BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota barat. Secara astronomis, Kota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota barat. Secara astronomis, Kota"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 % dari luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Kecamatan dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota barat. Secara astronomis, Kota Gorontalo terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Gorontalo memiliki batas-batas : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango 2. Sebelah Selatan : Teluk Tomini 3. Sebelah Barat : Sungai Bulango Kabupaten Gorontalo 4. Sebelah Timur : Kecamatan Kabila Kabupatan Bone Bolango Jumlah penduduk Kota Gorontalo pada tahun 2013 tercatat sebanyak jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar per km 2. Jumlah penduduk untuk wilayah kerja Puskesmas Tamalate adalah jiwa atau 13.92% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Untuk wilayah kerja Limba B jumlah penduduk sebanyak jiwa atau 19.97% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi dengan jumlah penduduk jiwa atau 9.24% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Dulalowo dengan jumlah penduduk jiwa atau 15.02% dari 44

2 45 seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa dengan jumlah penduduk jiwa atau 4.92% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Buladu dengan jumlah penduduk jiwa atau 6.31% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Dungingi dengan jumlah penduduk jiwa atau 11.97% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Sipatana dengan jumlah penduduk jiwa atau 9.16% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Dumbo Raya dengan jumlah penduduk jiwa atau 9.48% dari seluruh wilayah kerja Kota Gorontalo. Sarana kesehatan puskesmas yang ada di Kota Gorontalo hingga tahun 2013 sebanyak 9 unit dengan jumlah wilayah kerja bervariasi sebagai berikut : 1. Puskesmas Dumbo Raya mencakup wilayah kerja 5 kelurahan. 2. Puskesmas Tamalate mencakup wilayah kerja 6 kelurahan. 3. Puskesmas Limba B mencakup wilayah kerja 10 kelurahan. 4. Puskesmas Pilolodaa mencakup wilayah kerja 3 kelurahan. 5. Puskesmas Buladu mencakup wilayah kerja 4 kelurahan. 6. Puskesmas Dungingi mencakup wilayah kerja 5 kelurahan. 7. Puskesmas Dulalowo mencakup wilayah kerja 6 kelurahan. 8. Puskesmas Sipatana mencakup wilayah kerja 5 kelurahan. 9. Puskesmas Wongkaditi mencakup wilayah kerja 6 kelurahan Karakteristik Informan Karakteristik Informan dalam penelitian ini sebagai berikut :

3 46 Tabel 4.1 Karakteristik Informan kunci NO Kode Informan Jabatan 1 KM Petugas Sanitarian Dinas Kesehatan Kota Gorontalo 2 FM Kepala Seksi Surveilans Dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Gorontalo 3 AT Kepala Puskesmas Dumbo Raya 4 AP Kepala Puskesmas Tamalate 5 MH Kepala Puskesmas Limba B 6 RA Kepala Puskesmas Pilolodaa 7 RP Kepala Puskesmas Buladu 8 LP Kepala Puskesmas Dungingi 9 AL Kepala Puskesmas Dulalowo 10 RP Kepala Puskesmas Sipatana 11 MH Kepala Puskesmas Wongkaditi Sumber : Data primer, 2013 Tabel 4.2 Karakteristik Informan Biasa NO Kode Informan Jabatan 1 EK Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Dumbo Raya 2 NS Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Tamalate 3 HT Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Limba B 4 LD Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Pilolodaa 5 SJ Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Buladu 6 YA Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Dungingi 7 FD Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Dulalowo 8 AI Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Sipatana 9 VP Pengelola Program Imunisasi Puskesmas Wongkaditi 10 LU Petugas Sanitasi Puskesmas Dumbo Raya 11 NG Petugas Sanitasi Puskesmas Tamalate 12 ZD Petugas Sanitasi Puskesmas Limba B 13 MY Petugas Sanitasi Pilolodaa 14 YT Petugas Sanitasi Puskesmas Buladu 15 ZKL Petugas Sanitasi Puskesmas Dungingi 16 YA Petugas Sanitasi Puskesmas Dulalowo 17 ND Petugas Sanitasi Puskesmas Sipatana 18 RP Petugas Sanitasi Puskesmas Wongkaditi Sumber : Data primer, 2013.

4 Pembahasan Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif yang meneliti tentang sistem pengelolaan limbah medis kegiatan imunisasi di puskesmas se-kota Gorontalo. Adapun puskesmas yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Dumbo Raya, Tamalate, Limba B, Pilolodaa, Buladu, Dungingi, Dulalowo, Sipatana, Wongkaditi. Alasan pemilihan limbah imunisasi sebagai objek dalam penelitian ini karena kegiatan posyandu/imunisasi di puskesmas merupakan kegiatan yang paling banyak menghasilkan limbah. Selain itu alasan pemilihan wilayah Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian karena kegiatan posyandu/imunisasi dilaksanakan setiap hari baik di kelurahan maupun di puskesmas. Kegiatan posyandu/imunisasi ini dilakukan hampir setiap hari dikarenakan generalisasi wilayah per kecamatan di kota Gorontalo sangat luas. Karena posyandu/imunisasi dilaksanakan hampir setiap hari ini menyebabkan banyaknya limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu adanya sistem pengelolaan limbah medis kegiatan imunisasi yang baik. Pemerolehan data tentang sistem pengelolaan limbah medis kegiatan imunisasi disetiap puskesmas yang ada di Kota Gorontalo diperoleh dengan cara wawancara yang menggunakan panduan wawancara serta observasi keadaan lingkungan sekitar puskesmas. Data yang diperoleh dipilah berdasarkan tahap sistem pengelolaan limbah medis. Sistem pengelolaan limbah medis kagiatan imunisasi yang dilakukan adalah dengan minimasi limbah, pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali

5 48 limbah, memperhatikan tempat penampungan sementara, cara pengangkutan (transportasi), serta cara pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir Minimasi limbah Minimasi limbah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dari sumbernya dengan cara kegiatan perawatan dan pembersihan, Menggunakan bahan produksi lebih awal, mengecek tanggal kadaluarsa. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, minimasi limbah yang dilakukan di sembilan puskesmas yang menjadi lokasi penelitian diuraikan berikut ini. Tahap minimasi limbah telah dilakukan oleh seluruh puskesmas yang ada di Kota Gorontalo. Kegiatan tahap minimasi limbah yang dilakukan antara lain kegiatan perawatan dan pembersihan, penggunaan bahan produksi lebih awal, dan pengecekan tanggal kadaluarsa. Dari ke-9 puskesmas yang ada, seluruh kegiatan minimasi limbah yang telah disebutkan di atas dilakukan oleh seluruh puskesmas tersebut (Tabel 1, terlampir). Dalam kegiatan perawatan dan pembersihan, dalam hal ini untuk vaksin imunisasi perlu diperhatikan pengelolaan peralatan vaksin. Pada pengelolaannya, untuk menjaga kualitas vaksin, vaksin harus disimpan pada waktu dan tempat, dan kendali suhu tertentu sesuai peraturan yang tertuang dalam Kepmenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi.tindakan pengelolaan rantai vaksin mutlak dilakukan mengingat adanya vaksin yang terbiat dari kuman atau racun kuman yang hanya dilemahkan dan akan digunakan untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki

6 49 potensi yang baik (imunogenisitas tinggi). Vaksin adalah produk biologis yang sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin polio, campak dan BCG dan ada juga vaksin yang sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Oleh karena itu, setiap puskesmas harus memiliki tempat penyimpanan vaksin seperti lemari es, vaccine carrier, cold pack., cold box, freeze tag/treeze watch. Dari sembilan puskesmas yang ada untuk kepemilikan peralatan vaksin sudah memenuhi tapi untuk puskesmas Dumbo raya belum memiliki lemari es untuk menyimpan vaksin dan sementara waktu di titipkan di Puskesmas Tamalate. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh salah satu informan torang sudah melakukan perawatan vaksin tapi untuk lemari es kami belum memiliki, untuk sementara vaksin di titipkan di Puskesmas Tamalate (ibu Ek, pengelola program imunisasi Puskesmas Dumbo Raya). Untuk kegiatan pembersihan di masing-masing puskesmas menjadi tanggung jawab pengelola program imunisasi di setiap puskesmas. Untuk pelaksanaan perawatan dan pembersihan pada setiap puskesmas telah ada peraturannya. Peraturan yang telah disusun tersebut ditempelkan di atas lemari es agar setiap petugas yang membuka lemari es tersebut tau bagaimana tata cara pelaksanaan perawatan yang baik. Selanjutnya cara minimasi limbah dengan penggunaan bahan produksi lebih awal dan pengecekan tanggal kadaluarsa. Untuk ke dua kegiatan ini hampir sama karena dilaksanaan secara bersamaan. Pengelolaan pengecekan tanggal kadaluarsa serta penggunaan bahan produksi lebih awal atau yang disebut first in first out (fifo) dilakukan agar penggunaan bahan/vaksin tidak akan berisiko fatal

7 50 bagi pasien. Sehingga perlu adanya pengelola program imunisasi yang bertugas untuk membuat perencanaan vaksin sesuai dengan sasaran dan target cakupan penentuan target cakupan merupakan bagian penting dari perencanaan karena target dijadikan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan imunisasi. Jadi banyaknya vaksin yang akan diambil dari gudang farmasi harus sesuai dengan target cakupan yang dibuat agar tidak akan terjadi penumpukan vaksin serta harus dibarengi dengan pengecekan tanggal kadaluarasa vaksin. Karena vaksin yang tidak terpakai/tidak digunakan nantinya akan menjadi limbah apalagi ketika sudah melewati batas kadaluarsa barang. Jadi perlu adanya pengelolaan yang baik. Untuk ke sembilan puskesmas yang menjadi lokasi penelitian ini, sudah melakukan proses minimasi limbah dengan cara mengelola penggunaan vaksin lebih awal dan mengecek tanggal kadaluarsa vaksin. Jika masih ditemukan vaksin yang sudah kadaluarsa di puskesmas, maka akan dilakukan pemusnahan dengan cara lebih dulu mengirimkan surat ke gudang farmasi yang disusul oleh pengiriman vaksin yang sudah kadaluarsa untuk dilakukan pemusnahan di gudang farmasi. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan seorang informan yang mengatakan bahwa untuk vaksin yang kadaluarsa kami membuat berita acara.(ibu Ht, pengelola program imunisasi Puskesmas Limba B) Pernyataan ini juga di dukung oleh pernyataan oleh informan dari dinas kesehatan Kota Gorontalo Biasanya untuk vaksin yang so expair, pengelola program imunisasi melakukan konfirmasi dengan gudang farmasi di puskesmas,vaksin expair itu so tidak bisa dimasukkan di kulkas dan di taruh diluar, baru gudang farmasi puskesmas

8 51 konfirmasi dengan gudang farmasi kota gorontalo untuk dilakukan pemusnahan. (Ibu FM, Kepala seksi surveilans dan imunisasi dinas kesehatan Kota Gorontalo) Untuk kemungkinan adanya limbah vaksin yang kadaluarsa itu sangat tidak mungkin, karena pengelolaan minimasi limbah dengan cara penggunaan vaksin lebih awal pelaksanaanya sudah sangat baik. Dimana tiap-tiap puskesmas mengambil bahan vaksin untuk kebutuhan satu bulan dengan tambahan 10% vaksin untuk keadaan menunggu sesuai yang telah didaftarkan. Mencegah terjadinya penumpukan vaksin yang akan menjadi kadaluarsa, teknik pemakaian yang digunakan adalah mendahulukan vaksin yang lebih dahulu ada dari pada yang baru diambil. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan dari dinas yang menyatakan bahwa Jadi pihak puskesmas dorang bisa minta vaksin untuk yang satu bulan berdasarkan indeks pemakaian sesuai dengan pemakaian sebulan ditambah dengan 10 % untuk keadaan menunggu. Untuk vaksin keadaan menunggu ditujuakan untuk menaggulangi keadaan dimana kakosongan/habis vaksin di dinas. Namun jika tidak, maka untuk penggunaan vaksin berikutnya, vasin yang dalam keadaan menunggu akan digunakan lebih dahulu dari pada yang baru. (Ibu FM, Kepala Seksi surveilans dan imunisasi dinas kesehatan Kota Gorontalo). Jadi untuk kegiatan minimasi limbah medis di puskesmas se-kota Gorontalo dari kegiatan perawatan dan pembersihan, penggunaan bahan produksi lebih awal, dan pengecekan tanggal kadaluarsa sudah terlaksana dengan baik Proses Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang Pada Kepmenkes RI No. No. 42 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi puskesmas yang menyelenggarakan imunisasi wajib bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah imunisasi, dalam hal imunisasi wajib dilaksanakan

9 52 diluar puskesmas, pelaksana pelayanan imunisasi bertanggung jawab mengumpulkan limbah ke dalam safety box untuk selanjutnya di bawa ke puskesmas setempat, sehingga dapat ditegaskan setiap petugas pelaksana imunisasi mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap penanganan limbah medis kegiatan imunisasi terutama menyangkut pemilahan limbahnya. Karena pada tahap pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat yang dihasilkannya limbah. Proses Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang limbah medis sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan. Dalam kegiatan imunisasi yang dilakukan di seluruh puskesmas di Kota Gorontalo pasti menghasilkan limbah berupa jarum suntik/ disposable jenis Auto-Disable Syringe yang hanya dapat dipakai sekali dan dibuang. Gambaran seperti ini menunjukkan bahwa limbah yang dihasilkan tidak dapat digunakan lagi atau dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu kegiatan imunisasi sangat banyak menghasilkan limbah. Untuk pengelolaannya, limbah yang dihasilkan ini perlu dilakukan pemilahan dan pewadahan dengan baik. Tahap pemilahan telah diakukan oleh seluruh puskesmas meskipun dalam pelaksanaannya masih tejadi pencampuran antara limbah medis dan limbah medis non medis. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dari salah satu informan dari puskesmas Dumbo Raya yang menyatakan bahwa untuk pemilahan limbah medis sudah dilakukan tetapi tidak bisa dipungkiri itu masih juga terjadi pencampuran. (Ibu Ek, Pengelola program Imunisasi Puskesmas Dumbo Raya).

10 53 Pada tahap pemilahan ini untuk limbah jarum suntik/ disposable seluruh puskesmas dipisahkan dengan limbah lainnya. Limbah yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya dimasukkan ke wadah yang disesuaikan dengan jenis limbah hasil pemilahan. Pewadahan yang dilakukan harus menggunakan wadah berupa safety box dengan simbol biohazard, hal ini telah sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu benda tajam sebaiknya ditampung menggunakan safety box atau terbuat dari bahan yang kuat ( Tabel 2, terlampir). Hal ini agar benda tajam tidak menembus kebagian luar karena apabila benda tajam seperti jarum suntik menembus tempat pengumpulan akan menyebabkan tertusuk kepada tenaga kesehatan yang menangani limbah medis tersebut. Sedangkan untuk pemilahan limbah berupa flakon, ampul, kapas, handscoon telah dilakukan pemilahan yaitu dipisahkan dengan limbah non medis namun dalam hal ini wadah yang digunakan masih belum sesuai dimana beberapa puskesmas yaitu Puskesmas Sipatana, Dungingi, Wongkaditi menggunakan safety box sebagai tempat untuk membuang limbah. Berdasarkan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa wadah yang digunakan belum sesuai, peraturan di atas didukung oleh pernyataan salah satu informan dari dinas kesehatan kota Gorontalo yang menyatakan bahwa menggunakan safety box sebenarnya bisa tapi dalam klasifikasinya tidak masuk karena itu hanya khusus untuk jarum suntik/disposable (Ibu FM, Kepala seksi surveilans dan imunisasi dinas kesehatan Kota Gorontalo)

11 54 Di Puskesmas Buladu pewadahannya menggunakan kantong plastik tanpa simbol biohazard sebagai wadah flakon, ampul, kapas, handscoon dan di Puskesmas Tamalate, Dumbo Raya, Pilolodaa, Limba B, Dulalowo hanya menggunakan keranjang sampah biasa sebagai wadah untuk menampung limbah. Menurut Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 penggunaan kantong plastik dan keranjang sampah sebagai wadah menampung limbah belum sesuai. Karena limbah medis imunisasi yang dihasilkan merupakan limbah infeksius maka untuk kantong plastik yang digunakan berwarna kuning dengan simbol biohazard. Jadi rata-rata di seluruh puskesmas yang berada di Kota Gorontalo pewadahannya belum sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 (Tabel 2, terlampir) Tempat penampungan Tempat penampungan sementara, merupakan tempat untuk menampung limbah sebelum diangkut untuk pemusnahan akhir limbah. Untuk penampungan sementara sebuah puskesmas minimal mempunyai incinerator di lingkungannya untuk membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam, dan bagi yang tidak mempunyai incinerator maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai incinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. Untuk Puskesmas Wongkaditi dilihat dari tempat penampungannya telah memenuhi syarat tapi jika disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh WHO tempat penampungan sementara yang dimiliki Puskesmas Wongkaditi belum

12 55 sesuai. Adapun tempat penampungan yang sesuai berdasarkan rekomendasi WHO yaitu : a. Ruangan atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan b. Lantai yang kokoh, impermiebel, drainase baik, dan mudah dibersihkan / desinfeksi c. Ruangan penampungan harus tetap di kunci untuk mencegah masuknya mereka yang tidak berkepentingan. d. Ruangan harus terlindungi dari sinar matahari. e. Ruangannya harus terlindung dari serangga, burung dan binatang lainnya. f. Pencahayaan ruangan baik fentilasinya pasif g. Frekuensi pengumpulan limbah. Di Puskesmas Wongkaditi limbah yang dipilah ditampung di dalam gudang incinerator, dengan ukuran 2 x 2 meter. Ukuran gudang tempat penampungan ini sudah sesuai dengan banyaknya limbah yang dihasilkan. Lokasi gudang yang dijadikan tempat penampungan ini terpisah dari gedung utama puskesmas sehingga tidak menggangu aktifitas pelayanan puskesmas. Hampir seluruh persyaratan yang direkomendasikan WHO untuk tempat penampungan telah sesuai, namun untuk frekuensi penampungan limbah belum sesuai. Dimana frekuensi penampungan yang ada di puskesmas ini telah melebihi batas waktu yang telah direkomendasikan yaitu 27 jam. Artinya untuk penampungan limbah yang ada sudah mengalami penumpukan (Tabel 3, terlampir). Hal ini terjadi

13 56 diakibatkan oleh incinerator yang dimiliki puskesmas telah rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan Sudah lama ditumpuk diruangan incinerator sebagai tempat penampungan sementara karena tidak diangkut (Ibu Rp,petugas sanitasi Puskesmas Wongkaditi) Gambar 4.1 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Wongkaditi Untuk tempat penampungan sementara di Puskesmas Dumbo Raya, limbah di tampung dalam sebuah ruangan yang berada di dalam puskesmas, tercampur dengan limbah lain berupa kardus kosong. Ruangan yang digunakan tidak terkunci sehingga memungkinkan masuknya hewan pengerat atau serangga. Sedangkan untuk lama penampungan telah >27 jam dan terjadi penumpukan karena Puskesmas Dumbo Raya tidak memiliki alat pemusnah limbah (Tabel 3, terlampir). Hal ini seperti yang pernyataan salah satu informan Jemputan dari dinas belum ada, sehingga limbah medis masih menumpuk dipuskesmas (Ibu Lu, Petugas Sanitarian Puskesmas Dumbo Raya)

14 57 Gambar 4.2 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Dumbo Raya Sementara di Puskesmas Tamalate tidak memiliki tempat penampungan sementara limbah. Dari hasil observasi ditemukan bahwa limbah yang dihasilkan dari kegiatan imunisasi di letakkan dibawah tangga yang ada di puskesmas, dan lama penampungan limbah sudah >27 jam karena puskesmas tidak memiliki incinerator (Tabel 3, terlampir). Dengan gambaran lokasi penampungan limbah yang seperti ini menunjukkan ketidaklayakan tempat dan tidak sesuai dengan apa yang telah direkomendasikan. Gambar 4.3 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Tamalate Selanjutnya tempat penampungan limbah yang dihasilkan dari kegiatan imunisasi di Puskesmas Limba B. untuk limbah yang dihasilkan diletakkan di salah satu ruangan staf, diletakkan didekat lemari es untuk penyimpanan vaksin. Dari segi kelayakan tempat penampungan, tempat yang digunakan oleh

15 58 puskesmas ini tergolong tidak layak karena tempat yang digunakan sebagai tempat penampungan bukan merupakan ruangan khusus yang dibuat untuk penampungan. Selain itu, lokasinya yang masih berbaur dengan ruangan-ruangan lain yang ada dipuskesmas juga menggambarkan salah satu bentuk ketidak layakan tempat penampungan ini. Di Puskesmas Limba B ini sudah memiliki incinerator tapi alat ini tidak berfungsi lagi, sehingga untuk limbah yang ditampung perlu dikirim untuk proses pemusnahan nanti. Untuk limbah yang akan dikirim, minimal lama penampungan di tempat penampungan harus 27 jam. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa lama penampungan limbah ini sudah >27 jam. Sehingga dari segi lamanya waktu penampungan limbah di puskesmas ini sudah tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat lagi (Tabel 3, terlampir). Hal ini juga seperti pernyataan dari salah satu informan karena tidak ada pengangkutan berarti sudah lama tertumpuk di ruang penampungan (Ibu Zd,Petugasa sanitasi Puskesmas Limba B) Gambar 4.4 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Limba B Di Puskesmas Pilolodaa tidak memiliki tempat penampungan limbah. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan imunisasi ini langsung dibawa dan di masukkan ke tempat sampah medis yang kemudian dibakar. Dengan bentuk

16 59 pemprosesan limbah seperti ini, di Puskesmas Pilolodaa ini otomatis juga sudah tidak memiliki incinerator sebagai alat pemusnah limbah. Lain halnya di Puskesmas Buladu yang memiliki incinerator namun sudah tidak berfungsi lagi. Untuk tempat penampungan limbahnya digunakan ruangan incinerator yang jika dilihat dari segi kelayakan tempat sudah sesuai. Tapi dari hasil observasi, masih juga ditemukan limbah medis berupa jarum suntik/disposable yang berserakan di tanah yang berada di samping ruangan incinerator yang terlihat pada gambar 4.5 Kondisi seperti ini tentunya dapat membahayakan. Sehingga dari bentuk kalayakan tempat penampungan sudah sangat tidak sesuai. Gambar 4.5 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Buladu Untuk Puskesmas Dungingi, tempat penampungan limbah digunakan ruangan incinerator tapi ruangan ini tidak terkunci dan sudah ada limbah yang berserakan atau keluar dari ruangan tersebut. Hal ini diakibatkan terjadi banjir di Puskesmas Dungingi yang berhasil menerobos masuk ke dalam tempat penampungan sehingga safety box yang dijadikan sebagai wadah unruk menampung limbah menjadi basah dan rusak. Jadi keadaan didalam ruangan penampungan sudah tidak teratur dengan baik. Di puskesmas ini sudah memiliki

17 60 incinerator tapi sudah tidak berfungsi lagi sehingga terjadi penumpukan limbah dengan lama penampungan >27 jam (Tabel 3, terlampir). Gambar 4.6 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Dungingi Sementara di Puskesmas Dulalowo dan Sipatana tempat penampungannya sebagai berikut, untuk Puskesmas Dulalowo tempat penampungan limbah berada di daerah sekitar puskesmas. Ruangan yang digunakan ini hanya ditutupi dengan terali besi, sehingga dapat dikatakan bahwa ruangan ini merupakan ruang terbuka seperti pada gambar 4.7 yang memungkinkan serangga atau hewan pengerat dapat masuk keruangan tersebut. Di puskesmas ini juga tidak memiliki incinerator dan lama penampungan limbah yang dilakukan sudah melebihi dari apa yang ditentukan (Tabel 3, terlampir). Hal ini di karenakan tidak dilakukan pemusnahan limbah. Gambar 4.7 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Dulalowo

18 61 Sedangkan di Puskesmas Sipatana tidak memiliki tempat atau ruangan khusus untuk menampung limbah. Tempat yang digunakan sebagai tempat penampung hanya meminjam bangunan kantor yang berada di depan puskesmas. Walaupun sudah memiliki tempat penampungan, tapi ruangan ini dibiarkan terbuka. Sehingga masih dalam kualifikasi tempat yang belum sesuai. Puskesmas ini juga merupakan salah satu puskesmas yang tidak memiliki incinerator, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah. Hal ini juga disebabkan oleh karena lama penampungan yang sudah >27 jam dari apa yang ditentukan (Tabel 3, terlampir). Gambar 4.8 Kondisi Tempat Penampungan Limbah Medis di Puskesmas Sipatana Mengacu pada persyaratan tempat penampungan yang telah direkomendasikan oleh WHO, dari ke sembilan puskesmas yang menjadi tempat penelitian tidak ada satu pun yang memenuhi syarat yang telah direkomendasikan. Keadaan seperti ini harus diperhatikan oleh instansi yang bersangkutan untuk perbaikan dan kelayakan sistem penampungan yang ada di masing-masing puskesmas.

19 Pengangkutan (Transportasi) Pada proses pengangkutan limbah, harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kenderaan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. b) Kantong limbah padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang. c) Petugas yang mengangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry, pelindung kaki/sepatu bot, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves) Untuk pengangkutan jarum suntik/disposable ini diseluruh puskesmas yang ada tidak menggunakan wadah atau tempat untuk mengumpulkan limbah melainkan jarum suntik/disposable yang sudah berada di dalam safety box diangkut ke tempat penampungan sementara maupun ke tempat penangan akhir limbah (Tabel 4, terlampir). Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan di puskesmas Wongkaditi mengatakan : Untuk mengangkut jarum suntik/disposable tidak menggunakan wadah lain tapi langsung safety box itu di angkat dan dipindahkan ke gudang incinerator karena safety box itu sudah aman (Ibu RP, Petugas sanitasi Puskesmas Wongkaditi) Sedangkan untuk pengangkutan flakon, ampul, kapas, handscoon di beberapa puskesmas berbeda, seperti misalnya di puskesmas Dumbo Raya,

20 63 Dungingi, Sipatana, dan Wongkaditi, diangkut menggunakan safety box yang digunakan untuk menampung limbah tersebut (Tabel 4, terlampir). Untuk puskesmas Tamalate, Limba B, Pilolodaa, Buladu, Dulalowo menggunakan tempat sampah untuk mengangkut limbah tersebut ke tempat penampungan maupun tempat pemusnahan (Tabel 4, terlampir). Rata-rata untuk petugas yang menangani limbah di puskesmas melekat pada tugas dari petugas sanitasi yang ada dipuskesmas. Namun di puskesmas Tamalate dan Pilolodaa yang bertugas mengangkut limbah adalah cleaning service, sehingga banyak kendala yang dihadapi dalam pengangkutan limbah (Tabel 5, terlampir). Seperti yang diutarakan oleh informan dari Puskesmas Pilolodaa. karena petugas yang mengangkut limbah adalah cleaning service, jadi pemahaman tentang pengelolaan limbah sangat kurang (Bpk My, Petugas sanitasi Puskesmas Pilolodaa) Sehingga perlu adanya pelatihan atau pengetahuan bagi mereka akan bahaya-bahaya apabila tidak berhati-hati dalam melakukan penangan limbah. seperti agar tidak terkontaminasi oleh limbah harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar. Sebab dari hasil wawancara ada juga petugas yang menangani limbah tidak menggunakan alat pelindung. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan yang mengatakan bahwa petugas yang mengangkut limbah medis, pada saat pengangkutan sama sekali tidak menggunakan alat pelindung sesuai yang direkomendasikan (Bpk My, Petugas sanitasi Puskesmas Pilolodaa) Hanya di Puskesmas Dumbo Raya, Tamalate, Limba B, dan Buladu yang menggunakan handscoon disaat menangani limbah. Itu pun belum sesuai karena

21 64 handscoon yang digunakan masih saja bisa ditembus oleh benda tajam (Tabel 5, terlampir). Pengangkutan limbah medis hanya di lakukan dari sumber penghasil limbah ke tempat penampungan sementara maupun ketempat penanganan akhir karena ada beberapa puskesmas yang menangani limbah dengan cara dibakar/ditimbun dilingkungan sekitar puskesmas. Keadaan ini terjadi karena incinerator yang berada di puskesmas maupun di dinas kesehatan dalam keadaan rusak. Jadi untuk pengangkutan limbah, di Sembilan puskesmas ini belum memperhatikan hal-hal atau standar yang ditentukan dalam pengangkutan, karena masih banyak hal-hal yang belum sesuai seperti alat yang digunakan untuk mengangkut serta alat pelindung yang digunakan Pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah medis padat Untuk penanganan akhir jarum suntik/disposable di Puskesmas Dumbo Raya dan Limba B pernah dimusnahkan dengan cara dibakar/ditimbun ada juga yang dibuang ke TPA. Hal ini disebabkan karena puskesmas ini tidak memiliki fasilitas atau alat untuk memusnahkan limbah atau memiliki alat namun sudah tidak dapat difungsikan (Tabel 6, terlampir). Namun saat ini penanganan seperti ini tidak dilanjutkan lagi karena lahan yang digunakan untuk penimbunan dan pembakaran sudah tidak ada lagi sehingga terjadi penumpukan. Hal ini seperti yang di kemukan oleh salah satu informan di puskesmas dulunya ketika masih ada lahan, penanganan akhir jarum suntik/disposable dimusnahkan dengan cara dibakar/ditimbun, Karena sudah tidak ada lahan jadi

22 65 dibiarkan menumpuk di tempat penampungan.(ibu ZD, Petugas sanitasi Puskesmas Limba B) Di Puskesmas Dulalowo pemusnahannya hampir sama dengan puskesmas Dumbo Raya dan Limba B. Bedanya di puskesmas sama sekali tidak memiliki alat pemusnah limbah. Mereka hanya mengandalkan alat yang berada di dinas kesehatan. Kondisi ini didukung dengan adaya pernyataan dari salah satu informan yaitu Karena limbah medis di puskesmas paling banyak adalah jarum suntik sehingga penanganannya sederhana, tidak memerlukan peralatan dan tenaga yang fungsional, seharusnya limbah itu dimusnahkan lewat incinerator tapi incinerator di kota tidak ada jadi kita hanya menggunakan galian dan dibakar (Bpk Al, Kepala Puskesmas Dulalowo) Pernyataan ini juga dibenarkan oleh informan dari dinas kesehatan yang menyatakan bahwa Tahapan akhir pembuangan limbah medis terjadi penumpukan limbah medis padat di puskesmas karena tidak ada incinerator. (Bpk KM, Petugas sanitarian dinas kesehatan Kota Gorontalo) Cara penanganan yang seperti ini tidak sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa benda tajam harus diolah dengan incinerator. Penggunaan incinerator dipilih untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, tidak dapat dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill. Incinerator yang dioperasikan harus pada suhu antara C dan C sampai limbah benar-benar musnah dan residunya aman untuk dibuang. Selain itu jika limbah jarum suntik/ disposable ini langsung dibuang ke TPA tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu dapat membahayakan diantaranya bahaya kematian yaitu dengan membiarkan jarum bekas berada di tempat atau tanah terbuka menimbulkan resiko bagi masyarakat. Paling sering,

23 66 anak-anak menjadi korban terkena luka tusukan jarum akibat pembuangan jarum yang di lakukan sembarangan. Begitu juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah. Selain itu penularan penyakit dapat terjadi mengingat virus hepatitis B dan C dapat bertahan sampai 1 minggu pada tetesan darah yang berada dalam jarum suntik. Lain halnya dengan Puskesmas Pilolodaa yang melakukan pemusnahan jarum suntik menggunakan nidle destroyer untuk menghancurkan jarum suntik ini sudah tepat dan untuk dispo dibakar dengan limbah lainnya di tempat sampah medis yang telah disediakan di puskesmas (Tabel 6, terlampir). Sedangkan untuk Puskesmas Tamalate, Buladu, Dungingi, Sipatana, dan Wongkaditi tidak melakukan pemusnahan, dimana limbah dibiarkan menumpuk di tempat penampungan sementara karena puskesmas tidak memiliki fasilitas yang mendukung pengelolaan limbah dan ada juga incinerator yang mereka miliki sudah tidak berfungsi lagi (Tabel 6, terlampir). Hal ini dibenarkan dari hasil wawancara Kepala Puskesmas Dungingi yang menyatakan bahwa sarana tidak bisa difungsikan lagi, sehingga limbah medis menjadi tertumpuk. (Ibu Lp, Kepala Puskesmas Dungingi) Hal yang sama juga di nyatakan oleh salah satu informan Kendalanya itu karena setelah mau dikelola alatnya rusak jadi sekarang torang masih tampung di safety box (Ibu Rp, Kepala Puskesmas Sipatana) Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hampir seluruh puskesmas di Kota Gorontalo belum melakukan pemusnahan limbah dengan baik, kecuali Puskesmas Pilolodaa (Tabel 6, terlampir).

24 67 Seperti halnya penanganan jarum suntik/disposable untuk penanganan akhir flakon, ampul, kapas, handscoon di Puskesmas Dumbo Raya, Pilolodaa, dan Wongkaditi dimusnahkan dengan cara dibakar/ditimbun seperti hasil wawancara dengan salah satu informan yang mengatakan untuk flakon, ampul, kapas, handscoon dimusnahkan dengan cara dibakar di dalam tempat sampah medis.(bpk, My, Petugas Sanitasi Puskesmas Pilolodaa) Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa untuk limbah infeksius sebaiknya di musnahkan menggunakan incinerator, karena ampul dan flakon terbuat dari bahan kaca/tajam maka tidak akan cepat musnah jika tidak dilakukan pembakaran dengan suhu yang tepat Hal ini dibenarkan oleh informan dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo pembakaran yang dilakukan mesti diawasi dan dijaga sampai hancur karena ini kaca tidak cepat membaur dengan tanah, itu pentingya incinerator karena semua limbah flakon, ampul yang dimasukkan semuanya dibakar habis.(ibu Fm, Kepala seksi surveilans dan imunisasi dinas kesehatan Kota Gorontalo) Sedangkan untuk Puskesmas Limba B membuang limbah ke TPA, hal ini dapat menimbulkan resiko penularan penyakit kepada masyarakat, karena beberapa vaksin yang pada dasarnya adalah virus atau bakteri yang dilemahkan seperti virus hepatitis sangat persisten di udara kering dan dapat bertahan hidup selama beberapa minggu diatas tanah dan vektor seperti tikus, lalat, dan kecoa yang makan maupun bertelur pada sampah organik, disebut sebagai carrier pasif mikroba patogen, jumlahnya akan meningkat tajam jika terjadi kekeliruan dalam pengelolaan limbah (Tabel 7, terlampir).

25 68 Untuk puskesmas lainnya seperti Puskesmas Buladu, Tamalate, Dungingi, Dulalowo, Sipatana, untuk limbah ini tidak dilakukan pemusnahan tetapi dibiarkan menumpuk di tempat penampungan atau ruang incinerator (Tabel 7, terlampir). Jadi untuk cara pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah medis padat di Sembilan puskesmas se-kota Gorontalo belum sesuai dengan apa yang di rekomendasikan dalam Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004.

STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO. Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1

STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO. Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1 STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo yaitu Puskesmas Tamalate, Puskesmas Wongkaditi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN -14- LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS RAWAT INAP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS RAWAT INAP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS RAWAT INAP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas 2.1.1 Pengertian puskesmas Fase persiapan pembangunan dibidang kesehatan, yaitu akhir tahun 1960-an, di tandai dengan suatu inovasi yang fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 No. Responden : (Diisi oleh peneliti) A. Data Karakteristik Responden Petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografi Rumah Sakit Kusta Toto Kabupaten Bone Bolango terletak di desa Toto Utara Kecamatan Tilong Kabila memiliki luas tanah 8 Ha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016 75 Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL)

Lebih terperinci

kantong plastik berbeda warna dan diberi label, kemudian safety box, troli.

kantong plastik berbeda warna dan diberi label, kemudian safety box, troli. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Komponen Input Ada 4 variabel penelitian dalam Komponen Input terkait pengelolaan limbah medis a. Kebijakan Rumah sakit telah memili SOP sedangankan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan. Masyarakat awam biasanya hanya menyebutnya sampah saja. Bentuk, jenis,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT TK.III ROBERT WOLTER MONGINSIDI MANADO Bebi Darlin Kakambong *, Harvani Boky *, Rahayu H. Akili * * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas

Lebih terperinci

CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG

CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG 84 Lampiran 1 CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS CIPAGERAN KELURAHAN CITEURERUP KOTA CIMAHI PENGAMATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung

Lebih terperinci

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH METODE DISKUSI DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS PADAT DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2010 NOMOR RESPONDEN :

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN 2016) Oleh: INDANG DEWATA Pusat Penelitian Kependudukan, Lingkngan Hidup dan Kebencanaan Unicersitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli 66 Lampiran 1. Jadwal Penelitian Jenis kegiatan Pelaksanaan seminar proposal 1 penelitian Pengurusan surat pengantar penelitian dari jurusan Farmasi UII Pengurusan surat perijinan penelitian ke 3 Dinas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PERJANJIAN JASA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS. Pada hari ini,... Dengan

PERJANJIAN JASA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS. Pada hari ini,... Dengan PERJANJIAN JASA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS Pada hari ini,... tanggal......, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan Perusahaan Alamat Selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut sebagai PIHAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan

Lebih terperinci

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit KMA 43026 Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang Selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105 0 37 bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Julita/095102081 adalah mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan program yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3 Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Ada sisa obat yang terbuang Limbah Rumkital Dr Ramelan Limbah Medis a. Perban

Lebih terperinci

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 MEDIS Penyimpanan limbah B3 merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan limbah B3. Tata cara pelaksanaan dan ketentuan teknis mengenai bangunan penyimpanan limbah B3 terdapat dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian. Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah infeksius, sisa operasi, sisa suntikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kehidupan manusia, sampah/limbah belum menjadi suatu masalah tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR 6.1. Pengelolaan Sampah Pasar Aktivitas ekonomi pasar secara umum merupakan bertemunya penjual dan pembeli yang terlibat dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) 1. Pendahuluan Rumah sakit dengan berbagai kegiatannya menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat bahan

Lebih terperinci

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang

Lebih terperinci

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG Jefrin Sambara 1, Ni Nyoman Yuliani 2, Maria Lenggu 3, Yohana Ceme 4 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Email : y.ninyoman@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat?

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat? Pedoman Wawancara Analisis Pengelolaan limbah Padat dan Cair RSU dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2011 A. DATA RESPONDEN NAMA : JABATAN : PENDIDIKAN : B. PERTANYAAN SUMBERDAYA 1. Berapa jumlah

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pelabuhan Gorontalo telah dibangun sejak tahun 1980 merupakan pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat I. Pendahuluan Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembangunan di lakukan pemerintah dewasa ini tidak hanya meliputi satu bidang saja, tetapi meliputi berbagai bidang termasuk bidang kesehatan.salah satu upaya untuk

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

MENJAMIN KUALITAS VAKSIN DENGAN MANAJEMEN RANTAI DINGIN

MENJAMIN KUALITAS VAKSIN DENGAN MANAJEMEN RANTAI DINGIN MENJAMIN KUALITAS VAKSIN DENGAN MANAJEMEN RANTAI DINGIN RINANSITA WARIHWATI Fakultas Kedokteran uiversitas Gadjah Mada Yogyakarta Email: rinansita.warihwati@gmail.com ABSTRAK Kemajuan Konsep paradigma

Lebih terperinci

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Abstract Public Health Center is one of the institution which produce medical waste.

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Contoh Audit Lingkungan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN Aulia Andarnita Mahasiswa S Kesehatan Masyarakat U budiyah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian. Vaksin merupakan material biologis yang sangat mudah kehilangan potensinya. Bila ini terjadi maka akan terjadi kegagalan vaksin untuk menstimulasi respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Vaksin Vaksin merupakan suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA Identitas Responden Petunjuk: isilah data identitas Anda di bawah ini dan lingkari pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang Anda alami, dengan sebenar-benar nya dan sesuai identitas. 1. Nama

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 Januari 2012 melalui wawancara mendalam atau indepth interview kepada informan

Lebih terperinci