BAB III GAMBARAN UMUM
|
|
- Sudirman Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III GAMBARAN UMUM Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atai sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul terletak disebelah Tenggara Kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi DIY). Jarak Wonosari sebagai Ibukota Kabupaten Gunungkidul dengan Kota Yogyakarta + 39 km. Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup memadai yang menjanjikan dalam rangkaian peningkatan perekonomian daerah, bilamana upaya pembangunan disemua sektor dapat dioptimalkan. Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi industri cukup beragam, terutama industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga walaupun belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan PDRB. Jika dilihat secara sektoral pergeseran dari sektor pertanian ke industri masih sangat kecil. III.1. Gambaran Karakteristik Industri di Gunungkidul Jumlah Industri Kabupaten Gunungkidul terdiri dari industri besar, menengah dan industri kecil, khususnya untuk industri kecil yang termasuk didalamnya industri kerajinan dan industri rumah tangga penyebarannya diseluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah unit usaha. Nilai produksi sektor industri Kabupaten Gunungkidul mengalami perkembangan dengan laju perkembangannya ratarata 11,15 %. Adapun potensi industri ditahun 2006 adalah sebagai berikut : - Jumlah Unit Usaha : unit usaha - Jumlah Tenaga Kerja : orang - Nilai Investasi : Rp ,- - Nilai Produksi : Rp ,- - Nilai Tambah : Rp ,- 36
2 Tabel III.1. Jumlah industri berdasarkan cabang industri No Cabang Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (000) Nilai Produksi (000) Nilai Bahan (000) 1 Pengolahan Pangan Sandang dan Kulit Kimia & Bahan Bangunan 4 Kerajinan Logam & Elektronika Sumber : Renstra Disperindagkop Kab.Gunungkidul 2007 Dari data tersebut dapat dilihat posisi industri kerajinan adalah terbanyak ketiga + 22 % dari kelima cabang industri yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Sebaran industri sedang, kecil dan kerajinan di seluruh Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III.2. Jenis Industri berdasarkan komoditi per Kecamatan No Kecamatan Jenis Komoditi Unit Usaha T.Kerja Semin Tahu, Krupuk pati aci, wayang kulit, Seruling, Tegel bambu, kerajinan batu, Makanan olahan, Batako Batu bata, Kayu/mebel, Minyak kelapa, Tempe, Kulit, Patilo, Tikar, Kerajinan Akar wangi, Emping mlinjo 2 Ngawen Krupuk rambak, Batik, Caping, Kerajinan seng, Tahu, Makanan olahan, Batako, Kerajinan Bambu, Tempe, Kayu/mebel, Minyak kelapa, Tikar, Emping mlinjo, Patilo, Tegel, Genteng 3 Ponjong Batu Keprus, Mebel, Tegel/Giring, Batu Akik, Tahu, Tempe, Kerajinan Bambu, Asesoris Kapur, Emping mlinjo, Patilo, Pupuk guano, Makanan olahan, Batu ornament, Genteng 4 Karangmojo Kerajinan tenggok, Bambu, Makanan olahan, Batu ornament, Kayu/mebel, Tikar, Emping mlinjo, Wayang kulit, Batako, Genteng 5 Rongkop Anyaman bambu, Sangkar burung, Anyaman rotan, Tikar, Genteng, Kapur, Kayu/mebel, Makanan olahan, Tempe, Wayang kulit, Emping mlinjo, Mainan anak, Patilo, Tempe, Tahu, Sablon, Asesoris 6 Girisubo Emping melinjo, Tikar, Kerajinan Bambu, Batako, Genteng, Kapur, Kayu/mebel, Makanan olahan,tahu, Tempe, Wayang kulit, Mainan anak, Patilo, Tempe, 7 Gedangsari Kerajinan Bambu, Cowek batu, Kayu/mebel, Batik, Tempe, Tahu, Batu ornament, Makanan olahan 8 Nglipar Kerajinan Bambu, Arang kayu, Batik, Asesoris, Tikar, Tepung, Genteng, Kayu/mebel, Makanan olahan, Sablon, Gula jawa, Tempe 9 Patuk Arang, Kayu/mebel, Topeng, Batako, Makanan olahan, Kerajinan Bambu, Tempe, Breksi batu apung
3 Playen Keraj. Bambu, Emping mlinjo, Gamping, Batik, Genteng, Konblok, Kayu/mebel, Makanan olahan,tahu, Tegel, Pande besi, Tempe, Emping melinjo, Tikar, Genteng,Jamu,Keraj. Perak,Gerabah, Pawon/luwangan 11 Tepus Patilo, Kerajinan Perak, Emping melinjo, Makanan olahan, Tikar, Kayu/mebel, Tempe, Kerajinan Bambu 12 Tanjungsari Patilo, Kece, Kayu/mebel, Makanan olahan, Kerajinan batu alam 13 Panggang Makanan olahan, Kulit, Jamu, Kasur, Gula, Tempe, Emping mlinjo, Patilo, Kayu/mebel, 14 PurwosariI Bambu, Makanan olahan, Kulit, Tempe, Emping mlinjo, Patilo, Kayu/mebel, Jamu, Keraj. Kuningan 15 Paliyan Kerajinan Perak, Kerajinan Kuningan, Keraj. Bambu, Kayu/mebel, Parut, Makanan olahan, Tempe, Tahu, Tikar, Patilo, Emping mlinjo, Genteng, Asesoris 16 Saptosari Keraj. Perak, Keraj. Bambu, Makanan olahan, Tikar, Kayu/mebel,Emping mlinjo,patilo,rumput laut,tempe 17 Wonosari Asesoris, Gamping, Genteng, Kerajinan Bambu, Tikar, Kayu/mebel, Kulit, Tegel, Perak, Kasur, Tempe, Tahu, Anyaman sabut,gamping,kecambah, Konblok, Sablon, Konveksi, Bambu, Mainan anak, Makanan olahan, Wayang kulit, Batu ornament, Patilo, Kerajinan Tembaga, Rumput laut 18 Semanu Kerajinan batu alam, Emping melinjo, Genteng, Jamu, Kerajinan Bambu, Makanan olahan, Kayu/mebel, Tempe, Tikar, Patilo, Batako, Asesoris, Batik Sumber : Data Industri Disperindagkop Gunungkidul 2006 Industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul pada umumnya berkembang dengan baik dan menjadi salah satu pendorong bergeraknya ekonomi di Kabupaten Gunungkidul. Dari jenis komoditi yang dihasilkan, jumlah unit usaha terbanyak berada pada jenis komoditi kerajinan umum untuk produk anyaman bambu berjumlah 139 unit usaha dengan 395 tenaga kerja. Industri kelompok kerajinan batu memang banyak berkembang namun tidak diarahkan sebagai unggulan karena masalah konservasi alam. Menurut Dinas Perindagkop Kabupaten Gunungkidul, arahan pengembangan industri kecil menengah yang saat ini digulirkan adalah pengembangan industri kelompok makanan minuman dan industri kerajinan kayu dan bambu. Hal ini dikarenakan kandungan lokal yang cukup banyak pada industri ini dan keterkaitan dengan pasar yang sangat baik. Kendala yang umumnya dihadapi oleh industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul adalah kecilnya modal usaha yang mengakibatkan sulitnya mengembangkan skala usaha. Dukungan lembaga keuangan dirasakan masih kurang ditambah dengan skim pendanaan yang masih konvensional dan cenderung memberatkan bagi para pelaku usaha industri sedang, kecil 38
4 dan kerajinan. Menurut pihak Dinas Perindagkop Kab. Gunungkidul, yang diperlukan untuk pengembangan industri skala kecil dan kerajinan pada saat ini adalah skim pendanaan dari perbankan yang lunak, fleksibel dan mudah diakses terlebih dengan sudah terbentuknya lembaga penjaminan kredit daerah di tingkat propinsi. III.2. Sentra Industri Kerajinan di Gunungkidul Arahan pengembangan industri Kabupaten Gunungkidul diorientasikan pada pembangunan dan penguatan kluster industri kerajinan. Konsep kluster industri adalah sebuah upaya untuk mengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi dan lembaga terkait (Kuncoro, 2002). Langkah awal penerapan kluster ini dengan mengembangkan sentra-sentra industri produktif. Pengembangan sentra ini tentu menjadi bagian penting dari upaya pemberdayaan IKM lebih lanjut menuju bentuk klaster, sesuai dengan perkembangan dan aktivitas usaha bisnis dalam sentra. Untuk sentra yang prospektif akan membutuhkan aktivitas usaha di sektor penyedia bahan baku, pemasaran, penelitian, pengujian mutu, dan sebagainya sebagai bentuk dari sebuah klaster. Sedangkan yang dimaksud dengan sentra industri dapat diartikan sebagai pusat kegiatan usaha pada lokasi atau kawasan tertentu, di mana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku atau sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis (Taufiq, 2004). Terminologi sentra, dikemukakan oleh Hadisoegondo (2004), sebagai suatu kawasan, dimana terkumpul secara alami, sejumlah pengusaha kecil dan pengusaha mikro yang melakukan rangkaian kegiatan serupa untuk menghasilkan produk sejenis/serupa. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam sentra belum tampak kemampuan kelompok tersebut mengintregasikan kekuatan para anggotanya, sehingga umumnya para pelaku usaha masih bergiat sendiri-sendiri, walaupun berasal pada lokasi yang sama. Bahkan secara operasional pada dasarnya mereka justru saling bersaing dangan ketat satu dengan yang lainnya, namun tertutup suasananya. Berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja terdapat lima sentra terbesar di Gunungkidul yang tersebar di beberapa kecamatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : 39
5 Tabel III.3. Lima sentra terbesar berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gunungkidul No Nama Sentra Jumlah Jumlah Unit Jumlah Kecamatan Sentra Usaha Tenaga Kerja 1 Caping Ngawen 2 Anyaman Bambu Rongkop, Gedangsari, Nglipar, paliyan, Semanu 2 Topeng/Batik Patuk Kayu 4 Kerajinan Semanu Batu 5 Pande Besi Wonosari Sumber : Data Disperindagkop 2006 Dari data sentra industri kerajinan yang ada maka studi ini dilakukan di tiga sentra industri kecil kerajinan yang telah berorientasi ekspor. Gambaran karakteristik masingmasing sentra dapat diuraikan sebagai berikut : III.2.1. Sentra Industri Kecil Kerajinan Topeng dan Batik Kayu Bobung Bobung merupakan dusun yang secara administratif berada di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Wilayah dusun Bobung memiliki luas 78,100 Ha, dengan tata guna lahan sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan, ladang dan pekarangan. Dusun Bobung terletak sekitar 7 Km dari ibukota Kecamatan Patuk, atau 12 Km dari Kota Wonosari. Pada mulanya mata pencaharian utama masyarakat Bobung adalah petani. Seiring dengan berkembangnya industri kerajinan, mata pencaharian masyarakat Bobung mulai beralih menjadi pengrajin batik kayu. Mata pencaharian penduduk Dusun Bobung yang berorientasi pada pertanian mulai bergeser ke arah kerajinan, sedangkan pertanian menjadi mata pencaharian sampingan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul , Dusun Bobung dicanangkan sebagai desa yang potensial dikembangkan sebagai wisata belanja industri. Sehingga perekonomian utamanya didapatkan dari industri kerajinan kayu, sedangkan untuk pertanian berada pada posisi kedua. Hasil pertanian yang utama adalah padi, sedangkan hasil dari perkebunan antara lain tanaman cokelat, kacang-kacangan, petai, buah-buahan. Mata pencaharian sebagai petani sangat 40
6 dipengaruhi oleh musim, sehingga kebanyakan pertanian hanya dilakukan pada musim penghujan. Sementara untuk produk kerajinan yang dihasilkan dari Dusun Bobung adalah kerajinan batik kayu seperti topeng, patung, hewan, hiasan, dan cinderamata lainnya. Mayoritas hasil kerajinan ini dipasarkan ke kota-kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Bali dan diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Australia, Singapura, Jepang, Kanada dan lainnya. Berdasarkan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja, industri kerajinan topeng dan batik kayu masuk dalam lima sentra terbesar di Kabupaten Gunungkidul. Berkembangnya industri kerajinan topeng dan batik kayu di dusun ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 442 orang. Berdasarkan pengertian sentra, dusun Bobung dapat dikatakan menjadi lokasi sentra industri kerajinan topeng dan batik kayu jika dilihat dari jumlah unit usaha berjumlah 16 unit usaha berada dalam satu lokasi/kawasan. Penetapan sentra industri kerajinan ini belum didukung oleh kelembagaan khusus yang mengelola sentra industri. Pengrajin yang ada dalam sentra masih melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Lembaga yang ada berupa Koperasi kerajinan yang beranggotakan seluruh pengrajin. Koperasi ini dibentuk untuk memfasilitasi bantuan pinjaman modal usaha bagi pengrajin dalam sentra. Koperasi ini masih berupa koperasi simpan pinjam dan menjadi media bagi pengrajin untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah karena penyaluran bantuan melalui koperasi. Peran koperasi ini belum maksimal karena keterbatasan dana dan sumberdaya pengelola, koperasi ini belum mampu memfasilitasi pemasaran produk dan penyediaan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan pengrajin. III.2.2. Sentra Industri Kecil Kerajinan Ornamen Batu Sentra industri kecil kerajinan ornamen batu ini terletak di desa Ngeposari Kecamatan Semanu. Secara geografis desa Ngeposari memiliki prosentase luas 15% dari total luas kecamatan Semanu, dengan luas desa 1674,35 km2. Jarak desa ke pusat kecamatan 2 km, hal ini mengindikasikan aksesibilitas kepusat pelayanan mudah. Jumlah penduduk desa Ngeposari jiwa dengan rata-rata pekerjaan sebagai petani. Pekerjaan sebagai pengrajin ornamen batu dilakukan penduduk sebagai pekerjaan sampingan pada saat menunggu musim tanam dan musim panen. Sentra industri ornamen batu ini ditetapkan sebagai sentra dilihat dari jumlah unit usaha 11 unit dan penyerapan tenaga kerja sebesar 245 orang yang berada dalam satu lingkungan desa. Sentra industri kerajinan ornamen batu menjadi salah satu dari lima 41
7 sentra terbesar di Kabupaten Gunungkidul. Bahan baku untuk kerajinan ornamen batu ini diperoleh dari penambangan batu di kecamatan Wonosari, Semin dan Ponjong. Pengrajin di sentra ini memperoleh bahan baku dengan cara membeli langsung ke penambang dan ada yang sudah mempunyai lokasi pertambangan batu sendiri. Kerajinan batu ini bukan merupakan industri unggulan karena terkait dengan permasalahan lingkungan. Dimana bukit-bukit karst sebagai sumber bahan baku kerajinan ini masuk dalam kawasan lindung. Penetapan sentra ini belum didukung oleh lembaga khusus yang mengelola kawasan sentra industri ini. Di sentra ini juga belum ada organisasi/asosiasi yang mewadahi pengrajin dalam sentra. Pengrajin dalam sentra melakukan aktivitas usahanya sendiri-sendiri seperti halnya sentra Bobung. Pemasaran produk kerajinan ornamen batu ini mencakup wilayah Yogyakarta, Bali, Surabaya, Jakarta dan eksport ke Amerika, Eropa, Singapura, Malaysia. Sebagian besar produk ornamen batu ini adalah untuk pangsa pasar ekspor, akan tetapi ekspor masih melalui pedagang/eksportir di Yogyakarta, Bali dan Jakarta. Ekspor langsung dari Gunungkidul belum dilakukan pengrajin karena keterbatasan sumberdaya manusia terutama dalam hal penguasaan bahasa dan kemampuan memahami prosedur ekspor. Ada kekhawatiran pengrajin jika melakukan ekspor sendiri akan ditipu oleh buyer dari luar negeri. III.2.3. Sentra Industri Kecil Kerajinan Bambu Sentra industri ini terletak di dusun Nitikan Timur dan Nitikan Barat desa Semanu kecamatan Semanu. Sama halnya dengan kedua sentra sebelumnya, penetapan kawasan sentra ini berdasarkan jumlah unit usaha sejenis dan tenaga kerja yang terserap. Khusus untuk kerajinan bambu terdapat 4 unit usaha dan yang terbanyak sangkar burung yang dikerjakan oleh pengrajin skala rumah tangga. Dari keempat unit usaha kerajinan bambu ini awal mulai usaha adalah pengrajin sangkar burung yang kemudian berkembang sesuai permintaan pasar dan inovasi produk sehingga menghasilkan berbagai jenis produk kerajinan bambu. Kelembagaan sentra ini belum dibentuk pengelola khusus atau asosiasi pengrajin yang memfasilitasi pengrajin dalam sentra. Pengrajin menjalankan usaha sendiri-sendiri, mulai dari aktivitas pengadaan bahan baku sampai pemasaran masih dilakukan sendirisendiri. Disentra ini pernah dibentuk koperasi pengrajin tetapi tidak berkembang hingga akhirnya bubar. Hal ini disebabkan kurangnya kapasitas SDM pengelola sehingga belum mampu menyatukan pengrajin dalam suatu wadah kelembagaan. Pengrajin sentra bambu ini dalam memasarkan produknya bekerjasama dengan pedagang dan eksportir yang ada di Yogyakarta. Kerajinan bambu ini sudah berskala 42
8 ekspor antara lain ke Amerika, Eropa, Italia akan tetapi ekspor masih melalui pedagang/eksportir di Yogyakarta. Produk kerajinan ini dipasarkan juga ke Bali, Jakarta, Surabaya sesuai dengan permintaan pembeli. Pengrajin disentra ini dalam mendapatkan bahan baku masih melakukan pembelian sendiri-sendiri, hal ini disebabkan jenis bahan yang berbeda untuk setiap jenis produk yang dihasilkan. Bahan baku untuk kerajinan ini dipasok dari lokal Gunungkidul dan dari daerah lain yaitu Pacitan. Pasokan bahan baku ini dipenuhi oleh 4 supplier yang datang menawarkan bambu ke pengrajin di sentra ini. Gambaran mengenai lokasi sentra industri kecil kerajinan ini dapat dilihat pada gambar III.1 berikut ini : 43
9 Sentra Bobung Sentra Batu dan Bambu Gambar III.1. Peta lokasi sentra industri 44
BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan
Lebih terperinciBAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN
BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN Dari hasil analisis kemitraan antar stakeholders pada ketiga sentra industri di Kabupaten Gunungkidul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan yang berorientasi atau berbasis kegiatan ekonomi lokal menekankan pada kebijakan pembangunan pribumi (endogenous development policies) yang memanfaatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 129 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KOORDINATOR WILAYAH KECAMATAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,
Lebih terperincipengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Kepolisian Resor Gunungkidul berkedudukan di Jl. MGR Sugiyopranoto No. 15 Wonosari, Gunungkidul, merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Kondisi kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 secara umum lebih buruk
Lebih terperinciSEMINAR HASIL PENELITIAN
1 SEMINAR HASIL PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan bidang sumber daya air yang meliputi perencanaan umum, teknis, pelaksanaan fisik, operasi dan pemeliharaan maupun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 38 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENANDATANGANAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Barat antara Bujur Timur, Sebelah Timur
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Majalengka a. Batas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka di bagian Timur wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,
Lebih terperinciPERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)
PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN
BAB IV KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN IV.1. Pemetaan Stakeholders dalam Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Analisis stakeholders merupakan alat untuk memahami
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya
Lebih terperinciPENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan
Lebih terperinciRingkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan
Lebih terperinci6. URUSAN PERINDUSTRIAN
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciRENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD
RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 Forum SKPD oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Yogyakarta, 28 Maret 2016 Outline 1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Sektoral 2. Isu Strategis
Lebih terperinciDisampaikan oleh : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar pada Acara RAKER Kementrian Perindustrian Tahun 2010 Balikpapan, 2 5
DHARMA RAKSATA RAKSITA 1 Disampaikan oleh : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar pada Acara RAKER Kementrian Perindustrian Tahun 2010 Balikpapan, 2 5 Maret 2010 2 POKOK BAHASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk terus meningkatkan capaian rehabilitasi hutan dan lahan. Program tersebut
Lebih terperinciDINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D
DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah
Lebih terperinciANGKET PENELITIAN PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) DAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
xxiii xxiv ANGKET PENELITIAN PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) DAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Kepada Yth. Bapak / Ibu / Sdr/i di Tempat Bapak/Ibu/Saudara/I
Lebih terperinciKabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di
10 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2.1 Struktur dan Karakteristik Fisik Dasar 2.2.1 Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Propinsi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Genjahan adalah sebuah desa di Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa Genjahan memiliki 11
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak manfaat yang dapat diambil dari pohon bambu, hal ini terlihat dari produk-produk yang dihasilkan. Setiap
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA DAN KELANGKAAN PROFESI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka
Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka Tjutju Tarliah *1), Dedeh Kurniasih 2) 1) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Setiabudhi 193, Bandung, 40153, Indonesia 2) Sistem
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan
Lebih terperinciBAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam
Lebih terperincimengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ekploitasi terhadap sumber daya alam yang ada di Indonesia semakin lama semakin meluas. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya kebutuhan hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia merupakan pemain utama dalam kegiatan perekonomian, dan merupakan akselerator dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia
Lebih terperinciLAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN
LAMPIRAN I.2 : PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINCIAN LAPORAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAERAH DAN PEMBIAYAAN TAHUN 2014 PERIODE BULAN : DESEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D
ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di dunia yang memasuki era modern, membuat setiap Negara harus memacu perekonomian dengan cepat untuk dapat bersaing dengan Negara lain. Memacu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keterkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti, dalam hal ini ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Peran Kelompok Usaha dalam Meningkatkan Keberdayaan Perajin Topeng Kayu di Dusun Bobung, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul merupakan judul yang
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14
Lebih terperinciDAYA TAMPUNG PESERTA DIDIK BARU SMK NEGERI PERSYARATAN SPESIFIK KOMPETENSI KEAHLIAN
PESERTA DIDIK SMK NEGERI DAN PERSYARATAN SPESIFIK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 (JALUR REGULER) No SEKOLAH A KOTA YOGYAKARTA 83 2.656 PERSYARATAN SPESIFIK 1 SMK N 1 Yogyakarta 1
Lebih terperinciKAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH
KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia (Bukhari, 2011), kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai jual dari suatu produk yang sudah ada. Peningkatan nilai jual dari produk tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai penyedia lapangan pekerjaan,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor industri merupakan sektor yang sedang dikembangkan untuk membantu meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciMuseum Karst di Gunungkidul
BAB III TINJAUAN KHUSUS MUSEUM KARST DI GUNUNGKIDUL 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul 3.1.1 Kondisi Geografi 3.1.1.1 Letak, Batas dan Luas Gambar ar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Gunungkidul Sumber
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan rempah rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap daerah yang ada di indonesia menjadi keunggulan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Wonosari, 28 Maret 2016 Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gunungkidul
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun Buku Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016. Semoga buku ini memberikan
Lebih terperinciPERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN
Lebih terperinciPotret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung
Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,
Lebih terperinciRANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH
RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciPEGUKURAN KINERJA KEGIATAN
PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN SKPD : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY Tahun : 2014 No. Sasaran strategis Indikator Program/Kegiatan Anggaran Kinerja Realisasi Fisik Keuangan % % KOPERASI
Lebih terperinciKLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO
KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO SKRIPSI Oleh : Oleh : NURHAYATY ABDULLAH 531409033 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di negara-negara maju sendiri mereka
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP EKONOMI DAERAH DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN
PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP EKONOMI DAERAH DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2007-2011 Prapanjanu Gilang Raditya prapanjanu@gmail.com Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan publik yang rasional dan para pembuat kebijakan publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data statistik mempunyai peranan penting bagi beberapa kebijakan publik, baik sebagai bahan perencanaan ataupun bahan evaluasi dari sebuah program. Pentingnya statistik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Esensi dan eksistensi usaha kecil dalam tatanan ekonomi nasional menunjukan kinerja yang sangat penting. Peranan industri kecil dalam rangka ekspor non migas terus meningkat
Lebih terperinci5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya
5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Penentuan area beresiko sanitasi di Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil penilaian data sekunder, Persepsi SKPD dan Studi EHRA. No Kecamatan Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Wisata ataupun rekreasi dinilai sangatlah penting bagi kebanyakan individu karena dengan berekreasi atau mengunjungi tempat wisata kita dapat mengobati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berpaham walfare state, Negara Republik Indonesia mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Dasar konstutisional bahwa Indonesia sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera
Lebih terperinciMANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL VISI dan MISI DINKES 2010-2015 Visi : Misi : Menjadi SKPD yang profesional, inovatif, transparan didukung oleh regulasi, infrastruktur dan pembiayaan serta kemitraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal sesuai potensinya menjadi sangat penting.
Lebih terperinciBOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA
2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan ekonomi saat ini, setiap Negara berupaya seoptimal mungkin menggali potensi perekonomian yang memiliki keunggulan daya saing, sehingga mampu membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan keluarga dan juga sebagai penunjang kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian pokok
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinci2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro kecil dan Menengah adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan disuatu Negara. Dari perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengurangi pengganguran, memerangi kemiskinan dan. pemerataan pendapatan. Oleh karena itu tidak heran jika kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri usaha kecil dan rumah tangga serta industri menengah di Indonesia memberikan peranan yang sangat penting, sehingga peranan industri usaha kecil dan
Lebih terperinci