ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A"

Transkripsi

1 ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Oleh DHIAN SARASWATI A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN DHIAN SARASWATI. Analisis Produkivitas Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan SUPIJATNO). Produktivitas teh Indonesia saat ini masih tergolong rendah yaitu mencapai sekitar kg teh kering per hektar per tahun pada tahun Skala tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara penghasil teh lainnya, seperti Kenya yang mencapai kg teh kering per hektar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai kg teh kering per hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia, sehingga dibutuhkan analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas. Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Kegiatan magang ini diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan membandingkan ilmu yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11 Februari 2008 sampai 10 Juni Kegiatan magang telah dilaksanakan di Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian tempat, curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir (Januari 1998 sampai dengan Desember 2007).

3 Pengelolaan Kebun Pagilaran secara keseluruhan sudah cukup baik, walaupun masih kurang optimal dalam beberapa hal. Seperti dalam pemeliharaan kebun juga masih kurang intensif. Hal ini dilihat dalam pemberian pupuk yang masih banyak terdapat kesalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektif dalam pemberian pupuk. Selain itu kurangnya pelakanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap kepala bagian kebun. Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh adalah ketinggian tempat, curah hujan, umur tanaman, asal bahan tanam, serta tenaga pemetik. Ketinggian optimum untuk pertumbuhan tanaman teh adalah , selain itu tanaman teh tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Penggunaan bahan tanam stek dapat meningkatkan produktivitas teh basah. Tanaman yang berumur tua masih tetap dapat berproduksi dengan baik. Tenaga pemetik laki-laki menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada tenaga perempuan, akan tetapi dalam kualitas pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Selain faktorfaktor tersebut pengelolaan kebun yang baik juga akan meningkatkan produktivitas tanaman teh.

4 ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Dhian Saraswati A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul : ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Nama : DHIAN SARASWATI NRP : A Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr Ir Iskandar Lubis, MS Ir Supijatno, MSi NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 31 Agustus 1985 dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Subiyanti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Semarang, Jawa Tengah pada tahun Sekolah Dasar pada tahun 1992 di SDN Kabluk Semarang, Jawa Tengah dan lulus pada tahun Lulus dari SMPN 2 Semarang, Jawa Tengah pada tahun Lulus dari SMA Kesatrian 1 Semarang, Jawa Tengah pada tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis mengikuti organisasi mahasiswa yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas Pertanian (BEM A) selama dua tahun berturut-turut yaitu 2005/2006 berada di departemen kesekretariatan dan 2006/2007 berada di departemen pendidikan.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Hidayat, dan Kasih Sayang-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Analisis ini didasari adanya penurunan ekspor teh Indonesia ke negara lain yang semakin menurun tiap tahunnya. Skripsi merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas teh di PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Akhirnya penulis hanya dapat bermohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan. Bogor, September 2008 Penulis

8 UCAPAN TERIMAKASIH Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS, dan Ir. Supijatno, MSi sebagai pembimbing I yang telah memberikan nasehat, perhatian, dan masukan kepada penulis sehingga memperlancar penyelesaian skripsi ini. 2. Ani Kurniawati, SP., MSi, sebagai pembimbing akademik. 3. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai dosen penguji. 4. Bapak, Ibu, Duto, Ira tanpa kalian aku tidak akan sampai disini. Kalian adalah segalanya. 5. Direksi PT. PAGILARAN yang telah berkenan memberikan ijin magang kepada penulis di PT. PAGILARAN, Unit Produksi Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. 6. Ibu Ketut dan Bapak Harsoyo yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis. 7. Ir. H. Tentrem Raharjo, selaku Pimpinan Kebun PT. Pagilaran, Unit Produksi PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. 8. Bapak Haryoso Setiyo Utomo, Bapak Ujang Mahidi dan Bapak Eko Purwadi selaku Kepala Bagian Kebun Pagilaran, Andongsili dan Kayulandak yang dengan sabar selalu memberikan arahan kepada penulis di kebun. 9. Supriyono, SP. selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan PT. PAGILARAN, Batang, Jawa Tengah. 10. Bapak Subito, Bapak Riyadi, Bapak Purwanto, Bapak Sutunut, Bapak Wiyanto, Ibu Sri Rahayu dan seluruh staf Bagian Litbang PT Pagilaran yang sangat membantu penulis dalam melakukan magang. 11. Pak Nurhan dan keluarga, Ibu Ratmi, Mak surip dan keluarga, Pak Sungkowo dan keluarga, Pak Girman, Pak Siwit, Pak Santo dan seluruh

9 warga Pagilaran atas keramahaanya dan kebaikannya penulis selama penulis tinggal di Pagilaran. 12. Seluruh karyawan Pagilaran yang telah membantu penulis dalam melakukan praktek di kebun. 13. Mbak Restu dan Hendro (Pagilaran-ers) teman seperjuangan selama kita melakukan magang dalam suka maupun duka. 14. Indah (UNSOED), Ida (UNSOED), Ixa (UNISRI) dan Risdy (UNISRI) walaupun sejenak kita kenal, tetapi serasa telah lama kenal. 15. Indra, Mudi, Diah (UNPAD 2003), Gita, Dhini, Enunk dan Rika (Q-erz) yang pernah ada dalam empat tahunku. 16. Sari dan Rika (H4-ers) yang selalu bersama selama tiga tahun terakhir. 17. Nani, Nandini, Asti, Vv, Q-erz dan H4-ers (D Gandenkz) yang selalu membuat hari-hariku tertawa. 18. Agronomi 41 yang memberikan arti teman kepada penulis. 19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh... 4 Syarat Tumbuh... 5 Budidaya Tanaman Teh... 6 Pengolahan dan Produktivitas Teh... 8 METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan KEADAAN UMUM Sejarah Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim Luas Areal dan Tata Guna Lahan Bidang Usaha PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Pembibitan Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pemetikan Pengolahan Pemeriksaan Teh PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN Struktur Organisasi Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Non Staf HASIL DAN PEMBAHASAN Ketinggian Tempat Curah Hujan Umur Tanaman Bahan Tanaman Jenis Klon Tenaga Kerja Populasi Tanaman Produktivitas Antar Bagian Kebun... 72

11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya Jumlah dan Fungsi Alat Penggilingan serta Sortasi Basah Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran Densitas Teh Hitam PT Pagilaran Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk Halus dan Kasar Bulan Februari 2008 PT Pagilaran Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk, Batang dan Tingkat Kerusakan Bulan Februari 2008 PT Pagilaran Jumlah Tenaga Kerja Unit Produksi PT. Pagilaran Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun di PT Pagilaran Perbandingan Produktivitas Teh Kering dan Basah PT Pagilaran Analisis Deskriptif Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun ( ) PT Pagilaran Hubungan Ketinggian Tempat dengan Produktivitas Teh Basah Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan Produktivitas Teh Basah per Tahun Selama 10 Tahun Terakhir Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan Produktivitas Rata-rata Teh Basah per Bulan Selama 10 Tahun Terakhir Hubungan Umur Tanaman dengan Produktivitas Teh Basah per Tanaman Teh Hubungan Tahun Tanam dan Bahan Tanam dengan Produktivitas Teh Basah Rata-rata per Tahun Selama 10 Tahun Hubungan Tenaga Kerja Pemetik dan Produktivitas Teh Basah Bagian Kebun Pagilaran Bulan Desember Selama 7 Tahun Hubungan Produktivitas Teh Basah dengan Populasi Tanaman Teh Produktivitas Teh Basah Antar Bagian Kebun Selama 10 Tahun Terakhir Perbedaan Faktor Produktivitas Teh Basah Tiap Blok Selama 10 Tahun Perbedaan Faktor Klon dan Tahun Tanam Setiap Bagian Kebun

13 Nomor Halaman Lampiran 1. Jurnal harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili Hubungan Klon dengan Rata-rata Produksi Teh Basah per Tahun Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Bekong untuk Bibit Stek Naungan dan Sungkup di Pembibitan Single Node Cutting Penataan Stek pada Bekong Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi Jarak Tanam double row Pemupukan Daun Lahan yang Telah Dipangkas Pangkasan Jambul Withering Trough PCR (Press Cup Roller) OTR (Open Top Roller) Skema Alur Penggilingan Contoh PGL-Form Grafik Hubungan antara Populasi dengan Produktivitas Teh Basah Lampiran 1. Peta Perkebunan PT Pagilaran Struktur Organisasi Unit Produksi PT Pagilaran... 96

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada daerah diantara 30º lintang utara dan 30º lintang selatan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dikonsumsi sebagai minuman penyegar karena mengandung zat katekin dan kafein seperti halnya kopi. Tanaman teh berasal dari pegunungan Assam, daerah pegunungan India yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina dan Burma (Siswoputranto, 1978). Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar kg teh kering per hektar per tahun pada tahun Hasil produktivitas tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara penghasil teh lainnya, seperti Kenya yang mencapai kg teh kering per hektar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai kg teh kering per hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia. Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Indonesia Departemen Pertanian, pada tahun 2001 ekspor teh Indonesia ke mancanegara masih sebesar ton, dengan nilai ekspor mencapai US$ juta. Namun pada 2002, volume dan nilai ekspor tersebut turun masing-masing menjadi ton dan US$ juta. Begitu pula yang terjadi ditahun berikutnya, volume ekspor teh nasional hanya mencapai ton dengan nilai ekspor US$ 95 juta. Pada tahun 2004 keadaan membaik dengan kenaikan volume menjadi ton dan nilai ekspor US$ 116 juta. Prestasi serupa juga dialami pada tahun 2005 dengan volume ton (US$ 121.7). Tetapi pada tahun 2006 ekspor teh mengalami penurunan kembali menjadi ton, dengan nilai ekspor dibawah US$ 100 juta (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Rendahnya produktivitas Indonesia disebabkan lambatnya peremajaan tanaman dan tidak optimalnya pengelolaan perkebunan teh. Akibatnya, mutu tanaman teh Indonesia kalah bersaing dengan produk teh yang diekspor dari sejumlah negara kompetitor, dengan demikian itu perlu meningkatkan

16 produktivitas teh Indonesia melalui pemahaman yang lebih baik terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Agar Indonesia dapat memegang posisi penting dalam komoditi teh di dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Tujuan Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Dengan kegiatan magang ini mahasiswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan membandingkan ilmu yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.

17 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi koleksi tanaman Kebun Raya di Bogor, dan pada tahun 1827 ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Jenis Teh yang masuk ke Indonesia (Jawa) Assam berasal dari Sri Lanka (Ceylon). Masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungan, Sumatra Utara (Pusat Penelitian Pekebunan Gambung, 1992). Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Di Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari m dpl. Perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk, meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya (Siswoputranto, 1978). Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh. Tanaman teh umumnya dapat dipetik daunnya secara terus menerus setelah umur 5 tahun. Pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Oleh karena itu perkebunan teh selalu memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pangkasan secara baik, mendapat curah hujan yang cukup. Perkebunan teh perlu diremajakan setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40 tahun keatas. Cara pemetikan daun dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan mutu teh yang dihasilkan (Siswoputranto, 1978). Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas teh kering yang dihasilkan. Perolehan hasil daun yang tinggi, perkebunan teh kini mengutamakan hanya tanaman-tanaman teh klon-klon unggul. Klon merupakan bahan tanaman vegetatif yang digunakan untuk pembiakan dengan cara stek (Setyamidjaja, 2000). Klon mampu memberi hasil berlipat dibanding dengan tanaman teh asli yang berasal dari biji. Pada berbagai negara telah dilakukan usaha untuk menemukan

18 klon-klon unggul, untuk meningkatkan produktivitas teh. Misalnya di India pada tahun hasil yang dicapai sekitar 580 kg/ha. Hasil ini kemudian ditingkatkan mencapai 960 kg/ha (tahun ), dan kini mencapai hasil rata-rata sekitar kg/ha. Di Sri langka hasil dari 460 kg/ha menjadi 760 kg/ha, dan sekarang mencapai kg/ha dan masih banyak lagi negara yang menggunakan penelitian mutakhir (Siswoputranto, 1978). Botani Tanaman Teh Tanaman Teh dengan nama latin Camellia sinensis, yang masih termasuk keluarga Camelia. Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Dalam botani teh termasuk akar, daun, bunga, dan buah (Puslitbun Gambung, 1992). Tanaman teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Kebanyakan perdu mempertahankan akar tunggang sedalam 90 cm 150 cm dengan diameter sekitar 7.5 cm. Pertumbuhan akar lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya. Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik, setelah 4 tahun ujung akarnya saling bertemu (Setyamidjaja, 2000). Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau stek (cutting) dimulai dari poros utama dan duduk secara filotaksis berselang seling. Ranting dan daun-daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Besarnya daun berkisar antara 2.5 cm-25 cm, tergantung varietasnya. Pucuk dan ruas daun tanaman teh berambut. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000). Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung.

19 Tangkai sari panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar, menonjol 2 mm 3 mm ke atas. Putik mempunyai rambut 3 5 helai. Hanya sekitar 2 % dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan (artificial pollination) hanya meningkatkan jumlah buah sampai 14 % (Setyamidjaja, 2000). Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon (cotyledone) besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20 % berat biji) (Setyamidjaja, 2000). Syarat Tumbuh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah subtropis, karena itu di Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim dan tanah. Faktor iklim sangat berkaitan erat dengan tinggi tempat (elevasi). Suhu udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara 13º - 25 º C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang 70% (Pusat Penelitian Gambung, 1992). Menurut Setyamidjaja (2000) curah hujan tahunan yang diperlukan untuk tanaman teh adalah mm mm, dengan jumlah curah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm/bulan. Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan pada kekeringan. Sinar matahari berpengaruh pada pertumbuhan tanaman teh karena sinar matahari mempengaruhi suhu, makin banyak sinar matahari maka suhu udara makin tinggi. Daerah pertanaman tanaman teh umumnya pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan air laut (dpl). Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antar 400 m sampai m dpl. Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku

20 (night frost). Berdasarkan ketinggian tempat tanaman teh dibedakan menjadi dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl, dataran sedang dengan ketinggian m dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari m dpl. Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (ph) antara Sifat-sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur sedalam mungkin, mampu menahan air, memiliki kandungan hara yang cukup. Di Indonesia jenis utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanah Andosol (di pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik (Sumatra). Pemupukan nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA, sehingga tanah tetap dalam kondisi asam. Unsur hara dalam abu daun teh yang terdapat dalam jumlah yang besar (makro) adalah: kalium 1.75% %, fosfor 0.30% %, kapur 0.40% %, magnesium 0.20% dan belerang 0.10% % dari berat kering. Budidaya Tanaman Teh Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50 tahun. Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (Pusat Penelitian Gambung). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif seperti pemupukan pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan. Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam,

21 teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak tanam antar barisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60 cm 90 m. Pengajiran adalah memasang ajir pada tempat-tempat yang akan ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Ukuran lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 cm 30 cm 40 cm, sedangkan untuk bibit stek dalam Polybag adalah 20 cm 20 cm 40 cm. Tanaman pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara seperti Theprosia sp. atau Crotalaria sp. dan pohon pelindung tetap seperti Gliricidia maculata (Setyamidjaja, 2000). Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan diantaranya pemangkasan, pemupukan, pengelolaan dan pengawetan tanah, pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki bidang petik dan memperbaiki kondisi tanaman yang terserang hama dan penyakit. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. Gilir pangkas dibedakan berdasarkan ketinggian tempat yaitu pada dataran rendah dilakukan 3 tahun sekali sedangkan dataran tinggi dilakukan 4 tahun sekali. Waktu pangkasan yang baik adalah pada saat kandungan pati lebih dari 12 %. Waktu terbaik untuk pemangkasan perkebunan di pulau jawa adalah bulan April-Mei (akhir musim hujan) dan Sepetember-Oktober (awal musim hujan) (Tobroni dan Adimulya, 1997). Jenis pangkasan yang sering dilakukan diantaranya pangkasan kepris yaitu menurunkan dan meratakan bidang petik, pangkasan bersih yaitu menurunkan bidang petik dan memangkas semua cabang dengan diameter lebih dari 1 cm, pangkasan jambul merupakan pangkasan yang menyisakan 2 cabang yang berdaun lembar. Selain itu juga jenis pangkasan lainnya yaitu pangkasan indung merupakan pangkasan pertama, pangkasan bentuk dengan tujuan membentuk bidang petik agar lebar, pangkasan tengah bersih hampir sama dengan pangkas bersih tapi hanya bagian tengah saja, pangkasan dalam adalah memperbaiki dan memperbaharui bidang petik yang kurang baik, pangkasan leher akar yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada leher akar atau disebut dengan pangkasan rejuvenasi (Tobroni dan Adimulya, 1997).

22 Ranggas (cabang sisa pangkasan) diletakkan diatas bekas luka pangkasan untuk mengurangi sengatan matahari secara langsung pada cabang yang terbuka selama 3-5 hari (Vadumencum Budidaya teh, 1993). Setelah itu ranggas dibenamkan ke dalam tanah, dan dilakukan gosok lumut agar tidak menghambat pertumbuhan tunas baru (Tobroni dan Adimulya, 1997). Pemetikan merupakan ujung tombak produksi, dalam budidaya teh. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Menurut Setyamidjaja (2000) pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Jenis pemetikan diantaranya petikan jendangan, gendesan dan produksi. Petikan jendangan dilakukan pertama setelah pangkasan sekitar 3-4 bulan setelah pangkas. Tujuan dari petikan jendangan adalah membentuk daun pemeliharaan. Petikan gendesan dilakukan sebelum tanaman dipangkas sekitar 1-2 minggu. Tujuan dari petikan ini adalah untuk mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan. Petikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan untuk produksi. Petikan ini dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Menurut Tobroni dan Adimulya (1997) daur petikan merupakan jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari. Daur petik juga disebut gilir petik dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Berdasarkan ketinggian gilir petik dibagi menjadi dua yaitu dataran tinggi dengan gilir petik hari dan dataran rendah dengan gilir petik 9-10 hari. Pengolahan dan Produktivitas Teh Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Pengolahan daun teh dimaksudkan mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari tiga kelompok

23 yaitu substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin dan mineral), substansi aromatik dan enzim-enzim. Pengolahan daun teh menghasilkan tiga jenis teh yang berbeda dan tidak dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam pemasarannya. Tiga jenis teh tersebut ialah : teh hitam, teh hijau dan teh oolong (Siswoputranto, 1978). Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem CTC (Crushing Tearing Curling). Sistem orthodox yang banyak dilakukan adalah sistem Orthodox rotorvane yang terdiri dari beberapa tingkat kegiatan yaitu : penyediaan pucuk daun segar, pelayuan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan. Sedangkan untuk teh hitam sistem CTC terdiri dari penyediaan bahan baku, pelayuan, ayakan pucuk layu, gilingan persiapan, gilingan CTC, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan (Setyamidjaja, 2000). Pengolahan teh hijau lebih sederhana dari teh hitam. Teh hijau merupakan pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses fermentasi. Tahapan-tahapan kegiatan berikut : pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan pengemasan (Setyamidjaja, 2000). Teh oolong dapat digolongkan sebagai mutu antara teh hijau dan teh hitam, karena memperoleh sedikit proses fermentasi. Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong daun-daun teh yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas, difermentasikan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke mesin-mesin pengiling dan akhirnya dikeringkan (Siswoputranto, 1978).

24 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11 Februari 2008 sampai 10 Juni 2008, di Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah pekerjaan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian gulma, pemupukan, pemanenan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal sebagai berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan, serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan serta mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling, membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian tempat, curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir (Januari 1998 sampai dengan Desember 2007). Tabel data curah hujan disajikan

25 pada Tabel Lampiran 6. Data sekunder dari perusahaan tersebut kemudian diolah untuk kemudian dianalisis. Pemilihan faktor-faktor yang dianalisis berdasarkan kelengkapan data yang tersedia di kebun. Selain dari perusahaan, data sekunder juga diperoleh dari bahan pustaka baik dari perusahaan maupun instansi yang terkait, seperti Biro Statistik dan PPTK Gambung.

26 KEADAAN UMUM Sejarah Seorang warga Belanda bernama E. Blink merintis pembukaan hutan di daerah Pagilaran pada tahun 1840 yang digunakan untuk budidaya kopi dan kina. Ternyata daerah ini tidak cocok untuk tanaman kopi dan kina menyebabkan kedua tanaman tersebut mulai diganti dengan tanaman teh pada tahun Keadaan iklim dan lingkungan yang cocok menyebabkan teh dapat tumbuh subur dan menghasilkan produksi yang lebih baik daripada kopi dan kina. Perkembangan perkebunan ini dikelola oleh sebuah maskapai Belanda yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan ini mulai berkembang sangat pesat dan perluasan areal pun terus dilakukan. Tahun 1920 terjadi kebakaran besar yang menghancurkan pabrik sehingga Belanda mengalami bangkrut. Tahun 1922 perkebunan ini dibeli dan dibangun kembali oleh pemerintahan Inggris di bawah perusahaan yang bernama P & T Land's (Pamanukan and Tjiasements Lands). Sejak saat itu mulai digunakan sarana kabel untuk mempermudah pengangkutan pucuk teh dari kebun produksi ke pabrik. Saat Jepang menguasai Indonesia, pabrik dan sebagian besar perkebunan teh di Pagilaran dirusak kemudian ditanami dengan tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya. Tahun 1945 Indonesia dapat menguasai perkebunan teh tersebut, tetapi pengelolaan pabriknya masih dilakukan oleh pemerintahan Inggris sampai berakhirnya Hak Guna Usaha (HGU) pada tahun 1964 dan kembali diambil alih oleh pemerintahan Indonesia. Tanggal 23 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia perkebunan diserahkan kepada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tujuan ikut melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian) dan statusnya diubah menjadi PN Pagilaran oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria dengan No. SK/II/6/Ka-64 tanggal 8 Februari Tanggal 1 Januari 1973 PN Pagilaran diubah statusnya menjadi PT Pagilaran Perusahaan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Pagilaran

27 dengan seluruh sahamnya dimilki oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Tanggal 5 Mei 1977 mendapat tambahan areal Segayung Utara dengan SK. No. 14/HGU/DA/77. PT Pagilaran sebagai perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkebunan menjadi tempat penelitian ilmiah bagi mahasiswa dan dosen serta pengemban misi melaksanakan pembangunan subsektor perkebunan yang ditetapkan pada tanggal 28 Juni 1983 dengan SK No. 15/HGU/DA/83, selanjutnya Menteri Pertanian dengan surat No. KB.340/97/Mentan/1985, menugaskan kepada PT Pagilaran untuk menjadi Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Lokal Teh Jawa Tengah pada tanggal 21 Januari Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim PT Pagilaran berlokasi di lereng pegunungan Kemulan, yaitu di sebelah utara pengunungan Dieng, ± 36 km tenggara kota Batang, tepatnya di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan ini terletak pada ketinggian meter dpl, dengan topografi berbukit-bukit sehingga untuk meminimalkan terjadinya erosi yang berakibat terkikisnya lapisan top soil maka di perkebunan ini perlu dilakukan terasering. PT Pagilaran terletak di Dukuh Pagilaran ini berjarak km dari Desa Keteleng dan + 10 km dari Kecamatan Blado dan jarak dengan kota Kabupaten + 40 km serta jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) km. Perkebunan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Keteleng, Kecamatan Blado, Kawedanan Bandar, Kabupaten Batang, Karesidenan Pekalongan. Batas-batas wilayah PT Pagilaran, yaitu: Sebelah utara adalah Desa Kalisari, Dukuh Njono, Dukuh Prejengan. Sebelah timur yaitu Desa Ngadirejo, Dukuh Pringombo, Dukuh Wonokerto dan Desa Plecet. Sedangkan sebelah selatan adalah Desa Sijeruk, Dukuh Kayulandak. Dan sebelah Barat adalah Dukuh Andongsili, Desa Kembang Langit. Jenis tanah di kebun pada ketinggian meter dpl ke atas didominasi tanah Andosol, sedangkan pada ketinggian kurang dari meter dpl didominasi tanah latosol. Tanah Andosol berwarna kekuning-kuningan, dengan tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai

28 daya mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah diolah, permeabilitas (peresapan air) tinggi dan ph tanah yang rendah (4.5 6). PT Pagilaran mempunyai pos pengamatan curah hujan tapi hanya satu yaitu di afdeling Pagilaran. Dulu PT Pagilaran juga memiliki stasiun pengamatan suhu dan kelembaban, akan tetapi stasiun ini hilang karena dicuri warga sekitar. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Curah hujan mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak hari/tahun. Suhu udara di sekitar perkebunan berkisar antara o C, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 70-98%. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal perkebunan unit produksi Pagilaran secara keseluruhan adalah ± ha dengan 3 afdeling : Kebun Pagilaran, Kebun Kayulandak dan Kebun Andongsili. Pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kebun pagilaran merupakan kebun paling luas diantara 3 kebun yaitu ha. No Tabel 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya. Pemanfaatan Lahan Pagilaran (ha) Kayulandak (ha) Andongsili (ha) Jumlah(ha) 1 Tanaman Teh TM TBM Kebun Penelitian Kebun Poliklonal 2, Jumlah Aneka Tanaman Kopi Cengkeh Tanaman Percobaan Kina Jumlah Lain Lain Hutan belukar Jurang/Alur Lapangan Emplasment, pabrik dan poliklinik Emplasement Bak air Makam Jalan Produksi , Jumlah Jumlah Total Sumber : Laporan bulanan tiap bagian kebun, April 2008

29 Areal konsesi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama adalah areal tanaman teh dengan luas ha dan areal aneka tanaman dengan luas ha, selain itu terdapat areal emplasemen dan lain-lain dengan luas ha. Pemanfaatan areal PT Pagilaran dapat dilihat pada Tabel 1. Bidang Usaha PT Pagilaran memilliki beberapa bidang usaha antara lain Perkebunan teh, coklat, kopi, cengkeh, kina dan kelapa dan perdagangan teh hitam dan teh hijau ekspor maupun lokal. PT Pagilaran juga bergerak sebagai biro konsultasi dalam penelitian dan pengembangan perkebunan dan bergerak dalam usaha pengadaan bibit tanaman perkebunan (teh, kakao dan kopi). PT Pagilaran berperan serta sebagai kebun inti dalam pelaksanaan proyekproyek pemerintahan dalam pengembangan perkebunan melalui pola PIR. Salah satunya sebagai kebun inti dalam melaksanakan proyek PIR Lokal Teh Jawa Tengah yang mencakup areal ha. Selain itu juga sebagai kebun inti dalam pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Kelapa Hibrida di Kabupaten Batang yang meliputi areal ha. PT Pagilaran juga berperan sebagai kebun inti dalam pengembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kulon Progo dan pengembangan perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten Wonogiri, pengembangan perkebunan kopi Arabika di Kabupaten Wonosobo dan pengembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kendal. Terdapat juga sebagai kebun inti dalam pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Banpres di Kabupaten Gunung Kidul yang meliputi areal ha. Pada tahun 2003 PT Pagilaran memulai Pengembangan Agrowisata yang meliputi pemandangan dan pesona hamparan kebun teh di ketinggian meter dpl, melihat proses pembuatan teh, paket kesenian daerah, fasilitas penginapan dan transportasi keliling kebun, ruang sidang dan ruang pertemuan dengan kapasitas 400 orang, lapangan olahraga tenis, badminton, sepakbola, bola volley dan bilyard. Pengolahan teh hitam dan teh hijau setelah pengolahan hasil kebun lainnya, di PT Pagilaran mempunyai beberapa pabrik, yaitu: Pabrik Pagilaran,

30 Pabrik Kaliboja, Pabrik Sidoharjo, Pabrik Jatilawang, Pabrik Samigaluh dan Segayung Utara. Pabrik Pagilaran mengolah pucuk teh menjadi teh hitam dan teh hijau. Pengolahan teh hitam maupun teh hijau untuk keperluan ekspor maupun lokal dengan kapasitas ton teh hitam per tahun dan 500 ton teh hijau per tahun. Lokasi pabrik berada di Pagilaran, Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Pabrik Kaliboja mengolah pucuk teh segar menjadi teh hitam. Pabrik ini mengolah pucuk dari kebun plasma dengan kapasitas ton teh hitam per tahun. Lokasi pabrik ini di Kaliboja, Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Pabrik Sidoharjo mengolah teh hitam. Pabrik ini juga mengambil pucuk dari kebun plasma Pengolahan pucuk berkapasitas ton teh hitam per tahun dan berlokasi di Sidoharjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Pabrik Jatilawang dengan pengolahan teh hitam. Pengolahan pucuk plasma dengan kapasitas ton teh hitam per tahun dengan lokasi di Jatilawang, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Pabrik Samigaluh mengolah pucuk teh menjadi teh hijau ekspor. Pengolahan pucuk plasma dengan kapasitas ton teh hijau per tahun dengan lokasi di Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Terakhir adalah pabrik Segayung Utara, yaitu pengeringan biji coklat dengan kapasitas 150 ton per tahun dengan lokasi di Sumbang jati Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang.

31 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Pembibitan Pembibitan di PT. Pagilaran hanya terdapat di Afdeling Pagilaran. Sedang di Afdeling Kayulandak dan Andongsili tidak terdapat areal pembibitan. Dengan demikian seluruh bibit diambil dari Afdeling Pagilaran. Luas areal pembibitan yaitu m². Kegiatan pembibitan dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan menggunakan stek dan menggunakan biji. Pada saat penulis melakukan kerja praktek, terdapat kegiatan pembibitan. Upah yang diberikan pekerja merupakan upah harian yaitu 5 jam kerja Rp Kegiatan pertama yang dilakukan pada pembibitan adalah persiapan lahan. Penentuan lahan pembibitan sesuai dengan syarat lahan layak seperti dekat dengan sumber air dan lahan induk. Lokasi pembibitan dekat dengan lahan induk agar pengangkutannya lebih mudah. Selain itu untuk posisi kemiringan lebih baik miring ke timur agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, akan tetapi dapat juga miring ke segala arah kecuali arah barat. Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan bedengan dengan ukuran (90 cm 100 cm) 120 cm. Ukuran bedengan sebenarnya rata-rata tiga contoh bedeng 82 cm 817 cm. Persiapan pohon induk perlu dilakukan untuk memperoleh bahan tanam yang baik, yaitu pemangkasan dan kerik lumut. Hasil pangkasan dibenamkan di sekitar tanaman. Selain itu kegiatan selanjutnya adalah membersihkan sekitar tanaman dengan diameter sekitar 2 m (bokoran). Kemudian tanah di sekitar tanaman digemburkan dengan menggunakan garpu. Setelah itu bahan stek dapat diambil 4 5 bulan setelah perlakuan tersebut. Persiapan media tanam dilakukan untuk menunggu proses tumbuhnya stek di pohon induk. Media tanam terdiri dari top soil, sub soil, tawas (KAl(SO4)2.12H2O), KCl, TSP dan Dithane M-45. Komposisi untuk campuran top soil adalah tawas 600 gr/m³, KCl 500 gr/m³, TSP 500 gr/m³ dan Dithane M gr/ m³. Sedangkan campuran sub soil adalah tawas gr/m³ dan Dithane M gr/m³. Berdasarkan pengamatan penulis, sebelumnya top soil dan sub soil diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 cm. Prestasi kerja

32 pekerja pengayakan tanah di pembibibitan untuk top soil 2 m³/orang dan sub soil 1 m³/orang, sedangkan penulis top soil mendapat ¼ m³ dan sub soil 1/8 m³. Campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polibag ukuran cm. Akan tetapi berdasarkan pengukuran penulis ukuran sebenarnya polibag adalah10 16 cm. Takaran top soil 2/3 pada lapisan bawah, dan sub soil 1/3 pada lapisan atas. Polibag yang berisi komposisi tersebut dinamakan bekong. Bekong kemudian disusun di bedengan (Gambar 1). Ukuran bekong yang sudah disusun di bedengan berdiameter 6.4 cm dan tinggi 12.6 cm. Ukuran ini berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan magang. Jarak antar bedengan 60 cm agar memudahkan pemeliharaan. Setiap bedengan terdapat sekitar polibag. Prestasi kerja Pekerja mendapat 500 polibag/orang, sedangkan penulis mendapat 176 polibag. Gambar 1. Bekong untuk Bibit Kegiatan selanjutnya adalah membuat sungkup dari plastik (Gambar 2). Kerangka dibuat dengan tinggi 40 cm dengan panjang plastik 180 cm. Naungan dibuat dari ayaman bambu kemudian diikatkan dengan paku andam (Glicinia liniaris), dengan tinggi naungan 180 cm. Naungan ini menghasilkan intensitas cahaya sekitar %. Paku andam paling baik digunakan untuk naungan karena memiliki daya tahan terhadap angin, hujan, dan waktu kering dan rontok cocok untuk bibit menyesuaikan lingkungan. Tunas-tunas baru yang akan digunakan untuk bahan stek akan tumbuh, setelah 4 5 bulan pohon induk dipangkas. Pembuangan pucuk dilakukan sebelumnya, agar menghasilkan batang dan daun yang kuat. Setelah pembuangan

33 pucuk, pohon induk dibiarkan selama 2 minggu kemudian baru diambil bahan stek sekitar 10 daun. Pengambilan 10 ruas daun ini harus memenuhi syarat diantaranya pangkal batang sudah berwarna coklat dan daun menengadah ke atas. Setelah itu dipotong tiap stek satu daun, jadi terdapat 10 stek dengan bentuk Single Node Cutting (Stek satu buku) (Gambar 3). Ketika dipotong sudah disiapkan ember yang berisi air untuk menjaga kelembaban bahan stek. Kemudian stek direndam dalam larutan Dithane M-45 (bahan aktif Mankozeb 80 %) dengan dosis 2 gram / liter air selama kurang lebih 1-2 menit. Hal ini dilakukan untuk menghambat pertumbuhan jamur pada bibit. Gambar 2. Naungan dan Sungkup di Gambar 3. Single Node Cutting Stek ditanam di polibag dengan satu daun, tetapi apabila daun terlalu besar dipotong setengahnya agar tidak tumpuk antar daun. Arah daun harus sama agar tidak berantakan (Gambar 4). Bibit disungkup dengan plastik selama 4 bulan tanpa perlakuan, kecuali bila kering disiram. Penyulaman dilakukan apabila terdapat stek yang mati atau membusuk, dengan mengusahakan pembukaan sungkup secepat dan sekecil mungkin. Kelembaban dalam sungkup harus dijaga yaitu sekitar 80 %. Setelah 4 bulan dilakukan adaptasi dengan lingkungan dilakukan tiap 2 minggu dengan penambahan pembukaan sungkup selama 2 jam. Misalnya 2 minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam, 2 minggu berikutnya dibuka selama 4 jam dan seterusnya. Pada minggu ke 10 dibuka selama 12 jam dan dibuka seterusnya.

34 Gambar 4. Penataan Stek pada Pemeliharaan dilakukan pada saat pembukaan bertahap seperti penyiangan yang dilakukan 3 hari sekali, pemberantasan hama penyakit 2 hari sekali, dan penyiraman 3 hari sekali. Selain itu juga dilakukan pemupukan tanah dan pemupukan dengan pupuk daun. Pemupukan tanah menggunakan campuran urea, KCL, dan TSP dengan dosis masing-masing 0.5 g/polibag. Pupuk tanah ini diberikan setiap setengah bulan sekali pada bibit yang sudah dibuka dari sungkup. Cara pemupukan adalah dengan menabur pupuk diatas bekong kemudian dibersihkan dari daun-daun teh dengan dedaunan atau ranting dan disiram agar pupuk tidak menempel di daun. Pupuk daun diberikan seminggu sekali dengan pupuk organik Super Max. Pupuk tersebut merupakan pupuk cair organik berwarna hitam dengan komposisi 15.2 % N; 6.1 % P; 7.14 % K dan unsur lainnya dan pupuk dicairkan setiap 10 cc dengan air 15 liter. Gambar 5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi Saat penulis melakukan kegiatan magang terdapat bibit stek yang berumur 4 bulan yang sedang dalam masa pembukaan sungkup. Bibit ini mempunyai daya pertumbuhan sekitar 80 %. Selain itu juga terdapat bibit stek yang berumur

35 sebulan yang sedang disungkup. Bibit ini mempunyai daya pertumbuhan 48 %, karena terdapat yang terkena jamur dan kemudian mati. Bibit stek dapat dipindahkan ke lapang setelah berumur 8 bulan atau yang disebut dengan bibit siap salur. Bibit siap salur terdapat kelas bibit yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Kelas A merupakan bibit yang mempunyai tinggi lebih dari 30 cm dan mempunyai 6 helai daun, kelas B tinggi cm dan kelas C tinggi kurang dari 20 cm. Kelas bibit yang sudah siap salur adalah kelas A (tinggi 25 cm dan jumlah daun 6 daun). Bibit yang termasuk dalam kelas B harus dipelihara kembali dan kelas C harus disungkup kembali. Perkebunan Pagilaran selain mempunyai lahan pembibitan juga terdapat kebun poliklonal. Kebun poliklonal merupakan kebun biji yang terdiri dari dua macam atau lebih klon yang ditanam dalam bentuk kombinasi barisan, segiempat atau segitiga ganda (double triangle) (Tarlan dan Adimulya, 1997). Luasnya kebun poliklonal Pagilaran 2.5 ha dan telah berumur 31 tahun. Kebun ini ditanami tujuh jenis klon teh unggulan, diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1, TRI 2025, Cinuruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025 merupakan klon paling unggul karena produktivitasnya paling tinggi yaitu 3 ton/ha teh kering atau sekitar 15 ton/ha teh basah, agak tahan terhadap cacar dibandingkan TRI 2024, dan mudah tumbuh. Jarak tanam di kebun polilonal adalah 6 m 6 m dengan bentuk segitiga ganda. Kebun poliklonal juga dilakukan pemeliharaan diantaranya pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit tanaman. Pemupukan dilakukan satu tahun dua kali dengan dosis 100 gram Urea, 40 gram TSP dan 40 gram KCl setiap pohonnya. Penyiangan dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pemangkasan dilakukan hanya sekali selama penanaman yaitu pada tahun 2001, dengan tinggi pangkasan 3 m dari tanah. Pengandalian hama penyakit dilakukan apabila pohon poliklonal terserang penyakit dalam skala besar. Pembibitan dengan menggunakan biji juga dilakukan di perkebunan Pagilaran. Biji yang digunakan adalah biji yang illegitum yaitu induk betina yang diketahui dari kebun poliklonal. Terdapat dua cara pembibitan biji di kebun ini yaitu langsung di tanah (konvesional) dan menggunakan polibag.

36 Cara konvesional adalah mengambil biji yang sudah masak tapi belum berkecambah. Biji kemudian dikupas dan segera dimasukan ke dalam air untuk memisahkan biji yang baik dan yang kurang baik. Biji yang yang digunakan adalah biji yang tenggelam (biji yang baik). Biji tersebut kemudian disemai langsung di tanah di sebuah bedengan. Bedengan ini terletak diantara pohonpohon poliklonal. Jarak persemaian antar biji cm. Pada pelaksanaannya tidak dilakukan penyungkupan dan pemberian naungan. Pembibitan dalam polibag menggunakan biji berasal dari kebun poliklonal yang jatuh kemudian berkecambah, sehingga sebelumnya dicari biji yang berkecambah di bawah pohon-pohon teh. Biji berkecambah ditanam di polibag dengan tanah tanpa pemberian perlakukan sebelumnya. Bibit ini hanya digunakan untuk menyulam kebun yang berasal dari bibit biji. Setelah bibit dari biji ini berumur 5 bulan, dipindahkan ke lapangan untuk menyesuaikan lingkungannya. Selain itu dilakukan seleksi antara bibit yang mati dan sehat. Bibit mati disulam kembali dan yang sehat dikumpulkan. Setelah 7 bulan bibit sehat tersebut dikelompokkan berdasarkan klon yang dilihat dari bentuk daun. Klon yang sama dikumpulkan dan diseleksi kembali kebenaran klon tersebut. Bibit asal biji dapat dipindahkan ke lapang setelah 2 tahun. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Unit Produksi Perkebunan Pagilaran mempunyai areal tanaman teh belum menghasilkan (TBM). TBM merupakan tanaman teh muda dan berumur di bawah dua tahun serta belum diambil produksinya (Tobroni dan Adimulya, 1997). Areal ini terdapat pada bagian afdeling Andongsili dan Kayulandak, sedangkan bagian afdeling pagilaran hanya sedikit areal tanaman belum menghasilkan. Setiap bagian afdeling berbeda dalam pengelolaan tanaman belum menghasilkan. Kebun Pagilaran Tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun pagilaran merupakan konversi lahan dari kopi menjadi teh, sehingga luas lahan TBM Pagilaran belum dicantumkan ke dalam areal Perkebunan PT Pagilaran (Tabel 1). Jenis klon yang ditanam adalah Pagilaran 4 (PGL 4) dan Pagilaran 11 (PGL 4). Sebelumnya lahan

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Oleh DHIAN SARASWATI A34104066 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

Oleh Hendro Prawiro A

Oleh Hendro Prawiro A PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR PADA TANAMANN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH Oleh Hendro Prawiro A34104038 PROGRAM

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun teh antara lain senyawa polifenol

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya A. Pendahuluan MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya Kelapa (Cocos nucifera. L) merupakan tanaman yang sangat dekat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci