi untuk meminta surat penelitian.

14 Perizinan dari pihak fakultas didapat pada tanggal 11 Juli 2014, peneliti segera memberikan surat tersebut kepada pihak sekolah yaitu SMA Negeri 2 Salatiga pada hari itu juga. Pada tanggal 14 Juni 2014, peneliti menerima informasi untuk segera bertemu dengan guru Bimbingan Konseling, untuk penentuan hari pengambilan data. Berhubung dalam minggu tersebut yaitu mulai dari tanggal 14 Juni 2014 hingga 19 Juni 2014 kegiatan pembelajaran sedang mengalami kendala yaitu, pada kelas X masih mengikuti kegiatan MOS dan untuk kelas XI hingga kelas XII harus mengikut kegiatan pelajaran untuk mengejar mata pelajaran yang masih tertinggal, maka dari pihak sekolah hanya dapat memberikan waktu pada peneliti untuk mengambil data pada hari Jumat tanggal 18 Juni 2014 pada saat proses pembelajaran agama. Peneliti telah menyiapkan 70 skala psikologi yang terdiri dari 2 skala yaitu skala A yang berisi tentang skala religiusitas dan skala B yang berisi tentang skala perilaku prososial yang akan digunakan dengan rincian 63 digunakan dalam penelitian dan 7 sebagai cadangan apabila ada kesalahan dalam prosedur pengisian. Tanggal 18 Juni 2014 pukul 08.30, peneliti melakukan pengambilan data yang dilakukan di lapangan parker SMA Negeri 2, dan membagi sesuai karakteristik subyek penelitian, kemudian peneliti mengambil data sebanyak 55 skala pada siswa Kristen dan kemudian mengambil data pada siswa Katolik sebanyak 8 skala, dari pengambilan data tersebut peneliti mendapat 63 subyek penelitian. Kemudian peneliti memberikan ucapan terimakasih kepada pihak sekolah dan siswa-siswi Nasrani (Kristen dan Katolik)

15 HASIL PENELITIAN Analisis Validitas Perhitungan seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Corrected Item-Total Correlation dengan bantuan program komputer SPPS 21 for windows. Kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total dengan batasan koefisien korelasi yang dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik adalah sebesar > 0,25 (Azwar, 1997). Pada skala religiusitas, diperoleh bahwa dari 23 aitem yang diuji terdapat 3 aitem gugur, sehingga terdapat 20 aitem terpakai. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari dengan koefisien alpha cronbach sebesar yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel. Pada skala perilaku prososial, diperoleh bahwa dari 33 aitem yang diuji terdapat 2 aitem gugur, sehingga terdapat 31 aitem terpakai. Nilai r (corrected item totalcorrelation) bergerak dari dengan koefisien alpha cronbach sebesar yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel. Analisis Deskriptif a. Variabel Religiusitas Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi sebagai standar pengukuran skala :

16 Tabel 4.5 Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran Skala Religiusitas Descriptive Statistics N Minimum Maximu m Mean Std. Deviation Religiusitas ,27 7,482 Valid N (listwise) 63 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui skor empirik skala religiusitas paling rendah adalah 48 dan skor paling tinggi adalah 79, rata-ratanya adalah 66,27 dengan standar deviasi.7,482. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran skala kepuasan hidup digunakan empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan adalah 23 dengan 20 aitem terpakai dan 3 aitem gugur dengan kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Skor maksimal yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah aitem terpakai, yaitu 4 x 20 = 80 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah aitem terpakai, yaitu 1 x 20 = 20. Untuk mengetahui religiusitas digunakan interval dengan ukuran: i = i = skor tertinggi skor terendah jumlah kategori i = 12

17 Tabel 4.6 Kriteria Skor Religiusitas No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD 1 20 x 32 Sangat Rendah 0 0% 2 32 < x 44 Rendah 0 0% 3 44 < x 56 Sedang 3 4,76% 66,27 7, < x 68 Tinggi 34 53,97% 5 68 < x 80 Sangat Tinggi 26 41,27% Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa presentase di setiap kategori yaitu, 0% subjek berada dalam kategori sangat rendah, 0% dalam kategori rendah, 4,76% subjek berada dalam kategori sedang, 53,97% subyek berada dalam kategori tinggi dan 41,27% subyek berada dalam kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa religiusitas remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga TINGGI.

18 b. Variabel Perilaku Prososial Tabel 4.7 Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran Skala Perilaku Prososial Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ProSosial ,24 10,515 Valid N (listwise) 63 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui skor empirik skala religiusitas paling rendah adalah 80 dan skor paling tinggi adalah 121, rata-ratanya adalah 105,24 dengan standar deviasi 10,515. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran skala kepuasan hidup digunakan empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan adalah 33 dengan 31 aitem terpakai dan 2 aitem gugur dengan kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Skor maksimal yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah aitem terpakai, yaitu 4 x 31 = 124 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah aitem terpakai, yaitu 1 x 31 = 31. Untuk mengetahui perilaku prososial digunakan interval dengan ukuran:

19 i = i = skor tertinggi skor terendah jumlah kategori i = 18,6 Tabel 4.8 Kriteria Skor Perilaku Prososial No Interval Kategori Frekuen % Mean SD si 1 31 x 49,6 Sangat Rendah 0 0% 2 49,6 < x 68,2 Rendah 0 0% 3 68,2 < x 86,8 Sedang 3 4,76% 105,24 10, ,8 < x 105,4 Tinggi 31 49,2% 5 105,4 < x 12 Sangat Tinggi 29 46,03% Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa presentase di setiap kategori yaitu, 0% subjek berada dalam kategori sangat rendah, 0% dalam kategori rendah, 4,76% subjek berada dalam kategori sedang, 49,2% subyek berada dalam kategori tinggi dan 46,03% subyek berada dalam kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perilaku prososial remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga TINGGI.

20 Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji normalitas dilihat melalui Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0.05 (Santoso, 2000). Berdasarkan hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki signifikansi lebih besar 0,05. Variabel religiusitas memiliki nilai koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,680 (p>0,05) dan perilaku prososial memiliki nilai koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,675 (p>0,05). Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua populasi berdistribusi normal. Uji Linieritas Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Dalam penelitian ini hubungan religiusitas dan perilaku prososial adalah linear, karena memiliki nilai signifikasi untuk linearitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Analisis Korelasi Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dapat diketahui hubungan antara religiusitas dan perilaku prososial menunjukan korelasi sebesar 0,941 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01).

21 Maka hipotesis penelitian adalah ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan perilaku prososial pada remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi religiusitas pada remaja maka semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimiliki. Hasil Uji Hipotesis Antara Religiusitas terhadap Perilaku Prososial Correlations Religiusitas ProSosial Pearson 1,941 ** Religiusitas Correlation Sig. (1-tailed),000 N Pearson,941 ** 1 ProSosial Correlation Sig. (1-tailed),000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

22 PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan antara variabel religiusitas dan perilaku prososial, didapatkan hubungan yang positif signifikan antara kedua variabel tersebut dengan besar korelasi 0,941. Artinya, semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh remaja maka semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimilikinya. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan perilaku prososial yang berarti semakin tinggi religiusitas yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku prososialnya. Dalam hal ini religiusitas ditunjukan dengan korelasi r = 0,941 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01) dengan sumbangan efektif sebesar 88,54% dan sisanya 11,46% dipengaruhi oleh factor lain diluar religiusitas seperti genetik, usia, jenis kelamin dan pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel religiusitas dan prososial memiliki hubungan positif signifikan, yang dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Remaja yang mengikuti komunitas agama akan mempunyai rasa persatuan, rasa yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri atau orang lain, dan menyediakan sumber penting dukungan sosial (Pescosolido & Georgianna; Williams dkk dalam Ellison, 2001). Melalui komunitas agama, para remaja akan merasakan hidup mereka bermakna, mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan jarang mengalami depresi dan kecemasan (Steger dalam Siregar, 2011).

23 Agama mendorong orang untuk menjalani gaya hidup sehat. Selain itu agama mempunyai fungsi sebagai control social fungsi ini dikemukakan oleh Hendropuspito (1990) Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma sehingga ajaran agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial baik secara individu atau kelompok. Hasil penelitian ini juga memiliki hasil yang sama, serta sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ludia (2010) menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan perilaku prososial. Sebaliknya, hasil penelitian ini justru menolak hasil penelitian dari oleh Farhah (2011) menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku prososial.

24 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dan perilaku prososial remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan perilaku prososial yang berarti semakin tinggi religiusitas yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilak prososial-nya. Dalam hal ini religiusitas ditunjukkan dengan korelasi r = 0,941 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01) dengan sumbangan efektif sebesar 88,54% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 11,46% dipengaruhi oleh faktor lain diluar religiusitas seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, dan pendidikan. 2. Tingkat religiusitas sebagian besar (53,97%) remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga adalah tinggi, begitu pula perilaku prosoial sebagian besar (49,2%) remaja yang beragama Nasrani di SMA NEGERI 2 Salatiga adalah tinggi.

25 SARAN Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: a. Bagi para remaja Religiusitas dapat meningkatkan perilaku prososial remaja, remaja terkadang memiliki aktivitas yang sibuk disetiap harinya tanpa memperhatikan kehidupan religiusnya. Seorang remaja dapat memiliki perilaku prososial yang baik ditengah kesibukan aktivitas kesehariannya dengan cara meningkatkan religiusitasnya seperti: mengikuti kegiatan kategorial di gereja, membaca kitab suci, berdoa, melakukan pantang dan puasa, serta beberapa aktivitas yang bisa dilakukan. b. Bagi Orang Tua Agama sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku prososial remaja, hendaknya diperhatikan dengan benar. Para orang tua seharusnya tidak hanya mengarahkan untuk mengikuti setiap kegiatan di gereja yang dapat meningkatkan iman dan takwa anaknya, namun juga ikut memberikan contoh nyata yang dapat diikuti anaknya misalnya selalu mengikuti acara di gereja, berdoa, membaca alkitab, mengikuti kegiatankegiatan social.

26 Ketika remaja memiliki iman dan ketakwaan yang baik, maka sangat memungkinkan untuk membantu remaja agar tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Pada akhirnya ketika remaja menyadari bagaimana pentingnya ajaran agama harus ditaati, mereka akan menjadi remaja yang memiliki perilaku prososial tinggi. c. Bagi peneliti selanjutnya. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan dan mengembangkan disarankan untuk meneliti mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang memengaruhi perilaku prososial. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

27 DAFTAR PUSTAKA Andisti, M. A., & Ritandiyono. (2008). Religiusitas dan perilaku seks bebas pada dewasa awal. Diakses 18 Juni Dari Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R.A., & Byrne, D. (1994). Social psychology (9th edition). Boston: Allyn & Bacon. Cholijah. (1996). Hubungan kepadatan dan kesesakan dengan stress dan intensi prososial pada remaja di pemukiman padat. Diakses 16 Juni Dari p.pdf. Cozby, P. C. (2009). Methods in behavioral research. (Edisi ke-9). Alih Bahasa: Maufur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darmadji, A. (2011). Perilaku prososial vs kekerasan sosial: Sebuah tinjauan pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 1(IV), Dayakisni, T. H. (2006). Psikologi sosial. Malang: UMM Press. Eddy, P. (2007). Pedoman mengajar dasar gerak atletik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogayakarta. Eisenberg, N. & Mussen, P.H., (1989), The roots of prosocial behavior in children, New York: Cambridge University Press. Farhah, S. (2011). Hubungan religiusitas dengan perilaku prososial mahasiswa pengurus lembaga dakwah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses 15 Juni Dari AH-FPS.PDF. Fowler, J. (1995). Teori perkembangan kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius. Gunarsa, S.D & Gunarsa, S.Y. (1991). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BDK Gunung Mulia

28 Hasnida. (2002). Crowding (kesesakan) dan density (kepadatan). Diakses 13 Juni Dari Hendropuspito, D. (1990). Sosiologi agama. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (edisi kelima). Jakarta. Erlangga. Ludia. (2010). Tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis ditinjau dari tingkat religiusitas. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata Mangunwijaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan sikap religiusitas anak. Jakarta: Gramedia Margono. (2004). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurdin, (1999). Etika pergaulan sosial-religius dalam masyarakat majemuk. Ihya 'Ulum al Din: International Journal, 01(1). Rakhmat, J. (1996), Psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ratnasari, Desi S. (2013). Hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial pada mahasiswa program studi bimbungan dan konseling. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Sa diyah, R. (2007). Hipertensi sebagai faktor risiko stroke di RS Roemani Muhammadiyah. Diakses 16 Juni Dari Santoso, S. (2000). Buku latihan SPSS statistik parametik. Jakarta: Alex Media Komputindo Sarwono, S. W. & Eko A. M. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Siregar, R. H. (2011). Hubungan yang signifikan antara sumber-sumber nilai makna hidup dan faktor-faktor dalam The Five Factor Model of Personality. Diakses 16 Juni 2014 dari Subandi, M.A. (2013). Psikologi agama dan kesehatan mental. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2006). Metode penelitian pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

29 Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial. (edisi ke-12). Jakarta: Kencana Predana Media Group Wardhani, P. W. (2009). Hubungan nilai budaya uncertainty avoidance dengan tingkah laku inovatif. Diakses 18 Juni Dari Wrightmans, L., & Deaux, K. (1981). Social psychology in the 80 s (3th). California: Brooks / Cole Publishing Company. Yulia, W. H. W. (2012). Empati dan pola asuh demokratis sebagai prediktor perilaku prososial remaja PPA Solo. Tesis Program Pasca sarjana. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Prososial 2.1.1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial didefinisikan sebagai tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau memberi keuntungan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Menurut Azwar (2010) penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson,

BAB I PENDAHULUAN. warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durkin melaporkan pada pertengahan tahun 1992, terjadi pembantaian warga Bosnia oleh Kroasia. Seorang reporter TV Inggris, Michael Nicholson, berusaha menyelamatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) NAMA : Siti Sara NPM : 16510617 DOSEN : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB I PENDAHULUAN Makhluk sosial Altruisme Tolong Menolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Widodo (2004) mengatakan sebuah penelitian dikatakan jenis penelitian korelasional karena penelitian itu ditujukan untuk melihat atau mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Asumsi Uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, alat ukur penelitian, populasi, sampel, teknik penentuan sampel, validitas, reliabilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel prediktor dan variabel kriterium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian : Penelitian ini merupakan korelasional. Arikunto (2002) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada dan tidak adanya

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Kancah Penelitian Penelitian mengenai Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan motivasi melanjutkan pendidikan strata 2 pada mahasiswi Suku Jawa Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian. Dalam penelitian ini, melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Letak sekolah ini mudah diakses dan sangat strategis yang berada di tengah kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. DESKRIPSI SUBJEK Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor brand image dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang datanya berupa angka atau data non angka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ampel Surabaya semester 1, 3, 5, dan 7. Berikut ini adalah gambaran umum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ampel Surabaya semester 1, 3, 5, dan 7. Berikut ini adalah gambaran umum BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Subjek daam penelitian ini adalah 98 mahasiswa Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya semester 1, 3, 5, dan 7. Berikut ini adalah gambaran umum subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Ngablak yang berada di desa Ngablak, kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Alasan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subyek penelitian atau populasi ini adalah Mahasiswa Semester 8 yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro, Salatiga. Populasi penelitian adalah semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian sedangkan untuk menguji validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN Variabel -variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel terikat : Perilaku Prososial 2. Variabel bebas : Empati dan Pola Asuh Demokratis 3.2. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Salatiga. SMK ini terdiri dari 4 jurusan yaitu jurusan tehnik Permesinan, Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum Salatiga adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sudah dirintis oleh Pemerintah Belanda sejak tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITATIF DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITATIF DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITATIF DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA Nama : Arin Hananira NPM : 11512133 Pembimbing : Dr. Ira Puspitawati, MSi., Psi Latar Belakang Masalah Kurangnya kepedulian Remaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Kota Indramayu yaitu SMA PGRI 2 Sindang yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Gambaran umum partisipan terlihat dari tabel distribusi frekuensi.distribusi frekuensi juga digunakan untuk memaparkan persentase

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, yaitu merupakan upaya yang menggambarkan keseluruhan pemikiran atau program penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Inggit Kartika Sari, Siswati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. objek lainnya (Hatch dalam Sugiono, 2006). Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. objek lainnya (Hatch dalam Sugiono, 2006). Penelitian ini menggunakan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel adalah atribut seseorang atau obyek yang mempuanyai variasi antara orang yang satu dengan lainnya maupun

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian kompetitif dengan perilaku mengemudi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek Penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Wirosari Kabipaten Grobogan yang beralamat di jalan Gajah Mada No.144

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah MAN 1 Yogyakarta berusaha menyelenggarakan sistem pendidikan yang menunjang kegiatan belajar mengajar, mendukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga.

membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga. 2 Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan kemandirian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1.1. Persiapan Sebelum melakukan penelitian, perlu adanya persiapan yang matang agar tidak ada kendala-kendala

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi

Untuk Memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA SMU KELAS XI DAN XII MASEHI KUDUS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Tesis Untuk Memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari : BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Subyek Penelitian Sebelum melakukan pengujian statistik terlebih dahulu penelitit melihat profil remaja sebagai responden. Peneliti menyertakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sebelum melaksanakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sumogawe 03 dan SD negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Penelitian Penilitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang self control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua BAB III METODOLOGI A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan penekanan analisisnya menggunakan metode statistika dimana menurut Broot dan Cox (dalam Muhid,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini di lakukan pada tanggal 18 Mei 2014 sampai tanggal 21 Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Peneliti mengambil tempat penelitian di PT. Patria Prima Jaya Tugu. Deskripsi subjek yang dijelaskan mencakup bagian produksi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng

Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku menolong dengan latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu sebuah pendekatan penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik (Sugiyono,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik (Sugiyono, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik (Sugiyono, 2010:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian ini diuraikan berdasarkan panti asuhan, jenis kelamin dan usia. Subjek penelitian ini adalah anak asuh panti asuhan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun A. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia 17-23 tahun yang berjumlah 80 orang. Dalam 80 orang subjek penelitian dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci