KAJIAN RESIKO BISNIS KELISTRIKAN PADA TINGKAT PROYEK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK STUDI KASUS: PT. INDONESIA POWER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN RESIKO BISNIS KELISTRIKAN PADA TINGKAT PROYEK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK STUDI KASUS: PT. INDONESIA POWER"

Transkripsi

1 KAJIAN RESIKO BISNIS KELISTRIKAN PADA TINGKAT PROYEK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK STUDI KASUS: PT. INDONESIA POWER Sudarso Kaderi Wiryono dan Lamrumiris Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Bisnis pembangkitan tenaga listrik terekspose oleh berbagai resiko baik yang berasal dari faktor dalam maupun luar perusahaan. Kajian yang dilakukan dibatasi hanya pada resiko yang berasal dari faktor luar. Dalam proses bisnis pembangkitan perusahaan banyak berinteraksi dengan pihak-pihak luar seperti supplier energi primer, customer, teknologi yang digunakan, lingkungan alam, lingkungan social, dan pihakpihak lainnya. Interaksi-interaksi inilah yang kemudian mengakibatkan perusahaan terekspose terhadap resiko. Adanya resiko harus terlebih dahulu diidentifikasi dengan baik. Hasil identifikasi, resiko-resiko yang mengekspose proyek pembangkit antara lain kenaikan harga bahan bakar, kelangkaan energi primer, teknologi, kehilangan pangsa pasar, kontrak penjualan, rugi kurs, serta resiko lingkungan alam dan sosial. Resiko-resiko yang telah diidentifikasi kemudian diukur probabilitas kejadiannya, serta rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh resiko tersebut terhadap perusahaan. Hasil pengukuran menyatakan level resiko. Level resiko menggambarkan sampai dimana resiko tersebut membahayakan perusahaan. Seluruh resiko tersebut kemudian dikelola dengan melakukan berbagai tindakan untuk menjaga stabilitas profit perusahaan Kata kunci: risiko bisnis, risiko internal, risiko eksternal, identifikasi risiko, pengukuran risiko, mitigasi risiko PENDAHULUAN Salah satu bidang usaha kelistrikan adalah pembangkitan tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik menghasilkan tenaga listrik dari berbagai sumber energi primer seperti air, gas alam, panas bumi, BBM, dll. Saat ini pemain-pemain yang ada dalam usaha pembangkitan tenaga listrik terdiri dari tiga pihak, yaitu PLN Holding Company, anak perusahaan PLN, dan pembangkit swasta. Salah satu anak perusahaan PLN yang bergerak dalam bisnis pembangkitan tenaga listrik adalah PT. Indonesia Power. PT. Indonesia Power dipilih, karena perusahaan ini memiliki berbagai macam teknologi pembangkitan sampai saat ini merupakan perusahaan pembangkit terbesar di Indonesia. Selain itu, walaupun perusahaan merupakan anak perusahaan PT. PLN, perusahaan menjalankan misi komersil PT. PLN. Dengan demikian operasional perusahaan merupakan bisnis murni. Dalam menjalankan bidang usaha utamanya PT. Indonesia Power didukung oleh berbagai jenis pembangkit baik PLTA, PLTU, PLTP, PLTG, PLTGU, dan PLTD yang dikelola oleh 8 unit bisnis pembangkitan. Pada tahun 2004 beroperasi adalah 132 unit mesin pembangkit dan kapasitas terpasang sebesar 9.005,19 MW.

2 Menurut data statistik, jumlah penjualan listrik perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Ada dua hal yang menjadi penyebabnya yaitu peningkatan kapasitas terpasang atau permintaan listrik yang menyebabkan peningkatan pembelian oleh PLN. Dari data statistik tersebut juga terlihat bahwa pendapatan perusahaan dari usaha pembangkitan tenaga listrik terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan bagi perusahaan, karena bidang usaha utamanya adalah pembangkitan tenaga listrik. Tabel 1. Pelaku Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik di Indonesia 2004 PEMBANGKIT LISTRIK GWh % JAWA-BALI Milik PLN Holding (Distribusi, UB Pembangkitan) PT. Indonesia Power PT. Pembangkit Jawa Bali Pembangkit Swasta ,55 29,25 23,30 TOTAL JAWA-BALI LUAR JAWA-BALI Milik PLN (Wilayah, Kitlur, PT.PLN Batam, PT PLN Tarakan) Pembangkit Sewa Pembangkit Swasta ,34 12,35 7,30 TOTAL LUAR JAWA-BALI INDONESIA Milik PLN Holding Anak perusahaan PLN (IP dan PJB) Pembangkit Swasta ,85 60,15 20,00 TOTAL INDONESIA Sepanjang tahun 2004 hasil produksi PT. Indonesia Power sebesar GWh merupakan 46,55% tenaga listrik yang diterima PLN. Produksi energi listrik oleh pembangkit-pembangkit PT. Indonesia Power dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Dari data antara tahun 2000 sampai 2004, pertumbuhan produksi terbesar terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 6,03%. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahu 2004 yaitu hanya sebesar 0,1%. Dalam menjalankan aktifitas operasionalnya, PT. Indonesia Power didukung oleh delapan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) yang terdiri dari UBP Suralaya, Priok, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perag&Grati, dan UBP Bali. Pengelolaan 132 unit pembangkit PT. Indonesia Power dibagi pada kedelapan UBP ini. Menurut energi penggeraknya pembangkit-pembangkit yang ada di PT.Indonesia Power dapat dibedakan menjadi PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTD. Jumlah unit pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power dapat dilihat pada tabel 1.8 dengan total jumlah pembangkit 132 unit yang dikelola oleh 8 unit bisnis pembangkitan. A-35-2

3 Kapasitas Terpasang per Jenis Pembangkit PLTP PLTD PLTA PLTGU PLTU PLTG PLTA PLTU PLTG PLTGU PLTP PLTD Jenis Pembangkit Kapasitas Terpasang (MW) % PLTA 1, % PLTU 3, % PLTG % PLTGU 2, % PLTP % PLTD % Jumlah 9, % Gambar 1. Diagram Kapasitas Terpasang Pembangkit PT Indonesia Power 2004 Proses bisnis yang dilakukan oleh pembangkit yang dikelola oleh anak perusahaan maupun oleh swasta memiliki sedikit perbedaan dari proses bisnis yang dilakukan oleh pembangkit milik atau sewa yang dikelola PLN Holding. Supplier Energi Primer IPP Indonesia Power PJB Pembangkit PLN Power Purchase Agreement Energy Sales Contract PLN Holding (Single Buyer/Regulator) Transmisi Gambar 2. Proses Bisnis Pembangkit Tenaga Listrik Pembangkit yang dikelola PT Indonesia Power dan anak perusahaan PLN lainnya dan swasta, sebelum menjual tenaga listriknya ke PLN melakukan perjanjian (Power Purchase Agreement) bahwa nanti pihak PLN akan membeli listrik mereka. Power Purchase Agreement ini bahkan sudah disetujui sebelum suatu proyek pembangkitan beroperasi. Energy Sales Contract dilakukan untuk menyetujui berapa harga maupun kapasitas yang akan dibeli oleh PLN. Pembangkit listrik yang dikelola anak perusahaan melakukan sales contract dengan PLN secara bidding (lelang), sedangkan listrik swasta melakukan sales contract dengan PLN dalam jangka panjang. Kontrak dilakukan untuk jangka panjang. Dengan menggunakan kontrak tentu akan menyebabkan pembangkit terekspos dengan resiko legal. METODOLOGI Setiap bisnis termasuk bisnis pembangkitan tenaga listrik tidak lepas dari adanya resiko. Bila dikaji lebih jauh, resiko ada pada tiap-tiap proses bisnis. Pada bisnis kelistrikan, resiko ada pada proses pembangkitan tenaga listrik, proses transmisi, pendistribusian, dan penjualan atau retailnya. Thesis ini hanya mengkaji resiko-resiko A-35-3

4 yang ada pada proses pembangkitan tenaga listrik. Hal ini disebabkan Proses pembangkitan tenaga listrik merupakan rantai paling awal yang dapat diumpamakan dengan proses pabrikasi produk bisnis kelistrikan. Jika proses pembangkitan terganggu, maka seluruh proses dalam bisnis kelistrikan juga ikut terganggu. Dengan melakukan manajemen resiko yang tepat pada level ini, diharapkan gangguan yang ada dapat lebih dikontrol, karena sudah diantisipasi sebelumnya. Bila dilihat dari proses bisnisnya, pada setiap bagian proses berpotensi mengandung resiko bagi perusahaan. Proses pada bisnis pembangkitan tenaga listrik seperti dapat dilihat pada gambar 2. mengandung potensi resiko antara lain pada proses penyediaan energi primer sebagai bahan baku utama. Proses penjualan produk dengan sistem kontrak yang memiliki jangka waktu tertentu juga mengandung potensi resiko, karena banyak perubahan-perubahan yang bisa merugikan dapat terjadi. PT. Indonesia Power saat ini menyadari sepenuhnya bahwa operasi perusahaan tidak terbebas dari berbagai resiko. Resiko tersebut bisa berasal dari dalam perusahaan, bisa juga berasal dari luar perusahaan. Agar resiko yang dihadapi bila terjadi tidak akan menyulitkan bagi yang terkena, maka resiko-resiko tersebut harus selalu diupayakan untuk diatasi atau ditanggulangi. Sehingga pihak yang menanggung resiko tidak akan menderita kerugian atau kerugian yang diderita dapat diminimumkan. Secara sederhana pengetian manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Program manajemen resiko mencakup proses-proses mengidentifikasi resiko yang dihadapi, mengukur besarnya resiko tersebut, mencari jalan untuk menghadapi atau menaggulangi resiko, dan menyusun strategi untuk memperkecil atau mengendalikan resiko, mengkordinir pelaksanan penanggulangan resiko, serta mengevaluasi secara berkala program penaggulangan resiko yang sedang berjalan. monitor mengelola menerima menerima identifikasi pengukuran pengukuran memperkecil memperkecil menolak HASIL DAN DISKUSI Gambar 3. Diagram Alir Proses Manajemen Resiko 1 Identifikasi Resiko pada Proyek Pembangkit Tenaga listrik Langkah pertama yang harus dilakukan perusahaan agar dapat melakukan manajemen resiko dengan tepat adalah dengan mengidentifikasi resiko tersebut. Hasil dari tahap identifikasi resiko adalah daftar resiko-resiko yang ada pada proyek pembangkit tenaga listrik. A-35-4

5 2. Pengukuran Resiko Setelah resiko-resiko yang ada teridentifikasi, maka langkah kedua yang dilakukan dalam manjemen resiko adalah pengukuran resiko. Pada tahap ini resikoresiko yang telah teridentifikasi akan diukur berapa besar kemungkinan terjadinya (probabilitas) dan berapa besar dampaknya bila resiko tersebut terjadi. Ukuran probabilitas yang dipakai di sini adalah persentase terjadinya dalam satu tahuan. Sedangkan ukuran dampak adalah biaya yang harus ditanggung perusahaan apabila terjadi. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Resiko -resiko yang diukur secara kuantitatif adalah: 1.Resiko gangguan suply energi primer 2.Resiko kenaikan harga bahan bakar 3.Resiko kehilangan pangsa pasar energi listrik 4.Resiko kontrak. Tabel 3. Hasil Identifikasi Resiko-resiko yang Dihadapi Proyek-proyek Pembangkit di PT. Indonesia Power RESIKO PENJABARAN 1. Gangguan suply energi primer a. Kelangkaan ketersediaan enegi primer 2. Kenaikan harga bahan bakar a. Kenaikan harga batubara b. Kenaikan harga HSD 3. Teknologi a. Biaya produksi PLTA b. Biaya produksi PLTU c. Biaya produksi PLTG d. Biaya produksi PLTGU e. Biaya produksi PLTP f. Biaya produksi PLTD 4. Kompetisi pada pasar energi listrik a. Berkurangnya pangsa pasar b. Meningkatnya pangsa pasar kompetitor 5. Kontrak a. Biaya produksi lebih besar dari harga kontrak b. Renegoisasi ulang harga kontrak c. Biaya produksi naik/meningkat 6. Kurs a. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD 7. Lingkungan a. Zat buangan proyek yang menyebabkan pencemaran lingkungan b. Tuntutan fasilitas ataupun dana dari masyarakat c. Kerusakan daerah resapan air yang mempengaruhi besarnya debit air sungai 8. Perubahan regulasi a. Terjadinya perubahan peraturan tataniaga listrik Sedangkan resiko-resiko yang diukur secara kualitatif adalah: 1.Resiko teknologi 2.Resiko kurs 3.Resiko perubahan regulasi 4.Resiko lingkungan A-35-5

6 Resiko Kenaikan Harga Batubara Probabilitas: Kemungkinan atau besarnya probabilitas terjadinya kenaikan harga batubara adalah 75%. Dampak: - Harga batubara tahun 2004 Rp /kg - Kenaikan harga batubara sebesar 26.50%, menyebabkan kenaikan harga sebesar Rp.61,15/kg - Kenaikan harga batubara ini akan menyebabkan kenaikan biaya produksi sebesar Rp. 61,15/kg x kg = Rp Resiko Kenaikan Harga HSD Probabilitas: Besarnya kemungkinan atau probabilitas kenaikan harga HSD adalah sebesar 87,5%. Dampak: - Rata-rata kenaikan harga sebesar 26,22%. - Harga HSD naik sebesar 26,22% x Rp /lt = Rp. 479,6/lt. - Pemakaian pada tahun 2004 sebesar lt. - Apabila jumlah pemakaian HSD dan keadaan lainya tetap, maka kenaikan harga HSD ini akan menyebabkan peningkatan biaya sebesar Rp. 479,6/lt x lt = Rp Resiko Ketersediaan Energi Air pada PLTA Probabilitas: Kapasitasnya PLTA adalah sebesar 12,40% dari total kapasitas pembangkitan PT. Indonesia Power. Dengan demikian PLTA diharapkan mampu memproduksi 12,40% dari total produksi perusahaan. Atau sebesar 458,6 GWh per bulan. Produksi sebesar 458,6 GWh per bulan dapat dicapai apabila debit air PLTA lebih besar dari 260 m3/dt. Sepanjang tahun probabilitas debit>260m3/dt hanya terjadi 1 bulan dalam setahun atau 8%. 11 bulan lainnya PLTA beresiko kekurangan energi air. Atau probabilitas kelangkaan energi air PLTA adalah sebesar 92%. Dampak: - produksi PLTA rata-rata 258 GWh per bulan - Kekurangannya diproduksi dengan pembangkit lain dengan biaya yang lebih mahal. - Selisih biaya pembangkitan rata-rata Rp.257,61/KWh. - Perusahaan akan menanggung biaya sebesar (458,6 GWh 258 GWh) x Rp257,61/KWh x 12bln = Rp Resiko Kompetisi Probabilitas: Probabilitas terjadinya penurunan market share adalah sebesar 71,43%. Dampak: - Konsumsi listrik GWh - Kehilangan pangsa pasar sebesar 1,99% - Bila besarnya permintaan pasar, dan keadaan lainnya tetap, perusahaan akan mengalami kerugian rata-rata sebesar GWh x 1,99% x (Rp384,63 348,97) = Rp A-35-6

7 Resiko Teknologi Probabilitas: Dampak: Probabilitas resiko pembangkit dengan teknologi berbiaya tinggi (diat as rata-rata) adalah sebesar 44,30%. Sistem kontrak yang baru (sejak tahun 2002), biaya yang disebabkan oleh teknologi pembangkit tidak lagi menjadi resiko. Hal ini disebabkan karena masing-masing pembangkit memiliki harga jual sendiri-sendiri. - Menurut hasil wawancara dengan focus grup dinyatakan bahwa saat ini dampak resiko ini kecil. Resiko Kontrak Sistem Lama Probabilitas: Pada sistem lama sebelum tahun 2002, besarnya probabilitas terjadi biaya produksi lebih besar dari harga jual (kontrak ) adalah sebesar 32,5%. Dampak: - Terjadi harga jual (kontrak) dibawah biaya produksi rata-rata - Rp 74,74 - Bila semua keadaan dianggap tetap, biaya yang harus ditanggung perusahaan yaitu sebesar GWh x Rp74,74/KWh = Rp Resiko Kontrak Sistem Baru Probabilitas: Resiko harga jual (kontrak) lebih kecil daripada biaya produksi adalah 12,88%. Dampak: - Rata-rata selisih sebesar Rp19,26 - Bila besarnya produksi dan keadan lain dianggap tetap, resiko ini akan memberikan dampak berupa biaya atau kerugian yang harus ditanggung perusahaan yaitu sebesar GWh x Rp19,26 = Rp Resiko Nilai Tukar Probabilitas: Berdasarkan hasil wawancara dinyatakan probabilitas kejadian bahwa nilai tukar yang ditetapkan dalam anggaran lebih kecil dari nilai tukar sebenarnya, cukup besar. Sepanjang tahun 2004 seluruh nilai tukar yang ditetapkan dalam anggaran lebih kecil dari nilai tukar sebenarnya. Dampak: - Berdasarkan hasil wawancara, dinyatakan bahwa dampak yang disebabkan oleh kerugian kurs ini tidak terlalu besar. - Hal ini disebabkan karena transaksi yang menggunakan dolar adalah pembelian tenaga panas bumi dan gas alam, serta pembelian komponen maintenance. Total jumlahnya tidak terlalu berpengaruh bagi perusahaan. - Dampak yang disebabkan oleh resiko ini pada tahun 2004 adalah perusahan menanggung kerugian sebesar Rp Resiko Lingkungan Probabilitas: Dalam jangka waktu lima tahun hanya ada tiga kejadian yang dapat terukur langsung. Berdasarkan wawancara dinyatakan bahwa probabilitas terjadinya resiko lingkungan kecil. A-35-7

8 Dampak: - Range yang sangat luas, mulai dari penghambatan pekerjaan opersional sampai dampak nama baik perusahaan yang tidak dapat dinilai dengan materi - Berdasarkan wawancara disimpulkan disimpulkan bahwa dampak dari resiko lingkungan adalah besar Resiko Perubahan Peraturan Pemerintah (Regulasi) Probabilitas: Menurut hasil wawancara probabilitas perubahan peraturan pemerintah dapat dikategorikan rendah. Dampak: - Dampaknya terhadap perusahaan kadang menguntungkan, tetapi lebih sering merugikan. Disimpulakan dampak perubahan peraturan pemerintah cukup tinggi. 3. Analisis Resiko Setelah seluruh resiko yang mengekspose proyek-proyek pembangkit di PT. Indonesia Power dapat diidentifikasi dan diukur, maka tahap selanjutnya dalam manajemen resiko adalah memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengelola resiko tersebut. Keputusan diambil berdasarkan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya suatu resiko dan besarnya dampak atau biaya yang disebabkan bila terjadi satu kejadian beresiko. Hasil dari pengukuran resiko tersebut menghasilkan level-level dari resiko. Resiko-resiko yang terekspose pada pembangkit-pembangkit yang ada di PT. Indonesia Power dikelompokkan menjadi empat level, yaitu resiko rendah (R), moderat (M), tinggi (T), dan ekstrim (E). Tabel 4. Probabilitas dan Dampak dari Masing-masing Resiko NO RESIKO PROBABILITAS DAMPAK 1. Kenaikan harga batubara 75% Rp Kenaikan harga HSD 87,5% Rp Kelangkaan energi primer 92% Rp Resiko teknologi Dipastikan sangat tidak mungkin terjadi Tidak significant 5. Kehilangan pangsa pasar 71,43% Rp Resiko Kontrak ( ) 12,88% Rp Resiko Kontrak ( ) 32,5% Rp Dipastikan sangat 8. Resiko Nilai tukar mungkin terjadi Tidak Significant 9. Resiko Lingkungan Dipastikan sangat tidak mungkin terjadi Malapetaka 10. Resiko Regulasi Dipastikan sangat tidak mungkin terjadi Mayor Resiko-resiko dapat diketahui levelnya dengan menggunakan matriks analisis level resiko. Matriks analisis ini adalah matriks pelevelan resiko menurut manajemen resiko PLN. Matriks ini ada pada table 5. A-35-8

9 Tabel 5. Matriks Analisa Probabilitas dan Dampak Kemungkinan Akibat Tdk Penting Minor Medium Mayor Malapetaka (Sangat Besar) T T E E E 4 (Besar) M T T E E 3 (Sedang) R M T E E 2 (Kecil) R R M T E 1 (Sangat Kecil) R R M T T Probabilitas Sangat Besar Besar 5 1 Sedang 4 Kecil 7 Sangat Kecil 6,10 9 Tidak Penting Minor Medium Mayor Malapetaka Dampak Keterangan: Ekstrim Tinggi Menengah Rendah Gambar 4. Pemetaan Resiko 4. Penanganan Resiko Meminimalisasi resiko (risk mitigation) Kenaikan harga batubara dan HSD Pengelolaan resiko kenaikan harga bahan bakar seperti batubara dan HSD adalah dengan melakukan hedging dalam kontrak pembelian bahan bakar tersebut. Dengan melakukan hedging, naik turunnya harga dapat lebih terkontrol, sehingga sebagian resiko itu ditanggung oleh pihak supplier. Kelangkaan energi primer Resiko kelangkaan energi primer, dalam hal ini kelangkaan debit air dalam pada PLTA. Resiko ini dapat dikontrol untuk mengurangi probabilitasnya. Misalnya dengan melakukan penghijauan daerah resapan air di hulu sungai. Bila daerah hulu terjaga maka debit dan tinggi muka air akan lebih stabil. Dengan demikian probabilitas resiko dapat dikurangi. Kehilangan pangsa pasar Resiko kehilangan pangsa pasar dapat dikelola dengan cara perusahan terus menjaga bahkan meningkatkan keandalan pembangkit-pembangkitnya, sehingga tidak ada kesempatan yang dapat direbut oleh competitor. Cara yang kedua adalah perusahaan harus selalu mengadakan survey dan perencanaan dalam upaya membangun pembangkit-pembangkit baru sehingga kapasitas perusahaan dapat dinaikkan guna menangkap permintaan pasar. A-35-9

10 Resiko Nilai tukar Kontrol yang dilakukan dalam mengelola resiko nilai tukar tidak dapat terlalu berperan dalam meminimalisasi resiko ini. Resiko nilai tukar dapat dikontrol dengan cara perusahaan mengalihkan sebagian resiko tersebut ke pihak lain, contohnya konsumen (PLN). Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan klausul penyesuaian harga jual listrik terhadap fluktuasi nilai tukar. Cara yang lain adalah memakai beberapa mata uang yang berbeda dalam transaksi. Minimalisasi resiko juga dilakukan pada resiko yang ada pada kuadran probabilitas rendah dampak tinggi. Untuk resiko yang ada pada kuadran probabilitas rendah tetapi dampak tinggi, Olsson merekomendasikan perusahaan melakukan tindakan-tindakan atau contingency plan. Tujuan contingency plan ini salah satunya supaya dampak resiko dapat diminimalisasi. Resiko-resiko yang ada pada kuadran ini yang dikelola dengan diminimalisasi dampaknya antara lain: Resiko lingkungan Resiko lingkungan juga merupakan resiko ekstrim. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencegah agar resiko tersebut tidak berdampak besar. Dalam mengelola resiko lingkungan tindakan-tindakan pencegahan perlu dilakukan. Tindakan pencegahan tersebut antar lain pembelian asuransi untuk mengalihkan resiko kerusakan property akibat bencana alam. Untuk mencegah kerusakan alam akibat kegiatan operasi pembangkit, maka perusahaan terus mengontrol ambang batas pencemaran di lingkungan sekitar pembangkitnya dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan apabila memang terjadi pencemaran. Untuk mencegah terjadinya penolakan social ataupun protes dari penduduk setempat, maka perusahan perlu melakukan program-program community development. Resiko regulasi Resiko regulasi adalah resiko yang timbul akibat berubahnya peraturan pemerintah. Peraturan yang paling berpengaruh khususnya adalah peraturan mengenai tataniaga listrik. Untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh reiko ini, perusahaan perlu segera tanggap dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan peraturan yang terjadi. Tabel 6. Pengelolaan Resiko pada Proyek Pembangkitan NO RESIKO Pengelolaan 1 Kenaikan harga batubara Mitigate 2 Kenaikan harga HSD Mitigate 3 Kelangkaan energi primer Mitigate 4 Resiko teknologi Accept 5 Kehilangan pangsa pasar Mitigate 6 Resiko Kontrak ( ) Accept 7 Resiko Kontrak ( ) Decline 8 Resiko Nilai tukar Mitigate 9 Resiko Lingkungan Mitigate 10 Resiko Regulasi Mitigate Menerima resiko (accept risk) Resiko ini merupakan resiko dengan level rendah, yang artinya resiko ini tidak menyebabkan perusahaan menanggung biaya yang besar. Pengelolaan resiko ini adalah A-35-10

11 dengan tidak melakukan apa-apa atau menerima resiko. Resiko ini terdiri dari Resiko Kontrak ( ) dan Resiko Teknologi. Menolak resiko (decline risk) Resiko kontrak ( ) yang memiliki dampak yang ekstrim adalah resiko pada kontrak penjualan listrik yang lama. Pada sistem kontrak ini listrik yang diproduksi pembangkit dibeli dengan satu harga bulk. PT. Indonesia Power mengelola resiko ini dengan menolak sistem kontrak ini dan merubah system kontrak yang lama dengan sitem kontrak yang baru. Sejak tahun 2002 sistem kontrak lama dengan harga bulk sudah tidak berlaku lagi. KESIMPULAN Dalam kajian ini resiko diidentifikasi dengan menggunakan 3 metode yaitu mengacu pada daftar resiko (checklist) yan g dihadapi oleh bisnis sejenis, melakukan analisa pada data laporan keuangan perusahaan, wawancara dengan manajemen perusahaan. Resiko-resiko pada proyek pembangkit tenaga listrik yang berhasil diidentifikasi antara lain sebagai berikut resiko gangguan suply energi primer, resiko kenaikan harga bahan bakar, resiko teknologi, resiko kehilangan pasar energi listrik, resiko kontrak, resiko rugi kurs, resiko lingkungan, resiko perubahan regulasi. Resiko diukur kemungkinan terjadinya (probabilitas) dan dampaknya terhadap perusahaan. Pengukuran dilakukan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Hasil pengukuran resiko-resiko tersebut adalah sebagai berikut. Kenaikan harga batubara Tinggi Kenaikan harga HSD Ekstrim Kelangkaan energi primer Ekstrim Resiko teknologi Rendah Kehilangan pangsa pasar Medium Resiko Kontrak ( ) Tinggi Resiko Kontrak ( ) Ekstrim Resiko Nilai tukar Tinggi Resiko Lingkungan Tinggi Resiko Regulasi Tinggi Resiko-resiko yang ada harus dikelola untuk mengurangi biaya atau kerugian yang harus ditanggung perusahaan. Rekomendasi pengelolaan resiko pada proyek pembangkitan tenaga listrik di PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut. Kenaikan harga batubara Mitigate Kenaikan harga HSD Mitigate Kelangkaan energi primer Mitigate Resiko teknologi Accept Kehilangan pangsa pasar Mitigate Resiko Kontrak ( ) Accept Resiko Kontrak ( ) Decline Resiko Nilai tukar Mitigate Resiko Lingkungan Mitigate Resiko Regulasi Mitigate A-35-11

12 DAFTAR PUSTAKA Carl, Olsson, Risk Management in Emerging Markets: How to Survive and Prosper, Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Chance, Don M., An Introduction to Derivatives & Risk Management, Thomson, South Western, 6 th edition, Chapman Robert J., Simple Tools and Techniques for Enterprise Risk Management, John Wiley & Sons, Crouhy Michel, Dan Galai, Robert Mark, The Essentials of Risk Management, McGraw Hill, Dowd Kevin, Measuring Market Risk, John Wiley & Sons, Elmiger Gregory & Steve S. Kim, Risk Grade Your Investments: measure your risk and create wealth, John Wiley & Sons, Evans, James R. & David L. Olson, Introduction to Simulation and Risk Analysis, Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, 2002 Eydeland, Alexander & Krzysztof Wolyniec, Energy and Power Risk Management New Developments in Modeling, Pricing, and Hedging, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, 2003 Greene, Mark R. & James S. Trieschmann, Risk and Insurance, South-Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio, 1988 Harrington, Scott E. & Gregory R. Niehaus, Risk Management and Insurance, The McGraw-Hill Companies, Inc., Singapore, 2003 Heldman Kim, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbor Light Press, San Fransisco, 2005 Lewis, Nigel da Costa, Operational Risk with Excel and VBA, Applied Statistical Methods for Risk Management, Willey Finance, John Wiley & Sons, Mun, Jonathan, Applied Risk Analysis: moving beyond uncertainty in business, John Wiley & Sons, Mun, Jonathan, Modelling Risk, John Wiley & Sons, A-35-12

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco.

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco. DAFTAR PUSTAKA Carl, Olsson, 2002, Risk Management in Emerging Markets: How to Survive and Prosper, Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A KUESIONER PENELITIAN. Sebelum mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu diharapkan menuliskan informasi tentang perusahaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri :

LAMPIRAN. A KUESIONER PENELITIAN. Sebelum mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu diharapkan menuliskan informasi tentang perusahaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri : DAFTAR PUSTAKA 1. Bank Mandiri, (http://www.bankmandiri.c.id). diakses Februari 2006 2. Crouhy, Michel, et.al (2005), The Essentials of Risk Managemet, McGraw- Hill. 3. Djohanputro, Bramantyo (2004) Manajemen

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKASANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKASANAAN PLA BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKASANAAN PLA 3.1 Deskripsi Tempat PLA Penulis ditugaskan oleh PT Lapi Ganeshatama Consulting melalui Kelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM PT. INDONESIA POWER adalah perusahaan pembangkit listrik terbesar di Indonesia yang merupakan salah satu anak perusahaan listrik milik PT. PLN (Persero). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

Analisa Risiko Investasi Penambahan Jalur Produksi di PT. XYZ dengan Metoda Capital Budgeting DAFTAR PUSTAKA

Analisa Risiko Investasi Penambahan Jalur Produksi di PT. XYZ dengan Metoda Capital Budgeting DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Business Review, 2007, The Indonesia Lighthouse of Business & State Enterprises, Dikutip 17 April, 2007 dari http://www.businessreview.co.id/index.php?module=column&action= kolom_kepuasan_pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Indonesia Power Pada awal tahun 1990-an, Pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikkan. Langkah ke arah deregulasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil peneltian, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah : Dari hasil uji ANOVA 2007, 2008 dan 2009, dapat dikatakan bahwa ketiga metode yang dicoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber kebutuhan hidup yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari manusia. Listrik sangat bermanfaat dalam kehidupan di era

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber energi primer di Indonesia yang terutama meliputi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI *Retno Handayani dan **Suparno Program Pascasarjana Magister Manajemen

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN PEMECAHAN MASALAH. sepenuhnya dimiliki oleh PT PLN (Persero). PT Indonesia power (selanjutnya disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN PEMECAHAN MASALAH. sepenuhnya dimiliki oleh PT PLN (Persero). PT Indonesia power (selanjutnya disebut BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN PEMECAHAN MASALAH 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Organisasi PT Indonesia power merupakan salah satu Anak Perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh PT

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya: 1. The Cipaku Garden Hotel mendahulukan kualitas penjualan

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, dimana pada zaman yang modern ini sudah banyak alat pendukung kehidupan

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan tidak bisa dilepaskan dari risiko, begitu pula dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan penyimpangan

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Metode pemilihan pemasok kawat pada perusahaan Medion berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. terus dilaksanakan. Pembangungan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. terus dilaksanakan. Pembangungan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak bulan Juni 2010 pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Indonesia bebas dari pemadaman bergilir. Sehingga kehadiran industri tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber energi itu antara lain ; minyak bumi, tenaga air, gas alam, batu bara, panas bumi

Lebih terperinci

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis persediaan bahan bal'u dengan model kuantitas pembelian yang optimal (EOQ) didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ASURANSI DAN MANAJEMEN RISIKO 2 (FAK EKONOMI - D3 MANAJEMEN KEUANGAN) KODE / SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ASURANSI DAN MANAJEMEN RISIKO 2 (FAK EKONOMI - D3 MANAJEMEN KEUANGAN) KODE / SKS Sub TIK 1 PENDAHULUAN Memahami ruang lingkup usaha dan obyekobyek pertanggungannya 1. Asuransi a. Pengertian Asuransi b. Macam-macam usaha 2. Perbedaan dengan aktifitas lain a. Perbedaan jiwa dengan tabungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah

BAB 1 PENDAHULUAN. selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU Sudimoro Pacitan dibangun diatas lahan seluas 65 ha, terletak di laut selatan pulau Jawa, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, sekitar 30 km arah timur Kota

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya

Lebih terperinci

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X Eko Purwanto 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencoba merebut pasar yang ada di

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan Pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan.

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SEKTOR PEMBANGKIT

EVALUASI KINERJA SEKTOR PEMBANGKIT EVALUASI KINERJA SEKTOR PEMBANGKIT SIGIT RELIANTORO ASISTEN DEPUTI PENGENDALIAN PENCEMARAN PERTAMBANGAN ENERGI DAN MIGAS Evaluasi PROPER Sektor Energi 2009-2010 2010-2011 PERIODE HITAM MERAH BIRU HIJAU

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pemeriksaan operasional yang dilakukan, peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan dan prosedur perusahaan terkait aktivitas produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan selalu dapat terukur, bila perusahaan tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan selalu dapat terukur, bila perusahaan tersebut memiliki BAB I PENDAHULUAN Kinerja perusahaan selalu dapat terukur, bila perusahaan tersebut memiliki kemauan dan dukungan dari semua pihak untuk menjalankan proses pengukuran tersebut, namun para pemegang kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 39 BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap aktivitas pengelolaan persediaan barang jadi di PT TAS berikut kesimpulan yang peneliti buat: 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB I PROFIL PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB I PROFIL PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG 1.1. Sejarah Perusahaan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang merupakan salah satu dari sembilan unit bisnis yang dimiliki oleh PT Indonesia

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah lama didengungkan dan semakin banyak perusahaan yang berbenah untuk menghadapinya karena era ini akan mempengaruhi seluruh

Lebih terperinci

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan, Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Perusahaan FD, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai masalah yang telah diidentifikasi sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Rancangan KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : Tentang PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PRIMER SETEMPAT DI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TENTANG PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PRIMER SETEMPAT DI WILAYAH YANG TIDAK ATAU BELUM MENERAPKAN KOMPETISI Menimbang:

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. SPIC&SPAN Laundry belum melakukan pengelompokan

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

Abstract. Key words: risk management, hedging, futures

Abstract. Key words: risk management, hedging, futures Abstract The purposes of this paper are : to predict when the steam power plant (PLTU) X will have a shortage of coal fuel supply, and to compare the cost of risk management with futures instrument hedging

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan masyarakat akan energi listrik dari waktu ke waktu mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh: Sujana, Saefudin Zuhdi dan Purwitayani. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRACT

Oleh: Sujana, Saefudin Zuhdi dan Purwitayani. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRACT JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 6 No. 1, April 2006 : 36-40 TEKNIK ANALISIS FORWARD CONTRACT HEDGING DENGAN MONEY MARKET HEDGING DALAM MEMINIMALISASI TINGKAT RISIKO KERUGIAN Studi Kasus Pada PT Elang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ISSN : NO

ISSN : NO ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang cukup besar

Lebih terperinci

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap bangsa dan negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat

Lebih terperinci

ANALISA PENELITIAN PENJUALAN DAN PASAR

ANALISA PENELITIAN PENJUALAN DAN PASAR ANALISA PENELITIAN PENJUALAN DAN PASAR Hotniar Siringoringo Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Bidang penelitian pemasaran cukup luas dan salah satunya adalah penelitian penjualan dan pasar.

Lebih terperinci

PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE. KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta

PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE. KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta 1 2 PROFIL PERUSAHAAN PT. LEYAND INTERNATIONAL Tbk (selanjutnya disebut PERSEROAN) merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Jawa Barat 44,28 juta jiwa (2012) dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,7% per tahun dan diprediksi akan mencapai

Lebih terperinci

EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC

EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC EVALUASI BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE ABC Yan Kurniawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Abstrak Evaluasi biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110

Lebih terperinci

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI RETNO HANDAYANI 9107201614 SLAYA CLGON BLRJA KMBNG TMBUN CWANG MRTW R DEPOK BKASI

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

BAB 6. Kesimpulan dan Saran BAB 6 Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan bahwa rancangan sistem yang diusulkan telah didiskusikan dengan pemilik dan juga tanggapan dari hasil FGD (Formal Group Discussion) yang telah dilakukan

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017 1) Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada Departemen

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON

IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON ITS Surabaya (@rekayasa.co.id) Abstrak PT PJB Unit Pembangkitan Paiton merupakan jenis pembangkit

Lebih terperinci

Ceramah Diskusi. Ceramah Diskusi

Ceramah Diskusi. Ceramah Diskusi RENCANA PEMBELAJARAN SATU SEMESTER MATA KULIAH : RISK MANAGEMENT Deskripsi Mata Kuliah : Mata Kuliah ini menjelaskan tentang pengelolaan resiko perusahaan melalui kerangka Enterprise yang mencangkup pembahasan

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Pembagian Peran Asset Owner, Asset Manager dan Asset Operator (PT. PLN UPJB, 2014)

Gambar 1. 1 Pembagian Peran Asset Owner, Asset Manager dan Asset Operator (PT. PLN UPJB, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan listrik di Indonesia tiap tahunnya selalu meningkat berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,7% per tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara

Lebih terperinci

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010 Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 23 S.D. TAHUN 22 Agus Nurrohim dan Erwin Siregar ABSTRACT In national electricity plan, there are Jawa-Madura-Bali (Jamali) and Non Jamali systems. Those two systems

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 28-217 Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun 28-217 dilakukan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penerapan ISAK 8 Dalam menentukan apakah suatu perjanjian jual beli tenaga listrik antara PLN dengan IPP dapat dikategorikan sebagai perjanjian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia modern. Ketersediaan energi listrik berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran Rumah Makan Bakso Salatiga Bandung terhadap loyalitas konsumen Bakso Salatiga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan perancangan Sistem Informasi Akuntansi siklus pembelian, utang dagang dan persediaan pada PT. Tripola Interindo, maka dapat ditarik simpulan

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN TECHNOLOGIC, VOLUME 5, NOMOR 2 ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN 2011-2013 Erwin Dermawan 1, Agus Ponco 2, Syaiful Elmi 3 Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik,

Lebih terperinci