BAB II LANDASAN TEORI. darurat lainnya memiliki implikasi yang besar terhadap hal-hal lain yang menyangkut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. darurat lainnya memiliki implikasi yang besar terhadap hal-hal lain yang menyangkut"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Untuk sebuah organisasi atau perusahaan, keberlangsungan kegiatan atau proses bisnis yang menjadi core bisnis adalah sesuatu yang wajib. Keberlangsungan atau kontinuitas sebuah proses bisnis dalam segala kondisi bencana atau keadaan darurat lainnya memiliki implikasi yang besar terhadap hal-hal lain yang menyangkut sebuah organisasi atau perusahaan tersebut, mulai dari kehilangan keuntungan, kerugian meteriil sampai dengan pemeliharaan sebuah nama baik. 2.1 Bencana dan Jenisnya Menurut Priambodo (2009: 22) bencana adalah suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan. Dalam kejadian bencana tersebut, unsur yang terkait langsung atau terpengaruh harus merespons dengan melakukan tindakan perbaikan guna menyesuaikan sekaligus memulihkan kondisi seperti semula atau menjadi lebih baik. Dalam hal ini metode perencanaan Business Continuity Plan (BCP) sangat tepat diberlakukan. Lebih lanjut Priambodo menjelaskan bahwa ada tiga kategori bencana yaitu: 1. Bencana alam, yakni bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi alamiah alam semesta (angin: topan, badai, puting beliung; tanah : erosi, sedimentasi, longsor, gempa bumi; air : banjir, tsunami, kekeringan, perembesan air tanah; api : kebakaran, letusan gunung berapi) 2. Bencana sosial, yakni bencana yang disebabkan oleh ulah manusia sebagai komponen sosial (instabilitas politik, sosial dan ekonomi; perang; kerusuhan massal; teror bom; kelaparan; pengungsian; dll)

2 3. Bencana kompleks, yakni perpaduan antara bencama sosial dan alam sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan (kebakaran; epidemi penyakit; kerusakan ekosistem, polusi lingkungan, dll). Bencana-bencana tersebut dapat berlangsung beberapa waktu menit, jam dan bahkan berhari-hari, serta dapat memaksa penggunaan fasilitas TI alternatif atau data backup off-site. Antisipasi terhadap kemungkinan terburuk terjadinya bencana harus dilakukan tindakan-tindakan yang strategis, seperti : 1. Strategi jangka pendek (short-term), yaitu dengan menyediakan fasilitas TI alternative, power supply yang cukup untuk menjalankan mesin dan peralatan TI tersebut, serta tersedianya sarana telekomunikasi yang dapat menghubungkan satu daerah terisolir akibat bencana dengan dunia/ daerah yang tidak terkena bencana. 2. Strategi jangka panjang (long-term), yaitu dengan menyediakan fasilitas TI yang permanen, tenaga power supply dan perlengkapan telekomunikasi yang lebih luas jangkauannya dan dapat bertahan menjalankan operasional yang lebik kompleks. 2.2 Sistem Tanggap Bencana Menurut Priambodo (2009: 15) timbulnya kerugian baik fisik maupun nonfisik terutama korban jiwa sering kali disebabkan oleh ketidaktanggapan dalam menghadapi bencana, baik secara individu maupun kelompok organisasi. Guna meminimalkan hal tersebut diperlukan sebuah sistem yang efektif, efisien, terukur dan tepat sasaran. Sistem tersebut adalah sistem tanggap bencana (Disaster Mangement) yang berfungsi sebagai panduan tindakan dalam menghadapi bencana. Sistem tanggap bencana meliputi 4 tahap :

3 1. Mitigation : Pengurangan Pencegahan Mitigation atau Mitigasi merupakan tahapan atau langkah memperingan risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Dalam mitigasi terdapat dua bagian penting yakni pengurangan dan pencegahan terjadinya bencana. 2. Preparedness : Perencanaan Persiapan Merupakan kesiapsiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana. Ada dua bagian penting dalam kesiapsiagaan, yakni adanya perencanaan yang matang dan persiapan yang memadai sehubungan dengan tingkat risiko bencana. 3. Response : Penyelamatan Pertolongan Merupakan tindakan tanggap bencana yang meliputi dua unsur terpenting, yakni tindakan penyelamatan dan pertolongan. Pertama-tama tindakan tanggap bencana tersebut ditujukan untuk menyelamatkan dan menolong jiwa manusia baik secara personal, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan. Kedua, ditujukan untuk menyelamatkan harta benda yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup usaha personal, kelompok maupun masyarakat selanjutnya. 4. Recovery : Pemulihan Pengawasan Merupakan tahap atau langkah pemulihan sehubungan dengan kerusakan atau akibat yang ditimbulkan oleh bencana. Dalam tahap ini terdapat dua bagian, yakni pemulihan dan pengawasan yang ditujukan untuk memulihkan keadaan ke kondisi semula atau setidak-tidaknya menyesuaikan kondisi pascabencana guna keberlangsungan hidup dan usaha selanjutnya. Keempat tahapan di atas saling terkait dan tidak terpisahkan satu sama lain, dengan tidak menutup kemungkinan adanya tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

4 mitigation PENGURANGAN PENCEGAHAN preparedness PERENCANAAN PERSIAPAN PENGAWASAN PEMULIHAN recovery PENYELAMATAN PERTOLONGAN response Gambar 3 : Sistem Tanggap Bencana, Priambodo (2009: 19) 2.3 Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan Untuk mendukung tanggap bencana ini diperlukan beberapa metode atau perencanaan penanggulangan dengan berbagai nama yang berbeda diantaranya Bussiness Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP). BCP dan DRP adalah dua hal yang sangat penting dalam proses bisnis, namun jarang menjadi prioritas karena alasan memerlukan biaya yang mahal dan sulit penerapannya. Apalagi bencana adalah hal yang umumnya diyakini karena faktor alam yang tak dapat diprediksi dan tak dapat dicegah atau pun dihindari, sehingga kalangan bisnis berkeyakinan bahwa pelanggan mereka akan memaklumi hal ini. Blokdijk (2008:134) mengungkapkan bahwa BCP dan DRP membantu organisasi mempersiapkan kegiatan pemulihan dari bencana. Tetapi sebelum rencana tersebut dibuat, adalah penting bahwa risiko dan dampak potensial dapat dikaji dengan baik karena ini adalah merupakan fondasi dari DRP dan BCP. BCP dan DRP harus memuat langkah-langkah yang tepat dalam keadaan darurat untuk bencana alam seperti banjir, angin topan, gempa bumi, dan lain-lain.

5 Menurut Ronald & Russell (2003: 378) BCP dan DRP ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis dalam menghadapi gangguan-gangguan terhadap operasi perusahaan. Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah meliputi persiapan, pengujian dan pemutakhiran tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melindungi proses bisnis fital (critical) terhadap dampak dari kegagalan jaringan dan sistem utama. Dilingkup manajemen perusahaan harus memahami persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan-tindakan spesifik yang diperlukan saat adanya kegagalan atau penundaan operasi bisnis suatu perusahaan atau organisasi. Perusahaan-perusahaan yang ingin menampilkan tingkat profesionalisme yang lebih baik dan fokus pada perlindungan dan meningkatkan nilai stakeholder, semakin melihat bahwa business continuity plan diperlukan sebagai langkah menghindari interupsi bisnis dan dampaknya dalam ongkos maupun hal-hal lainnya yang tinggi nilainya. Dan seiring dengan perkembangan tehnologi informasi, maka ditemukan tehnologi yang dapat menjamin keberlanjutan bisnis dan pemulihan dari bencana, yang lebih murah dan mudah penerapannya. Bahkan BCP dan DRP telah menjadi standar tersendiri bagi kalangan bisnis terutama yang berhubungan jalannya proses bisnis (aplikasi) dan penyimpanan data. Tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut. BCP dan DRP adalah merupakan perencanaan yang hanya tertulis dalam kertas, perencanaan yang baik tentunya akan mampu terlaksana dan tepat guna saat dilaksanakan, atau saat BCP/DRP action. Sehingga penyiapan BCP dan DRP yang baik, serta pengetesan yang qualified (sesuai dengan keadaan sebenarnya) dan serius serta upaya pemeliharaannya menjadi ukuran terhadap kemampuan organisasi dalam menghadapi ancaman atau bencana.

6 Dengan memiliki rencana kongkrit mengenai apa yang harus dilakukan selama dan setelah gangguan serius terjadi, perusahaan dapat memastikan bahwa gangguan itu hanya berdampak minimal pada proses bisnis utamanya, dan layanan yang layak kepada klien tetap bisa berlanjut Pengertian Business Continuity Plan (BCP) Menurut Susan (2007: 3) BCP adalah metodologi yang digunakan untuk membuat dan menyetujui rencana untuk mempertahankan kelangsungan operasional bisnis sebelum, selama atau sesudah bencana yang mengganggu. Perencanaan keberlangsungan bisnis dibuat untuk mencegah tertundanya aktivitas bisnis normal. BCP didisain untuk melindungi proses bisnis vital dari kerusakan atau bencana yang terjadi secara alamiah atau perbuatan manusia, dan kerugian yang ditimbulkan dari tidak tersedianya proses bisnis normal (rutin, seperti biasa). Business Continuity Plan merupakan strategi untuk meminimalisir efek dari ganguan dan mengupayakan berjalannya kembali proses bisnis suatu organisasi atau perusahaan. Kejadian atau hal-hal yang menahan proses bisnis adalah segala sesuatu gangguan keamanan yang terduga dan yang bisa mematikan operasi normal bisnis dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari BCP adalah untuk meminimalisir efek dari kejadian atau bencana tersebut dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Manfaat utama dari Business Continuity Plan adalah untuk mereduksi risiko kerugiaan keuangan dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memulihkan diri dari bencana atau gangguan sesegera mungkin. Perencanaan keberlangsungan bisnis juga harus dapat membantu meminimalisir biaya dan mengurangi risiko sehubungan dengan kejadian bencana tersebut.

7 Business Continuity Plan perlu memperhatikan semua area proses informasi kritis dari perusahaan, seperti hal di bawah ini; Ronald & Russell (2003: 379) LAN, WAN, dan server Hubungan telekomunikasi dan komunikasi data Lokasi dan ruang kerja Aplikasi, software, dan data Media dan tempat penyimpanan rekaman/data Proses produksi dan staf-staf yang bekerja Lebih lanjut Ronald & Russell menjelaskan bahwa prioritas nomor satu dari semua perencanaan keberlangsungan bisnis dan pemulihan bencana adalah selalu people first, mengutamakan manusianya. Sementara kita membahas mengenai pentingnya kapital, kembali beroperasinya aktivitas bisnis normal, dan issu keberlanjutan bisnis lainnya, perhatian utama yang harus ditangani dalam perencanaan adalah untuk mengeluarkan atau menghindarkan manusia dalam hal ini pegawai akan bahaya dari suatu bencana. Jika pada saat yang bersamaan ada pertentangan apakah menyelamatkan hardware atau data ketimbang manusia terhadap ancaman bahaya fisik, perlindungan untuk manusia harus yang diutamakan. Keselamatan dan evakuasi personel harus menjadi komponen pertama dalam perencanaan menghadapi bencana. BCP membedakan ancaman atau gangguan berdasarkan asal muasal bencana yang dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Gangguan alam, yaitu ancaman atau bencana yang terjadi karena gangguan/peristiwa alam diluar kemampuan manusiayang dapat dikategorikan force majeur, diantaranya banjir, genangan air, gempa bumi, badai, tsunami, kekeringan dan lainnya;

8 2. Gangguan lainnya, yaitu ancaman atau bencana yang penyebabnya dapat disebabkan oleh manusia tau kelalaian manusia (human error) atau kerusakan pada peralatan, diantaranya kebakaran, gangguan komunikasi, tabrakan pesawat udara, gangguan listrik, sabotase dan lainnya; 3. Ancaman yang bukan bencana, seperti pemogokan, gangguan perangkat lunak (software) atau perangkat keras (hardware), virus dan lainnya. Selain beberapa pembagian jenis bencana tersebut diatas, BCP kemudian juga mengidentifikasikan kerugian yang ditimbulkan oleh setiap ancaman, gangguan atau bencana melalui ukuran kerugian secara kuantitatif dan kualitatif. Ukuran-ukuran kerugian secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai berikut : Penentuan besarnya kerugian keuangan dari hilangnya pendapatan, pengeluaran modal atau resolusi kewajiban pribadi; Biaya operasional tambahan yang dibutuhkan dalam kaitan dengan kejadian yang mengganggu; Penemtuan kerugian keuangan dari resolusi pelanggaran persetujuan kontrak; Penentuan kerugian keuangan dari resolusi pelanggaran pengatur atau pemenuhan kebutuhan. Ukuran-ukuran kerugian kualitatif terdiri dari : Hilangnya kredibilitas atau kepercayaan publik Hilangnya manfaat kompetensi atau penguasaan pasar. Penetapan BCP untuk sistem pembayaran khususnya penyelenggaraan SKNBI merupakan salah satu pemenuhan dari Core Principles for Systematically Important Payment Systems yang dikeluarkan oleh Committee on Payment and Settlement Systems, Bank for International Settlements (CPSS-BIS). Core Principles berisi prinsip-prinsip penyelenggaraan sistem pembayaran dengan tujuan agar pelaksanaan

9 kegiatan sistem pembayaran yang bersifat kritikal dan sistemik dapat berjalan dengan aman dan efisien. Salah satu core principles yang terkait dengan kesinambungan operasional sistem pembayaran adalah Core Principle VII, Bank for Interational Settlements yaitu : Sistem pembayaran harus memiliki dan memastikan tingkat kehandalan yang tinggi terhadap keamanan dan operasional serta memiliki pengaturan kontinuitas untuk penyelesaian tepat waktu pengolahan harian Bank Indonesia, secara internal juga telah menentukan adanya BCP dalam penyelenggaraan kliring serta menjadi materi pemeriksaan (audit) bagi setiap penyelenggara, sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran No.12/34/DASP tanggal 22 Desember Menurut Hephaestus Books (2010:1) BCP adalah perencanaan yang mengidentifikasikan pemaparan organisasi terhadap ancaman internal maupun dari eksternal, menggabungkan perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan pencegahan dan pemulihan yang efektif bagi organisasi, sambil mempertahankan daya saing dan nilai integritas sistem. Efek dari penerapan BCP adalah menjamin kelangsungan bisnis, yang merupakan kondisi yang sedang berlangsung atau metodologi yang mengatur bagaimana bisnis dalam keadaan kondusif. BCP dapat menjadi bagian dari upaya pembelajaran organisasi yang membantu mengurangi risiko operasional terkait dengan kontrol manajemen informasi yang lemah. Proses ini dapat terintegrasi dengan meningkatkan keamanan informasi dan praktik manajemen risiko

10 Gambar 4 : Fase Penanganan Bencana Proses Business Continuity Plan FFIEC (Federal Financial Institutions Examination Council) mendorong agar institusi keuangan (financial institution) mengadopsi suatu siklus yaitu pendekatan proses oriented menjadi business continuity planning. Terdapat 4 proses dalam business continuity planning, yaitu : 1. Analisis dampak bisnis (Business Impact Analysis) 2. Identifikasi Resiko (Risk Assessment) 3. Menejemen Resiko (Risk Management) 4. Pemantauan Resiko dan ujicoba (Risk Monitoring and testing) Keempat proses diatas merepresentasikan suatu siklus berlanjut yang perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu berdasarkan perubahan dari ancaman potensial, operasi bisnis, rekomendasi audit, dan hasil test. Sebagai tambahan, proses ini sebaiknya mencakup tiap-tiap kritikal fungsi bisnis dan teknologi yang mendukungnya. Seperti kebijakan, standarisasi, dan proses yang terintegrasi kedalam keseluruhan proses rencana kelangsungan bisnis (business continuity plan) Analisis Dampak Bisnis (Business Impact Analysis) Business Impact Analysis adalah landasan awal dalam proses penyusunan BCP melalui proses identifikasi dampak bisnis, identifikasi aktivitas yang kritikal,

11 penentuan target waktu pemulihan, dan pengukuran standar operasi minimal yang dibutuhkan. Tujuan dari Analisis dampak bisnis (business impact analysis) ini adalah untuk mendapatkan : Informasi yang menyeluruh mengenai fungsi organisasi dan business process Informasi kepada manajemen mengenai Recovery Time Objective Informasi mengenai kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan organisasi (minimum resources) Metodologi yang digunakan adalah : Identifikasi business process Interdependensi antar business process dan tingkat kritikal business process Identifikasi kebutuhan minimum Menetapkan Recovery Time Objective (RTO) melalui metodologi Enterprise Risk Management dan Business Impact Analysis. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Analisis dampak bisnis (business impact analysis) adalah : Tingkat kritikal dan ketergantungan antar proses bisnis serta prioritisasi Tingkat ketergantungan terhadap pihak penyedia jasa TI/Non Ti Tingkat Recovery Time Objectives dan Recovery Point Objectives Tingkat minimum Reource Reuquirement Identifikasi dampak potensial dari suatu kejadian Dampak Disaster terhadap seluruh fungsi bisnis Jalur komunikasi yang dibutuhkan untuk berjalannya pemulihan Kemampuan dan kemampuan petugas (termasuk petugas pengganti) Pertimbangan dampak hukum dan pemenuhan ketentuan terkait.

12 Gambar 5 : Tingkat RTO dan RPO Target Waktu Pemulihan (Recovery Time Objectives) Dalam menentukan Target waktu pemulihan (RTO) maka beberapa hal yang perlu ditanyakan : Berapa lama perusahaan dapat bekerja kembali apabila terjadi disaster/bencana? Sesegera apa perusahaan membutuhkan proses pemulihan? -Segera (Immediately) -Dalam jam (Within hours) -Satu hari (today) -Satu minggu (This week) -Tidak memerlukan (Never) Last IT Back Up (RTO) Disaster (Loss Data) Recovery Time Objective (RTO) Recovery Time Work Lost Escalation Clear Backlog Gambar 6 : Recovery Time Objective Kategori Level Lama gangguan Tindakan Krisis 7 24 jam Aktifkan BCP 6 12 jam Aktifkan BCP Mayor 5 6 jam Antisipasi BCP 4 4 jam Perbaiki/restorasi 3 2 jam Perbaiki Minor 2 1 jam Perbaiki jam Perbaiki

13 Biasa 0 Catat (log) & monitor Tabel 2 : Daftar Lama Gangguan Berikut Pengaktifan BCP Identifikasi Resiko (Risk Assessment) Identifikasi resiko adalah proses identifikasi resiko yang dihadapi suatu organisasi, identifikasi terhadap fungsi kritikal untuk menjamin kelangsungan operasional bisnis, serta memperoleh gambaran dalam pengendalian bisnis fungsi untuk mengurangi resiko kerugian apabila terjadi gangguan. Erik Kopp.(2011:47) Identifikasi resiko adalah bagian dari rencaba BCP yang mendokumentasikan risiko yang terkait dengan gangguan dari operasi bisnis utama atau proses. Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari seberapa besar kemungkinan operasi utama akan terganggu, seberapa banyak waktu sebelum bisnis mengalami dampak negatif dari kehilangan/berhentinya operasional, dan berapa banyak gangguan ini akan mengganggu kinerja bisnis. Resiko Operasional adalah potensi seluruh gangguan dalam proses operasional suatu organisasi atau perusahaan yang menyebabkan kerugian dimasa yang akan datang (future losses) atau terjadi fluktuasi pendapatan dimasa yang akan datang. Tujuan dilakukannya risk assessment adalah sebagai berikut : Menentukan tingkat resiko dari berbagai jenis resiko. Menentukan pengendalian dari jenis resiko. Mengukur dampak dan kuantitas berbagai jenis resiko. Menentukan kebjakan dalam rangka mengambil keputusan terhadap resiko yang berdampak besar. Cakupan Resiko Risk Assesment :

14 Operasional Proses Operasional Sumber Daya Manusia Operasional Sistem Teknologi Informasi Faktor Eksternal Proses dan Prosedur Risk Assessment A. Identifikasi Resiko, yaitu : Mengetahui dimana saja resiko berada Mengetahui penyebab timbulnya resiko Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab resiko Mengetahui pengendalian yang ada bila resiko itu terjadi. B. Pengukuran Resiko, yakni : Kuantitatif : analisis berdasarkan angka-angka nyata (nilai financial) terhadap biaya pembangunan keamanan dan besarnya kerugian yang terjadi Kualitatif : Sebuah analisis yang menentukan resiko tantangan organisasi dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan institusi, tingkat keahlian dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Risk Assessment Membuat prioritisasi kemungkinan gangguan yang terjadi berdasarkan tingkat kerusakan dan kemungkinan terjadinya. Membuat suatu gap analysis dengan membandingkan BCP atau DRP atau Contingency Plan yang dimiliki saat ini dengan hasil Risk Assessment Melakukan analisis resiko yang akan timbul bagi perusahaan dan stakeholders akibat adanya gangguan atau bencana.

15 Manajemen Resiko (Risk Management) Menejemen resiko adalah langkah ketiga dalam proses rencana kelangsungan bisnis (business continuity plan). Menejemen resiko adalah proses mengidentifikasi, menaksir, dan mengurangi resiko-resiko sampai pada batas yang dapat diterima melalui pengembangan (development), implementasi (implementation) dan maintenance. Rencana kelangsungan bisnis (Business continuity plan) harus : Berdasar kepada Business impact analysis dan risk assessment yang telah ditelaah. Didokumentasikan dalam program yang tertulis Telah diperiksa dan disetujui oleh senior management paling tidak setahun sekali. Terbuka untuk karyawan. Dikelola dengan baik ketika proses pengembangan dan pemeliharaan dari BCP dilakukan oleh pihak ketiga. (outsource) Perhatian khusus terhadap langkah yang harus diambil pada saat terjadi gangguan. Fleksikbel merespon ancaman yang tidak terduga dan perubahan kondisi internal. Fokus terhadap efek yang dihasilkan oleh ancaman yang dapat mengganggu operasional bisnis. Dikembangkan berdasarkan asumsi yang masuk akal dan analisis yang saling berkaitan Efektif dalam meminimalkan gangguan dari service dan kerugian financial melalui implementasi BCP Risk Monitoring and Testing

16 Risk monitoring and testing adalah langkah terahkir dalam proses rencana kelangsungan bisnis (business continuity plan). Risk monitoring dan testing memastikan bahwa BCP dalam sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik melalui: Penggabungan BIA and risk assessment ke dalam BCP dan testing program; Pengembangan program testing perusahaan. Penetapan dari aturan dan tanggung jawab dalam implementasi testing program Evaluasi dari testing program dan hasil test oleh menejemen senior dan unit kerja. Penilaian dari testing program dan hasil testing oleh pihak independent. Revisi dari BCP dan testing program berdasarkan perubahan operasi bisnis, audit, dan rekomendasi dari pemeriksaan dan hasil test. 2.4 Pengertian Disaster Recovery Plan (DRP) DRP adalah prosedur yang dijalankan saat BCP berlangsung (in action) berupa langkah-langkah untuk penyelamatan dan pemulihan (recovery) khususnya terhadap fasilitas IT dan sistem informasi. Disaster Recovery Plan merupakan pengaturan yang komprehensif berisikan tindakan-tindakan konsisten yang harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah adanya kejadian (bencana) yang mengakibatkan hilangnya sumber daya sistem informasi secara bermakna. DRP berisikan prosedur untuk merespon kejadian emergensi, menyediakan operasi backup cadangan selama sistem terhenti, dan mengelola proses pemulihan serta penyelamatan sehingga mampu meminimalisir kerugian yang dialami oleh organisasi. Tujuan utama dari Disaster Recovery Plan dijelaskan Ronald & Russell (2003:388) adalah untuk menyediakan kemampuan atau sumber daya untuk menjalankan proses vital pada lokasi cadangan sementara waktu dan mengembalikan

17 fungsi lokasi utama menjadi normal dalam batasan waktu tetentu, dengan menjalankan prosedur pemulihan cepat, untuk meminimalisir kerugian organisasi. Menurut O Brien (2005: 285) banyak perusahaan terutama peritel e-commerce online dan grosir, penerbangan, bank, serta ISP, dibuat tidak berdaya karena kehilangan kekuatan komputasi selama beberapa jam. Itulah alasan mengapa organisasi mengembangkan prosedur pemulihan dari bencana (disaster recovery) serta mensahkannya sebagai rencana pemulihan dari bencana (disaster recovery plan, DRP). Rencana itu menspesifikasikan karyawan mana yang akan berpartisipasi dalam pemulihan dari bencana serta apa tugas mereka nantinya; hardware, software, dan fasilitas apa yang akan digunakan; serta prioritas aplikasi yang akan diproses. Kesepakatan dengan berbagai perusahaan lainnya untuk penggunaan fasilitas alternatif sebagai lokasi pemulihan dari bencana dan penyimpanan di luar kantor dari data base organisasi, juga merupakan bagian dari usaha pemulihan dari bencana yang efektif. Disaster Recovery Plan atau DRP adalah penerapan dari Business Continuity Plan (BCP) atau disebut juga BCP in action yaitu implementasi BCP saat terjadi bencana. DRP memberikan langkah-langkah pada organisasi jika kejadian bencana timbul. DRP akan mengurangi kebingungan yang terjadi saat ada bencana dan meningkatkan kemampuan organisasi saat menghadapi keadaan krisis. Pada saat ada kejadian bencana tentunya organisasi tidak akan memiliki waktu banyak untuk membuat rencanan pemulihan dilokasi bencana saat terjadi. Dengan perencanaan yang baik dan proses simulasi sebelum benar ada kejadian bencana, maka organisasi akan dapat memperkirakan kemampuannya dalam menghadapi suatu bencana. Supaya perbaikan dapat dilakukan dengan lancar, maka perlu adanya perencanaan untuk ini yang biasanya disebut dengan disaster recovery plan (DRP). Ronald & Russell (2003:388) menjelaskan bahwa secara umum manfaat atau tujuan penyusunan disaster recovery plan (DRP) bagi perusahaan adalah : Melindungi organisasi dari kegagalan layanan komputer utama

18 Meminimalisasi risiko organisasi terhadap penundaan (delay) dalam penyediaan layanan Menjamin kehandalan dari sistem yang tersedia melalui pengetesan dan simulasi Meminimalisasi proses pengambilan keputusan oleh personal/manusia selama bencana. Mungkin saja sebuah organisasi tidak memerlukan disaster recovery plan. Jika organisasi tersebut memiliki unit bisnis yang dapat bertahan selama masa interupsi, atau bisa saja organisasi tersebut tidak memiliki area proses vital yang diperlukan beberapa jenis pemulihan bencana. Dalam hal ini, disaster recovery plan mungkin tidak perlu diterapkan oleh organisasi tersebut. Kita telah tahu bahwa ada perusahaan yang tidak memerlukan beberapa jenis rencana kontingensi plan Sistem Toleransi Kegagalan Maaf, sistem komputer kami sedang tidak dapat digunakan ini adalah kalimat yang akrab bagi banyak pemakai akhir. Berbagai pengendalian dapat mencegah kegagalan komputer semacam itu atau dapat meminimalkan pengaruhnya. Sistem komputer gagal karena beberapa alasan listrik mati, tidak berfungsinya sirkuit elektronik, masalah dalam jaringan telekomunikasi, kesalahan pemrograman yang tersembunyi, virus komputer, kesalahan operator komputer, dan vandalisme elektronik. Contohnya, komputer tersedia dengan kemampuan untuk pemeliharaan jarak jauh dan otomatis. Program pemeliharaan dan perawatan untuk hardware serta pembaruan manajemen software adalah hal biasa. Kemampuan sistem komputer cadangan dapat diatur dengan organisasi pemulihan bencana. Perubahan hardware dan software utama biasanya dijadwalkan secara hati-hati serta diimplementasikan untuk untuk menghindari masalah. Personel pusat data yang terlatih baik dan penggunaan software manajemen kinerja serta keamanan membantu menjaga sistem komputer perusahaan dan jaringannya untuk bekerja dengan benar. O Brain. (2005:315)

19 Banyak perusahaan juga menggunakan sistem komputer pentoleransi kegagalan (fault tolerant) yang memiliki banyak prosesor, periferal, dan software yang memberikan kemampuan fail over untuk mendukung berbagai komponen ketika terjadi kegagalan sistem. Sistem ini dapat memberikan kemampuan fail safe dengan sistem komputer tetap beroperasi di tingkat yang sama bahkanjika terdapat kegagalan besar pada hardware atau software. Akan tetapi banyak sistem komputer pentoleransi kegagalan menawarkan kemampuan fail soft yang memungkinkan sistem komputer terus beroperasi dalam tingkat yang lebih rendah tetapi dapat diterima jika ada kegagalan sistem yang besar. Gambar berikut memberikan garis besar tentang beberapa kemampuan toleransi atas kegagalan yang digunakan dalam banyak sistem komputer serta jaringan. Lapisan Ancaman Metode Toleransi Kegagalan Aplikasi Lingkungan, kegagalan hardware dan software Redundansi khusus aplikasi dan kembali ke titik pemeriksaan sebelumnya Sistem Interupsi Isolasi sistem, keamanan data, integritas sistem Data Base Kesalahan dan Kerusakan data Pemisahan transaksi dengan pembaruan simpanan, sejarah transaksi yang lengkap, file cadangan Jaringan Kesalahan transmisi Pengendalian yang andal; asynchrony dan handshaking yang aman; routing alternatif; kode pendeteksi kesalahan dan perbaikan kesalahan Proses Kegagalan hardware dan software Komputasi alternatif, kembali ke titik pemeriksaan File Kesalahan media Replikasi data penting dalam lokasi dan situs yang berbeda; pembentukan archive, pembuatan cadangan, dan penarikan data Prosesor Kegagalan hardware Mencoba kembali perintah; kode perbaikan kesalahan dalam memori dan pemrosesan; replikasi; multi prosesor dan memori

20 2.4.2 Pemilihan lokasi pemulih dari bencana Dalam pemilihan lokasi alternatif untuk memulihkan bisnis dari bencana, Bill Bick (2004:17) menjelaskan bahwa perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: Jarak dari Fasilitas Utama; pilihlah lokasi yang tidak terlalu dekat dan juga terlalu jauh dari gedung utama yaitu sekitar 30 kilometer. Potensi Risiko dari Bencana: apakah lokasi tersebut juga memiliki risiko terkena bencana, carilah tempat yang minim terkena ancaman atau dampak bencana. Ketersediaan staff setempat: apakah ada staff setempat yang bisa mengoperasikan proses bisnis utama. Ketersediaan dan kualitas tenaga listrik/baterei; apakah tenaga listrik atau baterai tersedia, dan apakah mencukupi untuk waktu lebih dari 27 jam. Nearby Fiber Routes: untuk kepentingan jaringan komunikasi data, alangkah lebih baik kalau tidak jauh dari jarul kabel fiber, dan kalau memungkinkan kita bisa minta ijin atau mendaftar menggunakan jalur kabel tersebut. Specific IT Criteria; Tehnologi informasi dapat berfungsi pada lokasi tersebut, batasan jarak harus menjadi perhatian perlengkapan jaringan. Tax Incentive; Lokasi tertentu atau di luar perkotaan mungkin akan jauh lebih murah biayanya Pemeliharaan Rencana Pemulihan Data Ronald & Russell (2003:394) menjelaskan bahwa Disaster recovery plan sering sudah out of date atau tidak sesuai lagi dengan kondisi organisasi atau perkembangan yang terjadi disekitar baik ancaman bencana maupun tingkat persaingan. Organisasi mungkin telah mereorganisasi dan mungkin saja unit bisnis critical telah berbeda dari saat direncanakan dahulu. Perubahan infrastruktur jaringan juga akan merubah lokasi atau konfigurasi dari hardware, software dan komponan

21 lainnya. Juga mungkin karena masalah administrasi seperti turn over dari pegawai dan berkurangnya ketertarikan pegawai terhadap masalah Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan. Apapun alasannya, pemeliharaan perlu direncanakan sebelumnya supaya BCP dan DRP selalu up date dan berguna. Sangatlah penting untuk membuat prosedur pemeliharaaan BCP dan DRP dalam sebuah organisasi dengan menggunakan job description yang mensetralisasi tanggung jawab pengupdate-an. Mungkin juga diperlukan prosedur audit yang melaporkan secara periodik mengenai status dari perencanaan. Juga penting adalah jangan sampai berbagai versi rencana masih ada, in akan menimbulkan kebingungan dan bisa memperparah kondisi emergensi. Jangan lupa untuk selalu menganti versi yang lama dengan yang baru dan menuliskan teks versi pada tiap perencaaan Pengujian Disaster Recovery Plan Pengujian DRP sangatlah penting, DRP memiliki banyak elemen yang berupa teori sampai mereka benar-benar diuji dan disahkan. Pengujian rencana harus dilaksanakan sesuai dengan urutannya, mengikuti standar yang ditetapkan, dan disimulasikan pada keadaan sebenarnya. Ronald & Russell (2003:396) menjelaskan bahwa ada lima bentuk pengujian disaster recovery plan yaitu: 1. Check List tes. Ini adalah preliminary step dari pengujian. Setiap unit manajemen akan mereview apakah perencanaan sesuai dengan prosedur dan critical area dari organisasi. 2. Structured walk-through test. Tes dilakukan melalui pertemuan antar perwakilan dari tiap unit manajemen untuk membahas seluruh isi dari perencanaan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perencanaan secara akurat

22 merefleksikan kemampuan organisasi dalam memulihkan diri dari bencana secara sukses, setidaknya on paper. 3. Simulation test. Salama pengujian dengan melakukan simulasi, semua orang dibagian operasional dan support harus memandang bahwa keadaan emergensi terjadi seperi sebenarnya agar sesuai dengan kenyataannya nanti. Simulasi tes ini bertujuan untuk melihat kesiapan personnel bila ada kejadian bencana 4. Paralel test. Simulasi dilakukan pada semua rencana pemulihan. Parallel berarti proses pengujian berjalan secara paralel dengan proses sebenarnya. Tujuanya adalah memastika supaya sistem yang utama (critical) dapat tetap berjalan pada lokasi alternatif backup. 5. Full-interuption test. Ini adalah tes yang sangat berisiko karena kejadian bencana (dampak) benar-benar diterapkan. Namun ini adalah cara terbaik untuk menguji recovery plan, apakah dapat berjalan atau tidak Disaster Recovery Procedures Pada bagian ini, perencanaan akan secara detil menjelaskan peranan dari setiap orang yang akan terlibat dalam implemantasi disaster recovery plan. Tugas apa yang mesti dijalankan untuk memulihkan dann menyelamatkan lokasi. Menurut Ronald & Russell (2003:397) ada dua tim yang akan berperan saat terjadi bencana yaitu tim pemulihan dan tim penyelamatan. Tim pemulihan bertanggung jawab terhadap pemulihan fungsi bisnis kritis (utama), langkah awalnya adalah memastikan penggunaan alternatif operasi dan data bisa berlangsung baik secara otomatis maupun manual. Sedangakan tim penyelamatan terpisah dari tim pemulihan dan memiliki tanggung jawab yang berbeda. Tim penyelamat bertanggung jawab untuk secara cepat membersihkan, mengurangi bahaya/dampak, memperbaiki,

23 menyelamatkan infrastruktur utama setelah bencana terjadi. Ini temasuk juga penyelamatan manusia. Sasaran utama dari rencana pemulihan bencana ini adalah untuk membantu meyakinkan sistem operasional yang berkelanjutan mencakup ketersediaan data. Sasaran khusus dari rencana ini termasuk : Untuk menjelaskan secara rinci langkah-langkah yang harus diikuti Untuk meminimisasi kebingungan, kekeliruan, dan biaya bagi perusahaan. Untuk bekerja cepat dan lengkap atas pemulihan dan penyelamatan dari bencana. Untuk menyediakan proteksi yang berkelanjutan terhadap aset IT.

Business Continuity Planning Disaster Recovery Planning

Business Continuity Planning Disaster Recovery Planning Business Continuity Planning Disaster Recovery Planning Pendahuluan Jika terjadi bencana, maka organisasi harus memobilisasikan semua kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melanjutkan kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN

PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN PENGERTIAN BUSINESS CONTINUITY PLAN Perencanaan Keberlangsungan Bisnis (Business Continuity Plan/BCP)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Didalam sebuah perusahaan, menjaga keberlangsungan proses bisnis yang merupakan core bisnis perusahaan adalah sesuatu yang wajib. Bab ini akan difokuskan pada landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sistem Informasi Sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang berinteraksi dan bertujuan untuk menghasilkan informasi. Menurut Lauden sistem informasi

Lebih terperinci

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan Abdul Aziz Email : abdulazizprakasa@ymail.com BCP Rencana bisnis yang berkesinambungan DRP Rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakankerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem IT dan internet, maka risiko dalam sistem-sistem

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management Disaster Management Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management Video 1: Perbedaan Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Video 2: Manajemen

Lebih terperinci

Disaster Recovery Planning

Disaster Recovery Planning Disaster Recovery Planning Disaster recovery planning adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan konsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran Business Continuity Management 1. PENDAHULUAN Business Continuity Management - (BCM-SP) merupakan proses pengelolaan secara menyeluruh dalam rangka identifikasi potensi kondisi darurat yang berdampak kepada

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT Studi Kasus Pada PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT JATENG AI1 : Identify Automated Solutions 1. Apakah

Lebih terperinci

Standar Internasional ISO 27001

Standar Internasional ISO 27001 Standar Internasional ISO 27001 ISO 27001 merupakan standar internasional keamanan informasi yang memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam usaha menggunakan konsepkonsep keamanan informasi

Lebih terperinci

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Titien S. Sukamto AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Audit terhadap fasilitas pengolahan TI, biasanya merujuk pada Data Center, yang merupakan inti dari

Lebih terperinci

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan KUESIONER EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEMITRAAN PETERNAKAN INTI RAKYAT (PIR) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT DOMAIN KE- (DELIVERY AND SUPPORT): STUDI KASUS PADA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Integritas Pemrosesan A. Pengendalian Input Adanya pengendalian input adalah hal yang penting karena apabila input yang masuk tidak akurat,

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

ICT Continuity with Confidence

ICT Continuity with Confidence Bulletin No. 2/2015 www.reksis.com ICT Continuity with Confidence Bulletin Reksis Consulting Penanggung jawab Haldi Z. Panjaitan Pengantar Redaksi Kegagalan infrastruktur Information Computer Technology

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengendalian pengamanan system informasi berbasis computer ini meliputi: pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

Contoh : Isi pesan/ , membuka data yang bukan haknya, menjual data

Contoh : Isi pesan/ , membuka data yang bukan haknya, menjual data 1. Etika dalam sistem informasi PRIVASI menyangkut hak individu untuk mempertahankan informasi pribadi dari pengaksesan oleh orang lain yang memang tidak diberi izin untuk melakukannya Contoh : Isi pesan/email,

Lebih terperinci

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk L1 Langkah langkah FRAP Daftar Risiko Risk Risiko Tipe Prioritas Awal # 1 Kerusakan Database dikarenakan kegagalan INT B hardware 2 Staff internal sengaja memodifikasi data untuk INT C keuntungan kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Disaster Recovery Plan

ABSTRAK. Kata Kunci: Disaster Recovery Plan ABSTRAK Penelitian ini memuat tentang implementasi disaster recovery plan di IT Center pada PT.Medco Power Indonesia dengan menggunakan template disaster recovery karangan dari Paul Kirvan, CISA, CISSP,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM RECOVERY DATABASE MENGGUNAKAN METODE MIRRORING. Linda Elisa Sinaga A

PERANCANGAN SISTEM RECOVERY DATABASE MENGGUNAKAN METODE MIRRORING. Linda Elisa Sinaga A PERANCANGAN SISTEM RECOVERY DATABASE MENGGUNAKAN METODE MIRRORING Linda Elisa Sinaga shelindakirei@yahoo.com A11.2009.04877 Abstrak : Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu sumber daya kritikal

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI. Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang. 6. Rencana Kontingensi/Pemulihan Bencana

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI. Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang. 6. Rencana Kontingensi/Pemulihan Bencana BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN EVALUASI 4.1 Temuan dan Rekomendasi Kuesioner yang dibuat mencakup 15 bagian dari IT Risk Management yang terdapat dalam OCTAVE-S yang meliputi : 1. Kesadaran keamanan dan pelatihan

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA

BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA Business Continuity Plan Departemen Sumber Daya Manusia... (Nurrahma dan Iftadi) BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA Ghina Nurrahma 1*, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

Business Continuity and Disaster Recovery Plan

Business Continuity and Disaster Recovery Plan Tugas Kuliah Proteksi dan Tehnik Keamanan Sistim Informasi IKI-83408T Business Continuity and Disaster Recovery Plan Dikerjakan oleh, Usep Solehudin 7204000403 Dosen Pembimbing, Rahmat M. Samik-Ibrahim

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi

Lebih terperinci

KERENTANAN (VULNERABILITY)

KERENTANAN (VULNERABILITY) DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)

Lebih terperinci

ANALISIS BUSINESS CONTINUITY PLAN (BCP) PADA UNIT PENYELENGGARAAN KLIRING - KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH)

ANALISIS BUSINESS CONTINUITY PLAN (BCP) PADA UNIT PENYELENGGARAAN KLIRING - KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH) ANALISIS BUSINESS CONTINUITY PLAN (BCP) PADA UNIT PENYELENGGARAAN KLIRING - KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH) GELADIKARYA Oleh: Zulham Yahya 097007091 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Empowerment in disaster risk reduction

Empowerment in disaster risk reduction Empowerment in disaster risk reduction 28 Oktober 2017 Oleh : Istianna Nurhidayati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.kom Bencana...??? PENGENALAN Pengertian Bencana Bukan Bencana? Bencana? Bencana adalah peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT)

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) LAMPIRAN 119 120 DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) Studi Kasus Pada PT. SURYA RENGO CONTAINERS - DEMAK NAMA RESPONDEN

Lebih terperinci

Etika dalam Sistem Informasi

Etika dalam Sistem Informasi 1 Etika dalam Sistem Informasi Etika : kepercayaan tentang hal yang benar dan salah atau yang baik dan yang tidak Etika dalam SI dibahas pertama kali oleh Richard Mason (1986), yang mencakup PAPA: 1. Privasi

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-01.TI.05.02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT DATA DAN RUANG SERVER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK

Lebih terperinci

Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi

Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi YFA D3/IT/MIS/E1/1106 Manajemen Sistem Informasi Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Keamanan Sistem Informasi Keamanan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Analisis sistem digunakan untuk menguraikan sistem yang diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya dalam lingkup virtualisasi. Sistem ini dianalisis

Lebih terperinci

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data L 1 APPENDIX A Berikut ini adalah contoh simbol-simbol standar yang digunakan dalam diagram alir data yaitu : Simbol Nama Penjelasan Sumber dan Tujuan Data Orang dan organisasi yang mengirim data ke dan

Lebih terperinci

EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI Gentisya Tri Mardiani, S.Kom Pendahuluan Kriteria dalam masalah keamanan yang harus diperhatikan: 1. Akses kontrol sistem yang digunakan 2. Telekomunikasi dan jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini :

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini : BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini : Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pikir Dari pernyataann awal bahwa pengembangan disaster recovery

Lebih terperinci

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT KODE UNIT : O.842340.037.01 JUDUL UNIT : MemimpinAnggotaTim Gabungan DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memberikan perintah kepada personel yang

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer

Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer Pengendalian Sistem Informasi Berdasarkan Komputer Oleh: Wahyu Nurjaya WK, S.T., M.Kom. Empat Prinsip Keandalan Sistem 1. Ketersediaan. Sistem tersebut tersedia untuk dioperasikan ketika dibutuhkan. 2.

Lebih terperinci

Bussiness Continuity Management Sistem Informasi Akademik: Proses, Kendala, Risiko dan Rekomendasi

Bussiness Continuity Management Sistem Informasi Akademik: Proses, Kendala, Risiko dan Rekomendasi Bussiness Continuity Management Sistem Informasi Akademik: Proses, Kendala, Risiko dan Rekomendasi Ulya Anisatur Rosyidah 1) 1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia bisnis telekomunikasi telepon seluler semakin berkembang pesat di Indonesia. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi telepon

Lebih terperinci

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR Petunjuk: Berilah skor antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan 4 Memiliki

Lebih terperinci

Etika dan Keamanan SI

Etika dan Keamanan SI Etika dan Keamanan SI N Tri Suswanto Saptadi NTS/Sistem Informasi/TI UAJM 1 (1 dari 9) Etika: kepercayaan tentang hal yang benar dan salah atau yang baik dan yang tidak Etika dalam SI dibahas pertama kali

Lebih terperinci

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT KODE UNIT : O.842340.036.01 JUDUL UNIT : Mengendalikan Organisasi Gabungan dalam Situasi Darurat DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalammengambil dan menetapkan pengendalianatas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis dan Penjelasannya 1.1 Tahapan dalam Sistem Tahapan proses dalam sistem mencakup langkah-langkah berikut : 1. Menentukan skor atas jawaban dari pengguna mengenai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI)

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) Julia Carolina Daud OUTLINE BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI BAB

Lebih terperinci

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN 12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN Untuk mengkoordinasi pemrosesan yang sedang berjalan di seluruh area produksi Manajer Operasi Perencanaan dan Pengembangan ( Penjadwal ) Pengontrol Operasi Supervisor Pengembangan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEAMANAN JARINGAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEAMANAN JARINGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Disiapkan oleh, Diperiksa oleh, Disahkan oleh, Muchlis, S.Kom., M.Si Ketua Tim Standar Sistem Informasi Yeni Yuliana, S.Sos.I., M.Pd.I Ariansyah, S.Kom., M.Kom Ketua Penjaminan

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Disaster Recovery Plan, Business Continuity Plan, Bencana. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Disaster Recovery Plan, Business Continuity Plan, Bencana. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Disaster Recovery Plan adalah salah satu cabang ilmu manajemen resiko sistem informasi terapan yaitu Business Continuity Plan. Disaster Recovery Plan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem 130 BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Kantor Pertanahan Nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi Pada bab ini membahas tentang evaluasi hasil pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan Penentuan Ruang Lingkup Audit

Lebih terperinci

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang PENGANTAR MITIGASI BENCANA Definisi Bencana (1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PADA BENGKEL GAC AUTO SERVICE Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan yang didapat setelah melakukan wawancara dan observasi, yang hasilnya

Lebih terperinci

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT KODE UNIT : O.842340.038.01 JUDUL UNIT : MengoordinasikanSumber Daya dalam Operasi Tanggap Darurat Gabungan DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan Sikap kerja yang diperlukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja... Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan perubahan skala dan perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG JADI. untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan.

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG JADI. untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan. 97 BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG JADI Pengendalian terhadap sistem informasi dalam suatu perusahaan adalah penting untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI),

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI), Penggunaan TI di sektor perbankan saat ini merupakan suatu keharusan, terlebih dengan meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE

STANDARD OPERATING PROCEDURE JUDUL KEAMANAN JARINGAN 01 Agustus KEAMANAN JARINGAN Disiapkan oleh, Diperiksa oleh, Disahkan oleh, Mahmud, S.Kom., M.Kom. Meidyan Permata Putri, M.Kom. Benedictus Effendi, S.T., M.T. Kepala Sekretaris

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster. Recovery yang digunakan dalam tesis ini.

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster. Recovery yang digunakan dalam tesis ini. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Disaster Recovery Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster Recovery yang digunakan dalam tesis ini. 2.1.1 Bencana (Disaster) Menurut buku Disaster

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Dalam melakukan manajemen risiko pada PT Saga Machie, penulis mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II Teknologi informasi pada saat ini telah digunakan hampir pada seluruh aspek penting dalam setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan operasional perbankan tidak dapat terhindar dari adanya gangguan/kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun manusia misalnya terjadi gempa bumi, bom, kebakaran,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. On System Review Pemeriksaan Prosedur Eksisting untuk Database Backup dan Recovery. PLN Dis Jabar & Banten - LPPM ITB

DAFTAR ISI. On System Review Pemeriksaan Prosedur Eksisting untuk Database Backup dan Recovery. PLN Dis Jabar & Banten - LPPM ITB DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 CHECKLIST AUDIT BACKUP & DISASTER RECOVERY...2 DESKRIPSI PROSEDUR EKSISTING...9 BAGAIMANA PROSEDUR BACKUP TERHADAP DATA DAN SISTEM APLIKASI DI SETIAP UPJ...9 BAGAIMANA PROSEDUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.666, 2015 ANRI. Arsip. Bencana. Penyelamatan. Perlindungan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENYELAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah bank. Untuk itu pada tanggal 30 November 2007 Bank Indonesia selaku

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

Pertemuan 11 Manajemen Risiko Pertemuan 11 Manajemen Risiko Tujuan Memahami konsep manajemen risiko Memahami sumber-sumber risiko Dapat memodelkan risiko dan membuat contingency plan. Risiko Masalah yang belum terjadi Kenapa menjadi

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. PERSYARATAN DOKUMEN PERIZINAN UANG ELEKTRONIK BAGI LEMBAGA SELAIN

Lebih terperinci

BAB 4 PELAKSANAAN AUDIT SISTEM INFORMASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Audit Sistem Informasi Penjualan

BAB 4 PELAKSANAAN AUDIT SISTEM INFORMASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Audit Sistem Informasi Penjualan BAB 4 PELAKSANAAN AUDIT SISTEM INFORMASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Audit Sistem Informasi Penjualan PT. Hezzel Farm Indonesia. Dalam pengumpulan temuan audit diperoleh dari dokumentasi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI BERDASARKAN KOMPUTER

PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI BERDASARKAN KOMPUTER PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI BERDASARKAN KOMPUTER N. Tri Suswanto Saptadi 4/27/2016 nts/sia 1 Empat Prinsip Keandalan Sistem 1. Ketersediaan. Sistem tersebut tersedia untuk dioperasikan ketika dibutuhkan.

Lebih terperinci