BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan kabupaten/kota yang berada di wilayah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai sarana pelayanan umum, Puskesmas memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh beberapa Puskesmas dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan dari pelayanan kesehatan adalah sampah/limbah yang dapat menyebabkan penyakit dan pencemaran. Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi signifikan dalam menghasilkan sampah/limbah. Tahun 2011 Indonesia memiliki 9321 unit Puskesmas, 3025 unit puskesmas rawat inap, 6296 unit Puskesmas non rawat inap. Ada 64,6% Puskesmas telah melakukan pemisahan limbah medis dan non medis. Hanya 26,8% Puskesmas yang memiliki insinerator. Sedangkan 73,2% sisanya tidak memiliki fasilitas tersebut yang menunjukkan pengelolaan limbah medis padat yang masih buruk (Rahno, dkk., 2015). 1

2 2 Penghasil sampah/limbah di Puskesmas terdiri atas pasien, pengunjung, dan petugas yang memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran di lingkungan Puskesmas. Puskesmas menghasilkan sampah/limbah medis maupun sampah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Sampah/limbah medis adalah sampah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis. Sampah/limbah medis dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Sampah/limbah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan menjadi sarang serangga juga tikus. Disamping itu, limbah juga mengandung berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dalam limbah dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebarkan kuman penyakit dan mengkontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes RI, 2004). Dampak lain yang ditimbulkan akibat keberadaan limbah medis adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan gangguan kenyamanan dan estetika. Penampilan puskesmas dapat memberikan efek psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya kesan kurang baik akibat limbah yang tidak ditangani dengan baik (Rahno, dkk., 2015). Umumnya, sistem pembuangan dan pengelolaan limbah Puskesmas sudah berjalan baik, tetapi masih harus disempurnakan. Hal yang harus diperhatikan adalah jangan sampai limbah medis tercecer, apalagi dimanfaatkan oleh orangorang yang tidak bertanggung jawab, bahkan sampai berdampak pada penyakitpenyakit yang dapat membahayakan masyarakat (Djohan & Halim, 2013). Banyak Puskesmas di Indonesia masih melakukan pengelolaan limbah medis di bawah standar profesional. Bahkan masih ada Puskesmas yang membuang dan mengolah limbah medis tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3 3 Hasil survei awal peneliti pada bulan November 2016 pada tiga Puskesmas di Kota Malang yakni Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Kendalkerep, dan Puskesmas Pandanwangi ditemukan bahwa Puskesmas tersebut telah melakukan pemilahan limbah medis dan non medis. Sampah medis dipisah dengan sampah umum di tempat sampah. Kebanyakan Puskesmas memliki permasalahan mengenai limbah. Besarnya jumlah pasien terutama yang rawat inap berhubungan dengan jumlah timbulan limbah medis pada rumah sakit/puskesmas (Sudiharti & Solikhah, 2012). Puskesmas di Kota Malang berjumlah 15 unit termasuk Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno, Peskesmas Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Kedungkandang, dan Puskesmas Ciptomulyo. Pengelolaan sampah di Puskesmas Kota Malang sudah dipisah antara sampah medis dengan sampah non medis, namun peneliti belum mengetahui proses pemusnahan/pembuangan akhir sampah medis. Selain itu, peneliti juga melihat adanya gedung atau ruangan khusus yang didalamnya terdapat banyak sampah medis padat. Padahal dalam Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 pemusnahan/pembuangan akhir limbah medis padat harus dimusnahkan menggunkan insenerator selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan dalam suhu ruangan. Setiap Peskesmas/rumah sakit memiliki strategi pengelolaan limbah yang komprehensif dengan memperhatikan prinsip yang telah diatur (Adisasmito, 2009). Pemerintah khususnya Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun pedoman pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas sampai pada tingkat perundang-

4 4 undangan antara lain melalui Kepmenkes RI Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, mulai dari persyaratan dan tata laksana. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut isi dari persyaratan serta tata laksana yang berkaitan dengan pengelolaan sampah medis padat di Puskesmas sesuai dengan Kepmenkes yang berlaku, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pengelolaan Sampah Medis Padat Puskesmas Di Kota Malang Sebagai Sumber Belajar Biologi. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi untuk menambah pengetahuan yang akan disajikan dalam bentuk poster untuk materi kuliah ISO 4000 dan Audit Lingkungan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan, dimana mencangkup judul (headline), ilustrasi/foto (unsur rupa/ elemen disain), body copy (keterangan dan detail), caption (keterangan gambar), sumber dan identitas pencipta. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem pengelolaan sampah medis padat Puskesmas di Malang dengan Kepmenkes No.1428/MENKES/SK/XII/2006? 2. Apa saja kendala pengelolaan sampah padat medis Puskesmas di Malang dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? 3. Bagaimana penyusunan bahan ajar dalam bentuk poster dari hasil penelitian?

5 5 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis proses pengelolaan sampah medis padat Puskesmas di Kota Malang dengan Kepmenkes No.1428/MENKES/SK/XII/ Menganalisis kendala pada pengelolaan sampah medis padat Puskesmas di Kota Malang dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. 3. Menentukan penyusunan bahan ajar dalam bentuk poster dari hasil penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan bidang ilmu kesehatan masyarakat atau kesehatan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sampah medis padat di Puskesmas atau dijadikan sumber belajar biologi. 2. Manfaat Praktis a) Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kota Malang Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi sumbangan pemikiran, masukan dan bahan evaluasi bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kota Malang dalam pengelolaan sampah medis padat agar kedepannya lebih baik. b) Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat mengenai pengelolaan sampah medis padat di Peskesmas.

6 6 c) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan ilmu kesehatan masyarakat atau kesehatan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sampah medis padat. 1.5 Definisi Istilah Adapun definisi istilah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). 2. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). 3. Sampah adalah semua barang atau benda yang dibuang yang merupakan sisa dari aktifitas manusia dan/ atau proses alam dalam bentuk padat dan cair serta tidak/ belum memiliki nilai ekonomis. Sementara limbah, merupakan sisa dari suatu proses produksi yang dibuang, yang dapat berbentuk padat, cair dan gas. Namun dalam praktik sehari-hari, penggunaan istilah ini tidak perlu dipermasalahkan (Djohan & Halim, 2013). 4. Limbah medis adalah buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna dalam bentuk padat dan cair termasuk dari limbah pertamanan. Sampah medis cenderung bersifat infeksius dan kimia

7 7 beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik (Djohan & Halim, 2006). 5. Limbah medis padat adalah sampah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container bertekanan, limbah kimiawi, limbah radioaktif dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Depkes RI, 2004). 6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2006). 7. Sumber belajar adalah semua komponen sistem interuksional baik yang secara khusus dirancang manupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran (Warsita, 2008). 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Puskesmas yang akan menjadi fokus penelitian yaitu di Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno, Puskesmas Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Kedungkandang, dan Puskesmas Ciptomulyo di Kota Malang. 2. Pengelolaan yang diamati yaitu pengelolaan sampah medis padat meliputi limbah infeksius, dan limbah benda tajam, limbah patologi, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah dengan kandungan logam berat tinggi, kontainer bertekanan, dan limbah radioaktif.

8 8 3. Parameter yang di amati dalam penelitian ini mengacu pada Kepmenkes RI Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006, yaitu pengelolaan sampah medis padat mulai pengumpulan sampah medis dan non medis, kriteria tempat sampah, pelabelan tempat sampah dan pemusnahan/pembuangan akhir sampah medis. 4. Penelitian ini hanya di batasi oleh wawancara dan observasi sebagai data primer dan telaah dokumen sebagai data sekunder, meliputi proses pengumpulan dan pemusnahan/pembuangan akhir sampah medis. 5. Hasil penelitian ini akan akan dimanfaatkan sebagai sember belajar Biologi dalam bentuk poster.