Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005"

Transkripsi

1 Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet (1%) * Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet Tidak ada dokter hewan penanggung jawab kesehatan hewan dan kesehatan Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dokter hewan penanggung jawab kesehatan hewan dan kesehatan Aplikasi SSOP terhadap aspek Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet belum terpenuhi sepenuhnya Lokasi dan Lingkungan (5%) Konstruksi Bangunan Utama (13%) masyarakat veteriner Lokasi dan Lingkungan Perijinan Unit Usaha diberikan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor Disekitar TPA tidak terdapat RPB Penanganan dan sistem pembuangan sampah, limbah cair dan peralatan cukup baik hanya pada TPA Cibungbulang dan Cibinong Tidak terdapat debu yang berlebihan dijalanan dan tempat parkir Konstruksi Bangunan Utama Hanya TPA dibina Cibungbulang yang melakukan pemisahan fisik antara ruangan bersih dan kotor Hanya pada TPA dibina Cibungbulang ruang pengolahan tidak berhubungan langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel TPA dibina Parung tidak memiliki langit-langit, dinding (bangunan terbuka), TPA lainnya merupakan bangunan permanen masyarakat veteriner Lokasi dan Lingkungan Lokasi unit usaha sesuai dengan alamat yang tercantum dalam perijinan Ada pemisahan fisik antara RPB dan RPH/RPU Penyimpanan dan penanganan sampah, limbah dan peralatan baik Debu yang tidak berlebihan di jalanan dan tempat parkir Sistem pembuangan limbah cair/saluran baik Konstruksi Bangunan Utama Dilakukan pemisahan secara fisik antara ruangan bersih dan kotor Ruang pengolahan tidak berhubungan langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel Ada langit-langit (plafon); Langitlangit bebas dari kemungkinan catnya rontok/jatuh atau dalam keadaan tidak kotor dan terawat; Rata, tidak retak/berlubang Dinding setinggi kurang dari 2 meter terbuat dari bahan yang kedap air, mudah 4%* Aplikasi SSOP terhadap Lokasi dan Lingkungan hanya terpenuhi sebagian 5.5% Aplikasi SSOP terhadap Konstruksi Bangunan Utama hanya terpenuhi sebagian 67

2 Lampiran 1 Lanjutan.. 68 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Ada lengkungan pada pertemuan lantai dan dinding pada TPA dibina Dramaga Lantai pada semua TPA licin, tidak kedap air, ada genangan cairan dibersihkan dan didisinfeksi; Permukaan rata, tidak retak atau berlubang; Tidak ada bagian dinding yang memungkinkan untuk meletakkan/menyimpan barang/peralatan; Dinding di ruang pengolahan berwarna terang Bahan lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan didisinfeksi; Pertemuan antara lantai dan dinding lengkung; Tidak ada genangan cairan, tumpukan kotoran Bangunan Utama TPA (25%) Bangunan Utama TPA Pada TPA dibina Parung dan Cibungbulang tersedia tempat penurunan unggas hidup berupa kandang Tidak ada pemeriksaan antemortem dan postmortem untuk semua TPA dibina Tidak dilakukan stunning untuk semua TPA dibina Pada TPA dibina Parung dilakukan seleksi, pemotongan karkas, penyimpanan segar Hanya TPA dibina Cibinong yang tidak melakukan penimbangan karkas Seluruh TPA dibina tidak melakukan deboning Pengemasan TPA dibina Parung menggunakan styrofoam dan coolbox dan air mengalir ke saluran pembuangan Bangunan Utama TPA Daerah Kotor: Tempat penurunan unggas hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup Pemingsanan (stunning) Penyembelihan (killing) Pencelupan ke air panas (scalding tank) Pencabutan bulu (defeathering) Pencucian karkas Pengeluaran jeroan/evisceration Pemeriksaan postmortem Penanganan jeroan Daerah Bersih: Tempat pencucian karkas. Tempat pendinginan karkas. Seleksi (grading) Penimbangan kark 17.75% Aplikasi SSOP terhadap Bangunan Utama TPA hanya terpenuhi sebagian

3 Lampiran 1 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan dan pemasaran telah sampai ke luar provinsi Pemotongan karkas (cutting) Pemisahan daging dari tulang Pengemasan Penerangan (2%) Ventilasi (2%) Saluran Pembuangan (3%) Pasokan Air (4%) Penerangan Lampu TPA dibina Cibungbulang telah berpelindung Proses produksi pada TPA dibina Parung dilakukan pada pagi hari sehingga tidak dibutuhkan penerangan Ventilasi Sistem ventilasi pada seluruh TPA dibina baik, sehingga tidak terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk Saluran Pembuangan Saluran pembuangan pada TPA dibina Parung tidak tertutup Tidak ada bak kontrol pada sistem saluran pada semua TPA dibina Pasokan Air Air yang digunakan untuk seluruh proses produksi pada semua TPA dibina berasal dari sumur dengan kedalaman lebih dari 8 m dan jaraknya dengan tempat penampungan limbah cair dan sampah lebih dari 8 m Tidak pernah dilakukan pemeriksaan kualitas air di laboratorium Penyimpanan segar (chilling room) Penerangan Lampu di ruang pengolahan, pengemasan dan penyimpanan bahan baku perpelindung Penerangan pada tempat pemeriksaan (inspeksi) cukup (kurang dari 540 luks) Ventilasi Sirkulasi udara di ruang proses produksi baik (tidak pengap) Tidak terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk Saluran Pembuangan Kapasitas saluran pembuangan lancar Saluran pembuangan tertutup (grill) dan dilengkapi bak kontrol Pasokan Air Tersedia pasokan air bersih dalam jumlah cukup Jarak terdekat sumber air dengan tempat pembuangan limbah cair/septic tank 8m Dilakukan pemeriksaan kualitas air bersih di laboratorium minimal sekali dalam setahun 1% Aplikasi SSOP terhadap Penerangan hanya terpenuhi sebagian 2% Aplikasi SSOP terhadap Ventilasi hanya terpenuhi sebagian 2.5% Aplikasi SSOP terhadap Saluran Pembuangan hanya terpenuhi sebagian 3% Aplikasi SSOP terhadap Pasokan Air hanya terpenuhi sebagian 69

4 Lampiran 1 Lanjutan.. 70 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Es (Persyaratan Khusus RPU) (2%) Es (Persyaratan Khusus RPU) Hanya TPA dibina Parung yang menggunakan es yang berasal dari es Es (Persyaratan Khusus RPU) Terbuat dari air yang memenuhi persyaratan air bersih 0.5% Aplikasi SSOP terhadap Es hanya terpenuhi sebagian Penanganan Limbah dan Kotoran (2%) Toilet (2%) Ruang Ganti Pakaian (1%) Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep (4%) Peralatan dan Wadah (2%) balok dari pabrik setempat Penanganan Limbah dan Kotoran Penampungan limbah pada TPA dibina Parung berjarak kurang dari 8 m dengan ruang produksi Toilet Toilet pada TPA dibina Cibungbulang terpelihara dengan baik, dan tidak pada TPA dibina lainnya Ruang Ganti Pakaian Ruang Ganti pada TPA dibina Cibungbulang terpelihara dengan baik, dan tidak pada TPA dibina lainnya Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep Pada TPA dibina Dramga tersedia fasilitas cuci tangan dan foot deep tapi tidak berfungsi Pada TPA dibina Cibungbulang tersedia fasilitas cuci tangan Peralatan dan Wadah Peralatan pada semua TPA dibina terbuat dari bahan yang kedap air, tidak Ditangani secara higienis Penanganan Limbah dan Kotoran Limbah ditangani dengan baik Fasilitas pembuangan sampah/kotoran dalam ruang proses tertutup Toilet Terpelihara dengan baik Fasilitas untuk pencucian tangan, seperti sabun, cukup atau tersedia Ruang Ganti Pakaian Ada, terawat dan tidak kotor Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep Setiap pintu masuk ruang pengolahan memiliki fasilitas cuci tangan dan foot deep Fasilitas cuci tangan berfungsi Fasilitas cuci tangan dioperasikan dengan tangan dan dilengkapi dengan petunjuk mencuci tangan Memiliki fasilitas untuk membesihkan sepatu boot Peralatan dan Wadah Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, mudah 1.75% Aplikasi SSOP terhadap Penanganan Limbah dan Kotoran hanya terpenuhi sebagian 1.25% Aplikasi SSOP terhadap Toilet hanya terpenuhi sebagian 0.75% Aplikasi SSOP terhadap Ruang Ganti Pakaian hanya terpenuhi sebagian 2% Aplikasi SSOP terhadap Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep hanya terpenuhi sebagian 1.5% Aplikasi SSOP terhadap Peralatan dan Wadah hanya terpenuhi

5 Lampiran 1 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan mudah korosif, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didisinfeksi sebagian dibersihkan dan didisinfeksi dan Terawat dengan baik atau disimpan disimpan ditempat yang seharusnya ditempat yang seharusnya Kemasan (3%) Kemasan TPA dibina Parung menggunakan Kemasan Terbuat dari bahan yang tidak toksik, kemasan dari styrofoam dan cool box, bereaksi dengan produk, dan mampu sehingga kebersihan produk lebih mencegah terjadinya kontaminasi terhadap terjaga dibandingkan dengan kemasan produk pada TPA dibina lainnya yang Disimpan pad ruang khusus menggunakan kantung plastik dan karung plastik bekas Program Pengendalian Serangga dan Rodensia (4%) Program Pengendalian Serangga dan Rodensia Tidak ada program pengendalian serangga dan rodensia pada TPA Parung, karena bangunan merupakan bangunan terbuka Pembersihan dan Desinfeksi (3%) Pembersihan dan Desinfeksi Pemberishan pada semua TPA dibina hanya menggunakan sikat dan air, belum melakukan desinfeksi Program Pengendalian Serangga dan Rodensia Memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga dan rodensia Program pengendalian serangga, tikus/rodensia dan binatang pengganggu lainnya di lingkungan unit usaha efektif Lubang angin dilengkapi dengan kasa untuk mencegah masuknya serangga Ada tirai udara (air curtain), tirai plastik dan alat pencegah serangga lainnya dan efektif Pembersihan dan Desinfeksi Memiliki program pembersihan dan desinfeksi Metode pembersihan dan disinfeksi efektif Peralatan dan wadah dicuci dengan air bersih dan disanitasi setelah digunakan 1.25% Aplikasi SSOP terhadap Kemasan hanya terpenuhi sebagian 1.25% Aplikasi SSOP terhadap Program Pengendalian Serangga dan Rodensia hanya terpenuhi sebagian 2.75% Aplikasi SSOP terhadap Pembersihan dan Desinfeksi hanya terpenuhi sebagian 71

6 Lampiran 1 Lanjutan.. 72 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Bahan-bahan Kimia (2%) Higiene Personal (4%) Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan (8%) Bahan-bahan Kimia Tidak dipergunakan bahan-bahan kimia pada produk olahan Higiene Personal Kesehatan pekerja terjaga dengan baik Masih terjadi kontaminasi silang antara Pekerja dan Produk Ada pelatihan sanitasi dari Dinas Peternakan Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan Tidak ada pemeriksaan ante mortem dan post mortem pada bahan baku pada semua TPA dibina Bahan-bahan Kimia Bahan kimia, sanitizer dan bahan tambahan pangan diberi label dan disimpan dengan baik Penggunaan bahan kimia dan bahan tambahan pangan yang diizinkan Higiene Personal Karyawan yang berhubungan langsung dengan produk dalam kondisi sehat Kebersihan karyawan yang berhubungan langsung dengan produk terjaga dengan baik Tidak terjadi kontaminasi silang (makan, meludah, merokok di ruang proses) Pelatihan pekerja dalam hal sanitasi dan higienis cukup Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan Pemeriksaan ante mortem pada ternak yang akan dipotong dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner Pemeriksaan ante mortem dilakukan secara teratur Dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan ante mortem Penanganan hewan hidup memenuhi aspek kesrawan Pemeriksaan post mortem pada setiap hewan dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner Aplikasi SSOP terhadap Bahanbahan Kimia belum terpenuhi oleh semua TPA 2.25% Aplikasi SSOP terhadap Higiene Personal hanya terpenuhi sebagian Aplikasi SSOP terhadap Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan hanya terpenuhi sebagian

7 Lampiran 1 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Pemeriksaan post mortem dilakukan secara teratur Dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan post mortem Pembekuan Memiliki fasilitas blast freezer Pembekuan Dilengkapi dengan display themometer (2%) pada ruangan blast freezer dan cold storage Pelabelan (1%) Penyimpanan (3%) Pengujian Laboratorium (3%) Pembekuan Seluruh TPA dibina tidak memiliki fasilitas blast freezer Pelabelan Tidak ada pemberian label pada produk beku Penyimpanan Hanya TPA dibina Parung yang memiliki fasilitas cold storage untuk produk beku Pengujian Laboratorium Tidak pernah dilakukan pengujian laboratorium untuk produk akhir, program sanitasi dan tidak dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium Pelabelan Produk yang sudah dalam bentuk beku mempunyai label dan tanda/etiket Penyimpanan Memiliki chill room untuk penyimpanan produk segar Memiliki cold storage untuk penyimpanan produk beku Produk akhir yang disimpan dalam gudang beku terpisah dengan bahan lain Pengujian Laboratorium Ada program pengujian laboratorium terhadap produk akhir Ada program monitoring efektivitas program sanitasi Dilakukan dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium Aplikasi SSOP terhadap Pembekuan belum terpenuhi Aplikasi SSOP terhadap Pelabelan belum terpenuhi 0.75% Aplikasi SSOP terhadap Penyimpanan hanya terpenuhi sebagian Aplikasi SSOP terhadap Pengujian Laboratorium belum terpenuhi *) persentase kondisi seharusnya **) persentase kondisi seharusnya yang telah terpenuhi pada 8 TPA dibina 73

8 Lampiran 2 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA belum dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005 Aspek SSOP Kondisi TPA belum dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet (1%) * Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet Tidak ada dokter hewan penanggung jawab kesehatan hewan dan kesehatan Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dokter hewan penanggung jawab kesehatan hewan dan kesehatan Aplikasi SSOP terhadap aspek Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet belum terpenuhi sepenuhnya Lokasi dan Lingkungan (5%) Konstruksi Bangunan Utama (13%) masyarakat veteriner Lokasi dan Lingkungan Perijinan hanya dimiliki oleh sebagian TPA Disekitar TPA tidak terdapat rumah potong babi (RPB) Penanganan dan sistem pembuangan sampah, limbah cair dan peralatan cukup baik hanya pada semua TPA belum baik Terdapat debu yang berlebihan dijalanan dan tempat parkir Konstruksi Bangunan Utama Belum ada pemisahan fisik antara ruangan bersih dan kotor pada semua TPA belum dibina TPA belum dibina Parung tidak memiliki langit-langit Lantai untuk semua TPA belum dibina licin, ada genangan air dan tidak kedap air Dinding pada semua TPA selum dibina berwarna gelap, retak/berlubang masyarakat veteriner Lokasi dan Lingkungan Lokasi unit usaha sesuai dengan alamat yang tercantum dalam perijinan Ada pemisahan fisik antara RPB dan RPH/RPU Penyimpanan dan penanganan sampah, limbah dan peralatan baik Debu yang tidak berlebihan di jalanan dan tempat parkir Sistem pembuangan limbah cair/saluran baik Konstruksi Bangunan Utama Dilakukan pemisahan secara fisik antara ruangan bersih dan kotor Ruang pengolahan tidak berhubungan langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel Ada langit-langit (plafon); Langit- langit bebas dari kemungkinan catnya rontok/jatuh atau dalam keadaan tidak kotor dan terawat; Rata, tidak retak/berlubang Dinding setinggi kurang dari 2 meter terbuat dari bahan yang kedap air, mudah 3% * Aplikasi SSOP terhadap Lokasi dan Lingkungan hanya terpenuhi sebagian 1.5% Aplikasi SSOP terhadap Konstruksi Bangunan Utama hanya terpenuhi sebagian 75

9 Lampiran 2 Lanjutan.. 76 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan dibersihkan dan didisinfeksi; Permukaan rata, tidak retak atau berlubang; Tidak ada bagian dinding yang memungkinkan untuk meletakkan/menyimpan barang/peralatan; Dinding di ruang pengolahan berwarna terang Bahan lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan didisinfeksi; Pertemuan antara lantai dan dinding lengkung; Tidak ada genangan cairan, tumpukan kotoran dan air mengalir ke saluran pembuangan Bangunan Utama TPA (25%) Bangunan Utama TPA Tempat penurunan unggas hidup terdapat pada TPA belum dibina Dramaga dan Parung Tidak ada pemeriksaan antemortem dan postmortem untuk semua TPA belum dibina Tidak dilakukan stunning untuk semua TPA belum dibina Tidak ada daerah bersih pada semua TPA belum dibina, pengemasan dilakukan pada ruang produksi Bangunan Utama TPA Daerah Kotor: Tempat penurunan unggas hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup Pemingsanan (stunning) Penyembelihan (killing) Pencelupan ke air panas (scalding) Pencabutan bulu (defeathering) Pencucian karkas Pengeluaran jeroan/evisceration Pemeriksaan postmortem Penanganan jeroan Daerah Bersih: Tempat pencucian karkas. Tempat pendinginan karkas. Seleksi (grading) Penimbangan karkas Pemotongan karkas (cutting) % Aplikasi SSOP terhadap Bangunan Utama TPA hanya terpenuhi sebagian

10 Lampiran 2 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Pemisahan daging dari tulang Pengemasan Penyimpanan segar (chilling room) Penerangan (2%) Ventilasi (2%) Saluran Pembuangan (3%) Pasokan Air (4%) Penerangan Lampu pada semua TPA belum dibina tidak berpelindung Proses produksi pada TPA belum dibina Parung dan Dramaga dilakukan pada pagi hari sehingga tidak digunakan penerangan Ventilasi Sistem ventilasi pada seluruh TPA belum dibina baik, sehingga tidak terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk Saluran Pembuangan Saluran pembuangan pada seluruh TPA belum dibina belum tidak tertutup Tidak ada bak kontrol pada sistem saluran pada semua TPA belum dibina Pasokan Air Air yang digunakan untuk seluruh proses produksi pada semua TPA belum dibina berasal dari sumur dengan kedalaman lebih dari 8 m Jarak sumur dengan tempat penampungan limbah cair pada sebagian TPA belum dibina kurang dari 8 m Penerangan Lampu di ruang pengolahan, pengemasan dan penyimpanan bahan baku perpelindung Penerangan pada tempat pemeriksaan (inspeksi) cukup (kurang dari 540 luks) Ventilasi Sirkulasi udara di ruang proses produksi baik (tidak pengap) Tidak terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk Saluran Pembuangan Kapasitas saluran pembuangan lancar Saluran pembuangan tertutup (grill) dan dilengkapi bak kontrol Pasokan Air Tersedia pasokan air bersih dalam jumlah cukup Jarak terdekat sumber air dengan tempat pembuangan limbah cair/septic tank 8m Dilakukan pemeriksaan kualitas air bersih di laboratorium minimal sekali dalam setahun 0.25% Aplikasi SSOP terhadap Penerangan hanya terpenuhi sebagian 1.375% Aplikasi SSOP terhadap Ventilasi hanya terpenuhi sebagian 0.875% Aplikasi SSOP terhadap Saluran Pembuangan hanya terpenuhi sebagian 2% Aplikasi SSOP terhadap Pasokan Air hanya terpenuhi sebagian 77

11 Lampiran 2 Lanjutan.. 78 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Tidak pernah dilakukan pemeriksaan kualitas air di laboratorium Es (Persyaratan Khusus RPU) (2%) Es (Persyaratan Khusus RPU) Tidak ada penggunaan es pada seluruh TPA belum dibina Es (Persyaratan Khusus RPU) Terbuat dari air yang memenuhi persyaratan air bersih Aplikasi SSOP terhadap Es belum terpenuhi Penanganan Limbah dan Kotoran (2%) Toilet (2%) Ruang Ganti Pakaian (1%) Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep (4%) Penanganan Limbah dan Kotoran Penampungan limbah pada TPA belum dibina Dramaga dan Cibungbulang berjarak kurang dari 8 m dengan ruang produksi Toilet Tidak tersedia sarana toilet pada TPA belum dibina Parung, Cibungbulang dan Dramaga Ruang Ganti Pakaian Tidak tersedia Ruang Ganti pada TPA belum dibina Parung Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep Tidak tersedia fasilitas cuci tangan dan foot deep untuk semua TPA belum dibina Ditangani secara higienis Penanganan Limbah dan Kotoran Limbah ditangani dengan baik Fasilitas pembuangan sampah/kotoran dalam ruang proses tertutup Toilet Terpelihara dengan baik Fasilitas untuk pencucian tangan, seperti sabun, cukup atau tersedia Ruang Ganti Pakaian Ada, terawat dan tidak kotor Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep Setiap pintu masuk ruang pengolahan memiliki fasilitas cuci tangan dan foot deep Fasilitas cuci tangan berfungsi Fasilitas cuci tangan dioperasikan dengan tangan dan dilengkapi dengan petunjuk mencuci tangan Memiliki fasilitas untuk membesihkan sepatu boot 0.375% Aplikasi SSOP terhadap Penanganan Limbah dan Kotoran hanya terpenuhi sebagian 0.25% Aplikasi SSOP terhadap Toilet hanya terpenuhi sebagian 0.125% Aplikasi SSOP terhadap Ruang Ganti Pakaian hanya terpenuhi sebagian Aplikasi SSOP terhadap Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep belum terpenuhi

12 Lampiran 2 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Peralatan dan Wadah (2%) Kemasan (3%) Program Pengendalian Serangga dan Rodensia (4%) Pembersihan dan Desinfeksi (3%) Peralatan dan Wadah Peralatan pada semua TPA belum dibina terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didisinfeksi dan disimpan ditempat yang seharusnya Kemasan Seluruh TPA belum dibina menggunakan kemasan dari kantung plastik dan karung plastik yang tidak dapat mencegah kontaminasi lanjutan Program Pengendalian Serangga dan Rodensia Tidak ada program pengendalian serangga dan rodensia pada semua TPA belum dibina Pembersihan dan Desinfeksi Pemberishan pada semua TPA belum dibina hanya menggunakan sikat dan air, belum didesinfektan Peralatan dan Wadah Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didisinfeksi Terawat dengan baik atau disimpan ditempat yang seharusnya Kemasan Terbuat dari bahan yang tidak toksik, bereaksi dengan produk, dan mampu mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk Disimpan pad ruang khusus Program Pengendalian Serangga dan Rodensia Memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga dan rodensia Program pengendalian serangga, tikus/rodensia dan binatang pengganggu lainnya di lingkungan unit usaha efektif Lubang angin dilengkapi dengan kasa untuk mencegah masuknya serangga Ada tirai udara (air curtain), tirai plastik dan alat pencegah serangga lainnya dan efektif Pembersihan dan Desinfeksi Memiliki program pembersihan dan desinfeksi Metode pembersihan dan disinfeksi efektif Peralatan dan wadah dicuci dengan air bersih dan disanitasi setelah digunakan 0.375% Aplikasi SSOP terhadap Peralatan dan Wadah hanya terpenuhi sebagian 1.125% Aplikasi SSOP terhadap Kemasan hanya terpenuhi sebagian Aplikasi SSOP terhadap Program Pengendalian Serangga dan Rodensia belum terpenuhi 0.875% Aplikasi SSOP terhadap Pembersihan dan Desinfeksi hanya terpenuhi sebagian 79

13 Lampiran 2 Lanjutan.. 80 Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Bahan-bahan Kimia (2%) Higiene Personal (4%) Penerimaan Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan (8%) Bahan-bahan Kimia Tidak dipergunakan bahan-bahan kimia pada produk olahan Higiene Personal Kesehatan pekerja terjaga dengan baik Masih terjadi kontaminasi silang antara Pekerja dan Produk Ada pelatihan sanitasi dari Dinas Peternakan Penerimaan Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan Tidak ada pemeriksaan ante mortem dan post mortem pada bahan baku pada semua TPA belum dibina Bahan-bahan Kimia Bahan kimia, sanitizer dan bahan tambahan pangan diberi label dan disimpan dengan baik Penggunaan bahan kimia dan bahan tambahan pangan yang diizinkan Higiene Personal Karyawan yang berhubungan langsung dengan produk dalam kondisi sehat Kebersihan karyawan yang berhubungan langsung dengan produk terjaga dengan baik Tidak terjadi kontaminasi silang (makan, meludah, merokok di ruang proses) Pelatihan pekerja dalam hal sanitasi dan higienis cukup Penerimaan Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan Pemeriksaan ante mortem pada ternak yang akan dipotong dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner Pemeriksaan ante mortem dilakukan secara teratur Dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan ante mortem Penanganan hewan hidup memenuhi aspek kesrawan Pemeriksaan post mortem pada setiap hewan dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner Aplikasi SSOP terhadap Bahanbahan Kimia belum terpenuhi oleh semua TPA 1.625% Aplikasi SSOP terhadap Higiene Personal hanya terpenuhi sebagian Aplikasi SSOP terhadap Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan hanya terpenuhi sebagian

14 Lampiran 2 Lanjutan.. Aspek SSOP Kondisi TPA dibina Kondisi Seharusnya Keterangan Pemeriksaan post mortem dilakukan secara teratur Dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan post mortem Pembekuan (2%) Pelabelan (1%) Penyimpanan (3%) Pengujian Laboratorium (3%) Pembekuan Seluruh TPA belum dibina tidak memiliki fasilitas blast freezer Pelabelan Tidak ada pemberian label pada produk beku Penyimpanan Tidak tersedia fasilitas cold storage untuk produk beku pada semua TPA belum dibina Pengujian Laboratorium Tidak pernah dilakukan pengujian laboratorium untuk produk akhir, program sanitasi dan tidak dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium pada semua TPA belum dibina Pembekuan Memiliki fasilitas blast freezer Dilengkapi dengan display themometer pada ruangan blast freezer dan cold storage Pelabelan Produk yang sudah dalam bentuk beku mempunyai label dan tanda/etiket Penyimpanan Memiliki chill room untuk penyimpanan produk segar Memiliki cold storage untuk penyimpanan produk beku Produk akhir yang disimpan dalam gudang beku terpisah dengan bahan lain Pengujian Laboratorium Ada program pengujian laboratorium terhadap produk akhir Ada program monitoring efektivitas program sanitasi Dilakukan dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium Aplikasi SSOP terhadap Pembekuan belum terpenuhi Aplikasi SSOP terhadap Pelabelan belum terpenuhi Aplikasi SSOP terhadap Penyimpanan belum terpenuhi Aplikasi SSOP terhadap Pengujian Laboratorium belum terpenuhi *) persentase kondisi seharusnya **) persentase kondisi seharusnya yang telah terpenuhi pada 8 TPA belum dibina 81

15 Lampiran 3 Aplikasi Kehalalan di TPA dibina dan belum dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada LPPOM MUI 2011 Aspek Kehalalan Sumber Daya Manusia (24.5%) * Kondisi di TPA dibina dan belum dibina Sumber Daya Manusia Personel yang bekerja pada semua TPA memiliki kemampuan untuk menyembelih ayam secara halal, tidak merangkap sebagai pekerja pada RPB Pekerja beragama Islam, berusia lebih dari 18 tahun, sehat jasmani dan rohani Pelatihan penyembelihan ayam halal didapat dari Mesjid setempat Tidak ada kontrol dan supervisi dari LPPOM MUI/Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui LPPOM MUI Pekerja belum memiliki kartu identitas sebagai penyembelih halal dari Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui oleh LPPOM MUI/Lembaga yang berwewenang dalam sertifikasi halal Kondisi Seharusnya Sumber Daya Manusia Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi status kehalalan produk unggas yang dihasilkan harus memiliki kompetensi yang sesuai Personel harus mengikuti pelatihan/tindakan lain untuk mencapai kompetensi yang diperlukan Manajemen TPA harus memelihara rekaman mengenai pelatihan, ketrampilan dan pengalaman personel Personel harus dikontrol dan disupervisi oleh LPPOM MUI/Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui LPPOM MUI Personael halal tidak boleh merangkap sebagai pekerja /karyawan pada RPH babi Petugas penyembelih beragama Islam Petugas penyembelih berumur minimal 18 tahun Berbadan dan berjiwa sehat serta memiliki catatan kesehatan yang baik Taat dalam menjalankan ibadah wajib Lulus pelatihan penyembelihan halal yang dilakukan oleh lembaga Islam/lembaga sertifikasi halal yang bekerjasama dengan instansi teknis terkait Memahami tata cara penyembelihan sesuai Syariat Islam Keterangan 16.5% ** Aplikasi Kehalalan terhadap aspek SDM belum memenuhi 83

16 Lampiran 3 Lanjutan.. 84 Aspek Kehalalan Prasarana (14.5%) Penyembelihan Unggas (36.5%) Kondisi di TPA dibina dan belum dibina Prasarana TPA penelitian hanya memproduksi daging unggas Tidak terdapat peternakan hewan non halal disekitar TPA penelitian Alat untuk menyembelih adalah pisau yang tajam Penyembelihan Unggas Tidak dilakukan pemeriksaan ante mortem pada semua TPA penelitian Kondisi Seharusnya Memiliki kartu identitas sebagai penyembelih halal dari Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui oleh MUI/Lembaga yang berwewenang dalam sertifikasi halal Prasarana Dalam satu RPU hanya dikhususkan untuk produksi daging unggas halal Lokasi RPU harus terpisah dari RPH/peternakan babi (min 2km) dan tidak terjadi kontaminasi silang antara RPU halal dan babi Fasilitas RPU dirancang sedemikian rupa agar produk yang halal tidak terkontaminasi dengan produk non halal maupun dengan barang haram dan najis Tidak terjadi penggunaan fasilitas, mesin, dan alat secara bersama-sama antara RPU halal dan babi Alat yang digunakan untuk menyembelih harus tajam dan bukan berasal dari kuku, gigi/taring/tulang Ukuran alat penyembelih harus sesuai dengan ukuran dari leher unggas yang akan dipotong Alat penyembelih tidak dipertajam didepan unggas yang akan disembelih Penyembelihan Unggas Unggas yang akan disembelih harus mempunyai waktu istirahat yang cukup dan mengikuti kaidah kesejahteraan unggas yang berlaku Keterangan 14.5% Aplikasi Kehalalan terhadap aspek Prasarana memenuhi 24.5% Aplikasi Kehalalan terhadap aspek Penyembelihan Unggas belum memenuhi

17 Lampiran 3 Lanjutan.. Aspek Kehalalan Kondisi di TPA dibina dan belum dibina Tidak dilakukan rekaman terhadap unggas mati yang belum sempat disembelih Ayam mendapat istirahat yang cukup sebelum disembelih, tidak stress Penyembelihan menghadap kiblay dan kalimat Bisillahirrahmanirrahim hanya diucapkan pada awal penyembelihan, mewakili seluruh proses penyembelihan Penyembelihan memotong oesophagus, trachea, vena jugularis, arteri carotis dan hanya dilakukan satu kali penyembelihan dan minimal waktu 2 menit sebelum masuk ke proses berikutnya Pada semua TPA penelitian, penanganan karkas dan jeroan dilakukan di dalam satu ruangan Tidak dilakukan pemeriksaan post mortem Kondisi Seharusnya Dilakukan pemeriksaan ante mortem oleh lembaga yang memiliki kewenangan Rekaman unggas mati sebelum sempat disembelih harus disimpan dan dipelihara Pengendalian unggas harus seminimal mungkin menjadikan unggas stress dan kesakitan Segera dilakukan penyembelihan bila ungggas telah terkendali dengan baik dan tenang Kalimat Bisillahirrahmanirrahim harus diucapkan oleh penyembelih sebelum melakukan penyembelihan Penyembelihan harus dilakukan dengan memotong oesophagus, trachea, vena jugularis dan arteri carotis Hendaklah melakukan satu kali sembelih (tidak mengangkat pisau ketika menyembelih). Proses penyembelihan dilakukan dari leher bagian depan dan tidak memutus tulang leher Penyembelihan menghadap kiblat Rekaman setiap pemotongan yang tidak sesuai dengan persyaratan halal harus disimpan dan dipelihara Harus dilakukan pemeriksaan untuk memastikan unggas mati sebelum dilakukan penanganan/proses selanjutnya Waktu minimal antara pemotongan dan proses selanjutnya adalah 2 menit Keterangan 85

18 Lampiran 3 Lanjutan.. 86 Aspek Kehalalan Penanganan dan Penyimpanan (10.5%) Kondisi di TPA dibina dan belum dibina pada semua TPA penelitian Penanganan dan Penyimpanan Semua TPA penelitian hanya memproduksi unggas, tidak ada produk non halal yang dihasilkan Kondisi Seharusnya Ruang/lokasi penanganan karkas dan jeroan harus dipisah Karkas dan jeroan yang berasal dari unggas yang disembelih tidak memenuhi persyaratan halal maka harus dimusnahkan Pemeriksaan post mortem harus dilakukan oleh petugas yang berwenang Rekaman karkas dan jeroan yang tidak memenuhi persyaratan halal harus disimpan dan dipelihara Penanganan dan Penyimpanan Karkas/daging/jeroan halal dan non halal harus ditangani dan disimpan pada tempat yang terpisah Karkas/daging/jeroan halal harus ditangani dan disimpan dengan baik untuk menghindari kontaminasi silang dengan bahan najis dan cemaran lainnya Ruang/gudang penyimpanan harus bebas dari produk babi Jika di RPU menghasilkaan produk halal dan non halal maka dilakukan penandaan dan penyimpanan yang terpisah Rekaman karkas/daging/jeroan non halal harus disimpan dan dipelihara Keterangan 8.5% Aplikasi Kehalalan terhadap aspek Penanganan dan Penyimpanan belum memenuhi

19 Lampiran 3 Lanjutan.. Aspek Kehalalan Pengemasan dan Pelabelan (10%) Transportasi (4%) Kondisi di TPA dibina dan belum dibina Pengemasan dan Pelabelan Belum ada label/logo halal pada kemasan Transportasi Karena semua TPA penelitian hanya memproduksi karkas ayam, maka tidak terdapat produk non halal pada Pengemasan dan Pelabelan semua TPA penelitian *) persentase kondisi seharusnya **) persentase kondisi seharusnya yang telah terpenuhi pada TPA penelitian Kondisi Seharusnya Kemasan harus memiliki identitas halal Pemberian identitas halal dicantumkan pada kemasan produk sebelum memasuki ruang/gudang penyimpanan Label harus secara spesifik menjelaskan perbedaan halal dan non halal Proses pengiriman daging /jeroan harus disertai dengan label Label memuat logo halal, tgl penyembelihan, nama RPU dan berat bersih Transportasi Alat pengiriman harus khusus untuk daging halal dan Keterangan Aplikasi Kehalalan terhadap aspek Pengemasan dan pelabelan tidak memenuhi untuk semua TPA penelitian 4% Aplikasi Kehalalan terhadap aspek tidak digunakan untuk daging non halal Alat pengiriman harus bebas dari najis dan cemaran lain Transportasi telah memenuhi 87

20 Lampiran 4 Penetapan Titik Kritis pada Proses Produksi di TPA penelitian Tahapan Proses Bahaya Sumber Bahaya Pencegahan Penerimaan Ayam Hidup Penyembelihan Pengeluaran Darah Scalding Plucking Eviserasi Pencucian Karkas Fisik: tanah, debu, pasir, kerikil Kimia: residu antibiotika Biologi: Coliform, Campylobacter, E.coli, Clostridium perfringens, Streptococcus, Staphylococcus Fisik: abu rokok, rambut, debu Kimia: asap rokok Biologi: Coliform, Campylobacter, Salmonella E.coli, Staphylococcus Fisik: abu rokok,rambut, debu Kimia: asap rokok Biologi: Coliform, E.coli, Campylobacter, Salmonella, Staphylococcus Fisik: abu rokok, rambut Kimia: asap kayu bakar, asap rokok Biologi: Clostridium perfringens, Staphylococcus Fisik: abu rokok, rambut Kimia: asap rokok Biologi: E.coli, Staphylococcus aureus Fisik: rambut, abu rokok, debu, kerikil Kimia: asap rokok Biologi: Coliform, Campylobacter, Salmonella, E.coli, Clostridium perfringens Fisik: abu rokok, rambut Kimia: asap rokok Kotoran dan darah pada keranjang Bulu ayam Lantai Kotoran, darah dan bulu ayam Pekerja Lantai Pisau Darah Kotoran ayam Tong tempat menampung ayam Darah dan kotoran ayam yang menempel pada bulu-bulu dan kulit ayam Air scalding Tong scalding Darah, kotoran, bulu ayam Air mesin plucker Pisau, peralatan, pekerja Isi usus, empedu Lantai Air tercemar oleh karkas Pencucian kemasan, karkas dan Dilakukan pencucian keranjang yang benar Pembersihan lantai yang benar Penerimaan ayam sehat Pemisahan ruang penyembelihan dan ruang produksi, sehingga darah dan kotoran tidak mencemari karkas ayam Pekerja yang bersih, tidak merokok Tidak menggunakan tong sebagai tempat mengeluarkan darah Pemisahan ruang pengeluaran darah dengan ruang proses produksi, sehingga darah dan kotoran ayam tidak mengotori ayam Tidak merokok, memakai masker dan penutup rambut Menggunakan gas sebagai pembakar Tong scalding yang dicuci bersih Pekerja memakai pengaman Mencuci plucker secara benar Tidak menempatkan karakas dilantai berdekatan dengan jeroan Pekerja menggunakan pengaman Penggantian air cucian Pekerja menggunakan pengaman 89

21 Lampiran 4 Lanjutan.. 90 Tahapan Proses Bahaya Sumber Bahaya Pencegahan Biologi: coliform, Salmonella sp, S. aureus jeroan di tempat yang sama Penanganan Jeroan Pengemasan Karkas dan Jeroan Fisik: abu rokok, rambut, debu, kerikil Kimia: asap rokok Biologi: Coliform, Salmonella sp, S. aureus, Clostridium perfringens Fisik: debu jalanan, rambut, abu rokok Kimia: asap rokok Biologi: Clostridium perfringens, Salmonella, Staphylococcus Pekerja Isi usus Empedu Isi ampela Lantai Kantung plastik Karung plastik Karkas Dilakukan pemisahan proses penanganan jeroan dan karkas Digunakan kemasan yang dapat mencegah kontaminasi lanjutan pada karkas dan jeroan seperti styrofoam dan kemasan hampa udara

22 91 Lampiran 5 Kuisioner Unit Usaha Rumah Potong Unggas (Mengacu pada Permentan 2005) I. DATA UMUM 1. Nama perusahaan 2. Jenis Unit Usaha 3. Alamat : a). Kantor Pusat b). Unit usaha 4. Perizinan Usaha : a. Izin Prinsip b. HO c. Izin Usaha d. SIUP 5 a. Tahun Unit Usaha didirikan: b. Mulai operasi 6 Kapasitas (disesuaikan dengan jenis unit usaha*) : a. RPU b. Tempat Pengolahan Daging (TPD) c. Cold Storage 7 Produksi rata-rata per hari (disesuaikan dengan jenis usaha) 8 Jenis produk akhir (disesuaikan dengan jenis usaha) 9 Pemasaran Produk ke : (disesuaikan dengan jenis usaha) a. Luar Negeri b. Dalam Negeri.... ekor/hari ; ton/bulan. ekor/hari ; ton/bulan. ekor/hari ; ton/bulan a. b. c. Jenis Produk Negara % Jenis Produk % 10 Merk Dagang (disesuaikan dengan jenis usaha) a. b. c. 11 Jumlah Karyawan Laki-laki Perempuan 12 a. Penanggung Jawab Adm Pengolahan Pengolahan 1. Unit Usaha (ada/tidak)*(nama) Unit Produksi (ada/tidak)*(nama) Mutu (ada/tidak)*(nama) Sanitasi & Higiene (ada/tidak)*(nama)... b. Dokter Hewan (ada/tidak)*(nama)..... Perusahaan 13 Asal Bahan Baku Pangan Asal Hewan Yang Digunakan a. Dari Perusahaan sendiri b. Dari anak perusahaan 1. Nama : 2. Alamat : Adm...

23 Jenis Bahan Baku : c. Dari Pemasok Suplier 1. Nama : 2. Alamat : 3. Jenis Bahan Baku : Suplai air bersih berasal dari a. Air tanah : m 3 /hari Sumur dangkal Sumur dalam Danau Sungai b. Air ledeng (dari Perusahaan Air Minum) dengan kapasitas :. m 3 /hari Es Berasal dari a. Produksi sendiri dengan kapasitas :...ton/hari b. Pembelian dari :... c. Bentuk es : (balok, curah)... Kebutuhan es rata-rata per hari (disesuaikan dengan jenis usaha) Sistem Pembekuan Produk (disesuaikan dengan jenis usaha) Keterangan : *) Coret yang tidak perlu... ton/hari a. Air Blast Freezer (ya/tidak)* b. Contact Plate Freezer (ya/tidak)* c. Brine Freezer (ya/tidak)* d. Cryogenic Freezer (ya/tidak)* e. Individual Quick Freezer (ya/tidak)* II. DATA KHUSUS No. Kriteria Keterangan 1 Apakah RPU sudah mempunyai Standar (sudah/belum)* Operasional Prosedur (SOP) Panduan Mutu 2 Unit Pengolahan sudah menerapkan (sudah/belum)* Sistem Jaminan Keamanan Pangan (Program Bintang, Sistem HACCP atau ISO 22000) a. Jika sudah bagian apa saja yang terlibat? b. Jika belum, apa alasannya? 3. Jenis formulir apa saja yang didokumentasikan dalam rangka menjamin keamanan produk 4. Kesulitan apa saja yang dihadapi dalam penerapan praktek higienis-sanitasi? 5. Bimbingan apa saja yang diperlukan dalam penerapan praktek higienesanitasi? 6. Selama ini apakah sudah mendapatkan (Sudah/Belum)* pelatihan tentang praktek higiene? a. Jika sudah, siapa penyelenggara, tenaga pelatih, waktu dan tempat pelaksanaan? b. Berapa orang dan bagian apa saja yang

24 93 terlibat dalam pelatihan? Keterangan : *) Coret yang tidak perlu III. DAFTAR PENGECEKAN KELAYAKAN DASAR UNIT RPU A. Penanggung Jawab Kesehatan Hewan dan Kesmavet : Aspek yang dinilai 1 Tidak ada dokter hewan penanggung jawab kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner Bobot Nilai (%) Ya(1)/ Tidak (0) MN MY SR KT OK Ket. B. Bangunan, Fasilitas, Sanitasi dan Higiene. (Disesuaikan dengan jenis usaha) Aspek yang dinilai Bobot Nilai (%) Ya(1)/ Tidak (0) MN MY SR KT OK Ket. I. Lokasi dan Lingkungan 1. Lokasi unit usaha tidak sesuai dengan alamat yang tercantum dalam perijinan 2. Tidak ada pemisahan fisik antara PRB dan RPH/RPU 3. Penyimpanan dan penanganan sampah, limbah dan peralatan tidak baik 4. Terdapat debu yang berlebihan di jalanan dan tempat parkir 5. Sistem pembuangan limbah cair/saluran tidak baik II. Konstruksi Bangunan Utama 6. Tidak dilakukan 2.0 pemisahan secara fisik antara ruangan bersih dan kotor 7. Ruang pengolahan berhubungan langsung dengan toilet/kamar mandi, tempat ganti pakaian, tempat tinggal, garasi dan bengkel 8. Tidak ada langit-langit (plafon) 9. Langit-langit tidak bebas

25 94 dari kemungkinan catnya rontok/jatuh atau dalam keadaan kotor dan tidak terawat 10. Tidak rata, retak atau berlubang 11. Dinding setinggi kurang dari 2 meter terbuat dari bahan yang tidak kedap air, tidak mudah dibersihkan dan didisinfeksi 12. Permukaan tidak rata, retak atau berlubang 13. Ada bagian dinding yang memungkinkan untuk meletakkan/menyimpan barang/peralatan 14. Dinding di ruang pengolahan berwarna gelap 15. Bahan lantai tidak kedap air, licin, tidak mudah dibersihkan dan didisinfeksi 16. Pertemuan antara lantai dan dinding tidak lengkung 17. Banyak genangan cairan, tumpukan kotoran atau air tidak mengalir ke saluran pembuangan III. Bangunan utama RPU Daerah Kotor: 18. Tempat penurunan unggas hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup 19. Pemingsanan (stunning) 20. Penyembelihan (killing) 21. Pencelupan ke air panas (scalding tank) 22. Pencabutan bulu (defeathering) 23. Pencucian karkas 24. Pengeluaran jeroan/evisceration 25. Pemeriksaan postmortem 26. Penanganan jeroan

26 95 Daerah Bersih: 27. Tempat pencucian karkas. 28. Tempat pendinginan karkas. 29. Seleksi (grading) 30. Penimbangan karkas 31. Pemotongan karkas (cutting) 32. Pemisahan daging dari tulang 33. Pengemasan 34. Penyimpanan segar (chilling room) IV. Penerangan 35. Lampu di ruang pengolahan, pengemasan dan penyimpanan bahan baku tidak perpelindung 36. Penerangan pada tempat pemeriksaan (inspeksi) tidak cukup (kurang dari 540 luks) V. Ventilasi 37. Sirkulasi udara di ruang proses produksi tidak baik (pengap) 38. Terjadi akumulasi kondensasi di atas proses pengolahan dan penyimpanan produk VI. Saluran Pembuangan 39. Kapasitas saluran pembuangan tidak lancar 40. Saluran pembuangan tidak tertutup (grill) dan tidak dilengkapi bak kontrol VII. Pasokan Air 41. Tidak tersedia pasokan air bersih dalam jumlah cukup 42. Jarak terdekat sumber air dengan tempat pembuangan limbah cair/septic tank kurang dari 8m 43. Tidak dilakukan pemeriksaan kualitas air bersih di laboratorium minimal sekali dalam setahun

27 96 VIII. Es (Persyaratan Khusus RPU) 44. Tidak terbuat dari air yang memenuhi persyaratan air bersih 45. Tidak ditangani secara higienis IX. Penanganan Limbah dan Kotoran 46. Limbah tidak ditangani dengan baik 47. Fasilitas pembuangan sampah/kotoran dalam ruang proses tidak tertutup X. Toilet 48. Tidak terpelihara dengan baik 49. Fasilitas untuk pencucian tangan, seperti sabun, tidak cukup atau tidak tersedia XI. Ruang Ganti Pakaian 50. Tidak ada atau jika ada tidak terawat dan kotor XII. Fasilitas Cuci Tangan dan Foot Deep 51. Setiap pintu masuk ruang pengolahan tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan foot deep 52. Fasilitas cuci tangan tidak berfungsi 53. Fasilitas cuci tangan dioperasikan dengan tangan dan tidak dilengkapi dengan petunjuk mencuci tangan 54. Tidak memiliki fasilitas untuk membesihkan sepatu boot XIII. Peralatan dan Wadah 55. Terbuat dari bahan yang tidak kedap air, mudah korosif, toksik, tidak mudah dibersihkan dan didisinfeksi 56. Tidak terawat dengan baik atau disimpan ditempat yang seharusnya XIV. Kemasan 57. Terbuat dari bahan yang 2.0 toksik, bereaksi dengan produk, dan tidak mampu mencegah terjadinya

28 97 kontaminasi terhadap produk 58. Tidak disimpan pad ruang khusus XV. Program Pengendalian Serangga dan Rodensia 59. Tidak memiliki program tertulis dalam pengendalian serangga dan rodensia 60. Program pengendalian serangga, tikus/rodensia dan binatang pengganggu lainnya di lingkungan unit usaha tidak efektif 61. Lubang angin tidak dilengkapi dengan kasa untuk mencegah masuknya serangga 62. Tirai udara (air curtain), tirai plastik dan alat pencegah serangga lainnya tidak ada atau jika ada tidak efektif XVI. Pembersihan dan Desinfeksi 63. Tidak memiliki program pembersihan dan disinfeksi 64. Metode pembersihan dan disinfeksi tidak efektif 65. Peralatan dan wadah tidak dicuci dengan air bersih dan disanitasi setelah digunakan XVII. Bahan-bahan Kimia 66. Bahan kimia, sanitizer dan bahan tambahan pangan tidak diberi label dan tidak disimpan dengan baik 67. Penggunaan bahan kimia dan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan C. Higiene Personal Aspek yang dinilai 68. Karyawan yang berhubungan langsung dengan produk dalam Bobot Nilai (%) Ya(1)/ Tidak (0) MN MY SR KT OK Keterangan

29 98 kondisi tidak sehat 69. Kebersihan karyawan yang berhubungan langsung dengan produk tidak terjaga dengan baik 70. Kontaminasi silang (makan, meludah, merokok di ruang proses) 71. Pelatihan pekerja dalam hal sanitasi dan higienis tidak cukup D. Bahan Baku, Penanganan dan Pengolahan (Disesuaikan dengan jenis usaha) Aspek yang dinilai Bobot Ya(1)/ MN MY SR KT OK Keterangan Nilai Tidak (%) (0) I. Penerimaan 72. Pemeriksaan ante mortem pada ternak yang akan dipotong tidak dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner 73. Pemeriksaan ante 2.0 mortem tidak dilakukan secara teratur 74. Tidak dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan antemortem 75. Penanganan hewan hidup tidak memenuhi aspek kesrawan 76. Pemeriksaan post mortem pada setiap hewan tidak dilakukan oleh dokter hewan atau para medik veteriner 77. Pemeriksaan post mortem tidak dilakukan secara teratur 78. Tidak dilakukan

30 99 pencatatan terhadap hasil pemeriksaan post mortem II. Pembekuan 79. Tidak memiliki fasilitas blast freezer 80. Tidak dilengkapi dengan display themometer pada ruangan blast freezer dan cold storage III. Pelabelan 81. Produk yang sudah dalam bentuk beku tidak mempunyai label dan tanda atau etiket IV. Penyimpanan 82. Tidak memiliki chill room untuk penyimpanan produk segar 83. Tidak memiliki cold storage untuk penyimpanan produk beku 84. Produk akhir yang disimpan dalam gudang beku tidak terpisah dengan bahan lain V. Pengujian Laboratorium 85. Tidak ada program pengujian laboratorium terhadap produk akhir 86. Tidak ada program monitoring efektivitas program sanitasi 87. Tidak dilakukan dokumentasi terhadap hasil pengujian laboratorium Total 100.0

31 100 Keterangan : MN = Penyimpangan Minor SR = Penyimpangan Serius MY = Penyimpangan Mayor KT = Penyimpangan Kritis OK = Tidak Ada Penyimpangan Bobot penilaian : 100 % = kritis % = cukup kritis 50-75% = kurang kritis 25-50% = sangat kurang kritis 0-25% = tidak kritis 2 Unit Usaha Rumah Pemotongan Unggas (RPU) 1. Jumlah Penyimpangan a. Penyimpangan Minor... Penyimpangan b. Penyimpangan Mayor... Penyimpangan c. Penyimpangan Serius... Penyimpangan d. Penyimpangan Kritis... Penyimpangan 2. Level/Tingkat Unit Usaha Level/Tingkat Jumlah Penyimpangan MN (Minor) MY (Mayor) SR (Serius) KT (Kritis) I II <7 <8 <5 0 III NA <15 <10 <4 IV NA NA NA S4 3. Keterangan Level/Tingkat Usaha 1. Level I Berhak memperoleh NKV dengan kategori sangat baik (Kualifikasi ekspor) 2. Level II Berhak memperoleh NKV dengan kategori baik (Menuju kualifikasi ekspor) 3. Level III Berhak memperoleh NKV dengan kategori cukup 4. Level IV Masih dalam tahap pembinaan untuk memperoleh NKV

32 101 Lampiran 6 Pemotongan Ternak Secara Halal di PRU (Mengacu pada LPOM MUI 2011) Nama RPA : Alamat : Parameter I. SDM 1. Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi status kehalalan produk unggas yang dihasilkan harus memiliki kompetensi yang sesuai 2. Personel harus mengikuti pelatihan/tindakan lain untuk mencapai kompetensi yang diperlukan 3. Manajemen RPU harus memelihara rekaman mengenai pelatihan, ketrampilan dan pengalaman personel 4. Personel harus dikontrol dan disupervisi oleh LPPOM MUI/Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui LPPOM MUI 5. Personael halal tidak boleh merangkap sebagai pekerja /karyawan pada RPH babi 6. Petugas penyembelih beragama Islam 7. Petugas penyembelih berumur minimal 18 tahun 8. Berbadan dan berjiwa sehat serta memiliki catatan kesehatan yang baik 9. Taat dalam menjalankan ibadah wajib 10. Lulus pelatihan penyembelihan halal yang dilakukan oleh lembaga Islam/lembaga sertifikasi halal yang bekerjasama dengan instansi teknis terkait 11. Memahami tata cara penyembelihan sesuai Syariat Islam 12. Memiliki kartu identitas sebagai penyembelih halal dari Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui oleh MUI/Lembaga yang berwewenang dalam sertifikasi halal II.Prasarana 13. Dalam satu RPU hanya dikhususkan untuk produksi daging unggas halal 14. Lokasi RPU harus terpisah dari RPH/peternakan babi (min 2km) Bobot Nilai Ya/ Tdk Penilaian NKV MN MY SR KT OK Ket.

33 102 dan tidak terjadi kontaminasi silang antara RPU halal dan babi 15. Fasilitas RPU dirancang sedemikian rupa agar produk yang halal tidak terkontaminasi dengan produk non halal maupun dengan barang haram dan najis 16. Tidak terjadi penggunaan fasilitas, mesin, dan alat secara bersama-sama antara RPU halal dan babi 17. Alat yang digunakan untuk menyembelih harus tajam dan bukan berasal dari kuku, gigi/taring/tulang 18. Ukuran alat penyembelih harus sesuai dengan ukuran dari leher unggas yang akan dipotong 19. Alat penyembelih tidak dipertajam didepan unggas yang akan disembelih III. Penyembelihan Unggas 20. Unggas yang akan disembelih harus mempunyai waktu istirahat yang cukup dan mengikuti kaidah kesejahteraan unggas yang berlaku 21. Dilakukan pemeriksaan ante mortem oleh lembaga yang memiliki kewenangan 22. Rekaman unggas mati sebelum sempat disembelih harus disimpan dan dipelihara 23. Pengendalian unggas harus seminimal mungkin menjadikan unggas stress dan kesakitan 24. Segera dilakukan penyembelihan bila ungggas telah terkendali dengan baik dan tenang 25. Kalimat Bisillahirrahmanirrahim harus diucapkan oleh penyembelih sebelum melakukan penyembelihan 26. Penyembelihan harus dilakukan dengan memotong oesophagus, trachea, vena jugularis dan arteri carotis 27. Hendaklah melakukan satu kali sembelih (tidak mengangkat pisau ketika menyembelih). 28. Proses penyembelihan dilakukan dari leher bagian depan dan tidak memutus tulang leher 29. Penyembelihan menghadap kiblat

34 Rekaman setiap pemotongan yang tidak sesuai dengan persyaratan halal harus disimpan dan dipelihara 31. Harus dilakukan pemeriksaan untuk memastikan unggas mati sebelum dilakukan penanganan/proses selanjutnya 32. Waktu minimal antara pemotongan dan proses selanjutnya adalah 2 menit 33. Ruang/lokasi penanganan karkas dan jeroan harus dipisah 34. Karkas dan jeroan yang berasal dari unggas yang disembelih tidak memenuhi persyaratan halal maka harus dimusnahkan 35. Pemeriksaan post mortem harus dilakukan oleh petugas yang berwenang 36. Rekaman karkas dan jeroan yang tidak memenuhi persyaratan halal harus disimpan dan dipelihara II. Penanganan dan Penyimpanan 37. Karkas/daging/jeroan halal dan 2.50 non halal harus ditangani dan disimpan pada tempat yang terpisah 38. Karkas/daging/jeroan halal harus ditangani dan disimpan dengan baik untuk menghindari kontaminasi silang dengan bahan najis dan cemaran lainnya 39. Ruang/gudang penyimpanan harus bebas dari produk babi 40. Jika di RPU menghasilkaan produk halal dan non halal maka dilakukan penandaan dan penyimpanan yang terpisah 41. Rekaman karkas/daging/jeroan non halal harus disimpan dan dipelihara III. Pengemasan dan Pelabelan 42. Kemasan harus memiliki identitas halal 43. Pemberian identitas halal dicantumkan pada kemasan produk sebelum memasuki ruang/gudang penyimpanan 44. Label harus secara spesifik menjelaskan perbedaan halal dan non halal 45. Proses pengiriman daging /jeroan harus disertai dengan label 46. Label memuat logo halal, tgl penyembelihan, nama RPU dan

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

Badan Standardisasi Nasional

Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia SNI 01-6159 1999 Rumah Pemotongan Hewan Badan Standardisasi Nasional Rumah Pemotongan Hewan Pendahuluan Penetapan standar Rumah Pemotongan Hewan merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Check list standard sanitation operating procedure (SSOP) Rumah PotongHewan (RPH) FORM MONITORING SSOP

Lampiran 1 Check list standard sanitation operating procedure (SSOP) Rumah PotongHewan (RPH) FORM MONITORING SSOP 121 Lampiran 1 Check list standard sanitation operating procedure (SSOP) Rumah PotongHewan (RPH) Nama RPH Alamat Tanggal Pengambilan Jam Pengambilan Petunjuk FORM MONITORING SSOP :.. :.. :.. :.. : Berilah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumah Pemotongan Hewan Unggas Rumah pemotongan unggas (RPU) adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH POTONG HEWAN DAN RUMAH POTONG UNGGAS BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Pertanian. Rumah Potong Hewan. Unit Penanganan Daging.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Pertanian. Rumah Potong Hewan. Unit Penanganan Daging. No.60, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Pertanian. Rumah Potong Hewan. Unit Penanganan Daging. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/Permentan/OT.140/1/2010 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tempat Pemotongan Ayam Daging ayam di Bali seluruhnya disediakan oleh pihak swasta, yang terdiri dari 2 unit Rumah Pemotongan Unggas (RPU) yang berbentuk perusahaan masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 24/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG PEMERINGKATAN SERTIFIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

Mutu karkas dan daging ayam

Mutu karkas dan daging ayam Standar Nasional Indonesia Mutu karkas dan daging ayam ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo 1,2 Saprin Hayade, 2 Rieny Sulistijowati, 2 Faiza A. Dali 1 saprin_hayade@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

26 Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, P

26 Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, P HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Tiga pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan menjadi lokasi pengambilan sampel daging ayam, yaitu Pasar Modern, Pasar Bukit, dan Pasar

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RPA objectives, development, principles, management and food safety

RPA objectives, development, principles, management and food safety RPA objectives, development, principles, management and food safety TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Peserta dapat menjelaskan tentang prinsip dan manajemen RPA agar menghasilkan daging yang berkualitas dan aman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini?

Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? 105 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? Ya Tidak Pertanyaan 2 (P2) Apakah anda/ pelanggan

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) *) **) Michelia Rambu Lawu *), Sri Yuliawati **), Lintang Dian Saraswati **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH POTONG HEWAN DAN UNIT PENANGANAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) Diterbitkan : Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Grobogan Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN, PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN DAGING DALAM WILAYAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Lampiran I kuisioner GSP pada Tempat Pemotongan Kambing

Lampiran I kuisioner GSP pada Tempat Pemotongan Kambing 56 Rumah Pemotongan hewan Jambi menuju SNI. Tribun Jambi [Internet]. http://jambi.tribunnews.com/rumah-pemotongan-hewan-jambi-menuju-sni. [11 Juli 2012]. Saeni. 1989. Kimia Lingkungan [diktat]. Bogor:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa bangunan yang didesain dan dibangun khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber kontaminasi bakteri pada daging ayam dapat berasal dari lingkungan sekitar pemotongan (rumah potong hewan), proses pemotongan daging ayam (perendaman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Pendahuluan Dan makanlah makanan yang Halal lagi Baik dari apa yang

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Penerapan GMP di PT. Libe Bumi Abadi Hasil penilaian penerapan GMP dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dapat dilihat pada Tabel 9. Aspek Tabel

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013

Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013 Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013 Abstrak Amelia Hanis, Ratu Ayu Dewi Sartika Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas]

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Rumah Potong Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN 93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU Disampaikan Oleh : Ir. Fini Murfiani,MSi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2014 KEMENTAN. Hewan Kurban. Pemotongan. Persyaratan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO

PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO Tian Nur Ma rifat 1), Arief Rahmawan 2) Universitas Darussalam Gontor, email : tiannurm@unida.gontor.ac.id Universitas Darussalam

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH PEMOTONGAN HEWAN, UNGGAS DAN PELAYANAN TEKHNIS DIBIDANG PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Higiene Perorangan Pedagang KUESIONER

Lampiran 1. Kuesioner Higiene Perorangan Pedagang KUESIONER 20 Lampiran. Kuesioner Higiene Perorangan Pedagang KUESIONER HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, PERILAKU PEDAGANG DAN SANITASI TEMPAT PENJUALAN DENGAN KEBERADAAN Salmonella sp. PADA DAGING AYAM DI PASAR TRADISIONAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan Asal Hewan

TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan Asal Hewan 5 TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan Asal Hewan Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, sehingga perlu diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING WALIKOTA

Lebih terperinci

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya No. unit prosesing CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya 1. Sortasi daging biologis (bakteri pathogen, jamur, serangga dsb.),cemaran kimia (logam berat,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN ASAL HEWAN. Tim Teaching Higiene Susu & Telur 2017 Senin, 25 & Rabu, 27 September 2017

SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN ASAL HEWAN. Tim Teaching Higiene Susu & Telur 2017 Senin, 25 & Rabu, 27 September 2017 SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN ASAL HEWAN Tim Teaching Higiene Susu & Telur 2017 Senin, 25 & Rabu, 27 September 2017 Nomor Kontrol Veteriner ISO 22000:2005 CODEX ALIMENTARIUS SERTIFIKASI NOMOR KONTROL

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

OTORITAS KOMPETEN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN UPT KIPM...

OTORITAS KOMPETEN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN UPT KIPM... Form 1 : Surat Penugasan Inspeksi OTORITAS KOMPETEN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN UPT KIPM... NOMOR : LAMPIRAN : 1 (SATU) LEMBAR HAL : INSPEKSI CPIB PADA UNIT PENGUMPUL/SUPLIER

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan

Lebih terperinci

Bgn-2. Penanganan Mutu Produk

Bgn-2. Penanganan Mutu Produk Bgn-2. Penanganan Mutu Produk 1. Proses produksi 2. Pengolahan 3. Teknologi 4. Pemasaran A. Sasaran B. Hazard Analysis Critical Control Point, meliputi 2 aspek : 1. SSOP (Sanitation Standar Operating Procedure)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya

Lebih terperinci

1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembinaan terhadap sarana produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan PKRT seperti yang disebutkan dalam Permenkes 1184/MENKES/PER/IX/2004

Lebih terperinci

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF 1 GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar, khususnya di rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP 90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

Lebih terperinci