PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,"

Transkripsi

1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas dalam pembinaan Peawai Neeri Sipil berdasarkan sistem kirierdam sistem prestasi kerja, dipandan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentan penilaian pelaksanaan pekerjaan Peawai Neeri Sipil; b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1952 tentan Daftar Pernyataan Kecakapan untuk Peawai Neeri Sipil dipandan tidak sesuai lai, oleh sebab itu perlu ditinjau kembali dan disempurnakan; Meninat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undan-Undan Dasar 1945; 2. Undan-undan Nomor 8 Tahun 1974 tentan Pokok-pokok Kepeawaian (Lembaran Neara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Neara Nomor 3041); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENILAIAN PELAKSANA AN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yan dimaksud denan : a. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Peawai Neeri Sipil, yan selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, adalah suatu daftar yan memuat hasil Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan seoran Peawai Neeri Sipil dalam janka waktu 1 (satu) tahun yan dibuat oleh Pejabat Penilai; b. Pejabat Penilai adalah atasan lansun Peawai Neeri Sipil yan dinilai, denan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau pejabat lain yan setinkat denan itu, kecuali ditentukan lain oleh Menteri, Jaksa Aun, Pimpinan Kesekretaiatan

2 Lembaa Tertini/Tini Neara, Pimpinan Lembaa Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur Kepala Daerah Tinkat I dalam linkunannya masin-masin; c. Atasan Pejabat Penilai adalah atasan lansun dari Pejabat Penilai. Pasal 2 Tujuan dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, adalah untuk memperoleh bahan-bahan pertimbanan yan obyektif dalam pembinaan Peawai Neeri Sipil. Pasal 3 Terhadap setiap Peawai Neeri Sipil, dilakukan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sekali setahun oleh Pejabat Penilai. BAB II DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Pasal 4 (1) Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan Peawai Neeri Sipil, dituankan dalam daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. (2) Dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan unsur-unsur yan dinilai adalah: a. b. c. d. e. f.. h. kesetiaan; prestasi kerja; tanunjawab; ketaatan; kejujuran; kerjasama; prakarsa; dan kepemimpinan. (3) Unsur kepemimpinan sebaaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf h, hanya dinilai bai Peawai Neeri Sipil yan berpankat Penatur Muda olonan ruan II/a ke atas yan memanku suatu jabatan. Pasal 5 (1) Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan denan sebutan dan anka sebaai berikut: a. b. c. cukup = = =

3 d. e. = = (2) Pedoman dalam memberikan nilai pelaksanaan pekerjaan Peawai Neeri Sipil, adalah sebaai tersebut dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. Pasal 6 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah bersifat rahasia. BAB III PEJABAT PENILAI, ATASAN PEJABAT PENILAI, DAN TATACARA PENILAIAN Pasal 7 (1) Pejabat Penilai wajib melakukan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan terhadap Peawai Neeri Sipil yan berada dalam linkunannya. (2) Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebaaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan pada tiap-tiap akhir tahun. Pasal 8 Pejabat Peniali baru dapat melakukan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, apabila ia telah membawahkan Peawai Neeri Sipil yan bersankutan se-nya 6 (enam) bulan. Pasal 9 (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan oleh Pejabat Penilai kepada Peawai Neeri Sipil yan dinilai. (2) Apabila Peawai Neeri Sipil yan dinilai berkeberatan atas nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, maka ia dapat menajukan keberatan disertai denan alasan-alasannya, kepada Atasan Pejabat Penilai melalui hierarki dalam janka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. (3) Peawai Neeri Sipil yan dinilai wajib menembalikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebaaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada Pejabat Penilai selambatlambatnya dalam janka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.

4 Pasal 10 (1) Pejabat Penilai menyampaikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Atasan Pejabat Penilai denan ketentuan sebaai berikut: a. apabila tidak ada keberatan dari Peawai Neeri Sipil yan dinilai Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaikan tanpa catatan; b. apabila ada keberatan dari Peawai Neeri Sipil yan dinilai Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaikan denan catatan tentan tanapan Pejabat Penilai atas keberatan yan diajukan oleh Peawai Neeri Sipil yan dinilai. (2) Atasan Pejabat Penilai memeriksa denan seksama Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yan disampaikan kepadanya. (3) Apabila terdapat alasan-alasan yan cukup Atasan Pejabat Penilai dapat menadakan perubahan nilai yan tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebaaimana dimaksud dalam ayat (2). (4) Dartaf Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan baru berlaku sesudah ada penesahan dari Atasan Pejabat Penilai. Pasal 11 Menteri, Jaksa Aun, Pimpinan Kesekretaiatan Lembaa Tertini/Tini Neara, Pimpinan Lembaa Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur Kepala Daerah Tinkat I, adalah Pejabat Penilai dan atau Atasan Pejabat Penilai yan tertini dalam linkunannya masin-masin. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan bai Peawai Neeri Sipil yan diankat menjadi Pejabat Neara, dibuat oleh Pejabat Penilai denan menunakan bahanbahan yan diberikan oleh pimpinan badan atau dewan tempat Peawai Neeri Sipil yan bersankutan menjalankan tuasnya sebaai Pejabat Neara. (2) Khusus bai Peawai Neeri Sipil yan diankat menjadi Anota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahan-bahan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut diberikan oleh Ketua Fraksi yan bersankutan.

5 Pasal 13 (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan bai Peawai Neeri Sipil yan menjalankan tuas belajar, dibuat oleh Pejabat Penilai denan menunakan bahanbahan yan diberikan oleh pimpinan peruruan tini, sekolah atau kursus yan bersankutan. (2) Khusus bai Peawai Neeri Sipil yan menjalankan tuas belajar di luar neeri bahan-bahan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Neara yan bersankutan. Pasal 14 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan bai Peawai Neeri Sipil yan diperbantukan atau dipekerjakan pada Daerah Otonom atau instansi Pemerintah lainya, dibuat oleh Pejabat Penilai dari Daerah otonom atau instansi Pemerintah yan bersankutan. Pasal 15 (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan bai Peawai Neeri Sipil yan diperbantukan atau dipekerjaan pada perusahaan milik Neara, oranisasi profesi, badan swasta yan ditentukan, neara sahabat, atau badan internasional, dibuat oleh Pejabat Peniali denan menunkan bahan-bahan dari pimpinan perusahaan, oranisasi, atau badan yan bersankutan. (2) Khusus bai Peawai Neeri Sipil yan diperbantukan atau dipekerjakan pada neara sahabat atau badan internasional bahan-bahan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut diberikan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Neara yan bersankutan. Pasal 16 Hal-hal yan belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut denan Keputusan Presiden. Pasal 17 Ketentuan-ketentuan teknis tentan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Badan Administrasi Kepeawaian Neara. BAB V

6 KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yan dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dianap dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Denan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1952 tentan Daftar Pernyataan kecakapan Peawai Neeri (Lembaran Neara Tahun 1952 Nomor 155, Tambahan Lembaran Neara Nomor 201) dan seala peraturan perundan-undanan lainya yan bertentanan denan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku lai. Pasal 20 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanal diundankan. Aar supaya setiap oran menetahuinya, memerintahkan penundanan Peraturan Pemerintah ini denan penempatannya dalam Lembaran Neara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA t.t.d SOEHARTO Diundankan di Jakarta pada tanal 15 Mei 1979 MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA t.t.d SUDHARMONO, SH.

7 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1979 NOMOR 17 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10 TAHUN 1979 TANGGAL : 15 MEI 1979 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau

8 menentan Pancasila, Undan- Undan Dasar 1945 bentuk Neara Kesatuan Republik Indonesia atau Pemerintah. 5. tidak pernah meneluarkan ucapan, membuat tulisan atau melakukan tindakkan yan dapat dinilai bertujuan menubah atau menentan Pancasila, Undan- Undan Dasar 1945, Neara dan pemerintah. 6. karena penetahuan secara tidak sadar pernah ikut-ikutan meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atai tinkah laku yan dapat dinilai menyansikan kebenaran Pancasila, tetapi kemudian sadar akan kekeliruannya dan tidak lai menyansikan kebenaran Pancasila. 7. karena kealpaan dan tidak sadar pernah bersikap atau bertinkah laku yan dapat dinilai menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, tetapi kemudian sadar akan kekeliruannya dan tidak lai menulani kekeliruan tersebut. 8. kalau ada doronan baru mau berusaha denan sunuh-sunuh mempelajari dan memeperdalam penetahuannya tentan Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945, Haluan Neara, Politik Pemerintah, dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. 9. karena penetahuan pernah meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat dinilai cukup 61-75

9 menyansikan kebenaran Pancasila, tetapi sesudah diperinatkan ia sadar akan kekeliruannya dan tidak lai menyansikan kebenaran Pancasila. karena kealpaan pernah bersikap atau bertinkah laku yan dapat dinilai menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah tetapi sesudah diperinatkan ia sadar akan kekeliruannyadan tidak lai menulani kekeliruan tersebut. berusaha mempelajari dan memperdalam penetahuannya tentan Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945, Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. karena terpenaruh oleh oran lain atau linkunan menjadi ikutikutan meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat dinilai menyansikan kebenaran Pancasila dan baru sadar akan kekeliruannya setelah diberi perinatan yan keras. cukup cukup karena terpenaruh oleh oran lain atau linkunan menjadi ikutikutan bersikap atau bertinkah laku yan dapat dinilai menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah dan baru sadar akan kekeliruannya 14 setelah diberi perinatan yan keras. jaran memepelajari Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945,

10 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

11 6. kesehatan jasmani dan rohani yan. 7. selalu melaksanakan tuas secara berdayauna dan berhasiluna. hasil kerjanya jauh melebihi hasil kerja rata-rata yan ditentukan 8. dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah. mempunyai kecakapan dan 9. menuasai seala seluk beluk bidan tuasnya. 10 mempunyai ketrampilan yan dalam melaksanakan tuasnya. 11 mempunyai penalaman yan luas di bidan tuasnya. 12 selalu bersunuh-sunuh dalam melaksanakan tuasnya. pada umumnya mempunyai 13 kesearan jasmani dan rohani yan pada umumnya melaksanakan tuas 14 secara berdayauna dan berhasiluna. mencapai hasil kerja rata-rata yan 15 ditentukan dalam arti mutu cukup maupun dalam arti jumlah. 16 mempunyai kecakapan yan cukup cukup di bidan tuasnya. 17 mempunyai ketrampilan yan cukup cukup tuasnya. dalam melaksanakan 18 cukup mempunyai penalaman yan cukup di bidan tuasnya.

12 19 20 bersunuh-sunuh melaksanakan tuasnya kalau ada doronan. adakalanya jasmanniya. teranu kesehatan cukup cukup adakalanya tidak dapat cukup melaksanakan tuas secara berdayauna dan berhasiluna. adakalanya tidak mencapai hasil 22 kerja rata-rata yan ditentukan dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah. 23 mempunyai kecakapan yan di bidan tuasnya. 24 mempunyai ketrampilan yan dalam melaksanakan tuasnya. 25 mempunyai penalaman yan di bidan tuasnya. 26 adakalanya tidak bersunuh- sunuh tuasnya. dalam melaksanakan 27 berkali-kali teranu kesehatan jasmaninya sehina serin teranu pelaksanaan tuasnya. 28 berkali-kali melaksanakan tidak tuasnya dapat secara berdayauna dan berhasiluna. berkali-kali tidak mencapai hasil 29 kerja rata-rata yan ditentukan, dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah. 30 kuarn mempunyai kecakapan di bidan tuasnya.

13 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

14 keputusan yan diambil atau tindakan yan dilakukannya. 6. selalu menyimpan dan atau memelihara denan se-nya baran-baran milik Neara yan dipercayakan kepadanya. 7. pada umumnya menyelesaikan tuas denan dan tepat pada waktunya. 8. pada umumnya berada di tempat tuasnya dalam seala keadaan. 9. pada umumnya menutamakan kepentinan dinas daripada kepentinan diri sendiri, oran lain, atau olonan. 10 pada umumnya tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yan dibuatnya kepada oran lain. 11 pada umumnya berani memikul resiko dari keputusan yan diambil atai tindakan yan dilakukannya. 12 pada umumnya menyimpan dan atau memelihara denan senya baran-baran milik Neara kepadanya. yan dipercayakan adakalanya terlambat melaksanakan tuasnya atau tepat pada waktunya tetapi lenkap. cukup cukup pada umumnya berada di tempat tuasnya. 15 cukup pada umumnya menutamakan kepentinan dinas tetapi dalam keadaan terdesak adakalanya menutamakan kepentinan 16 dinas. cukup 61-75

15 pada umumnya tidak berusaha melemparkan kesalahan yan dibuatnya kepada oran lain tetapi adakalanya berusaha melibatkan oran lain untuk turut 17 bertanunjawab. cukup pada umumnya berani memikul resiko dari keputusan yan diambil atau tindakan yan dilakukannya, tetapi adakalanya berusaha melibatkan oran lain untuk turut 18 memikul resiko. cukup adakalanya menyimpan dan atau memelihara baran-baran milik Neara yan dipercayakan 19 kepadanya. adakalanya menyelesaikan tidak tuasnya dapat denan dan tidak tepat pada waktunya. adakalanya meninalkan tempat tuasnya. adakalanya menutamakan 22 kepentinan dinas. adakalanya melemparkan kesalahan yan dibuatnya sendiri kepada 23 oran lain. adakalanya tidak berani memikul resiko dari keputusan yan diambil 24 atau tindakan yan dilakukannya. menyimpan dan atau memelihara baran-baran milik Neara yan dipercayakan 25 kepadanya. serin tidak dapat menyelesaikan 26 tuasnya.

16 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

17 perundan-undanan dan atau peraturan kedinasan yan berlaku. 7. pada umumnya mentaati perintah kedinasan yan diberikan oleh atasan yan berwenan denan adakalanya tidak masuk kerja atau terlambat masuk kerja dan atau cepat pulan dari waktu jam kerja yan ditentukan tanpa alasan yan sah, tetapi tidak lebih dari 40 (empat puluh) jam kerja dalam waktu 1 (satu) tahun. pada umumnya memberikan pelayanan terhadap masyarakat denan sesuai denan bidan tuasnya. pada umumnya bersikap sopan santun. karena penetahuan adakalanya menaan ketentuan peraturan perundan-undanan dan atau peraturan kedinasan tetapi tidak menimbulkan keruian Neara atau dinas. pada umumnya mentaati perintah kedinasan yan diberikan oleh atasan yan berwenan. adakalanya tidak masuk kerja atau terlambat masuk kerja dan atau lebih cepat pulan dari waktu jam kerja yan ditentukan tanpa alasan yan sah tetapi tidak lebih dari 80 (delapan puluh) jam kerja dalam waktu 1 (satu) tahun. adakalanya memberikan pelayanan terhadap cukup cukup cukup cukup

18 masyarakat sesuai denan bidan 15 tuasnya. cukup adakalanya menunjukkan 16 sikap sopan santun. adakalanya menaan peraturan perundan-undanan dan atau 17 perintah kedinasan yan berlaku. adakalanya salah melaksanakan perintah kedinasan yan diberikan 18 oleh atasan yan berwenan. 19 adakalanya tidak masuk kerja atau terlambat masuk kerja dan atau lebih cepat pulan dari waktu jam kerja yan ditentukan tanpa alasan yan sah tetapi tidak lebih dari 120 (seratus dua puluh) jam kerja dalam waktu 1 (satu) tahun. memberikan pelayanan terhadap masyarakat sesuai denan 20 bidan tuasnya. berkali-kali menunjukkan 21 sikap sopan santun. serin menaan peraturan perundan-undanan dan atau 22 perintah kedinasan yan berlaku. serin salah melaksanakan perintah kedinasan yan diberikan oleh 23 atasan yan berwenan. serin tidak masuk kerja atau terlambat masuk kerja dan atau lebih cepat pulan dari waktu jam kerja yan ditentukan tanpa alasan yan sah lebih dari 120 (seratus dua puluh) jam kerja dalam waktu 1 24 (satu) tahun.

19 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

20 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

21 oran lain. 5. selalu mampu bekerja bersamasama denan oran lain menurut waktu dan bidan tuas yan ditentukan. 6. selalu bersedia menerima keputusan yan diambil secara sah walaupun ia tidak sependapat pada umumnya menetahui bidan tuas oran lain yan ada hubunannya tuasnya. denan bidan pada umumnya menharai pendapat oran lain pada umumnya dapat menyesuaikan pendapatnya denan pendapat oran lain, apabila ia yakin pendapat oran lain 10. itu benar pada umumnya bersedia mempertimbankan dan menerima usul yan dari oran lain pada umumnya mampu bekerja bersama-sama denan oran lain menurut waktu dan bidan tuas 12 yan ditentukan pada umumnya bersedia menerima keputusan yan diambil secara sah 13 walaupun ia tidak sependapat. cukup menetahui secara aris besar bidan tuas oran lain yan ada hubunannya denan bidan 14 tuasnya. cukup adakalanya menharai

22 15 pendapat oran lain. cukup baru menyesuaikan dapat pendapatnya denan pendapat 16 oran lain setelah berkali-kali cukup diyakinkan. adakalanya lambat 17 mempertimbankan dan menerima cukup usul yan dari oran lain. adakalanya mampu bekerja bersama-sama denan oran lain 18 menurut waktu dan bidan tuas cukup yan ditentukan. adakalanya sulit menerima keputusan yan diambil secara sah 19 karena tidak sesuai denan pendapatnya. 20 kuan menetahui bidan tuas oran lain yan ada hubunannya denan bidan tuasnya. 21 menharai pendapat oran lain. adakalanya tidak dapat 22 menyesuaikan pendapatnya denan pendapat oran lain yan benar. adakalanya sulit 23 mempertimbankan dan menerima usul yan dari oran lain. adakalanya tidak mampu bekerja bersama-sama denan oran lain 24 menurut waktu dan bidan tuas yan ditentukan. adakalanya tidak dapat menerima keputusan yan diambil secara sah 25 karena tidak sesuai denan pendapatnya.

23 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

24 sebesar-besarnya. 3. selalu berusaha memberikan saran yan dipandannya beruna kepada atasan diminta atau tidak diminta menenai atau yan ada hubunannya denan pelaksanaan tuas. 4. dalam keadaan yan mendesak tanpa menunu petunjuk atau perintah dari atasan menambil keputusan atau melakukan tindakan yan diperlukan dalam melaksanakan tuasnya, tetapi tidak bertentanan denan kebijaksanaan umum pimpinan. 5. pada umumnya berusaha mencari tatacara kerja baru dalam mencapai dayauna dan hasiluna yan sebesar-besarnya. 6. pada umumnya selalu berusaha memberikan saran yan dipandannya dan beruna kepada atasan, diminta atau tidak diminta menenai atau yan ada hubunannya denan pelaksanaan tuas tanpa petunjuk atau perintah dari cukup atasan adakalanya lambat menambil keputusan atau melakukan tindakan yan diperlukan dalam melaksanakan tuasnya. 8. cukup adakalanya berusaha mencari tatacara kerja baru dalam mencapai dayauna dan hasiluna yan

25 9. sebesar-besarnya. baru mau memberikan saran kepada pimpinan apabila diminta. cukup 61-75

26 NO MO R UNSUR YANG DINILAI URAIAN NILAI KET ERA NGA N SEBU TAN ANGK A I. KESETI 1. AAN tidak pernah menyansikan kebenaran Pancasila dalam ucapan, sikap, tinkah laku, dan perbuatan. selalu menjunjun tini kehormatan Neara dan atau Pemerintah, serta senantiasa menutamakan kepentinan Neara daripada kepentinan diri sendiri, seseoran atau olonan selalu berusaha denan sunuhsunuh memperdalam penetahuannya tentan Pancasila dan Undan-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari Haluan Neara, Politik Pemerintah dan rencana-rencana pemerintah denan tujuan untuk dapat melaksanakan tuasnya secra berdayauna dan berhasiluna. tidak pernah menjadi simpatisan/anota perkumpulan atau tidak pernah terlibat erakan yan bertujuan menubah atau Haluan Neara, politik Pemerintah dan rencana-rencana Pemerintah sesuai denan bidan tuasnya. walaupun telah diberikan perinatan tetapi masih meneluarkan ucapan atau menunjukkan sikap atau tinkah laku yan dapat menyansikan kebenaran pancasila. walaupun telah diberikan bawah

27 denan tepat. 5. selalu bertindak teas dan tidak memihak. 6. selalu memberikan teladan. 7. selalu berusaha memupuk dan menembankan kerjasama. 8. menetahui denan kemampuan dan batas kemampuan bawahan. 9. selalu berusaha menuah semanat dan menerakkan bawahan dalam melaksanakan tuas. 10 selalu memperhatikan nasib dan mendoron kemajuan bawahan. 11 selalu bersedia mempertimbankan saran-saran bawahan pada umumnya menuasai denan sepenuhnya bidan tuasnya pada umumnya mampu menambil keputusan denan cepat dan tepat pada umumnya mampu menemukakan pendapatnya denan jelas kepada oran lain pada umumnya mampu menentukan prioritas denan tepat pada umumnya bertindak teas dan tidak memihak pada umumnya memberikan teladan

28 pada umumnya berusaha memupuk dan menembankan kerjasama. 19 menetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan. 20 pada umumnya mampu menuah semanat dan menerakkan bawahan dalam melaksanakan 21 tuas. pada umumnya memperhatikan basib dan mendoron kemajuan 22 bawahan pada umumnya bersedia mempertimbankan saran-saran 23 bawahan. cukup menuasai secara aris besar 24 bidan tuasnya. cukup adakalanya cepat dan 25 tepat dalam menambil cukup keputusan. adakalanya jelas 26 menemukakan pendapatnya cukup kepada oran lain. 27 adakalanya tepat cukup menemukan prioritas. 28 adakalanya mampu cukup bertindak teas dan tidak memihak. 29 adakalanya mampu cukup memnberikan teladan. 30 adakalanya memupuk dan cukup menembankan kerjasama. adakalanya menetahui 31 kemampuan dan batas kemampuan cukup bawahan.

29 adakalanya menuah semanat mampu dan 32 menerakkan bawahan dalam cukup melaksanakan tuas. adakalanya memperhatikan 33 nasib dan mendoron kemajuan cukup bawahan. 34 adakalanya saran-saran yan dari bawahan diperhatikan. 35 menuasai secara aris besar bidan tuasnya. 36 cepat dan tepat dalam menambil keputusan. 37 jelas menemukakan pendapatnya kepada oran lain tepat menentukan prioritas. mampu bertindak teas dan tidak memihak. 40 mampu memberikan teladan. 41 berusaha memupuk dan menembankan kerjasama. 42 menetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan. mampu menuah 43 semanat dan menerakkan bawahan dalam melaksankan tuas memperhatikan nasib dan mendoron kemajuan bawahan. memperhatikan saran-saran yan dari bawahan.

30 46 serin menuasai secara aris besar bidan tuasnya. 47 serin tidak cepat dan tepat dalam menambil keputusan. 48 serin tidak jelas menemukakan pendapatnya kepada oran lain. 49 serin tidak tepat dalam menentukan prioritas. 50 serin tidak mampu bertindak teas dan memihak. 51 serin tidak mampu memberikan teladan. 52 serin tidak berusaha memupuk dan menembankan kerjasama. 53 serin tidak menetahui 55 kemampuan dan batas kemampuan bawahan. 54 serin tidak mampu menuah semanat dan menerakkan bawahan dalam melaksanakan tuas. serin tidak memperhatikan nasib dan tidak pernah mendoron kemajuan bawahan. serin tidak mempertimbankan saran-saran bawahan. yan dari

31 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL UMUM Dalam ranka usaha untuk lebih menjamin obyektifitas dalam pembinaan Peawai Neeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem Prestasi kerja, maka perlu diadakan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Peawai Neeri Sipil. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut dituankan dalam satu daftar yan disebut Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Dalam Peraturan Pemerintah ini ditentukan, yan berwenan membuat Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Peawai Neeri Sipil adalah Pejabat Penilai, yaitu atasan lansun dari Peawai Neeri Sipil yan bersankutan denan ketentuan serendah-rendahnya kepala Urusan atau pejabat lain yan setinkat denan itu. Pe4jabat lain yan setinkat denan Kepala Urusan, antara lain adalah Pemilik Sekolah Dasar, Penilik Pendidikan Aama, Kepala Sekolah Dasar, dan Pejabat lain yan ditentukan oleh Menteri, Jaksa Aun, Pimpinan Kesekretaiatan Lembaa Tertini/Tini Neara, Pimpinan Lembaa Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur Kepala Daerah Tinkat I dalam linkunannya masin-masin. Denan adanya ketentuan sebaai tersebut di atas, maka Penilai benar-benar menenal secara pribadi Peawai Neeri Sipil yan dinilai, sehina denan demikian diharapkan penilaian dapat dilakukan lebih obyektif PASAL DEMI PASAL Pasal 1

32 Cukup jelas. Pasal 2 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diunakan sebaai bahan dalam melaksanakan pembinaan Peawai Neeri Sipil, antara lain dalam mempertimbankan kenaikan pankat, penempatan dalam jabatan, pemindahan, kenaikan aji berkala, dan lain-lain. Nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, diunakan sebaai bahan pertimbanan dalam menetapkan suatu mutasi Kepeawaian dalam tahun berikutnya, kecuali ada perbuatan tercela dari Peawai Neeri Sipil yan bersankutan yan dapat menurani nilai tersebut. Pasal 3 Sipil. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dilakukan jua terhadap calon Peawai Neeri Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Yan dimaksud denan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan penabdian kepad Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945, Neara, dan pemerintah. Pada umumnya yan dimaksud denan kesetiaan adalah tekad dan kesanupan mentaati melaksanakan, dan menamalkan sesuatu yan disetiai denan penuh kesadaran dan tanunjawab. Tekad dan kesanupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tinkah laku seharihari serta dalam perbuatan dalam melaksanakan tuas. Pada umumnya yan dimaksud denan penabdian, adalah penyumbanan pikiran dan tenaa secara ikhlas denan menutamakan kepentinan umum di atas kepentinan olonan atau pribadi. Peawai Neeri Sipil sebaai unsur Aparatur Neara, Abdi Neara, dan Abdi Masyarakat wajib setia, taat, dan menabdi sepenuhnya kepada Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945, Neara, dan Pemerintah. Pada umumnya kesetiaan, ketaatan, dan penabdian timbul dari penetahuan dan pemahaman yan mendalam, oleh sebab itu setiap Peawai Neeri Sipil wajib

33 mempelajari, memahami, melaksanakan, dan menamalkan Pancasila, Undan-Undan Dasar 1945, Haluan neara, politik, kebijaksanan, dan rencana-rencana Pemerintah. Huruf b Prestasi kerja adalah hasil kerja yan dicapai oleh seoran Peawai Neeri Sipil dalam melaksanakan tuas yan dibebankan kepadanya. Pada umumnya, prestasi kerja seoran Peawai Neeri Sipil antara lain dipenaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, penalaman, dan kesunuhan Peawai Neeri Sipil yan bersankutan. Huruf c Tanunjawab adalah kesanupan seoran Peawai Neeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yan diserahkan kepadanya denan se-nya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yan diambilnya atau tindakan yan dilakukannya. Huruf d Ketaatan adalah kesanupan seoran Peawai Neeri Sipil untuk mentaati seala peraturan perundan-undanan dan peraturan kedinasan yan berlaku, mentaati perintah kedinasan yan diberikan oleh atasan yan berwenan serta kesanupan untuk tidak melanar laranan yan ditentukan. Huruf e Pada umumnya yan dimaksud denan kejujuran, adalah ketulusan hati seoran Peawai Neeri Sipil dalam melaksanakan tuas dan kemampuan untuk tidak menyalahunakan wewenan yan diberikan kepadanya. Huruf f Kerjasama, adalah kemampuan seoran Peawai Neeri Sipil untuk bekerja bersama-saman denan oran lain dalam menyelesaiakan sesuatu tuas yan ditentukan, sehina mencapai dayauna dan hasiluna yan sebesar-besarnya. Huruf Prakarsa, adalah kemampuan seoran Peawai Neeri Sipil untuk menambil keputusan, lankah-lankah atau melaksanakan sesuatu tindakan yan diperlukan dalam melaksanakan tuas pokok tanpa menunu perintah dari atasan. Huruf h

34 Kepemimpinan, adalah kemampuan seoran Peawai Neeri Sipil untuk myakinkan oran lain sehina dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tuas pokok. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan hanya dapat diketahui oleh Pejabat Penilai Yan tertini, Atasan Pejabat Penilai, Pejabat penilai. Peawai Neeri Sipil yan dinilai, dan atau pejabat lain yan karena tuas atau jabatannya menetahui Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Pasal 7 Ayat (1) Pejabat Penilai wajib membuat dan memelihara catatan menenai diri Peawai Neeri Sipil yan berada dalam linkunannya, tentan unsur-unsur sebaaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sehina denan demikian Pejabat Penilai yan berswankutan dapat membuat penilaian denan se-nya. Ayat (2) Penilaian dilakukan pada bulan Desember tiap-tiap tahun. Janka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari sampai denan bulam Desember dalam tahun yan bersankutan. Bai calon Peawai Neeri Sipil, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan hanya dibuat dalam tahun yan bersankutan apabila ia sampai denan bulan Desember telah 6 (enam) bulan menjadi calon Peawai Neeri Sipil. Apabila seoran calon Peawai Neeri Sipil dalam tahun yan bersankutan belum 6 (enam) bulan menjadi calon Peawai Neeri Sipil, Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan terhadapnya dilakukan dalam tahun berikutnya. Khusus bai calon Peawai Neeri Sipil yan akan diankat menjadi Peawai Neeri Sipil, Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dilakukan setelah ia se-nya 1 (satu) tahun menjadi calon Peawai Neeri Sipil.

35 Pasal 8 Ketentuan pasal ini, adalah untuk memberikan kesempatan kepada Pejabat Penilai untuk menenal denan Peawai Neeri Sipil yan dinilai, sehina denan demikian diharapkan adanya obyektifitas di dalam memberikan penilaian. Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk suatu mutasi kepeawaian, Pejabat Penilai belum 6 (enam) bulan membawahi Peawai Neeri Sipil yan dinilai, maka pejabat Penilai tersebut dapat melakukan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan denan menunakan bahan-bahan yan ditinalkan oleh pejabat lama. Pasal 9 Ayat (1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebaaimana dimaksud dalam ayat ini, diberikan secara lansun oleh Pejabat Penilai kepada Peawai Neeri Sipil yan dinilai. Apabila tempat bekerja antara Pejabat Penilai denan Peawai Neeri Sipil yan dinilai berjauhan, maka Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut dikirimkan kepada Peawai Neeri Sipil yan dinilai. Denan adanya ketentuan sebaaimana dimaksud dalam ayat ini, maka Peawai Neeri Sipil yan bersankutan menetahui penilaian atasannya tehadap dirinya, sehina denan demikian ia dapat berusaha menembankan hal-hal yan telah dan memperi hal-hal yan. Apabila isi Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dapat diterima oleh Peawai Neeri Sipil yan dinilai, maka ia menandataninya pada tempat yan telah disediakan. Ayat (2) Peawai Neeri Sipil yan dinilai berhak menajukan keberatan apabila menurut pendapatnya ada nilai yan sesuai. Keberatan tersebut harus sudah diajukan dalam janka waktu 14 (empat belas) hari terhitun mulai ia menerima Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Keberatan yan diajukan melebihi janka waktu 14 (empat belas) hari tidak dipertimbankan. Alasan-alasan keberatan harus dikemukakan dena lenkap secara tertulis. Keberatan tersebut diajukan kepada Atasan Pejabat Penilai melalui Pejabat Penilai. Walaupun Peawai Neeri Sipil yan dinilai keberatan atas seluruh atau sebaian nilai yan tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ia harus jua menandatanani Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut denan mencantumkan catatan pada tempat yan disediakan ia keberatan.

36 Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Atasan Pejabat penilai memeriksa denan seksama isi Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan termasuk keberatan yan diajukan oleh Peawai Neeri Sipil yan dinilai dan tanapan Pejabat Penilai atas keberatan itu (apabila ada). Ayat (3) Apabila Atasan Pejabat Penilai mempunyai alasan-alasan yan cukup, maka ia dapat menadakan perubahan terhadap nilai yan diberikan oleh Pejabat Penilai, dalam arti menaikkan nilai atau menurunkan nilai. Perubahan nilai yan dilakukan oleh Atasan Pejabat Penilai tidak dapat dianu uat. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 11 Para pejabat yan dimaksud dalam pasal ini, adalah Pejabat Penilai dan sekalius menjadi Atasan Pejabat Penilai Tertini dalam linkunannya masin-masin. Umpamanya Menteri adalah Pejabat Penilai dan sekalius menjadi Atasan Pejabat Penilai terhadap seoran Direktur jenderal dalam linkunannya. Nilai yan diberikan oleh Pejabat sebaaimana dimaksud dalam pasal ini tidak dapat dianu uat. Pasal 12 Ayat (1) yan dimaksud denan Pejabat Penilai dalam ayat ini adalah pejabat Penilai dari instansi semula tempat Peawai Neeri Sipil yan bersankutan bekerja sebelum ia diankat menjadi Pejabat Neara. Bahan-bahan yan diperlukan dalam membuat Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, diminta oleh Pejabt Penilai dari Pimpinan badan atau

37 Dewan di mana Peawai Neeri Sipil yan bersankutan menjalankan tuasnya sebaai Pejabat Neara. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Lihat penjelasan Pasal 12 ayat (1). Ayat (2) Untuk dapat memberikan bahan-bahan penilaian, maka Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar neeri atau Pejabt lain yan ditunjuk olehnya menikuti dan mencatat tinkah laku dan keiatan Peawai Neeri Sipil yan melakukan tuas belajar di Neata yan bersankutan. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Lihat penjelasan Pasal 12 ayat (1). Ayat (2) Bahan-bahan untuk penilain pelaksanaan pekerjaan bai Peawai Neeri Sipil yan dituaskan pada badan-badan internasional yan lokasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia, diminta oleh Pejabat Penilai dari Pimpinan Badan Internasional yan bersankutan. Selanjutnya lihat penjelasan Pasal 13 ayat (2). Pasal 16 sampai denan Pasal 20 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3134.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha menjamin obyektivitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Presiden Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Presiden Republik Indonesia Salinan hal 1 dari 20 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PEAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Presiden Republik Indonesia Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 17, 1979 PEGAWAI NEGERI. Aparatur. Data. Kondite. Penilaian. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PP 10/1979, PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Tentang: PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PP 10/1979, PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Tentang: PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PP 10/1979, PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1979 (10/1979) Tanggal: 15 MEI 1979 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi Tentang: PENILAIAN

Lebih terperinci

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tanggal 15 Mei 1979 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka usaha menjamin obyektivitas

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR: 02/SE/1980 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

SURAT EDARAN NOMOR: 02/SE/1980 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Jakarta, 11 Pebruari 1980 Kepada : Yth. 1. Semua Menteri yang memimpin Departemen. 2. Jaksa Agung. 3. Semua Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. 4. Semua Pimpinan Lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1. UMUM a. Dalam rangka usaha untuk lebih menjamin obyektifitas dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja,

Lebih terperinci

Penilaian Kinerja PNS

Penilaian Kinerja PNS Penilaian Kinerja PNS Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara periodik pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui keberhasilan

Lebih terperinci

I. Kesetiaan. Karena kurang pengetahuan pernah. mengeluarkan ucapan

I. Kesetiaan. Karena kurang pengetahuan pernah. mengeluarkan ucapan I. Kesetiaan 1 Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap, tingkah laku dan perbuatan. 2 Selalu menjunjung tinggi kehormatan Negara dan atau Pemerintah, serta senantiasa mengutamakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor: 395/A.51.01/Unwidha/VII/2014 tentang PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI Rektor Universitas Widya Dharma Klaten, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G ` BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

TAHUN 2OL4 NOMOR 12 TAHUN 2OT+ KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN KEPBGAWAIAN NEGARA NOMOR 33 TAHUN 2OI4 PERATURAN BERSAMA DAN

TAHUN 2OL4 NOMOR 12 TAHUN 2OT+ KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN KEPBGAWAIAN NEGARA NOMOR 33 TAHUN 2OI4 PERATURAN BERSAMA DAN PRATURAN BRSAMA KPALA BADAN TNAGA NUKLR NASONAL DAN KPALA BADAN KPBGAWAAN NGARA NOMOR 12 TAHUN 2OT+ NOMOR 33 TAHUN 2O4 TNTANG KTNTUAN PLAKSANAAN PRATURAN MNTR PNDAYAGUNAAN APARATUR NBGARA DAN RFORMAS BROKRAS

Lebih terperinci

RENSTRA BKD

RENSTRA BKD RENSTRA BKD 6 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Sebaaimana dijelaskan dalam Unun Nomor 5 Tahun tentan Sistem Perencanaan Pembanunan Nasional bahwa Rencana Pembanunan Janka Menenah Daerah merupakan penjabaran

Lebih terperinci

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat Penaruh Kecerdasan Emosional, Pola Asuh Orantua, dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas XI IPA SMA Neeri di Kota Parepare Murtafiah Universitas Sulawesi Barat e-mail: murtafiahq@mail.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 13/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERHENTIAN, SANKSI, PEMBAYARAN HONOR DAN PENILAIAN PEKERJAAN TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN LOKASI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN LOKASI FORULIR PEROHONAN IZIN LOKASI Nomor K e p a d a Lampiran 1 (satu) berkas Yth. Bapak Kepala Dinas Penanaman odal dan Perihal Permohonan Izin Lokasi Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Seluma

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah * KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Fathul Zannah * Abstrak Keiatan pembelajaran di SMAN 2 Banjarbaru sudah

Lebih terperinci

Kriteria yang digunakan untuk pengukuran kualitas: Kriteria

Kriteria yang digunakan untuk pengukuran kualitas: Kriteria Lampiran Surat Nomor :3734/K5/KP/2014 Tanggal :27 November 2014 PEDOMAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PNS DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH V DIY BERDASARKAN PP NO. 46 TAHUN 2011 DAN PERKA BKN NO. 1 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 063 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 063 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 063 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SECARA ONLINE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA

DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA DAFTAR ISI 3 PANDUAN KITA, NILAI-NILAI KITA 5 Surat Dari CEO 6 Nilai-Nilai Inti Kita 9 KOMITMEN KITA 10 Kita

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Target Capaian Kinerja. Lokasi 88% ,50% orang peserta dan 2 kali sosialisasi. Purworejo/Semaran g/jatinangor

Target Capaian Kinerja. Lokasi 88% ,50% orang peserta dan 2 kali sosialisasi. Purworejo/Semaran g/jatinangor No Urusan/Bidan Urusan Pemerintah Daerah/Proram/Keiatan Lokasi Taret Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/Pau Indikatif 2017 Sumber Dana Catatan Pentin lainnya Taret Capaian Kinerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 FUNGSI

Lebih terperinci

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi serta menjamin keseragaman dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

PANDUAN PENILAIAN PEGAWAI MELALUI DAFTAR PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3)

PANDUAN PENILAIAN PEGAWAI MELALUI DAFTAR PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3) PANDUAN PENILAIAN PEGAWAI MELALUI DAFTAR PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU 2013 PANDUAN PENILAIAN PEGAWAI MELALUI DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3) 1. PENGERTIAN a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Renstra BKD 213 218 i DKATA PENGANTAR DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakan... 1 I.2. Landasan Hukum... 3 I.3. Hubunan Renstra BKD Kabupaten Maetan denan Dokumen Perencanaan Lainnya...4

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 7 Menimbang : Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HONORER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P No. 1177, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Tanda Kehormatan. Satyalancana Karya Satya. Penganugerahan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69 GaneÇ Swara Vol. 4 No. Pebruari 2 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN LIMIT FUNGSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha untuk lebih menjamin

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Copyright 2000 BPHN PP 32/1979, PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL *28126 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1979 (32/1979) Tanggal: 29 SEPTEMBER 1979 (JAKARTA)

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pengendalian bahan baku diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pengendalian bahan baku diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Aplikasi yang dibuat akan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan pembinaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG TABEL 5.1 RENCANA,,, KELOMPOK DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG NO TUJUAN (OUTPUT) KERANGKA PENDANAAN 1 Tersedianya Peninkatan Persentase 1 20 1 20 09 32 Proram Peninkatan Terpenuhinya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan di lingkungan. pengawasan yang tepat. Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan di lingkungan. pengawasan yang tepat. Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengawasan Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan di lingkungan pemerintahan membutuhkan penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, . PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA tukangteori.com I. PENDAHULUAN Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BADAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1976 TENTANG KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1976 TENTANG KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1976 TENTANG KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berhubung dengan

Lebih terperinci

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN UMUM.

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN UMUM. UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penganugerahan Satyalancana Karya Satya merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha untuk lebih menjamin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPIL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm Page 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) TAHUN RENCN STRTEGIS ( RENSTR ) THUN -7 BDN PEMBERDYN PEREMPUN DN PERLINDUNGN NK Jalan Tk. Malem Nomor Kuta lam Banda ceh 4 BB I PENDHULUN. Latar Belakan Pemerintah ceh menamanatkan bahwa perencanaan Pembanunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN WARNA BENDA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK USIA 4- TAHUN Evania Suryaninsih, Indri Astuti, Lukmanulhakim PG-PAUD FKIP Universitas Tanjunpura, Ponti email: Eva_Suryaninsih@mail.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penuatan Profesi Bidan Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Proram Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA FINAL HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 7 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi yang lowong dan mendapatkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, berkualitas

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL NO PP NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1 Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya

Lebih terperinci

file://\\172.27.0.12\web\prokum\uu\2004\uu 8 2004.htm

file://\\172.27.0.12\web\prokum\uu\2004\uu 8 2004.htm Page 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, diatur dalam berbagai

Lebih terperinci

2.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

2.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); PP 15/1979, DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:15 TAHUN 1979 (15/1979) Tanggal:25 JUNI 1979 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi Tentang:DAFTAR URUT KEPANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 1 SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010 Latar Belakang : Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 disusun dalam rangka menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam No.87,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan. Mutasi. Pemberhentian. Pengangkatan Kembali. Kartu Tanda Pengenal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mencermati kondisi eorafis, eolois, hidrois dan demorafis, pada kenyataannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci