ANALISA MODEL FUNGSI IMPOR INDONESIA DENGAN ASEAN DAN CHINA PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA MODEL FUNGSI IMPOR INDONESIA DENGAN ASEAN DAN CHINA PERIODE"

Transkripsi

1 ANALISA MODEL FUNGSI IMPOR INDONESIA DENGAN ASEAN DAN CHINA PERIODE Sulthon Sjahril Sabaruddin Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Austus 1945 Jalan Sunter Permai Raya, Sunter Aun Podomoro Jakarta Utara Abstrak Makalah ini dimaksudkan untuk memotret dan menevaluasi model funsi impor Indonesia dalam linkup reional ASEAN dan China selama periode Guna menanalisis funsi impor Indonesia, studi ini menunakan penyederhanaan model funsi impor yan dikembankan oleh Uemura (2005). Dalam studi ini terdapat dua model funsi impor yan dimanfaatkan yakni model funsi impor tradisional dan dimodifikasi. Hasil estimasi model funsi impor tradisional Indonesia dalam linkup reional ASEAN dan China selama periode tampak bahwa hanya impor/ekspor untuk komoditi primer antara Indonesia denan ASEAN saja yan berkointerasi (memiliki hubunan janka panjan). Sedankan untuk komoditi manufaktur tampak bersain denan sanat ketat. Studi menemukan bahwa terdapat hubunan antara impor komoditi primer denan ekspor komoditi yan sama antara Indonesia denan China tampak sinifikan. Akan tetapi tidak terdapat hubunan yan sinifikan antara pertumbuhan PDB Indonesia denan nilai impor komoditi ini. Gambaran yan diberikan model ini menunjukkan bahwa prospek perdaanan komoditi primer Indonesia cukup mendapat tempat di pasar China. Terdapatnya hubunan yan positif antara pertumbuhan ekspor denan impor perlu dicermati karena tidak menutup kemunkinan Indonesia akan menderita keruian dari perdaanan yan terjadi. Sedankan untuk hasil estimasi model funsi impor modifikasi ditemukan bahwa perdaanan Indonesia denan neara-neara ASEAN untuk komoditi impor primer dalam janka panjan dipenaruhi oleh nilai ekspor, PDB, dan kurs masin-masin pada periode setahun sebelumnya. Hal ini menambarkan komoditi ini memiliki tinkat persainan yan cukup tini, karena setiap kenaikan ekspor akan diikuti denan peninkatan nilai impor. Nilai koefisien PDB yan neatif menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian berdampak positif terhadap perdaanan luar neeri komoditi primer ke ASEAN, dimana pertumbuhan ekonomi memicu penuranan nilai impor. Hasil estimasi model jua menunjukkan bahwa dalam janka pendek nilai transaksi ekspor memberikan penaruh yan sinifikan pada peninkatan nilai impor. Hal ini menunjukkan ketatnya persainan dalam pasar ASEAN terhadap komoditi primer Indonesia. Sedankan pada komoditi manufaktur, dalam janka panjan nilai transaksi impor sanat dipenaruhi oleh hara komoditi impor, dimana setiap kenaikan hara komoditi impor akan memicu kenaikan transaksi impor. Dalam janka pendek, nilai transaksi impor dipenaruhi oleh nilai ekspor pada satu dan dua tahun sebelumnya secara positif. Dari kedua model funsi impor primer dan manufaktur dalam pasar ASEAN dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar ASEAN memiliki tinkat persainan yan tini. Sedankan untuk perdaanan luar neeri Indonesia denan China tampaknya memiliki keterikatan dalam janka panjan. Nilai ekspor komoditi Indonesia ke China tidak memiliki penaruh yan berarti bai impor komoditi yan berasal dari China. Permintaan akan komoditi primer dari China diprediksi akan meninkat seirin denan semakin rendahnya hara komoditi tersebut di pasaran, disampin menurunnya nilai tukar jua akan semakin menarik minat untuk E-50 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

2 memboron produk yan berasal dari China. Sedankan pada komoditi manufaktur nilai koefisien kedua variabel tersebut positif. Kesimpulan ini aak berbeda denan hasil estimasi pada model funsi impor tradisional dimana dalam janka pendek pertumbuhan ekonomi akan semakin memicu meninkatnya komoditi China masuk ke pasar Indonesia. Kata Kunci: Model Funsi Impor, Perdaanan Bebas Reional PENDAHULUAN Impor merupakan pembelian baran dan jasa dari luar neeri ke dalam neeri atau menurut Firman (2006, hal ), impor dapat diartikan sebaai perdaanan denan cara memasukkan baran dari luar neeri ke wilayah pabeanan Indonesia denan memenuhi ketentuan yan berlaku. Teori impor bukanlah sesuatu yan baru dan sudah lama telah ada dan terus menalami perkembanan. Denan pendekatan peneluaran Produk Domestik Bruto (PDB), di dalam perekonomian terbuka terdapat dua variable sektor eksternal yaitu ekspor and impor baran dan jasa. Di satu sisi, ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan, sedankan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal keluar neeri. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka PDB akan menurun dan sebaliknya. Namun demikian Atmadji (2004) menyatakan bahwa terdapat kecenderunan bahwa di Indonesia analisis tentan ekspor lebih mendominasi daripada analisis teori impor denan alasan bahwa ekspor merupakan sumber devisa yan pentin, khususnya bai neara-neara berkemban seperti Indonesia. Secara teori, terdapat hubunan positif antara pendapatan nasional and impor dimana semakin besar pendapatan nasional maka semakin tini pula impor di suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menambarkan tren yan selalu meninkat khususnya beberapa tahun terakhir dan walaupun terdapat krisis lobal namun Indonesia dapat secara cukup baik menatasi krisis tersebut. Indonesia jua merupakan neara denan PDB terbesar di ASEAN dan merupakan salah satu neara anota G- 20. Hal ini jelas merupakan bukti bahwa Indonesia merupakan salah satu neara yan diperhitunkan di dunia. Namun demikian di era lobalisasi ini dimana perdaanan dunia semakin terbuka, akankah Indonesia mampu memanfaatkan momentum tersebut untuk menekspor sebanyak-banyaknya serta pada saat bersamaan menelola impor secara bijaksana? Denan anapan terdapatnya teori hubunan positif antara pendapatan nasional dan permintaan impor, maka menurut khidmat kami perlu kiranya ditelaah perkembanan analisis impor Indonesia selama ini. Menurut Atmadji (2004) analisis impor selayaknya mendapat porsi yan seimban denan analisis ekspor karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu neara dan akibat dari kurannya perhatian terhadap analisis impor dapat memunculkan dampak buruk salah satunya seperti pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke baran impor. Dalam keranka ASEAN-China FTA perdaanan RI-China, Tarmidi (2010) menyatakan bahwa dalam melakukan prastudi kelayakan salah satu metode penelitian yan disarankan adalah melihat jenis baran dan jasa impor apa saja dari China yan menyerbu pasar Indonesia dan baaimana kira-kira dampaknya jika pasar ini dibuka sama sekali meninat perdaanannya lebih bersifat substitutif dibandinkan denan perse- Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-51

3 tujuan ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Areement (CEPA) dan ASEAN-Korea Selatan FTA. Lebih lanjut, meninat ASEAN Economic Community (AEC) akan seera terlaksana pada tahun 2015 dimana akan terjadinya pererakan bebas tanpa hambatan untuk baran, jasa, investasi, modal dan tenaa kerja terlatih tentu ini harus disikapi denan cermat. AEC memberikan peluan bai Indonesia untuk memperluas pasar produk dalam neeri namun pada saat bersamaan terdapat tantanan dimana Indonesia dapat menjadi tujuan pasar bai produk neara ASEAN lainnya. Tantanan tersebut perlu dicermati denan baik meninat impor merupakan cerminan kedaulatan suatu neara. Atas dasar dimaksud, serta meninat pentinnya dan masih kurannya perhatian tentan analisis impor Indonesia, maka makalah ini mencoba untuk menelaah studi analisis impor Indonesia denan nearaneara ASEAN dan China. METODE PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa penuasaan penetahuan akan impor merupakan kebutuhan crucial. Analisis terhadap funsi impor Indonesia pada makalah ini dimaksudkan sebaai penunjan untuk melihat keadaan perekonomian Indonesia serta untuk memantau apakah impor masih berada dalam koridor aman, artinya apakah kedaulatan ekonomi masih di tanan domestik; apakah komoditas produk domestik masih mampu mempertahankan diri terhadap upaya peneseran yan dilakukan oleh komoditas impor. Terakhir, hasil analisis impor tersebut dapat diunakan untuk menetapkan stratei yan tepat dalam menatasi permasalahan impor. Oleh karena itu, una menjawab seluruh penelitian dimaksud, pada tulisan ini dilakukan estimasi model funsi impor tersebut denan menunakan data time series untuk memprediksi kecenderunan impor ke depan denan menunakan variabel-variabel independen seperti nilai transaksi ekspor riel, PDB riel, kurs, dan hara komoditi impor yan bersankutan. Penulis mencoba menanalisis apakah terdapat suatu hubunan janka panjan dari hubunan perdaanan antara Indonesia denan mitra daan China. Untuk keperluan ini hipotesis adanya hubunan kointerasi antara impor dan variabel-variabel independen tersebut diuji denan menunakan teknik kointerasi yan dikembankan oleh Enle-Graner (1987). Disampin itu, penulis mencoba untuk melakukan estimasi model koreksi kesalahan (Error Correction Modellin ECM) untuk melihat dinamika hubunan/interasi janka pendek (perubahan) dan proses penyesuaian di janka panjan. Estimasi ekonometrika funsi permintaan areat impor terhadap pendapatan dan elastisitas hara relatif merupakan topik penelitian yan banyak dibahas secara luas baik di neara maju maupun neara berkemban. Koshal et al (1993) dan Asseery dan Peel (1991), menjelaskan bentuk funsi permintaan areat impor denan model sederhana atau dikenal sebaai the traditional formulation of the import demand function. Volume impor, M, adalah terantun dari tinkat aktivitas ekonomi riil di neara penimpor, Y, dan hara relatif impor untuk produk dalam neeri, Pm / Pd, dalam bentuk: M = a Y b (Pm / Pd) c (1) Funsi impor tersebut dapat diestimasi denan transformasi loaritma: Lo M = a 0 + b Lo Y + c Lo (Pm / Pd) + u (2) E-52 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

4 Dimana a 0 adalah lo a dan u adalah error term. Koefisien b dan c adalah pendapatan dan elastisitas hara permintaan impor. Diperkirakan b > 0 dan c > 0. Investiasi ekonometrik funsi permintaan impor telah memperkuat bukti bahwa permintaan untuk impor adalah funsi hara relatif dan pendapatan riil (Goldstein dan Khan, 1985; dan Carone, 1996). Studi yan dilakukan oleh Salas (1982) menunjukkan bahwa dalam pemodelan funsi permintaan areat impor, penunaan spesifikasi lo-linier adalah lebih baik dibandinkan perumusan linear. Penelitian terhadap funsi permintaan impor terus berkemban denan berbaai modifikasi. Clarida, R.H. (1994) menamati funsi permintaan impor Amerika Serikat, Dutta, D. dan Ahmed, N. (1999) dan Emran, M. S. dan Shilpi, F. (1996) menestimasi funsi permintaan impor Banladesh denan memasukkan variabel pembatasan atau restriksi impor, sedankan Hopper P. dan Marquez J. (1993) menestimasi funsi permintaan impor denan variabel kurs, hara dan penyesuaian untuk AS dan Jepan. Dalam tulisan ini, model funsi impor yan diterapkan adalah model tradisional yan dimodifikasi denan menambahkan variabel kurs, dan indeks hara sebaai variabel kontrol. Sejalan denan pemikiran yan diunkapkan di dalam Uemura (2005), model impor merupakan sebuah persamaan yan menyatakan impor sebaai sebuah funsi dari relatif hara ekspor dan Produk Domestik Bruto (PDB) dari neara yan bersankutan. Pendekatan yan dilakukan Uemura (2005) adalah denan membuat masin-masin satu model ekonometrik untuk setiap impor bilateral yan dilakukan suatu neara. Denan demikian, akan terdapat banyak sekali funsi impor yan mesti diestimasi. Dalam makalah ini, model funsi impor yan diunakan merupakan modifikasi dari yan dikemukakan dalam Uemura (2005), yakni merupakan penyederhanaan funsi impor, sehina cukup denan menestimasi satu model saja. Secara umum hubunan perdaanan bilateral akan mempunyai empat kondisi/kemunkinan dampak sesuai denan perubahan yan terjadi pada besarnya nilai impor maupun ekspor, yakni kondisi dimana perubahan nilai impor dan ekspor sejalan atau sebaliknya dimana antara perubahan ekspor dan impor tidak sejalan. Disampin itu jua terdapat hubunan antara PDB denan nilai ekspor dan impor, dimana ekspor (impor) merupakan komponen penambah (penuran) bai pembentukan PDB. Denan kata lain besarnya perubahan nilai ekspor adalah sejalan denan perubahan PDB sebaliknya perubahan nilai impor berlawanan denan perubahan PDB. Atas dasar ini maka persamaan model impor didefinisikan sebaai sebuah funsi linier dari ekspor dan PDB, yakni: Impor = f(ekspor, PDB) (3) Funsi impor pada persamaan di atas pada dasarnya sejalan denan funsi impor yan dituliskan dalam Uemura (2005), dimana untuk Indonesia funsi impornya berupa: (1 + τ i, Indonesia ) PX i (1 + τ i, Indonesia ) PX i M i, Indonesia f,, y PDIndonesia PXCi, Indonesia = Indonesia (4) Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-53

5 dimana: M i, Indonesia : Nilai Impor Indonesia terhadap komoditi dari neara i τ i,indonesia : Rata-rata tarif yan berlaku di Indonesia untuk komoditi PX i : Hara ekspor komoditi di neara i PD i, Indonesia : Hara komoditi di pasar domestik PXC i, Indonesia : Hara ekspor komoditi dari pesain neara i di pasar Indonesia y Indonesia : PDB riil Indonesia Funsi impor dalam persamaan (4) menyatakan bahwa besarnya nilai impor sebuah komoditi dipenaruhi oleh relatif hara komoditi tersebut (yan dikenakan tarif bea masuk) terhadap hara baran yan sama di pasar domestik dan dipenaruhi jua oleh PDB neara yan bersankutan. Dalam persamaan ini perumusan funsi impor berlaku untuk setiap hubunan perdaanan bilateral yan dilakukan Indonesia terhadap neara-neara lain, sehina akan terdapat banyak sekali funsi impor yan mesti diestimasi. Disampin itu untuk dapat melihat daya sain sebuah komoditi diperlukan estimasi model funsi impor yan dilakukan oleh partner perdaanan bilateral terhadap komoditi asal Indonesia. Perumusan funsi impor seperti ini denan demikian menjadi tidak efisien. Funsi impor yan diajukan dalam tulisan ini persamaan (3) merupakan modifikasi dari funsi impor persamaan (4). Denan perumusan funsi impor seperti pada persamaan (3) proses estimasi model cukup dilakukan satu kali, karena pada dasarnya impor yan dilakukan oleh neara i terhadap komoditi asal Indonesia tidak lain adalah ekspor komoditi yan sama yan dilakukan Indonesia ke neara i. Disampin itu nilai ekspor yan diunakan sebaai variabel independen dalam funsi ini jua merupakan cerminan dari relatif hara yan terkena tarif bea masuk. Denan asumsi volume perdaanan internasional yan relatif tetap, maka semakin kecil tarif bea masuk yan diterapkan akan tercermin dari semakin berkurannya nilai impor atau ekspor komoditi antar neara. Selain itu, perumusan funsi impor dalam persamaan (3) beruna untuk melihat interaksi antara impor dan ekspor yan dilakukan suatu neara. Denan kata lain (dalam funsi impor Indonesia) ekspor yan dilakukan merupakan reaksi timbal balik perdaanan yan dilakukan oleh neara partner dari permintaan impor Indonesia pada komoditi yan sama. Denan demikian, daya sain suatu komoditi tercermin dari besarnya koefisien ekspor dalam persamaan (3). Dalam persamaan (3) hubunan antara impor denan ekspor bisa positif atau neatif sehina menimbulkan empat kemunkinan seperti diuraikan di atas. Sementara itu secara teoretis hubunan antara impor denan PDB mestilah neatif meninat impor adalah komponen penuran didalam pembentukan PDB. Secara umum tanda positif atau neatif dari koefisien ekspor yan didapat menunjukkan arah hubunan positif atau neatif antara impor denan ekspor. Tanda positif atau neatif dari koefisien ini denan demikian menentukan prospek kondisi perekonomian yan terjadi terkait perdaanan luar neeri yan dilakukannya. Di sampin itu, nilai koefisien yan didapat jua menindikasikan hal yan pentin. Jika koefisien ekspor atau PDB hasil estimasi persamaan (3) bernilai lebih dari satu, maka hal ini menunjukkan bahwa peninkatan nilai impor jauh lebih tini daripada peninkatan nilai ekspor E-54 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

6 maupun PDB. Sebaliknya jika koefisien tersebut bernilai kuran dari satu, maka ini menunjukkan bahwa perubahan yan terjadi pada nilai impor kalah pesat dibandinkan denan perubahan yan terjadi pada nilai ekspor maupun PDB. Kecepatan perubahan nilai impor akan sejalan denan kecepatan perubahan nilai ekspor dan PDB jika koefisien dari keduanya memiliki nilai satu. Daya sain komoditi ekspor (domestik) terhadap komoditi impor ditentukan sebaai berikut: 1. Jika koefisien ekspor bernilai positif, ini berarti bahwa peninkatan (penurunan) nilai ekspor akan dibareni denan peninkatan (penurunan) nilai impor. Dalam hal ini maka daya sain komoditi ekspor ditentukan dari arah koefisien PDB: a. Jika koefisien PDB bernilai neatif, maka komoditi ekspor yan bersankutan masih memiliki daya sain yan relatif baik karena ini berarti bahwa peninkatan PDB (pertumbuhan ekonomi) diirini denan menurunnya nilai impor. b. Jika koefisien PDB bernilai positif maka komoditi ekspor yan bersankutan memiliki tinkat persainan yan tini karena peninkatan PDB (pertumbuhan ekonomi) disertai denan meninkatnya nilai impor yan secara implisit menerooti nilai PDB. Kondisi bisa menjadi lebih buruk jika nilai koefisien PDB bernilai lebih dari satu, karena ini berarti bahwa nilai impor tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan PDB. 2. Jika koefisien ekspor bernilai neatif, maka daya sain komoditi ekspor ditentukan dari besarnya nilai koefisien tersebut: a. Jika ekspor menalami peninkatan, maka impor akan berkuran dan kecepatan berkurannya impor ditentukan oleh besarnya koefisien ekspor yan bersankutan. Jika koefisien ekspornya bernilai kuran (lebih) dari satu, maka ini berarti nilai impor turun lebih lambat (cepat) dibandinkan denan peninkatan nilai ekspornya. Pada kondisi ini dikatakan bahwa komoditi ekspor memiliki nilai yan lebih tini dibandin nilai impor. Sehina kondisi seperti inilah yan diharapkan terjadi dalam perekonomian. b. Jika ekspor menalami penurunan, maka impor akan bertambah dan kecepatan ditentukan oleh besarnya koefisien ekspor yan bersankutan. Jika koefisien ekspornya bernilai kuran (lebih) dari satu, maka ini berarti nilai impor naik lebih lambat (cepat) dibandinkan denan penurunan nilai ekspornya. Pada kondisi ini dikatakan bahwa komoditi ekspor telah kalah bersain denan komoditi impor. Berlawanan denan kondisi sebelumnya, kondisi ini tidak diharapkan terjadi di dalam perekonomian. Sesuai denan jenis komoditinya, maka terdapat dua model yan akan diestimasi berdasarkan data yan sudah dihimpun. Model pertama berlaku untuk kelompok komoditi impor primer, sedankan model kedua berlaku untuk kelompok komoditi industri (manufaktur). Kedua model tersebut diaplikasikan pula dalam keranka perdaanan bilateral Indonesia denan neara-neara ASEAN dan China. Sehina denan demikian terdapat empat model funsi impor yan akan dilakukan proses estimasi. Dalam tulisan ini, analisis terhadap model funsi impor dilakukan denan menunakan pendekatan ekonometri (model ekuilibrium parsial). Dalam hal Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-55

7 ini terdapat dua model funsi impor seperti dijelaskan sebelumnya, yakni model funsi impor tradisional dan model funsi impor modifikasi. Untuk model funsi impor tradisional, diunakan estimasi menunakan teknik Ordinary Least Square (OLS) denan mempertimbankan adanya hubunan janka panjan yan diakomodasi menunakan model koreksi kesalahan (error correction modellin ECM). Sedankan untuk model funsi impor modifikasi, estimasi dilakukan denan menunakan Model Vector Autoreressive (VAR) denan mempertimbankan kemunkinan hubunan janka panjan menunakan model Vector Error Correction Modellin (VECM). Berbeda denan pendekatan OLS, pendekatan VAR/ VECM mempertimbankan hubunan simultan antar dua buah variabel atau lebih denan memperlakukan semua variabel diperlakukan sebaai variabel endoen. Gambar 1 menjelaskan alur analisis daya sain denan menunakan model funsi impor. Funsi Impor Indonesia Model Tradisional: M = f(x, PDB) Model Modifikasi: M = f(x,pdb,kurs,ihpbm) Model ECM Model VAR/VECM Uji Stasioneritas Uji Kointerasi Uji Kelayakan Model: 1. Uji koefisien Model 2. Uji Goodness of Fit 3. Uji Asumsi Klasik AnalisisDaya Sain Gambar 1 Alur Analisis Daya Sain Menunakan Model Funsi Impor E-56 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

8 Untuk membatasi meluasnya ruan linkup yan dijadikan objek penelitian, maka perlu diadakan penyempitan ruan linkup penelitian. Dalam penelitian ini ruan linkup penelitian adalah permintaan Indonesia terhadap baran-baran impor yan khusus berasal dari China dan ASEAN. Lebih lanjut, adapun variabel yan dipilih dalam tulisan ini adalah sebaai berikut: 1. Impor sebaai Variabel Dependen Impor adalah peniriman baran daanan dari luar neeri ke pelabuhan di suatu wilayah Republik Indonesia kecuali wilayah bebas yan dianap luar neeri, yan bersifat komersial maupunyan bukan komersial. Dalam studi ini, karena keterbatasan data yan tersedia, maka jenis komoditi impor hanya dibatasi pada dua kelompok besar, yakni kelompok komoditi primer (SITC 0,1,2,4) dan kelompok komoditi industri manufaktur (SITC 5 9). 2. Variabel Independen Meliputi a. Ekspor Ekspor adalah perdaanan denan cara meneluarkan baran dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia sesuai denan ketentuan yan berlaku. Dalam kaitannya denan impor, nilai ekspor merepresentasikan perkembanan tarif yan berlaku. Seperti halnya impor, komoditi ekspor hanya dibatasi pada dua kelompok besar, yakni kelompok komoditi primer (SITC 0,1,2,4) dan kelompok komoditi industri manufaktur (SITC 5 9). b. PDB Hara Konstan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai dari semua baran dan jasa yan di produksi di suatu neara selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2003, hal.7). Parameter keterantunan impor terhadap pendapatan adalah kecenderunan manajerial marinal menimpor (Marinal propensity to import) yan merupakan nisbah perubahan nilai impor terhadap pendapatan nasional riil (denan hara konstan) yan menyebabkan perubahan terhadap impor. c. Nilai Tukar atau Kurs Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebaai hara mata uan domestik (Salvatore, 1996). Sedankan (Mankiw, 2003, hal ) membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchane rate) adalah nilai di mana seseoran dapat memperdaankan mata uan dari suatu neara ke neara lain. Sedankan nilai tukar riil (real exchane rate) adalah nilai di mana seseoran dapat memperdaankan baran dan jasa dari suatu neara denan baran dan jasa dari neara lain. d. Indeks Hara Perdaanan Besar Impor Indeks Hara Perdaanan Besar Impor adalah indeks yan menambarkan perubahan hara pada tinkat rosir atau hara transaksi antara aen pertama denan dealer berikutnya dalam partai besar di pasar pertama komoditas yan dijual di Indonesia. Data hara rosir dikumpulkan dari ibukota provinsi dan beberapa kota potensial lainnya menunakan metode purposive samplin. Survei ini dilakukan denan mendapatkan informasi lansun dari rosir atau produser. Terkait sumber data dan metodoloi penumpulan data, data untuk keperluan estimasi funsi impor diperoleh dari Badan Pusat Statistik, CEIC, dan WITS serta laporan penelitian menenai dampak perdaanan bebas di Asia Tenara yan disusun oleh Uemura (2005). Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-57

9 Adapun jenis dan cara penumpulan data terkait funsi model impor adalah sebaai berikut: A. Jenis Data Jenis data yan diunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series menenai impor dan ekspor hasil perdaanan bilateral antara Indonesia denan China, Produk Domestik Reional Bruto (PDB) Indonesia riil, nilai tukar mata uan asin (kurs rupiah terhadap dollar Amerika), dan indeks hara perdaanan besar impor dari tahun 1980 hina tahun Variabelvariabel tersebut didua memiliki keterkaitan yan erat dalam mempenaruhi nilai transaksi impor Indonesia. B. Teknik dan Cara Penumpulan Data Penumpulan data dalam penelitian ini dilakukan denan menunakan metode dokumentasi, yaitu melalui penumpulan data yan didapat dari sumber Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdaanan RI khususnya untuk data ekspor dan impor Indonesia. Selain itu, terdapat jua data yan dikumpulkan dari sumber-sumber internet melalui situs-situs relevan yan menyediakan data makroekonomi masin-masin neara Indonesia dan China maupun dunia internasional resmi yan pemilihannya disesuaikan denan variabel yan dibutuhkan dalam penelitian. Situs data online yan diunakan dalam tulisan ini antara lain bersumber dari CEIC ( dan WITS ( HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perkembanan Perdaanan Bilateral Indonesia denan neara-neara ASEAN dan China Sebelum dilakukan proses estimasi, maka nilai ekspor dan impor dikonstankan denan menunakan indeks hara sehina menambarkan nilai ekspor maupun impor yan sesunuhnya (riel). Hal ini perlu dilakukan karena series nilai ekspor dan impor menikuti hara berlaku yan dapat menakibatkan nilai tersebut tidak dapat diperbandinkan secara apple to apple antar tahunnya. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka nilai impor dan ekspor riel dihitun denan menunakan deflator dari PDB (Sutomo, Suhariyanto dan Baidowi dalam Uemura, 2005). Proses estimasi dilakukan denan menunakan pendekatan model ekonometrik (error correction modelin ECM). Beberapa model akan dicoba dan model terbaik yan terpilih disajikan dalam tabel 1. Sebelum dilakukan proses estimasi, maka perlu diketahui lebih dahulu pola dari masin-masin variabel (ekspor maupun impor) serta PDB yan akan diikutsertakan dalam analisis. Gambaran menenai perkembanan variabel-variabel tersebut bermanfaat untuk melihat apakah series data yan ada sudah stasioner. Estimasi denan model reresi mensyaratkan aar datanya dalam kondisi stasioner aar tidak menimbulkan kesimpulan yan keliru (spurious reression). Disampin itu, denan melihat sebaran perkembanan ekspor maupun impor tersebut dapat diketahui performa dari impor maupun ekspor. Gambaran perkembanan nilai komoditi ekspor dan impor antara Indonesia denan ASEAN dan China diperlihatkan dalam tabel 1. Dari sini terlihat bahwa perkembanan ekspor dan impor komoditi cenderun menalami peninkatan dan semakin bertambah pesat di tahun-tahun belakanan (terutama setelah penuranan tarif dari kesepakatan ACFTA). Untuk komoditi pertanian, komoditi ekspor primer Indonesia masih lebih tini nilainya dibandinkan denan nilai impor pada komoditi yan E-58 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

10 sama. Sebaliknya terjadi pada komoditi ekspor manufaktur dimana nilainya sudah kalah dibandinkan denan nilai impor yan masuk untuk baran yan sama. Perkembanan sanat pesat terjadi pada perdaanan manufaktur antara Indonesia denan China dimana komoditi impor manufaktur China tampak jauh lebih tini nilainya dibandinkan denan nilai ekspor Indonesia untuk komoditi yan sama. Sama halnya denan perkembanan ekspor dan impor, PDB Indonesia jua terus menalami peninkatan dari tahun ke tahun denan laju pertumbuhan yan cenderun stabil pada beberapa tahun belakanan. Dari ambaran perkembanan variabel-variabel tersebut di atas, tampak jelas bahwa semua variabel tersebut dalam kondisi tidak stasioner. Hasil uji akar unit denan menunakan E-views menhasilkan kesimpulan bahwa semua variabel tersebut terinterasi pada level 1, yan berarti bahwa masin-masin variabel akan mencapai stasioner jika dilakukan proses differencin sebanyak satu kali. Hasil Estimasi Model Funsi Impor Tradisional Meski sudah diketahui dalam subbab sebelumnya bahwa kesemua variabel berada dalam keadaan stasioner pada orde 1, tidak menutup kemunkinan terdapat kointerasi diantara variabelvariabel tersebut. Oleh karena di dalam setiap proses estimasi disertakan jua tes untuk menuji adanya kointerasi seperti yan disarankan oleh Graner. Prosedur Graner menyarankan untuk melakukan reresi OLS pada level variabel dan kemudian melakukan tes pada residual yan dihasilkan. Jika residualnya ditemukan memiliki pola yan stasioner, maka dikatakan antar variabel yan di tes terdapat kointerasi. Hasil penujian kointerasi bisa menunjukkan adanya hubunan janka panjan antar variabel yan diteliti, dan terkait denan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka variabel yan berkointerasi ini memiliki ciri yan sama denan kondisi pertama, yakni antara nilai ekspor dan impor memiliki peninkatan (penurunan) yan sejalan. Hasil uji kointerasi denan prosedur Graner terhadap variabel yan akan dianalisis dalam subbab ini menunjukkan bahwa hanya impor/ekspor untuk komoditi primer antara Indonesia denan ASEAN saja yan berkointerasi (memiliki hubunan janka panjan). Ini berarti bahwa hubunan perdaanan bilateral dalam keranka ACFTA selain komoditi primer (sektor pertanian dan pertambanan/penalian) hanya bersifat janka pendek, yan secara implisit bermakna bahwa masin-masin neara yan terlibat dalam perdaanan di kawasan ini harus dapat memanfaatkan momentum yan ada dan menambil kesempatan denan seera untuk bisa mendapatkan manfaat dari kesepakatan yan telah dibuat dalam keranka ACFTA. Rinkasan hasil estimasi keempat model funsi impor diperlihatkan dalam tabel 2. Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-59

11 Tabel 1 Perkembanan Ekspor dan Impor Komoditi Primer dan Manufaktur dari Perdaanan Bilateral Indonesia denan ASEAN dan China a) Komoditi Primer ASEAN Indonesia b) Komoditi Primer China Indonesia c) Komoditi Manufaktur ASEAN Indonesia d) Komoditi Manufaktur China Indonesia d) PDB Indonesia adhk 2000 Sumber: BPS, WITS dan Uemura (2005), hasil olah data oleh penulis. Dari sini tampak bahwa terdapat hubunan yan sejalan antara peninkatan (penurunan) nilai ekspor denan nilai impor di hampir semua komoditi impor yan diperdaankan di kawasan ACFTA. Khusus untuk komoditi impor manufaktur dari China, hubunan antara nilai ekspor denan impor tampak tidak E-60 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

12 sejalan. Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk perdaanan komoditi primer dalam hubunan bilateral antara Indonesia denan ASEAN tampak terdapat hubunan janka panjan. Namun denan memperhatikan nilai koefisien GDP yan positif, ini menunjukkan bahwa perdaanan komoditi ini di kawasan ASEAN memiliki tinkat persainan yan tini yan jika tidak disikapi denan hati-hati akan bisa menurunkan nilai PDB Indonesia, akan tetapi dari besaran koefisien yan dihasilkan tampak bahwa kaitan antara pertumbuhan PDB (ekonomi) denan nilai impor memiliki nilai yan kecil. Artinya Indonesia masih bisa meraih keuntunan dalam persainan di komoditi ini. Kesimpulan ini tampak sejalan denan perkembanan yan terjadi selama ini sebaaimana diperlihatkan dalam tabel 2a).Di lain pihak hubunan perdaanan bilateral pada komoditi manufaktur tampak bersain denan sanat ketat. Hal ini diperlihatkan dari besarnya koefisien yan cukup tini pada koefisien variabel ekspor. Indonesia harus sanat berhati-hati dalam hal ini, terutama jika sampai terjadi penurunan komoditi ekspor yan diperdaankan. Selanjutnya hubunan antara impor komoditi primer denan ekspor komoditi yan sama antara Indonesia denan China tampak sinifikan (lihat model 3 dalam tabel 2). Akan tetapi tidak terdapat hubunan yan sinifikan antara pertumbuhan PDB Indonesia denan nilai impor komoditi ini. Dalam model ini jua terlihat bahwa nilai impor pada satu tahun sebelumnya turut mempenaruhi besaran nilai impor saat ini. Disampin nilai neatif pada koefisien ini menunjukkan bahwa nilai impor akan semakin berkuran denan semakin meninkatnya nilai ekspor. Gambaran yan diberikan model ini menunjukkan bahwa prospek perdaanan komoditi primer Indonesia cukup mendapat tempat di pasar China. Tabel 2 Hasil Estimasi Parameter Model Funsi Impor Tradisional Variabel Model (Variabel Dependent) Koefisien Independent Std. Error 1. Impor Komoditi Primer dari ASEAN a. Model Janka Panjan (ASEANMP) ASEANXP ** GDP ** C b. Model Janka Pendek (DASEANMP) DASEANMP(-1) D(ASEANXP) ** D(GDP) RESID(-1) ** Impor Komoditi Manufaktur dari ASEAN -Model Janka Pendek (D(LOG(MMASEAN))) 3. Impor Komoditi Primer dari China -Model Janka Pendek (D(LOG(CHNMP)) D(LOG(ASEANX M)) ** D(LOG(GDP)) D(LOG(CHNMP) (-1) * D(LLOG(CHNXP ) ** D(LOG(GDP) Impor Komoditi Manufaktur dari China -Model Janka Pendek (D(LOG(CHNMm)) D(LOG(CHNXM) ) ** D(LOG(GDP) * C * Catatan: ** sinifikan pada level 1%, * sinifikan pada level 5% Sumber: Hasil Olah Data oleh Penulis. Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-61

13 Selanjutnya di dalam model keempat, Indonesia harus berbuat sanat hatihati karena hasil estimasi untuk model ini menunjukkan hubunan yan positif antara pertumbuhan ekspor denan impor. Demikian halnya denan hubunan antara PDB denan impor jua memiliki nilai positif, maka tidak menutup kemunkinan Indonesia akan menderita keruian dari perdaanan yan terjadi. Gambaran perkembanan ekspor dan impor yan diperlihatkan dalam Gambar 2d) telah menunjukkan kondisi keruian tersebut. Di tahun-tahun belakanan terlihat bahwa impor produk manufaktur dari China telah jauh melampaui nilai ekspor produk yan sama dari Indonesia ke China. Terkait denan dampak penanda yan bisa dihasilkan terhadap pendapatan rumah tana, tidak menutup kemunkinan kondisi keempat dapat terjadi dimana nilai ekspor Indonesia akan menurun sementara nilai impor akan menanjak. Meski besaran koefisien ekspor masih dibawah satu (perhatikan Model 4 pada tabel 2) akan tetapi karena antara PDB denan impor memiliki koefisien yan positif, hal ini dapat memperburuk keadaan: jika peninkatan nilai ekspor Indonesia ke China akan memicu meninkatnya nilai impor China, ditambah lai pertumbuhan ekonomi Indonesia yan positif akan menambah besar nilai impor tersebut (meninat koefisien PDB dalam model bernilai lebih dari satu). Pada akhirnya jika Indonesia tidak bisa menambil lankah cepat untuk memenankan persainan denan China, maka dampaknya akan sanat dirasakan oleh rumah tana di Indonesia berupa penurunan pendapatan yan hampir terjadi di semua sektor. Hasil Estimasi Model Funsi Impor Modifikasi Estimasi model funsi impor modifikasi menyertakan variabel selain PDB dan nilai ekspor sebaai variabel kontrol yan didua mempenaruhi nilai impor yakni nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan Indeks Hara Perdaanan Besar (IHPB) Impor yan keduanya merepresentasikan besaran hara. Grafik perkembanan nilai tukar rupiah dan indeks hara perdaanan besar impor untuk komoditi primer dan manufaktur diperlihatkan dalam tabel 3. Dalam ambar ini terlihat bahwa ketia variabel tersebut sanat rentan terhadap perubahan yan terjadi terutama terkait denan sektor keuanan yan terjadi di luar neeri. Pada nilai tukar, krisis moneter yan terjadi di Indonesia tahun 1998 telah meneser cukup jauh rata-rata kurs Rupiah terhadap Dollar (perhatikan tabel 3). Demikian halnya denan nilai IHPB, krisis keuanan yan terjadi pada tahun 1998 telah secara sinifikan mempenaruhi hara perdaanan impor, akan tetapi setelah tahun 2005 terlihat pola penurunan nilai indeks yan cukup drastis. Hal ini diperkirakan sebaai efek dari diberlakukannya penurunan tarif yan disepakati Indonesia denan mitra daan luar neerinya, salah satu diantaranya adalah kesepakatan penurunan tarif impor dalam keranka ACFTA. Gambaran perkembanan ketia variabel tersebut menindikasikan perlunya memasukkan variabel dummy ke dalam persamaan model yan akan diestimasi (Asteriou dan Hall, 2007) untuk menantisipasi lonjakan hara yan terjadi dalam series data yan diunakan. Disampin itu ambaran tersebut jua menunjukkan secara visual bahwa data yan diunakan tidak stasioner. Oleh karena itu estimasi model tidaklah cukup menunakan reresi linier biasa yan diterapkan pada data secara lansun. Dalam tulisan ini, seperti telah dijelaskan dalam bab metodoloi, akan diunakan pendekatan model VAR atau VECM untuk mendapatkan model yan secara sinifikan menambarkan funsi impor yan dimodifikasi. Pendekatan ini dipilih E-62 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

14 antara lain karena model yan diajukan merupakan model penembanan dari model funsi impor tradisional. Denan kata lain model yan akan dibanun merupakan model empiris dimana belum banyak teori yan menunkapkan menenai persamaan struktural yan menunjukkan hubunan antara nilai tukar serta indeks hara dalam mempenaruhi impor. Seperti halnya funsi impor tradisional, funsi impor modifikasi yan inin dibanun dalam subbab ini terdiri dari empat model untuk merepresentasikan funsi impor komoditi primer dan manufaktur masin-masin dalam kaitannya denan perdaanan luar neeri antara Indonesia denan ASEAN dan China. Rankuman hasil estimasi model funsi impor modifikasi diperlihatkan dalam tabel 3. Karena terbatasnya jumlah series data yan dikumpulkan, maka la variabel yan diunakan dalam estimasi model menunakan la 2. Pada setiap model dilakukan uji statistik terhadap asumsi-asumsi yan mendasari model. Model terbaik yan ditampilkan dalam tabel 3 adalah model yan telah memenuhi asumsi dan kelayakan model. Secara aris besar prosedur estimasi menunakan model VAR/VECM telah dijelaskan dalam bab metodoloi. Karena output variabel yan dihasilkan oleh E-views cukup banyak (sesuai denan model yan diajukan), maka yan ditampilkan dalam tabel 4 hanya variabel pentin yan terkait denan pembahasan menenai daya sain dan kesejahteraan masyarakat seperti pada model funsi impor tradisional saja (terutama pada variabel ekspor, impor dan pdb), sementara variabel kurs dan IHPB hanya ditampilkan dalam model janka panjan saja. Tabel 3: Perkembanan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika dan Indeks Hara Perdaanan Besar (IHPB) Impor Indonesia a) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika b) IHPB Impor Komoditi Primer c) IHPB Impor Komoditi Primer Sumber: BPS, CEIC Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-63

15 Hasil estimasi funsi impor modifikasi menunjukkan bahwa untuk perdaanan denan neara-neara ASEAN, komoditi impor primer dalam janka panjan dipenaruhi oleh nilai ekspor, PDB, dan kurs masin-masin pada periode setahun sebelumnya. Koefisien ekspor yan positif menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tinkat persainan yan cukup tini, karena setiap kenaikan ekspor akan diikuti denan peninkatan nilai impor. Kemudian nilai tukar jua mempenaruhi nilai impor dimana setiap kenaikan nilai tukar akan memicu peninkatan nilai impor. Hal ini merupakan hal yan lois karena hara komoditi yan dijual dalam bentuk uan asin (dollar Amerika) sehina fluktuasi dari nilai impor jua sejalan denan fluktuasi nilai tukar. Tabel 4 Hasil Estimasi Parameter Model Funsi Impor Modifikasi Model 1: Model 2: Impor Komoditi Primer dari ASEAN Impor Komoditi Manufaktur dari ASEAN Variabel Koefisien Std Error Variabel Koefisien Std Error Model Janka Panjan Model Janka Panjan ASEANXP(-1) * (4.5193) KURS(-1) (0.0018) GDP(-1) ** (0.5818) PM(-1) ** (0.1140) KURS(-1) ** (0.0088) Model Janka Pendek (VECM) Model Janka Pendek (VECM) D(ASEANMP(-1)) (0.2838) D(ASEANMM(-1)) ** (0.2261) D(ASEANMP(-2)) (0.2752) D(ASEANMM(-2)) (0.2355) D(ASEANXP(-1)) * (0.1293) D(ASEANXM(-1)) * (0.2568) D(ASEANXP(-2)) * (0.1373) D(ASEANXM(-2)) * (0.1342) D(GDP(-1)) (0.1340) D(GDP(-1)) (0.2989) D(GDP(-2)) (0.0920) D(GDP(-2)) (0.3246) Model 3: Model 4: Impor Komoditi Primer dari China Impor Komoditi Manufaktur dari China Variabel Koefisien Std Error Variabel Koefisien Std Error Model Janka Panjan Model Janka Panjan GDP(-1) ** (0.0323) KURS(-1) ** (0.0019) KURS(-1) ** (0.0006) PM(-1) ** (0.1453) PM(-1) ** (0.0361) Model Janka Pendek (VECM) Model Janka Pendek (VECM) D(CHNMP(-1)) (0.2326) D(CHNMM(-1)) (1.2229) D(CHNMP(-2)) (0.2262) D(CHNMM(-2)) (1.7317) D(CHNXP(-1)) (0.0870) D(CHNXM(-1)) (0.8215) D(CHNXP(-2)) (0.1526) D(CHNXM(-2)) (1.0332) D(GDP(-1)) (0.1215) D(GDP(-1)) (0.2759) D(GDP(-2)) (0.0852) D(GDP(-2)) (0.2027) Catatan: ** sinifikan pada level 1%, * sinifikan pada level 5% Sumber: Hasil Olah Data oleh Penulis. E-64 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

16 Nilai koefisien PDB yan neatif menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian berdampak positif terhadap perdaanan luar neeri komoditi primer ke ASEAN, dimana pertumbuhan ekonomi memicu penuranan nilai impor. Hasil estimasi model jua menunjukkan bahwa dalam janka pendek nilai transaksi ekspor memberikan penaruh yan sinifikan pada peninkatan nilai impor. Sekali lai hal ini menunjukkan ketatnya persainan dalam pasar ASEAN terhadap komoditi primer Indonesia. Sementara itu di komoditi manufaktur, dalam janka panjan nilai transaksi impor sanat dipenaruhi oleh hara komoditi impor, dimana setiap kenaikan hara komoditi impor akan memicu kenaikan transaksi impor (lihat variabel PM dalam model 2). Koefisien dalam model 2 untuk variabel ini menunjukkan bahwa kenaikan hara komoditi pada saat ini akan mempenaruhi kenaikan impor di tahun berikutnya. Dalam janka pendek, nilai transaksi impor dipenaruhi oleh nilai ekspor pada satu dan dua tahun sebelumnya secara positif. Sedankan nilai transaksi impor saat ini merupakan dampak dari nilai transaksi impor di tahun sebelumnya. Tanda neatif pada koefisien impor la 1 berarti bahwa dalam janka pendek nilai transaksi impor cenderun menalami penurunan. Dari kedua model funsi impor primer dan manufaktur dalam pasar ASEAN dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar ASEAN memiliki tinkat persainan yan tini. Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien ekspor yan positif yan berarti bahwa peninkatan ekspor akan seera direspon denan meninkatnya impor. Perdaanan luar neeri Indonesia denan China tampaknya memiliki keterikatan dalam janka panjan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien model janka panjan yan sinifikan sementara koefisien model janka pendek tidak ada satupun yan sinifikan (dalam konteks vaiabel yan terkait denan ekspor dan PDB). Nilai ekspor komoditi Indonesia ke China tidak memiliki penaruh yan berarti bai impor komoditi yan berasal dari China. Ini menunjukkan bahwa masuknya komoditi China ke Indonesia bukanlah sebuah respon timbal balik perdaanan antara Indonesia denan China. Ekspansi perdaanan China ke seluruh dunia termasuk ke dalam reional ASEAN (dimana Indonesia termasuk di dalamnya) kemunkinan besar lebih ver-penaruh terhadap membanjirnya produk China ke Indonesia. Kesimpulan ini diperkuat denan nilai koefisien nilai tukar dan hara komoditi yan sinifikan dari hasil estimasi model 3 dan 4 (perhatikan variabel KURS dan PM pada kedua model). Pada komoditi primer koefisien kedua variabel tersebut neatif yan berarti bahwa penurunan hara baran impor yan berlaku di Indonesia akan memicu meninkatnya nilai impor dari China. Denan kata lain, permintaan akan komoditi primer dari China akan meninkat seirin denan semakin rendahnya hara komoditi tersebut di pasaran, disampin menurunnya nilai tukar jua akan semakin menarik minat untuk memboron produk yan berasal dari China. Berbeda denan komoditi primer, pada komoditi manufaktur nilai koefisien kedua variabel tersebut positif. Ini setidaknya menunjukkan bahwa volume impor komoditi manufaktur yan berasal dari China relatif tetap, sehina besar kecilnya nilai transaksi impor dari China kelihatan hanya dipenaruhi oleh fluktuasi nilai tukar dan hara komoditi manufaktur yan diperdaankan. Nilai koefisien PDB yan neatif tampak seperti anin sear bai perdaanan luar neeri Indonesia. Karena hal ini berarti bahwa dalam janka panjan, pertum-buhan ekonomi Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-65

17 Indonesia akan semakin tidak berantun pada komoditi manu-faktur dari China. Kesimpulan ini aak berbeda denan hasil estimasi pada model funsi impor tradisional dimana dalam janka pendek pertumbuhan ekonomi akan semakin memicu meninkatnya komoditi China masuk ke pasar Indonesia. SIMPULAN Analisis tentan impor perlu menjadi perhatian bai Pemerintah Indonesia karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu neara dan dapat berdampak buruk salah satunya seperti pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke baran impor. Lebih lanjut, Indonesia kini sedan menhadapi persainan perdaanan dalam keranka ASEAN- China FTA dan pada tahun 2015 ASEAN Economic Community yan tentunya memberikan peluan bai Indonesia untuk memperluas pasar produk dalam neeri namun pada saat bersamaan terdapat tantanan dimana Indonesia dapat menjadi tujuan pasar bai produk neara ASEAN lainnya. Tantanan tersebut perlu menjadi perhatian serta ditelaah denan baik. Maka tulisan ini menawarkan studi analisis impor Indonesia denan neara-neara ASEAN dan China. Tulisan ini menunakan pendekatan estimasi simplifikasi serta modifikasi model funsi impor Uemura (2005) denan menunakan data time series untuk memprediksi kecenderunan impor ke depan denan menunakan variabel-variabel independen seperti nilai transaksi ekspor riel, PDB riel, kurs, dan hara komoditi impor yan bersankutan. Analisis terhadap model funsi impor dilakukan denan menunakan pende-katan ekonometri (model ekuilibrium parsial) dimana untuk model funsi impor tradisional, diunakan estimasi menunakan teknik Ordinary Least Square (OLS) denan mempertimbankan adanya hubunan janka panjan yan diakomodasi menunakan model korek-si kesalahan (error correction modellin ECM). Sedankan untuk model funsi impor modifikasi, estimasi dilakukan denan menunakan Model Vector Autoreressive (VAR) denan mempertimbankan kemunkinan hubunan janka panjan menunakan model Vector Error Correction Modellin (VECM penelitian ini, permintaan Indonesia terhadap baranbaran impor hanya khusus berasal dari China dan ASEAN meninat perhatian besar tulisan adalah membahas impor Indonesia dari neara-neara ASEAN dan China selama periode Gambaran umum perkembanan nilai komoditi ekspor). Terkait ruan linkup dan impor antara Indonesia denan ASEAN dan China secara umum cenderun menalami peninkatan dan semakin bertambah pesat di tahun-tahun belakanan (terutama setelah penuranan tarif dari kesepakatan ACFTA). Untuk komoditi pertanian, komoditi ekspor primer Indonesia masih lebih tini nilainya dibandinkan denan nilai impor pada komoditi yan sama dan sebaliknya yan terjadi pada komoditi manufaktur Indonesia. Komoditi impor manufaktur China tampak jauh lebih tini nilainya dibandinkan denan nilai ekspor manufaktur Indonesia. Sedankan terkait PDB, PDB Indonesia terus menalami peninkatan dari tahun ke tahun denan laju pertumbuhan yan cenderun stabil pada beberapa tahun belakanan. Terkait hasil estimasi model funsi impor tradisional menunjukkan bahwa hanya impor/ekspor untuk komoditi primer antara Indonesia denan ASEAN saja yan berkointerasi (memiliki hubunan janka panjan). Ini berarti E-66 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

18 bahwa hubunan perdaanan bilateral dalam keranka ACFTA selain komoditi primer (sektor pertanian dan pertambanan/penalian) hanya bersifat janka pendek, namun denan memperhatikan nilai koefisien GDP yan positif, perdaanan komoditi primer di kawasan ASEAN memiliki tinkat persainan yan tini yan jika tidak disikapi denan hati-hati akan bisa menurunkan nilai PDB Indonesia. Sedankan untuk komoditi manufaktur tampak bersain denan sanat ketat. Hal ini diperlihatkan dari besarnya koefisien yan cukup tini pada koefisien variabel ekspor. Selanjutnya studi menemukan terdapat hubunan antara impor komoditi primer denan ekspor komoditi yan sama antara Indonesia denan China tam-pak sinifikan. Akan tetapi tidak terdapat hubunan yan sinifikan antara pertum-buhan PDB Indonesia denan nilai impor komoditi ini. Gambaran yan diberikan model ini menunjukkan bahwa prospek perdaanan komoditi primer Indonesia cukup mendapat tempat di pasar China. Studi jua menemukan bahwa Indonesia harus bersikap denan hati-hati karena hasil estimasi untuk model ini menunjukkan hubunan yan positif antara pertumbuhan ekspor denan impor. Demikian halnya denan hubunan antara PDB denan impor jua memiliki nilai positif, maka tidak menutup kemunkinan Indonesia akan menderita keruian dari perdaanan yan terjadi. Di tahun-tahun belakanan terlihat bahwa impor produk manufaktur dari China telah jauh melampaui nilai ekspor produk yan sama dari Indonesia ke China. Berdasarkan hasil estimasi model funsi impor modifikasi ditemukan bahwa perdaanan Indonesia denan neara-neara ASEAN untuk komoditi impor primer dalam janka panjan dipenaruhi oleh nilai ekspor, PDB, dan kurs masin-masin pada periode setahun sebelumnya. Koefisien ekspor yan positif menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tinkat persainan yan cukup tini, karena setiap kenaikan ekspor akan diikuti denan peninkatan nilai impor. Kemudian nilai tukar jua mempenaruhi nilai impor dimana setiap kenaikan nilai tukar akan memicu peninkatan nilai impor. Nilai koefisien PDB yan neatif menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian berdampak positif terhadap perdaanan luar neeri komoditi primer ke ASEAN, dimana pertumbuhan ekonomi memicu penuranan nilai impor. Hasil estimasi model jua menunjukkan bahwa dalam janka pendek nilai transaksi ekspor memberikan penaruh yan sinifikan pada penin-katan nilai impor. Hal ini menunjukkan ketatnya persainan dalam pasar ASEAN terhadap komoditi primer Indonesia. Sementara itu di komoditi manufaktur, dalam janka panjan nilai transaksi impor sanat dipenaruhi oleh hara komoditi impor, dimana setiap kenaikan hara komoditi impor akan memicu kenaikan transaksi impor. Dalam janka pendek, nilai transaksi impor dipenaruhi oleh nilai ekspor pada satu dan dua tahun sebelumnya secara positif. Sedankan nilai transaksi impor saat ini merupakan dampak dari nilai transaksi impor di tahun sebelumnya. Dari kedua model funsi impor primer dan manufaktur dalam pasar ASEAN dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar ASEAN memiliki tinkat persainan yan tini. Perdaanan luar neeri Indonesia denan China tampaknya memiliki keterikatan dalam janka panjan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien model janka panjan yan sinifikan sementara koefisien model janka pendek tidak ada satupun yan sinifikan (dalam konteks vaiabel yan Sabaruddin, Analisa Model Funsi E-67

19 terkait denan ekspor dan PDB). Nilai ekspor komoditi Indonesia ke China tidak memiliki penaruh yan berarti bai impor komoditi yan berasal dari China. Permintaan akan komoditi primer dari China diprediksi akan me-ninkat seirin denan semakin ren-dahnya hara komoditi tersebut di pasaran, disampin menurunnya nilai tukar jua akan semakin menarik minat untuk memboron produk yan berasal dari China. Sedankan pada komoditi manufaktur nilai koefisien kedua variabel tersebut positif. Ini setidaknya menun-jukkan bahwa volume impor komoditi manufaktur yan berasal dari China relatif tetap, sehina besar kecilnya nilai transaksi impor dari China kelihatan hanya dipenaruhi oleh fluktuasi nilai tukar dan hara komoditi manufaktur yan diperdaankan. Lebih lanjut, nilai koefisien PDB yan neatif berarti bahwa dalam janka panjan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin tidak berantun pada komoditi manufaktur dari China. Kesimpulan ini aak berbeda denan hasil estimasi pada model funsi impor tradisional dimana dalam janka pendek pertumbuhan ekonomi akan semakin memicu meninkatnya komoditi China masuk ke pasar Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Asseery, A., & Peel, D.A Estimates of a traditional areate import demand model for five countries. Economics Letters, hal Asteriou, D., & Hall, S.G Applied Econometrics. Palrave Macmillan. Atmadji, E., Analisis impor Indonesia. Journal Ekonomi Pembanunan: Kajian Ekonomi Neara Berkemban hal Carone, G Modelin the U.S. demand for imports throuh cointeration and error correction. Journal of Policy Modelin, 18, Clarida, R Cointeration, areate consumption, and the demand for imports: A structural econometric investiation. American Economic Review, 84, Dutta, D., & Ahmed, N An areate import demand function for Banladesh: A cointeration approach. Applied Economics, 31, Emran, S.M., & Shilpi, F Forein exchane rationin and the areate import demand function. Economics Letters, 51, Enle, R.F., & Graner, C.W.J Co-interation and error correction: Re-presentation, estimation and testin. Econometrica, 55, Firman Bab II: Tinjauan hukum menenai transaksi pembayaran perjanjian ekspor impor melalui internet bankin denan menunakan L/C, Indonesia Computer University, hal Dapat diunduh pada situs: p?id=8900 Goldstein, M., & Khan, M.S Income and price effects in forein trade, dalam Ronald W. Jones and Peter B. Kennen, ed., Handbook of International Economics, Vol II, Amsterdam: North Holland, Amsterdam. Hopper, P., & Marquez J Exchane rates, prices and adjustment in United States and Japan. Board of Governors of the Federal Reserve System, International Finance Discussion Papers, No Koshal, R.K, Doroodian, K., & Chaluvadi, A The behavior of demand and supply of Thai imports, Journal of Asian Economics, 12, E-68 Sabaruddin, Analisa Model Funsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola TINJAUAN PUSTAKA Analisis Diskriminan Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah salah satu metode analisis multivariat yan bertujuan untuk memisahkan beberapa kelompok data yan sudah terkelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang secara otomatis akan terjadi. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank, III. METODE PENELITIAN A.Sumber Data dan Variabel Analisis penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan Ekonomi Indonesia didominasi sektor pertanian dan perkebunan yang lebih dikenal dengan istilah negara agraris. Sejak dari proklamasi kemerdekaan, hingga dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat Penaruh Kecerdasan Emosional, Pola Asuh Orantua, dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas XI IPA SMA Neeri di Kota Parepare Murtafiah Universitas Sulawesi Barat e-mail: murtafiahq@mail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan nilai GDP (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa melihat apakah kenaikan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA 81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

Analisis impor Indonesia dari Cina

Analisis impor Indonesia dari Cina Analisis impor Indonesia dari Cina Febrian Deni Saputra Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara merupakan keinginan untuk bersosialisasi dengan negara lain. Globalisasi berguna untuk menjalin perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Irham Lihan 1) dan Yogi 2) 1 Fakultas Ekonomi Universitas Lampung 2 Fakultas Ekonomi Universitas Winaya Mukti ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada peningkatan perdagangan internasional. Secara umum bentuk perdagangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang dimana Indonesia tidak akan lepas dari putaran roda kegiatan perekonomian internasional. Hal ini berindikasi pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi otoritas kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Analisis

Lebih terperinci

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Paper ini mengulas hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar. Bagian pertama mengulas teori yang menjadi dasar paper ini, yaitu teori kuantitas uang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan dunia. Karena dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2008 banyak mengalami perkembangan yang bersifat positif sampai sebelum tahun 1997. Hal ini tidak

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN 2002-2012 Julika Rahma Siagian Program Studi Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, Medan Sumatera Utara Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian para peneliti dan telah ditelaah secara lebih mendalam di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian para peneliti dan telah ditelaah secara lebih mendalam di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya jumlah uang beredar dalam suatu fungsi produksi menjadi perhatian para peneliti dan telah ditelaah secara lebih mendalam di berbagai literatur selama dua

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE 1980-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah * KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Keiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci