BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas Pengertian puskesmas Fase persiapan pembangunan dibidang kesehatan, yaitu akhir tahun 1960-an, di tandai dengan suatu inovasi yang fundamental dan monumental berupa dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan (departemen kesehatan, 1995). Semula pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat diselenggarakan melalui berbagai bentuk sarana seperti Balai Pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), klinik KB, dan lain-lain. Hal ini dirasakan kurang efisien dan efektif, sehingga dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 1968 ditetapkan penyatuan dari semua pelayanan kesehatan dasar tersebut kedalam satu lembaga yang disebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pada waktu yang lalu, terdapat 13 jenis pelayanan yang harus dilaksanakan puskesmas, di mana enam diantaranya disebut sebagai pelayanan pokok (dikenal dengan sebutan basic six). Keenam pelayanan pokok itu adalah pendidikan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, Kesehatan Ibu anak dan keluarga berencana (KIA & KB), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan (Hartono, 2010). Fasilitas layanan kesehatan yang menghasilkan sampah medis di kota gorontalo yaitu puskesmas, diantaranya melalui : 10

2 11 1. Posyandu (Imunisasi) Dan Tim Medis Keliling 2. Pelayanan Puskesmas : KIA dan KB, Poli Gigi 3. Pelayanan pustu 2.2 Tinjauan Umum Imunisasi Pengertian imunisasi Menurut Ranuh (dalam Hidayah, 2011) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di indonesia baru ada 7 macam penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang disebut Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Jenis penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi di Indonesia adalah : 1. Difteri 2. Pertusis 3. Tetanus 4. Tuberkulosis 5. Campak 6. Poliomyelitis 7. Hepatitis B Jenis-Jenis Imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

3 12 1. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon. 2. Imunisasi pasif Menurut Atikah (dalam Hidayah, 2011) merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi Macam-Macam Imunisasi 1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. 2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi (Depkes RI, 2006).

4 13 3. Vaksin Hepatitis B Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan. 4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine) Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. 5. Vaksin Campak Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin Tujuan Imunisasi Menurut Ranuh (dalam Hidayah, 2011) tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain: 1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular. 2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

5 14 3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh aktifitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang dibuangkerena tidak dibutuhkan atau diinginkan lagi. Sedangkan sampah yaitu suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Limbah medis atau limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboraturium (Direktoral jendral PP & PL, 2012). Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/ SK/ X/2004, Depkes RI, 2004). Limbah imunisasi dalam penelitian ini yakni limbah yang dihasilkan dari kegiatan posyandu (imunisasi) berupa jarum, suntik, disposable, flakon, ampul, kapas, dan handscoon. Limbah imunisasi termasuk dalam klasifikasi : 1. Limbah infeksius adalah limbah yang di duga mengandung bahan patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan. (Asmadi, 2013)

6 15 2. Limbah benda tajam adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat, dapat menyebabkan luka iris atau tusuk misalnya jarum suntik, kaca sediaan, infuse set, ampul/vial obat, dan lain-lain. 3. Limbah farmasi adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi misalnya : a) Mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan obat. b) Termasuk sarung tangan, masker. 2.4 Pengelolaan Limbah Medis Padat Sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 untuk pengelolaan limbah medis padat yaitu : Minimasi Limbah 1. Setiap rumah sakit/puskesmas melakukan reduksi limbah dimulai dari sumbernya. 2. Setiap rumah sakit/puskesmas harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Melakukan Kegiatan perawatan dan pembersihan, Menggunakan bahan produksi lebih awal, mengecek tanggal kadaluarsa Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang 1) Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah. 2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

7 16 3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. 4) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi. 5) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila fasilitas layanan kesehatan tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi. Tabel 2.1 Metode Sterilisasi Untuk Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak Metode sterilisasi Suhu Waktu kontak Sterilisasi dengan panas - Sterilisasi kering dalam oven Poupinel - Sterilisasi basah dalam otoklaf Sterilisasi dengan bahan kimia - Ethylene oxide (gas) - Glutaraldehyde (cair) Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit menular & penyehatan lingkungan 6) Pewadahan limbah medis padat menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label seperti tabel C C C 50 0 C 60 0 C menit 60 menit 30 menit 3 8 jam 30 menit

8 17 Tabel 2.2 Rekomendasi kode warna untuk limbah layanan kesehatan Warna No Kategori kontainer/kantong Lambang Keterangan plastik 1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif Kantong plastik kuat, 2 anti bocor, atau Sangat Kuning kontainer yang dapat infeksius disterilisasi dengan otoklaf 3 Limbah infeksius, patologi, dan anatomi Kuning 4 Sitotoksis Ungu Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer Kontainer plastik kuat dan anti bocor Limbah kimia Kantong plastik atau 5 Coklat - dan farmasi kontainer Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit menular & penyehatan lingkungan 7) Proses daur ulang tidak bisa dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari pengolahan foto rontgen. 8) Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan Limbah Sitotoksik. Kunci minimisasi dan pengelolaan limbah layanan kesehatan secara efektif adalah pemilahan (segregasi) dan identifikasi limbah. Penanganan, pengolahan dan pembuangan akhir limbah berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya yang dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam melindungi kesehetan masyarakat. Pemilahan merupakan tanggungjawab yang di bebankan pada produsen limbah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkannya

9 18 limbah, kondisi yang tetap terpilah itu harus tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pengangkutan. Selain pengkodean berdasarkan warna pada kontainer limbah praktek berikut juga direkomendasikan: 1. Limbah benda tajam harus dikumpulkan bersamaan, baik yang terkontaminasi ataupun tidak. Kontainernya harus anti robek (biasanya terbuat dari logam atau palstik berdensitas tinggi) dan pas dengan tutupnya. Kontainer itu harus kokoh dan impermiabel agar dapat menahan benda tajam dan cairan residu yang keluar dari spuit tetap dalam kontainer. Untuk menurunkan resiko kerusakan, kontainer harus tahan banting (sulit dibuka atau dipecahkan) dan jarum serta spuit harus di buat tidak berguna lagi. Jika kontainer plastik atau logam tidak tersedia atau terlalu mahal sebaiknya gunakan kontainer yang terbuat dari papan kardus padat (WHO,1997). Kemasan tersebut untuk memudahkan pengangkutan dan harus dilapisi dengan plastik seperti pada gambar berikut: Gambar 2.1. Kotak Pengaman (Safety box) (Depkes RI, 2006) 2. Kantong dan kontainer untuk limbah infeksius harus ditandai dengan simbol seperti pada gambar berikut :

10 19 Gambar 2.2 Simbol internasional bahan infeksius (pengelolaan limbah medis rumah sakit, 2013) 3. Limbah infeksius dengan kadar radioaktif rendah (misalnya kapas spuit untuk tujuan diagnostic atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong atau kontainer berwarna kuning untuk limbah infeksius jika nantinya limbah tersebut akan dibakar. Karena biaya pengolahan dan pembuangan akhir yang aman untuk limbah layanan kesehatan biasanya 10 kali lebih tinggi dari biaya untuk pengolahan dan pembuangan limbah umum, maka semua limbah umum yaitu limbah non infeksius harus di kelola dengan cara yang sama dengan pengelolaan limbah domestik dan di kumpulkan dalam kantong hitam. Limbah layanan kesehatan selain limbah benda tajam tidak boleh di buang dalam kontainer benda tajam, karena harga kontainer ini lebih mahal dibandingkan kantong yang digunakan untuk limbah infeksius lain. Tindakan semacam ini membantu meminimalisasi biaya pengumpulan dan pengolahan limbah layanan kesehatan. Jika yang di gunakan adalah spuit sekali pakai misalnya kemasan harus dibuang dalam kontainer kuning untuk benda tajam. Dalam kebanyakan kondisi, jarum tidak boleh dilepas dari spuit karena beresiko menimbulkan cedera; jika jarum memang harus di lepas, lakukan dengan sangat hatihati. Kontainer atau bag holder yang tepat harus ditempatkan di semua lokasi yang potensial menghasilkan limbah dari kategori tertentu. Instruksi mengenai pemilahan

11 20 dan identifikasi limbah juga harus dipasang disetiap titik pengumpulan untuk mengingatkan staff akan prosedur pelaksanaannya. Kontainer harus diangkat jika sudah tiga per empat penuh. Staf jangan pernah mencoba memperbaiki kesalahan yang di lakukan saat pemilahan dengan mengeluarkan item dari satu kantong atau kontainer setelah pembuangan atau dengan memasukkan satu kantong kedalam kantong lain yang warnanya berbeda. Jika limbah umum dan limbah berbahaya secara tak sengaja tercampur, campuran limbah itu harus diperlakukan sebagai limbah layanan kesehatan yang berbahaya. Untuk kegiatan imunisasi petugas kesehatan jika tidak ada kotak pengaman (safety box) bisa juga menggunakan kotak dari kertas karton untuk mengumpulkan semprit dan jarum dan membawa peralatan ini ke suatu tempat dimana alat-alat ini dapat ditimbun dan dibakar. Jangan menggunakan wadah yang sama setelah diisi sekali, selain itu hancurkan wadah bila isinya sudah hampir penuh dan dapatkan wadah baru untuk pelayanan berikutnya Tempat Penampungan Sementara 1. Bagi rumah sakit/puskesmas yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. 2. Bagi rumah sakit/puskesmas yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

12 21 Berdasarkan kajian dari BTKL-PPM Manado untuk penanganan limbah medis lebih efisien dan efektif bila setiap puskesmas mengatur jadwal pengiriman limbah tidak lebih dari 72 jam (3 hari) waktu tampung atau penyimpanan sementara limbah sebelum dimusnahkan di incinerator, cukup satu incinerator dapat mengcover limbah yang berasal dari puskesmas-puskesmas yang berada di satu wilayah. Menurut Pruss. A (2005) lokasi penampungan untuk limbah layanan kesehatan harus dirancang agar dapat berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Limbah baik dalam kantong maupun kontainer, harus ditampung di area, ruangan atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Beberapa rekomendasi pada sistem penampungan yaitu : a) Lantai yang kokoh, impermiebel, drainase baik, dan mudah dibersihkan / desinfeksi. b) Ruangan penampungan harus tetap di kunci untuk mencegah masuknya mereka yang tidak berkepentingan. c) Ruangan harus terlindungi dari sinar matahari. d) Ruangannya harus terlindung dari serangga, burung dan binatang lainnya. e) Pencahayaan ruangan baik fentilasinya pasif Beberapa pengecualian bila di gunakan ruangan yang memiliki pendingin, waktu tampung sementara untuk limbah layanan kesehatan (misalnya, waktu tunggu antara produksi dan pengolahan ) jangan sampai melebihi : Iklim sedang : 72 jam di musim dingin

13 22 48 jam di musim panas Iklim hangat : 48 jam di musim hujan 24 jam di musim kemarau Pengangkutan limbah Persyaratan dalam pengangkutan (transportasi) limbah padat sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu : 1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kenderaan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. 2. Kantong limbah padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang. 3. Petugas yang mengangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri terdiri dari : a) Topi/helm b) Masker c) Pelindung mata d) Pakaian panjang e) Apron untuk industry f) Pelindung kaki/sepatu bot, dan g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves) Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Dalam Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 untuk pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah infeksius dan benda tajam yaitu :

14 23 a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus di sterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi. b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam. c. Setelah insinerasi atau disifeksi, residunya dapat dibuang ketempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman. Setiap cara pembuangan sampah yang dipilih untuk pusat kesehatan harus memenuhi peraturan dampak lingkungan dan petunjuk khusus Departemen Kesehatan dalam hal ini petugas imunisasi harus bekerja sama dengan petugas puskesmas yang diberi tanggung jawab untuk itu, misalnya petugas kesehatan lingkungan. Beberapa tehnik pengelolaan limbah medis tajam puskesmas yaitu : a) Dengan safety box Alternatif 1 1. Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan. 2. Setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran C atau yang memiliki alat pemusnah carbonizer. Alternatif 2

15 24 1. Jarum syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan. 2. Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam sumur galian yang kedap air atau needle pit yang lokasinya didalam puskesmas. b) Dengan needle cutter Alternatif 1 1. Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan. 2. Potongan jarum yang terkumpul didalam needle collection container dimasukkan kedalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2 1. Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan. 2. Potongan jarum yang terkumpul didalam needle collection container dimasukkan kedalam needle pit. 3. Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang. c) Dengan needle burner 1. Jarum dimusnakan dengan needle burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan.

16 25 2. Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam penanganan dengan needle cutter. 3. Hasil proses pemusnahan dengan needle burner dimasukkan ke dalam kantong plastik warna hitam, karena sudah tidak infeksius. 4. Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara limbah domestik. 2.5 Dampak Kesehatan Limbah Medis Risiko akibat limbah medis a) Jenis Risiko Pajanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah medis tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut : 1. Limbah mengandung agens infeksius 2. Limbah bersifat genetoksik 3. Limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau beracun 4. Limbah bersifat radioaktif 5. Limbah mengandung benda tajam b) Mereka Yang Berisiko Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu atau beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya, antara lain ;

17 26 1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit 2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah 3. Penjenguk pasien rawat inap 4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian transportasi. 5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005) Bahaya Akibat Limbah Infeksius dan Benda Tajam Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur ; 1. Akibat tusukan, lecet atau luka di kulit 2. Melalui membrane mukosa 3. Melalui pernapasan 4. Melalui ingesti Kekhawatiran muncul terutama terhadap penyakit HIV serta virus hepatitis B dan C karena ada bukti kuat yang menunjukan bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia.

18 27 Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah layanan kesehatan yang buruk pengelolaannya. Contoh plasmid dari strain laboratorium yang terkandung dalam limbah layanan kesehatan ternyata dapat berpindah kedalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah yang tidak saniter. Kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang potensi bahayanya paling akut bagi kesehatan. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agent penyebab penyakit, misalnya infeksius virus pada darah. Jarum suntik merupakan bagian yang penting dalam limbah benda tajam, dan berbahaya karena sering terkontaminasi darah pasien Dampak Limbah Terhadap Masyarakat Limbah yang dihasilkan puskesmas terutama limbah tajam imunisasi dapat membahayakan seperti misalnya sampah benda-benda tajam dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan yang serius, diantaranya bahaya kematian yaitu dengan membiarkan semprit dan jarum bekas berada di tempat atau tanah terbuka menimbulkan resiko bagi masyarakat. Paling sering, anak-anak menjadi korban terkena luka tusukan jarum akibat pembuangan jarum yang di lakukan sembarangan.

19 28 Selain itu juga membuang semprit dan jarum bekas di sungai dapat mengotori air yang digunakan untuk minum dan mencuci Begitu juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah (sekalipun resiko ini tidak terdokumentasi). Di kalangan pasien dan masyarakat resiko terkena infeksi tersebut jauh lebih rendah. Namun beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agent yang lebih resisten dapat menimbulkan resiko yang bermakna pada masyarakat dan pasien. 2.6 Mikroorganisme Patogen di Lingkungan Mikroorganisme patogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk bertahan hidup di alam bebas. Kemampuan ini bergantung pada jenis mikroorganisme dan merupakan cara kerja dari pertahanan dirinya terhadap kondisi lingkungan seperti suhu,kelembaban, radiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator dan sebagainya. Contoh mikrooganime tersebut sebagai berikut : 1. Virus Hepatitis B a) Persisten di udara kering b) Hidup beberapa minggu ditanah c) Tahan terhadap pajanan antiseptic d) Tahan sampai 10 jam pada suhu 60 0 C e) Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus hepatitis C) 2. Virus HIV a) Tahan 3-7 hari pada suhu ambien b) Tahan 15 menit pada cairan etanol 70% c) Inaktif pada suhu 56 0 C

20 29 Dalam mengevaluasi daya tahan atau penyebaran mikroorganisme patogen dilingkungan, kita juga harus memperhitungkan peran vektor seperti hewan pengerat dan serangga. Hal ini berlaku untuk pengelolaan limbah layanan kesehatan baik di dalam maupun diluar fasilitas layanan kesehatan. Vektor seperti tikus, lalat, dan kecoa yang makan maupun bertelur pada sampah organik, disebut sebagai carrier pasif mikroba patogen, jumlahnya akan meningkat tajam jika terjadi kekeliruan dalam pengelolaan limbah. 2.7 Teknologi Pengolahan dan Pembuangan Limbah Medis Menurut Prüss (dalam Harahap, 2010) beberapa pilihan teknologi pengolahan dan pembuangan limbah medis yang dapat digunakan sebagai berikut: 1. Insinerasi Insinerasi merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi yang dapat mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi bahan anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill. Alat untuk melakukan insinerasi disebut incinerator yang harus dioperasikan pada suhu antara C dan C. 2. Rotary klin Rotary klin (tungku berputar) yang terdiri dari sebuah open berputar dan sebuah bilik pasca pembakaran. Suhu insinerasi C yang memungkinkan terjadinya penguraian bahan kimia. Rotary klin sesuai untuk kategori limbah infeksius, limbah benda tajam, limbah patologis, limbah bahan kimia dan sediaan

21 30 farmasi serta limbah sitotoksik. Limbah yang tidak boleh diinsinerasi dengan Rotary klin adalah kontainer bertekanan dan limbah yang mengandung logam berat berkonsentrasi tinggi. Biaya peralatan dan biaya operasional cukup tinggi, demikian pula dengan energi yang dibutuhkan. Limbah produk sampingan insinerasi sangat korosif sehingga lapisan tahan panas tungku harus sering diperbaiki atau diganti. Dibutuhkan tenaga yang terlatih dengan baik untuk menjalankannya. 3. Desinfeksi kimia Desinfeksi kimia yang digunakan secara rutin dalam aktivitas layanan kesehatan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan medis dan pada lantai atau dinding, saat ini telah diperluas penggunaannya untuk pengolahan limbah medis. Zat kimia ditambahkan ke dalam limbah untuk membunuh atau menonaktifkan patogen yang ada di dalamnya, perlakuan tersebut biasanya menyebabkan desinfeksi bukan sterilisasi. Desinfeksi kimia paling sesuai untuk mengolah limbah seperti darah, urine dan feses. Limbah medis padat dan limbah infeksius mencakup kultur mikrobiologis, serta limbah benda tajam juga dapat didesinfeksi secara kimia dengan syarat desinfektan yang dipergunakan berasal dari jenis yang kuat, yang juga termasuk bahan berbahaya dan hanya boleh digunakan oleh petugas yang terlatih dan terlindung dengan baik. Jenis bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi limbah medis seperti formaldehid, etilen oksida, glutaraldehid, natium hipoklorit dan klor dioksida.

22 31 4. Autoclaving Autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien. Biasanya otoklaf digunakan di rumah sakit untuk sterilisasi peralatan medis yang dapat digunakan kembali. Peralatan tersebut hanya dapat mengolah sedikit limbah sehingga umumnya hanya digunakan untuk limbah yang sangat infeksius misalnya kultur mikroba atau benda tajam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inaktivasi yang efektif terhadap semua mikroorganisme vegetatif dan kebanyakan spora bakteri dalam sedikit limbah (sekitar 5-8 kg) memerlukan siklus 60 menit pada suhu dan tekanan minimum C sehingga kondisi tersebut memungkinkan uap untuk berpenetrasi secara maksimum ke dalam materi limbah. 5. Sanitary landfill Sanitary landfill adalah pembuangan limbah yang terkelola di sebuah lokasi yang kecil, memungkinkan limbah untuk disebar merata, dipadatkan, dan ditimbun (ditutup dengan tanah) setiap hari. Penutupan yang adekuat bagian dasar dan sisi lubang di lokasi untuk meminimalkan pergerakan cairan dari sampah keluar dari lokasi. Pembuangan limbah infeksius dan sedikit limbah sediaan farmasi dapat dilakukan dengan sanitary landfill. Metode ini dapat mencegah kontaminasi tanah dan air permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau, serta kontak langsung dengan masyarakat umum. 6. Encapsulation (pembungkusan) Encapsulation (pembungkusan) adalah pengolahan limbah dengan memasukkan limbah ke dalam kontainer kemudian ditambahkan zat yang membuat

23 32 limbah tidak dapat bergerak kemudian kontainer ditutup. Proses ini dapat menggunakan kotak yang terbuat dari drum logam yang tiga perempatnya diisi dengan benda tajam atau residu bahan kimia atau sediaan farmasi. Kontainer atau kotak tersebut kemudian ditutup dengan sejenis busa plastik, pasir bitumen, adukan semen atau materi lempung. Setelah media tersebut kering, kontainer dapat ditutup dan dibuang ke lokasi landfill. 7. Inertisasi Proses inertisasi mencakup pencampuran limbah dengan semen dan substansi lain sebelum dibuang guna meminimalkan resiko berpindahnya substansi yang terkandung dalam limbah ke air permukaan atau air tanah. Proporsi campuran terdiri dari 65% limbah farmasi, 15% batu kapur, 15% semen dan 5% air. Metode ini sangat sesuai untuk limbah sediaan farmasi dan untuk abu insinerasi yang mengandung logam berkadar tinggi. Proses ini tidak mahal dan dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Tetapi inertisasi tidak bisa digunakan untuk limbah infeksius.

24 Kerangka Berpikir Kerangka Teori Puskesmas Teknologi Pengolahan dan Pembuangan Limbah Dampak Kesehatan Limbah Medis Risiko akibat limbah medis Bahaya akibat limbah infeksius dan benda tajam Dampak terhadap masyarakat Kegiatan Imunisasi Limbah medis kegiatan imunisasi : jarum suntik, disposable, flakon, ampul, kapas, handscoon Gambar 2.3 Kerangka Teori Mikroorganisme Patogen di Lingkungan Pengelolaan Limbah Medis Padat Minimasi limbah Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang Pengangkutan (transportasi) Tempat penampungan sementara Pengolahan, pemusnahan,dan pembuangan akhir limbah padat Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat bagi kasuskasus ringan atau penyakit ringan. Salah satu upaya untuk mendukung pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) adalah

25 34 dengan penyediaan program kegiatan pelayanan imunisasi di puskesmas. Kegiatan ini tentunya menghasilkan limbah medis sisa kegiatan imunisasi diantaranya jarum, suntik, disposable, flakon, ampul, kapas, handscoon. Limbah medis kegiatan imunisasi ini ditinjau dari empat aspek yaitu : 1) Teknologi pengolahan dan pembuangan limbah 2) Mikroorganisme patogen di lingkungan 3) Dampak kesehatan limbah medis dilihat dari risiko akibat limbah medis, bahaya akibat limbah infeksius dan benda tajam, dampak terhadap masyarakat. 4) Pengelolaan limbah medis padat dilihat dari minimasi limbah, pemilahan pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, pengangkutan (transportasi), tempat penampungan sementara, pengolahan pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat Kerangka Konsep Minimasi limbah Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang Pengangkutan (transportasi) Pengelolaan Limbah Medis Padat Tempat penampungan sementara Pengolahan, pemusnahan,dan pembuangan akhir limbah padat Gambar 2.4 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo yaitu Puskesmas Tamalate, Puskesmas Wongkaditi,

Lebih terperinci

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH METODE DISKUSI DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS PADAT DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2010 NOMOR RESPONDEN :

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3 Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Ada sisa obat yang terbuang Limbah Rumkital Dr Ramelan Limbah Medis a. Perban

Lebih terperinci

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN -14- LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO. Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1

STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO. Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1 STUDI SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS Se-KOTA GOROTALO Sity Rahma Junus, Rany A. Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016 75 Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL)

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota barat. Secara astronomis, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota barat. Secara astronomis, Kota BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Medis Padat Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang

Lebih terperinci

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT

MERAH KUNING KUNING UNGU COKLAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 MEDIS Penyimpanan limbah B3 merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan limbah B3. Tata cara pelaksanaan dan ketentuan teknis mengenai bangunan penyimpanan limbah B3 terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT TK.III ROBERT WOLTER MONGINSIDI MANADO Bebi Darlin Kakambong *, Harvani Boky *, Rahayu H. Akili * * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan global dan produktifitas ekonomi, manusia dituntut untuk terus berkarya dan meningkatkan potensinya. Setiap pekerja memiliki hak untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG

Lebih terperinci

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit KMA 43026 Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017 Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes Badan Litbang Kesehatan 2017 Sistematika Pengertian: Bahan berbahaya dan beracun, pencemar organik persisten (POPs)

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 93 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER TENGKU MANSYUR KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016 (Lembar Wawancara Untuk Kepala Bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian. Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah infeksius, sisa operasi, sisa suntikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) 1. Pendahuluan Rumah sakit dengan berbagai kegiatannya menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat bahan

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografi Rumah Sakit Kusta Toto Kabupaten Bone Bolango terletak di desa Toto Utara Kecamatan Tilong Kabila memiliki luas tanah 8 Ha

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS Ardi Dwi Prasetiono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 Pendahuluan Obat-obat yang kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN II.1 Definisi Vaksinasi Vaksinasi merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan pemberian vaksin kepada tubuh manusia atau

Lebih terperinci

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

KUESIONER PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDIKALANG TAHUN 2010

KUESIONER PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDIKALANG TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDIKALANG TAHUN 21 Kuesioner Untuk Kepala Unit/Ruangan RSUD Sidikalang Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1) SD 2) SMP 3) SMA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Abstract Public Health Center is one of the institution which produce medical waste.

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian:

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian: 1 UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian: 08.10 09.35 (85 menit) Ketentuan Ujian : 1. Ujian bersifat closed book 2. Jangan berikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat I. Pendahuluan Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN Aulia Andarnita Mahasiswa S Kesehatan Masyarakat U budiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kehidupan manusia, sampah/limbah belum menjadi suatu masalah tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT CAIR DAN GAS RUMAH SAKIT GADING PLUIT JL. BOUEVARD TIMUR RAYA JAKARTA UTARA

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT CAIR DAN GAS RUMAH SAKIT GADING PLUIT JL. BOUEVARD TIMUR RAYA JAKARTA UTARA PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT CAIR DAN GAS RUMAH SAKIT GADING PLUIT JL. BOUEVARD TIMUR RAYA JAKARTA UTARA BAB I DEFINISI LIMBAH MEDIS PADAT, CAIR DAN GAS A. Definisi Operasional 1. Limbah medis

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan, bahwa kesehatan menyangkut semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas dan kompleks dan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembangunan di lakukan pemerintah dewasa ini tidak hanya meliputi satu bidang saja, tetapi meliputi berbagai bidang termasuk bidang kesehatan.salah satu upaya untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 207 BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Timbulan dan komposisi limbah B3 medis rumah sakit khusus di Surabaya Pusat dan Selatan adalah

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM STERILISASI MENGGUNAKAN STERILISATOR OZON & IM ( INFRA MERAH ) Sterilisasi adalah suatu pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci