V. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yanti Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Penerapan GMP di PT. Libe Bumi Abadi Hasil penilaian penerapan GMP dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dapat dilihat pada Tabel 9. Aspek Tabel 9: Hasil penilaian dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) Aspek Penilaian Nilai Ratarata Hasil Penilaian B (baik) Jumlah Nilai S (sedang) K (kurang) A Manajemen 3.0 B B Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya 3.0 B C Hama lingkungan 2.7 B D Kondisi umum sarana pengolahan 2.8 B E Ruang pengolahan 2.7 B F Kelengkapan sarana pengolahan 2.2 S G Penanganan limbah 3.0 B H Sanitasi sarana pengolahan 3.0 B I Hama di dalam sarana pengolahan 2.8 B J Peralatan 3.0 B K Suplai air 3.0 B L Higiene karyawan 3.0 B M Gudang bersuhu kamar 3.0 B N Gudang berpendingin (6 butir) O Gudang bahan kemasan 3.0 B P Tindakan pengendalian 2.6 B Q Pengemasan dan pelabelan 3.0 B Total penilaian Bagian yang dicetak tebal (5 aspek) digolongkan sebagai kelompok utama utama dari 17 aspek pemeriksaan sarana pengolahan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya 9 pemeriksaan yang mendapatkan nilai S (sedang), 3 diantaranya termasuk dalam kelompok utama, yaitu aspek ruang pengolahan dan aspek hama dalam sarana pengolahan; dan 1 pemeriksaan yang mendapatkan nilai K (kurang). Perbaikan dalam
2 aspek utama (E,I,J,K,L) digolongkan dalam perbaikan sedang dan perbaikan dalam kelompok sekunder dogolongkan sebagai perbaikan ringan, maka total perbaikan yang harus dilakukan adalah 3 perbaikan sedang dan 8 perbaikan ringan. Merujuk kepada Tabel 5, pemberian nilai mutu terhadap sarana pengolahan, maka nilai yang didapat oleh PT. Libe Bumi Abadi adalah K (kurang), dengan mutu 3. Tabel 10 menyajikan hasil penilaian penerapan GMP dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005). No Tabel 10: Hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Aspek penilaian Jumlah penyimpangan Minor Mayor Serius Kritis 1 Persepsi pimpinan dan manajemen Sanitasi dan higiene karyawan Konstruksi dan desain bangunan umum Konstruksi dan desain ruang pengolahan Kondisi gudang biasa (kering) Kondisi gudang beku, dingin (apabila digunakan) Kondisi gudang kemasan dan produk Sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah, investasi burung, serangga, atau binatang lain 9 Fasilitas pabrik Pasokan air Operasional sanitasi pabrik Pencegahan binatang pengganggu/ serangga dalam pabrik Penggunaan bahan kimia Peralatan produksi Penanganan bahan baku dan bahan tambahan Pengendalian proses produksi Tindakan pengawasan Total Penyimpangan
3 Hasil penilaian menunjukkan total 8 penyimpangan minor, 9 penyimpangan mayor, 6 penyimpangan serius dan 1 penyimpangan kritis. Merujuk kepada Tabel 8 mengenai penilaian mutu sarana pengolahan (BPOM, 2005), hasil tersebut dapat dikategorikan dalam rating III, dengan hasil penilaian C (cukup), dimana audit/ penilaian dapat dilakukan setiap 4 bulan. Penyimpangan pada umumnya melibatkan konstruksi bangunan. Pada industri kecil ini, bangunan yang digunakan adalah bangunan yang disewa. Pada bangunan atau lokasi produksi, tidak dilakukan perubahan yang mendasar bagi pemenuhan persyaratan GMP, seperti: (a) dinding tidak dilapisi dengan bahan yang mudah dicuci dan mudah diperbaiki; (b) plavon tidak dimodifikasi agar mudah dibersihkan dan tahan air; (c) tidak adanya penghilangan sudut pada pertemuan antara dinding dan lantai, atau antara dinding dan dinding; (d) ventilasi masih belum mencukupi untuk perputaran udara, kipas angin digunakan untuk membantu penyediaan udara segar; (e) pembuatan katup pada pipa pembuangan, walaupun tidak terlalu sulit, namun dianggap terlalu menyita waktu, tenaga dan biaya; dan (f) tidak adanya fasilitas khusus untuk pencucian tangan sebelum masuk ke ruang produksi dan pengolahan. Prosedur pelacakan dan penarikan produk sudah ada dan tertulis, tetapi belum dilakukan atau diterapkan. Hal ini dikarenakan industri ini baru melakukan beberapa kali produksi dan belum adanya komplain/ keluhan dari pelanggan atau konsumen, sehingga efektivitas prosedur dan cara penanganan produk bermasalah yang sudah dipasarkan, masih belum dapat dinilai. Didapati juga penyimpangan serius yaitu tidak adanya pelindung/ 41
4 penutup lampu di ruang pengolahan, penyimpanan material dan pengemasan. Karena semua proses dilakukan dalam keadaan mesin/ alat tertutup, kemungkinan kontaminasi terhadap produk dapat diminimalkan. Tetapi bila produk tidak berada dalam keadaan terlindung atau tertutup sewaktu proses produksi, misalnya sewaktu produk dipindahkan ke mesin proses berikut atau sewaktu proses pengemasan; kemungkinan kontaminasi pecahan kaca dari lampu tetap ada. Pemasangan pelindung pada lampu tetap diperlukan untuk menghindarkan kemungkinan kontaminasi dan mutu produk tetap terjamin. Penyimpangan serius lainnya adalah tidak tersedianya gudang yang terkondisi untuk menyimpan produk jadi. Karakteristik produk yang adalah mudah rusak akibat perubahan suhu sehingga kondisi penyimpanan dan pengiriman sangat mempengaruhi ketahanan produk. Penyimpangan minor seperti tidak adanya peringatan pembuangan sampah, peringatan pencucian tangan setelah kembali dari toilet atau sebelum bekerja, dan penanganan sampah, lebih mudah untuk diperbaiki dan dapat segera dilakukan tindak lanjut. Pimpinan/ Manajemen. Manajemen PT. Libe Bumi Abadi memiliki wawasan tentang keamanan pangan, bahwa mutu produk dapat ditingkatkan dengan pengendalian titik kritis di setiap tahapan proses. Manajemen juga menunjukkan keinginan bekerjasama dalam proses penilaian dan memberikan data/ keterangan yang diperlukan. Sanitasi dan Higiene Karyawan. Perilaku karyawan menunjukkan bahwa mereka mengerti mengenai sanitasi personal dan pentingnya menjaga higienis pribadi untuk keamanan pangan. Manajemen memberikan penjelasan kepada karyawan mengenai pentingnya sanitasi. 42
5 Manajemen juga memiliki tindakan pencegahan karyawan yang sakit atau luka agar tidak mengkontaminasi produk dengan menyediakan perlengkapan untuk P3K dan tidak memperbolehkan karyawan yang sakit untuk bekerja. Seragam kerja, topi, dan sarung tangan untuk karyawan proses produksi disediakan dan harus dipakai dengan benar sewaktu pelaksanaan proses produksi. Karyawan dilarang makan, minum dan merokok di dalam area produksi; harus mencuci tangan sebelum masuk ruang pengolahan dan setelah menggunakan toilet; menjaga kuku tetap pendek tanpa pewarna kuku; dan karyawan harus menerapkan kebiasaan hidup sehat secara individu. Konstruksi Bangunan Secara Umum. PT. Libe Bumi Abadi memamfaatkan gedung/ bangunan yang disewa sebagai tempat operasional perusahaan. Rancang bangun, bahan-bahan atau konstruksi bangunan secara umum tidak menghambat proses produksi dan sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi. Bangunan dalam keadaan terawat, dan memiliki fasilitas untuk pengendalian hama secara umum. Pertemuan antara lantai dengan dinding dan dinding dengan dinding masih bersudut sehingga sulit untuk dibersihkan. Bangunan berada dalam kondisi baik dan layak pakai. Drainase dalam kondisi bersih dan tertutup, dan air buangan mengalir dengan lancar. Konstruksi Bangunan Ruang Pengolahan. Ruang pengolahan tidak berhubungan langsung dengan tempat tinggal, garasi atau bengkel. Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah lepas, yaitu keramik, meskipun tidak dilapisi secara khusus agar tahan goresan. Dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, tidak retak dan cat tidak dalam keadaan mengelupas. Langit-langit tidak terkondensasi, cat tidak 43
6 mengelupas atau rontok, dengan ketinggian sekitar 3 m dari lantai. Penerangan cukup dan tidak menyilaukan. Sirkulasi udara di ruang pengolahan tergolong baik. Perlu adanya pekerjaan pelapisan dinding, langit-langit maupun lantai agar lebih tahan terhadap kondensasi, retak, dan pengelupasan cat. Gudang Penyimpanan. Bahan kemasan disimpan dengan menggunakan pallet/ tidak kontak langsung dengan lantai, dalam keadaan tertutup, dan bersih/ bebas dari kotoran dan hama. Sirkulasi udara tidak terlalu baik karena hanya tersedia satu jendela kecil yang menghadap ruang produksi. Produk jadi tidak lama disimpan dalam gudang bahan jadi karena sementara proses produksi dilaksanakan untuk memenuhi pesanan dan produk hasil proses langsung didistribusikan ke distributor/ pelanggan. Sanitasi Lingkungan dan Pengolahan Limbah. Lingkungan berada di lokasi bebas banjir, jauh dari semak belukar, jauh dari debu/ asap kendaraan dan terjaga dalam kondisi bersih. Disediakan tempat sampah dan tempat pengolahan untuk pembuangan limbah padat maupun limbah cair. Keseluruhan limbah hasil produksi kemudian diolah menjadi pupuk dengan menggunakan bantuan mikroba tertentu. Dilakukan pengendalian untuk mencegah adanya tikus, serangga maupun binatang pengganggu lainnya. Fasilitas Perusahaan. Tersedia toilet dan wastafel untuk karyawan. Disediakan pula tempat sampah, sabun antiseptik dan tissue dalam toilet. Pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang pegolahan. Fasilitas dalam ruang produksi yang mendukung program sanitasi adalah tersedianya alat-alat kebersihan seperti sapu, serokan dan mop/ alat pel. 44
7 Fasilitas yang lain adalah kotak P3K yang berisi obat-obatan dan perlengkapan standar yang diperlukan. Tersedia pula APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dalam ruang produksi. Peraturan mengenai GMP mensyaratkan adanya fasilitas cuci tangan tersendiri, terpisah dari toilet, sedangkan PT. LBA tidak menyediakan fasilitas cuci tangan bagi karyawan sebelum memasuki area produksi. Aktivitas cuci tangan dan wudhu dilakukan dengan memanfaatkan wastafel yang ada dalam toilet. Untuk dapat meningkatkan mutu produk, PT. LBA harus menyediakan fasilitas cuci tangan sesuai persyaratan yang berlaku. Pasokan Air. Dalam produksi ini tidak menggunakan air dari PAM karena jumlah kaporit yang terkandung didalamnya dianggap terlalu beresiko untuk digunakan dalam proses produksi. Pasokan air berasal dari sumur di lokasi perusahaan. Air dari sumur kemudian dialirkan melalui mesin penyinaran UV (ultra violet) sebelum digunakan dalam proses produksi, mulai dari pencucian bahan baku, pembilasan alat bantu produksi dan digunakan juga sebagai bahan baku dalam proses. Dilakukan pengujian terhadap mutu air sebagai persetujuan dari pihak berwenang untuk kelayakan pakai. Operasional Sanitasi. Ada perlakuan pasteurisasi terhadap botol kemasan sebelum dan setelah pengisian produk. Pembersihan umumnya dilakukan setelah selesai produksi. Dilakukan pembersihan/ pencucian mesin produksi dan alat-alat bantu produksi setiap kali produksi. Pembersihan ruangan dilakukan dengan penyikatan lantai dengan deterjen setelah beberapa kali produksi. Tempat sampah selalu dibersihkan dan dikosongkan. Toilet dibersihkan secara rutin. Pencegahan dan Pengendalian Hama. Ada pencegahan terhadap 45
8 hama yaitu pemasangan alat anti kecoa, penyemprotan hama, dan pemasangan kasa pada drainase untuk menutup jalan masuk tikus. Kebersihan lingkungan, tempat pengolahan, gudang, kantor dan toilet selalu dijaga. Penggunaan Bahan Baku dan BTP (Bahan Tambahan Pangan). Bahan baku yang digunakan memiliki standar dan spesifikasi yang telah disepakati antara supplier dengan perusahaan. Jumlah dan jenis bahan tambahan pangan yang digunakan disesuaikan dengan regulasi yang berlaku. Penggunaan pengawet, yaitu Natrium Benzoat tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan (Codex, 2006). Bahan baku, bahan tambahan dan bahan kemasan disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan diberi label. Jenis bahan kemasan yang digunakan aman untuk mengemas produk, tidak bereaksi terhadap produk dan tidak menimbulkan keracunan. Proses Produksi dan Distribusi. Alur kerja diatur sedemikian untuk meminimalisasi kontaminasi silang. Penanganan bahan baku atau lidah buaya segar dilakukan di area halaman sebelum diproses lebih lanjut. Ruangan untuk proses pencucian terpisah dengan ruangan pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan alat-alat dan mesin yang terbuat dari stainless steel atau bahan yang resistant terhadap produk/ bahan baku, mudah dibersihkan dan tidak mudah terkelupas. Semua alat dipastikan bersih sebelum dapat digunakan. Penumpukkan bahan jadi dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah benturan secara fisik yang akan menyebabkan kemunduran mutu. Semua peralatan produksi dibersihkan setelah proses produksi selesai untuk mencegah timbulnya kerak, jamur atau kotoran lain 46
9 menempel pada alat. B. Analisis Perbandingan Cara Penilaian Penerapan GMP Pada dasarnya baik formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) maupun draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) menggunakan pendekatan yang sama dalam penilaian CPMB, walaupun ada beberapa aspek yang berbeda. Dengan membandingkan aspek-aspek penilaian yang sama, perbedaan cara dan hasil penilaian bisa dilihat pada Tabel 11. Tabel 11: Perbedaan aspek penilaian pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Aspek Penilaian Formulir Pemeriksaan Sarana Pengolahan (BPOM, 1999) B. Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya (tanaman liar, kebersihan, tempat sampah, drainase air permukaan, tanki septik) C. Hama lingkungan (binatang pengerat, serangga, hewan ternak/ peliharaan) G. Penanganan limbah (penanganan limbah padat, pengananan limbah cair) H. Sanitasi sarana pengolahan (sarana pembersihan pabrik, frekuensi, efektifitas, deterjen dan desinfektan) P. Tindakan pengendalian (bahan mentah, bahan tambahan pangan, proses pengolahan, produk akhir, pengiriman) Q. Pengemasan dan pelabelan (jenis kemasan, label pada kemasan, kode pada kemasan, waktu daluwarsa) Aspek Penilaian Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) G. Sanitasi lingkungan: pembuangan limbah di pabrik (sistem pembuangan limbah dalam pabrik, tempat sampah dalam pabrik, saluran/ pembuangan dalam pabrik) H. Sanitasi lingkungan: investasi burung, serangga atau binatang lain K. Operasional sanitasi di pabrik (program sanitasi) M. Penggunaan bahan kimia (insektisida/ rodentisida/ peptisida, bahan kimia/ sanitizer/ deterjen dll) A. Penanganan bahan baku dan bahan tambahan lain (bahan baku, bahan tambahan, bahan kemasan) B. Pengendalian proses produksi (proses produksi, pengemasan, penyimpanan produk, penyimpanan barang berbahaya, pengangkutan dan ditribusi) 47
10 Butir-butir penilaian dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) tidak terdeskripsi secara jelas, pedoman pemeriksaan dan petunjuk teknis pemeriksaan sarana pengolahan harus disimak dengan teliti untuk dapat menilai sarana pengolahan sesuai maksud dari butir-butir tersebut. Hal tersebut mempengaruhi persepsi penilai dalam penentuan hasil penilaian. Draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) menyatukan 3 aspek yang terpisah dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), yaitu a) aspek lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya; b) aspek penanganan limbah; dan c) aspek hama lingkungan menjadi satu aspek penilaian yaitu: sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah, investasi burung, serangga, atau binatang lain. Sebaliknya, draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) memisahkan aspek sanitasi sarana pengolahan menjadi 2 aspek yaitu: a) aspek operasional sanitasi pabrik dan b) aspek penggunaan bahan kimia. Ada integrasi dan pembagian aspek dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) yaitu: a) tindakan pengendalian; dan b) aspek pengemasan dan pelabelan, menjadi 2 aspek yang berbeda dalam draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) yaitu: a) aspek penanganan bahan baku dan bahan tambahan; dan b) aspek pengendalian proses produksi. Hasil integrasi ini membedakan penanganan bahan baku dan bahan tambahan dengan penanganan proses produksi. Draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) juga menambahkan aspek penilaian, yaitu aspek tindakan pengawasan yaitu prosedur pengendalian dan penarikan produk di pasar. Dari kedua formulir, terdapat perbedaan dalam penentuan kelompok utama atau hal yang dianggap kritikal dalam proses sarana pengolahan pangan. Perbandingan kelompok utama pada kedua formulir dapat dilihat pada Tabel
11 Tabel 12: Kelompok utama menurut formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Kelompok Utama Formulir Pemeriksaan Sarana Pengolahan (BPOM, 1999) Ruang Pengolahan: Konstruksi dan kebersihan lantai; konstruksi dan kebersihan dinding; konstruksi langit-langit Hama di dalam sarana pengolahan Tikus; lalat; hewan peliharaan; hama lainnya; pengendalian hama Peralatan Sanitasi, rancangan dan kecanggihan peralatan; peralatan bekas Suplai air Sumber air; perlakuan terhadap air; pengujian air Higiene Karyawan Pengertian karyawan tentang hygiene; instruksi higiene; pakaian pelindung/ penutup; pencucian tangan; kesehatan karyawan; pelaksanaan praktek higiene Kelompok Utama Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Sanitasi Karyawan Pakaian kerja; pengawasan sanitasi; kesehatan karyawan Pengendalian hama Serangga; burung; tikus; hama lainnya; pengendalian hama Konstruksi dan desain bangunan Perawatan bangunan; fasilitas pencegahan hama; konstruksi lantai; penerangan; penutup lampu; desain dan kebersihan ventilasi Gudang beku Suhu penyimpanan produk Sanitasi lokasi dan lingkungan Letak sarana pengolahan; kapasitas dan konstruksi saluran pembuangan Pasokan air Perlakuan terhadap air proses; kemungkinan kontaminasi silang; pengujian mutu air Operasional sanitasi Program sanitasi; kontrol sanitasi; perlakuan terhadap peralatan dan wadah Penggunaan bahan kimia Penerimaan dan spesifikasi bahan kimia, sanitizer dan BTP; Pelabelan dan penyimpanan; dan jenis bahan kimia. Peralatan produksi Jenis bahan; rancang bangun, konstruksi dan penempatan; perlengkapan monitoring; alat kebersihan; sanitasi peralatan Pengendalian proses produksi Pengawasan proses; penanganan produk; proses pengolahan/ pengawetan; identifikasi; kondisi dan cara penyimpanan Tindakan pengawasan Sistem jaminan mutu; kontaminasi; deteriorisasi/ dekomposisi; pengujian sesuai spesifikasi; ketersediaan laboratorium dan tenaga penguji; monitoring bahan baku; kebersihan peralatan 49
12 Kelompok utama pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) menitikberatkan pada: (a) fasilitas pabrik seperti konstruksi dan kebersihan ruang pengolahan, sanitasi dan rancangan peralatan; (b) suplai air untuk proses produksi; (c) pengendalian hama; dan (d) sanitasi karyawan. Kelompok utama pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), selain aspek fasilitas pabrik, suplai air, pengendalian hama dan sanitasi karyawan, juga menitikberatkan pada pengendalian proses produksi dan penggunaan bahan kimia dan BTP. Hasil penilaian dan pengamatan penerapan GMP di PT. Libe Bumi Abadi dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dikategorikan dalam mutu 3 dengan nilai K (kurang); sedangkan hasil penilaian dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dikategorikan dalam rating III, dengan hasil penilaian C (cukup). Meskipun tujuan penilaian, cara pengamatan dan aspek penilaian dengan menggunakan kedua formulir tersebut pada intinya adalah sama, tetapi hasil pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil penilaian ini terutama terjadi karena cara penilaian dan cara perhitungan yang berbeda. Perbedaan cara penilaian kedua formulir tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Baik formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) maupun draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) mengacu pada 17 aspek penilaian seperti tercantum pada Tabel 3 dan Tabel 6. Tetapi butir penilaian yang terdapat pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) lebih sedikit yaitu hanya 74 buah dibandingkan dengan butir penilaian pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) yang mencapai 162 buah. Hal ini mempengaruhi bobot penilaian, karena dengan jumlah butir yang lebih sedikit, maka bobot penilaian untuk setiap butir akan lebih besar dibandingkan formulir dengan jumlah butir yang lebih banyak. 50
13 Tabel 13: Perbedaan cara penilaian antara formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Deskripsi Aspek penilaian Perbedaan bobot penilaian Cara perhitungan nilai mutu Hasil penilaian Subyektifitas penilai Formulir Pemeriksaan Sarana Pengolahan (BPOM, 1999) 17 aspek: lihat Tabel 3. Butir penilaian lebih sedikit (terdapat 74 buah) Kelompok utama mendapatkan bobot yang lebih tinggi dalam menentukan hasil penilaian. Penyimpangan pada kelompok utama memerlukan perbaikan sedang. Penyimpangan pada kelompok sekunder memerlukan perbaikan ringan. 3 kriteria nilai mutu: 1 (baik), 2 (sedang), 3 (kurang). Kesesuaian hasil pengamatan dengan pernyataan positif pada formulir. Angka mutu setiap aspek didapat dengan menghitung nilai rata-rata yang dibulatkan. Lebih sulit ditentukan karena pernyataan dalam formulir lebih bersifat umum. Nilai baik (B): tidak ada perbaikan pada kelompok utama dan maksimum 4-6 perbaikan ringan pada kelompok sekunder. Nilai sedang (S): 1 perbaikan pada kelompok utama dan 3 perbaikan ringan pada kelompok sekunder. Nilai kurang (K): 3 perbaikan pada kelompok utama dan beberapa perbaikan ringan pada kelompok sekunder. Tinggi: karena butir penilaian bersifat umum sehingga dapat ditafsirkan dengan berbagai pandangan. Formulir yang digunakan Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) 17 aspek: lihat Tabel 6. Butir penilaian lebih banyak (terdapat 162 buah) Penyimpangan pada kelompok utama digolongkan dalam kriteria temuan kritis dan serius, Penyimpangan pada kelompok sekunder digolongkan dalam kriteria temuan mayor dan minor, 4 kriteria nilai mutu: A (baik sekali), B (baik), C (cukup), D (kurang). Kesesuaian hasil pengamatan dengan pernyataan negatif pada formulir. Rating hasil penilaian ditentukan dari total jenis penyimpangan yang sesuai dengan pernyataan negatif. Lebih mudah ditentukan karena pernyataan dalam formulir lebih spesifik dan jelas. Nilai baik sekali (A): tidak terdapat penyimpangan kritis dan serius, 5 penyimpangan mayor dan 10 penyimpangan minor. Nilai baik (B): tidak terdapat penyimpangan kritis, 10 serius, 20 mayor dan 11 minor. Nilai cukup (C): terdapat 3 penyimpangan kritis, 20 serius, 20 mayor, dan beberapa minor Nilai kurang (D): terdapat 4 penyimpangan kritis, 21 dan beberapa penyimpangan mayor dan minor Rendah: karena butir penilaian lebih spesifik dan terinci Untuk dapat membandingkan hasil penilaian dengan menggunakan kedua formulir tersebut, disarankan untuk pemberian bobot penilaian pada setiap butir, tergantung pada sejauh mana hasil penilaian setiap butir memberi pengaruh terhadap pelaksanaan GMP pada proses produksi. Contohnya: bobot 51
14 yang lebih tinggi diberikan pada pengendalian mutu air proses daripada pemberian label pada alat produksi. Dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), jika butir yang diperiksa menunjukkan hasil positif, maka butir tersebut mendapatkan nilai B (baik); jika hasilnya tidak sesuai dengan pernyataan, maka butir tersebut dapat diberikan nilai S (sedang) atau K (kurang) tergantung pengamatan penilai. Cara penilaian menggunakan angka mutu untuk setiap hasil dengan memberikan skor 3, 2, dan 1 masing-masing untuk B, S, dan K; kemudian dibuat rata-rata penilaian. Hasil perhitungan dibulatkan untuk mendapatkan hasil penilaian untuk setiap aspek. Cara perhitungan dalam pemberian mutu tercantum pada Tabel 5. Berbeda dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) terdiri atas pernyataan negatif, dimana kategori penyimpangan (minor, major, serius dan kritis) sudah terlebih dahulu ditentukan dalam setiap butir pemeriksaan dengan diberikannya tanda X pada kolom yang telah tersedia. Apabila kondisi lapangan sesuai dengan pernyataan negatif, maka diberi tanda pada kolom penyimpangan sesuai tingkat penyimpangan yang diberikan; bila tidak sesuai dengan pernyataan negatif, maka butir pemeriksaan tersebut sesuai dengan persyaratan yang diharapkan dan diberi tanda pada kolom OK atau kondisi positif. Bila ada butir yang tidak diberlakukan, maka diberi tanda tb (tidak diberlakukan) pada kolom keterangan dan butir tersebut tidak termasuk dalam penilaian. Hasil penilaian dijumlahkan dan digunakan untuk menentukan tingkat (rating) kelayakan sarana produksi pangan dengan mengacu pada standar yang tercantum pada Tabel 8. Pembagian kriteria atau rating pada hasil penilaian yang tercantum pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) juga tergolong 52
15 terlalu longgar, jika dilihat dari tabel hasil penilaian, jika didapati kurang dari 10 penyimpangan serius, perusahaan masih mendapatkan nilai mutu baik. Hasil akhir penilaian mutu berbeda pada kedua formulir. Hasil penilaian dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dibagi atas 3 kriteria nilai mutu yaitu: 1 (baik), 2 (sedang), 3 (kurang). Mutu 1 dengan hasil baik hanya bisa didapat bila tidak terdapat penyimpangan pada kelompok utama. Hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dibagi atas 4 kriteria nilai mutu yaitu: A (baik sekali), B (baik), C (cukup), D (kurang). Pembagian dalam 4 kriteria menjadikan hasil penilaian dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) relatif lebih baik daripada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999). Penentuan kriteria dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dinilai tidak ilmiah karena menyebutkan kriteria maksimum 4-6 perbaikan ringan untuk mendapatkan nilai baik. Kata maksimum seharusnya diikuti oleh hanya satu angka atau kriteria dan tidak berupa rentang penilaian. Dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), jika gagal mendapatkan nilai mutu tertinggi (baik), maka perusahaan pangan akan mendapatkan nilai mutu yang lebih rendah yaitu sedang atau kurang; sedangkan dalam penggunaan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), jika gagal mendapatkan nilai mutu tertinggi (rating 1-baik sekali), maka selain nilai mutu cukup dan kurang, perusahaan pangan masih dapat memperoleh nilai mutu baik (rating 2). Kedua formulir ini membagi aspek penilaian dalan kelompok utama dan kelompok sekunder, kelompok utama mendapatkan bobot penilaian yang lebih tinggi daripada kelompok sekunder. Dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), nilai mutu yang diperoleh sangat terpengaruh bila didapati hal-hal yang harus diperbaiki pada kelompok utama. Dalam draft revisi 53
16 formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), penyimpangan pada kelompok utama digolongkan dalam penyimpangan kritis dan serius, dan total jumlah penyimpangan akan menentukan hasil penilaian. Dalam penggunaan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), penilaian lebih bersifat subyektif karena persepsi penilai sangat berpengaruh pada hasil pengamatan dan tidak ada standar baku untuk pemberian nilai B, S, atau K. Selain itu, kriteria yang ditetapkan untuk hasil pengamatan dinilai terlalu ketat karena bila didapati 2 atau lebih penyimpangan pada kelompok utama, hasil penilaian adalah kurang (K); nilai baik (B) hanya bisa diperoleh bila tidak didapati penyimpangan pada kelompok utama. Bila formulir penilaian ini diterapkan pada industri kecil atau menengah, maka akan sulit sekali untuk mendapatkan hasil penilaian baik. Setelah meninjau ulang formulir pemeriksaan, beberapa kriteria hanya bisa dipenuhi oleh industri besar, contohnya persyaratan konstruksi bangunan, dan penerapan HACCP dalam proses pengolahan yang dilakukan; bahkan beberapa industri besarpun belum menerapkan HACCP atau memiliki sertifikasi HACCP. Dalam penggunaan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), persepsi penilai tidak terlalu berpengaruh kepada hasil pengamatan atau lebih obyektif, karena cara perhitungan yang lebih baku yaitu kriteria penyimpangan (minor, mayor, serius, atau kritis) sudah terlebih dahulu ditentukan dalam formulir penilaian, sehingga lebih mudah bagi penilai untuk menghitung dan menentukan rating hasil pemeriksaan. Hasil penilaian yang terbagi dalam 4 kriteria lebih memberikan toleransi bagi industri kecil dan menengah untuk dapat memenuhi persyaratan CPMB pangan dan memberikan kesempatan untuk perbaikan pada hal-hal yang dinilai kurang. Untuk lebih jelasnya, perbandingan aspek penilaian dan hasil penilaian dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) 54
17 dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil penilaian dengan kedua formulir tersebut menyatakan tidak ditemukan penyimpangan dalam aspek manajemen, higiene karyawan, gudang bahan kemasan, pasokan air dan pengendalian hama. Tabel 14: Perbandingan hasil penilaian formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Formulir Pemeriksaan Sarana Pengolahan (BPOM, 1999) Draft Revisi Formulir Pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) Aspek penilaian Perbaikan Aspek penilaian Penyimpangan Manajemen - Persepsi pimpinan dan manajemen - Higiene karyawan - Sanitasi dan higiene karyawan - Kondisi umum sarana pengolahan Ruang pengolahan Kelengkapan sarana pengolahan 1 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 1 Kurang Konstruksi dan desain bangunan umum Konstruksi dan desain ruang pengolahan Fasilitas pabrik - 3 Minor 4 Mayor 1 Serius 3 Minor 2 Mayor Gudang bersuhu kamar - Kondisi gudang biasa (kering) 1 Mayor Kondisi gudang beku, dingin 1 Minor Gudang berpendingin - (apabila digunakan) 1 Kritis Kondisi gudang kemasan dan Gudang bahan kemasan - - produk Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya/ Penanganan limbah/ Hama lingkungan (3 aspek) Hama di dalam sarana pengolahan 1 Sedang 1 Sedang Sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah, investasi burung, serangga, atau binatang lain Pencegahan binatang pengganggu/ serangga dalam pabrik 1 Mayor 1 Serius Suplai air - Pasokan air - Sanitasi sarana pengolahan 1 Sedang Operasional sanitasi pabrik/ penggunaan bahan kimia - (2 aspek) Peralatan - Peralatan produksi 1 Minor Tindakan pengendalian/ pengemasan dan pelabelan 2 Sedang Penanganan bahan baku dan bahan tambahan/ pengendalian - (2 aspek) proses produksi (2 aspek) - - Tindakan pengawasan 1 Mayor 2 Serius - 55
18 Pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), terdapat butir yang memperoleh nilai sedang pada aspek kondisi umum sarana pengolahan, yaitu bahwa bangunan tidak dirancang untuk tidak dimasuki oleh serangga. Sedangkan pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), ditegaskan untuk dilakukan tindakan untuk mencegah masuknya serangga dalam lingkungan pabrik, seperti pemasangan kasa dan perangkap untuk hama lingkungan. Pada aspek ruang pengolahan dan aspek kelengkapan sarana pengolahan terdapat beberapa perbaikan yang harus dilakukan terutama pada konstruksi bangunan yaitu dinding dan lantai. Pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) konstruksi, dan kebersihan dinding termasuk kelompok utama. Pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), ketidaksesuaian konstruksi dinding tidak termasuk dalam kelompok utama, ketidaksesuaian pada butir ini tergolong dalam penyimpangan minor dan mayor. Konstruksi, kondisi dan kebersihan langit-langit termasuk dalam butir penilaian pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) sedangkan pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) kebersihan langit-langit tidak termasuk dalam butir penilaian, tetapi penilaian lebih terpusat pada konstruksi dan kondisi langit-langit. Aspek kondisi gudang kering dan aspek peralatan produksi tidak memerlukan perbaikan bila dinilai dengan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), sedangkan bila dinilai dengan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) ditemukan penyimpangan mayor yaitu kurangnya ventilasi pada gudang dan tidak adanya program pemantauan untuk membuang wadah dan peralatan yang sudah rusak/ tidak digunakan. Aspek lingkungan, penanganan limbah dan pengendalian hama, yang 56
19 isinya hampir sama dengan aspek hama lingkungan; memerlukan 1 perbaikan ringan pada penggunaan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999). Pada penggunaan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) ditemukan penyimpangan mayor dan serius yaitu adanya binatang peliharaan pada sekitar area produksi dan tidak adanya katup pada pipa pembuangan untuk menghalangi aliran air ke dalam pabrik. Aspek sanitasi sarana pengolahan memerlukan perbaikan menurut formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) yaitu tidak adanya unit khusus untuk khusus untuk mencuci dan membersihkan sarana pengolahan; Tetapi tidak ada penyimpangan menurut draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), karena lebih menekankan pada program sanitasi, dilakukannya sanitasi sebelum peralatan digunakan dan metoda yang benar dalam sanitasi. Perlakuan sanitasi ini dilakukan oleh masing-masing unit kerja sehingga tidak memerlukan unit khusus. Dalam aspek tindakan pengawasan proses produksi terdapat perbaikan pada formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) yaitu tidak diterapkannya program HACCP dalam proses produksi dan tidak adanya perlakuan khusus pada bahan tambahan pangan sebelum digunakan. Pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), tidak didapati penyimpangan karena butir penggunaan bahan tambahan pangan menyebutkan jenis BTP harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. C. Penyusunan Draft SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) dan Daftar Isian (checklist) Penilaian SSOP PT. Libe Bumi Abadi sebelumnya belum memiliki SSOP dan daftar isian sebagai panduan tertulis untuk pelaksanaan CPMB dalam proses produksi. Untuk membantu PT. LBA dalam penerapan GMO, maka draft SSOP dan draft daftar isian telah disusun berdasarkan empat kelompok yang dikategorikan 57
20 sebagai kelompok utama dari 17 aspek yang tercantum pada draft revisi formulir pemeriksaan oleh BPOM. Rincian draft SSOP dan daftar isian yang telah disusun dapat dilihat pada Lampiran Empat kelompok tersebut adalah: (1) gedung dan fasilitas pabrik; (2) mesin dan peralatan; (3) tenaga kerja; dan (4) pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan. Daftar SSOP dan daftar isian yang telah disusun untuk PT. Libe Bumi Abadi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15: Daftar Draft SSOP dan daftar isian yang disusun untuk PT. Libe Bumi Abadi Kelompok utama Gedung dan fasilitas pabrik Mesin dan peralatan Tenaga kerja Pengendalian hama dan manajemen limbah No No. Dokumen Deskripsi 1 LBA/SSOP/01 2 LBA/CL/ SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik CL Pembersihan halaman bagian luar pabrik 3 LBA/CL/ CL Pembersihan gudang 4 LBA/CL/ CL Pembersihan kamar mandi/ toilet 5 LBA/SSOP/02 SSOP Mesin dan fasilitas produksi 6 LBA/CL/ CL Sanitasi dan pemeliharaan mesin 7 LBA/CL/ CL Permintaan perbaikan mesin 8 LBA/CL/ CL Jadwal pemeliharaan mesin 9 LBA/SSOP/03 SSOP Tenaga kerja 10 LBA/CL/ LBA/CL/ CL Daftar hadir 12 LBA/SSOP/04 CL Pemeriksaan rutin higienis tenaga kerja SSOP Pengendalian hama dan manajemen limbah 13 LBA/CL/ CL Laporan pengendalian hama 14 LBA/CL/ CL Jadwal pembuangan sampah Pedoman sanitasi ini dianjurkan untuk diterapkan di tempat produk atau bahan baku disimpan, diproses atau dikemas, termasuk tempat penyimpanan bahan kemasan. Semua karyawan, baik karyawan tetap maupun karyawan tidak tetap (kontrak, harian, pihak ketiga yang dipekerjakan dalam lingkungan pabrik) dianjurkan untuk mengetahui SSOP sesuai dengan bidang dan tanggung jawab pekerjaannya. Penanggung jawab proses produksi perlu 58
21 melakukan sosialisasi kepada karyawan dan setiap orang yang terlibat untuk menyamakan pengertian dan persepsi mengenai prosedur sanitasi dan cara pengisian daftar isian. Dalam proses pembahasan dan peninjauan ulang SSOP dan daftar isian yang telah disusun, dilakukan Focus Group Discussion yang merupakan metoda kualitatif dalam pengumpulan data; merupakan diskusi kelompok dengan bimbingan seorang fasilitator, dimana semua anggota dapat berbicara mengenai sebuah topik dengan bebas dan spontan. FGD dalam hal ini terdiri atas beberapa orang yang ahli atau yang berpengalaman dalam penerapan GMP dan prosedurnya. Anggota FGD (disusun berdasarkan institusi/ organisasi) dapat dilihat pada Tabel 16. Nama Anggota 1 Anggota 2 Tabel 16: Anggota FGD untuk SSOP PT. Libe Bumi Abadi Jabatan/ Posisi Kepala Seksi Jaringan Pemasaran Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Staff Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Intitusi/ Organisasi DKP DKP Anggota 3 Pemilik pabrik PT. LBA Anggota 4 Chewy and Deposited Area Manager PT. PVMI Anggota 5 ISO Document Controller and Cost Saving Engineer PT. PVMI Anggota 6 ISO/ HACCP Area Manager PT. PVMI Anggota 7 Quality Control Area Manager PT. PVMI Beberapa perubahan dan penyesuaian diterapkan pada draft SSOP dan daftar isian yang telah disusun agar dapat lebih lebih mudah dimengerti oleh para pihak yang berkepentingan sehingga SSOP dan daftar isian lebih mudah diterapkan. Penyusunan kalimat juga diatur agar tidak ada persepsi yang berbeda saat membaca topik yang sama. Pada dasarnya tidak banyak dilakukan perubahan pada draft SSOP dan 59
22 checklist yang disusun, karena 4 aspek utama yang menjadi landasan penyusunan SSOP dinilai cukup mewakili untuk menjaga sanitasi selama proses produksi. Hasil FGD dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17: Hasil FGD terhadap SSOP dan daftar isian yang telah disusun No Deskrispi Usulan perbaikan 1 Umum 2 3 SSOP Perawatan gedung dan fasilitas pabrik SSOP Mesin dan fasilitas produksi 4 SSOP Tenaga kerja 5 SSOP Pengendalian hama dan manajemen limbah Perbaikan ejaan/ ketikan Perbaikan format dan penggunaan bahasa Pembuatan panduan mengenai deskripsi pekerjaan dan hirarki tanggung jawab dalam PT. LBA. Menyederhanakan beberapa prosedur mengenai perawatan gedung agar lebih sesuai dengan industri kecil. Penambahan daftar isian jadwal pemeliharaan mesin Penjabaran kewajiban karyawan dalam menjaga sanitasi didalam lingkungan produksi, misalnya mengenai penggunaan seragam, perhiasan, kosmetik, dll Dijelaskan lebih spesifik mengenai pengendalian jenis hama tertentu dan tindakan pencegahannya Berdasarkan hasil FGD, dilakukan penyederhanaan prosedur mengenai perawatan gedung agar lebih aplikatif dan sesuai dengan industri kecil, penjabaran kewajiban karyawan dalam proses sanitasi, penjelasan mengenai pengendalian hama dan penambahan daftar isian. Pembuatan panduan mengenai hirarki dan tanggung jawab tidak dijabarkan lebih lanjut karena merupakan topik tersendiri dalam sistim manajemen mutu. Dalam FGD juga dianjurkan mengenai pengendalian mutu internal dan dibuat pula SOP (Standard Operating Procedure) atau prosedur operasional standar tentang deskripsi pekerjaan dalam organisasi dan penerimaan bahan mentah. PT. LBA sudah memiliki prosedur umum mengenai karyawan, pengendalian mutu, prosedur pelacakan dan dokumentasi, tetapi belum secara spesifik menjelaskan mengenai prosedur sanitasi, oleh karena itu SSOP 60
23 disusun sebagai panduan penerapan GMP. Uji coba penerapan SSOP belum dapat dilakukan karena kendalakendala teknis antara lain: (1) produksi yang belum kontinu atau masih tergantung order; (2) adanya beberapa perbaikan dan modifikasi mesin untuk dapat memproduksi dengan volume yang lebih besar; dan (3) pemimpin perusahaan masih mengerjakan hal-hal ekternal yaitu perluasan dan pemasaran produk, sehingga belum dapat fokus kepada pelaksanaan teknis di proses produksi. D. Pengembangan Organisasi PT. Libe Bumi Abadi Untuk dapat mengoptimalkan penerapan dan pengawasan pelaksanaan GMP dan SSOP, perusahaan disarankan melakukan pengembangan organisasi, yaitu adanya pembagian tugas untuk urusan internal (bagian operasional: lingkungan pengolahan, produksi, pengendalian mutu, pengawasan sanitasi, karyawan, dll) dan urusan eksternal (bagian administrasi: marketing, urusan legal, dokumentasi, dll). Usulan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 22. Direktur/ Kepala Pabrik Kepala bagian operasional Kepala bagian administrasi Staff/ operator Staff/ operator Gambar 22: Usulan struktur organisasi untuk PT. LBA Pembagian tugas ini disarankan agar setiap fungsi dalam organisasi dapat lebih fokus dan terarah dalam pengendalian proses produksi dan manajemen administrasi. 61
III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi
III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan
Lebih terperinciFORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :
Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinciGambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak
Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.
Lebih terperinciTATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciLampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice
113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 24/PER-DJPDSPKP/2017 TENTANG PEMERINGKATAN SERTIFIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR
Lebih terperinciDokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi
Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11
Lebih terperinciLampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran
LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK. 00.05.5.1639 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN
93 LAMPIRAN. DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan pangan.. Apakah anda mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.
No.358, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 75/M-IND/PER/7/2010 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI
Lebih terperinci1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN
Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Lebih terperinciI. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :
KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
Lebih terperinciII OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A
II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin
Lebih terperinciBgn-2. Penanganan Mutu Produk
Bgn-2. Penanganan Mutu Produk 1. Proses produksi 2. Pengolahan 3. Teknologi 4. Pemasaran A. Sasaran B. Hazard Analysis Critical Control Point, meliputi 2 aspek : 1. SSOP (Sanitation Standar Operating Procedure)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan
Lebih terperinciPENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA
PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah
20 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Chrisna Snack, Perumahan Josroyo 19 RT 7 RW
Lebih terperinciCHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS
NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
Lebih terperinciEvaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di PT. Libe Bumi Abadi.
Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di PT. Libe Bumi Abadi Lisyanti 1, Nurheni Sri Palupi 2 dan Darwin Kadarisman 2 Abstract
Lebih terperinciII Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.
LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini?
105 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan Pohon Keputusan untuk Bahan Baku Pertanyaan 1 (P1) Apakah ada potensi bahaya yang berkaitan dengan bahan baku ini? Ya Tidak Pertanyaan 2 (P2) Apakah anda/ pelanggan
Lebih terperinciPERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**
PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas
Lebih terperinciSANITASI DAN KEAMANAN
SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,
Lebih terperinci1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembinaan terhadap sarana produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan PKRT seperti yang disebutkan dalam Permenkes 1184/MENKES/PER/IX/2004
Lebih terperinci- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI
- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran
Lebih terperinciGOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011
GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati
Lebih terperinciRAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN
RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333
Lebih terperinciFrom Farm to Fork...
TITIS SARI KUSUMA From Farm to Fork... GAP GHP GTP GHP GLP GMP Konsumen Praktek Produksi yang baik (GMP) Merupakan kombinasi dari produksi dan prosedur pengawasan kualitas yang ditujukan untuk memastikan
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK
CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Lebih terperinciSanitasi Penyedia Makanan
Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga
Lebih terperinciSTANDAR USAHA JASA BOGA. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK Penyediaan Makanan dan Minuman
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA JASA BOGA STANDAR USAHA JASA BOGA I. PRODUK Penyediaan Makanan dan Minuman II. PELAYANAN
Lebih terperinciLampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk
94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.
b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah
Lebih terperincia. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.
Lebih terperinciPENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciREFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL
REFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL Referensi Penyusunan GMP Manual Page 1 RUANG LINGKUP 1.1. Umum. GMP Manual ini menjelaskan mengenai persyaratan umum tatacara berproduksi yang
Lebih terperinciUntuk menjamin makanan aman
Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara
Lebih terperincig. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi
g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinci7. LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan
81 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan Kemungkinan Terjadi (Probability) Tinggi Sedang Rendah Tingkat Keparahan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan
Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu
Lebih terperinciLEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan
LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan
Lebih terperinciTITIS SARI KUSUMA 08/01/2015 1
TITIS SARI KUSUMA 08/01/2015 1 From Farm to Fork... 08/01/2015 2 GAP GHP GTP GHP GLP GMP Konsumen 08/01/2015 3 Praktek Produksi yang baik (GMP) Merupakan kombinasi dari produksi dan prosedur pengawasan
Lebih terperinciStudi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo
Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo 1,2 Saprin Hayade, 2 Rieny Sulistijowati, 2 Faiza A. Dali 1 saprin_hayade@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas
Lebih terperinciKeberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik
Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan
Lebih terperinci7 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan
90 7 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan Kemungkinan Terjadi (Probability) Tinggi : sering terjadi Sedang
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang 1. B. Perumusan Masalah.. 3. C. Batasan Penelitian 4. D. Tujuan. 4. E. Manfaat...
DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah.. 3 C. Batasan Penelitian 4 D. Tujuan. 4 E. Manfaat... 4 BAB II LANDASAN TEORI. 7 A. Carica.... 7 B. Manisan Buah. 10 C.
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen
LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinci2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPenerapan Good Manufacturing Practices untuk Pemenuhan Manajemen Mutu pada Produksi Air Minum Dalam Kemasan (Studi Kasus di PT.
Penerapan Good Manufacturing Practices untuk Pemenuhan Manajemen Mutu pada Produksi Air Minum Dalam Kemasan (Studi Kasus di PT.XYZ) Feni Akbar Rini 1, Putiri B.Katili 2, Nurul Ummi 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Lingkungan Produksi 1. Evaluasi a. Lokasi UKM Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi UKM Al-Fadh terletak ditengah perkampungan yang berdekatan dengan area persawahan
Lebih terperinciPerbaikan zona produksi
Perbaikan zona produksi Nur Hidayat Pendahuluan Perubahan pola konsumsi pangan dari produk yg siap diolah ke produk siap konsumsi menjadikan unit prosesing membutuhkan sanitasi yang lebih baik. Sanitasi
Lebih terperinciFORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN
FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2206 TAHUN 2012 TENTANG CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA CARA PRODUKSI PANGAN
Lebih terperinciMENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS
MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar
No. 1939, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Usaha. Hotel. Standar. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA MOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciDOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)
DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1029, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAREKRAF. Jasa Boga. Standar. Usaha. Sertifikasi. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciHIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN
HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN Mengapa higiene pekerja itu penting: 1. Pekerja yang sakit tidak seharusnya kontak dengan pangan dan alat yang digunakan selama pengolahan, penyiapan dan penyajian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.
Lebih terperinciMATERI KESEHATAN LINGKUNGAN
MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan
Lebih terperinciPENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN
STANDARD OPERATION PROSEDURE PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN Surabaya, 8 Februari 2003 Disyahkan SOEKARMANDAPA OENTOENG, BSc. Plant Manager Peringatan : Dilarang memperbanyak dan/atau menyalin sebagian atau
Lebih terperinciFilet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciKritis Serius Mayor Minor. Tinggi Significant Significant Significant Tidak Significant
7. LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Potensi Bahaya Secara Kualitatif dengan Kombinasi Antara Kemungkinan Terjadi dengan Tingkat Keparahan Kemungkinan Terjadi (Probability) Tinggi : sering terjadi Sedang :
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010
KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010 Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan Terakhir : a. Tamat SD b.
Lebih terperinciGambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut
A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya
Lebih terperinci2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);
INSTRUKSI NOMOR 2 TAHUN 1990 T E N T A N G PENYEDERHANAAN TATA CARA PENGUJIAN MUTU IKAN SEGAR DAN IKAN BEKU Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan ekspor non migas, khususnya ikan segar beku, dipandang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat
Lebih terperinci