BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan publik yang rasional dan para pembuat kebijakan publik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan publik yang rasional dan para pembuat kebijakan publik"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data statistik mempunyai peranan penting bagi beberapa kebijakan publik, baik sebagai bahan perencanaan ataupun bahan evaluasi dari sebuah program. Pentingnya statistik bagi sebuah kebijakan publik disampaikan oleh Baillar dkk (2004) bahwa statistik merupakan piranti penting bagi pengetahuan dan kebijakan publik yang rasional dan para pembuat kebijakan publik membutuhkan informasi yang terpercaya untuk membantu mengambil keputusan yang rasional. Kebijakan publik dalam bidang statistik di Indonesia diwujudkan melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik. Undang- Undang Nomor 16 Tahun 1997 merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 yang lahir pada akhir rezim orde baru ini sempat menuai pendapat kontra 1 pada proses terbentuknya, meskipun demikian faktanya hingga sekarang undang-undang ini masih berlaku 2. 1 RUU Statistik, alat kontrol informasi (Oleh Nasyith Majidi), dikutip dari pada 01/09/ Dalam Program Legislasi Nasional belum ditemukan rencana revisi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997, dikutip dari : pada 01/09/

2 Hal baru dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 adalah Sistem Statistik Nasional (SSN), yaitu suatu tatanan yang terdiri atas unsur-unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam penyelenggaraan statistik. Dijelaskan dalam undang-undang ini bahwa kegiatan statistik bertujuan untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat, dan mutakhir dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif, dan efisien guna mendukung pembangunan nasional. Statistik dasar dihasilkan dari BPS, statistik sektoral dihasilkan lembaga pemerintah lain dan statistik khusus dihasilkan oleh masyarakat. Data statistik sektoral diperoleh dari lembaga pemerintah lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masingmasing. Dalam penyelenggaraan kegiatan statistik konsep, definisi, klasifikasi dan ukuran-ukuran yang digunakan merupakan bagian penting. Terkait dengan hal ini pada pasal 17 ayat 2 undang-undang tersebut ditegaskan sebagai berikut : Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan Sistem Statistik Nasional, Badan bekerja sama dengan instansi pemerintah dan masyarakat untuk membangun pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik hal pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran ini diatur sebagai berikut pada : Pasal 48 Pasal 49 : Koordinasi dan kerjasama penyelengaraan statistik meliputi hal-hal yang berkaitan dengan : a. pelaksanaan kegiatan statistik; b. pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. : Koordinasi dan atau kerjasama penyelenggaraan statistik antara BPS, instansi pemerintah, dan masyarakat dilaksanakan atas dasar prinsip kemitraan dan dengan tetap mengantisipasi serta menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dan 2

3 teknologi. Pasal 50 (1) : Koordinasi dan atau kerjasama pelaksanaan kegiatan statistik dilakukan dalam rangka membangun satu pusat rujukan informasi statistik nasional. (2) : Koordinasi dan atau kerjasama pelaksanaan kegiatan statistik mencakup perencanaan, pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan atau analisis statistik. Pasal 55 : BPS, instansi pemerintah, dan masyarakat bekerja sama melakukan pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran untuk mewujudkan dan mengembangkan Sistem Statistik Nasional. Pasal 57 (1) : Hasil kerjasama pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, selanjutnya disusun oleh BPS. (2) : Konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran yang disusun oleh BPS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi acuan utama penyelenggaraan statistik di Indonesia. Dari peraturan-peraturan tersebut terlihat bahwa ada tiga aktor yang terlibat dalam SSN yaitu : BPS, instansi pemerintah dan masyarakat. Dalam perspektif kebijakan publik, para aktor dalam SSN adalah pelaku kebijakan. Aktor BPS terdiri dari BPS Pusat dan BPS Provinsi atau Kabupaten Kota di seluruh Indonesia. Aktor Instansi pemerintah merupakan semua instansi pemerintah diluar BPS, baik pusat atau daerah. Sementara masyarakat terdiri dari masyarakat awam, penyelenggara kegiatan statistik non pemerintah, ataupun para pengguna data seperti pihak swasta. Ketiga aktor ini diamanatkan dalam peraturan di atas saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan statistik dan membangun pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. Usaha koordinai dan kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan statistik dan pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran yang dilakukan oleh antar aktor dalam SSN merupakan bentuk implementasi kebijakan publik. 3

4 Para aktor tersebut merupakan pelaku kebijakan, seperti yang dijelaskan oleh Dunn (2003 :133), bahwa pelaku kebijakan mempunyai andil di dalam suatu kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Terkait dengan keterlibatan banyak aktor atau organisasi dalam sebuah implementasi kebijakan publik, Purwanto dan Sulistyastuti (2012 : 153) menyampaikan bahwa jenis implementasi yang menggunakan struktur multi organisasi memiliki konsekuensi bahwa koordinasi antar unit organisasi dan aspek kerja sama antar aktor menjadi sangat penting dan meskipun koordinasi memiliki peranan sangat penting dalam proses implementasi tetapi koordinasi tidak mudah dilakukan. Dalam kegiatan pengumpulan data statistik, masalah perbedaan data sering mengemuka dan memerlukan perhatian serius karena terkait dengan sebuah kebijakan publik yang lain, yaitu data mana yang akan dijadikan rujukan dalam penyusunan sebuah kebijakan. Perbedaan data disini dimaksudkan adanya perbedaan angka yang dikeluarkan oleh dua atau lebih instansi berbeda untuk objek data yang sama. Dalam sebuah berita di media online 3 disampaikan bahwa data ekspor Indonesia yang dicatat oleh BPS lebih rendah dibandingkan dengan data impor yang dicatat oleh negara negara mitra dagang Indonesia, dimana perbedaannya mencapai sekitar US$16,48 miliar. Dalam berita tersebut seorang ekonom yaitu 3 Dikutip dari Selasa, 03/04/2012 pada 02/12/2015 4

5 Ahmad Erani Yustika mengatakan bahwa ketidaksinkronan data yang dikeluarkan oleh BPS dan sejumlah instansi sudah sering kali terjadi, bahkan sejak zaman dulu. Masalah perbedaan data ini juga mengemuka pada sebuah dokumen 4 pemerintah, dimana disebutkan mengenai kondisi data statistik saat ini di Indonesia ditinjau dari segi proses, beberapa diantaranya adalah : Mekanisme koordinasi tidak jelas. Koordinasi melibatkan kementerian, lembaga dan unit kerja termasuk unit kerja dengan subject matter statistik yang berbeda-beda. Koordinasi dibutuhkan dalam kegiatan statistik (perancangan instrumen, sampling, pengumpulan data, dan validasi data), penyebarluasan hasil dan penggunaan data, pengelolaan data, serta pelatihan dan pengembangan kapasitas. Kendati mekanisme koordinasi telah diatur dalam ketentuan dan regulasi terkait data, koordinasi ini belum berjalan baik karena tatacara koordinasi tidak diuraikan secara cukup jelas. Komunikasi yang tidak optimal. Salah satu implikasi dari persoalan koordinasi adalah tidak optimalnya komunikasi antara lembaga yang bertanggungjawab atas metodologi kegiatan statistik dan informasi geospasial (yakni, BPS dan BIG 5 ) dengan lembaga yang bertanggungjawab atas substansi dari data yang dikumpulkan (yakni, unit kerja di Kementerian dan Lembaga). Ini merupakan salah satu penyebab penting persoalan-persoalan terkait data. Komunikasi yang tidak berjalan menyebabkan perbedaan persepsi, metode analisa ataupun metodologi dan prosedur pengumpulan data (seperti perbedaan definisi, klasifikasi, satuan atau kerangka sampling) yang di gunakan antar K/L 6 sehingga berujung pada data yang tidak konsisten. Mekanisme harmonisasi data tidak ada. Tidak terdapat mekanisme untuk melakukan harmonisasi antar-pihak manakala terjadi perbedaan data di kementerian atau lembaga yang berbeda. Ketiadaan mekanisme ini menyulitkan pembangunan konsensus terkait data yang dijadikan rujukan bersama. Harmonisasi semakin sulit berlangsung karena ego masing-masing K/L. 4 Dikutip dari : Cetak Biru Satu Data untuk Pembangunan Berkelanjutan, halaman BIG : Badan Informasi Geospasial 6 K/L : Kementerian/ Lembaga Non Kementerian 5

6 Berdasarkan uraian dari dokumen tersebut dapat disampaikan bahwa kata koordinasi menjadi salah satu kunci terkait usaha membentuk sebuah data base terpadu yang berguna bagi pembangunan. Permasalahan perbedaan data ini muncul di daerah-daerah pada beberapa bidang. Seperti di Kabupaten Gunungkidul perbedaan data statistik mengemuka dalam hal data pendidikan. Perbedaan ini dilansir oleh beberapa media online, seperti tersaji dalam kutipan berikut : Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DIY, kebakaran jenggot dengan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai tingginya angka buta huruf lewat Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012, ( diakses pada 28 Agustus 2015). Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul Supriyadi mengatakan terdapat perbedaan data berkaitan warga buta aksara di Gunungkidul. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan jumlah buta aksara di Gunungkidul mencapai orang, setelah dilakukan klarifikasi ternyata jumlahnya tinggal orang, ( diakses pada 28 Agustus 2015). Terkait dengan masalah data penduduk buta huruf, dalam sebuah kajian 7 disebutkan bahwa : Pendataan penyandang buta aksara telah menjadi masalah bertahun-tahun dan telah menjadi polemik yang berkepanjangan, terutama ketidaksinkronan data antara data yang dikeluarkan oleh BPS dengan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan, baik pada tingkat kabupaten/kota, propinsi, bahkan nasional. Masalah tersebut disebabkan oleh belum adanya kesepakan model pendataan yang bisa diakui bersama. 7 Kajian Pengembangan Model Penyelenggaraan Penuntasan Buta Aksara Di Provinsi Jawa Timur halaman 4 6

7 Data mengenai penduduk buta huruf menurut Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) dan BPS Kabupaten Gunungkidul terlihat dalam tabel berikut : Tabel 1. Jumlah Penduduk Buta Aksara Tahun 2010 Kabupaten Gunungkidul Perbedaan data antara Dinas Dikpora dan BPS Kabupaten Gunungkidul tidak hanya mengenai buta huruf saja, melainkan juga terjadi pada Angka Partisipasi Kasar (APK) ataupun Angka Partisipasi Murni (APM), seperti terlihat dalam tabel-tabel berikut : No Kecamatan Dinas BPS Dikpora 1 Wonosari Paliyan Panggang Playen Patuk Nglipar Karangmojo Semin Ponjong Semanu Tepus Rongkop Ngawen Saptosari Gedangsari Tanjungsari Purwosari Girisubo Jumlah Sumber data : Dinas Dikpora Kabupaten Gunungkidul 7

8 Tabel 2. APK Kabupaten Gunungkidul Jenjang SD (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,30 107, ,54 103, ,55 107, ,33 113,92 Tabel 3. APK Kabupaten Gunungkidul Jenjang SMP (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,70 92, ,27 89, ,99 91, ,40 76,72 Tabel 4. APK Kabupaten Gunungkidul Jenjang SMA (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,49 64, ,18 79, ,07 84, ,13 96,83 Tabel 5. APM Kabupaten Gunungkidul Jenjang SD (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,75 98, ,05 90, ,24 93, ,19 99,89 Tabel 6. APM Kabupaten Gunungkidul Jenjang SMP (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,50 81, ,80 71, ,39 73, ,09 73,59 8

9 Tabel 7. APM Kabupaten Gunungkidul Jenjang SMA (dalam persen) Tahun Dinas Dikpora BPS ,82 50, ,93 55, ,26 65, ,56 68,16 Sumber data : Dinas Dikpora dan BPS Kabupaten Gunungkidul, diolah Terkait data penduduk buta huruf, fakta menunjukkan bahwa angka melek huruf (sebagai lawan dari buta huruf) Kabupaten Gunungkidul masih yang terbawah jika dibandingkan kabupaten kota lain di Daerah Istimewa Yogyakarta (Tabel 8). Hal tersebut menjadi salah satu alasan pentingnya data penduduk buta huruf bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan pihak terkait dalam pembangunan. Tabel 8. Angka Melek Huruf Di Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/Kota Kota Yogyakarta 98,03 98,07 98,1 98,43 Kab.Sleman 92,61 93,44 94,53 95,11 Kab.Bantul 91,03 91,23 92,19 92,81 Kab.Kulon Progo 90,69 92,00 92,04 93,13 Kab.Gunungkidul 84,66 84,94 84,97 85,22 Sumber data : pada 25/09/2015 Oleh karena itu masalah perbedaan data di atas perlu dijadikan perhatian para aktor yang terlibat, sehingga koordinasi antara BPS dan pemerintah daerah kabupaten dalam hal ini Dinas Dikpora Kabupaten Gunungkidul untuk membahas hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan atau tuntutan. 9

10 Bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, data penduduk buta huruf, APK dan APM mempunyai nilai penting dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Gunungkidul. Dijelaskan dalam Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015 pada halaman II-18 disampaikan bahwa analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator-indikator : angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kematian bayi, angka usia harapan hidup. Konsep, definisi, klasifikasi dan ukuran merupakan sebuah titik awal dari proses munculnya sebuah data, sehingga penggunaan konsep, definisi, klasifikasi dan ukuran yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perbedaan angka-angka di atas dimungkinkan terjadi karena perbedaan konsep, definisi, klasifikasi dan ukuran-ukuran yang digunakan dalam pengumpulan data statistik yang dilakukan oleh masing-masing instansi. Perbedaan APK, APM dan jumlah penduduk buta huruf hasil pendataan yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Gunungkidul dan Dinas Dikpora Kabupaten Gunungkidul yang terlihat dalam tabel di atas mengindikasikan ada masalah pada koordinasi antar instansi mengenai konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuranukuran yang digunakan dalam pengumpulan data statistik. Kata koordinasi antar aktor baik pada level pusat atau daerah menjadi sesuatu yang perlu digarisbawahi dalam kasus perbedaan data ini. 10

11 Masalah-masalah di atas juga akan menimbulkan kebingunan bagi publik, yaitu data mana yang menggambarkan kondisi sesungguhnya dan bagi pemerintah perbedaan data ini akan memunculkan sebuah pertanyaan, yaitu data mana yang akan digunakan sebagai rujukan terkait program pemerintah yang lain atau sebagai bahan dalam perencanaan. O Toole (dalam Hill dan Hupe, 2002 : 8) menyebutkan bahwa studi implementasi kebijakan mengacu pada kaitan antara apa yang pemerintah maksudkan dengan hasil yang sebenarnya. Implementasi sebuah kebijakan yang gagal dapat terjadi karena masalah dalam koordinasi antar atau intra lembaga, interaksi pelaksana kebijakan di lapangan dengan target sasaran kebijakan, ataupun disain kebijakan itu sendiri yang buruk (Fischer dkk, 2007 : 52). Penelitian mengenai implementasi sebuah kebijakan publik dalam bidang statistik belum pernah dilakukan sebelumnya di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bermaksud untuk mendalami permasalahan perbedaan data-data di atas dalam konteks koordinasi antar penyelenggara kegiatan statistik di Kabupaten Gunungkidul, yaitu bagaimana koordinasi antar aktor dalam hal penggunaan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran pada kegiatan pengumpulan data statistik dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik. Dalam undang-undang tersebut disampaikan bahwa ketiga aktor yaitu BPS, instansi dan masyarakat saling bekerja sama untuk membangun pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. Berdasarkan fakta tentang 11

12 perbedaan data antara BPS Kabupaten Gunungkidul dengan Dinas Dikpora Kabupaten Gunungkidul, maka penelitian ini dibatasi hanya pada koordinasi antara aktor BPS dan aktor instansi yang terkait dengan data-data pendidikan seperti ditampilkan pada tabel-tabel sebelumnya, yaitu untuk mengetahui apakah sudah ada koordinasi yang terbentuk dalam penggunaan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran pada kegiatan pengumpulan data statistik. Jika belum ada koordinasi yang dimaksud, faktor-faktor apakah yang menyebabkan belum terbentuknya koordinasi tersebut?. Sementara jika koordinasi yang dimaksud sudah terbentuk, faktor-faktor apakah yang menyebabkan koordinasi berhasil atau belum dilaksanakan secara maksimal. Pertanyaanpertanyaan tersebut penting untuk mengetahui implementasi ataupun pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 dalam hal koordinasi pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran di daerah. Pertanyaan-pertanyaan di atas merujuk kepada pernyataan yang disampaikan Purwanto dan Sulistyastuti (2012 : 153) sebelumnya bahwa implementasi yang menggunakan struktur multi organisasi memiliki konsekuensi bahwa koordinasi dan kerja sama antar aktor menjadi sangat penting. Juga berdasarkan apa yang dijelaskan oleh O Toole (dalam Hill dan Hupe, 2002 : 8) bahwa implementasi sebuah kebijakan yang gagal dapat terjadi karena masalah dalam koordinasi antar atau intra lembaga, ataupun disain kebijakan itu sendiri yang buruk. 12

13 Berdasarkan uraian di atas yang menggaris bawahi kata koordinasi, maka sebagai judul penelitian adalah Koordinasi Antar Aktor Dalam Pengumpulan Data Statistik Bidang Pendidikan : Studi Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik di Kabupaten Gunungkidul. 1.2 Rumusan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitiannya adalah Bagaimana Koordinasi Antar Aktor Dalam Penggunaan Konsep, Definsi, Klasifikasi dan Ukuran-Ukuran; Metode Pengumpulan Data; Analisis Data dan Penyajian Data Untuk Kegiatan Pengumpulan Data Statistik Bidang Pendidikan di Kabupaten Gunungkidul? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah sudah terbentuk koordinasi antar aktor dalam penggunaan konsep, definsi, klasifikasi dan ukuran-ukuran untuk kegiatan pengumpulan data statistik bidang pendidikan di Kabupaten Gunungkidul. 2. Untuk mengetahui hambatan atau faktor-faktor yang menyebabkan koordinasi antar aktor yang dimaksud belum terbentuk ataupun untuk mengetahui hambatan atau faktor-faktor yang muncul dalam pelaksanaan koordinasi yang sudah terbentuk antar aktor tersebut. 13

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 129 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KOORDINATOR WILAYAH KECAMATAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 38 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENANDATANGANAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA DAN KELANGKAAN PROFESI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Kondisi kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 secara umum lebih buruk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA Jln. Pemuda No. 32, Baleharjo, Wonosari 55801 Kotak Pos 135 Telp. (0274) 391191 Nomor : Lamp. : 1 bendel H al : Hasil Kejuaraan LBB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERIODE JULI S.D DESEMBER 207 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: LUJENG TRI SONGKO

DISUSUN OLEH: LUJENG TRI SONGKO LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II OPTIMALISASI PENDATAAN SERTIFIKASI GURU SEKOLAH DASAR DI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk terus meningkatkan capaian rehabilitasi hutan dan lahan. Program tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem

Lebih terperinci

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya.

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya. Kepolisian Resor Gunungkidul berkedudukan di Jl. MGR Sugiyopranoto No. 15 Wonosari, Gunungkidul, merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya

5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya 5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Penentuan area beresiko sanitasi di Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil penilaian data sekunder, Persepsi SKPD dan Studi EHRA. No Kecamatan Tabel

Lebih terperinci

MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL VISI dan MISI DINKES 2010-2015 Visi : Misi : Menjadi SKPD yang profesional, inovatif, transparan didukung oleh regulasi, infrastruktur dan pembiayaan serta kemitraan

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERIODE JULI S.D DESEMBER 0 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 0 i KATA

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERIODE JANUARI S.D JUNI 0 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 0 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

Lebih terperinci

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 106/Kpts/KPU/TAHUN 01 : 9 MARET 01 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 01 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK SEKTORAL OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK SEKTORAL OLEH PEMERINTAH DAERAH BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK SEKTORAL OLEH PEMERINTAH DAERAH KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan ekonomi yang relatif lebih maju, peran. lembanga keuangan tidak dapat disampingkan. Lembaga keuangan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan ekonomi yang relatif lebih maju, peran. lembanga keuangan tidak dapat disampingkan. Lembaga keuangan perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam perkembangan ekonomi yang relatif lebih maju, peran lembanga keuangan tidak dapat disampingkan. Lembaga keuangan perbankan dan nonperbankan yang berperan

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di 10 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2.1 Struktur dan Karakteristik Fisik Dasar 2.2.1 Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Propinsi

Lebih terperinci

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY Perjalanan reformasi birokrasi nampaknya tak terasa sudah dimulai sejak tahun 2002 yang dimasinisi oleh departemen keungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi kesehatan dan gizi yang buruk, khususnya pada ibu dan anak, akan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN DI SUBBAGIAN UMUM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN DI SUBBAGIAN UMUM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN DI SUBBAGIAN UMUM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Pengalaman Lapangan II Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa pasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II SEMESTER KHUSUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II SEMESTER KHUSUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II SEMESTER KHUSUS TAHUN AKADEMIK /2017 REKAPITULASI DATA SISWA PUTUS SEKOLAH DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL Disusun Guna Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

SISTEM STATISTIK NASIONAL

SISTEM STATISTIK NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG SISTEM STATISTIK NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER DAN ANALISIS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2008 Naskah: Dyah Respati Suryo Sumunar PSW Universitas Negeri Yogyakarta

STATISTIK GENDER DAN ANALISIS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2008 Naskah: Dyah Respati Suryo Sumunar PSW Universitas Negeri Yogyakarta STATISTIK GENDER DAN ANALISIS KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2008 Naskah: Dyah Respati Suryo Sumunar PSW Universitas Negeri Yogyakarta BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan dan laki-laki baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2008 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RAWAN BENCANA KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KARAKTERISTIK RAWAN BENCANA KABUPATEN GUNUNGKIDUL Berbagi pengalaman KARAKTERISTIK RAWAN BENCANA KABUPATEN GUNUNGKIDUL lempeng tektonik aktif yaitu Eurasia dan Australia (selatan!! Kabupaten Gunungkidul terletak dekat dengan pertemuan pantai jawa), patahan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Metadata Kegiatan Statistik Sektoral/Khusus No. Publikasi : 03210.1504 Katalog BPS : 1303074 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : viii + 128 Naskah: Subdirektorat Rujukan Statistik Penyunting: Subdirektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018 KATA PENGANTAR Prakiraan Musim Kemarau 2018 Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atai

Lebih terperinci

Ayu Erlinna. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Ayu Erlinna. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Kajian Sistem Penyediaan Air Minum Pedesaan (SPAMDES) Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DI Yogyakarta Ayu Erlinna Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL PENELITIAN

SEMINAR HASIL PENELITIAN 1 SEMINAR HASIL PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan bidang sumber daya air yang meliputi perencanaan umum, teknis, pelaksanaan fisik, operasi dan pemeliharaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2007 ditetapkan BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota merupakan instansi vertikal BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, DAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012 NO Nama Kegiatan / Pekerjaan Volume /Satuan Nilai Pagu I DIKPORA A Penyediaan Komponen Listrik/Penerangan

Lebih terperinci

Arah Kebijakan, Tema dan Prioritas Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 serta Hasil Musrenbang RKPD di Kecamatan Tahun 2016

Arah Kebijakan, Tema dan Prioritas Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 serta Hasil Musrenbang RKPD di Kecamatan Tahun 2016 Arah Kebijakan, Tema dan Prioritas Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 serta Hasil Musrenbang RKPD di Kecamatan Tahun 2016 Disampaikan pada Pembukaan Forum SKPD/ Gabungan SKPD Tahun 2016, 22 Febr

Lebih terperinci

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri-ciri kependudukan di Indonesia selain jumlah penduduk yang besar, adalah bahwa kepadatan penduduk di perkotaan tinggi, penyebaran penduduk desa kota dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta / Pos Klimatologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN ANGGARAN 2012 NO Nama Kegiatan / Pekerjaan Volume /Satuan Nilai Pagu I DIKPORA A Penyediaan Komponen Listrik/Penerangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. selatan dan 110º º 50 bujur timur, sedangkan ketinggiannya bervariasi antara 0-700

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. selatan dan 110º º 50 bujur timur, sedangkan ketinggiannya bervariasi antara 0-700 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan PRONA Di Kabupaten Gunungkidul Secara geografis 1 Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7º 46-8º 09 lintang selatan dan 110º 21-110º 50 bujur timur,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK

NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2013 KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2012 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR ` WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengeksplorasi suatu

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

Disusun oleh : NI MAH APRILIANI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh : NI MAH APRILIANI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PEMBENAHAN TATA KELOLA KEARSIPAN DI BIDANG PAUDNI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPL 2 Manejemen Pendidikan Dosen pembimbing : Mada Sutapa,

Lebih terperinci

POSISI DAN PERAN SIPD DALAM TATA KELOLA DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN DI DAERAH

POSISI DAN PERAN SIPD DALAM TATA KELOLA DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN DI DAERAH POSISI DAN PERAN SIPD DALAM TATA KELOLA DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN DI DAERAH Oleh : Ir. H. Muhammad Hudori, M.Si Direktur Perencanaan, Evaluasi, dan Informasi Pembangunan Daerah Serang, 1 Agustus 2017

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 51 TAHUN 1999 (51/1999) Tanggal: 28 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Visi dan Misi Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin di capai selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama tahun 2008-2013 yang telah diuraikan sebelumnya bisa disimpulkan bahwa pelaksanaan UU KIP pada badan publik

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bangsa dan dalam berbagai kehidupan. Untuk menghadapi

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi amal, lembaga pendidikan dan lain-lain memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS INFORMASI, KOMUNIKASI DAN TELEMATIKA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa uraian tugas Kecamatan telah ditetapkan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 07 Tahun :2010 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 07 Tahun :2010 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 07 Tahun :2010 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimban: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci